• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB.III.Bina Usaha-03

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "BAB.III.Bina Usaha-03"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

BAB III

SUB DINAS BINA USAHA

Sub Dinas Bina Usaha terdiri dari 3 ( tiga ) Seksi yaitu :

A. Seksi Promosi Dan Informasi Pasar

Seksi Promosi dan Informasi Pasar merupakan salah satu dari 3 seksi yang berada pada Sub Dinas Bina Usaha ,dan berdasarkan Perda No.49 tahun 2001 tugas Seksi Promosi Dan Informasi Pasar yang dilaksanakan pada Tahun Anggaran 2003 antara lain sebagai berikut :

1. Promosi

Dalam tahun anggaran 2003 kegiatan promosi (Pameran, Bazar dan Temu usaha) yang telah dilaksanakan dan di ikuti yaitu :

- Agro and Food Expo 2003 Mai 2003 di Jakarta. - Riau Fair 2003 Mai 2003di Pekan Baru.

- Batam Expo 2003 di Batam.

- Jakarta Fair 2003 bulan Juni – Juli 2003 di Jakarta. - Promosi Pesta Pinang bulan November 2003 di Malaysia. - Bazar/Pasar Rakyat bulan November 2003 di Padang.

- Focus and Agri Forestry Expo 2003 bulan Desember 2003 di Jakarta. - Bazar dan Pasar murah di Kantor Dinas kehutanan Prop. Sumbar - Pertemuan dengan para perantau Minang se Jawa Barat di Bandung.

Disamping kegiatan promosi juga telah dibuat dan disebarkan brosur/leaflet sebagai berikut :

- Profil Usaha Pengolahan Hasil

(2)

- Profil Usaha Pengolahan Hasil Produk Peternakan Kerupuk Kulit Rukai Kab.Tanah Datar.

- Profil Usaha Pengolahan Hasil

dendeng Sapiko Padang Panjang

- Profil Kawasan Komoditi

Unggulan Sapi Potong di Kabupaten Agam.

- Program Pengembangan

Lumbung Ternak Nagari melalui Investasi Perantau Minang

2. Informasi Pasar

Kegiatan Informsi Pasar pada tahun 2003 yang telah dilaksanakan antara lain : a. Pelatihan Pemakaian Timbangan Ternak bagi Petugas Pasar ternak se

Sumatera Barat di Pasar Palangki Kab. Sawahlunto Sijunjung pada bulan Juli 2003.

b. Lelang Ternak Bibit Simental di Kab. 50 Kota pada bulan Juli 2003.

c. Sosialisasi Pemakaian Timbangan Ternak di 7 (tujuh) Pasar Ternak se Sumatera Barat ( Kab. Solok, Kab. Tanah Datar, Kab. Pasaman, Kab. Padang Pariaman, Kab. Agam, Kota Payakumbuh dan Kota Bukittinggi ) pada bulan September s/d Desember 2003.

d. Monitoring harga pasar dari ternak, hasil ternak dan sapronak

Kegiatan ini bertujuan untuk membantu para pelaku ekonomi khususnya yang berusaha dibidang Peternakan. Hasil dari pelaksana kegiatan ini diharapkan dapat membantu para Pengusaha baik dalam berproduksi maupun dalam pemasaran hasil usahanya. Dalam pelaksanaan sebagai daerah sampel yang mewakili daerah Sumatera

Barat untuk dimonitor perkembangan harga pasar untuk ternak, hasil ternak dan sapronak yaitu Kota Padang dan Payakumbuh.

(3)

Pemasaran dan Pengolahan Hasil Pertanian Dept. Pertanian di Jakarta melalui faksimile pada setiap hari Senin dari kota Payakumbuh dan hari Rabu dari kota Padang, dan setiap hari Sabtu sore jam 17.30 wib hasil monitoring dari kedua kota tersebut juga disiarkan melalui RRI Regional Padang.

Disamping pada kedua daerah tersebut diatas kegiatan monitoring harga ternak ,hasil ternak dan Sapronak juga dilakukan pada daerah lain yang dianggap sebagai daerah yang dominan untuk pemasaran seperti Kota Bukittinggi, Kab.Tanah Datar, Kab. Solok dan Kab. Sawahlunto Sijunjung.

e. Pengadaan Papan Data Informasi Harga Pasar

Untuk mendukung kegiatan Informasi pasar dari harga ternak, hasil ternak dan sapronak pada Bagian Proyek Pengembangan Pengolahan dan Pemasaran Hasil Peternakan TA. 2003 salah satu kegiatannya yaitu pengadaan papan Data Informasi Pasar. Dan Papan tersebut diserahkan kepada daerah Kabupaten / Kota sebagai berikut:

- Kab. Pesisir Selatan - Kota Pariaman - Kab. Agam - Kota Sawahlunto

f. Tata Niaga Ternak

(4)

ternak se Sumatera Barat merupakan dampak dari populasi meningkatnya produksi peternakan di Sumatera Barat khususnya ternak potong.

Dan jenis ternak yang dijual melalui pasar ternak adalah ternak besar dan ternak kecil seperti sapi, kerbau, kuda dan kambing, sedangkan unggas dipasarkan dipasar-pasar umum dan babi sampai saat ini belum tersedia pasar khusus untuk tempat pemasaran.

Dan sistim tata niaga ternak belum tertata secara baik dan efisien seperti yang diharapkan, sehingga kadang kala merugikan pihak

peternak, dimana transaksi jual beli ternak masih melaksanakan secara tradisional yaitu dengan memakai sistim taksiran (tidak memakai timbangan) dan penawaran dilakukan didalam kain sarung (sistim barosok) dan juga tata niaga jual beli ternak juga dilakukan melalui toke/calo yang konsekuensi nya harus mengeluarkan biaya berupa komisi, uang dengar dan lain sebagainya. Dan sehubungan dengan itu telah diadakan pelatihan Pemakaian Timbangan di Pasar Ternak dengan petugas pasar ternak di Kabupaten dan Kota se Sumbar pada tanggal 18 s/d 19 Juli 2003 di Wisma Anggrek dan Pasar ternak Palangki Kab. Sawahlunto Sijunjung membahas tentang perlunya memakai timbangan di Pasar Ternak sehubungan dengan kemajuan teknologi dan dalam rangka menghadapi pasar bebas atau AFTA 2003 yang telah berjalan. Dan dipraktekan bagaimana cara memakai timbangan di Pasar Ternak Palangki Kab. Sawahlunto Sijunjung. Dari kesimpulan pelatihan rapat disepakati untuk mensosialisasikan pemakaian timbangan di pasar-pasar ternak sehingga jual beli lebih transparan dan saling menguntungkan baik bagi petani maupun pedagang ternak.

(5)

Pemasaran Hasil Peternakan Propinsi Sumatera Barat TA. 2003 dan DASK Dinas Peternakan Sumatera Barat Tahun 2003.

B. Seksi Perizinan Dan Permodalan

Kondisi perekonomian yang belum stabil menyebabkan investasi bidang peternakan menurun. Dalam upaya peningkatan usaha dan pengembangan perekonomian termasuk peternakan rakyat, pemerintah telah menyediakan Kredit Modal Kerja Pemberdayaan Ekonomi Rakyat yang sifatnya bergulir dengan persyaratan lunak, Bantuan Langsung Masyarakat dan Program Kemitraan. Kegiatan Seksi Perizinan dan Permodalan tahun anggaran 2003 berkaitan dengan hal diatas sebagai berikut :

1. Pengembangan Lumbung Ternak Nagari Melalui Investasi Perantau Minang

Kegiatan ini dilaksanakan dalam bentuk pertemuan di Hotel Preanger Bandung pada tanggal 20 Agustus 2003, dengan mengundang perantau-perantau Minang yang berdomisili di Jawa Barat dan jumlah peserta yang hadir sebanyak 150 orang.

2. Penguatan Modal Masyarakat Dalam Rangka Pengembangan Lumbung Ternak Nagari

Kegiatan ini meliputi :

a. Sosialisasi Program Pengembangan Lumbung Ternak Nagari yang dilaksanakan di Kabupaten Sawahlunto Sijunjung dan Kabupaten Padang Pariaman.

(6)

c. Penyaluran kredit penguatan modal kepada Kelompok Usaha Peternakan Sapi Potong dengan pola yang sama dengan KMK-PER. Sumber dana dari APBD Propinsi Sumatera Barat Tahun 2003 sejumlah 350 juta rupiah, telah disalurkan kepada 2 (dua) kelompok di Kabupaten Sawahlunto Sijunjung yaitu Kelompok Harapan Baru 175 juta rupiah, Kelompok Amanah 50 juta rupiah dan 1 (satu) kelompok di Kabupaten Padang Pariaman yaitu Kelompok Sumber Rezeki 125 juta rupiah.

3. Pembinaan Peternak Penerima Dana MK-PER Kegiatannya antara lain :

a. Pembinaan teknis ke lokasi

Pembinaan teknis dilaksanakan pada setiap lokasi penerima KMK – PER oleh Tim Teknis Dinas Peternakan Propinsi Sumatera Barat, Kabupaten/Kota dan Bank Nagari.

Lokasi penerima dana KMK – PER adalah : - Kab. Padang Pariaman

- Kab. Agam

- Kab Pesisir Selatan - Kab. Solok

- Kab. 50 Kota

- Kab. Sawahlunto Sijunjung - Kab. Tanah Datar

- Kota Payakumbuh - Kota Bukittinggi - Kota Padang Panjang - Kota Padang

- Kota Solok

(7)

Monitoring dilakukan oleh Tim dari Dinas Peternakan Propinsi Sumatera Barat bersama-sama dengan Tim dari Dinas Pertanian/Peternakan Kabupaten/Kota.

c. Pertemuan Koordinasi Perkembangan Pelaksanaan dana KMK-PER dengan Kabupaten/Kota sebanyak 6 (enam) kali.

Pertemuan bertujuan untuk mengevaluasi pengembalian dana dari peternak penerima KMK – PER dan pemecahan masalah dengan peserta berasal dari Kepala Dinas Kabupaten/Kota Tim Pemantau dan Pengendali, Bank Nagari Cabang lokasi pelaksana MK-PER serta peternak penerima kredit terutama yang menunggak.

d. Pertemuan Tim Pemantau dan Pengendali Pengembalian KMK-PER. Dilaksanakan di Ruang Rapat Dinas Peternakan Propinsi Sumatera Barat sebanyak 2 (dua) kali dengan peserta terdiri dari Tim yang ada di Propinsi dan dari Kabupaten/Kota serta dari Bank Nagari.

4. Fasilitasi Kemitraan

Fasilitasi Kemitraan mempunyai tujuan untuk :

a. Memberikan dorongan dan motivasi kepada peternak agar dapat mengembangkan usahanya kearah yang lebih efisien dan berwawasan agribisnis serta kooperatif.

b. Mengembangkan model kemitraan yang baru dan saling memperkuat, saling menguntungkan dan saling membutuhkan antara petani peternak dengan pengusaha yang memiliki kemampuan, penyediaan modal dan pemasaran.

c. Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan dan manajemen petani peternak.

(8)

perusahaan PT. Nusantara Unggas Jaya (PT. Fajar Makmur Utama) dan PT. Primatama Karya Persada. Narasumber berasal dari Dinas Peternakan Propinsi Sumatera Barat, Bank Nagari, dan dari Perusahaan Inti (PT. PKP dan PT. Fajar Makmur Utama).

5. Pertemuan Kelompok Penerima Bantuan Langsung Masyarakat (Blm) Se Sumatera Barat

Kegiatan ini dilaksanakan selama 2 (dua) hari di Hotel Inna Muara Padang pada tanggal 25 – 26 September 2003, dihadiri oleh Ketua dan Sekretaris Kelompok penerima dana BLM tahun 2000 – 2002. Pertemuan ini bertujuan untuk :

a. Mengetahui dan mengevaluasi perkembangan kelompok usaha peternakan yang menerima dana BLM

b. Mengetahui perkembangan ternak dan perguliran dana BLM yang diterima Kelompok Usaha Peternakan

c. Mengetahui permasalahan penting yang terjadi di dalam kelompok dan mencarikan solusi pemecahannya.

d. Menetapkan dan menyepakati langkah-langkah yang harus dilakukan dalam memperbaiki pelaksanaan pola BLM dan sistim pelaporan yang akan dilakukan.

C. Seksi Pengolahan Hasil

(9)

Selanjutnya dalam menyikapi hal tersebut seksi pengolahan hasil mengemban visi terwujudnya kesejahteraan masyarakat peternak melalui pembangunan sistim dan usaha pengolahan serta pemasaran hasil olahan peternakan yang berdaya saing, berkelanjutan, berkerakyatan dan tersentralisasi.. Pengembangan usaha pengolahan hasil peternakan diarahkan bagi terwujudnya sistem yang terintegrasi dengan sentra produksi dan pemasarannya termasuk keterpaduan dengan industri penunjang dan industri hilirnya sehingga menghasilkan produk ASUH untuk dikonsumsi masyarakat dan berdaya saing tinggi dipasar

Untuk mewujudkan visi dimaksud seksi pengolahan hasil mempunyai tugas pokok yang meliputi :

1. Melakukan pengawasan Standarisasi produk olahan peternakan

Pada tahun 2003 untuk memasyarakat Standarisasi SNI Produk peternakan telah dilaksanakan beberapa kegiatan sbb :

a. Pelatihan Bimbingan Teknis Penerapan Jaminan Mutu berdasarkan HACCP

Dalam rangka meningkatkan SDM petugas dan pelaku usaha pengolahan hasil peternakan serta membudayakan pemakaian produk bermutu dan sesuai Standarisasi yang ditetapkan Dinas Peternakan Propinsi Sumatera Barat telah melaksanakan kegiatan Pelatihan Bimbingan Teknis Penerapan Jaminan Mutu berdasarkan HACCP dengan peserta sebanyak 25 orang (8 orang petugas dan 17 orang pelaku usaha pengolahan hasil peternakan).

(10)

b. Pembinaan, bimbingan teknis dan monitoring mutu produk olahan hasil peternakan.

Pelaksanaan Pembinaan, bimbingan teknis dan monitoring mutu produk olahan hasil peternakan dilakukan secara berkala, dikoordinasikan dengan Dinas Kab / Kota serta instansi lain terkait, namun volumenya dirasakan masih kurang.

Berdasarkan data yang diperoleh kegiatan pengolahan hasil peternakan masih berupa usaha rumah tangga dengan memakai teknologi relatif sederhana. Dalam menghadapi era perdagangan bebas ini telah disosialisasikan penerapan paket teknologi tepat guna agar produk yang dihasilkan bermutu dan sesuai standarisasi produk peternakan.

Untuk mengantisipasi hal tersebut kedepan sistim jaminan mutu produk yang dihasilkan merupakan ukuran dalam penentuan keberhasilan pengembangan pengolahan hasil peternakan.

2. Pembinaan Pengusaha Pengolahan Hasil Peternakan.

a. Kegiatan pembinaan usaha , pengusaha pengolahan hasil ternak dimaksudkan untuk pengembangan usaha pengolahan hasil peternakan sehingga pengusaha yang bergerak pada usaha ini dapat menghasilkan produk olahan peternakan berkualitas mampu bersaing dengan produk sejenis dipasar regional serta penguatan modal usaha. Tahun 2003 kegiatan ini didukung dana APBD dan APBN yang dilaksanakan secara berkala serta dikoordinasikan dengan Dinas Kab/Kota setempat.

b. Sosialisasi Teknologi Pengolahan Air Susu Sapi

(11)

Sehubungan dengan keadaan tersebut dan mendorong terwujudnya diversifikasi produk olahan peternakan, tahun 2003 melalui dana APBN Dinas Peternakan Propinsi Sumatera Barat telah dilaksanakan Sosialisasi Teknologi Pengolahan Air Susu di Hotel Nikita Bukittinggi tanggal 2 Oktober 2003. Peserta berjumlah 20 orang terdiri dari pelaku usaha pengolahan air susu sapi daerah Kota Padang Panjang sebanyak 16 orang dan Kab. Tanah Datar sebanyak 4 orang

Instruktur/Narasumber berasal dari Balai Riset dan Standarisasi Indag (Baristand Indag) Padang, Dinas Perindustrian dan Perdagangan Sumbar dan Dinas Peternakan Sumbar.

c. Temu Teknologi Pengolahan Air Susu Sapi

Merupakan kelanjutan kegiatan Sosialisasi Teknologi pengolahan Air Susu yang dilaksanakan di Hotel Nikita Bukittinggi.

Dalam Temu Teknologi Pengolahan Hasil Peternakan mencakup kegiatan praktek Teknologi Pembuatan Dodol Susu dan Yoghurt serta Mendisain Kemasan Produk Susu yang dilaksanakan pada Kantor Peserta berjumlah 20 orang terdiri dari pelaku usaha pengolahan air susu sapi daerah Kota Padang Panjang sebanyak 16 orang dan Kab. Tanah Datar sebanyak 4 orang Instruktur/Narasumber berasal dari Balai Riset dan Standarisasi Indag (Baristand Indag) Padang, Dinas Perindustrian dan Perdagangan Sumbar dan Dinas Peternakan Sumbar

Dengan pelaksanan Temu Teknologi Pengolahan Hasil Peternakan ini pelaku usaha pengolahan air susu akan dapat melakukan pengolahan terhadap air susu sapi segar dalam upaya diversifikasi produk olahan peternakan yang punya peluang pasar yang bagus dimasa mendatang

(12)

produk olahan peternakan beserta komoditi yang dihasilkan dalam rangka pembinaan dan pengembangan usaha pengolahan hasil peternakan dalam menghadapi perdagangan bebas nanti.

3. Pembinaan Sarana / Kelembagaan Usaha Pengolahan Hasil Peternakan. a. Pertemuan Penumbuhan UP3HP (Unit Pengembangan Pengolahan dan

Pemasaran hasil Peternakan)

Sumatera Barat termasuk salah satu wilayah potensial dalam pengembangan usaha pengolahan hasil peternakan, namun usaha tersebut masih bersifat sederhana dan sebagiannya bersifat usaha sambilan. Disisi lain produk yang dihasilkan belum mampu merespon perubahan tuntutan konsumen yang semakin meningkat baik kuantitas, kontinuitas pasokan, mutu produk dan daya saing serta posisi tawar menawara yang lemah dari pelaku usaha.

Sehubungan hal tersebut Dinas Peternakan Propinsi Sumatera Barat telah mencoba menghimpun daerah potensial untuk pengembangan usaha pengolahan hasil peternakan dan telah mesosialisasikan Program UP3HP (Unit Pengembangan Pengolahan dan Pemasaran hasil Peternakan) untuk daerah Kota Padang Panjang dan Kab. Tanah Datar tanggal 18 Desember 2003 di Hotel Nikita Bukittinggi.

Peserta pertemuan sebanyak 35 orang terdiri dari Kepala Dinas Pertanian beserta unsur yang membidangi usaha pengolahan hasil peternakan pada Dinas Pertanian Kota Padang Panjang dan Kab. Tanah Datar, Dinas Peternakan Sumbar Dari pertemuan ini telah disepakati Penumbuhan UP3HP di Kota Padang Panjang (unit usaha dendeng dan pengolahan air susu sapi) dan Kab. Tanah Datar (unit usaha kerupuk kulit)

(13)

Bimbingan teknis pengawasan penerapan jaminan mutu, Temu Teknologi Pengolahan Hasil Peternakan, Workshop UP3HP dan Sinkronisasi Penyusunan Rencana Pengolahan dan Pemasaran hasil Tahun 2004.

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

Alat gerak pada bakteri berupa flagellum atau bulu cambuk adalah struktur berbentuk batang atau spiral yang menonjol dari dinding

Kemampuan lahan dalam penyediaan unsur hara secara terus menerus bagi pertumbuhan dan perkembangan tanaman sangatlah terbatas. Keterbatasan daya dukung lahan dalam penyediaan hara

masyarakat akan memilih berinvestasi pada sesuatu yang bisa dicairkan dengan mudah dan beresiko kecil, seperti barang-barang berharga mudah untuk diuangkan kembali,

Berdasarkan analisis FMEA, tahap improve yang dianggap berpengaruh besar terhadap proses rivetting sehingga menimbulkan defect pada frame chassis sebagai berikut:

Jadi pemberian madu pada lebah parasit dapat dihasilkan keturunan 1,3 kali lebih banyak dari pada yang hanya diberi air, dan 1,6 kali lebih banyak dari pada yang tanpa diberi

Pada penderita dari anamnesa dan pemeriksaan fisik didapatkan keluhan pandangan mata merah dan pedih pada mata sebelah kanan sejak 1 bulan yang lalu, pasien merasa silau

Dalam film ini juga terdapat adegan yang menunjukkan nilai Humanisme, seperti contoh sang pemeran utama pria yaitu Lee Yong-gu yang memiliki perilaku Humanisme yaitu

Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara, dan akan berubah bila ditemukan bukti-bukti yang kuat yang mendukung pada tahap berikutnya. Tetapi apabila