• Tidak ada hasil yang ditemukan

Edisi 6 no 50 tahun XXVI Yoyok revisi_2Okt

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Edisi 6 no 50 tahun XXVI Yoyok revisi_2Okt"

Copied!
4
0
0

Teks penuh

(1)

Morfologi Insang Larva Trichoptera sebagai Indikator Stress Ekosistem Akuatik

(Jojok Sudarso- Puslit Limnologi-LIPI) e-mail: jojo002@lipi.go.id

Tingginya aktivitas antropogenik khususnya industri dan pertanian seringkali meningkatkan konsentrasi bahan polutan toksik di perairan misalnya logam berat, pestisida, dan sebagainya. Penggunaan yang ekstensif dari bahan polutan tersebut dapat secara langsung

mempengaruhi kesehatan biota akuatik untuk hidup secara normal (Suicmez et al. 2006). Efek

bahan polutan tersebut mungkin berpengaruh pada sistem kerja ekskresi, respirasi, saraf, dan endokrin yang pada akhirnya dapat menimbulkan kecacatan/abnormalitas, kegagalan dalam melangsungkan siklus hidup hingga berujung pada kematian. Sebagai contoh logam non esensial yang toksik (misalnya Pb, Cd, dan Hg) telah diketahui pada konsentrasi yang rendah menimbulkan bioakumulasi dan ditransfer kepada manusia melalui jaring-jaring makanan

(Suicmez et al. 2006).

Penggunaan insang pada biota akuatik (misalnya ikan dan makrovertebrata) telah lama

digunakan dalam pemantauan kualitas lingkungan (Tao et al. 2000; Camargo, 1991; Vuori and

Kukkonen, 1996). Organ insang dipilih karena organ tersebut dapat mengambil secara langsung dari air yang telah terkontaminasi oleh bahan toksikan. Luasnya area permukaan insang memungkinkan untuk mengumpulkan senyawa dan gas, sehingga organ tersebut mampu

mengakumulasi berbagai macam bahan polutan (Laporte et al. 2002). Ditinjau dari segi

morfologi maupun histologi, kerusakan pada insang dapat terlihat akibat terpapar oleh suatu

toksikan (Erkmen and Kolankaya, 2000; Suicmez et al. 2006).

Salah satu biota yang diketahui memiliki sensitifitas yang cukup tinggi dalam mencerminkan gangguan dari adanya pencemaran adalah larva Trichoptera. Larva tersebut sering dikaji dalam pemantauan kualitas lingkungan perairan karena ada lima alasan yaitu: 1) distribusinya yang luas (Mackay and Wiggins, 1979), 2) tingkat keanekaragamannya yang tinggi (Holzenthal, 2009), 3) mampu merespon kualitas perairan mulai dari kemampuan bioakumulasi, abnormalitas pada insang dan sarang, maupun perilakunya (Sola and Prat 2006), 4) sebagai penyusun rantai makanan, sehingga dapat mentransfer polutan ke trofik yang lebih tinggi misalnya ikan (Wiggins, 1996), dan 5) ukuran tubuh yang relatif besar, sehingga memudahkan

untuk identifikasi maupun untuk studi bioakumulasi (Berra et al. 2006).

Abnormalitas pada insang larva Trichoptera dapat terlihat terutama di bagian abdominal,

dan anal papilae. Munculnya penghitaman warna pada insang dan kelainan pada insang,

umumnya dijumpai pada instar larva yang lebih tua yaitu 4 atau 5 (Vuori and Kukkonen, 2002). Adanya abnormalitas tersebut dapat mengganggu fungsi respirasi dan pengaturan ion pada individu, sehingga dalam jangka waktu yang lama dapat mengganggu kesuksesan dalam menyelesaikan siklus hidupnya. Perubahan morfologi di bagian insang dapat diamati dengan

adanya penghitaman warna dan reduksi/pemendekan anal papilae (Vuori and Kukkonen 2002).

(2)

logam berat (Cd, Cu, Al, Cr, dan Hg) dan Chlor telah diketahui dapat berfungsi sebagai agen

yang dapat menimbulkan nekrosis insang larva Trichoptera Hydropsyche (Vuori and Kukkonen

1996; Leslie et al. 1999).

Adanya nekrosis selain larva Hydropsyche juga terjadi pada Cheumatopsyche (Gambar

1). Studi yang dilakukan oleh Sudarso (2013) di Sungai Ciliwung menunjukkan frekuensi insang

Cheumatopsyche yang mengalami nekrosis meningkat ketika konsentrasi Hg di air (2,34 ppb) dan di tubuhnya mencapai 0,32-0,40 ppm (Gambar 2). Hubungan antara abnormalitas insang makrozoobentos total dengan kontaminasi logam Hg telah dipelajari oleh Skinner and Bennett (2007). Peneliti tersebut menunjukkan adanya keterkaitan antara akumulasi logam Hg total (0,02

ppm) di makrozoobentos dengan kejadian abnormalitas insang abdominal mencapai 28%.

Keberadaan logam Hg yang terakumulasi di tubuh larva Trichoptera hydropsychid menunjukkan

bioavailability logam tersebut di perairan yang berpotensi menimbulkan gangguan bagi larva

tersebut untuk emergence menjadi dewasa. Pemaparan logam Hg ke larva makrozoobentos

kemungkinan berasal dari air sungai yang sudah mengalami kontaminasi maupun melalui jalur makanan (Skinner and Bennett, 2007). Pengaruh atmosferik juga mampu menyumbang kontaminasi logam Hg ke dalam perairan. Hasil analisis dari air hujan yang telah dilakukan selama penelitian menunjukkan konsentrasi logam tersebut di air hujan mencapai 0,07 ppb (Sudarso, 2013).

Gambar 1. Larva Trichoptera Hydropsychidae Cheumatopsyche sp.

Dari penelitian tersebut menunjukkan potensi yang besar dari larva Trichoptera digunakan sebagai indikator biologi dalam merefleksikan kualitas lingkungan perairan. Adanya penghitaman warna pada insang/nekrosis merupakan sinyal awal peringatan dini. Penggunaan morfologi nekrosis pada insang larva Trichoptera dapat dikembangkan sebagai indeks biologi. Hal ini untuk memudahkan penentuan status gangguan sumber daya perairan akibat pencemaran

dan sebagai bahan evaluasi dalam membuat guideline baku mutu perairan. Seperti halnya

kecacatan bagian mulut larva Chironomid yang terlebih dahulu digunakan sebagai indeks biologi

(3)

0.31 0.32 0.33 0.34 0.35 0.36 0.37 0.38 0.39 0.40 0.41

Cheumatopsyche yang bewarna hitam. Warna putih dari insang merupakan warna normal ketika larva tersebut diawetkan dengan larutan formalin 4%. (B).

Hubungan antara jumlah individu larva Trichoptera Cheumatopsyche yang

mengalami nekrosis dengan akumulasi logam Hg di tubuh larva.

Dafar Pustaka

Berra, E.; M. Forcella; R. Giacchini; B. Rossaro; P. Parenti. 2006. Biomarkers in Caddisfly

Larvae of The Species Hydropsyche Pellucidula (Curtis, 1834)

(Trichoptera:Hydropsychidae) Measured in Natural Populations and after Short Term

Exposure to Fenitrothion. Bulletin Environmental Contamination and Toxicology 76:

863-870.

Camargo, J.A. 1991. Toxic Effects of Residual Chlorine on Larvae of Hydropsyche pellucidula

(Trichoptera, Hydropsychidae): a Proposal of Biological Indicator. Bulletin

Environmental Contamination and Toxicology 47: 261-265.

Erkmen, B. and D. Kolankaya. 2000. Effects of Water Quality on Epithelial Morphology in the Gill of Capoeta tinca Living in Two Tributaries of Kizilirmak River, Turkey, Bull. Environ. Contam. Toxicol. 64:418-425.

Holzenthal, R.W. 2009. Trichoptera. Di dalam: Encyclopedia of Limnology. Netherland. Elsevier

Inc. p: 56-467.

Laporte, J.M.; S. Andres; and R.P. Mason. 2002. Effect of ligands and other metals on the uptake of mercury and methylmercury across the gills and the intestine of the blue

crab (Callinectes sapidus), Comparative Biochemistry and Physiology Part C 131:

(4)

Leslie H.A., T.I. Pavluk, A.Bij De Vaate, M.H.S. Kraak. 1999. Triad Assessment of The Impact Chromium Contamination on Benthic Macroinvertebrates in The Chusoyova River (Urals, Rusia). Arch.Environ. Contam.Toxicol. 37:182-189.

Mackay, R.J and G.B. Wiggins. 1979. Ecological diversity in Trichoptera. Annual Review of

Entomology 24: 185-208.

Skinner, K.M and J.D. Bennett. 2007. Altered Gill Morphology in Benthic Macroinvertebrates from Mercury Enriched Streams in the Neversink Reservoir Watershed, New York.

Ecotoxicology 16: 311–316.

Sola, C. and N. Prat. 2006. Monitoring Metal and Metalloid Bioaccumulation in Hydropsyche

(Trichoptera, Hydropsychidae) to Evaluate Metal Pollution in a Mining River. Whole

Body Versus Tissue Content. Science of the Total Environment 359: 221– 231.

Sudarso, J. 2013. Keterkaitan masukan Bahan Organik dan Logam Hg terhadap struktur komunitas dan Produktivitas sekunder larva trichoptera di sungai Ciliwung (jawa-barat), Desertasi, Institut Pertanian Bogor.

Suicmez, M.; M . Kayim; D. Koseoglu; H. Hasdemir. 2006. Toxic Effect of Lead on the liver and Gills of Onchorhynchus mykiss WALBAUM 1972, Bill. Environ. Contam. Tixicol.77:551-558.

Tao, S.; S. Xu; J. Cao; R. Dawson. 2000. Bioavailability of Apparent Fulvic Acid Complexed

Copper to Fish Gills, Bull. Environ. Contam. Toxicol. 64:221-227.

Vuori, K. and J.V. Kukkonen. 1996. Metal Concentrations in Hydropsyche pellucidula Larvae

(Trichoptera, Hydropsychidae) in Relation to The Anal Papillae Abnormalities and

Age of Exocuticle. Water Research 30 (10): 2265-227.

Vuori, K. and J.V. Kukkonen. 2002. Hydropsychid (Trichoptera, Hydropsychidae) Gill

Abnormalities as Morphological Biomarkers of Stream Pollution, Freshwater Biology

47: 1297–1306.

Warwick, W.F. 1985. Morphological Abnormalities in Chironomidae (Diptera) Larva as Measures of Toxic Stress in Freshwater Ecosystems: Indexing Antennal Deformities in Chironomus Meigen. Canadian Jounal Fish and Aquatic Science 42: 1881-1914. Wiggins, G.B. 1996. Trichoptera Families, Di dalam: Merrit RW, Cummins KW , editor. An

Gambar

Gambar 1. Larva Trichoptera Hydropsychidae Cheumatopsyche sp.
Gambar  2.  (A).  Nekrosis  yang  terjadi  di  bagian  insang  abdominal  larva  Trichoptera

Referensi

Dokumen terkait

Kegiatan Monitoring dan Evaluasi Kegiatan Tingkat Kecamatan Monitoring dan Evaluasi Kegiatan dilaksanakan oleh Kecamatan secara berkala per empat bulan sekali dengan tujuan

Berdasarkan hasil analisis jawaban siswa dan wawancara diperoleh bahwa: (1) Mahasiswa melakukan kesalahan: memberikan pemisalan, kesimpulan yang diberikan di

Sedangkan ketimpangan distribusi pendapatan di 47 negeri-negeri Islam sudah berada pada tingkat yang mengkhawatirkan di semua wilayah geografis di mana pendapatan 20% penduduk

Pada masa kerajaan Majapahit agama Hindu mengalami perkembangan yang sangat pesat. Kehidupan keagamaan ditata dengan baik dan orang-orang suci Hindu mendampingi raja-raja

Biaya tetap usaha ternak sapi potong adalah biaya yang tidak mengalami perubahan sebagai akibat perubahan jumlah hasil yang diperoleh oleh petani peternak di

[r]

Kelompok provinsi di Pulau Jawa memberikan kontribusi terbesar terhadap Produk Domestik Bruto, yakni sebesar 58,29 persen, diikuti oleh Pulau Sumatera sebesar 22,21 persen, dan Pulau

Hasil penelitian menunjukkan bahwa penanggungjawab untuk program DBD tidak membuat perencanaan kegiatan untuk program DBD, puskesmas kekurangan tenaga kesehatan