• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERUBAHAN SOSIAL PETANI JERUK: STUDI KASUS DI DESA BANGOREJO KECAMATAN BANGOREJO KABUPATEN BANYUWANGI.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PERUBAHAN SOSIAL PETANI JERUK: STUDI KASUS DI DESA BANGOREJO KECAMATAN BANGOREJO KABUPATEN BANYUWANGI."

Copied!
91
0
0

Teks penuh

(1)

PERUBAHAN SOSIAL PETANI JERUK : STUDI KASUS DI

DESA BANGOREJO KECAMATAN BANGOREJO

KABUPATEN BANYUWANGI

SKRIPSI

Diajukan Kepada Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya untuk memenuhi Salah satu Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana

Ilmu Sosial (S.Sos) dalam bidang Sosiologi

Oleh :

Indah Qurniawati

NIM. B35212048

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

J U R U S A N I L M U S O S I A L PROGRAM STUDI SOSIOLOGI

(2)
(3)
(4)
(5)

ABSTRAK

Indah Qurniawati, 2016, Perubahan Sosial Petani Jeruk: Studi Kasus di Desa Bangorejo, Skripsi Program Studi Sosiologi Jurusan Ilmu Sosial Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UIN Sunan Ampel Surabaya.

Kata Kunci:Perubahan Sosial, Petani Jeruk

Permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini hanyalah satu yakni bagaimana perubahan sosial ekonomi masyarakat petani jeruk desa Bangorejo, Kecamatan Bangorejo, Kabupaten Banyuwangi.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif yaitu riset yang bersifat deskriptif dan cenderung menggunakan analisis dengan pendekatan studi kasus. Teknik pengumpulan datanya akan menggunakan metode observasi, wawancara, dan dokumentasi. Proses penelitian dan pemahaman yang berdasarkan pada metodologi yang menyelidiki suatuentitas tunggal atau fenomena dari suatu masa tertentu dan aktivitas (bisa berupa program, kejadian, proses, institusi, atau kelompok sosial. Fokus penelitian yakni perubahan sosial petani jeruk serta teori yang digunakan Gemeinchaft Ferdinand Tonnies dan Konstruksi Sosial Peter L Berger.

(6)

PERNYATAAN PERTANGGUNGJAWABAN PENULIS SKRIPSI ... vi

ABSTRAK ... vii

1. Pendekatan dan Jenis Penellitian ... 14

2. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 15

3. Pemilihan Subjek Penelitian ... 16

4. Tahap – Tahap Penelitian ... 16

5. Teknik Pengumpulan Data ... 19

6. Teknik Analisis Data ... 20

7.Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data ... 22

H. Sistematika Pembahasan ... 24

BAB II : PERSPEKTIF PERUBAHAN SOSIAL FERDINAND TONNIES DAN PETER L BERGER ... 26

A. Kajian Teori Ferdinand Tonnies ... 27

(7)

BAB III : PERUBAHAN SOSIAL PETANI JERUK ... 43

A. Masyarakat Desa Bangorejo Kecamatan Bangorejo Kabupaten Banyuwangi ... 43

B. Proses Terjadinya Perubahan Sosial Petani Jeruk di Desa Bangorejo ... 57

C. Perubahan Sosial Petani Jeruk dilihat dari kacamata teori Gemeinchaft, Gesselchaft Ferdinand Tonnies dan Konstruksi Sosial Peter L Berger .. 74

BAB IV : PENUTUP ... 80

A. Kesimpulan ... 80

B. Saran ... 81

DAFTAR PUSTAKA ... 84 LAMPIRAN-LAMPIRAN

1. Pedoman Wawancara 2. Jadwal Penelitian

(8)

1

BAB 1

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Dewasa ini berbicara mengenai kehidupan sosial, tidak terlepas dari masyarakat. Masyarakat terbentuk berawal dari seorang individu ketika hidup bersama dengan individu lain dan mereka saling berinteraksi, membuat sebuah kelompok kecil sampai kelompok besar. Dimana mereka menempati suatu daerah tertentu, yang secara tidak langsung terdapat struktur sosial di dalamnya. Struktur tersebut terbentuk, karena adanya perbedaan status antara individu satu dengan individu lain. Akan tetapi, dewasa ini banyak makna mengenai struktur sosial yang berkembang di masyarakat luas.

Struktur sosial dipahami sebagai suatu bangunan sosial yang terdiri dari berbagai unsur pembentuk masyarakat. Unsur-unsur ini saling berhubungan satu dengan yang lain secara fungsional. Artinya kalau terjadi perubahan salah satu unsur, unsur yang lain akan mengalami perubahan juga. Koentjaraningrat menjelaskan bahwa struktur sosial adalah kerangka yang dapat menggambarkan kaitan berbagai unsur dalam masyarakat. Sementara Soeleman B. Taneko menjelaskan bahwa struktur sosial adalah keseluruhan jalinan antara unsur-unsur sosial yang pokok yakni kaidah-kaidah sosial, lembaga-lembaga sosial, kelompok-kelompok sosial serta lapisan-lapisan sosial.1

1

Elly M. Setiadi & Usman Kolip, Pengantar Sosiologi Pemahaman Fakta dan Gejala

(9)

2

Membahas masalah kelompok dan struktur sosial tidak terlepas dari ikatan atau lindungan suatu lembaga, baik bertaraf lokal maupun nasional. Merambah ke tingkat Nasional Negara Indonesia merupakan negara berkembang atau bisa di sebut sebagai negara dunia ketiga. Sebagai negara berkembang maka pemerintah gencar melakukan pembangunan. Pembangunan tersebut di lakukan di seluruh aspek kehidupan masyarakat, namun hal yang paling signifikan dalam pembangunan adalah bidang Ekonomi. Karena bidang ekonomi merupakan aspek paling pokok dan sangat berpengaruh terhadap kelangsungan hidup masyarakat.

Menurut Agus Salim, pembangunan merupakan suatu proses perencanaan sosial yang di lakukan oleh pemerintah dengan tujuan untuk memunculkan perubahan sosial pada masyarakat sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan bagi masyarakat. Disisi lain, menurut Agus Salim, perubahan sosial yang terjadi di dalam masyarakat mencakup tiga struktur. Perubahan tersebut diawali dengan perubahan pada struktur ekonomi, kemudian diikuti dengan perubahan pada struktur sosial dan yang terakhir perubahan dalam struktur kultural/ struktur ideologi.2

Pembangunan di bidang ekonomi dapat membawa dampak bagi masyarakat. Dampak yang timbul akibat pembangunan ekonomi dapat berupa perubahan-perubahan sosial yang cukup signifikan, misalnya dalam mendukung perkembangan ekonomi masyarakat, pemerintah lebih serius memperbaiki infrastruktur umum, dukungan UMKM (Usaha Mikro Kecil dan

2

(10)

3

Menengah) melalui pemerintah daerah, dan di bukanya pasar bebas, baik dalam lingkup lokal, Nasional, dan Internasional.

Kemajuan pembangunan ekonomi yang telah digagas oleh pemerintah merambah ke berbagai daerah, tidak hanya fokus pada masyarakat kota, melainkan masuk dalam wilayah desa. Ada beberapa latar belakang masuknya pembangunan bidang ekonomi diwilayah desa. Karena generasi yang sangat berpengaruh adalah generasi muda yang hidup didesa, yang sebagian besar mereka sebenarnya mempunyai banyak potensi untuk memajukan daerahnya sendiri, hingga ke daerah lain. Usaha yang dapat di lakukan oleh pemerintah daerah adalah melakukan sosialisasi kewirausahaan, pelatihan soft skill, hard skill, dan pelatihan metode bertani yang baik.

Pembangunan di wilayah desa rata-rata bertumpu pada sektor pertanian. Hal ini dilakukan karena didesa masih banyak lahan pertanian dan mayoritas masyarakatnya bekerja sebagai petani. Namun saat ini hasil pertanian masyarakat desa terancam menurun. Ancaman hasil pertanian di Indonesia juga di rasakan oleh masyarakat Desa Bangorejo, Kecamatan Bangorejo, Kabupaten Banyuwangi.

(11)

4

dan lain sebagainya), banyak masyarakat yang pergi mengadu nasib ke luar negeri (TKI dan TKW).

Seiring perkembangan zaman dan tuntutan kebutuhan ekonomi semakin kuat, ada salah satu orang bernama Bapak Anjam di desa Bangorejo beliau berasal dari Tulungagung membawa bibit tanaman, melakukan percobaan menanam buah jeruk dilahan pertanian salah satu masyarakat desa Bangorejo. Ternyata uji coba yang di lakukan oleh Bapak Anjam tersebut berhasil dan mendapat respon baik dari masyarakat Bangorejo. Dari hasil yang dilakukan oleh Bapak Anjam, akhirnya banyak masyarakat Bangorejo antusias menanam buah jeruk di lahan pertanian. Dan hasil pertanian buah jeruk masyarakat Bangorejo dikirim ke pasar-pasar besar (Surabaya, Yogyakarta, dan Jakarta) serta diluar pulau (Bali, Sumatera, dan Kalimantan). Perkembangan pertanian jeruk di Desa Bangorejo mempengaruhi kemajuan perekonomian masyarakat Bangorejo. Pada awal tahun 2000 an Desa Bangorejo menjadi desa penghasil jeruk terbesar di wilayah Banyuwangi Selatan. Hal ini di dukung dengan mayoritas masyarakat nya tidak hanya berpaku pada tanaman musiman seperti padi dan sayur-sayuran. Akan tetapi masyarakat desa Bangorejo lebih fokus dengan pertanian jeruk. Hasil dari pertanian jeruk sangat menjanjikan dan dapat memenuhi segala kebutuhan hidup masyarakat, terutama dalam bidang perekonomian.

(12)

5

berasal dari pertanian buah jeruk menjadi sangat menarik untuk diteliti, karena mempengaruhi perubahan sosial masyarakat setempat, mulai dari maindset masyarakat dalam bertani, kepedulian akan pentingnya pendidikan anak-anak mereka. Perubahan yang terjadi di karenakan perekonomian semakin maju sehingga fikiran masing-masing individu semakin terbuka. Disamping itu terdapat keunikan dari perubahan sosial ekonomi masyarakat desa Bangorejo adalah hampir semua warga setempat mempunyai investasi lahan pertanian buah jeruk, meskipun mereka mempunyai usaha yang lain. Melimpahnya hasil pertanian buah jeruk juga mendorong masyarakat desa Bangorejo untuk bisnis dagang buah jeruk baik pada lingkup kecil maupun besar (pedagang eceran maupun pengepul buah jeruk).

Dari pemaparan di atas, peneliti ingin mengetahui perubahan sosial ekonomi yang terjadi didesa Bangorejo pasca adanya pertanian buah jeruk.

B.Rumusan Masalah

(13)

6

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan fenomena yang telah diuraikan di atas dan permasalahan yang telah di sebutkan sebelumnya, maka tujuan dari penelitian ini adalah Mengetahui perubahan sosial ekonomi masyarakat petani jeruk Desa Bangorejo, Kecamatan Bangorejo, Kabupaten Banyuwangi.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Manfaat teoritis

a. Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan, pengetahuan dan pengalaman khususnya di bidang Sosiologi Ekonomi

b. Untuk dapat mengaplikasikan teori yang telah didapat di bangku perkuliahan dan dapat digunakan sebagai referensi bagi semua pihak terutama bagi mahasiswa Prodi Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UIN Sunan Ampel Surabaya.

2. Manfaat Praktis

a. Penelitian ini diharapkan mampu memberikan informasi kepada masyarakat umum khususnya masyarakat Desa Bangorejo, Kecamatan Bangorejo, Kabupaten Banyuwangi mengenai perubahan sosial di bidang ekonomi petani jeruk.

(14)

7

E. Definisi Konseptual

Penelitian yang berjudul “Perubahan Sosial Petani Jeruk (Studi Kasus di Desa Bangorejo Kecamatan Bangorejo Kabupaten Banyuwangi)” maka untuk memperoleh suatu gambaran dalam memahami pembahasan ini, penulis akan menegaskan mengenai definisi konsep. Adapun pengertian dan maksud judul skripsi ini adalah sebagai berikut:

1. Perubahan Sosial

Perubahan Sosial dapat dibayangkan sebagai perubahan yang terjadi di dalam atau mencakup sistem sosial. Lebih tepatnya, terdapat perbedaan antara keadaan sistem tertentu dalam jangka waktu yang berlainan.3

Perubahan sosial adalah perubahan yang mencakup unsur-unsur kebudayaan baik material maupun immaterial yang menekankan adanya pengaruh besar dari unsur kebudayaan material terhadap unsur-unsur immaterial.4

Menurut pendapat Gillin John dan John Philip Gillrin menyatakan bahwa perubahan sosial adalah suatu variasi dari cara-cara hidup yang telah di terima, yang disebabkan karena perubahan kondisi geografis, ideologi maupun karena adanya defusi atau penemuan-penemuan sanitasi.5

Dari berbagai pengertian menurut beberapa referensi, maka perubahan sosial yang dimaksud peneliti dalam penelitian ini adalah suatu perubahan sosial yang terletak pada perubahan kehidupan ekonomi masyarakat Desa

3

Nanang Martono, Sosiologi Perubahan Sosial, ( Jakarta:PT Raja Grafindo Persada, 2006), 23.

4

Nanang Martono, Sosiologi Perubahan Sosial,( Jakarta: Rajawali Pers,cet ke 2, 2014 ), 5

5

(15)

8

Bangorejo Kecamatan Bangorejo Kabupaten Banyuwangi pasca adanya pertanian jeruk.

2. Petani Jeruk

Petani jeruk adalah seseorang yang bergerak dalam bidang pertanian terutama dalam aktivitas menumbuhkan dan mengelola tanaman jeruk dengan tujuan mendapatkan hasil untuk dikonsumsi sendiri maupun diperjual belikan6.

Petani jeruk bukan hanya sebagai penggarap lahan pertanian jeruk tetapi juga sebagai manajer baik dalam lingkup keluarga sendiri maupun dilingkungan masyarakat sekitar7.

Dari beberapa referensi diatas maka menurut peneliti petani jeruk adalah seseorang yang bergerak dalam bidang pertanian, dengan kegiatan mengolah tanah,memelihara dan merawat tanaman jeruk untuk dikonsumsi sendiri maupun diperjual belikan.

3. Ekonomi

Ekonomi merupakan suatu aktifitas yang berkembang dimasyarakat luas seperti aktivitas produksi, pengolahan, distribusi, pemasaran ke berbagai lembaga perekonomian yang ada, guna memenuhi kebutuhan masyarakat pada umumnya8.

Menurut peneliti ekonomi dalam penelitian ini adalah kemampuan masyarakat desa Bangorejo dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari, mampu membiayai anaknya sampai perguruan tinggi, mampu dalam

6

Tati Nurmala, Pengantar Ilmu Pertanian,(Yogyakarta: Graha Ilmu,2012), 10.

7

Soetriono, Pengantar Ilmu Pertanian (Malang : Bayumedia, 2006), 27.

8

(16)

9

menunaikan ibadah umroh dan haji, serta mampu membeli barang-barang pelengkap (mobil).

F. Telaah Pustaka

Dari beberapa judul penelitian yang pernah di lakukan terdapat keterkaitan dengan judul penelitian “Perubahan Sosial Petani Jeruk (Studi Kasus di Desa Bangorejo, Kecamatan Bangorejo, Kabupaten Banyuwangi) adalah sebagai berikut :

1. Penelitian terdahulu yang relevan dengan judul yang di ambil penulis

adalah skripsi yang berjudul “Masyarakat dan Perubahan Sosial (Studi

Tentang Perubahan Sosial Dalam Bidang Ekonomi Di Desa Pugeran Kecamatan Gondang Kabupaten Mojokerto)9 yang di tulis oleh Rizkya Arina Fatihatin, Program Studi Sosiologi, Fakultas Dakwah dan Komunikasi, Institut Agama Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya pada tahun 2013. Adapun hasil penelitian yang telah ditemukan adalah sebagai berikut:

a. Perubahan sosial dalam bidang ekonomi yang terjadi di desa Pugeran berupa semakin banyaknya orang yang berwirausaha. Dulu mayoritas warga Pugeran bekerja sebagai petani dan wirausaha

b. Perubahan yang terjadi didesa Pugeran antara lain disebabkan oleh berdirinya pabrik Sampoerna dan kebutuhan hidup semakin meningkat.

9

Rizkya Arina Fatihatin, Masyarakat dan Perubahan Sosial (Studi Tentang Perubahan Sosial Dalam Bidang Ekonomi Di Desa Pugeran Kecamatan Gondang Kabupaten Mojokerto),

(17)

10

c. Dampak positif yang terjadi antara lain adalah semakin mudahnya warga dalam memenuhi kebutuhannya dan semakin meningkatnya pendapatan yang diperoleh warga desa Pugeran. Dampak negatifnya yaitu terjadinya konflik yang tidak kasat mata antara sesama pebisnis. 2. Penelitian terdahulu yang relevan dengan judul yang di ambil penulis

adalah skripsi yang berjudul “Perubahan Sosial Ekonomi Masyarakat

Desa Tanah Abang Kecamatan Batang Hari Leko Kabupaten Musi Banyuasin Setelah Berdirinya PT Perkebunan Mitra Ogan10 yang di tulis oleh Nirtasari, Jurusan Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sriwijaya pada tahun 2013. Isi dari hasil penelitian skripsi tersebut adalah:

Perubahan sosial masyarakat Desa Tanah Abang setelah berdirinya PTP MO meliputi perubahan-perubahan pola pikir dan wawasan masyarakat terhadap pentingnya pendidikan dan kesehatan, perubahan struktur sosial yang terlihat dari perubahan status sosial masyarakat desa Tanah Abang dan bertambahnya jumlah penduduk yang menyebabkan mobilitas masyarakat meningkat. Perubahan pada aspek ekonomi berupa bertambahnya mata pencaharian dan meningkatnya pendapatan masyarakat kemudian dari aspek perubahan lingkungan yaitu berupa perubahan lahan serta terbukanya akses jalan antar desa.

3. Penelitian terdahulu yang relevan dengan judul yang diambil penulis adalah skripsi yang berjudul, “Perubahan Sosial Masyarakat Agraris Pada Pengembangan Objek Wisata (Studi Deskriptif Pada Jembangan Alam di

10

Nirtasari, Perubahan Sosial Ekonomi Masyarakat Desa Tanah Abang Kecamatan Batang Hari Leko Kabupaten Musi Banyuasin Setelah Berdirinya PT Perkebunan Mitra Ogan, (

(18)

11

Kebumen), yang ditulis oleh Andini Puspitasari, Jurusan Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Gadjah Mada Yogyakarta pada tahun 201411. Isi dari hasil penelitian skripsi tersebut adalah sebagai berikut:

Penelitian ini berhasil menemukan perubahan yang terjadi dalam masyarakat Jembangan, sebelum dan sesudah dibukanya Jembangan Wisata Alam. Awalnya masyarakat sulit untuk mengakses dunia luar karena sarana dan prasarana yang ada terbatas bahkan tidak memadai, kini dengan dibukanya Jembangan Wisata Alam sarana dan prasarana semakin membaik. Tidak hanya sarana dan prasarana, Desa Jembangan ini sendiri semakin dikenal oleh masyarakat luar, di area Jembangan warga dibebaskan untuk mengelolanya sehingga, warga dapat mengekspresikan kelebihan mereka untuk dijadikan sebagai mata pencaharian baru. Dalam mengembangkan Jembangan Wisata Alam ini Desa bekerjasama dengan CV Bumen Alam indah, dengan perjanjian kontrak selama 5 tahun dan bisa diperpanjang. Dengan adanya kerjasama ini dapat memberikan peluang kesejahteraan bagi masyarakat.

4. Penelitian terdahulu yang relevan dengan judul yang diambil penulis adalah skripsi yang berjudul, “Dampak Industri Perubahan Sosial dan Ekonomi Masyarakat di Desa Tobat Kecamatan Balareja Tangerang Banten, yang ditulis oleh Akhmad Asep Erista, Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas

11

(19)

12

Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada tahun 201412. Isi dari hasil penelitian skripsi tersebut adalah sebagai berikut:

Berdasarkan analisa data dari penelitian tersebut terdapat hasil bahwa dampak sosial adalah nilai kekeluargaan yang masih terjalin baik, interaksi masyarakat terjalin dengan baik, masyarakat memiliki kesadaran akan mutu pendidikan yang tinggi, tunjangan kesehatan merata. Sedangkan dari sisi ekonomi adalah penghasilan tambahan,memiliki etos kerja yang baik yaitu disiplin dan rajin, tunjangan transport tidak merata, tingkat kesejahteraan berbeda-beda, pendapatan ekonomi tidak merata.

Dari penjabaran empat penelitian terdahulu terdapat beberapa perbedaan dengan penelitian ini, adalah sebagai berikut:

a. Penelitian yang dilakukan oleh Rizkya Arina Fatihatin adalah perubahan sosial ekonomi yang disebabkan oleh berdirinya pabrik Sampoerna sehingga masyarakat setempat tidak hanya menjadi petani saja, melainkan juga berwirausaha. Namun dalam penelitian ini perubahan sosial ekonomi dibaawa oleh seorang aktor, yaitu yang bernama bapak anjam, beliau yang mensosialisasikan hasil pertanian jeruk kepada masyarakat sehingga masyarakat setempat tertarik dan semuanya membuahkan hasil yang baik. Masyarakat tidak bergantung pada pertanian musiman saja, melainkan lebih fokus pada pertanian jeruk. Dan pada akhirnya perekonomian masyarakat desa Bangorejo mengalami peningkatan.

12

(20)

13

b. Penelitian yang dilakukan oleh Nirtasari adalah perubahan sosial ekonomi yang disebabkan oleh berdirinya PTP MO yang mempengaruhi sektor informal seperti pada bidang perdagangan barang maupun jasa yang dilakukan oleh masyarakat sekitar dan perubahan -perubahan pola pikir, wawasan masyarakat terhadap pentingnya pendidikan dan kesehatan, perubahan struktur sosial yang terlihat dari perubahan status sosial. Namun dalam penelitian ini perubahan sosial ekonomi pasca adanya pertanian jeruk mempengaruhi perubahan sosial masyarakat setempat, mulai dari maindset masyarakat dalam bertani, kepedulian akan pentingnya pendidikan anak-anak mereka. Perubahan yang terjadi di karenakan perekonomian semakin maju sehingga fikiran masing-masing individu semakin terbuka. Disamping itu terdapat keunikan dari perubahan sosial ekonomi masyarakat desa Bangorejo adalah hampir semua warga setempat mempunyai investasi lahan pertanian buah jeruk, meskipun mereka mempunyai usaha yang lain. c. Penelitian yang dilakukan oleh Andini Puspitasari adalah, dengan

(21)

14

d. Penelitian yang dilakuakan oleh Akhmad Asep Erista adalah dampak industri terhadap perubahan sosial masyarakat desa Tobat adalah nilai kekeluargaan masih terjalin baik, interaksi masyarakat terjalin baik, masyarakat memiliki kesadaran tentang mutu pendidikan, memiliki penghasilan tambahan dan memiliki etos kerja yang baik, yaitu disiplin dan rajin. Namun dalam penelitian ini perubahan sosial petani jeruk adalah mengurangi pengangguran, karena banyaknya pekerjaan dari lahan pertanian jeruk, mulai dari proses pemeliharaan sampai pada pemasaran, membutuhkan banyak tenaga manusia. Serta masyarakat semakin peduli akan pentingnya pendidikan anak-anaknya.

G. Metode Penelitian

Metode penelitian merupakan suatu cara atau proses yang digunakan didalam melakukan penelitian. Sebagaimana metode penelitian dibutuhkan oleh peneliti untuk tahapan didalam melakukan penelitian. Metode penelitian ini muncul karena terjadi perubahan paradigma dalam memandang suatu realitas/fenomena/gejala. Dalam paradigma ini realitas sosial dipandang sebagai sesuatu yang holistik/utuh, kompleks, dinamis, dan penuh makna13. 1. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Pendekatan dan jenis penelitian sebagai berikut:

13

(22)

15

a. Pendekatan

Penelitian ini menggunakan pendekatan Studi Kasus. Pendekatan ini merupakan suatu studi kasus yang digali adalah entitas tunggal atau fenomena dari suatu masa tertentu dan aktivitas (bisa berupa program, kejadian, proses, institusi,atau kelompok sosial), serta mengumpulkan detail informasi dengan menggunakan berbagai prosedur pengumpulan data selama kasus itu terjadi. Dalam penelitian studi kasus terdapat dua pendapat yang dapat dipergunakan untuk memahami kasus sebagai masalah yang penting untuk diteliti.

Pertama, kasus sebagai kejadian tunggal yang berpisah atau berbeda secara diskriminatif dengan tingkah laku dan tradisi pada umumnya, sehingga kasus tersebut dipandang sebagai penyimpangan atau deviasi sosial. Kedua, kasus yang merupakan tradisi normatif yang bukan sekedar gejala melainkan sebagai trade mark dari keadaan masyarakat tertentu yang dikategorikan sebagai kebudayaan14.

2. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis penelitian kualitatif yang juga disebut penelitian naturalistik karena penelitiannya dilakukan pada kondisi yang alamiah (natural setting). Jenis penelitian ini digunakan untuk mendapatkan data yang mendalam, suatu data yang mengandung makna.15

14

Afifuddin dan Beni Ahmad Saebani, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung : Pustaka Setia, 2012), 87.

15

(23)

16

Strauss dan Corbin dalam buku Basics of Qualitative Research menyebutkan bahwa penelitian kulitatif adalah jenis penelitian yang temuan-temuannya tidak diperoleh melalui prosedur statistik atau bentuk hitungan lainnya. Contohnya dapat berupa penelitian tentang kehidupan, riwayat, dan perilaku seseorang, di samping juga tentang peranan organisasi, pergerakan sosial, atau hubungan timbal-balik.16

Maka dari itu, peneliti menggunakan pendekatan studi kasus dengan jenis penelitian kualitatif deskriptif. Karena menurut peneliti metode ini sesuai dengan permasalahan yang diambil oleh peneliti, serta beranggapan dapat digunakan untuk menjawab, lebih mendalami dan memahami Perubahan Sosial Petani Jeruk di desa Bangorejo, Kecamatan Bangorejo, Kabupaten Banyuwangi.

3. Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi dan Waktu Penelitian adalah sebagai berikut : a. Lokasi Penelitian

Lokasi yang dipilih peneliti adalah di Dusun Bangorejo, Desa Bangorejo, Kecamatan Bangorejo, Kabupaten Banyuwangi, Provinsi Jawa Timur, tepatnya di bagian Banyuwangi Selatan. Adapun alasan peneliti memilih lokasi tersebut adalah sebagai berikut:

16

(24)

17

1. Pertanian jeruk mempengaruhi perubahan sosial masyarakat setempat, mulai dari maindset masyarakat dalam bertani, dan kepedulian akan pentingnya pendidikan anak-anak mereka 2. Terdapat keunikan dari perubahan sosial ekonomi masyarakat

desa Bangorejo adalah hampir semua warga setempat mempunyai investasi lahan pertanian buah jeruk, meskipun mereka mempunyai usaha yang lain.

b. Waktu Penelitian

Waktu dalam proses penelitian ini adalah ketika peneliti melakukan observasi atau pengamatan selama menjadi warga masyarakat desa Bangorejo di lokasi penelitian,studi pra lapangan, melakukan studi lapangan atau proses penelitian dan pembuatan laporan penelitian. Waktu penelitian ini dilakukan setelah adanya pengesahan proposal penelitian antara bulan Oktober sampai Desember.

4. Pemilihan Subyek Penelitian

(25)

18

bermakna bagi subjek. Kedua istilah tersebut secara substansial dipandang sebagai instrumen utama dalam penelitian kualitatif17.

Subyek penelitian merupakan pihak – pihak yang menjadi pendukung dalam mencari dan menentukan permasalahan dalam penelitian Perubahan Sosial Ekonomi Masyarakat Desa Bangorejo, Kecamatan Bangorejo Kabupaten Banyuwangi. Alasan peneliti mengambil subjek informan tersebut karena peneliti beranggapan bahwa informan tersebut dapat memberikan informasi yang sesuai dibutuhkan oleh peneliti.

Teknik pengambilan sampel yang digunakan peneliti adalah Snowball Sampling. Teknik ini merupakan pengumpulan sampel sumber data yang diawali dengan beberapa informan saja (dengan jumlah sedikit). Informan awal ini kemudian akan mereferensikan atau merekomendasikan informan lain kepada peneliti sesuai dengan kebutuhan data yang ingin dicari peneliti. Tujuan dari proses ini adalah untuk memperkuat data, melengkapi atau menambah variasi data jika informan awal belum mampu memberikan data yang maksimal. Dengan demikian jumlah sampel sumber data atau informan akan semakin besar seperti bola salju yang menggelinding (Snowball )18. Terdapat pendapat dari referensi lain tentang makna tehnik Snowball Sampling yakni tehnik ini pengambilan sumber data yang pada awalnya jumlahnya sedikit lama-lama menjadi besar. Maksud dari tehnik snowball sampling itu sendiri,

17

Afifuddin dan Beni Ahmad Saebani, Metodologi Penelitian Kualitatif ( Bandung : Pustaka Setia, 2012 ), 88

18

(26)

19

yang mana ketika peneliti melakukan penelitian dengan subyek informan sebagaimana data yang diberikan oleh informan satu kurang mendapatkan hasil yang lengkap,maka mencari orang lain lagi yang bertujuan untuk mendapatkan kelengkapan didalam penggalian data guna memperoleh data secara lengkap dan akurat19. Menurut sumber data dalam penelitian ini dapat dibedakan menjadi dua yaitu, data primer dan data sekunder.

a.Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari sumber pertama dilapangan yakni berupa hasil wawancara langsung dari informan yang diteliti.

Data ini adalah data dari hasil observasi dan wawancara peneliti. Sebelumya peneliti menyusun pertanyaan terlebih dahulu sebelum turun lapangan untuk melakukan wawancara. Disini peneliti harus bisa memilih siapa yang akan dijadikan informan sehingga peneliti bisa mendapat informasi dan keterangan sebanyak-banyaknya sesuai dengan kebutuhan.

Wawancara ini dilakukan peneliti dengan mendatangi rumah warga yang sebelumnya sudah ditentukan peneliti untuk membantu memberikan informasi yang relevan. Dalam subjek penelitian ini peneliti mengambil key informan seorang tokoh masyarakat (kepala desa) adapun informan yang lain di antaranya petani jeruk, buruh tani

19

(27)

20

jeruk, pengepul buah jeruk dan tokoh masyarakat Desa Bangorejo kecamatan Bangorejo Kabupaten Banyuwangi.

b.Data Sekunder

Data sekunder ialah data-data yang mendukung data utama. Data yang sengaja ditulis oleh pembuatnya sebagai dokumen sejarah atau dokumen tertulis yang telah diabadikan. Data ini sebagai data pelengkap adanya data utama yang telah diperoleh oleh peneliti dilokasi penelitian yaitu di Desa Bangorejo, Kecamatan Bangorejo, Kabupaten Banyuwangi. Data ini berupa arsip desa yang meliputi profil desa yang mencakup tentang keadaan geografis desa Bangorejo.

5. Tahap – tahap Penelitian

Dalam penelitian ini menggunakan beberapa tahapan yakni pra lapangan dan lapangan

a. Tahap pra lapangan

(28)

21

b. Tahap Lapangan

1. Memasuki Lapangan

Setelah memasuki lapangan, peneliti menciptakan hubungan yang baik antara peneiliti dan subjek, agar subjek dengan sukarela memberikan informasi yang diperlukan. Keakraban dengan subjek dan informasi yang lainnya perlu dipelihara selama penelitian berlangsung.

2. Berperan serta sambil mengumpulkan data catatan lapangan merupakan data yang diperoleh selama penelitian baik melalui wawancara, pengamatan atau menyaksikan kejadian sesuatu. Dalam pengumpulan data, peneliti juga memperhatikan sumber data lainnya, seperti: dokumen, laporan, foto, gambar yang sekiranya perlu dijadikan informasi bagi peneliti.

6. Tekhnik Pengumpulan Data

Adapun tekhnik yang digunakan peneliti untuk mengumpulkan data adalah sebagai berikut :

a. Observasi

Observasi adalah dasar semua ilmu pengetahuan. Para ilmuwan hanya dapat bekerja berdasarkan data yaitu fakta mengenai dunia kenyataan yang diperoleh melaui observasi. Data itu dikumpulkan dan sering menggunakan bantuan alat-alat tertentu20. Teknik pengumpulan data yang utama dan dimanfaatkan

20

(29)

22

besarnya artinya penelitian ini terlibat dengan kegiatan sehari-hari orang yang sedang diamati atau sedang digunakan sebagai sumber data penelitian. Dalam pelaksanaan observasi peneliti terjun langsung ke lapangan dengan melibatkan diri langsung pada aktifitas subyek21.

Observasi yang dimaksud peneliti adalah melakukan pengamatan pada aktifitas masyarakat desa Bangorejo, kegiatan sehari hari dan hidup bersama ditengah – tengah masyarakat desa Bangorejo.

b. Wawancara

Wawancara merupakan salah satu metode pengumpulan data yang dilakukan dengan jalan mengadakan komunikasi dengan sumber data dengan dialog tanya jawab secara lisan baik langsung maupun tidak langsung22.

Dalam penelitian ini, wawancara semi terstruktur dimanfaatkan untuk menggali agen-agen sosialisasi lain yang berpengaruh terhadap pemilih pemula23. Wawancara yang dimaksud peneliti adalah melakukan komunikasi dengan informan dengan cara sharing (diskusi), tanya jawab secara langsung maupun tidak langsung kepada informan warga desa Bangorejo.

c. Dokumentasi

21

Suharsini Arikunto, Prosedur Penelitian : Suatu Pengantar Praktek, ( Jakarta: PT Asdi Mahastya, 2006 , hal 61

22

Djumhur dan M. Suryo, Bimbingan dan Penyeluhan di Sekolah. ( Bandung : CV. Ilmu, 2000 ), hal 50

23

(30)

23

Dokumentasi ini bisa diperoleh peneliti melalui gambar, rekaman suara, atau tulisan yang diperoleh peniliti melalui subjek secara langsung di lapangan sebagai penguat data24. Dokumentasi dapat menjadikan hasil peneliitian dari pengamatan dan wawancara lebih dapat dipercaya25. Dokumentasi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kegiatan menyimpan data dari informan baik dengan bentuk tulisan, gambar dan rekaman.

7. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis data kualitatif. Dalam proses analisis data jelas peneliti melakukan klasifikasi data dengan cara memilah-milih data sesuai dengan kategori yang disepakati oleh peneliti. Deskripsi, yaitu metode yang diterapkan untuk mengklasifikasi dan mengkategorikan data-data yang telah terkumpul dalam rangka memperoleh pemahaman komprehensif,26 yakni dengan mengklasifikasikan data yang diperoleh untuk mendapatkan pemahaman tentang pertanian jeruk dan kehidupan sosial ekonomi masyarakat.

8. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data

Agar data dalam penelitian ini valid dan dapat dipertanggungjawabkan, maka diperlukan suatu teknik untuk mengecek

24

Abdurrahman Dudung, Pengantar Metode Penelitian, ( Yogyakarta : Kurnia Alam Semesta,2003), hal 65

25

Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, ( Bandung : Alfabeta, 2014 ), hal 15

26

(31)

24

atau mengevaluasi tentang keabsahan data yang diperoleh. Pada tahap ini, langkah yang dilakukan peneliti adalah menegecek kembali keterangan-keterangan yang diberi informan dan memastikan informan dengan keterangan yang dilakukan. Adapun teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik Trianggulasi.

Tehnik Trianggulasi adalah teknik pemeriksaan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain dalam membandingkan hasil wawancara terhadap objek penelitian27. Trianggulasi yang digunakan adalah:

a. Trianggulasi sumber dilakukan dengan cara membandingkan data hasil pengamatan, wawancara, dan dokumentasi, membandingkan apa yang dikatakan orang didepan umum dengan apa yang dikatakannya secara pribadi dan membandingkan perspektif seseorang dengan berbagai pendapat dan pandangan orang lain. b. Trianggulasi Metode, peneliti melakukan dengan cara

membandingkan data yang diperoleh melalui teknik pengumpulan. Data yang berbeda dan pengecekan derajat kepercayaan beberapa sumber data dengan metode yang sama, trianggulasi tertuju pada kesesuaian antara data yang diperoleh dengan teknik yang digunakan.

c. Trianggulasi Teori, peneliti melakukan pengecekan data dengan membandingkan teori-teori yang dihasilkan para ahli yang dianggap sesuai dan sepadan melalui penjelasan banding, keudian hasil

27

(32)

25

dikonsultasikan dengan subjek penelitian sebelum dianggap mencukupi.

H. Sistematika Pembahasan

Untuk mempermudah dalam pembahasan dan penyusunan proposal ini, maka penulis akan menyajikan pembahasan ke dalam beberapa bab yang sistematika pembahasannya adalah sebagai berikut:

Bab I : Pendahuluan

Merupakan tahapan awal dasar dari proposal penelitian ini. Yang meliputi, latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, definisi konseptual dan sistematika pembahasan.

Bab II : Perspektif Perubahan Sosial Ferdinand Tonnies dan Peter L Berger

Dalam bagian ini materi menjelaskan tentang kajian teori dan objek kajian yang dikaji, penjelasannya meliputi: Perubahan sosial ekonomi masyarakat petani jeruk di desa Bangorejo. Bab III : Perubahan Sosial Petani Jeruk

(33)

26

(34)

27

BAB II

PERSPEKTIF PERUBAHAN SOSIAL FERDINAND TONNIES DAN

PETER L BERGER

A.Kajian Teori Ferdinand Tonnies

Kehidupan sosial merupakan suatu keadaan tempat dimana kelompok masyarakat menjalani rutinitas proses hidup masing- masing untuk bertahan dilingkungan sekitarnya dengan cara tersendiri. Sejauh ini, tidak ada satu kelompok masyarakat yang tidak berubah. Kelompok orang-orang Tasaday di Filipina yang baru saja pada tahun 1960 an ditemukan di gua-gua hutan belantara, atau suku-suku terasing di Irian Jaya juga mengalami perubahan27. cepat atau lambat perubahan itu terjadi tergantung kepada banyaknya faktor di lingkungan sekitarnya. Perubahan yanng dimaksud bisa jadi terlihat didalam perilaku (tingkah laku) dari anggota masyarakat bersangkutan sehari-hari secara individual atau secara kelompok dalam kaitanya dengan sesama anggota kelompok atau dengan anggota kelompok lainnya.

Perubahan sosial yang terjadi dimasyarakat luas, dapat diamati dengan jelas, misalnya dari cara berpakaian atau menampilkan dirinya, dari bentuk atau model rumahnya dan tata ruangannya, cara seseorang berbicara dengan orang lain disekitarnya dan lain-lain. Untuk mengetahui perubahan sosial yang ada di kelompok masyarakat dapat diketahui dari ciri-cirinya sebagai berikut: 1. Tidak ada masyarakat yang berhenti perkembangannya karena setiap

masyarakat mengalami perubahan yang terjadi secara lambat maupun cepat.

27

(35)

28

2. Perubahan yang terjadi pada lembaga kemasyarakatan tertentu akan diikuti oleh perubahan pada lembaga lembaga sosial yang lain.

3. Perubahan yang berlangsung sangat cepat, biasanya mengakibatkan disorganisasi karena dalam masyarakat ada proses penyesuaian diri atau adaptasi. Disorganisasi yang diikuti oleh proses reorganisasi akan menghasilkan pemantapan kaidah-kaidah dan nilai yang baru.

4. Suatu perubahan tidak dapat dibatasi pada aspek kebendaan atau spiritual saja, karena keduanya mempunyai hubungan timbal balik yang kuat28. Melihat ciri perubahan sosial secara luas maka dapat dispesifikkan menjadi lebih fokus yakni melihat perubahan sosial di desa, terutama pada ranah perekonomian masyarakat pedesaan. Perubahan sosial yang dimaksud dilihat pada sektor pertanian atau proses bertani masyarakat pedesaan. Tema pokok dalam tiap pembahasan tentang masyarakat pedesaan adalah perubahan kehidupan sosial yang demikian cepat. Perkembangan teknologi pertanian sebagai hasil penelitian ilmiah disamping perubahan struktur perekonomian dan politik dunia membawa perubahan besar pada sistem produksi bahan makanan dan serat.

Perubahan sistem produksi tersebut telah membawa perubahan yang mendasar pada kehidupan masyarakat pedesaan sebagai petani atau orang yang menggantungkan hidupnya pada kegiatan pertanian di pedesaan. Di beberapa negara maju, perubahan pertanian tersebut, misalnya telah melahirkan kelompok petani bermodal besar yang mengendalikan usaha taninya lewat komputer di rumahnya, dan kelompok petani lain yang tidak bisa lagi

28

(36)

29

menggantungkan hidup pada hasil usaha taninya sendiri. Perubahan sistem dan struktur pertanian tersebut juga telah melahirkan bidang usaha tani yang sifatnya spesialisasi29.

Sebelum masuknya era modernisasi beberapa waktu yang lalu kebanyakan petani di desa masih mengerjakan sawah ladangnya dengan bantuan tenaga hewan dan anggota keluarga yang kadang-kadang dalam musim tertentu dibantu oleh tetangga atau orang sedesa atas dasar tukar menukar jasa. Sekarang sudah banyak petani tidak mempunyai lahan yang luas, mengerjakan lahannya dengan traktor yang disewa dari perusahaan tertentu. Lahan usaha tani semula dikembangkan untuk sekedar memenuhi kebutuhan sehari-hari, dialihkan menjadi lahan usaha yang sifatnya komersial. Dalam keadaan seperti itu petani lebih senang menanam buah jeruk daripada menanam padi, karena harga buah jeruk lebih mahal dari padi. Dan pengalihan produksi pertanian dapat disebut dengan spesialisasi produksi pertanian. Hal ini juga dilakukan oleh masyarakat desa Bangorejo yakni menjadi petani jeruk untuk investasi perekonomian dan pemenuhan kebutuhan sehari-hari.

Dari penjabaran perekonomian desa pada sektor pertanian, maka peneliti mengkaji perubahan sosial ekonomi petani jeruk di desa Bangorejo. Untuk mengkaji lebih dalam terkait perubahan sosial ekonomi peneliti menggunakan kajian teori yang dikemukakan oleh salah satu tokoh sosiologi yakni Ferdinand Tonnies dengan karya yang paling terkenal adalah Gemeinchaft dan Gesselchaft. Tonnies memiliki teori yang sangat penting, ia mampu membedakan konsep masyarakat tradisional dan masyarakat modern. Dua

29

(37)

30

konsep tersebut dalam konsep Tonnies dinamakan Gemeinchaft dan Gesselchaft. Gemeinchaft diasosiasikan dengan konsep kelompok atau asosiasi, sedangkan konsep Gesselchaft diartikan sebagai masyarakat.

Menurut Tonnies, gemeinchaft merupakan situasi yang berorientasi pada nilai, aspiratif, memiliki peran dan terkadang sebagai kebiasaan asal yang mendominasi kekuatan sosial. Gemeinchaft lahir dari dalam individu, keinginan untuk berhubungan didasarkan atas kesamaan dalam keinginan dan tindakan. Kesamaan individu dalam hal ini merupakan faktor penguat hubungan sosial, yang kemudian diperkuat dengan hubungan emosional serta interaksi antar individu. Sedangkan menurut Selo Soemardjan dan Soelaiman Soemardi Gemeinchaft adalah bentuk hidup bersama yang lebih bersesuaian dengan triebwille. Kebersamaan dan kerjasama tidak dilaksanakan untuk mencapai suatu tujuan diluar, melainkan dihayati sebagai tujuan dalam dirinya. Orangnya merasa merasa dekat satu sama lain dan memperoleh kepuasan karenanya. Suasanalah yang dianggap penting daripada tujuan. Spontanitas ditamakan diatas undang – undang atau keteraturan30.

Tonnies menyebut sebagai contoh keluarga, lingkungan tetangga, sahabat - sahabat, serikat pertukangan dalam abad pertengahan, gereja, desa dan lain sebagainya. Para anggota dipersatukan dan disemangati dalam perilaku sosial mereka oleh ikatan persaudaraan, simpati dan perasaan lainnya sehingga mereka terlibat secara psikis dalam suka duka hidup bersama. Dengan kata lain bahwa mereka sehati dan sejiwa. Gesselchaft merupakan sebuah konsep yang menunjuk pada hubungan anggota masyarakat yang memiliki ikatan yang

30

(38)

31

lemah, kadangkala antar individu tidak saling mengenal, nilai, norma dan sikap menjadi kurang berperan dengan baik31.

Tonnies memaparkan gemeinchaft adalah wessenwill yaitu bentuk-bentuk kehendak, dalam arti positif maupun negatif, yang berakar pada manusia dan diperkuat oleh agama dan kepercayaan, yang berlaku didalam bagian tubuh dan perilaku atau kekuatan naluriah. Jadi, wessenwill merupakan kodrat manusia yang timbul dari keseluruhan kehidupan alami. Gesselchaft disebut dengan konsep kurwille yang merupakan bentuk – bentuk kehendak yang mendasarkan pada akal manusia yang ditujukan pada tujuan-tujuan tertentu dan sifatnya rasional dengan menggunakan alat-alat dari unsur - unsur kehidupan lainnya, atau dapat pula berupa pertimbangan dan pertolongan32.

Untuk lebih memahami Gemeinchaft dan Gesselchaft yang dicetuskan oleh Ferdinand Tonnies maka peneliti memaparkan dalam bentuk tabel sebagai berikut :

Hubungan Sosial Ikatan Keluarga Pertukaran Ekonomi

Institusi Khas Keluarga Negara dan Ekonomi

Citra tentang Individu

Kedirian Orang, Warga

Bentuk Kekayaan Tanah Uang

Tipe Hukum Hukum Keluarga Hukum Kontrak

Institusi Sentral Desa Kota

Kontrol Sosial Adat dan Agama Hukum dan Pendapat Umum

Sumber : Buku Sosiologi Perubahan Sosial karya Piotr Sztompka

31

Nanang Martono, Sosiologi Perubahan Sosial : Perspektif Klasik, Modern, Postmodern, dan Poskolonial, ( Jakarta : Rajawali Pers, 2014 ), 52 - 54

32

(39)

32

Tonnies membedakan Gemeinchaft menjadi tiga jenis anatara lain:

1. Gemeinchaft of blood, yaitu gemeinchaft yang mendasarkan diri pada ikatan darah atau keturunan. Pertumbuhannya serta ikatan kekerabatan masyarakat semacam ini semakin lama semakin menipis.

2. Gemeinchaft of place (locality), yaitu gemeinchaft yang didasarkan pada tempat tinggal yang saling berdekatan sehingga dimungkinkan untuk terjadi saling menolong, misalnya ikatan yang terbentuk karena adanya satu wilayah tempat tinggal, satu RT, satu desa atau satu kompleks perumahan.

3. Gemeinchaft of mind, yaitu gemeinchaft yang mendasarkan diri pada ideologi atau pikiran yang sama, misalnya individu yang tergabung dalam satu negara, partai politik, atau satu keyakinan (agama). Ketiga bentuk ini dapat ditemui pada masyarakat kota maupun desa33.

Bagi Tonnies faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan masyarakat hampir sama dengan prinsip teori evolusi lain, begitu juga dengan faktor -faktor yang mempengaruhinya. Di antara penyebab terjadi perubahan itu adalah adanya kecenderungan berpikir secara rasional, adanya perubahan orientasi hidup, pandangan mengenai suatu aturan dan sistem organisasi. Dari penjabaran teori yang dicetuskan oleh Ferdinand Tonnies tentang Gemeinchaft dan Gesselchaft peneliti mempunyai alasan memakai kajian teori tersebut karena masyarakat petani jeruk di desa Bangorejo mengalami perubahan segi perekonomiannya.

33

(40)

33

Perubahan sosial ekonomi yang dimaksud peneliti berdasarkan teori Ferdinand Tonnies adalah perubahan tersebut didasarkan pada dua konsep antara lain:

1. Gemeinchaft of Place (Locality), yaitu gemeinchaft yang didasarkan oleh tempat tinggal yang saling berdekatan, sehingga dimungkinkan untuk terjadi saling tolong menolong. Hal ini juga sesuai dengan keadaan masyarakat petani jeruk di desa Bangorejo, tempat tinggal antar petani saling berdekatan, sehingga lebih mudah mereka saling tukar pendapat dan bekerja sama dalam aktivitas mengolah lahan pertanian jeruk, agar mendapatkan hasil terbaik dan pemasaran yang baik juga. Dalam hal ini, kondisi tempat tinggal yang saling berdekatan juga mendukung antar petani bisa saling membantu ketika ada yang membutuhkan tenaga untuk mengolah tanah atau saling meminjamkan pupuk dan obat – obatan buah jeruk ketika di kios pupuk sedang kehabisan stok. Juga memudahkan perangkat desa membentuk kelompok petani jeruk.

(41)

34

Dahulu hanya menjadi petani musiman atau setiap 3 bulan sekali masyarakat desa Bangorejo harus mengganti produksi pertanian, namun sekarang sudah menjadi spesialisasi peroduk pertanian, yakni lebih fokus pada pertanian jeruk. Serta kemauan keras masyarakat setempat untuk bekerja keras. Masyarakat tidak hanya menjadi petani jeruk melainkan melakukan usaha lain seperti menjadi pedagang jeruk dan dalam bidang pekerjaan yang lain tanpa meninggalkan pertanian jeruk sebagai investasi ekonomi, keluarga dan masa depan anak-anak mereka dalam proses pemenuhan kebutuhan hidup sehari-hari, layaknya sebagai masyarakat modern yang lebih mengedepankan rasional.

Dalam penelitian ini lebih condong pada teori Gemeinchaft of Place dan Gemeinchaft of Mind, karena perubahan yang terjadi pada masyarakat petani jeruk didukung oleh tempat tinggal yang sama, dan ideology atau fikiran yang sama. Yakni melakukan perubahan, terutama dalam inivasi bertani mereka.

(42)

35

kadang kurang mendukung untuk mencukupi kebutuhan ekonomi keluarga.

Melihat perubahan sosial ekonomi masyarakat petani jeruk di desa Bangorejo maka peneliti selain memakai kajian teori yang dicetuskan oleh Ferdinand Tonnies juga memakai teori pendukung yakni konstruksi sosial yang dikemukakan oleh Peter L Berger, hal ini dilakukan karena perubahan yang terjadi dibawa oleh seorang aktor yang bernama bapak Anjam.

B.Konstruksi Sosial

Konstruksi Sosial yang di gagas oleh Peter L. Berger dan Thomas Luckman. Peter L.Berger merupakan sosiolog dari New School for Social Research, NowYork, sementara Thomas Luckman adalah sosiolog dari University of Frankfurt. Teori Konstruksi Sosial, sejatinya dirumuskan kedua akademisi ini sebagai suatu kajian teoretis dan sistematis mengenai sosiologi pengetahuan.34

Istilah konstruksi atas realitas sosial (Social construction of reality) menjadi terkenal sejak diperkenalkan oleh Peter L. Berger dan Thomas Luckman melalui bukunya yang berjudul The Social Construction of Reality: A Treatise in the Sociological of Knowledge. Ia menggambarkan proses sosial

34

(43)

36

melalui tindakan dan interaksinya, di mana individu menciptakan secara terus menerus suatu realitas yang dimiliki dan dialami bersama secara subyektif.35

Berger dan Luckman mulai menjelaskan dengan memisahkan pemahaman kenyataan dan pengetahuan. Realitas diartikan sebagai kualitas yang terdapat didalam realitas-realitas yang diakui sebagai memiliki keberadaan (being) yang tidak tergantung kepada kehendak kita sendiri. Pengetahuan didefinisikan sebagai kepastian bahwa realitas-realitas itu nyata dan memiliki karakteristik yang spesifik.

Berger dan Luckman mengatakan terjadi dialektika antara individu menciptakan masyarakat dan masyarakat menciptakan individu. Proses dialektika ini terjadi melalui eksternalisasi, obyektivasi, dan internalisasi. Proses dialektis tersebut mempunyai tiga tahapan, Berger menyebutnya sebagai momen. Hal ini juga disebut dengan sosialisasi, Berger membagi proses sosialisai menjadi dua yakni :

1. Sosialisasi Primer

Masyarakat berada pada posisi sebagai kenyataan obyektif maupun subyektif, maka setiap pemahaman teoritis yang memadai mengenai masyarakat harus mencakup kedua aspek itu untuk memperoleh pengakuan yang semestinya apabila masyarakat dipahami dari segi suatu proses dialektis yang berlangsung terus-menerus dan terdiri dari tiga momen antara lain :

a. Eksternalisasi b. Obyektivasi

35

(44)

37

c. Internalisasi

Sejauh yang menyangkut fenomena masyarakat, momen-momen itu tidak dapat dipikirkan sebagai berlangsung dalam suatu urutan waktu. Yang benar adalah bahwa masyarakat dan tiap bagian darinya secara serentak dikarakterisasi oleh ketiga momen itu, sehingga setiap analisa yang hanya dari satu atau dua segi dari ketiga momen itu tidak memadai. Hal itu juga berlaku bagi anggota masyarakat secara individual dan serentak mengeksternalisasi keberadaannya sendiri ke dalam dunia sosial serta menginternalisasinya sebagai suatu kenyataan obyektif. Dengan kata lain, berada dalam masyarakat berarti berpartisipasi dalam dialektika itu.

(45)

38

2. Sosialisasi Sekunder

Dapat dibayangkan jika suatu masyarakat dimana tidak terjadi sosialisasi lebih lanjut setelah sosialisasi primer. Dengan sendirinya masyarakat seperti itu merupakan sebuah masyarakat dengan khazanah pengetahuan yang sederhana. Semua pengetahuan akan relevan secara umum, di mana individu hanya berbeda dalam perspektif mereka mengenai pengetahuan itu. Konsepsi ini berguna untuk menetapkan suatu kasus batas, namun sejauh ini kita tidak mengenal masyarakat yang tidak mempunyai pembagian kerja. Seiring dengan itu perlu adanya distribusi pengetahuan dan hal lain yang diperlukan sosialisasi sekunder.

Berbicara sosialisasi sekunder adalah suatu bentuk internalisasi yang berlandaskan lembaga. Ruang lingkup dari pelembagaan yang dimaksud sifatnya ditentukan oleh kompleksitas pembagian kerja dan distribusi pengetahuan dalam masyarakat yang menyertainya. Sudah tentu, pengetahuan relevan secara umum pun bisa didistribusikan secara sosial. Umpamanya, dalam bentuk versi-versi yang didasarkan atas kelas. Tetapi yang dimaksud dalam teori ini adalah distribusi sosial dari pengetahuan khusus, pengetahuan yang timbul sebagai akibat pembagian kerja dan pengemban-pengembannya ditentukan secara kelembagaan. Dari penjabaran tentang pengetahuan maka dapat dikatakan bahwa sosialisasi sekunder adalah proses memperoleh pengetahuan khusus sesuai dengan peranannya.

(46)

39

dengan cara mencurahkan segala pengetahuan, tenaga, fikiran untuk membuat hasil uji cobanya menanam buah jeruk tumbuh dengan baik dan sukses ketika dipasarkan di daerah lain, serta membuat strategi-strategi tertentu untuk dapat meyakinkan masyarakat setempat tentang hasil uji coba yang telah dilakuakan oleh aktor. Kegiatan tersebut kemuadian dikembangkan lagi dengan mengajarkan langkah-langkah menanam buah jeruk yang baik serta mngajarkan kerjasama antar petani lain, baik dalam hal pemeliharaan, pengairan dan strategi pemasaran di pasar besar agar mendapat hasil melimpah.

Dari penjabaran terkait sosialisasi primer dan sosialisasi sekunder oleh Peter L Berger maka untuk memahami lebih dalam dijelaskan dengan cara per bagian dari konsep dialektika proses konstruksi sosial, antara lain sebagai berikut:

(47)

40

b. Objektivasi yaitu hasil yang telah di capai baik mental maupun fisik dari kegiatan eksternalisasi manusia tersebut. Hasil itu menghasilkan realitas objektif yang bisa jadi akan menghadapi si penghasil itu sendiri sebagai suatu faktisitas yang berada di luar dan berlainan dari manusia yang menghasilkannya. Lewat proses objektivitasi ini, masyarakat menjadi suatu realitas suigeneris. Hasil dari eksternalisasi kebudayaan itu misalnya, manusia menciptakan alat demi kemudahan hidupnya atau kebudayaan non materiil dalam bentuk bahasa. Baik alat tadi maupun bahasa adalah kegiatan eksternalisasi manusia ketika berhadapan dengan dunia, ia adalah hasil dari kegiatan manusia.

Objektivasi menurut peneliti adalah percobaan menanam buah jeruk yang dilakukan oleh bapak Anjam membawa hasil yang baik, didukung oleh keadaan tanah yang cocok dengan tanaman jeruk dan disosialisasikan kepada masyarakat desa Bangorejo. c. Internalisasi merupakan proses penyerapan kembali dunia objektif

(48)

41

Sebaliknya, ia dibentuk dan dikonstruksi. Dengan pemahaman semacam ini, realitas berwajah ganda/ plural setiap orang bisa mempunyai konstruksi yang berbeda - beda atas suatu realitas. Setiap orang mempunyai pengalaman, preferensi, pendidikan tertentu dan lingkungan pergaulan atau sosial tertentu akan menafsirkan realitas sosial itu dengan konstruksinya masing-masing. Jadi, Internalisasi yang dimaksud peneliti adalah sosialisasi yang dilakukan oleh bapak Anjam direspon dengan baik oleh masyarakat desa Bangorejo. Dari sosialisasi tersebut, mayoritas masyarakat setempat mengganti produk pertanian mereka dengan menanam buah jeruk di lahan pertanian yang warga setempat miliki, dan hasil pertanian jeruk membawa dampak positif bagi kehidupan sosial ekonomi masyarakat desa Bangorejo. Hingga sampai saat ini desa Bangorejo merupakan wilayah penghasil jeruk terbaik di Banyuwangi Selatan.

(49)

42

produk pertanian mereka dengan menanam buah jeruk di lahan pertanian yang warga setempat miliki.

(50)

43

BAB III

PERUBAHAN SOSIAL PETANI JERUK

A. Masyarakat Desa Bangorejo Kecamatan Bangorejo Kabupaten

Banyuwangi

1. Sejarah Desa Bangorejo Kecamatan Bangorejo Kabupaten Banyuwangi

Asal usul desa yang dinamakan Bangorejo dicantumkan, karena sehubungan dengan judul peneliti angkat terkait perubahan sosial. Maka peneliti mencantumkan sejarah desa Bangorejo yang telah mengalami beberapa perubahan sosial dari waktu ke waktu melalui beberapa pergantian kepala desa sejak awal sampai sekarang, lewat beberapa program kerja yang pada intinya bertujuan untuk kesejahteraan masyarakat desa Bangorejo. Maka berikut ini adalah sejarah desa Bangorejo36

Pada jaman penjajahan Belanda sekitar tahun 1910 di wilayah Kabupaten Banyuwangi bagian selatan, tepatnya di selatan kali setail dan sebelah timur gunung srawet, terdapat hutan gebang, dan banyaknya burung Bangau. Yang mana setiap orang yang datang mencari gebang digunakan atap rumah pada saat itu. Apabila ada orang bertanya “dari mana mencari gebang?” kebanyakan orang menjawab pertanyaan tersebut

dari kebun Bango. Sehubungan di kebun tersebut banyak burung Bangau, maka dengan dasar itulah wilayah tersebut akhirnya disebut-sebut Bangorejo, yang akhirnya ditetapkan sebagai nama desa Bangorejo, walaupun demikian wilayah tersebut dipimpin H. Duriyat lurah desa Glowong, kemudian pada saat itu mngusulkan pada pemerintah untuk

36

(51)

44

mengadakan pendataan kepemilikan lahan atau tanah di wilayah Bangorejo. Setelah diadakan pendataan maka terbtlah petak cap singa 1917.

Tahun 1917 Bangorejo di bawah pemerintahan desa Glowong, Bangorejo hanya sebagai pendukuhan yang dipimpin oleh seorang kamituo P.Suti yang wilayahnya sampai dengan desa Kebondalem sekarang. Kemudian pak Suti bersama warga berembuk untuk memisahkan dari desa Glowong dan menunjuk pak Kamplek Kartoparwiro sebagai lurah Bangorejo pada 1922. Kepemimpinan pak Kamplek Karotparwiro berakhir pada tahun 1927, beliau meninggalkan tanggungjawabnya sebagai lurah, karena pergi tanpa pamit kepada warga, sehingga dilanjutkan oleh pak Moeldjodihardjo sampai tahun 1928.

(52)

45

Kebondalem. Pada saat itu juga pak Djojo Muhammad memanfaatkan rumah tahanan Belanda yang terletak di dukuh Gunungsari, diminta sebagian untuk dijadikan tanah bondodeso titisoro dan sebagian menjadi tanah milik pengairan. Masa kepemimpinan pak Djojo Muhammad berakhir pada tahun 1933. Maka pada tahun itu diadakan pemilihan lurah yang kedua dengan calon pak Wirokromo dan pak Miskun. Maka terpilihlah pak Wirokromo.

Kepemimpinan pak Wirokromo dalam kerjanya terlalu luas maka pada tahun 1936 dukuh Kebondalem diminta oleh pak Wirokromo untuk mengadakan pemilihan lurah sendiri, dan terpilihlah pak Mubin Pondjorejo.

Pada tahun 1951 pak Wirokromo mengajukan untuk diadakan pemilihan lurah dikarenakan usia sudah tua. Maka muncul beberapa calon: 1. Pak Serin

2. P. Sastro 3. P. Miskon 4. P. Darmo

(53)

46

Samiran. Kepemimpinan pak Samiran tidak berlangsung lama hanya delapan bulan, karena terindikasi partai terlarang dan pak samiran ditahan di lp Banyuwangi.

Pada 1968 pemerintah daerah tingkat 2 Banyuwangi menunjuk careteker dari ABRI bernama Moesidji, berlasung sampai tahun 1971. Selanjutnya pemerintah desa mengadakan pemilihan kepala desa dengan calon tunggal pak Moesidji. Maka terpilihlah pak moesidji sebagai lurah Bangorejo. Dalam melaksanakan tugasnya mengacu undang-undang nomer. 5 1979 tentang pemerintahan Desa.

Pak moesidji menjabat Kepala Desa Bangorejo mulai tahun 1968 sampai dengan 1989 diakhiri dengan mengadakan pemilihan lurah, maka muncullah beberpa calon lurah sebagai berikut;

1. P H Nursyamsu Hadi, BA 2. P Samino

Dalam pemilihan lurah Bangorejo tanggal 29 Maret 1990 terpilihlah P H Nursyamsu Hadi, BA. Selanjutnya dilantik oleh Bupati KDH Tingkat II Banyuwangi P Harwin Wasisto. Saat pemerintahan ini pada tahun 1994. Sehubungan semakin padatnya jumlah penduduk desa bangorejo dari 2 dusun dipecah menjadi 4 dusun yaitu;

1. Dusun Bangorejo 2. Dusun Tamansuruh 3. Dusun Sere

(54)

47

Maka jabatan P H Nursyamsu Hadi, BA berakhir tahun 1998 dan dilaksanakan pemilihan Kepala Desa, maka munculah calon sebagai berikut;

1. P. H Nursyamsu Hadi, BA 2. P. Sentit Suyadi

3. P. Sunarto

Dalam pemilihan kepala desa yang dilaksanakan tanggal 10 September 1998 terpilih P H Nursyamsu Hadi, BA dan dilantik tanggal 13 Februari 1999 oleh bupati Banyuwangi P T.Purnomo sidik.

Masa tugas P H Nursyamsu Hadi, BA berakhir pada November 2007 dan dilaksanakan pemilihan kepala desa, maka muncullah calon sebagai berikut;

1. P Subardak 2. P H Mustamsir 3. P Suyatno 4. P Suyadi

(55)

48

2. Letak Geografis Desa Bangorejo Kecamatan Bangorejo Kabupaten Banyuwangi

Desa Bangorejo terletak di kecamatan Bangorejo Kabupaten Banyuwangi. Bangorejo merupakan salah satu desa paling maju perekonomiannya di wilayah Banyuwangi Selatan, dengan luas wilayah 1.034,446 Ha. Yang mana dari pembagian luas wilayah tersebut dipergunakan untuk lahan sawah, tanah tegalan/kering, tanah pemukiman, tanah perkebunan, tanah kuburan, jalan, sungai, dan tanah pengairan37.

Keadaan desa Bangorejo sekarang sudah banyak berubah sejak awalnya di bentuk nama sebuah desa Bangorejo oleh para sesepuh desa Bangorejo pada tahun 1922. Letak geografis desa Bangorejo itu sendiri berada di beberapa batasan wilayah. Diantaranya adalah berbatasan dengan desa Purwodadi, desa Sambimulyo, desa Bulurejo, desa Kebondalem. Jarak desa Bangorejo dengan pusat pemerintahan Kabupaten Banyuwangi sekitar 45 km.

Untuk menuju desa Bangorejo dari pusat Kabupaten Banyuwangi dengan kendaraan bermotor sekitar 2 jam, ditempuh dengan berjalan kaki atau kendaraan non bermotor sekitar 7 jam. Jika di tempuh dari ibu kota provinsi yakni dari kota Surabaya menggunakan kendaraan bermotor sekitar 7 jam, ditempuh dengan berjalan kaki atau kendaraan non bermotor sekitar 24 jam.

Berdasarkan letak wilayah administratif desa Bangorejo terbilang cukup jauh dari pusat pemerintahan Kabupaten Banyuwangi, maka pada

37

(56)

49

saat itu lambat laun masyarakat setempat memiliki beberapa inisiatif untuk memajukan daerahnya dan mengenalkan daerahnya pada pemerintah Kabupaten Banyuwangi, melalui hasil pertanian nya. Yakni hasil pertanian unggulan masyarakat desa Bangorejo adalah pertanian buah jeruk, yang mana hasil tersebut dapat membawa perubahan sosial, terutama pada bidang perubahan sosial ekonomi.

a. Struktur Pemerintahan di Desa Bangorejo Kecamatan Bangorejo Kabupaten Banyuwangi

(57)

50

Selama menjabat kepala desa bapak Suyadi ditemani rekan kerja yaitu bapak Moh. Rifa’i sebagai sekretaris desa. Dalam struktur

pemerintahan yang berhubungan dengan perangkat desa, maka terbagi menjadi lima bidang, yakni bidang pemerintahan dikelola oleh bapak Moh. Rifa’I, bidang pembangunan oleh bapak Tohari, bidang

keuangan bapak Wagiran, bidang kesra oleh bapak Riduwan, bidang umum oleh ibu Sri Wahyuni.

Struktur dalam pemerintahan desa Bangorejo tidak hanya terdiri dari lima bagian yang telah disebutkan diatas, melainkan juga terdiri dari beberapa kepala dusun. Diantaranya adalah kepala dusun Bango Krajan oleh bapak Kaseni, kepala dusun Bango Tamansuruh oleh bapak Kamsi, kepala dusun Bango Sere oleh bapak Satim, kepala dusun Bango Gunungsari oleh bapak Suparno.

a. Luas wilayah Desa Bangorejo Kecamatan Bangorejo Kabupaten Banyuwangi

Luas wilayah yang berada di Desa Bangorejo dapat dilihat dari pembagian beberapa lahan yang digunakan untuk beberapa fungsi. Diantaranya adalah dari luas wilayah desa Bangorejo 1.034,446 ha, terdiri dari beberapa penggunaan berdasarkan fungsinya. Tanah sawah seluas 716,472 Ha, tanah tegalan 70,347 Ha, tanah pemukiman 109,451 Ha, tanah kuburan, jalan, sungai 56,467 Ha, tanah pengairan 81,709 Ha38.

38

(58)

51

b. Batas Wilayah Desa Bangorejo Kecamatan Bangorejo Kabupaten Banyuwangi

Batas wilayah yang berada di desa Bangorejo merupakan batasan wilayah yang merupakan batasan wilayah desa Bangorejo dengan desa yang lain. Dengan penentuan batas wilayah sebelah utara desa Purwodadi kecamatan Gambiran, sebelah selatan desa Sambimulyo kecamatan Bangorejo, sebelah timur desa Bulurejo kecamatan Purwoharjo, sebelah barat desa Kebondalem kecamatan Bangorejo. Dapat dilihat pada tabel 3.2 dibawah ini :

Tabel 3.2

Batas Wilayah desa Bangorejo

No Batas Desa Kecamatan

1. Sebelah Utara Purwodadi Gambiran

2. Sebelah Selatan Sambimulyo Bangorejo

3. Sebelah Timur Bulurejo Purwoharjo

4. Sebelah Barat Kebondalem Bangorejo

Sumber data: Potensi Umum bagian batas wilayah desa Bangorejo tahun 2015

3. Profil Desa Bangorejo Kecamatan Bangorejo Kabupaten Banyuwangi a. Mata Pencaharian Warga Desa Bangorejo Kecamatan Bangorejo

Kabupaten Banyuwangi

(59)

52

Tabel 3.3

Mata Pencaharian penduduk desa Bangorejo

No Jenis Pekerjaan Laki - laki Perempuan

1. Petani 1.410 orang 982 orang

13. Pembantu Rumah Tangga 124 orang

14. TNI 11 orang

24. Karyawan Perusahaan Swasta 309 orang

25. Karyawan Perusahaan

Sumber data: Mata Pencaharian warga desa Bangorejo tahun 2015

b. Jumlah Penduduk Desa Bangorejo Berdasarkan Pemeluk Agama

(60)

53

laki-laki 20 orang oleh warga perempuan. Agama Katholik 5 orang oleh warga laki-laki 1 orang oleh warga perempuan. Agama Hindu 2 orang oleh warga laki-laki 2 orang oleh warga perempuan. Agama Budha 1orang oleh warga laki-laki 1 orang oleh warga perempuan. Sesuai dengan jumlah penduduk berdasarkan pemeluk agama dapat dilihat pada tabel 3.4 dibawah ini :

Tabel 3.4

Jumlah penduduk desa Bangorejo berdasarkan pemeluk agama

No Agama Laki - laki Perempuan

1. Islam 3816 orang 4878 orang

2. Kristen 11 orang 20 orang

3. Katholik 5 orang 1 orang

4. Hindu 2 orang 2 orang

5. Budha 1 orang 1 orang

Sumber data: Profil desa Bangorejo tahun 2015

c. Tingkat Kesejahteraan Penduduk Desa Bangorejo Kecamatan Bangorejo Kabupaten Banyuwangi

Data yang berhubungan dengan tingkat kesejahteraan merupakan salah satu cara yang dilakukan untuk mengetahui tingkat kesejahteraan dari masyarakat setempat. Di desa Bangorejo terdapat data berhubungan dengan tingkat kesejahteraan warga, yang diukur melalui tingkat kesejahteraan keluarga. Ukuran yang dimaksud adalah keluarga sejahtera, sejahtera 1, sejahtera 2, sejahtera 3, sejahtera 3 plus. Maka dari data tersebut dapat diketahui tingkat kemajuan perekonomian suatu daerah.

(61)

54

KK, keluarga sejahtera 3 berjumlah 487 KK, keluarga sejahtera 3 plus berjumlah 201 KK. Dapat dilihat pada tabel 3.5

Tabel 3.5

Tingkat Kesejahteraan Keluarga dan Penduduk desa Bangorejo

No Uraian Keterangan

1. Jumlah kepala keluarga prasejahtera 234 KK

2. Jumlah kepala keluarga sejahtera 1 822 KK

3. Jumlah kepala keluarga sejahtera 2 816 KK

4. Jumlah kepala keluarga sejahtera 3 487 KK

5. Jumlah kepala keluarga sejahtera 3 plus 201 KK

Total 2662 KK

Sumber data: Tingkat Kesejahteraan Keluarga dan Penduduk desa Bangorejo tahun 2015

d. Jumlah Penduduk, Usia Penduduk dan Pendidikan desa Bangorejo Kecamatan Bangorejo Kabupaten Banyuwangi

Seperti yang diketahui bahwa data yang berhubungan dengan jumlah penduduk, usia penduduk, dan pendidikan warga merupakan salah satu data penting untuk memperoleh informasi data kependudukan. Dari data yang diperoleh dari kantor desa Bangorejo pada tahun 2015 data kependudukan dikategorikan menjadi jumlah penduduk laki – laki, perempuan, rekapitulasi usia penduduk, dan pendidikan formal.

(62)

55

Tabel 3.6

Jumlah Penduduk berdasarkan jenis kelamin

No Uraian Keterangan

1. Jumlah Laki – laki 4697 orang

2. Jumlah Perempuan 4927 orang

3. Jumlah Total 9627 orang

4. Jumlah kepala keluarga 2557 orang

Sumber data jumlah penduduk berdasarkan jenis kelamin desa Bangorejo tahun 2015

Untuk mengetahui rekapitulasi usia penduduk warga desa Bangorejo dapat dijabarkan melalui beberapa kategori usia. Diantaranya adalah usia 0-12 bulan berjumlah 197 orang, usia 1-5 tahun berjumlah 117 orang, usia 0-7 tahun berjumlah 106 orang, usia 7-18 tahun berjumlah 198 orang, usia 18-56 tahun berjumlah 6676 orang.

Gambar

 Tabel 3.2 Batas Wilayah desa Bangorejo
Tabel 3.3
Tabel 3.4 Jumlah penduduk desa Bangorejo berdasarkan pemeluk agama
Tabel 3.5
+7

Referensi

Dokumen terkait

Sudiyono, Armand, 1991, Pengantar Pemasaran Pertanian , Jurusan Sosial Ekonomi Fakultas Pertanian, Universitas Muhammadiyah Malang: Malang... Sudiyono, Armand, 2002,

Perubahan pennggunaan lahan mempengaruhi perubahan aktivitas ekonomi masyarakat Desa Teluk Meku karena berubahnya lahan Sawah menjadi lahan Kelapa Sawit sejalan dengan

Perubahan tidak direncanakan yakni mereka tidak memiliki lahan pertanian (akibat ketidaksadaran) dalam persoalan ekonomi sekitar tahun 1997. Faktor yang berpengaruh dalam

Hasil analisis pada penelitian di Desa Sambirejo Kecamatan Bangorejo Kabupaten Banyuwangi menunjukkan bahwa (1) Faktor-faktor yang berpengaruh nyata terhadap produksi buah naga

Judul Skripsi : Analisis Perubahan Pemanfaatan Lahan Pertanian Menjadi Kawasan Terbangun Terhadap Kondisi Ekonomi Masyarakat Petani di Kecamatan Pallangga Kabupaten

Dampak yang dapat dirasakan oleh masyarakat setempat akibat dari perubahan penggunaan lahan yang ada saat ini dan rencana yang telah ditetapkan pada wilayah tersebut

Industri minuman buah carica merupakan salah satu investasi berupa industri dalam skala rumah tangga dengan mengutamakan bahan baku dari sektor pertanian yaitu

Dampak Penyempitan Pemilikan Lahan Pertanian Terhadap Ekonomi Keluarga Petani (Studi Kasus... ADLN Perpustakaan