• Tidak ada hasil yang ditemukan

S TS 1104937 Chapter5

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "S TS 1104937 Chapter5"

Copied!
3
0
0

Teks penuh

(1)

110

Rizka Hafiza, 2016

KAJIAN EFISIENSI OPERASIONAL KERETA API KOTA BANDUNG STUDI KASUS KA ARGO PARAHYANGAN BANDUNG-JAKARTA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB V

SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI

1.1. Simpulan

Adapun Kesimpulan yang didapat pada penelitian ini adalah:

1. Nilai efisiensi KA Argo Parahyangan yaitu 25.09% dari hasil perhitungan

pemasukan dan pengeluaran yang ada.

2. Nilai okupansi atau Load factor KA Argo Parahyangan rangkaian

eksekutif yaitu 63,10% dan rangkaian eksekutif bisnis yaitu 71,88% dan

di rata-rata dari kedua rangkaian tersebut nilai load factor nya adalah

67,5% yang artinya kepadatan yang ada di dalam rangkaian tersebut

hanya sebesar 67,5% dan kemungkinan sebesar 32,5% nya tidak terisi

penumpang.

3. Nilai time headway rata-rata KA Argo parahyangan pada tiap kereta

dalam sehari yaitu lebih dari 100 menit, artinya waktu antar tunggu yang

dimiliki KA Argo Parahyangan adalah rata-rata diatas 100 menit.

4. Analisis kelayakan pada KA Argo Parahyanan yaitu:

Nilai BCR yaitu = ��. , , , ⁄��. , ,9 , = 2.38

maka KA Argo Parahyangan memiliki BCR > 1 artinya nilai pendapatan

yang diperoleh menguntungkan atau layak.

Net Present Value (NPV) = Total PV Penerimaan - Total PV Pengeluaran

Rp255,047,376,660 - Rp107,369,838,201 = Rp147,677,538,459 > 1

maka KA Argo Parahyangan memiliki NPV > 1 artinya nilai pendapatan

yang diperoleh menguntungkan atau layak.

(2)

111

Rizka Hafiza, 2016

KAJIAN EFISIENSI OPERASIONAL KERETA API KOTA BANDUNG STUDI KASUS KA ARGO PARAHYANGAN BANDUNG-JAKARTA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 1.2. Implikasi dan Rekomendasi

1. Nilai efisiensi KA Argo parahyangan yaitu 25.09% dari hasil perhitungan

perbandingan pemasukan dan pengeluaran yang ada sudah cukup baik

namun masih bisa dikendalikan lagi jumlah pengeluaran pada operasional

KA Argo Parahyangan dengan mengurangi awak kereta pada bagian

pengawas bidang perawatan dan perbaikan yang jumlahnya 3 orang,

namun pada kenyataannya perawatan dan perbaikan pada KA Argo

Parahyangan dapat terbilang sederhana sehingga cukup dengan pengawas

yang jumlahnya 1 atau 2 orang saja, dan juga jumlah pengeluaran dapat

dikendalikan lagi dengan penggunaan bahan bakar dan genset yang

mungkin bisa diganti dengan bahan bakar hemat energi Bio Solar yang

lebih terjangkau harganya dan genset bisa diganti dengan membeli alat

tenaga surya sehingga saat genset kereta beroperasi bisa mengandalkan

tenaga surya sebagai energinya.

2. KA Argo Parahyangan memiliki nilai load factor yang hanya 67,5%

masih belum memenuhi standard nilai load factor pada umumnya (70%)

dikarenakan banyaknya kapasitas tempat duduk penumpang yang tidak

terisi khususnya pada kereta tambahan sehingga lebih baik mengurangi

kereta tambahan yang ada dan disesuaikan dengan jadwal kereta reguler

saja.

3. Perhitungan time headway KA Argo Parahyangan memiliki nilai yang

berbeda-beda tiap harinya, dikarenakan jumlah kereta yang berangkat tiap

harinya berbeda. Semakin banyak kereta yang berangkat maka semakin

sedikit waktu tunggu penumpang nya, namun apabila ditinjau seperti itu

maka pihak KAI harus menambah jumlah kereta yang berangkat tetapi

apabila menambah jumlah kereta yang berangkat maka akan menambah

biaya operasional yang dikeluarkan sehingga tidak efisien. Saran saya

sebagai peneliti meninjau dari perhitungan timeheadway untuk KA Argo

Parahyangan sudah cukup baik, dengan mempertahankan konsistensi

jadwal keberangkatan yang ada untuk menghindari adanya keterlambatan

kedatangan kereta dengan memperhatikan pengecekkan kereta sebelum

(3)

112

Rizka Hafiza, 2016

KAJIAN EFISIENSI OPERASIONAL KERETA API KOTA BANDUNG STUDI KASUS KA ARGO PARAHYANGAN BANDUNG-JAKARTA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

menghindari kesalahan teknis yang dapat mengakibatkan keterlambatan

kereta. Jika terjadi masalah pada kereta dikarenakan accidently dari

faktor alam misalnya, saran saya adalah pihak KAI selalu siap

menyediakan lokomotif cadangan di beberapa titik stasiun, sehingga

apabila terjadi masalah accidently (kecelakaan), lokomotif cadangan pada

titik stasiun terdekat akan bisa langsung meluncur ketempat kejadian

yang mengalami permasalahan tanpa mengganggu time headway yang

ada.

4. KA Argo Parahyangan ditinjau dari nilai kelayakan finansial, sudah dapat

dikatakan layak beroperasi. Namun lebih baik untuk meningkatkan nilai

jual atau nilai pada investasi, pihak KAI bisa memberikan atau

menambahkan pelayanan periklanan kepada pihak lain yang

membutuhkan di tempat yang ada, misalnya di dalam gerbong ataupun

iklan pada tayangan di televisi didalam gerbong dan lainnya. Dengan

Referensi

Dokumen terkait

Guru merupakan faktor yang memengaruhi berhasil tidaknya proses belajar. Oleh karenanya, guru harus menguasai prinsip-prinsip belajar di sampping materi yang disampaikan. Dengan

Berdasarkan pada pembahasan latar belakang di atas maka penulis dapat mengidentifikasi beberapa masalah sebagai berikut

Dalam PP Nomor 9 Tahun 1975 Pasal 19 huruf d dinyatakan bahwa alasan dibenarkan adanya perceraian adalah karena salah satu pihak mendapat cacat badan atau penyakit dengan

Peng/2015 tanggal 22 Juli 2015 pada paket pekerjaan Pengadaan Konsultansi Pengawas Pembangunan Gedung Kantor Pengadilan Agama Panyabungan Tahun 2015, maka Pokja

Memang tak dapat dipungkiri, bahwa dengan ditetapkannya Sertifikat Standar Lingkungan Intemasional mempunyai dampak yang sangat luas terhadap tingkat pertumbuhana dan

Berdasarkan huraian di atas dapat disimpulkan bahawa gratiikasi yang dibenarkan oleh undang-undang semasa yang berlaku di Indonesia adalah pemberian yang dilakukan

Penerapan Sistem Manajemen Mutu Iso 9001:2008 Dalam Penyelenggaraan Pendidikan Di Program Studi Keahlian Teknik Bangunan Smk Negeri 5 Bandung.. Universitas Pendidikan Indonesia |

Menurut Ngainun Naim dan Achmad Sauqi (2008:161-224), kerangka operasional dalam membangun pendidikan yang berperspektif pluralis-multikultural dapat dilakukan melalui