• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perda No.2 Ret Hasil Hut

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Perda No.2 Ret Hasil Hut"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN BUOL

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BUOL NOMOR 2 TAHUN 2006

T E N T A N G

RETRIBUSI IZIN PENGELUARAN HASIL HUTAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI BUOL,

Menimbang : a. bahwa hasil hutan adalah merupakan salah satu komoditi andalan serta dapat meningkatkan Pendapatan Asli Daerah, sehingga Pemerintah Daerah perlu mengatur tentang kontribusi bagi pengeluaran hasil hutan dari daerah ;

b. bahwa dengan berlakunya Undang – Undang RI Nomor 34 Tahun 2000 tentang perubahan atas Undang – Undang RI Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah yang merupakan penyesuaian dari pelaksanaan otonomi daerah yang luas, nyata, dan bertanggung jawab, maka Pemerintah Daerah mempunyai kewenangan untuk menentukan jenis Retribusi Daerah sesuai dengan kewenangan otonominya ;

c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a dan huruf b, perlu membentuk Peraturan Daerah Kabupaten Buol tentang Retribusi Izin Pengeluaran Hasil Hutan.

Mengingat : 1. Undang - Undang RI Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara RI Tahun 1981 Nomor 76, Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 3209);

2. Undang - Undang RI Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan (Lembaran Negara RI Tahun 1999 Nomor 197, Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 3888) sebagaimana telah diubah dengan Undang – Undang RI Nomor 19 Tahun 2004 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perubahan atas Undang-Undang RI Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan menjadi Undang-Undang (Lembaran Negara RI Tahun 2004 Nomor 86, Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 4412);

3. Undang – Undang RI Nomor 51 Tahun 1999 tentang Pembentukan Kabupaten Buol, Kabupaten Morowali, dan Kabupaten Banggai Kepulauan (Lembaran Negara RI Tahun 1999 Nomor 179, Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 3900) ;

(2)

5. Undang – Undang RI Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang – undangan (Lembaran Negara RI Tahun 2004 Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 4389) ;

6. Undang - Undang RI Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara RI Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 4437) sebagaimana telah diubah dengan Undang – Undang Nomor 8 Tahun 2005 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah pengganti Undang – Undang Nomor 3 Tahun 2005 tentang Perubahan Undang – Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah menjadi Undang – Undang (Lembaran Negara RI Tahun 2005 Nomor 108, Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 4548);

7. Undang – Undang RI Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara RI Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 4438) ;

8. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1983 tentang Pelaksanaan Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara RI Tahun 1983 Nomor 36, Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 3294) ;

9. Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2000 tentang Retribusi Daerah (Lembaran Negara RI Tahun 2000 Nomor 14, Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 4131) ;

Menetapkan : PERATURAN DAERAH KABUPATEN BUOL TENTANG RETRIBUSI IZIN PENGELUARAN HASIL HUTAN

BAB I

KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Peraturan Daerah ini, yang dimaksud dengan : 1. Daerah adalah Daerah Kabupaten Buol.

2. Pemerintah Daerah adalah Bupati dan Perangkat Daerah sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan Daerah.

3. Kepala Daerah adalah Bupati Buol

4. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang selanjutnya disebut DPRD adalah Lembaga Perwakilan Rakyat Daerah sebagai unsur Penyelenggara Pemerintahan Daerah.

5. Pemerintahan Daerah adalah Penyelenggaraan urusan Pemerintah oleh Pemerintah Daerah dan DPRD menurut azas otonomi dan tugas pembantuan dengan prinsip-prinsip otonomi seluas-luasnya dalam sistem dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

6. Dinas adalah Dinas Kehutanan Kabupaten Buol.

7. Pejabat adalah Pegawai yang diberi tugas tertentu dibidang perpajakan Daerah dan / atau Retribusi Daerah.

(3)

9. Bendahara Khusus Penerima adalah Bendahara Khusus Penerima pada Dinas Pendapatan persekutuan, perkumpulan yayasan, organisasi lembaga, bentuk usaha tetap dan bentuk badan lainnya.

11. Hasil hutan adalah semua hasil hutan daerah baik kayu maupun non kayu

12. Retribusi Daerah yang selanjutnya dapat disebut Retribusi, adalah Pungutan Daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan dan / atau diberikan oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Buol untuk kepentingan orang pribadi atau badan.

13. Perizinan tertentu adalah kegiatan tertentu Pemerintah Daerah Kabupaten Buol dalam rangka pemberian izin kepada orang pribadi atau badan yang dimaksud untuk Pembinaan, Pengaturan, Pengendalian, dan Pengawasan atas kegiatan, Pemanfaatan ruang, Penggunaan sumber daya alam, Barang, Prasarana, Sarana atau fasilitas tertentu guna melindungi kepentingan umum dan menjaga kelestarian lingkungan.

14. Wajib Retribusi adalah orang pribadi atau badan yang menurut Peraturan Perundang – undangan Retribusi Daerah Kabupaten Buol Diwajibkan untuk melaksanakan Pembayaran Retribusi.

15. Masa Retribusi adalah jangka waktu tertentu yang merupakan batas waktu bagi Wajib Retribusi untuk memanfaatkan perizinan.

16. Surat Pemberitahuan Retribusi Daerah, yang selanjutnya disebut SPTRD, adalah Surat yang dipergunakan oleh Wajib Retribusi untuk melaporkan data Objek Retribusi dan Wajib Retribusi sebagai dasar perhitungan dan pembayaran Retribusi yang terutang menurut Peraturan Perundang – Undangan Retribusi Daerah Kabupaten Buol.

17. Surat Ketetapan Retribusi Daerah yang selanjutnya di sebut SKRD adalah Surat Ketetapan Retribusi yang menentukan besarnya jumlah retribusi yang terutang.

18. Surat Ketetapan Retribusi Daerah Kurang Bayar Tambahan, yang selanjutnya disebut SKRDKBT, adalah Surat Ketetapan yang menentukan tambahan atas jumlah Retribusi yang telah di tetapkan.

19. Surat Setoran Retribusi Daerah yang selanjutnya disebut SSRD adalah Surat yang oleh Wajib retribusi digunakan untuk melakukan pembayaran dan penyetoran Retribusi yang terutang ke Kas Daerah atau tempat lain yang ditunjuk oleh Bupati.

20. Surat Ketetapan Retribusi Daerah Lebih Bayar yang selanjutnya disebut SKRDLB, adalah Surat Ketetapan yang menentukan jumlah kelebihan pembayaran Retribusi karena jumlah Kredit Retribusi lebih besar dari pada Retribusi yang terutang atau tidak seharusnya terutang.

21. Surat Tagihan Retribusi Daerah, yang selanjutnya disebut STRD, adalah Surat untuk melakukan tagihan Retribusi dan / atau Sanksi Administrasi berupa bunga dan / atau denda 22. Pemeriksaan adalah serangkaian kegiatan untuk mencari, mengumpulkan, mengolah data

dan / atau keterangan lainnya untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban Retribusi Daerah dalam rangka melaksanakan ketentuan Peraturan Perundang – undangan Retribusi Daerah.

23. Penyidikan Tindak Pidana dibidang Retribusi Daerah adalah serangkaian tindakan yang dilakukan oleh penyidik Pegawai Negeri Sipil dilingkungan Daerah Kabupaten Buol, yang selanjutnya disebut penyidik, untuk mencari serta mengumpulkan bukti yang dengan bukti itu membuat terang tindak pidana dibidang Retribusi Daerah yang terjadi serta menemukan tersangkanya.

BAB II

NAMA, OBJEK DAN SUBJEK RETRIBUSI

(4)

Dengan nama Retribusi Pengeluaran Hasil hutan dipungut Retribusi.

Pasal 3

(1) Objek Retribusi adalah hasil hutan yang akan diperdagangkan keluar daerah

(2) Hasil Hutan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi: 1. Kayu Logs (Kayu Bulat):

a. Kayu dari Hutan Alam

b. Kayu dari Hutan Tanaman Rakyat 2. Kayu Olahan:

a. Kayu dari Hutan Alam

b. Kayu dari Hutan Tanaman Rakyat 3. Batang Kelapa

4. Kayu Limbah Hutan / Bahan Baku Serpi 5. Rotan

6. Damar 7. Sarang Walet 8. Madu

9. Gula Aren

10. Satwa liar yang berasal dari hutan tidak dilindungi

Pasal 4

Subjek Retribusi adalah orang pribadi atau badan yang mengumpulkan serta mengeluarkan hasil hutan untuk diperdagangkan keluar daerah.

BAB III

GOLONGAN RETRIBUSI

Pasal 5

Retribusi Izin Pengeluaran hasil hutan digolongkan sebagai Retribusi Perizinan tertentu.

BAB IV

CARA MENGUKUR TINGKAT PENGGUNAAN PERIZINAN

Pasal 6

Tingkat penggunaan perizinan diukur berdasarkan jenis dan volume hasil hutan.

BAB V

PRINSIP DAN SASARAN DALAM PENETAPAN STRUKTUR DAN TARIF RETRIBUSI

Pasal 7

(5)

(2) Prinsip penetapan besarnya tarif Retribusi didasarkan pada tujuan untuk menutup keseluruhan biaya administrasi dan biaya pemeriksaan pengeluaran hasil hutan

BAB VI

STRUKTUR DAN BESARNYA TARIF RETRIBUSI

Pasal 8

Struktur dan besarnya tarif Retribusi ditetapkan sebagai berikut:

NO STRUKTUR RETRIBUSI SATUAN TARIF RETRIBUSIBESARNYA

1.

Kayu Limbah Hutan / Bahan Baku Serpi Rotan

Damar Sarang Walet Madu

Gula Aren

Satwa liar yang berasal dari hutan tidak dilindungi

Retribusi yang terutang dipungut ditempat pemberian izin pengeluaran hasil hutan .

BAB VIII

SAAT RETRIBUSI TERUTANG

Pasal 10

Saat terutangnya Retribusi adalah pada saat diterbitkannya SKRD atau Dokumen lain yang dipersamakan.

BAB IX PERIZINAN

Pasal 11

(6)

(2) Tata cara dan persyaratan untuk mendapatkan izin sebagaimana dimaksud ayat (1) diatur dengan Peraturan Bupati.

BAB X

PENDAFTARAN DAN PENDATAAN

Pasal 12

(1) Setiap wajib retribusi mengisi SPTRD atau dokumen lain yang dipersamakan.

(2) STPRD atau dokumen lain sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) harus diisi dengan jelas, benar dan lengkap serta ditanda tangani oleh wajib retribusi atau kuasanya.

(3) Bentuk, isi dan tata cara pengisian SPTRD ditetapkan dengan Peraturan Bupati

BAB XI

PENETAPAN RETRIBUSI

Pasal 13

(1) Berdasarkan SPTRD, sebagaimana dimaksud pada pasal 14 ayat (1) ditetapkan Retribusi terutang dengan menerbitkan SKRD atau Dokumen lain yang dipersamakan.

(2) Apabila berdasarkan hasil pemeriksaan ditemukan data baru dan / atau data yang semula belum terungkap yang menyebabkan penambahan jumlah Retribusi yang terutang, maka dikeluarkan SKRDKBT.

(3) Bentuk, isi, dan tatacara penerbitan SKRD atau Dokumen lain yang dipersamakan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan SKRDKBT sebagaimana dimaksud pada ayat (2) ditetapkan oleh Bupati.

BAB XII

TATA CARA PEMUNGUTAN

Pasal 14

(1) Pemungutan Retribusi tidak dapat diborongkan.

(2) Retribusi dipungut dengan menggunakan SKRD atau Dokumen lain yang dipersamakan, SKRDKBT, dan STRD.

(3) Hasil pemungutan retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1), disetor ke kas daerah melalui Bendahara Khusus Penerima paling lama 1 x 24 jam, atau dalam waktu yang ditentukan oleh Bupati.

BAB XIII

SANKSI ADMINISTRASI

(7)

Dalam hal Retribusi tidak membayar tepat pada waktunya atau kurang bayar, dikenakan sanksi admininstrasi berupa bunga sebesar 2% (dua persen) setiap bulan dari Retribusi yang terutang atau kurang bayar dan ditagih dengan menggunakan STRD.

BAB XIV

TATA CARA PEMBAYARAN

Pasal 16

(1) Pembayaran Retribusi yang terutang harus dilunasi sekaligus.

(2) Retribusi yang terutang dilunasi selambat – lambatnya 15 (lima belas) hari sejak Wajib Retribusi menerima SKRD, atau dokumen yang dipersamakan, SKRDKBT, dan STRD. (3) Pembayaran Retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan menggunakan

SSRD

(4)Tata cara pembayaran, penyetoran, tempat pembayaran Retribusi diatur dengan Peraturan Bupati.

BAB XV

TATA CARA PENAGIHAN

Pasal 17

(1) Pengeluaran Surat Teguran atau peringatan atau Surat lain yang sejenis sebagai awal tindakan pelaksanaan penagihan Retribusi dikeluarkan 7 (tujuh) hari setelah jatuh tempo pembayaran.

(2) Dalam jangka waktu 7 (tujuh) hari setelah wajib Retribusi menerima Surat teguran atau peringatan atau surat lain yang sejenis, Wajib Retribusi harus melunasi Retribusi terutang. (3) Surat teguran atau surat peringatan atau surat lain yang sejenis sebagaimana dimaksud

pada ayat (1) dikeluarkan oleh Pejabat yang ditunjuk.

BAB XVI K E B E R A T A N

Pasal 18

(1) Wajib Retribusi dapat mengajukan keberatan hanya kepada Bupati atau Pejabat yang di tunjuk atas SKRD atau dokumen lain yang dipersamakan, SKRDKBT, dan SKRDLB.

(2) Keberatan diajukan secara tertulis dalam bahasa Indonesia dengan disertai alasan – alasan yang jelas.

(3) Dalam hal Wajib Retribusi mengajukan keberatan atas ketetapan Retribusi, harus dapat membuktikan ketidak benaran Ketetapan Retribusi tersebut.

(4) Keberatan harus diajukan dalam jangka waktu paling lama 2 (dua) bulan sejak Wajib Retribusi menerima SKRD atau dokumen yang dipersamakan, SKRDKBT, dan SKRDLB, kecuali apabila Wajib Retribusi dapat menunjukkan bahwa jangka waktu itu tidak dapat dipenuhi karena keadaan di luar kekuasaannya.

(8)

(6) Pengajuan keberatan tidak menunda kewajiban membayar Retribusi Daerah dan pelaksanaan penagihan Retribusi.

Pasal 19

(1) Bupati dalam jangka waktu paling lama 6 (enam) bulan sejak tanggal surat keberatan diterima harus memberikan Keputusan atas keberatan yang diajukan.

(2) Keputusan Bupati atas keberatan dapat berupa menerima seluruhnya atau sebagian, menolak, atau menambah besarnya Retribusi yang terutang.

(3) Apabila jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) telah lewat dan Bupati tidak menerbitkan Keputusan, keberatan yang diajukan tersebut dianggap dikabulkan.

BAB XVII

PENGEMBALIAN KELEBIHAN PEMBAYARAN

Pasal 20

(1) Atas kelebihan pembayaran Retribusi, Wajib Retribusi dapat mengajukan permohonan pengembalian kepada Bupati.

(2) Bupati dalam jangka waktu paling lama 6 (enam) bulan sejak diterimanya permohonan kelebihan pembayaran Retribusi Sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus memberikan Keputusan.

(3) Apabila jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (2) telah dilampaui dan Bupati tidak memberikan suatu Keputusan, keberatan yang diajukan tersebut dianggap dikabulkan dan SKRDLB harus diterbitkan dalam jangka waktu paling lama 1 (satu) bulan.

(4) Apabila Wajib Retribusi mempunyai utang Retribusi lainnya. Kelebihan Pembayaran Retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) langsung diperhitungkan untuk melunasi terlebih dahulu utang Retribusi tersebut.

(5) Pengembalian kelebihan Pembayaran Retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dalam jangka waktu paling lama 2 (dua) bulan sejak diterbitkan SKRDLB.

(6) Apabila pengembalian kelebihan pembayaran Retribusi dilakukan lewat jangka waktu 2 (dua) bulan, Bupati memberikan imbalan berupa bunga sebesar 2% (dua persen) sebulan atas keterlambatan pembayaran kelebihan Retribusi.

Pasal 21

(1) Permohonan pengembalian pembayaran Retribusi diajukan secara tertulis kepada Bupati dengan sekurang – kurangnya menyebutkan :

a. Nama dan Alamat Wajib Retribusi b. Masa Retribusi

c. Besarnya kelebihan pembayaran ; dan d. Alasan yang singkat dan jelas.

(9)
(10)

Pasal 22

(1) Pengembalian kelebihan pembayaran Retribusi dilakukan dengan menertibkan Surat Perintah Membayar Kelebihan Retribusi.

(2) Apabila kelebihan Pembayaran Retribusi diperhitungkan dengan utang Retribusi lainnya sebagaimana dimaksud Pasal 21 ayat (4), pembayaran dilakukan dengan cara pemindahbukuan dan bukti Pemindahbukuan juga berlaku sebagai bukti Pembayaran.

BAB XVIII

PENGURANGAN, KERINGANAN DAN PEMBEBASAN RETRIBUSI

Pasal 23

(1) Bupati dapat memberikan pengurangan, keringanan dan pembebasan Retribusi.

(2) Pemberian pengurangan atau keringanan Retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dengan memperhatikan kemampuan hasil Retribusi antara lain untuk mengangsur.

(3) Tata cara pengurangan, keringanan, dan pembebasan Retribusi ditetapkan oleh Bupati.

BAB XIX

KADALUWARSA PENAGIHAN

Pasal 24

(1) Hak untuk melakukan Penagihan Retribusi kadaluwarsa setelah melampaui jangka waktu 3 (tiga) tahun terhitung sejak saat terhutangnya Retribusi, kecuali apabila Wajib Retribusi melakukan Tindak Pidana dibidang Retribusi.

(2) Kadaluarsa Penagihan Retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tertangguh apabila ; a. Diterbitkan Surat Teguran ; atau

b. Ada pengakuan utang Retribusi dari Wajib Retribusi baik secara langsung maupun tidak langsung.

BAB XX

KETENTUAN PENYIDIKAN

Pasal 25

(1) Pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu dilingkungan Pemerintah Daerah diberi wewenang khusus sebagai penyidik untuk melakukan penyidikan tindak pidana dibidang Retribusi Daerah.

(2) Wewenang penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah ;

a. Menerima, mencari, dan mengumpulkan serta meneliti keterangan atau laporan berkenaan dengan tindak pidana dibidang Retribusi Daerah agar keterangan atau laporan tersebut menjadi lengkap dan jelas.

(11)

c. Meminta keterangan dan Barang Bukti dari orang pribadi atau badan sehubungan dengan tindak pidana dibidang Retribusi Daerah.

d. Memeriksa Buku-buku, Catatan-catatan, dan Dokumen-dokumen lain yang berkenaan dengan tindak pidana dibidang Retribusi Daerah.

e. Melakukan penggeledahan untuk mendapatkan barang bukti pembukuan, pencatatan, dan dokumen – dokumen lain serta melakukan penyitaan terhadap barang bukti tersebut ;

f. Meminta bantuan tenaga ahli dalam Rangka Pelaksanaan Tugas penyidikan tindak pidana dibidang Retribusi Daerah.

g. Menyuruh berhenti atau melarang seseorang meninggalkan ruangan atau tempat pada saat pemeriksaan identitas orang dan/ atau dokumen yang dibawa sebagaimana dimaksud pada huruf e ;

h. Memotret seseorang yang berkaitan dengan tindak pidana dibidang Retribusi Daerah ; i. Memanggil orang untuk didengar keterangannya dan diperiksa sebagai tersangka atau

saksi ;

j. Menghentikan penyidikan ;

k. melakukan tindakan lain yang perlu untuk kelancaran penyidikan tindak pidana dibidang Retribusi Daerah menurut hukum yang dapat dipertanggung jawabkan.

(3) Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pasal ini, memberitahukan dimulainya penyidikan dan menyampaikan hasil penyidikannya kepada penuntut umum melalui penyidik Kepolisian Negara Republik Indonesia sesuai ketentuan yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana.

BAB XXI

KETENTUAN PIDANA

Pasal 26

(1) Setiap orang pribadi atau badan yang mengeluarkan hasil hutan dan tidak memiliki izin, diancam Pidana kurungan paling lama 6 (enam) bulan atau denda paling banyak Rp. 50.000.000,- (lima puluh juta rupiah).

(2) Wajib Retribusi yang tidak melaksanakan kewajibannya sehingga merugikan Keuangan Daerah diancam Pidana kurungan paling lama 6 (enam) bulan atau denda paling banyak 4 (empat) kali jumlah Retribusi yang terutang.

(3) Tindak Pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) adalah pelanggaran.

BAB XXII

KETENTUAN PERALIHAN

Pasal 27

(12)

BAB XXIII

KETENTUAN PENUTUP

Pasal 28

Hal – hal yang belum diatur dalam Peraturan Daerah ini sepanjang mengenai pelaksanaannya akan diatur lebih lanjut dengan Peraturan Bupati.

Pasal 29

Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten Buol.

Disahkan di Buol

pada tanggal 10 Oktober 2006

BUPATI BUOL

H. A. KARIM HANGGI

Diundangkan di Buol

pada tanggal 10 Oktober 2006

SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN BUOL

HENGKYE PARIMO

(13)

PENJELASAN

A T A S

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BUOL

NOMOR 2 TAHUN 2006

TENTANG

RETRIBUSI IZIN PENGELUARAN HASIL HUTAN

I. PENJELASAN UMUM

Berdasarkan Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, Pemerintah Daerah diberikan kewenangan untuk menjalankan Otonomi yang seluas-luasnya dengan tujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, pelayanan umum dan daya saing daerah.

Dalam menjalankan Otonomi tersebut, daerah mempunyai hak antara lain mengelola kekayaan daerah, memungut Pajak Daerah dan Retribusi Daerah serta mendapatkan sumber-sumber pendapatan lain yang sah.

Hasil hutan adalah merupakan salah satu kekayaan daerah yang sangat potensial, yang dapat meningkatkan Pendapatan Asli Daerah sehingga kemandirian daerah dalam hal pembiayaan penyelenggaraan pemerintahan dan pelaksanaan pembangunan dapat terwujud.

II. PENJELASAN PASAL DEMI PASAL

(14)

Referensi

Dokumen terkait

Penyandang disabilitas yang merasa hidup lebih memuaskan dan tidak lagi kosong, merasa lebih percaya diri dan lebih berharga karena menjadi atlet cenderung menunjukkan

Kemudian data kualitatif lapangan dibandingkan dengan kriteria dan parameter ruang bersama dimana dari perbandingan tersebut dapat ditentukan prinsip yang dianut masyarakat

Maternal and antenatal risk factors for stillbirth and neonatal mortality in rural bangladesh : A case- control studies.. PLoS ONE

CT scan dengan kontras dan didapatkan gambaran malformasi arteri vena pada daerah parietal kiri, kemudian untuk mengetahui anatominya dilakukan angiografi..

4248/LS-BJ/2019 Pembayaran Belanja Perjadin Dalam Daerah Puskesmas Bagian Bulan Mei 2019, Melalui Kegiatan Pelayanan Bantuan Operasional Kesehatan (BOK) Puskesmas Ngraho,

Dan cara menyelesaikan konflik yang kedua ialah dengan kerjasama cara ini bisa membuat yang berkonflik mengakui dan menerima perbedaan dan mengeksplor

Pemanfataan limbah kulit semangka sebagai bahan baku dalam pembuatan fruitghurt ini dilakukan untuk mendayagunakan limbah kulit semangka menjadi suatu produk pangan

Berdasarkan hasil pengujian terhadap variabel Return On Asset (ROA), Current Ratio (CR), Debt Equity Ratio (DER), Dividend payout Ratio (DPR) dan Firm Value (FV)