NOMOR 1 2 TAHUN 1 9 9 2
TENTANG
SISTEM BUDIDAYA TANAMAN
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
Menimbang : a. bahwa sumberdaya al am nabat i yang j enisnya beraneka ragam dan mempunyai peranan pent ing bagi kehidupan adal ah karunia Tuhan Yang Maha Esa; ol eh karena it u perl u dikel ol a dan dimanf aat kan secari l est ari, sel aras, serasi, dan seimbang bagi sebesar-besar kemakmuran rakyat ;
b. bahwa sist em pembangunan yang berket anj ut an dan berwawasan l ingkungan perl u dit umbuhkembangkan dal am pembangunan pert anian secara menyel uruh dan t erpadu;
c. bahwa pert anian maj u, ef isien, dan t angguh mempunyai peranan yang pent ing dal am pencapaian t uj uan pembangunan nasional , yait u t ercipt anya masyarakat adil dan makmur berdasarkan Pancasil a dan Undang-Undang Dasar 1945;
d. bahwa sist em budidaya t anaman yang merupakan bagian dari pert anian perl u dikembangkan sej al an dengan peningkat an kual it as sumberdaya manusia unt uk mewuj udkan pert anian maj u, ef isien, dan t angguh;
f . bahwa sehubungan dengan hal -hal t ersebut di at as dipandang perl u menet apkan ket ent uan t ent ang sist em budidaya t anaman dal am suat u Undang-undang;
Mengingat : 1. Pasal 5 ayat (1), Pasal 20 ayat (1), dan Pasal 33 Undang-Undang Dasar 1945;
2. Undang-undang Nomor 5 Tahun 1960 t ent ang Perat uran Dasar Pokok-pokok Agraria (Lembaran Negara Tahun 1960 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Nomor 2043);
3. Undang-undang Nomor 5 Tahun 1967 t ent ang Ket ent uan-ket ent uan Pokok Kehut anan (Lembaran Negara Tahun 1967 Nomor 8, Tambahan Lembaran Negara Nornor 2823);
4. Undang-undang Nomor 5 Tahun 1974 t ent ang Pokok-pokok Pemerint ahan Di Daerah (Lembaran Negara Tahun 1974 Nomor 38, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3037);
5. Undang-undang Nomor 11 Tahun 1974 t ent ang Pengairan (Lembaran Negara Tahun 1974 Nomor 65, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3046);
6. Undang-undang Nomor 4 Tahun 1982 t ent ang Ket ent uan-ket ent uan Pokok Pengel ol aan Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Tahun 1982 Nomor 12, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3215);
Dengan perset uj uan
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA
MEMUTUSKAN :
Menet apkan : UNDANG-UNDANG TENTANG SISTEM BUDIDAYA TANAMAN.
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dal am Undang-undang ini yang dimaksud dengan:
1. Sist em budidaya t anaman adal ah sist em pengembangan dan pemanf aat an sumberdaya al am nabat i mel al ui upaya manusia yang dengan modal , t eknol ogi, dan sumberdaya l ainnya menghasil kan barang guna memenuhi kebut uhan manusia secara l ebih baik;
2. Pl asma nut f ah adal ah subst ansi yang t erdapat dal am kel ompok makhl uk hidup, dan merupakan sumber sif at ket urunan yang dapat dimanf aat kan dan dikembangkan at au dirakit unt uk mencipt akan j enis unggul at au kul t ivar baru;
3. Pemul iaan t anaman adal ah rangkaian kegiat an unt uk mempert ahankan kemurnian j enis dan/ at au variet as yang sudah ada at au menghasil kan j enis dan/ at au variet as baru yang l ebih baik;
4. Benih t anaman yang sel anj ut nya disebut benih, adal ah t anaman at au bagiannya yang digunakan unt uk memperbanyak dan/ at au mengembangbiakkan t anaman;
l ain yang dapat dibedakan dal am j enis yang sama;
6. Sert if ikasi adal ah proses pemberian sert if ikat benih t anaman set el ah mel al ui pemeriksaan, penguj ian, dan pengawasan sert a memenuhi semua persyarat an unt uk diedarkan;
7. Perl indungan t anaman adal ah segal a upaya unt uk mencegah kerugian pada budidaya t anaman yang diakibat kan ol eh organisme pengganggu t umbuhan;
8. Organisme pengganggu t umbuhan adal ah semua organisme yang dapat merusak, mengganggu kehidupan, at au menyebabkan kemat ian t umbuhan;
9. Eradikasi adal ah t indakan pemusnahan t erhadap t anaman, organisme pengganggu t umbuhan, dan benda l ain yang menyebabkan t ersebarnya organisme pengganggu t umbuhan di l okasi t ert ent u;
10. Pupuk adal ah bahan kimia at au organisms yang berperan dal am penyediaan unsur hara bagi keperl uan t anaman secara l angsung at au t idak l angsung;
11. Pest isida adal ah zat at au senyawa kimia, zat pengat ur dan perangsang t umbuh, bahan l ain, sert a organisme renik, at au virus yang digunakan unt uk mel akukan perl indungan t anaman.
Pasal 2
Pasal 3
Sist em budidaya t anaman bert uj uan:
a. meningkat kan dan memperl uas penganekaragaman hasil t anaman, guna memenuhi kebut uhan pangan, sandang, papan, kesehat an, indust ri dal am negeri, dan memperbesar ekspor;
b. meningkat kan pendapat an dan t araf hidup pet ani;
c. mendorong perl uasan dan pemerat aan kesempat an berusaha dan kesempat an kerj a.
Pasal 4
Ruang l ingkup sist em budidaya t anaman mel iput i proses kegiat an produksi sampai dengan pascapanen.
BAB II
PERENCANAAN BUDIDAYA TANAMAN
Pasal 5
(1) Unt uk mencapai t uj uan sebagaimana dimaksud dal am Pasal 3, Pemerint ah:
a. menyusun rencana pengembangan budidaya t anaman sesuai dengan t ahapan rencana pembangunan nasional ;
b. menet apkan wil ayah pengembangan budidaya t anaman; c. mengat ur produksi budidaya t anaman t ert ent u berdasarkan
kepent ingan nasional ;
d. mencipt akan kondisi yang menunj ang peransert a masyarakat .
ayat (1), Pemerint ah memperhat ikan kepent ingan masyarakat .
Pasal 6
(1) Pet ani memil iki kebebasan unt uk menent ukaii pil ihan j enis t anaman dan perribudidayaannya.
(2) Dal am menerapkan kebebasan sebagaimana dimaksud dal am ayat (1), pet ani berkewaj iban berperansert a dal am mewuj udkan rencana pengembangan dan produksi budidaya t anaman, sebagaimana dimaksud dal am Pasal 5.
(3) Apabil a pil ihan sebagaimana dimaksud dal am ayat (1), t idak dapat t erwuj ud karena ket ent uan Pemerint ah, maka Pemerint ah berkewaj iban unt uk mengupayakan agar pet ani yang bersangkut an memperol eh j aminan penghasil an t ert ent u.
(4) Ket ent uan sebagaimana dimaksud dal am ayat (3) diat ur l ebih l anj ut dengan Perat uran Pemerint ah.
BAB III
PENYELENGGARAAN BUDIDAYA TANAMAN
Bagian Kesat u
Pembukaan dan Pengol ahan Lahan, dan Penggunaan Media Tumbuh Tanaman
Pasal 7
(2) Set iap orang at au badan hukum yang menggunakan media t umbuh t anaman unt uk keperl uan budidaya t anaman waj ib mengikut i t at a cara yang dapat mencegah t imbul nya pencemaran l ingkungan.
(3) Ket ent uan mengenai t at a cara sebagaimana dimaksud dal am ayat (1) dan ayat (2), diat ur l ebih l anj ut ol eh Pemerint ah.
Bagian Kedua Perbenihan
Pasal 8
Perol ehan benih bermut u unt uk pengembangan budidaya t anaman dil akukan mel al ui kegiat an penemuan variet as unggul dan/ at au int roduksi dari l uar negeri.
Pasal 9
(1) Penemuan variet as unggul dil akukan mel al ui kegiat an pemul iaan t anaman.
(2) Pencarian dan pengumpul an pl asma nut f ah dal am rangka pemul iaan t anaman dil akukan ol eh Pemerint ah.
(3) Kegiat an pencarian dan pengumpul an pl asma nut f ah sebagaimana dimaksud dal am ayat (2), dapat dil akukan ol eh perorangan at au badan hukum berdasarkan izin.
(4) Pemerint ah mel akukan pel est arian pl asma nut f ah bersama masyarakat .
Pasal 10
(1) Int roduksi dari l uar negeri dil akukan dal am bent uk benih at au mat eri induk unt uk pemul iaan t anaman.
(2) Int roduksi sebagaimana dimaksud dal am ayat (1), dil akukan ol eh Pemerint ah dan dapat pul a dil akukan ol eh perorangan at au badan hukum.
(3) Ket ent uan, sebagaimana dimaksud dal am ayat (1) dan ayat (2), diat ur l ebih l anj ut dengan Perat uran Pemerint ah.
Pasal 11
Set iap orang at au badan hukum dapat mel akukan pemul iaan t anaman unt uk menemukan variet as unggul .
Pasal 12
(1) Variet as hasil pemul iaan at au int roduksi dari l uar negeri sebel um diedarkan t erl ebih dahul u dil epas ol eh Pemerint ah.
(2) Variet as hasil pemul iaan at au int roduksi yang bel um dil epas sebagaimana dimaksud dal am ayat (1), dil arang diedarkan.
(3) Ket ent uan mengenai syarat -syarat dan t at a cara pel epasan sebagaimana dimaksud dal am ayat (1), diat ur l ebih l anj ut dengan Perat uran Pemerint ah.
Pasal 13
(1) Benih dari variet as unggul yang t el ah dil epas sebagaimana dimaksud dal am Pasal 12 ayat (1), merupakan benih bina.
(3) Benih bina yang l ul us sert if ikasi apabil a akan diedarkan waj ib diberi l abel .
(4) Ket ent uan mengenai syarat -syarat dan t at a cara sert if ikasi dan pel abel an benih bina diat ur l ebih l anj ut ol eh Pemerint ah.
Pasal 14
(1) Sert if ikasi sebagaimana dimaksud dal am Pasal 13 ayat (2), dil akukan ol eh Pemerint ah dan dapat pul a dil akukan ol eh perorangan at au badan hukum berdasarkan izin.
(2) Ket ent uan mengenai persyarat an dan perizinan sebagaimana dimaksud dal am ayat (1), diat ur l ebih l anj ut ol eh Pemerint ah.
Pasal 15
Pemerint ah mel akukan pengawasan t erhadap pengadaan dan peredaran benih bina.
Pasal 16
Pemerint ah dapat mel arang pengadaan, peredaran, dan penanaman benih t anaman t ert ent u yang merugikan masyarakat , budidaya t anaman, sumberdaya al am l ainnya, dan/ at au l ingkungan hidup.
Bagian Ket iga
Pengel uaran dan Pemasukan Tumbuhan dan Benih Tanaman
Pasal 17
(2) Pengel uaran benih dari at au pemasukannya ke dal am wil ayah negara Republ ik Indonesia waj ib mendapat kan izin.
(3) Pemasukan benih dari l uar negeri harus memenuhi st andar mut u benih bina.
Bagian Keempat Penanaman
Pasal 18
(1) Penanaman mcrupakan kegiat an menanamkan benih pada pet anaman yang berupa l ahan at au media t umbuh t anaman.
(2) Kegiat an sebagaimana dimaksud dal am ayat (1), dit uj ukan unt uk memperol eh t anaman dengan pert umbuhan opt imal guna mencapai produkt ivit as yang t inggi.
(3) Unt uk mencapai t uj uan sebagaimana dimaksud dal am ayat (2), penanaman harus dil akukan dengan t epat pol a t anam, t epat benih, t epat cara, t epat sarana, dan t epat wakt u pada pet anaman siap t anam.
(4) Ket ent uan sebagaimana dimaksud dal am ayat (3), dapat diat ur l ebih l anj ut ot eh Pemerint ah.
Bagian Kel ima Pemanf aat an Air
Pasal 19
(1) Pemerint ah mengat ur dan membina pemanf aat an air unt uk budidaya t anaman.
berl aku.
Bagian Keenam Perl indungan Tanaman
Pasal 20
(1) Perl indungan t anaman dil aksanakan dengan sist em pengendal ian hama t erpadu.
(2) Pel aksanaan perl indungan t anaman sebagaimana dimaksud dal am ayat (1), menj adi t anggung j awab masyarakat dan Pemerint ah.
Pasal 21
Perl indungan t anaman sebagaimana dimaksud dal am Pasal 20, dil akanakan mel al ui kegiat an berupa :
a. pencegahan masuknya organisme pengganggu t umbuhan ke dal am dan t ersebarnya dari suat u area ke area l ain di dal am wil ayah negara Republ ik Indonesia sesuai dengan perat uran perundang-undangan yang berl aku;
b. pengendal ian organisme pengganggu t umbuhan; c. eradikasi organisme pengganggu t umbuhan.
Pasal 22
(2) Ket ent uan mengenai penggunaan sarana dan/ at au cara sebagaimana dimaksud dal am ayat (1), diat ur l ebih l anj ut ol eh Pemerint ah.
Pasal 23
Set iap media pembawa organisme pengganggu t umbuhan yang dimasukkan ke dal am, dibawa at au di kirim dari suat u area ke area l ain di dal am, dan dikel uarkan dari wil ayah Negara Republ ik Indonesia dikenakan t indakan karant ina t umbuhan sesuai dengan perat uran perundang-undangan yang berl aku.
Pasal 24
(1) Set iap orang at au badan hukum yang memil iki at au menguasai t anaman harus mel aporkan adanya serangan organisme pengganggu t umbuhan pada t anamannya kepada pej abat yang berwenang dan yang bersangkut an harus mengendal ikannya. (2) Apabil a serangan organisme pengganggu t umbuhan sebagaimana
dimaksud dal am ayat (1), merupakan ekspl osi, Pemerint ah bert anggung j awab menanggul anginya bersama masyarakat .
Pasal 25
(1) Pemerint ah dapat mel akukan at au memerint ahkan dil akukannya eradikasi t erhadap t anaman dan/ at au benda l ain yang menyebabkan t ersebarnya organisme pengganggu t umbuhan.
Pasal 26
(1) Kepada pemil ik yang t anaman dan/ at au benda l ainnya dimusnahkan dal am rangka eradikasi dapat diberikan kompensasi.
(2) Kompensasi sebagaimana dimaksud dal am ayat (1), diberikan hanya at as t anaman dan/ at au benda l ainnya yang t idak t erserang organisms pengganggu t umbuhan t et api harus dimusnahkan dal am rangka eradikasi.
Pasal 27
Ket ent uan mengenai pengendal ian dan eradikasi organisme pengganggu t umbuhan sebagaimana dimaksud dal am Pasal 21 but ir b dan but ir c sert a ket ent uan mengenai kompensasi sebagaimana dimaksud dal am Pasal 26, diat ur l ebih l anj ut dengan Perat uran Pemerint ah.
Bagian Ket uj uh Pemel iharaan Tanaman
Pasal 28
(1) Pemel iharaan t anaman diarahkan unt uk:
a. mencipt akan kondisi pert umbuhan dan produkt ivit as t anaman yang opt imal ;
b. menj aga kel est arian l ingkungan;
c. mencegah t imbul nya kerugian pihak l ain dan at au kepent ingan umum.
kesel amat an manusia, menimbul kan gangguan dan kerusakan sumberdaya al am dan/ at au l ingkungan hidup.
(3) Ket ent uan sebagaimana dimaksud dal am ayat (2), diat ur l ebih l anj ut ol eh Pemerint ah.
Bagian Kedel apan Panen
Pasal 29
(1) Panen merupakan kegiat an pemungut an hasil budidaya t anaman. (2) Kegiat an sebagaimana dimaksud dal am ayat (1), dit uj ukan unt uk
memperol eh hasil yang opt imal dengan menekan kehil angan dan kerusakan hasil sert a menj amin t erpenuhinya st andar mut u. (3) Unt uk mencapai t uj uan sebagaimana dimaksud dal am ayat (2),
panen harus dil akukan t epat wakt u, t epat keadaan, t epat cara, dan t epat sarana.
(4) Dal am pel aksanaan panen sebagaimana dimaksud dal am ayat (3), harus dicegah t imbul nya kerugian bagi masyarakat dan/ at au kerusakan sumberdaya al am dan/ at au l ingkungan hidup.
Pasal 30
(1) Pemerint ah dan masyarakat berkewaj iban unt uk mewuj udkan t uj uan sebagaimana dimaksud dal am Pasal 29 ayat (2).
(2) Pemerint ah waj ib berupaya unt uk meringankan beban pet ani kecil berl ahan sempit yang budidaya t anamannya gagal panen karena bencana al am.
Bagian Kesembil an Pascapanen
Pasal 31
(1) Pascapanen mel iput i kegiat an pembersihan, pengupasan, sort asi, pengawet an, pengemasan, penyimpanan, st andardisasi mut u, dan t ransport asi hasil produksi budidaya t anaman.
(2) Kegiat an pascapanen sebagaimana dimaksud dal am ayat (1), dit uj ukan unt uk meningkat kan mut u, menekan t ingkat kehil angan dan/ at au kerusakan, memperpanj ang daya simpan, dan meningkat kan daya guna sert a nil ai t ambah hasil budidaya t anaman.
Pasal 32
(1) Terhadap hasil budidaya t anaman yang dipasarkan dit erapkan st andar mut u.
(2) Pemerint ah menet apkan j enis hasil budidaya t anaman yang harus memenuhi st andar mut u sebagaimana dimaksud dal am ayat (1). (3) Pemerint ah mengawasi mut u hasil budidaya t anaman
sebagaimana dimaksud dal am ayat (1).
Pasal 33
Ket ent uan mengenai pascapanen dan st andar mut u hasil budidaya t anaman sebagaimana dimaksud dal am Pasal 31 dan Pasal 32, diat ur l ebih l anj ut ol eh Pemerint ah.
Pasal 34
t ransport asi, dan unit penyimpanan hasil . budidaya t anaman.
(2) Pemerint ah mel akukan akredit asi at as kel ayakan unit pengol ahan, al at t ransport asi, dan unit penyimpanan sebagaimana dimaksud dal am ayat (1).
(3) Pemerint ah mel akukan pengawasan t erhadap unit pengol ahan, al at t ransport asi, dan unit penyimpanan hasil budidaya t anaman, sebagaimana dimaksud dal am ayat (1).
Pasal 35
Pemerint ah menet apkan t at a cara pcngawasan at as mut u unit pengol ahan, al at t ransport asi, dan unit penyimpanan hasil budidaya t anaman.
Pasal 36
(1) Pemerint ah menet apkan harga dasar hasil budidaya t anaman t ert ent u.
(2) Ket ent uan sebagaimana dimaksud dal am ayat (1), diat ur l ebih l anj ut ol eh Pemerint ah.
BAB IV SARANA PRODUKSI
Bagian Kesat u Pupuk
Pasal 37
(2) Pemerint ah menet apkan st andar mut u pupuk sert a j enis pupuk yang bol eh diimpor.
(3) Pemerint ah mengawasi pengadaan dan peredaran pupuk.
(4) Ket ent uan mengenai t at a cara pengawasan, pengadaan dan peredaran pupuk sebagaimana dimaksud dal am ayat (3), diat ur l ebih l anj ut dengan Perat uran Pemerint ah.
Bagian Kedua Pest isida
Pasal 38
(1) Pest isida yang akan diedarkan di dal am wil ayah negara Republ ik Indonesia waj ib t erdaf t ar, memenuhi st andar mut u, t erj amin ef ekt ivit asnya, aman bagi manusia dan l ingkungan hidup, sert a diberi l abel .
(2) Pemerint ah menet apkan st andar mut u pest isida sebagaimana dimaksud dal am ayat (1), dan j enis pest isida yang bol eh diimpor.
Pasal 39
Pemerint ah mel akukan pendaf t aran dan mengawasi pengadaan, peredaran, sert a penggunaan pest isida.
Pasal 40
Pemerint ah dapat mel arang at au membat asi peredaran dan/ at au penggunaan pest isida t ert ent u.
Pasal 41
dil arang peredarannya at au yang t idak memenuhi st andar mut u at au rusak at au t idak t erdaf l ar waj ib memusnahkannya.
Pasal 42
Ket ent uan sebagaimana dimaksud dal am Pasal 38, Pasal 39, Pasal 40, dan Pasal 41, diat ur l ebih l anj ut dengan Perat uran Pemerint ah.
Bagian Ket iga Al at dan Mesin
Pasal 43
(1) Pemerint ah menet apkan j enis dan st andar al at dan mesin budidaya t anaman yang produksi sert a peredarannya perl u diawasi.
(2) Al at dan mesin budidaya t anaman sebagaimana dimaksud dal am ayat (1), diuj i t erl ebih dahul u sebel um diedarkan.
(3) Ket ent uan sebagaimana dimaksud dal am ayat (1) dan ayat (2), diat ur l ebih l anj ut dengan Perat uran Pemerint ah.
BAB V
TATA RUANG DAN TATA GUNA TANAH BUDIDAYA TANAMAN
Pasal 44
(1) Pemanf aat an l ahan unt uk keperl uan budidaya t anaman disesuaikan dengan ket ent uan t at a ruang dan t at a guna t anah berdasarkan perat uran perundang-undangan yang berl aku.
l ahan maupun pel est arian l ingkungan hidup khususnya konservasi t anah.
Pasal 45
Perubahan rencana t at a ruang yang mengakibat kan perubahan perunt ukan budidaya t anaman guna keperl uan l ain dil akukan dengan memperhat ikan rencana produksi budidaya t anaman secara nasional .
Pasal 46
(1) Pemerint ah menet apkan l uas maksimum l ahan unt uk unit usaha budidaya t anaman yang dil akukan di at as t anah yang dikuasai ol eh Negara.
(2) Set iap pcrubahan j enis t anaman pada unit usaha budidaya t anaman di at as t anah yang dikuasai ol eh negara harus memperol eh perset uj uan Pemerint ah.
(3) Ket ent uan sebagaimana dimaksud dal am ayat (1), dan ayat (2), diat ur l ebih l anj ut dengan Perat uran Pemerint ah.
BAB VI PENGUSAHAAN
Pasal 47
(1) Usaha budidaya t anaman hanya dapat dil akukan ol eh perorangan warga negara Indonesia at au badan usaha yang berbent uk badan hukum yang didirikan menurut hukum Indonesia dan berkedudukan di Indonesia.
(2) Badan usaha yang berbent uk badan hukum sebagaimana dimaksud dal am ayat (1), dapat berupa:
b. Badan Usaha Mil ik Negara t ermasuk Badan Usaha Mil ik Daerah; at au
c. Perusahaan swast a.
(3) Badan usaha sebagaimana dimaksud dal am ayat (2), diarahkan unt uk bekerj a sama secara t erpadu dengan masyarakat pet ani dal am mel akukan usaha budidaya t anaman.
(4) Pemerint ah dapat menugaskan badan usaha sebagaimana dimaksud dal am ayat (2), unt uk pengembangan kerj a sama sebagaimana dimaksud dal am ayat (3).
Pasal 48
(1) Perorangan warga negara Indonesia at au badan hukum sebagaimana dimaksud dal am Pasal 47 ayat (1), yang mel akukan usaha budidaya t anaman t ert ent u di at as skal a t ert ent u waj ib memil iki izin.
(2) Pemberian izin sebagaimana dimaksud dal am ayat (1), harus memperhat ikan aspek ekonomi, sosial , budaya, sumberdaya al am, l ingkungan hidup, dan kepent ingan st rat egis l ainnya.
(3) Badan usaha sebagaimana dimaksud dal am ayat (1), diarahkan unt uk mengembangkan ket erpaduan kegiat an budidaya t anaman dengan indust ri dan pemasaran produknya.
Pasal 49
Pasal 50
(1) Set iap orang at au badan hukum yang dal am mel akukan budidaya t anaman memanf aat kan j asa at au sarana yang disediakan ol eh Pemerint ah dapat dikenakan pungut an,
(2) Pet ani kecil berl ahan sempit yang mel akukan kegiat an budidaya t anaman hanya unt uk memenuhi kebut uhan hidup sehari-hari t idak dikenakan pungut an sebagaimana dimaksud dal am ayat (1).
Pasal 51
Ket ent uan sebagaimana dimaksud dal am Pasal 47, Pasal 48, Pasal 49, dan Pasal 50, diat ur l ebih l anj ut dengan Perat uran Pemerint ah.
BAB VII
PEMBINAAN DAN PERANSERTA MASYARAKAT
Pasal 52
(1) Pemerint ah mel aksanakan pembinaan budidaya t anaman dal am bent uk pengat uran, pemberian bimbingan, dan pengawasan t erhadap penyel enggaraan budidaya t anaman.
(2) Pembinaan budidaya t anaman diarahkan unt uk meningkat kan produksi, mut u, dan nil ai t ambah hasil budidaya t anaman sert a ef isiensi penggunaan l ahan dan sarana produksi.
(3) Pembinaan sebagaimana dimaksud dat a ayat (2), didasarkan pada pemenuhan kebut uhan dal am negeri, keunggul an komparat if , dan permint aan pasar komodit i budidaya t anaman yang bersangkut an.
Pasal 53
Pemerint ah mendorong dan mengarahkan peransert a organisasi prof esi t erkait dal am pembinaan budidaya t anaman sebagaimana dimaksud dal am Pasal 52 ayat (1).
Pasal 54
(1) Pemerint ah menyel enggarakan penel it ian di bidang budidaya t anaman yang diarahkan bagi kepent ingan masyarakat .
(2) Pemerint ah membina dan mendorong masyarakat unt uk mel akukan kegiat an penel it ian sebagaimana dimaksud dal am ayat (1).
Pasal 55
(1) kepada penemu t eknol ogi t epat sert a penemu t eori dan met ode il miah baru di bidang budidaya t anaman dapat diberikan penghargaan ol eh Pemerint ah.
(2) Kepada penemu j enis baru dan/ at au variet as unggul , dapat diberikan penghargaan ol eh Pemerint ah sert a mempunyai hak memberi nama pada t emuannya.
(3) Set iap orang at au badan hukum yang t anamannya memil iki keunggul an t ert ent u dapat diberikan penghargaan ol eh Pemerint ah.
Pasal 56
(1) Pemerint ah menyel enggarakan pengembangan sumberdaya manusia di bidang budidaya t anaman mel al ui kegiat an pendidikan dan pel at ihan sert a mendorong dan membina masyarakat unt uk mel akukan kegiat an t ersebut .
(2) Kegiat an sebagaimana dimaksud dal am ayat (1), dit uj ukan unt uk memenuhi kebut uhan dan meningkat kan kual it as sumber daya manusia.
(3) Ket ent uan sebagaimana dimaksud dal am ayat (1), dan ayat (2), diat ur l ebih l anj ut dengan Perat uran Pemerint ah.
Pasal 57
(1) Pemerint ah menyel enggarakan penyul uhan budidaya t anaman sert a mendorong dan membina peransert a masyarakat unt uk mel akukan kegiat an penyul uhan dimaksud.
(2) Pemerint ah berkewaj iban memberikan pel ayanan inf ormasi yang mendukung pengembangan budidaya t anaman sert a mendorong dan membina peransert a masyarakat dal am pemberian pel ayanan t ersebut .
(3) Ket ent uan sebagaimana dimaksud dal am ayat (1), dapat diat ur l ebih l anj ut ol eh Pemerint ah.
BAB VIII
PENYERAHAN URUSAN DAN TUGAS PEMBANTUAN
Pasal 58
perat uran perundang-undangan yang berl aku.
(2) Pemerint ah dapat menugaskan kepada Pemerint ah Daerah unt uk mel aksanakan t ugas pembant uan di bidang budidaya t anaman. (3) Ket ent uan penyerahan sebagian urusan sebagaimana dimaksud
dal am ayat (1), diat ur l ebih l anj ut dengan Perat uran Pemerint ah.
BAB IX PENYIDIKAN
Pasal 59
(1) Sel ain penyidik pej abat pol isi negara Republ ik Indonesia, j uga pej abat pegawai negeri sipil t ert ent u di l ingkungan depart emen yang l ingkup t ugas dan t anggung j awabnya di bidang budidaya t anaman, dapat diberi wewenang khusus sebagai penyidik sebagaimana dimaksud dal am Undang-undang Nomor 8 Tahun 1981 t ent ang Hukum Acara Pidana, unt uk mel akukan penyidikan dal am t indak pidana di bidang budidaya t anaman.
(2) Penyidik sebagaimana dimaksud dal am ayat (1), berwenang unt uk:
a. mel akukan pemeriksaan at as kebenaran l aporan at au ket erangan berkenaan dengan t indak pidana di bidang budidaya t anaman;
b. mel akukan pemanggil an t erhadap seseorang unt uk didengar dan diperiksa sebagai t ersangka at au sebagai saksi dal am t indak pidana di bidang budidaya t anaman;
c. mel akukan penggel edahan dan penyit aan barang bukt i t indak pidana di bidang budidaya t anaman;
e. membuat dan menandat angani berit a acara;
f . menghent ikan penyidikan apabil a t idak t erdapat cukup bukt i t ent ang adanya t indak pidana di bidang budidaya t anaman. (3) Penyidik sebagaimana dimaksud dal am ayat (1), memberit ahukan
dimul ainya penyidikan dan mel aporkan hasil penyidikannya kepada penunt ut umum mel al ui penyidik pej abat pol isi negara Republ ik Indonesia sesuai dengan ket ent uan Pasal 107 Undang-undang Nomor 8 Tahun 1981 t ent ang Hukum Acara Pidana.
BAB X
KETENTUAN PIDANA
Pasal 60
(1) Barangsiapa dengan sengaj a:
a. mencari dan mengumpul kan pl asma nut f ah t idak berdasarkan izin sebagaimana dimaksud dal am Pasal 9 ayat (3);
b. mengedarkan hasil pemul iaan at au int roduksi yang bel um dil epas sebagaimana dimaksud dal am Pasal 12 ayat (2);
c. mengedarkan benih bina yang t idak sesuai dengan l abel sebagaimana dimaksud dal am Pasal 13 ayat (3);
d. mengel uarkan benih dari at au memasukkan ke dal am wil ayah Negara Republ ik Indonesia t anpa izin sebagaimana dimaksud dal am Pasal 17 ayat (2);
e. menggunakan cara dan/ at au sarana perl indungan t anaman yang mengganggu kesehat an dan mengancam kesel amat an manusia at au menimbul kan kerusakan l ingkungan hidup sebagaimana dimaksud dal am Pasal 22 ayat (1),
sebagaimana dimaksud dal am Pasal 37 ayat (1),
g. mengedarkan pest isida yang t idak t erdaf t ar at au t idak sesuai dengan l abel sebagaimana dimaksud dal am Pasal 38 ayat (1); h. tidak memusnahkan pest isida yang dil arang peredarannya,
t idak memenuhi st andar mut u, rusak at au t idak t erdaf t ar sebagaimana dimaksud dal am Pasal 41;
i. mel anggar kel ent uan pel aksanaan Pasal 16; dipidana dengan pidana penj ara pal ing l ama 5 (l ima) t ahun dan denda pal ing banyak Rp. 250. 000. 000, - (dua rat us l ima pul uh j ut a rupiah). (2) Barang siapa karena kel al aiannya :
a. mencari dan mengumpul kan pl asma nut f ah t idak berdasarkan izin sebagaimana dimaksud dal am Pasal 9 ayat (3);
b. mengedarkan hasil pemul iaan at au int roduksi yang bel um dil epas sebagaimana dimaksud dal am Pasal 12 ayat (2);
c. mengedarkan benih bina yang t idak sesuai dengan l abel sebagaimana dimaksud dal am Pasal 13 ayat (3);
d. mengel uarkan benih dari at au memasukkan ke dal am wil ayah negara Republ ik Indonesia t anpa izin sebagaimana dimaksud dal am Pasal 17 ayat (2);
e. menggunakan cara dan/ at au sarana perl indungan t anaman yang mengganggu kesehat an dan mengancam kesel amat an manusia at au menimbul kan kerusakan l ingkungan hidup sebagaimana dimaksud dal am Pasal 22 ayat (1);
f . mengedarkan pupuk yang t idak sesuai dengan l abel sebagaimana dimaksud dal am Pasal 37 ayat (1);
g. mengedarkan pest isida yang t idak t erdaf t ar at au t idak sesuai dengan l abel sebagaimana dimaksud dal am Pasal 38 ayat (1); h. tidak memusnahkan pest isida yang dil arang peredarannya,
sebagaimana dimaksud dal am Pasal 41;
i. mel anggar ket ent uan pel aksanaan Pasal 16; dipidana dengan pidana kurungan pal ing l ama 12 (dua bel as) bul an at au denda pal ing banyak Rp. 50. 000. 000, - (l imapul uh j ut a rupiah).
Pasal 61
(1) Barangsiapa dengan sengaj a:
a. t idak mengikut i t at a cara pembukaan dan pengol ahan l ahan at au penggunaan media t umbuh t anaman sebagaimana dimaksud dal am Pasal 7;
b. mel akukan sert if ikasi t anpa izin sebagaimana dimaksud dal am Pasal 14 ayat (1);
c. dal am memel ihara t anaman menggunakan sarana dan/ at au cara yang mengganggu kesehat an dan mengancam kesel amat an manusia, menimbul kan gangguan dan kerusakan sumberdaya Al am, dan at au l ingkungan hidup sebagaimana dimaksud dal am asal 28 ayat (2);
d. mel akukan usaha budidaya t anaman t anpa izin sebagaimana dimaksud dal am Pasal 48 ayat (1);
e. mel anggar ket ent uan pel aksanaan Pasal 40; dipidana dengan pidana penj ara pal ing l ama 3 (t iga) t ahun dan denda pal ing banyak Rp 150. 000. 000, - (serat us l ima pul uh j ut a rupiah). (2) Barangsiapa karena kel al aiannya :
a. t idak mengikut i t at a cara pembukaan dan pengol ahan l ahan at au penggunaan media t umbuh t anaman sebagaimana dimaksud dal am Pasal 7;
b. mel akukan sert if ikisi t anpa izin sebagaimana dimaksud dal am Pasal 14 ayat (1),
cara yang mengganggu kesehat an dan mengancam kesel amat an manusia, menimbul kan gangguan dan kerusakan sumberdaya al am, dan at au l ingkungan hidup sebagaimana dimaksud dal am Pasal 28 ayat (2);
d. mel akukan usaha budidaya t anaman t anpa izin sebagaimana dimaksud dal am Pasal 48 ayat (1);
e. mel anggar ket ent uan pel aksanaan Pasal 40; dipidana dengan pidana kurungan pal ing l ama 12 (dua bel as) bul an at au denda pal ing banyak Rp 50. 000. 000, - (l imapul uh j ut a rupiah).
Pasal 62
(1) Tindak pidana sebagaimana dimaksud dal am Pasal 60 ayat (1), dan Pasal 61 ayat (1), adal ah kej ahat an.
(2) Tindak pidana sebagaimana dimaksud dal am Pasal 60 ayat (2), dan Pasal 61 ayat (2), adal ah pel anggaran.
Pasal 63
Tumbuhan dan/ at au sarana budidaya t anaman yang diperol eh dan/ at au digunakan unt uk mel akukan t indak pidana yang dimaksud dal am Undang-undang ini dapat dirampas.
BAB XI
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 64
BAB XII
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 65
Dengan berl akunya Undang-undang ini, maka :
1. Undang-undang Nomor 2 Tahun 1961 t ent ang Pengel uaran dan Pemasukan Tanaman dan Bibit Tanaman (Lembaran Negara Tahun 1961 Nomor 9, Tambahan Lembaran Negara Nomor 2147);
2. Ket ent uan yang mengat ur t ent ang budidaya t anaman yang t ercant um dal am :
a. Ordonansi t ent ang Krisis Teh (Crisis Thee Ordonnant ie, St aat sbl ad 1933 No. 203);
b. Ordonansi t ent ang Krisis Kina (Crisis Kina Ordonnant ie, St aat sbl ad 1933 No. 204);
c. Ordonansi t ent ang Krisis Kopi dan Kakao (Crisis Kof f ie en Cacao Ordonnant ie, St aat sbl ad 1933 No. 205);
d. Ordonansi t ent ang Pert anaman Kina (Kinaaanpl ant Ordonnant ie, St aat sbl ad 1934 No. 70);
e. Ordonansi t ent ang Pengel uaran Karet Perkebunan (Ondernemings Rubber-uit voer Ordonnant ie, St aat sbl ad 1934 No. 342);
f . Ordonansi t ent ang Pengel uaran Karet Rakyat (Bevol kings Rubber-uit voer Ordonnant ie, St aat sbl ad 1934 No. 343);
g. Ordonansi t ent ang Pert anaman Karet (Rubberaanpl ant Ordonnant ie, St aat sbl ad 1934 No. 346);
h. Ordonansi t ent ang Kepent ingan-kepent ingan Kapok (Kapok-bel angen Ordonnant ie, St aat sbl ad 1935 No. 165);
j . Ordonansi t ent ang Krosok (Krosok Ordonnant ie, St aat sbl ad 1937 No. 604);
dinyat akan t idak berl aku l agi.
Pasal 66
Undang-undang ini mul ai berl aku pada t anggal diundangkan.
Agar set iap orang menget ahuinya, memerint ahkan pengundangan Undang-undang ini dengan penempat annya dal am Lembaran Negara Republ ik Indonesia.
Disahkan di Jakart a
pada t anggal 30 April 1992
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
t t d
SOEHARTO
Diundangkan di Jakart a pada t anggal 30 April 1992
MENTERI/ SEKRETARIS NEGARA REPUBLIK INDONESIA
t t d
PENJELASAN
Bangsa Indonesia dikaruniai ol eh Tuhan Yang Maha Esa kekayaan al am hayat i, air, ikl im, dan kondisi t anah yang memberikan sumber kehidupan kepada bangsa, t erut ama di bidang pert anian dan sekal igus merupakan sal ah sat u modal dasar bagi pembangunan nasional yang pada hakekat nya merupakan pembangunan manusia Indonesia seut uhnya.
Pembangunan pert anian sebagai bagian dari pembangunan nasional adal ah pembangunan yang berkel anj ut an dan berwawasan l ingkungan diarahkan pada berkembangnya pert anian yang maj u, ef isien, dan t angguh, sert a bert uj uan unt uk meningkat kan hasil dan mut u produksi, meningkat kan pendapat an dan t araf hidup pet ani, pet ernak, dan nel ayan, memperl uas l apangan kerj a dan kesempat an berusaha, menunj ang pembangunan indust ri sert a meningkat kan ekspor, mendukung pembangunan daerah, dan mengint ensif kan kegiat an t ransmigrasi. Arah pembangunan pert anian sedemikian ini akan memperkokoh l andasan bidang ekonomi dal am mencapai t uj uan pembangunan nasional .
manf aat , l est ari, dan berkel anj ut an.
Pengembangan budidaya t anaman diarahkan secara bij aksana, dengan memperhat ikan kemampuan dan kel est arian sumberdaya al am dan l ingkungan hidup sert a menggunakan t eknol ogi t epat dengan t uj uan unt uk meningkat kan dan memperl uas penganekaragaman hasil t anaman, guna memenuhi kebut uhan pangan, sandang, papan, kesehat an, indust ri dal am negeri, dan memperbesar ekspor.
Unt uk mencapai t uj uan t ersebut di at as Pemerint ah menyusun rencana pengembangan budidaya t anaman yang disesuaikan dengan t ahapan rencana pembangunan nasional , menet apkan wil ayah pengembangan budidaya t anaman, mengat ur produksi budidaya t anaman t ert ent u berdasarkan kepent ingan nasional , dan mencipt akan kondisi yang menunj ang peransert a masyarakat , dengan t et ap memperhat ikan kepent ingan masyarakat .
Dengan semakin ket at nya persaingan dal am era gl obal isasi, maka pengembangan budidaya t anaman harus diarahkan pul a pada upaya memanf aat kan keunggul an komparat if produk t anaman yang dimil iki dengan penerapan prinsip ket erpaduan kegiat an budidaya t anaman dengan indust ri pengol ahan, indust ri manuf akt ur, dan pemasarannya. Dengan arah t ersebut , maka nil ai t ambah produksi pert anian akan dinikmat i pul a ol eh pet ani sebagai produsen.
Dal am kondisi perkembangan yang demikian, posisi pet ani dal am kesel uruhan sist em budidaya t anaman menj adi sangat sent ral dan st rat egis. Posisi sent ral dan st rat egis dimaksud hanya dapat bermanf aat apabil a Pemerint ah senant iasa berupaya unt uk mel aksanakan kegiat an yang mengarah kepada peningkat an kual it as sumberdaya manusia t erut ama masyarakat pet ani.
sesuai dengan daya dukung sumberdaya al am Indonesia yang berikl im t ropis. Ol eh karena it u upaya unt uk menemukan dan mencipt akan t eknol ogi budidaya t anaman secara t epat mel al ui penel it ian (research and devel opment ) perl u digal akkan. Dal am rangka memberikan pel ayanan kepada pet ani, Pemerint ah mel akukan penel it ian sert a membina dan mendorong masyarakat t erut ama dunia usaha unt uk ikut berperansert a dal am penel it ian dan pengembangan budidaya t anaman, baik yang bersif at rekayasa t eknol ogi, rekayasa sosial ekonomi, maupun rekayasa sosial budaya.
Teknol ogi t epat yang t el ah dit emukan perl u disebarl uaskan kepada masyarakat , khususnya para pet ani, agar mereka dapat memanf aat kannya. Penyebarl uasan t ersebut dil akukan baik mel al ui j al ur pendidikan sekol ah maupun j al ur pendidikan l uar sekol ah sepert i penyul uhan, pel at ihan, dan l ain-l ain.
Dal am hubungan ini Pemerint ah menyel enggarakan pendidikan sekol ah dan pendidikan l uar sekol ah yang dal am pel aksanaannya mengikut sert akan masyarakat .
Pengikut sert aan peran masyarakat t idak saj a diperl ukan dal am penyebarl uasan t eknol ogi t epat , t et api j uga dal am pemberian pel ayanan inf ormasi yang menj adi kewaj iban Pemerint ah, mel iput i ant ara l ain inf ormasi pasar, prof il komodit as, penanaman modal , promosi komodit as, sert a prakiraan cuaca dan ikl im yang mendukung pengembangan budidaya t anaman.
l ingkungan.
Masal ah yang t imbul adal ah t erj adinya perubahan perunt ukan at au konversi l ahan budidaya t anaman menj adi l ahan unt uk keperl uan bukan budidaya t anaman. Masal ah t ersebut dapat mengancam l ahan budidaya t anaman t erut ama unt uk penghasil pangan yang pada gil irannya dapat mempengaruhi ambang bat as t ingkat produksi secara nasional . Ol eh karena it u maka apabil a t erj adi perubahan t at a ruang yang mengakibat kan perubahan l ahan budidaya t anaman guna keperl uan l ain di l uar budidaya t anaman, perl u secara arif dan cermat mempert imbangkan ket ersediaan l ahan usaha budidaya t anaman.
Benih t anaman, sebagai sarana produksi ut ama dal am budidaya t anaman perl u dij aga mut unya, sehingga mampu menghasil kan produksi dan mut u hasil sebagaimana yang diharapkan. Ol eh karena it u perl u disel enggarakan kegiat an pengumpul an pl asma nut f ah dan pemul iaan t anaman maupun kegiat an l ain yang berkait an dengan upaya unt uk menemukan j enis baru sert a variet as unggul . Unt uk mendorong t erl aksananya hal t ersebut maka kepada para penemunya dapat diberikan penghargaan ol eh Pemerint ah sert a pemberian hak unt uk memberi nama pada t emuannya. Penghargaan t ersebut dapat pul a diberikan kepada para pemil ik t anaman yang t anamannya memil iki keunggul an t ert ent u. Apabil a di dal am negeri bel um t erdapat variet as unggul t ert ent u, maka Pemerint ah unt uk sement ara dapat mengint roduksi variet as unggul t ersebut dari l uar negeri. Unt uk menj amin bahwa variet as baru hasil pemul iaan t anaman maupun int roduksi dari l uar negeri benar-benar unggul , maka sebel um diedarkan perl u diadakan penguj ian unt uk kemudian apabil a hasil nya memenuhi persyarat an yang dit ent ukan, Pemerint ah mel epas variet as t ersebut unt uk dapat diedarkan.
dapat menj amin benih bermut u, adal ah mel al ui sert if ikasi benih. Sert if ikasi benih ini dapat dil akukan ol eh Pemerint ah maupun swast a. Benih yang l ul us sert if ikasi merupakan benih yang t el ah dij amin mut unya baik mut u genet is, f isiol ogis, maupun f isik dan dapat diedarkan. Unt uk menj amin bahwa benih yang diedarkan benar-benar bermut u dan dal am rangka mempermudah pengawasan mut u benih, maka benih yang l ul us sert if ikasi apabil a akan diedarkan waj ib diberi l abel . Hasil pemul iaan sebel um dil epas ol eh Pemerint ah dil arang unt uk dikembangkan dan/ at au diedarkan.
Sarana produksi budidaya t anaman yang l ain sepert i pupuk, pest isida, al at dan mesin budidaya t anaman perl u t erj amin ef ekt ivit asnya dan aman dal am penggunaannya baik t erhadap manusia maupun l ingkungan hidup. Khusus bagi pest isida, karena merupakan bahan berbahaya dan beracun, j ika t el ah dinyat akan dil arang at au t el ah rusak at au t idak memenuhi st andar mut u at au t idak t erdaf t ar harus dimusnahkan.
menggunakan pest isida maka harus memperhat ikan kesel amat an manusia dan kel est arian l ingkungan hidup.
Usaha budidaya t anaman memerl ukan l ahan yang sesuai unt uk budidaya t anaman yang bersangkut an. Di samping it u, pengembangan usaha budidaya t anaman harus disesuaikan dengan sasaran produksi nasional dan/ at au permint aan pasar, baik unt uk kebut uhan dal am negeri maupun ekspor. Usaha budidaya t anaman berskal a besar memerl ukan l ahan yang l uas dan produksinya akan sangat berpengaruh t erhadap produksi budidaya t anaman secara nasional . Ol eh karena it u unt uk mempermudah pengawasan dan pengendal ian pel aksanaan usaha budidaya t anaman berskal a besar, mekanisme yang pal ing baik adal ah mel al ui perizinan. Perizinan yang diberikan harus mel al ui pert imbangan yang cermat t erhadap berbagai aspek sepert i aspek ekonomi, sosial budaya, sumberdaya al am, l ingkungan hidup, dan kepent ingan st rat egis l ainnya.
Dal am upaya meningkat kan pendapat an dan t araf hidup pet ani sert a memperl uas pemerat aan kesempat an berusaha dan kesempat an kerj a, Pemerint ah mengambil l angkah-l angkah yang mendorong t umbuhnya kerj asama yang sal ing mengunt ungkan ant ara usaha berskal a kecil dengan yang berskal a besar. Dengan demikian, akan t erbuka pel uang bagi masyarakat pet ani dan usaha berskal a kecil unt uk t urut sert a dal am pemil ikan dan pengel ol aan usaha budidaya t anaman berskal a besar.
Dengan mat eri sepert i yang dikemukakan di at as disusunl ah Undang-undang ini dengan t uj uan unt uk memberikan l andasan hukum bagi sist em budidaya t anaman.
PASAL DEMI PASAL
Pasal 1 Angka 1
Yang dimaksud sumberdaya al am nabat i mel iput i semua j enis t umbuhan t ermasuk bagiannya baik yang t umbuh di darat maupun di air, yang t el ah maupun bel um dibudidayakan, t erdiri dari t anaman semusim sepert i padi, t ebu, t embakau, kapas, gadung, j amur, kent ang, dan sebagainya sert a t anaman t ahunan sepert i kel apa, karet , mangga, j at i, pinus, sagu, enau, dan sebagainya. Yang dimaksud dengan barang t ermasuk barang yang t idak berwuj ud (j asa).
Angka 2
Kul t ivar adal ah sekel ompok t umbuhan yang apabil a dibudidayakan unt uk memperol eh ket urunan akan t et ap menurunkan ciri-ciri khas t umbuhan induknya sepert i bent uk, rasa buah, warna, dan ciri khas l ainnya.
Angka 3 Cukup j el as Angka 4
Cukup j el as Angka 5
Cukup j el as Angka 7
Cukup j el as Angka 8
Cukup j el as Angka 9
Cukup j el as Angka 10
Cukup j el as Angka 11
Cukup j el as
Pasal 2
Asas manf aat , l est ari, dan berkel anj ut an berart i penyel enggaraan budidaya t anaman harus memberikan manf aat bagi kemanusiaan dan kesej aht eraan masyarakat dengan t et ap menj aga kel est arian sumberdaya al am dan l ingkungan hidup sehingga sist em budidaya t anaman dapat dil aksanakan secara berkesinambungan dan dinamis.
Pasal 3 Huruf a
Dal am pengert ian pangan t ermasuk bahan makanan t ernak dan ikan, sedangkan dal am pengert ian kesehat an t ermasuk gizi.
Huruf c Cukup j el as
Pasal 4
Proses kegiat an produksi mel iput i semua kegiat an mul ai dari penyiapan l ahan dan media t umbuh t anaman, pembenihan, penanaman, pemel iharaan, perl indungan t anaman, dan panen.
Pascapanen adal ah t ahapan kegiat an yang dimul ai sesudah panen sampai dengan hasil nya siap dipasarkan.
Pasal 5 Ayat (1)
Huruf a
Cukup j el as Huruf b
Terhadap wil ayah yang l ahannya mempunyai pot ensi unt uk pengembangan budidaya t anaman di sel uruh Indonesia diadakan penel it ian dari berbagai aspek sepert i kl asif ikasi dan kemampuan t anah, ikl im/ cuaca, veget asi, dan sebagainya. Dat a dit iap wil ayah sebagaimana dimaksud di at as diol ah
sedemikian rupa, dan j ika perl u dil akukan berbagai percobaan il miah, sehingga dapat diket ahui t anaman yang cocok unt uk dikembangkan di wil ayah yang bersangkut an. At as dasar hal -hal t ersebut dapat diket ahui pot ensi wil ayah budidaya t anaman di sel uruh Indonesia yang sel anj ut nya dengan memperhat ikan aspek sosial ekonomi, sosial budaya,
Huruf c
Budidaya t anaman t ert ent u adal ah budidaya t anaman yang mempunyai nil ai st rat egis misal nya padi, t ebu, dan sebagainya.
Pengat uran produksi dimul ai dari perencanaan dan pengendal ian t ingkat produksi yang disesuaikan dengan kepent ingan nasional .
Huruf d
Dal am pengembangan budidaya t anaman, Pemerint ah perl u memberikan pel uang dan kemudahan t ert ent u yang dapat mendorong masyarakat unt uk berperansert a dal am pengembangan budidaya t anaman.
Ayat (2) Cukup j el as
Pasal 6 Ayat (1)
Pet ani adal ah orang, baik yang mempunyai maupun t idak mempunyai l ahan yang mat a pencaharian pokoknya mengusahakan l ahan dan/ at au media t umbuh t anaman unt uk budidaya t anaman.
Ayat (2)
Pada prinsipnya pet ani bebas menent ukan pil ihan j enis t anaman yang akan dibudidayakan. Namun demikian kebebasan t ersebut diikut i dengan kewaj iban berperansert a unt uk mendukung pel aksanaan program Pemerint ah dal am pengembangan budidaya t anaman di wil ayahnya.
Jaminan penghasil an t ert ent u merupakan imbal an penghasil an yang diberikan ol eh karena t idak dicapainya t ingkat penghasil an minimum t ert ent u yang seharusnya diperol eh.
Ayat (4) Cukup j el as
Pasal 7 Ayat (1)
Yang dimaksud dengan l uasan t ert ent u adal ah l uasan l ahan yang dal am pembukaan dan pengol ahan unt uk budidaya t anaman harus memenuhi krit eria yang dit et apkan ol eh Pemerint ah.
Ayat (2)
Yang dimaksud dengan media t umbuh t anaman adal ah pet anaman sel ain l ahan misal nya air, agar-agar, merang, t anah dal am pot dan l ain-l ain.
Ayat (3) Cukup j el as
Pasal 8
Pasal 9 Ayat (1)
Pemul iaan t anaman dil akukan dengan cara persil angan ant ara 2 at au l ebih t et ua, t eknik mut asi sif at genet is variet as, rekayasa genet ika, sel eksi, at au cara l ain sesuai perkembangan t eknol ogi. Tet ua adal ah organisme yang sebagian sif at nya dit urunkan unt uk menyusun sif at variet as baru yang l ebih baik dal am kegiat an pemul iaan t anaman.
Teknik mut asi sif at genet is variet as adal ah cara unt uk mengadakan perubahan sif at genet is suat u variet as dengan perl akuan t ert ent u, misal nya dengan radiasi, zat mut agen.
Rekayasa genet ik adal ah pemindahan bahan genet ik dari sel suat u j enis ke j enis l ain yang t idak memil iki hubungan kekerabat an dan dapat menampil kan sif at yang dibawanya di dal am sel penerima.
Sel eksi adal ah kegiat an pemil ihan dari suat u popul asi j enis t anaman unt uk mendapat kan variet as unggul . Sel eksi dimul ai dari t ahapan ekspl orasi yang merupakan suat u kegiat an pencarian dan pendat aan dari popul asi suat u j enis t anaman l okal at au asl i unt uk mendapat kan variet as unggul l okal dan/ at au sebagai bahan baku persil angan.
Ayat (2) Cukup j el as Ayat (3)
Cukup j el as Ayat (4)
Dal am rangka pemul iaan t anaman dapat dil akukan t ukar menukar pl asma nut f ah dengan l uar negeri, dengan t idak mengurangi kepent ingan nasional .
Ayat (5) Cukup j el as
Pasal 10 Ayat (1)
Int roduksi benih dari l uar negeri dapat berupa benih dari berbagai kel as yang dil akukan apabil a benih at au mat eri induk bel um pernah ada di Indonesia.
Yang dimaksud dengan mat eri induk adal ah t anaman dan/ at au bagiannya yang digunakan sebagai bahan pemul iaan.
Ayat (2) Cukup j el as Ayat (3)
Cukup j el as
Pasal 11
Cukup j el as
Pasal 12 Ayat (1)
unggul dan dapat disebarl uaskan set el ah memenuhi persyarat an yait u sil sil ah, met oda pemul iaan, hasil uj i adapt asi, rancangan dan anal isa percobaan, diskripsi, sert a ket ersediaan benih dari variet as yang bersangkut an pada saat dil epas.
Ayat (2)
Hasil pemul iaan yang bel um diaj ukan unt uk dil epas dan/ at au sudah diaj ukan t et api dit ol ak unt uk dil epas dil arang unt uk diedarkan karena masih dianggap mempunyai kel emahan dan t idak memenuhi persyarat an yang dit ent ukan.
Ayat (3) Cukup j el as
Pasal 13 Ayat (1)
Benih bina adal ah benih dari variet as unggul yang t el ah dil epas, yang produksi dan peredarannya diawasi.
Ayat (2)
Sert if ikasi merupakan kegiat an unt uk mempert ahankan mut u benih dan kemurniaan variet as, yang dil aksanakan dengan :
a. pemeriksaan t erhadap :
1. kebenaran benih sumber at au pohon induk; 2. pet anaman dan pert anaman;
3. isol asi t anaman agar t idak t erj adi persil angan l iar; 4. al at panen dan pengol ahan benih;
5. t ercampurnya benih;
mel iput i mut u genet is, f isiol ogis, dan f isik; c. pengawasan pemasangan l abel .
Ayat (3)
Yang dimaksud dengan l abel adal ah ket erangan t ert ul is yang diberikan pada benih at au benih yang sudah dikemas yang akan diedarkan dan memuat ant ara l ain t empat asal benih, j enis dan variet as t anaman, kel as benih, dat a hasil uj i l aborat orium, sert a akhir masa edar benih.
Ayat (4) Cukup j el as
Pasal 14 Ayat (1)
Cukup j el as Ayat (2)
Cukup j el as
Pasal 15
Yang dimaksud dengan pengadaan mel iput i produksi dal am negeri maupun pemasukan dari l uar negeri.
Pasal 16
membahayakan kesehat an manusia.
Pasal 17 Ayat (1)
Dal am pengert ian t umbuhan t ermasuk pl asma nut f ah. Ayat (2)
Benih at au t umbuhan dianggap t el ah dikel uarkan dari wil ayah negara Republ ik Indonesia apabil a t el ah dimuat dal am al at angkut unt uk dibawa ke suat u t empat di l uar wil ayah negara Republ ik Indonesia. Di samping it u j uga t ermasuk benih yang t el ah diangkut dari suat u t empat ke t empat l ain di dal am wil ayah negara Republ ik Indonesia, t et api t idak sampai pada t empat t uj uannya, dan t idak dapat dibukt ikan ol eh pengirim yang bersangkut an bahwa benih t ersebut t el ah sampai di t empat l ain di dal am wil ayah negara Republ ik Indonesia at au t el ah hil ang dal am perj al anan ke t empat t uj uannya.
Benih at au t umbuhan dianggap t el ah dimasukkan ke dal am wil ayah negara Republ ik Indonesia apabil a t el ah dibawa ke dal am wil ayah negara Republ ik Indonesia dan dit urunkan dari al at angkut .
Ayat (3)
Pemasukan benih dari l uar negeri, dal am hal di dal am negeri t el ah t erdapat benih bina yang sama, st andar mut unya mengikut i st andar mut u benih bina yang ada. Apabil a di dal am negeri bel um t erdapat benih bina yang sama, st andar mut unya dit et apkan t ersendiri ol eh Pemerint ah. Benih dari l uar negeri apabil a akan diedarkan harus diberi l abel sepert i hal nya benih bina.
Ayat (1) Cukup j el as Ayat (2)
Cukup j el as Ayat (3)
Cukup j el as Ayat (4)
Cukup j el as
Pasal 19 Ayat (1)
Cukup j el as Ayat (2) Cukup j el as
Pasal 20 Ayat (1)
Sist em pengendal ian hama t erpadu adal ah upaya pengendal ian popul asi at au t ingkat serangan organisme pengganggu t umbuhan dengan menggunakan sat u at au l ebih dari berbagai t eknik pengendal ian yang dikembangkan dal am suat u kesat uan, unt uk mencegah t imbul nya kerugian secara ekonomis dan kerusakan l ingkungan hidup. Dal am sist em ini penggunaan pest isida merupakan al t ernat if t erakhir.
Ayat (2)
Pada dasarnya perl indungan t anaman menj adi t anggung j awab masyarakat . Dal am hal -hal t ert ent u pel aksanaan perl indungan t anaman dil akukan ol eh masyarakat bersama Pemerint ah, misal nya dal am menangani daerah sumber serangan dan organisme pengganggu t umbuhan yang bersif at ekspl osi.
Pasal 21
Cukup j el as
Pasal 22 Ayat (1)
Dal am pengert ian sumberdaya al am t ermasuk sat wa. Ayat (2)
Cukup j el as
Pasal 23
Cukup j el as
Pasal 24 Ayat (1)
Yang dimaksud dengan pej abat yang berwenang ant ara l ain Penyul uh Pert anian, Pengamat Hama Penyakit Tanaman, Mant ri Tani, dan Kepal a Desa.
Ayat (2)
Ekspl osi adal ah serangan organisme penggangu t umbuhan yang sif at nya mendadak, popul asinya berkembang sangat cepat , dan menyebar l uas dengan cepat .
Pasal 25 Ayat (1)
Sel ain t anaman, benda l ain yang dapat dieradikasikan adal ah benda yang dapat menj adi media pembawa at au sumber penyebaran organisme penggangu t umbuhan misal nya sisa t anaman, l imbah panen dan pascapanen, gudang, dan sebagainya.
Ayat (2)
Organisme pengganggu t umbuhan dianggap sangat berbahaya dan mengancam kesel amat an t anaman secara mel uas apabil a:
a. organisme pengganggu t umbuhan t ersebut bel um pernah diket emukan di wil ayah yang bersangkut an;
b. organisme pengganggu t umbuhan t ersebut t el ah at au pernah ada di wil ayah yang bersangkut an; dan
c. t erhadap organisme pengganggu t umbuhan t ersebut t idak at au bel um ada t eknol ogi pengendal ian yang ef ekt if .
Bent uk kompensasi yang diberikan dapat berupa uang, penggant ian sarana produksi dan/ at au diberi kemudahan unt uk mel akukan usaha l ain. Kesemuanya it u dengan mepert imbangkan sit uasi dan kondisi pada saat dil akukan eradikasi.
Ayat (2) Cukup j el as
Pasal 27
Cukup j el as
Pasal 28 Ayat (1)
Cukup j el as Ayat (2)
Cukup j el as Ayat (3)
Cukup j el as
Pasal 29 Ayat (1)
Pemungut an hasil dapat dil akukan dengan berbagai cara ant ara l ain pemot ongan, pengupasan, penusukan, penorehan, dan pemet ikan.
Cukup j el as Ayat (4)
Cukup j el as
Pasal 30 Ayat (1)
Cukup j el as Ayat (2)
Yang dimaksud dengan pet ani kecil berl ahan sempit adal ah pet ani yang mengusahakan budidaya t anaman dan penghasil annya hanya cukup unt uk memenuhi kebut uhan hidupnya sehari-hari.
Ayat (3)
Pengat uran mengenai panen budidaya t anaman t ert ent u berupa kebij aksanaan Pemerint ah yang membat asi l uasan yang bol eh dipanen, saat pemanenan, cara memanen, dan sebagainya.
Budidaya t anaman t ert ent u adal ah j enis budidaya t anaman yang dit et apkan Pemerint ah berdasarkan pert imbangan sosial ekonomi, perj anj ian int ernasional , dan hal -hal st rat egis l ainnya.
Pasal 31 Ayat (1)
Cukup j el as Ayat (2)
Pasal 32 Ayat (1)
Cukup j el as Ayat (2)
Cukup j el as Ayat (3)
Cukup j el as
Pasal 33
Cukup j el as
Pasal 34 Ayat (1)
Dal am upaya merumuskan suat u st andar unit pengol ahan, al at t ransport asi, dan unit penyimpanan hasil budidaya t anaman, Pemerint ah dapat mengumpul kan semua pihak yang berkepent ingan t erhadap st andar t ersebut .
Pihak-pihak yang dapat dipert imbangkan ikut sert a dal am rapat konsensus st andar adal ah wakil -wakil dari inst ansi Pemerint ah, Dewan St andardisasi Indonesia, Kamar Dagang dan Indust ri Indonesia, produsen, pemakai at au konsumen, t enaga penel it i, perguruan t inggi, dan l ain-l ain.
Ayat (2) Cukup j el as Ayat (3)
Pasal 35
Cukup j el as
Pasal 36 Ayat (1)
Dal am upaya menet apkan harga dasar hasil budidaya t anaman t ert ent u, Pemerint ah perl u mempert imbangkan pendapat
masyarakat produsen mel al ui st udi at au survei, t anpa mengabaikan kepent ingan masyarakat konsumen.
Penet apan harga dasar akan disesuaikan dengan sit uasi dan kondisi sert a kepent ingan produsen dan konsumen hasil budidaya t anaman yang bersangkut an sert a memperhat ikan perj anj ian int ernasional .
Hasil budidaya t anaman t ert ent u adal ah hasil budidaya t anaman yang menyangkut kepent ingan masyarakat l uas baik produsen maupun konsumen, misal nya padi, gul a, dan l ain sebagainya. Ayat (2)
Cukup j el as
Pasal 37 Ayat (1)
Pengert ian pupuk menurut ket ent uan ini t idak t ermasuk pupuk organik.
Cukup j el as Ayat (4)
Cukup j el as
Pasal 38 Ayat (1)
Dal am pengert ian pest isida t ermasuk bahan akt if . Zat pengat ur at au perangsang t umbuh, dengan dosis t ert ent u dapat berf ungsi sebagai pest isida.
Ayat (2) Cukup j el as
Pasal 39
Yang dimaksud dengan mengawasi pengadaan, peredaran sert a penggunaan pest isida, adal ah Pemerint ah mel akukan pembinaan dan memberikan inf ormasi kepada masyarakat t ent ang pengadaan, peredaran, sert a penggunaan pest isida unt uk mencegah pengaruh samping yang t idak diinginkan dan memberikan manf aat secara maksimal . Kegiat an pengawasan mel iput i pemeriksaan j enis, mut u, j uml ah, wadah, pembungkus, l abel , residu, kesel amat an kerj a, dokumen publ ikasi, al at dan bahan yang digunakan dal am kegiat an pengadaan, peredaran, dan penggunaan pest isida.
Pengert ian peredaran adal ah impor, ekspor, j ual bel i di dal am negeri, sert a penyimpanan dan pengangkut an pest isida.
Pasal 40
keamanan bagi manusia dan l ingkungan hidup, sert a pengaruhnya yang menimbul kan kekebal an organisme pengganggu t umbuhan sasaran (resist ensi) dan/ at au mel edaknya t urunan berikut nya dari organisme pengganggu t umbuhan sasaran (resurgensi).
Pasal 41
Cukup j el as
Pasal 42
Cukup j el as
Pasal 43 Ayat (1)
Dal am pengert ian al at dan mesin pert anian t ermasuk di dal amnya rumah kaca, gudang, bengkel dan l ain-l ain.
Ayat (2) Cukup j el as Ayat (3)
Cukup j el as
Pasal 44 Ayat (1)
Cukup j el as Ayat (2)
Pasal 45
Yang dimaksud dengan keperl uan l ain yait u penggunaan l ahan yang semul a unt uk budidaya t anaman menj adi non budidaya t anaman sehingga t idak sesuai dengan t at a ruang yang ada.
Pasal 46 Ayat (1)
Penet apan l uas maksimum mengacu pada Pasal 33 Undang-Undang Dasar 1945, sert a Pasal 47 ayat (3) dan ayat (4), Pasal 48, dan Pasal 49 Undang-undang ini.
Yang dimaksud dengan unit usaha budidaya t anaman dal am hal ini adal ah sat u sat uan l uasan l ahan yang secara ekonomis diperl ukan bagi suat u j enis t anaman t ert ent u.
Ayat (2)
Perset uj uan perubahan j enis t anaman pada unit usaha budidaya t anaman yang dimaksud dal am ayat ini, t idak berl aku bagi pet ani kecil berl ahan sempit .
Ayat (3) Cukup j el as
Pasal 47 Ayat (1)
Dal am pengert ian usaha budidaya t anaman t ermasuk usaha di bidang perbenihan.
Ayat (2)
Ayat (3) Cukup j el as Ayat (4)
Cukup j el as
Pasal 48 Ayat (1)
Penent uan skal a t ert ent u didasarkan ant ara l ain at as l uasan l ahan, manaj emen, j enis maupun j uml ah t anaman, j uml ah invest asi, t ingkat t eknol ogi, dan l ain-l ain yang digunakan dal am budidaya t anaman.
Berdasarkan pendekat an t ersebut Pemerint ah menet apkan skal a usaha bagi usaha di bidang budidaya t anaman yang waj ib memil iki izin.
Ayat (2)
Kepent ingan st rat egis l ainnya adal ah pert ahanan keamanan, kependudukan, ket enagakerj aan, dan l ain-l ain.
Ayat (3) Cukup j el as
Pasal 49
Yang dimaksud dengan usaha l emah adal ah usaha di bidang budidaya t anaman baik yang dil akukan ol eh perorangan maupun badan hukum yang dit inj au dari segi permodal an, manaj emen, dan t eknol ogi masih l emah.
Ayat (1) Cukup j el as Ayat (2)
Cukup j el as
Pasal 51
Cukup j el as
Pasal 52 Ayat (1)
Cukup j el as Ayat (2)
Cukup j el as Ayat (3)
Cukup j el as Ayat (4)
Cukup j el as
Pasal 53
Yang dimaksud dengan organisasi prof esi t erkait adal ah semua bent uk perhimpunan prof esional , keil muan, pengusahaan, at au perdagangan di bidang budidaya t anaman.
Cukup j el as Ayat (2)
Cukup j el as
Pasal 55 Ayat (1)
Cukup j el as Ayat (2)
Cukup j el as Ayat (3)
Cukup j el as Ayat (4)
Cukup j el as
Pasal 56 Ayat (1)
Cukup j el as Ayat (2)
Cukup j el as Ayat (3)
Cukup j el as
Cukup j el as Ayat (2)
Pel ayanan inf ormasi yang mendukung pengembangan budidaya t anaman mel iput i ant ara l ain inf ormasi pasar, prof il komodit as, penanaman modal , promosi komodit as, dan met eorol ogi dal am bent uk prakiraan cuaca dan ikl im.
Ayat (3) Cukup j el as
Pasal 58 Ayat (1)
Cukup j el as Ayat (2)
Cukup j el as Ayat (3)
Cukup j el as
Pasal 59 Ayat (1)
Cukup j el as Ayat (2)
Cukup j el as Ayat (3)
Pasal 60 Ayat (1)
Cukup j el as Ayat (2)
Cukup j el as
Pasal 61 Ayat (1)
Cukup j el as Ayat (2)
Cukup j el as
Pasal 62 Ayat (1)
Cukup j el as Ayat (2)
Cukup j el as
Pasal 63
Cukup j el as
Pasal 64
Pasal 65
Cukup j el as
Pasal 66