• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMAKNAAN STAKEHOLDER TERHADAP BRAND POSITIONING USAHA KECIL DAN MENENGAH (STUDI PADA CV MPU BATU SURABAYA).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PEMAKNAAN STAKEHOLDER TERHADAP BRAND POSITIONING USAHA KECIL DAN MENENGAH (STUDI PADA CV MPU BATU SURABAYA)."

Copied!
147
0
0

Teks penuh

(1)

PEMAKNAAN STAKEHOLDER TERHADAP BRAND POSITIONING USAHA KECIL DAN MENENGAH

(STUDI PADA CV MPU BATU SURABAYA)

Jurnal

Oleh: Sarah Isneini NIM. B76211116

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI JURUSAN KOMUNIKASI

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

(2)

PEMAKNAAN STAKEHOLDER TERHADAP BRAND POSITIONING

USAHA KECIL DAN MENENGAH (STUDI PADA CV MPU BATU SURABAYA)

Skripsi

Diajukan Kepada Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan dalam Memperoleh

Gelar Sarjana Ilmu Komunikasi (S.I.Kom.)

Oleh: Sarah Isneini NIM. B76211116

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI JURUSAN KOMUNIKASI

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

(3)
(4)
(5)
(6)

ABSTRAK

Sarah Isneini, B76211116, 2015. Pemaknaan Stakeholder Terhadap Brand

Positioning Usaha Kecil dan Menengah (Studi Pada CV Mpu Batu Surabaya). Skripsi Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Sunan Ampel Surabaya.

Kata Kunci: Pemaknaan, Stakeholder, Brand Positioning, Usaha Kecil dan

Menengah

Ada satu persoalan yang hendak dikaji dengan dua fokus penelitian dalam penelitian ini, yaitu: (1) Bagaimana strategi internal CV Mpu Batu Surabaya

terhadap brand positioning-nya (2) Bagaimana pemaknaan brand positioning CV

Mpu Batu Surabaya oleh stakeholder.

Untuk mengungkap persoalan tersebut secara menyeluruh dan mendalam, dalam penelitian ini digunakanlah metode penelitian kualitatif dengan pendekatan studi kasus yang berguna untuk memberikan fakta dan data mengenai pemaknaan stakeholder terhadap brand positioning CV Mpu Batu Surabaya, kemudian data tersebut dianalisis dengan Teori Pertukaran Sosial dari John Thibaut dan Harold Kelley.

Dari hasil penelitian ini ditemukan bahwa (1) CV Mpu Batu Surabaya

menentukan posisi mereknya dengan strategi positioning melalui

atribut/keunggulan, positioning melalui kompetisi, dan price-value position posisi

berdasarkan harga-nilai yang dikomunikasikan dengan komunikasi langsung dan

melalui saluran/media komunikasi. (2) Pemilik, mitra/distributor, customer, dan

pengelola Gedung Pusat Cinderamata Dinas Koperasi dan UKM Jawa Timur

memaknai brand positioning CV Mpu Batu Surabaya sesuai dengan strategi

perusahaan, sedangkan pegawai CV Mpu Batu Surabaya tidak dapat

memaknai/menafsirkan brand positioning CV Mpu Batu Surabaya melalui atribut

dan berdasarkan harga.

Bertitik tolak dari penelitian ini, beberapa saran yang diperkirakan dapat dijadikan

bahan pertimbangan bagi keberhasilan dan pengembangan brand positioning CV

Mpu Batu Surabaya adalah (1) untuk CV Mpu Batu Surabaya, Mengembangkan

dan memelihara brand positioning yang telah berhasil tertanam di benak

stakeholder, selalu memperhatikan dan menganalisa kepentingan stakeholder,

mengkomunikasikan brand positioning kepada seluruh pegawai (2) untuk

(7)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii

PENGESAHAN TIM PENGUJI ... iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... v

KATA PENGANTAR ... vi

ABSTRAK ... viii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR BAGAN ... xii

BAB I : PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah dan Fokus Penelitian ... 6

C. Tujuan Penelitian ... 7

D. Manfaat Penelitian ... 7

E. Kajian Hasil Penelitian Terdahulu ... 8

F. Definisi Konsep ... 12

G. Kerangka Pikir Penelitian ... 16

H. Metode Penelitian ... 18

1. Pendekatan dan Jenis Penelitian ... 18

2. Subyek, Obyek, dan Lokasi Penelitian ... 20

3. Jenis dan Sumber Data ... 24

4. Tahap-tahap Penelitian ... 25

5. Teknik Pengumpulan Data ... 27

6. Teknik Analisis Data ... 30

I. Sistematika Pembahasan ... 31

BAB II : KAJIAN TEORITIS ... 33

A. Kajian Pustaka ... 33

1. Usaha Kecil dan Menengah serta Ketahanan Ekonomi Masyarakat ... 33

(8)

3. Strategi Brand Positioning dan Target Perusahaan ... 41

4. Pemaknaan dan Positioning Perusahaan ... 52

B. Kajian Teoritik ... 59

Teori Pertukaran Sosial ... 59

BAB III : PENYAJIAN DATA ... 67

A. Profil Data ... 67

1. Profil CV Mpu Batu Surabaya ... 67

2. Profil Informan ... 74

B. Deskripsi Data Penelitian ... 79

1. Strategi Internal CV Mpu Batu Surabaya terhadap Brand Positioning-nya ... 80

a. Brand Positioning yang Diinginkan CV Mpu Batu Surabaya ... 80

b. Langkah CV Mpu Batu Surabaya Mengkomunikasikan Brand Positioning-nya ... 85

c. Kendala yang Dihadapi CV Mpu Batu Surabaya dalam Menjalankan Strategi Brand Positioning ... 92

2. Pemaknaan Stakeholder terhadap Brand Positioning CV Mpu Batu Surabaya ... 92

a. Pemaknaan Brand Positioning CV Mpu Batu Surabaya oleh Stakeholder Internal ... 93

b. Pemaknaan Brand Positioning CV Mpu Batu Surabaya oleh Stakeholder Eksternal ... 97

BAB IV : INTERPRETASI HASIL PENELITIAN ... 108

A. Temuan Hasil Penelitian ... 108

1. Produk CV Mpu Batu Surabaya Memiliki Keunggulan dari Segi Kualitas dan Desain ... 105

2. Produk Batu Ukir CV Mpu Batu Surabaya Merupakan yang Pertama di Indonesia dan Belum Ada Saingannya ... 106

3. Segmentasi Pasar CV Mpu Batu Surabaya Diperluas Dengan Menambah Macam Produk dan Menyesuaikan Harga ... 106

4. CV Mpu Batu Surabaya Menggunakan Nama Merek “Mpu Batu” Agar Mudah Diingat dan Menggambarkan Keahliannya 107

5. CV Mpu Batu Surabaya Melakukan Promosi Secara Langsung Melalui Launching di Jakarta, Mengikuti Pameran, dan Mengisi Pelatihan Produksi Kerajinan ... 108

(9)

7. CV Mpu Batu Surabaya Mengalami Kendala pada

Media/Saluran Komunikasinya ... 110

8. Menurut Seluruh Stakeholder, Produk CV Mpu Batu Surabaya Memiliki Keunggulan ... 110

9. Menurut Seluruh Stakeholder, CV Mpu Batu Surabaya Unggul dan Berbeda dari Kompetitor ... 111

10.Pemilik, Mitra/Distributor, Customer, dan Pengelola Gedung Pusat Cinderamata Dinas Koperasi dan UKM Jawa Timur Memaknai Nama Merek “Mpu Batu” sesuai dengan Strategi Internal CV Mpu Batu Surabaya ... 112

11.Pegawai CV Mpu Batu Surabaya Tidak Dapat Memaknai Nama Merek “Mpu Batu” ... 112

12.Pemilik, Mitra/distributor, Customer, dan Pengelola Gedung Pusat Cinderamata Dinas Koperasi dan UKM Jawa Timur dapat Melihat Perubahan Segmentasi Pasar CV Mpu Batu Surabaya Sesuai dengan Strategi Internal Perusahaan ... 113

13.Pegawai Tidak Dapat Memahami Segmentasi Pasar CV Mpu Batu Surabaya ... 114

B. Konfirmasi Temuan Dengan Teori ... 115

BAB V: PENUTUP ... 129

A. Simpulan ... 129

B. Rekomendasi ... 133

(10)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perekonomian Indonesia tahun 2014 tumbuh sebesar 5,0%,

melambat dibandingkan dengan 5,6% pada tahun 2013 dan lebih rendah

dibandingkan perkiraan pada awal tahun 2014 yaitu sebesar 5,5-5,9%. Jika

dibandingkan dengan rata-rata pertumbuhan ekonomi negara kawasan

ASEAN 5, pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2014 relatif lebih

tinggi.1

Kedepannya, perekonomian Indonesia diperkirakan semakin baik,

dengan pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi dan berkelanjutan serta

stabilitas makroekonomi yang tetap terjaga. Hal ini ditopang oleh

perbaikan ekonomi global, meskipun berjalan lambat, dan semakin

kuatnya reformasi struktural dalam memperkokoh fundamental ekonomi

nasional. Pada tahun 2015, pertumbuhan ekonomi domestik diperkirakan

akan lebih tinggi, yaitu tumbuh pada kisaran 5,4-5,8%. Namun pada

kenyataannya perekonomian Indonesia pada tahun 2015 tidak sesuai

perkiraan. Pada kuartal I tahun 2015 ini, pertumbuhan ekonomi Indonesia

hanya 4,7%, lebih rendah dari tahun 2014.2

1

Bank Indonesia, Laporan Perekonomian Indonesia 2014, 2015, hlm. XXIV-XXV dalam bi.go.id, 8 Februari 2015

2

Disfiyant Glienmourinsie, “BPS Umumkan Ekonomi RI Hanya Tumbuh 4,7%”

(11)

2

Di tengah perekonomian yang kurang memuaskan, masyarakat

terus mencari upaya untuk bertahan dalam kondisi ekonomi bagaimana

pun. Usaha Kecil dan Menengah (UKM) banyak menjadi pilihan

masyarakat untuk memperbaiki kondisi ekonominya. UKM telah terbukti

sepanjang sejarah bangsa muncul sebagai motor penggerak dan

penyelamat perekonomian Indonesia. UKM mampu menopang sendi-sendi

perekonomian bangsa dimasa sulit dan krisis ekonomi menerjang

Indonesia terutama tahun 1997-1998. Kala itu perusahaan besar ternyata

tidak berdaya, sejumlah konglomerat memperoleh fasilitas pinjaman dari

pemerintah yang dikenal dengan bantuan likuiditas Bank Indonesia

(BLBI). Tapi perusahaan tak kunjung terselamatkan malah terjadi

penggelapan BLBI. UKM sangat berperan tidak hanya ikut meredam

gejolak sosial akibat angka pengangguran yang kian besar, tetapi secara

makro turut menumbuh-ratakan ekonomi negara.3

Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian mencatat jumlah

pelaku usaha sampai tahun 2013 adalah sebesar 57.900.787 unit usaha

(mikro, kecil, menengah, dan besar). Dari jumlah tersebut, persentase

jumlah pelaku usaha kelas Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM)

yaitu sebesar 57.895.721 unit atau 99,99% dari jumlah pengusaha sebesar

57.900.787 unit. Deputi Menteri Koordinator Bidang Perekonomian

Bidang Koordinasi Perniagaan dan Industri Edy Putra Irawady

mengemukakan, “Jumlah tenaga kerja yang terlibat mencapai 91,8 juta

3

Aries Musnandar, “Peran UKM dalam Pertumbuhan Ekonomi Indonesia” dalam

(12)

3

orang atau 97,3% terhadap seluruh tenaga kerja Indonesia. Sementara

kontribusi UKM terhadap produk domestik bruto semakin meningkat yaitu

sebesar 53,87% pada tahun 2005, meningkat menjadi 59,08% pada tahun

2012.”4

Terus meningkatnya eksistensi usaha kecil dan menengah (UKM)

di Indonesia menuntut kreatifitas lebih dari para pelaku UKM untuk

mengelola usahanya dengan memanfaatkan sumber daya yang tersedia

agar dapat bersaing dengan yang lain. Untuk dapat unggul dan sukses,

diperlukan adanya pembeda suatu UKM dengan UKM lainnya, para

pelaku usaha memiliki strategi masing-masing dalam hal tersebut. Tidak

hanya bersaing antar sesama UKM di Indonesia, sebentar lagi para pelaku

usaha Indonesia dihadapkan dengan persaingan antar negara-negara di

ASEAN. Pada akhir 2015 nanti Indonesia akan mengahadapi dan menjadi

bagian dari Masyarakat Ekonomi Asean (MEA).

Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) adalah tujuan akhir integrasi

ekonomi seperti dicanangkan dalam ASEAN Vision 2020.

Langkah-langkah integrasi MEA menjadi strategi mencapai daya saing yang

tangguh dan di sisi lain akan berkontribusi positif bagi masyarakat

ASEAN secara keseluruhan maupun individual negara anggota.5 Untuk

membantu tercapainya integrasi ekonomi ASEAN melalui MEA, maka

4

Setkab, “UMKM Di Indonesia Pekerjakan Lebih Dari 91 Juta Orang” dalam

http://www.aktualita.co/umkm-di-indonesia-pekerjakan-lebih-dari-91-juta-orang/3762/ 6 Mei 2015

5

(13)

4

dibuatlah MEA Blueprint. MEA Blueprint memuat empat pilar utama

yaitu:6

1. ASEAN sebagai pasar tunggal dan berbasis produksi tunggal yang di

dukung dengan elemen aliran bebas barang, jasa, investasi, tenaga

kerja terdidik dan aliran modal yang lebih bebas.

2. ASEAN sebagai kawasan dengan daya saing ekonomi tinggi, dengan

elemen peraturan kompetisi, perlindungan konsumen, hak atas

kekayaan intelektual, pengembangan infrastruktur, perpajakan, dan

e-commerce.

3. ASEAN sebagai kawasan dengan pengembangan ekonomi yang

merata dengan elemen pengembangan usaha kecil dan menengah, dan

prakarsa integrasi ASEAN untuk negara-negara Kamboja, Myanmar,

Laos, dan Vietnam.

4. ASEAN sebagai kawasan yang terintegrasi secara penuh dengan

perekonomian global dengan elemen pendekatan yang koheren dalam

hubungan ekonomi di luar kawasan, dan meningkatkan peran serta

dalam jejaring produksi global.

Keempat pilar MEA tersebut saling berkaitan dan mendukung satu

sama lain. Usaha kecil dan menengah menjadi elemen pada salah satu pilar

MEA, sehingga banyak peluang dan tantangan yang akan dihadapi

Indonesia pada sektor ini. Penguatan posisi usaha skala menengah, kecil,

6

(14)

5

dan usaha pada umumnya menjadi salah satu langkah strategis yang harus

dilakukan Indonesia dalam menghadapi tantangan MEA 2015.7

Salah satu usaha kecil dan menengah (UKM) di Indonesia yang

dinilai siap menghadapi persaingan MEA 2015 karena memiliki keunikan

dan telah mengundang minat dari luar negeri yakni CV Mpu Batu

Surabaya. UKM ini memproduksi kerajinan batu ukir dan kaca ukir yang

unik, di Indonesia hanya CV Mpu Batu Surabaya yang membuat ukiran

batu dengan efek timbul serta teknik pemahatannya tidak menggunakan

bahan kimia atau cetakan. Bagus Heri Setiadji sebagai pemilik CV Mpu

Batu memperoleh penghargaan atas penemuannya berupa alat khusus yang

dapat mengukir batu dengan hasil yang unik dan berbeda. Selain itu

kreatifitas dan produksinya dalam bidang ukir batu juga terus berkembang

sehingga Mpu Batu memperoleh beberapa penghargaan di Indonesia, salah

satunya Anugerah Karya Cipta Adinugraha 2014 sebagai unggulan I untuk

kategori perdagangan menengah.

Tentunya untuk mencapai tujuan dan kesuksesan sesuai dengan

visi misinya, UKM perlu bekerja sama dengan stakeholder internal

maupun stakeholder eksternalnya. UKM perlu dikenal baik oleh

stakeholder untuk melancarkan usahanya. Dengan adanya pembeda dari

UKM lain, CV Mpu Batu dapat unggul dan berkembang. Diferensiasi

tersebut berkaitan dengan brand positioning UKM. Positioning adalah

strategi komunikasi untuk memasuki jendela otak konsumen atau publik,

7

Departemen Perdagangan Republik Indonesia, Menuju ASEAN Economic Community 2015,

(15)

6

agar produk/merek mengandung arti tertentu yang dalam beberapa segi

mencerminkan keunggulan terhadap produk/merek lain dalam bentuk

hubungan asosiatif.8 Positioning sebagai upaya merek tersebut untuk

masuk ke alam pikiran target segmen harus dipelihara dalam jangka

panjang untuk membangun hubungan yang berkelanjutan.9 Keberhasilan

strategi positioning ditentukan oleh kesesuaian antara pemaknaan publik

terhadap suatu merek dengan keinginan perusahaan dalam memposisikan

merek tersebut.

Peneliti berasumsi, jika dapat mengetahui dan memahami

pemaknaan oleh stakeholder terhadap brand positioning CV Mpu Batu

Surabaya, maka akan terlihat apakah terjadi perbedaan makna dari

stakeholder tersebut dengan positioning yang diinginkan perusahaan,

sehingga dapat menjadi acuan untuk pengembangan strategi brand

positioning kedepannya demi tercapainya tujuan dan kesuksesan UKM.

B. Rumusan Masalah dan Fokus Penelitian

Berdasarkan uraian latar belakang masalah, maka permasalahan

yang dibahas dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana pemaknaan stakeholder terhadap brand positioning CV

Mpu Batu Surabaya?

8

Rhenald Kasali, Membidik Pasar Indonesia: Segmentasi, Targeting, dan Positioning (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1998), hlm. 527

9

(16)

7

Fokus penelitian pada permasalahan tersebut adalah sebagai

berikut:

1. Strategi internal CV Mpu Batu Surabaya terhadap brand positioning

-nya meliputi tujuan, cara dan saluran yang digunakan, serta kendala

yang dihadapi.

2. Pemaknaan terhadap brand positioning CV Mpu Batu Surabaya

meliputi penafsiran oleh stakeholder internal (pemilik dan pegawai)

dan stakeholder eksternal (customer, mitra/distributor, dan pengelola Gedung Pusat Cinderamata Dinas Koperasi dan UKM Jawa Timur).

C. Tujuan Penelitian

Mengacu pada rumusan masalah diatas, maka maksud dan tujuan

penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mendiskripsikan strategi internal CV Mpu Batu Surabaya

terhadap brand positioning-nya.

2. Untuk mendiskripsikan pemaknaan stakeholder terhadap brand

positioning CV Mpu Batu Surabaya.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian dilihat dari dua sisi, yakni teoritis dan praktis.

Adapun manfaat penelitian tersebut, yaitu:

1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi pemikiran

(17)

8

kepada para akademisi untuk mendukung pengembangan ilmu

komunikasi maupun public relations pada masa sekarang dan masa

mendatang.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi peneliti, penelitian ini diharapkan dapat menambah

pengetahuan dan membuka wawasan melalui fakta yang diperoleh

secara langsung dari lapangan sebagai penerapan teori yang telah

dipelajari selama perkuliahan.

b. Bagi pelaku bisnis, penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan

evaluasi dan contoh atau pedoman agar dapat mengetahui lebih

dalam bagaimana pemaknaan stakeholder terhadap brand

positioning suatu perusahaan. Sehingga selanjutnya dapat

memahami dan menyusun strategi yang efektif untuk brand

positioning guna tercapainya tujuan dan kesuksesan perusahaan.

c. Bagi lembaga pendidikan, penelitian ini diharapkan dapat menjadi

referensi, masukan dan menambah wacana keilmuan komunikasi.

E. Kajian Hasil Penelitian Terdahulu

Sebagai rujukan dari hasil penelitian yang terkait dengan tema

yang diteliti, peneliti berupaya mencari referensi hasil penelitian terdahulu

(18)

9

Penelitian terdahulu pernah dilakukan oleh Annisa (2012)10,

penelitian ini adalah jurnal dengan menggunakan metode penelitian

kualitatif dan pendekatan studi kasus milik John. W. Creswell. Tujuan dari

penelitian ini ialah: untuk mengetahui staff divisi Youth Segment

Community dalam menginterpretasikan logo XL Jagoan Muda sebagai

strategi Marketing Public Relations PT XL Axiata, Tbk.; untuk

mengetahui staff divisi Youth Segment Community dalam

menginterpretasikan tagline XL Jagoan Muda “Berani Kreatif dan Raih

Prestasi” sebagai strategi Marketing Public Relations PT XL Axiata, Tbk.;

untuk mengetahui staff divisi Youth Segment Community dalam

menginterpretasikan program XL Jagoan Muda “Beraksi Love n Roll @

School” sebagai strategi Marketing Public Relations dalam membangun

komunitas bagi PT XL Axiata, Tbk.

Hasil penelitian yang diperoleh yakni: Staff divisi Youth Segment

Community memaknai logo dan tagline sebagai strategi membangun identitas yang kuat untuk produk, program, dan komunitas. Dan program

“Love n Roll @ School” merupakan strategi hubungan masyarakat dan

membangun komunitas XL Jagoan Muda.

Penelitian terdahulu tersebut memiliki persamaan dengan

penelitian yang saat ini peneliti lakukan, yakni sama-sama meneliti

bagaimana pemaknaan terhadap strategi branding perusahaan.

Perbedaannya, penelitian terdahulu tersebut hanya fokus pada pemaknaan

10

Penelitian ini telah dilakukan oleh Annisa Nevitriana dari Jurusan Ilmu Hubungan Masyarakat

(19)

10

oleh salah satu stakeholder internalnya, yakni staff divisi Youth Segment

Community PT XL Axiata, Tbk.

Penelitian terdahulu juga pernah dilakukan oleh Andik (2013)11,

penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan

fenomenologi. Tujuan penelitian ini yakni untuk mengetahui bagaimana

pemaknaan konsumen mahasiswa luar Kota Malang terhadap kaos Soak

Ngalam sebagai identitas Kota Malang. Hasil penelitian yang diperoleh

yakni: secara general mahasiswa luar Kota Malang memahami makna

yang ada pada desain kaos Soak Ngalam. Meskipun secara perkata mereka

kurang memahami makna yang terkandung di dalamnya, namun para

konsumen mahasiswa luar Kota Malang memaknai kaos Soak ngalam ini

merupakan kaos yang menggambarkan identitas Kota Malang dengan

“boso walikan”nya.

Penelitian terdahulu tersebut memiliki persamaan dengan

penelitian yang saat ini peneliti lakukan, yakni sama-sama meneliti

pemaknaan oleh pihak stakeholder. Perbedaannya, penelitian terdahulu

hanya meneliti pemaknaan oleh stakeholder eksternal yakni konsumen,

sedangkan penelitian saat ini meneliti pemaknaan oleh stakeholder internal

maupun eksternal. Penelitian terdahulu meneliti pemaknaan dari aspek

desain produk, sedangkan penelitian saat ini meneliti pemaknaan dari

aspek brand positioning UKM.

11

(20)

11

Kemudian penelitian terdahulu juga pernah dilakukan oleh Dhani

(2012)12. Jenis penelitian ini adalah jurnal, menggunakan metode

reception analysis serta kualitatif eksploratif. Hasil penelitian yang diperoleh yakni: informan memiliki empat garis besar pemaknaan

mengenai beberapa green advertising di media massa. Pertama, green

advertising sebagai bentuk pemanfaatan isu go green yang dijadikan sebagai komoditas, pemaknaan ini oleh Informan Ay dan Ab. Kedua,

green advertising sebagai bentuk tindakan greenwashing, pemaknaan ini

oleh Informan P. Ketiga, green advertising sebagai usaha untuk

mendapatkan citra baik perusahaan, pemaknaan ini oleh Informan Al dan

L. Garis besar pemaknaan keempat adalah green advertising sebagai iklan

yang ramah lingkungan, pemaknaan ini oleh Informan Ri.

Penelitian terdahulu tersebut memiliki persamaan dengan

penelitian yang saat ini peneliti lakukan, yakni sama-sama meneliti tentang

pemberian makna terhadap pesan yang ingin disampaikan oleh suatu

pihak. Perbedaannya, penelitian terdahulu tersebut fokus meneliti

pemaknaan/penerimaan khalayak terhadap green advertising di media

massa, sedangkan penelitian saat ini fokus pada pemaknaan brand

positioning UKM.

12

(21)

12

F. Definisi Konsep

Setiap penelitian dimulai dengan menjelaskan konsep penelitian

yang digunakan, karena konsep penelitian ini merupakan kerangka acuan

peneliti di dalam mendesain instrumen penelitian. Konsep adalah

generalisasi dari sekelompok fenomena yang sama. Sehingga peneliti

memberikan batasan definisi yang digunakan dalam penelitian ini.

1. Pemaknaan oleh Stakeholder CV Mpu Batu Surabaya

Pemaknaan merupakan upaya untuk memberikan makna dari

sesuatu. Pemaknaan erat kaitannya dengan pengalaman tentang objek,

peristiwa, atau hubungan-hubungan yang diperoleh dari dengan

menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan. Suatu pesan

mempunyai makna yang berbeda antara satu individu dengan individu

yang lain. Karena makna pesan berkaitan dengan masalah penafsiran

yang menerimanya. Berkaitan dengan pngertian makna ini, Brodbeck

(1963) menjelaskan tiga macam makna yang berbeda-beda:

Pertama, makna referensial, yakni makna suatu istilah adalah

objek, pikiran, ide, atau konsep yang ditunjukkan oleh istilah itu.

Kedua, makna yang menunjukkan arti suatu istilah yang dihubungkan

dengan konsep-konsep lain. Ketiga, makna intensional, yakni arti suatu

istilah atau lambang tergantung pada apa yang dimaksudkan oleh si

pemakai dengan arti lambang itu. Makna inilah yang melahirkan

makna individual.13

13

B. Aubrey Fisher, Teori-teori Komunikasi, terjemahan Soerjono Trimo (Bandung: Remaja Rosda

(22)

13

Stakeholder adalah pihak-pihak dari dalam dan luar organisasi yang berkepentingan dan berpengaruh terhadap kinerja, keberadaan

dan keberlangsungan organisasi. Stakeholder adalah kelompok atau

individu yang dapat mempengaruhi atau dipengaruhi oleh apa yang

menjadi tujuan organisasi. Stakeholder terkait dengan organisasi secara

berkesinambungan.Stakeholder internal adalah orang dalam dari suatu

organisasi atau perusahaan, orang atau instansi yang secara langsung

terlibat dalam kegiatan organisasi. Stakeholder internal CV Mpu Batu

Surabaya meliputi pemilik, serta pegawainya. Stakeholder eksternal

adalah orang atau instansi dari luar organisasi atau perusahaan yang

terkait dengan kegiatan organisasi atau perusahaan. Stakeholder

eksternal CV Mpu Batu Surabaya meliputi customer, mitra/distributor,

dan pengelola Gedung Pusat Cinderamata Dinas Koperasi dan UKM

Jawa Timur.

Dalam konteks penelitian ini, pemaknaan stakeholder UKM

Mpu Batu Surabaya merupakan pemberian makna dan penafsiran oleh

stakeholder internal maupun stakeholder eksternal mengenai brand positioning CV Mpu Batu Surabaya.

2. Brand Positioning CV Mpu Batu Surabaya

Brand positioning adalah menempatkan sebuah merek atau produk di benak konsumen atau publik. Seperti apa merek tersebut

diposisikan oleh konsumen atau publik. Positioning adalah teknik/cara

(23)

14

sebuah produk, merek atau organisasi/perusahaan di dalam persepsi

para target/sasaran (Ries & Trout, 1969).14

Merek dan produk CV Mpu Batu Surabaya merupakan

kerajinan ukiran batu eksklusif yang berbeda dengan lainnya.

Customer yang memesan atau membeli karya batunya diberikan

sertifikat atas kepemilikan karya ukiran batu tersebut. Hal ini untuk

menunjang keaslian dan estetika pahatan karyanya.15 Mpu Batu

memiliki konsep unik dengan mengangkat situs budaya prasasti mini

Indonesia yang berupa ukiran tulisan Kaligrafi, tulisan Cina, aksara

Jawa dan tulisan Nasrani yang dituangkan dalam bentuk prasasti mini

(tulisan di atas batu). Beberapa karya seni batu ukir yang diproduksi

antara lain: prasasti bernuansakan nilai religi; handycraft seperti

kalung, jam duduk, vas bunga, gantungan kunci, kalender, dan

sebagainya.

3. Usaha Kecil dan Menengah (UKM)

Usaha Kecil dan Menengah (UKM) merupakan suatu bentuk

usaha kecil masyarakat yang pendiriannya berdasarkan inisiatif

seseorang. Sebagian besar masyarakat beranggapan bahwa UKM

hanya menguntungkan pihak-pihak tertentu saja. Padahal sebenarnya

UKM sangat berperan dalam mengurangi tingkat pengangguran yang

ada di Indonesia. UKM dapat menyerap banyak tenaga kerja Indonesia

14

Ibid.

15

Arista Ika, “Batu Ukir Bersertifikat”, dalam

(24)

15

yang masih mengganggur. Selain itu UKM telah berkontribusi besar

pada pendapatan daerah maupun pendapatan negara Indonesia. Dalam

struktur perekonomian Indonesia, UKM merupakan kegiatan ekonomi

rakyat yang produktif, yang keberadaanya mendominasi lebih dari

99% dalam struktur perekonomian nasional.

Kriteria usaha mikro, memiliki kekayaan bersih paling banyak

Rp 50 juta, tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha, atau

memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp 300 juta. Kriteria

usaha kecil memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp 50 juta sampai

dengan paling banyak Rp 500 juta, tidak termasuk tanah dan bangunan

tempat usaha, atau memiliki hasil penjualan tahunan lebbih dari Rp300

juta sampai dengan paling banyak Rp 2,5 miliar. Kriteria usaha

menengah memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp 500 juta sampai

dengan paling banyak Rp 10 miliar, tidak termasuk tanah dan

bangunan tempat usaha, atau memiliki hasil penjualan tahunan lebih

dari Rp 2,5 miliar sampai dengan paling banyak Rp 50 miliar.16

Dalam kegiatan produksinya, UKM memanfatkan berbagai

Sumber Daya Alam yang berpotensial di suatu daerah yang belum

diolah secara komersial. UKM dapat membantu mengolah Sumber

Daya Alam (SDA) yang ada di setiap daerah. Hal ini berkontribusi

besar terhadap pendapatan daerah maupun pendapatan negara

Indonesia. Kekayaan SDA Indonesia yang melimpah, serta

16

(25)

16

beragamnya ketrampilan masyarakat dalam mengolah SDA tersebut

menjadi dasar berkembangnya eksistensi UKM dengan berbagai

bidang produksi, seperti kerajinan, kuliner, fashion/pakaian, jasa,

kesehatan, agrobisnis, dan sebagainya.

UKM dalam penelitian ini merupakan UKM pada bidang

kerajinan/kesenian di Surabaya. CV Mpu Batu Surabaya memproduksi

batu ukir, kaca ukir, serta souvenir/handycraft yang terbuat dari

berbagai macam bahan, seperti batu, kayu, fossil kayu, dan sebagainya.

G. Kerangka Pikir Penelitian

Penelitian ini berawal dari perhatian akan semakin meningkatnya

eksistensi Usaha Kecil dan Menengah (UKM) di Indonesia yang tentunya

menjadikan persaingan semakin ketat. Fenomena ini menarik bagi peneliti

karena terjadi ditengah perekonomian Indonesia yang kurang memuaskan

dan semakin mendekati dimulainya Masyarakat Ekonomi Asean 2015.

Tentunya untuk dapat bersaing, UKM memerlukan diferensiasi yang salah

satunya dapat diwujudkan dari brand positioning, sehingga menjadi

unggul diantara yang lain. Dan pemaknaan stakeholder terhadap

positioning suatu merek haruslah sama dengan positioning yang diinginkan terhadap merek tersebut. Serta hubungan dan kerjasama antara

UKM dengan stakeholder-nya harus dijaga dan dikembangkan karena

menyangkut keberlangsungan bisnis tersebut.

Dengan menggunakan teori Pertukaran Sosial dari John Thibaut

(26)

17

analisa pada penelitian ini, diharapkan dapat membantu peneliti untuk

memahami secara menyeluruh dari sisi para stakeholder yang memberikan

makna terhadap brand positioning CV Mpu Batu Surabaya, serta

kaitannya mengenai hubungan antara stakeholder dengan CV Mpu Batu

Surabaya.

Dengan mengamati segala aspek yang berkaitan dengan strategi

brand positioning CV Mpu Batu Surabaya dan pemaknaan/penafsiran oleh

para stakeholder terhadap brand positioning tersebut dengan

menggunakan metode penelitian kualitatif, diharapkan data-data

terdiskripsikan sesuai faktanya. Peneliti berusaha memahami strategi yang

dilakukan CV Mpu Batu Surabaya terhadap brand positioning-nya dari

perspektif orang yang melakoninya, yaitu pemilik UKM tersebut. Dan

berusaha memahami pemaknaan terhadap brand positioning CV Mpu Batu

Surabaya tersebut dari perspektif para stakeholder, yaitu pemilik, pegawai,

mitra/distributor, customer, dan pengelola Gedung Pusat Cinderamata

Dinas Koperasi dan UKM Jawa Timur sebagai subyek penelitian.

Dalam pelaksanaan penelitiannya, peneliti melakukan observasi,

wawancara mendalam yang dicatat dan direkam serta mengumpulkan

dokumen yang diperlukan. Agar data yang diperoleh cukup baik untuk

dapat dianalisis dan diinterpretasikan sesuai dengan fokus permasalahan

(27)

18

penelitian dari Babbie dalam Garna, dengan kerangka pikir sebagai

berikut:17

Bagan 1.1 Kerangka Pikir Penelitian dari Babbie

H. Metode Penelitian

1. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Penelitian ini fokus pada pemaknaan/penafsiran oleh para

stakeholder terhadap brand positioning CV Mpu Batu Surabaya dan peneliti tidak membutuhkan kontrol terhadap hal tersebut. Begitu pula

17

Babbie dalam Garna, Judistira, K. Metode Penelitian: Pendekatan Kualitatif, (Bandung: Primaco Akademika, 1999), hlm. 130

UKM menghadapi persaingan, pentingnya pemaknaan oleh stakeholder

Dapat melihat jika ada perbedaan makna oleh stakeholder, sehingga menjadi acuan pengembangan strategi brand positioning

Pertukaran Sosial

Pemaknaan oleh

stakeholder, brand positioning, Usaha Kecil

dan Menengah (UKM)

Konseptualisme

Studi kasus, Kualitatif

Stakeholder internal,

stakeholder eksternal CV Mpu Batu Surabaya

Metode Subjek Penelitian

Pengumpulan data

Wawancara, observasi, dan dokumentasi

Analisis

Reduksi data, penyajian data dan penarikan serta pengujian kesimpulan

Laporan hasil, dan menarik implikasinya

Aplikasi

(28)

19

dengan strategi internal yang telah dilakukan oleh CV Mpu Batu

Surabaya terhadap brand positioning-nya. Sehingga penelitian ini

menggunakan pendekatan studi kasus. Penelitian studi kasus

merupakan penelitian yang mempelajari secara intensif atau mendalam

suatu anggota dari kelompok sasaran suatu subjek penelitian. Gay dan

Daniel mengatakan bahwa, “Studi kasus adalah investigasi mendalam

dari seorang individu, kelompok atau lembaga.”18 Yin berpendapat

bahwa,

“Penelitian studi kasus ini juga merupakan satu strategi penelitian

yang secara umum lebih cocok digunakan untuk situasi bila pokok

pertanyaan suatu penelitian berkenaan dengan “bagaimana” atau

“mengapa”, bila peneliti hanya memiliki sedikit peluang untuk mengontrol peristiwa yang akan diselidiki atau tidak membutuhkan kontrol terhadap peristiwa yang terkait, dan bilamana fokus penelitian terletak pada fenomena atau peristiwa kontemporer (masa kini).”19

Studi kasus merupakan tipe pendekatan dalam penelitian yang

menelaah satu kasus secara intensif, mendalam, mendetail, dan

komprehensif. Pada penelitian yang menggunakan pendekatan ini,

berbagai variabel ditelaah dan ditelusuri, termasuk kemungkinan

hubungan antar variabel yang ada. Sebuah studi kasus memberi

deskripsi tentang individu, tetapi dapat juga sebuah tempat seperti

perusahaan dan lingkungan sekitar. Suatu lembaga atau sejumlah

lembaga dianalisis secara mendalam dengan melakukan pengamatan.20

18

Ulber Silalahi, Metode Penelitian Sosial (Bandung: PT. Refika Aditama, 2009), hlm. 186

19

Ibid,.

20

(29)

20

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

penelitian deskriptif kualitatif, yaitu prosedur penelitian yang

menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari

subjek yang diamati dan memiliki karakteristik bahwa data yang

diberikan merupakan data asli yang tidak diubah serta menggunakan

cara yang sistematis dan dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya.

Penelitian kualitatif bertujuan mencari pengertian mendalam tentang

suatu gejala, fakta atau realita. Fakta, realita, masalah, gejala serta

peristiwa hanya dapat dipahami bila peneliti menelusurinya secara

mendalam dan tidak di permukaan saja. Kedalaman ini mencirikhaskan

metode kualitatif, sekaligus sebagai faktor unggulannya. Penelitian

kualitatif menjawab pertanyaan berciri eksplanatoris, lebih ke arah

penciptaan teori. Metode kualitatif akan menggunakan data yang

diambil melalui wawancara, observasi lapangan atau dokumen yang

ada.21

2. Subyek, Obyek, dan Lokasi Penelitian

a. Subyek Penelitian

Subyek dari penelitian ini ditentukan berdasarkan purposive

sampling yakni seleksi atas dasar kriteria-kriteria tertentu yang

dibuat peneliti berdasarkan tujuan penelitian.22Kriteria ditentukan

dari perkiraan kapasitas pengetahuan dan pengalaman subyek

21

Conny R. Semiawan, Metode Penelitian Kualitatif (Jakarta: PT Grasindo, 2010), hlm.67

22

(30)

21

penelitian terhadap hal yang berkaitan dengan fokus penelitian

untuk memberikan informasi yang diperlukan.

Subyek pada penelitian ini adalah stakeholder internal

(pemilik dan pegawai) dan stakeholder eksternal CV Mpu Batu

Surabaya (mitra/distributor, customer, dan pengurus Gedung Pusat

Cinderamata Dinas Koperasi dan UKM Jawa Timur). Dari 10

jumlah orang yang kini aktif bekerja pada CV Mpu Batu Surabaya,

peneliti memilih cukup pemilik dan dua pegawainya yang menjadi

informan, dikarenakan pemilik Mpu Batu Surabaya dan dua

pegawai ini adalah yang masa kerjanya paling lama di antara

pegawai lain, memenuhi kapasitas dibidangnya dan mengetahui

CV Mpu Batu Surabaya lebih lama dibanding pegawai lainnya

sehingga dapat dijadikan informan dari stakeholder internal Mpu

Batu Surabaya.

Sedangkan pemilihan informan dari stakeholder

eksternalnya, peneliti memilih seorang mitra/distributor yang sejak

2009 telah mengenal Mpu Batu Surabaya kemudian menjadi mitra

yang bekerjasama dalam hal pendistribusian dan promosi, seorang

customer yang pernah membeli produk Mpu Batu Surabaya yang berlokasi di Surabaya, serta seorang pengelola Gedung Pusat

Cinderamata Dinas Koperasi dan UKM Jawa Timur yang

merupakan koordinator galeri. Produk Mpu Batu Surabaya tersedia

di galeri Gedung Pusat Cinderamata Dinas Koperasi dan UKM

(31)

22

setiap UKM baru yang masuk ke galeri tersebut akan melalui

koordinator galeri terlebih dahulu, sehingga koordinator galeri

yang menjadi informan pada penelitian ini berkapasitas di

bidangnya dan mengetahui CV Mpu Batu Surabaya.

Berikut data Informan penelitian yakni pemilik, dua

pegawai, distributor, customer, serta pengelola Gedung Pusat

Cinderamata Dinas Koperasi dan UKM Jawa Timur:

1) Bagus Heri Setiadji, stakeholder internal yang merupakan

pemilik dari CV Mpu Batu Surabaya, beralamatkan di Jalan

Petemon Barat 88 Surabaya.

2) Ahmad Taufik Ridho, stakeholder internal yang merupakan

pegawai dari CV Mpu Batu Surabaya yang masih aktif bekerja,

beralamatkan di Kaliasin Gang IX Surabaya.

3) Siti Aisyah, stakeholder internal CV Mpu Batu Surabaya yang

merupakan pegawai dari CV Mpu batu Surabaya yang masih

aktif bekerja, beralamatkan di Petemon Barat Surabaya.

4) Dian Chrisna, stakeholder eksternal CV Mpu Batu Surabaya

yang merupakan mitra/distributor dari produk-produk CV Mpu

Batu Surabaya yang masih aktif bekerja sama, beralamatkan di

Jagir Sidoresmo Gang VIII / 44C Surabaya.

5) Irfan Nur Putra, stakeholder eksternal CV Mpu Batu Surabaya

yang merupakan customer yang pernah membeli produk batu

ukir CV Mpu Batu Surabaya, beralamatkan di Sutorejo Selatan

(32)

23

6) Aditya Herdiawan, stakeholder eksternal CV Mpu Batu

Surabaya yang merupakan koordinator galeri Gedung Pusat

Cinderamata Dinas Koperasi dan UKM Jawa Timur,

beralamatkan di Sedati Permai Sidoarjo.

b. Obyek Penelitian

Obyek pada penelitian ini adalah kajian keilmuan

komunikasi yang fokus pada pemaknaan oleh stakeholder terhadap

brand positioning CV Mpu Batu Surabaya dan strategi internal

terhadap brand positioning-nya. Pemberian makna atau penafsiran

merupakan bagian dari proses komunikasi. Dalam penelitian ini,

brand positioning yang diinginkan CV Mpu Batu Surabaya

merupakan pesan yang ditafsirkan oleh stakeholder (sebagai

komunikan). Dan strategi internal terhadap brand positioning

merupakan bagian dari proses komunikasi dalam segi mengolah

dan menyampaikan pesan yang dilakukan oleh CV Mpu Batu

Surabaya (sebagai komunikator).

c. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini meliputi kantor CV Mpu Batu

Surabaya yakni di Jalan Petemon Barat 88 Surabaya, serta di

tempat-tempat stakeholder CV Mpu Batu Surabaya yang menjadi

informan berada. Peneliti memilih CV Mpu Batu Surabaya karena

merupakan UKM yang memiliki keunikan/diferensiasi tersendiri

dari berbagai aspek. Aspek jenis karya yang di produksinya (ukiran

(33)

24

teknik tersendiri yang pertama kali di Indonesia untuk mengukir

batu dengan hasil timbul), aspek kreatifitasnya (mengukir batu

dengan Kaligrafi, tulisan Cina, tulisan Jepang, aksara Jawa), dan

setiap orang yang membeli batu ukir Mpu Batu Surabaya diberikan

sertifikat kepemilikann yang menunjukkan produknya eksklusif

untuk customer. CV Mpu Batu Surabaya dinilai memiliki daya

saing menuju Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015, terbukti dengan

diraihnya penghargaan Karya Cipta Adi Nugraha 2014 sebagai

unggulan I kategori perdagangan menengah. Sesuai dengan

pernyataan Suwito selaku tim juri, “Kriteria yang kami gunakan

antara lain aspek keunikan produk, legalitas produk, SDM, dan

juga belum pernah mendapatkan penghargaan sejenis, serta

berdaya saing menuju ASEAN Economy Community (AEC)

2015”23

3. Jenis dan Sumber Data

Peneliti mengumpulakan data dari beberapa jenis dan sumber data,

antara lain:

a. Data Primer

Data primer yaitu data yang diperoleh secara langsung dari

sumber asli (tidak melalui perantara) yang secara khusus

dikumpulkan oleh peneliti untuk menjawab permasalahan dalam

23

Son, “12 Pelaku UKM Kreatif Raih Penghargaan”, dalam

(34)

25

penelitian.24 Sumber data primer dalam penelitian ini adalah

informan yang telah ditentukan oleh peneliti, yakni stakeholder

internal dan stakeholder eksternal CV Mpu Batu Surabaya.

Stakeholder internal CV Mpu Batu Surabaya meliputi pemilik dan

pegawai. Stakeholder internal CV Mpu Batu Surabaya meliputi

mitra/distributor, customer, dan pengelola Gedung Pusat

Cinderamata Dinas Koperasi dan UKM Jawa Timur. Data ini

diperoleh melalui observasi dan wawancara mendalam dengan

informan.

b. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh dari sumber data

kedua atau sumber sekunder sebagai pendukung data primer untuk

menjawab rumusan masalah dan fokus penelitian. Data sekunder

yang digunakan pada penelitian ini meliputi dokumentasi dan

literatur yang mendukung dan berhubungan dengan penelitian, baik

dalam bentuk tertulis, tercetak, maupun terekam.

4. Tahapan Penelitian

a. Tahap Pra Lapangan

1) Menentukan tema dan judul penelitian. Peneliti mencari konsep

dan fenomena yang akan diteliti. Tahap ini nantinya

memudahkan dalam penulisan latar belakang masalah, rumusan

masalah, tujuan dan manfaat penelitian. Dalam penelitian ini

24

(35)

26

peneliti memilih judul “Pemaknaan Stakeholder terhadap Brand

Positioning Usaha Kecil dan Menengah” yang penelitiannya memilih CV Mpu Batu Surabaya sebagai lokasinya.

2) Menyiapkan proposal penelitian. Untuk melakukan penelitian,

disiapkan rancangan penelitian yang tertulis dalam proposal

penelitian.

3) Menentukan informan, mengurus perijinan untuk persiapan

wawancara. Peneliti memilih informan yang tepat sehingga

mengoptimalkan data yang dibutuhkan dalam penelitian.

Kemudian mengurus perijinan kepada informan, menyiapkan

kebutuhan untuk wawancara dan pengumpulan data.

b. Tahap Lapangan

1) Memahami latar penelitian. Sebelum melakukan penelitian

langsung ke lapangan, peneliti perlu memahami kondisi tempat,

suasana, dan informan yang diteliti. Dalam hal ini peneliti harus

mengetahui dimana dan kapan menemui informan. Juga

melakukan perkenalan dan pendekatan kepada informan

sehingga memudahkan dalam pengamatan dan wawancara.

Dengan memahami latar penelitian, peneliti akan lebih siap

sehingga memaksimalkan perolehan data.

2) Terjun ke lapangan. Peneliti memasuki lokasi penelitian,

menemui informan dan berkenalan, kemudian mewawancarai

informan (stakeholder internal dan stakeholder eksternal CV

(36)

27

data penelitian. Proses ini dilakukan sambil merekam proses

wawancara (audio) dan mencatat data yang diperoleh.

c. Penulisan Laporan

Langkah akhir dalam penelitian ini adalah membuat laporan

penelitian. Laporan penelitian berisi suatu proses dan hasil dari

suatu penelitian yang merupakan deskripsi yang disusun secara

sistematis, objektif, ilmiah, dan dilaksanakan tepat pada waktunya.

5. Teknik Pengumpulan Data

Data-data dalam penelitian ini diperoleh dari wawancara

mendalam, observasi dan disertai dokumentasi dari subjek penelitian

atau informan.

a. Wawancara Mendalam

Menurut Deddy Mulyana, “Wawancara adalah bentuk

komunikasi antara dua orang, melibatkan seseorang yang ingin

memperoleh informasi dari seseorang lainnya dengan mengajukan

pertanyaan-pertanyaan berdasarkan tujuan tertentu.”25 Dalam

penelitian ini wawancara yang dilakukan adalah wawancara

mendalam (in depth interview). Wawancara ini bersifat informal,

yakni luwes dan fleksibel, karena dapat disesuaikan dengan kondisi

informan sehingga pertanyaan menjadi relevan, karena selain

dibangun atas dasar pengamatan, pertanyaan juga disesuaikan

dengan keadaan orang yang diwawancarai.26 Informan dalam

25

Deddy Mulyana, Metode Penelitian Kualitatif (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004), hlm.180

26

(37)

28

penelitian ini adalah stakeholder internal dan stakeholder eksternal

CV Mpu Batu Surabaya. Wawancara ini bertujuan untuk melacak

berbagai gejala tertentu dari perspektif orang-orang yang terlibat,

sehingga peneliti dapat mempelajari hal-hal yang tampaknya

memang tidak dapat dilacak dengan menggunakan cara atau

metode lain.

Wawancara dengan pemilik CV Mpu Batu Surabaya

dilakukan di kantornya. Wawancara dengan dua pegawai CV Mpu

Batu Surabaya dan seorang mitra/distributor CV Mpu Batu

Surabaya dilakukan di galeri Mpu Batu Surabaya. Wawancara

dengan seorang customer CV Mpu Batu Surabaya dilakukan di

kediamannya, dan wawancara dengan pengelola Gedung Pusat

Cinderamata Dinas Koperasi dan UKM Jawa Timur dilakukan di

gedung tersebut.

b. Observasi

Observasi adalah kemampuan seseorang untuk

menggunakan pengamatannya melalui hasil kerja panca indra mata

serta dibantu dengan panca indra lainnya. Peneliti melakukan

observasi dengan terjun langsung ke lapangan dan berada bersama

informan, namun bersifat pasif. Data yang diobservasi berupa

kondisi-kondisi di lapangan yang dapat memenuhi informasi untuk

penelitian ini. Dalam hal ini peneliti datang langsung ke lokasi CV

Mpu Batu Surabaya Surabaya, Gedung Pusat Cinderamata Dinas

(38)

29

informan berada. Peneliti mengumpulkan informasi secara

langsung, melihat dan mengamati hal-hal penting yang terkait

dengan penelitian, serta mencatatnya dengan teliti dan rinci.

Tujuan observasi ini yakni, dengan berada di lokasi bersama

informan dan pihak lain yang terkait dengan penelitian akan

membantu peneliti memperoleh banyak informasi yang

tersembunyi dan mungkin tidak terungkap selama wawancara.

c. Dokumentasi

Sifat utama dari data dokumentasi tak terbatas pada ruang

dan waktu sehingga memberi peluang kepada peneliti untuk hal-hal

yang telah silam. Peneliti membutuhkan dokumen sebagai

pendukung dan untuk memperluas data-data yang telah ditemukan

serta mencocokkan dengan hasil wawancara. Sumber dokumen

yang digunakan dalam penelitian ini antara lain:

1) Katalog produk CV Mpu Batu Surabaya

2) Profil CV Mpu Batu Surabaya (berupa softcopy dan cetakan)

3) Softcopy Presentasi Perencanaan Bisnis CV Mpu Batu Surabaya

4) Foto kegiatan, foto produk, foto sertifikat batu ukir CV Mpu

Batu Surabaya

5) Artikel yang dimuat dalam media massa yang dengan terkait

penelitian

(39)

30

Menurut Lexy J Moleong (2002), “Analisis data adalah proses

mengorganisasikan dari mengurutkan data ke dalam pola, kategori, dan

satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan dapat di

rumuskan hipotesis kerja seperti yang disarankan oleh data.” Dalam

menganalisis data dari penelitian ini, peneliti menggunakan Teknik

Analisis Interaktif Miles dan Huberman. Teknik ini pada dasarnya

terdiri dari tiga komponen: reduksi data, penyajian data, dan penarikan

serta pengujian kesimpulan.27

a. Reduksi data.

Tahap pertama, melibatkan langkah editing,

pengelompokan, dan meringkas data. Tahap kedua, menyusun

catatan-catatan mengenai berbagai hal, termasuk yang berkenaan

dengan aktivitas serta proses-proses sehingga peneliti dapat

menemukan tema-tema, kelompok-kelompok, dan pola-pola data.

Kemudian pada tahap terakhir, peneliti menyusun rancangan

konsep-konsep serta penjelasan-penjelasan mengenai tema, pola,

atau kelompok-kelompok data yang bersangkutan.

b. Penyajian data.

Melibatkan langkah-langkah mengorganisasikan data,

yakni menjalin (kelompok) data yang satu dengan (kelompok) data

yang lain sehingga seluruh data yang dianalisis benar-benar

dilibatkan dalam satu kesatuan. Data yang tersaji berupa

27

(40)

31

kelompok-kelompok yang kemudian saling dikait-kaitkan sesuai

dengan kerangka teori yang digunakan.

c. Penarikan dan pengujian kesimpulan.

Peneliti mengimplementasitakan prinsip induktif dengan

mempertimbangkan pola-pola data yang ada dan atau

kecenderungan dari display data yang telah dibuat. Dalam hal ini

peneliti masih harus mengkonfirmasi, mempertajam, atau mungkin

merevisi kesimpulan-kesimpulan yang telah dibuat untuk sampai

pada kesimpulan final berupa proposisi-proposisi ilmiah mengenai

gejala atau realitas yang diteliti.

I. Sistematika Pembahasan

Adapun sistematika dalam pembahasan ini terbagi menjadi lima

bab dan pada tiap babnya terdapat sub-sub sebagaimana uraian berikut ini:

BAB I: Pendahuluan. Berisi tentang latar belakang, rumusan

masalah dan fokus penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, kajian

hasil penelitian terdahulu, definisi konsep, kerangka pikir penelitian,

metode penelitian, dan sistematika pembahasan.

BAB II: Kajian Teoritis. Dibagi menjadi dua sub-bab yakni kajian

pustaka dan kajian teori.

BAB III: Penyajian Data. Dibagi menjadi dua sub-bab yakni profil

data, dan deskripsi data penelitian.

BAB IV: Interpretasi Hasil Penelitian. Dibagi menjadi dua sub-bab

(41)

32

BAB V: Penutup. Dibagi menjadi dua sub-bab yakni simpulan dan

(42)

BAB II

KAJIAN TEORITIS

A.Kajian Pustaka

1. Usaha Kecil dan Menengah (UKM) serta Ketahanan Ekonomi Masyarakat

Dengan sumber daya alam yang melimpah, banyak potensi untuk

mengolah guna mencukupi kebutuhan hidup masyarakat. Di samping itu

sumber daya manusia tentu harus ditingkatkan kualitasnya melalui

pendidikan dan pelatihan yang memadai, karena selain kuantitas yang

besar dibutuhkan juga kualitas yang tinggi untuk menunjang kegiatan

perekonomian dan memecahkan permasalahan ekonomi bagi hajat hidup

orang banyak.1

Permasalahan ekonomi merupakan hal yang sangat penting karena

menyangkut kelangsungan hidup manusia. Pertumbuhan ekonomi yang

pesat mendorong penyediaan berbagai sarana dan prasarana perekonomian

penting yang dibutuhkan untuk mempercepat pembangunan ekonomi.

Dengan ketahanan ekonomi yang kuat, negara mampu memenuhi

kebutuhan hidup warga negaranya secara merata untuk kesejahteraan

bersama. Ketahanan Ekonomi diartikan sebagai kondisi dinamis

kehidupan perekonomian bangsa yang berisi keuletan dan ketangguhan

kekuatan nasional dalam menghadapi serta mengatasi segala tantangan,

1Fearlessme, “Pengembangan UKM dalam Menciptakan Ketahanan Ekonomi di Indonesia”

(43)

34

ancaman, hambatan dan gangguan yang datang dari luar maupun dari

dalam secara langsung maupun tidak langsung untuk menjamin

kelangsungan perekonomian bangsa dan negara berlandaskan Pancasila

dan UUD 1945.

Wujud ketahanan ekonomi tercermin dalam kondisi ekonomi

bangsa yang mampu memelihara stabilitas ekonomi yang sehat dan

dinamis, mandiri, berdaya saing tinggi, mewujudkan kemakmuran rakyat

yang adil dan merata. Pembangunan ekonomi diarahkan pada kemantapan

ketahanan ekonomi melalui iklim usaha yang sehat serta pemanfaatan

IPTEK (Ilmu Pengetahuan dan Teknologi), tersedianya barang dan jasa,

terpeliharanya fungsi lingkungan hidup, serta meningkatkan daya saing

dalam lingkup perekonomian global.2

Pencapaian tingkat ketahanan ekonomi yang diinginkan

memerlukan pembinaan berbagai hal:3

a. Sistem ekonomi Indonesia diarahkan untuk mewujudkan kemakmuran

dan kesejahteraan yang adil dan merata di seluruh wilayah nusantara

melalui ekonomi kerakyatan serta untuk menjamin kesinambungan

pembangunan nasional dan kelangsungan hidup bangsa dan Negara

berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.

b. Ekonomi kerakyatan harus menghindarkan:

2

Minto Rahayu, Pendidikan Kewarganegaraan (Jakarta: Grasindo, 2007), hlm. 247

3

(44)

35

c. Struktur ekonomi dimantapkan secara seimbang dan saling

menguntungkan dalam keselarasan dan keterpaduan antara sector

pertanian, perindustrian dan jasa.

d. Pembangunan ekonomi yang merupakan usaha bersama atas dasar asa

kekeluargaan di bawah pengawasan anggota masyarakat, memotivasi

dan mendorong peran serta masyarakat secara aktif. Keterkaitan dan

kemitraan antar-pelaku dalam wadah kegiatan ekonomi, yaitu

pemerintah, badan usaha milik Negara, koperasi, badan usaha swasta,

dan sektor informal harus diusahakan demi mewujudkan pertumbuhan,

pemerataan, dan stabilitas ekonomi.

e. Kemampuan bersaing harus ditumbuhkan secara sehat dan dinamis

untuk mempertahankan serta meningkatkan eksistensi dan kemandirian

ekonomi nasional secara optimal serta sarana IPTEK yang tepat guna

dalam menghadapi setiap masalah dan dengan tetap memperhatikan

kesempatan kerja.

Dengan demikian, ketahanan ekonomi adalah kondisi kehidupan

ekonomi bangsa yang berlandaskan Pancasila dan UUD 1945 yang

mampu memelihara stabilitas ekonomi yang sehat dan dinamis serta

menciptakan kemandirian ekonomi nasional dengan daya saing yang

tinggi.

Strategi pembangunan demi menjaga ketahanan ekonomi tersebut

hendaknya juga memberikan perhatian dan fokus pada pembangunan

berbasis pada usaha kecil dan menengah (UKM). Pengembangan UKM,

(45)

36

mengimbangi dominasi pasar dan serbuan modal asing juga serta

memperbesar manfaat liberalisasi dengan menciptakan persaingan pasar

yang sehat. UKM dapat menjadi penyelamat ekonomi nasional jika jutaan

usaha rakyat tetap diberi ruang untuk berproduksi serta menyerap tenaga

kerja. Dengan mengembangkan UKM, diharapkan dapat meningkatkan

produktivitas masyarakat sehingga mampu menumbuhkan perekonomian

di negeri ini. Dengan begitu, kita mampu memberdayakan sumber daya

manusia dengan baik. UKM yang berkembang pesat akan menumbuhkan

minat masyarakat untuk berwirausaha sehingga tenaga kerja yang terserap

pun meningkat dan tingkat pengangguran dapat ditekan. Diperlukan

kerjasama dari berbagai pihak untuk mewujudkan ketahanan ekonomi

yang kuat di Indonesia. Rakyat Indonesia memiliki peran yang sangat

penting untuk mewujudkannya.4Masyarakat harus bisa mandiri untuk

mengurangi ketergantungan pada pihak luar.

Usaha mikro, kecil, dan menengah di Indonesia diatur pada

Undang-undang RI No. 20 tahun 2008. Dengan pengertian UMKM

sebagai berikut:5

a. Usaha mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan dan/

badan usaha perorangan yang memenuhi kriteria usaha mikro

sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini.

4

Hadi Soesastro, Pemikiran dan Permasalahan Ekonomi di Indonesia dalam Setengah Abad Terakhir (Yogyakarta: Kanisius, 2005), hlm. 28-29

5

(46)

37

b. Usaha kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang

dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha bukan merupakan

anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki,

dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung

dari usaha menengah atau usaha besar yang memenuhi kriteria usaha

kecil sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang ini.

c. Usaha Menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri,

yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan

merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki,

dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung

dengan usaha kecil atau usaha besar dengan jumlah kekayaan bersih

atau hasil penjualan tahunan sebagaimana diatur dalam undang-undang

ini.

Kriteria usaha mikro, memiliki kekayaan bersih paling banyak

Rp50 juta, tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha, atau

memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp300 juta. Kriteria usaha

kecil memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp50 juta sampai dengan paling

banyak Rp500 juta, tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha, atau

memiliki hasil penjualan tahunan lebbih dari Rp300 juta sampai dengan

paling banyak Rp2,5 miliar. Kriteria usaha menengah memiliki kekayaan

bersih lebih dari Rp500 juta sampai dengan paling banyak Rp10 miliar,

(47)

38

penjualan tahunan lebih dari Rp2,5 miliar sampai dengan paling banyak

Rp50 miliar.6

2. Stakeholder dan Kepuasan dalam Menjalin Relasi dengan Perusahaan Suatu perusahaan/organisasi perlu memahami dan membangun

relasi dengan para aktor di sekitar yang terkait dengan operasional

organisasi sehari-hari. Konsep stakeholder telah muncul sekitar 1930-an,

yaitu ketika para akademisi manajemen menganggap strategi komunikasi

terhadap stakeholder merupakan key driver mencapai reputasi korporat.

Dalam dunia bisnis, berbagai perubahan sangat berkaitan dan

dipengaruhi oleh kondisi stakeholder, karena itu organisasi harus

memberikan perhatian besar terhadap perubahan yang terjadi di antara

stakeholder-nya. Perubahan yang terjadi dalam lingkungan bisnis antara

lain: meningkatnya take-over; tekanan sosial terhadap organisasi;

kompetisi luar negeri; relasi industri; pasar dunia; perubahan dalam

pemerintahan; agensi internasional; meningkatnya gerakan konsumen;

meningkatnya kesadaran terhadap lingkungan; dan perubahan teknologi

komunikasi (Freeman, 1984).

Hal-hal di atas merupakan implikasi dari asumsi dasar stakeholder.

Beberapa asumsi dasar mengenai stakeholder menurut Freeman (1984)

yaitu:7

6

Ibid. 7

(48)

39

a. Organisasi seharusnya memperhatikan kebutuhan sekelompok luas

stakeholder bukan hanya kebutuhan stockholder. Stockholder sendiri

adalah individu yang memiliki kepentingan financial di dalam

organisasi, misalnya penanam modal atau pemegang saham.

b. Stakeholder yaitu bagian dari keseluruhan proses perencanaan strategis dalam organisasi. Organisasi yang memiliki sistem jaringan hubungan

(link-networks), termasuk saluran komunikasinya, dimungkinkan dapat mengungguli organisasi lain yang tidak memiliki sistem jaringan

hubungan.

c. Organisasi dan stakeholder dapat saling memengaruhi dalam proses

akomodasi. Contoh: stakeholder menyediakan sumber daya karyawan.

Jika stakeholder kecewa terhadap aktivitas organisasi, bias saja mereka

menarik ketersediaan sumber daya tersebut.

d. Teknik segmentasi marketing seharusnya digunakan untuk

mengategorisasi stakeholder, memahami kepentingan stakeholder

dengan lebih baik, dan memprediksi perilaku stakeholder.

Kesulitan mengidentifikasi stakehholder biasanya terjadi pada

organisasi besar yang memiliki aktivitas sehari-harinya berpotensi

memengaruhi aspek sosial yang luas. Hal lain yang menambah kesulitan

adalah sifat organisasi dan stakeholder yang cair dan dinamis tergantung

konteks sosial yang terjadi. Misalnya, stakeholder di masa krisis berbeda

dengan saat situasi normal. Model atau strategi identifikasi stakeholder

yang digagas oleh Edward Freeman (1984) menggunakan prioritas

(49)

40

memiliki kepentingan (stake) dalam organisasi dan bagaimana tingkat

pengaruhnya terhadap organisasi. Kepentingan atau stake didefinisakan

sebagai:8

a. yang memiliki saham di organisasi;

b. yang secara ekonomi bergantung pada organisasi; dan

c. yang tidak secara langsung terhubung dengan organisasi tetepi tertarik

untuk melihat apakah organisasi memiliki tanggung jawab sosial.

Stakeholder dibagi lagi menjadi stakeholder internal dan stakeholdereksternal. Pihak berkepentingan internal adalah “orang dalam” dari suatu perusahaan, seperti pemegang saham, manajer, dan karyawan. Pihak berkepentingan eksternal adalah “orang luar” dari suatu perusahaan:

orang atau instansi yang tidak secara langsung terlibat dalam kegiatan

perusahaan, seperti para konsumen, masyarakat, pemerintah, lingkungan

hidup.9

Hubungan dan kerjasama yang terjalin antara UKM dengan

stakeholder-nya tentu sangat berpengaruh pada keberhasilan bisnisnya. Dalam proses relasi/hubungan terdapat pertukaran persepsi, atribut, dan

identitas yang berbeda, dan antara organisasi dan stakeholder

dimungkinkan saling memengaruhi. Tetapi proses pertukaran ini tetap

diimbangi semangat, empati, kesepahaman, dan berusaha saling

menguntungkan.10 Menurut Ledingham (2005):

8

Ibid., hlm. 66

9

Kees Bertens, Pengantar Etika Bisnis (Yogyakarta: Kanisius, 2009), hlm. 163

10

(50)

41

Kebersamaan dalam kesepahaman dan mencapai keuntungan antara organisasi dan publik dapat menciptakan; relasi jangka panjang, persepsi publik yang positif, dukungan publik, loyalitas terhadap produk atau jasa, keuntungan kompetitif dibanding kompetitior di pasar produk yang sama, meningkatkan produktivitas dan moralitas karyawan. Sementara itu, strategi yang didesain untuk meraih keuntungan bagi organisasi dengan menempatkan kepentingan publik

di tempat kedua tidak akan bertahan lama.11

Sehingga organisasi bisnis perlu memperhatikan kepuasan para

stakeholder-nya. Oliver (1993) menyatakan bahwa kepuasan keseluruhan ditentukan oleh kesesuaian/ketidaksesuaian harapan, yang merupakan

perbandingan antara kinerja yang dirasakan dengan harapan.12

Lebih lanjut lagi, Parasuraman dan Berry (1985) menyatakan

bahwa harapan adalah standar perbandingan yang biasa digunakan dalam dan cara yang berbeda yaitu: “What customer believe will occur in a

service encounter (predictions) and what customers want to occur (desires)”. Apa yang dipikirkan pelanggan dalam menghadapi pelayanan

(persepsi) dan apa yang ingin dipikirkan pelanggan (keinginan).13

3. Strategi Brand Positioning dan Target Perusahaan

Positioning adalah strategi komunikasi untuk memasuki jendela otak konsumen atau publik, agar produk/merek mengandung arti tertentu

yang dalam beberapa segi mencerminkan keunggulan terhadap

produk/merek lain dalam bentuk hubungan asosiatif. Positioning adalah

strategi komunikasi. Komunikasi dilakukan untuk menjembatani

produk/merek/nama perusahaan dengan calon konsumen. Meski

11

Ibid. 12

Rismi Somad & Donni Juni Priansa, Manajemen Komunikasi Mengembangkan Bisnis

Berorientasi Pelanggan (Bandung: Alfabeta, 2014), hlm. 33

(51)

42

positioning bukanlah sesuatu yang dilakukan terhadap produk, komunikasi berhubungan dengan atribut-atribut yang secara fisik maupun nonfisik

melekat pada produk. Warna, desain, tulisan yang tertera di label,

kemasan, nama merek adalah di antaranya. Selain itu harap diingat bahwa

komunikasi menyangkut aspek yang luas. Ia bukan semata-mata

berhubungan dengan iklan meski iklan menyita porsi anggaran komunikasi

yang sangat besar. Komunikasi menyangkut soal citra yang sidalurkan

melalui model iklan, media yang dipilih, outlet yang menyalurkan produk

anda, sikap para manajer dan tenaga penjual, berbagai bentuk sponsorship,

produk-produk terkait, bentuk fisik

Referensi

Dokumen terkait

Pada penelitian ini dihitung nilai setting rele jarak berdasarkan data kemudian melakukan uji coba perhitungan ketika terjadi gangguan pada sistem transmisi gardu induk

Manfaat penelitian ini adalah dapat dijadikan sarana bagi calon penjual yang ingin menggunakan e-commerce dalam meningkatkan penjualan pada bisnisnya terhadap penjualan

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat beberapa metode yang digunakan guru bidang studi qur’an hadis, akidah akhlak, fikih dan SKI Islam dalam membina kewajiban

Melalui analisa data ditemukan bahwa rbs = 0, 831 dan p = 0, 000, yang artinya bahwa remaja yang melakukan perbandingan sosial ke atas (upward comparison) perilaku konsumtifnya

Berdasarkan penelitian Tirto jiwo depresi merupakan suatu gangguan alam perasaan (suasana hati atau mood) yang ditandai dengan perasaan sedih yang berlebihan, murung,

Rangkuman hasil observasi kegiatan diskusi kelompok siswa dalam PBM siklus I pertemuan pertama, kedua, dan ketiga. Penilaian hasil praktikum dari pertemuan ke pertemuan

Uji hipotesis untuk rasio TDTA dan ROI yang menggunakan uji Independent Sample t-Test menunjukkan kinerja keuangan perusahaan asuransi dan lembaga pembiayaan tidak

125 APLIKASI PRESENSI PEGAWAI BERBASIS WEB SEBAGAI APLIKASI PENDUKUNG UNTUK WORK FROM HOME DI POLITEKNIK NEGERI