• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perda No. 6 Tahun 2006 ttg Tata Cara Pemilihan Perangkat Desa

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Perda No. 6 Tahun 2006 ttg Tata Cara Pemilihan Perangkat Desa"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUNGAN

NOMOR 6 TAHUN 2006

TENTANG

TATA CARA PENCALONAN, PENGANGKATAN DAN

PEMBERHENTIAN PERANGKAT DESA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI BULUNGAN,

Menimbang: a. bahwa untuk menunjang kelancaran pelaksanaan tugas dan wewenang Kepala Desa dalam penyelenggaraan Pemerintahan Desa perlu adanya Perangkat Desa;

b. bahwa untuk kelancaran penyelenggaraan Pemerintahan Desa yang berdayaguna dan berhasilguna, maka Pengangkatan dan Pemberhentian Perangkat Desa, sebagaimana diatur dalam Bab V Peraturan Daerah Kabupaten Bulungan Nomor 11 Tahun 2000 tentang Pemerintahan Desa perlu ditinjau kembali;

c. bahwa ketentuan lebih lanjut mengenai Perangkat Desa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26 Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang Desa diatur dengan Peraturan Daerah;

d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huruf c, perlu menetapkan Peraturan Daerah tentang Tata Cara Pencalonan, Pengangkatan dan Pemberhentian Perangkat Desa.

Mengingat : 1. Undang Nomor 27 Tahun 1959 tentang Penetapan Undang-Undang Darurat Nomor 3 Tahun 1953 tentang Pembentukan Daerah Tingkat II di Kalimantan (Lembaran Negara Republik Inedonesia Tahun 1953 Nomor 9, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 1820) sebagai Undang-Undang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1959 Nomor 72);

2. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4389); 3. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah

(2)

4. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438);

5. Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Propinsi sebagai Daerah Otonom (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 54, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3952);

6. Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2001 tentang Pembinaan dan Pengawasan atas Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 41);

7. Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang Desa (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 158, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4587);

8. Peraturan Daerah Kabupaten Bulungan Nomor 15 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah Kabupaten Bulungan (Lembaran Daerah Kabupaten Bulungan Nomor 15 Tahun 2000 Seri D Nomor 15);

9. Peraturan Daerah Kabupaten Bulungan Nomor 3 Tahun 2003 tentang Penerbitan Lembaran Daerah dan Berita Daerah (Lembaran Daerah Kabupaten Bulungan Nomor 3 Tahun 2003 Seri E Nomor 1);

Dengan Persetujuan Bersama

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN BULUNGAN dan

BUPATI BULUNGAN

MEMUTUSKAN :

Menetapkan : PERATURAN DAERAH TENTANG TATA CARA PENCALONAN,

PENGANGKATAN DAN PEMBERHENTIAN PERANGKAT DESA

BAB I

KETENTUAN UMUM Pasal 1

Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan : 1. Daerah adalah Kabupaten Bulungan.

2. Pemerintah Daerah adalah Bupati dan Perangkat Daerah sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan Daerah.

3. Pemerintahan Daerah adalah penyelenggaraan urusan Pemerintahan oleh Pemerintah Daerah dan DPRD menurut asas otonomi dan tugas pembantuan dengan prinsip otonomi seluas-luasnya dalam sistim dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang–Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

(3)

5. Bupati adalah Bupati Bulungan.

6. Camat adalah Camat setempat di Kabupaten Bulungan.

7. Kepala Desa adalah Kepala Desa setempat di Kabupaten Bulungan.

8. Desa atau yang disebut dengan nama lain, selanjutnya disebut Desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas-batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat, berdasarkan asal-usul dan adapt-istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem Pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

9. Pemerintahan Desa adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh Pemerintah Desa dan Badan Permusyawaratan Desa dalam mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat berdasarkan asal-usul dan adat istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem Pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

10. Pemerintah Desa atau yang disebut dengan nama lain adalah Kepala Desa dan Perangkat Desa sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan Desa.

11. Badan Permusyawaratan Desa atau disebut dengan nama lain, selanjutnya disingkat BPD adalah lembaga yang merupakan perwujudan demokrasi dalam penyelenggaraan Pemerintahan Desa sebagai unsur penyelenggara Pemerintah Desa.

12. Perangkat Desa adalah unsur Pemerintahan Desa yang terdiri dari unsur staf yaitu Sekretaris Desa dan Kepala Urusan, serta Unsur Wilayah yaitu Kepala Dusun.

13. Wilayah atau Dusun atau disebut dengan nama lain adalah bagian wilayah dalam Desa yang merupakan lingkungan kerja pelaksanaan Pemerintahan Desa.

14. Kepala Dusun adalah Unsur Perangkat Desa sebagai pelaksana wilayah yang keberadaannya diangkat / dipilih oleh penduduk setempat.

15. Panitia adalah kelompok orang yang ditunjuk atau dipilih untuk mengurus hal-hal yang ditugaskan kepadanya dalam hal ini disebut Panitia Pencalonan, Pemilihan dan Pengangkatan Perangkat Desa.

16. Bakal Calon Perangkat Desa adalah warga masyarakat Desa setempat yang mendaftarkan diri kepada Panitia Pencalonan, Pemilihan dan Pengangkatan Perangkat Desa.

17. Calon adalah calon Perangkat Desa yang telah memenuhi syarat administrasi yang ditetapkan oleh Panitia Pencalonan, Pemilihan dan Pengangkatan Perangkat Desa.

BAB II

PERANGKAT DESA

Pasal 2

(1) Perangkat Desa terdiri dari Sekretaris Desa dan Perangkat Desa lainnya. (2) Perangkat Desa lainnya, sebagaimana dimaksud pada ayat (1), terdiri dari :

a. Sekretariat Desa ;

b. Pelaksana Teknis Lapangan ; dan c. Unsur Kewilayahan .

Pasal 3

(1) Perangkat Desa sebagaimana dimaksud dalam pasal 2, bertugas membantu Kepala Desa dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya.

(4)

BAB III

PERSYARATAN PENGANGKATAN CALON PERANGKAT DESA

Bagian Pertama

Persyaratan Calon Sekretaris Desa

Pasal 4

(1) Sekretaris Desa diisi dari Pegawai Negeri Sipil dan atau bukan PNS.

(2) Sekretaris Desa yang diisi dari Pegawai Negeri Sipil sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yang memenuhi persyaratan, yaitu :

a. berpendidikan paling rendah lulusan SMU atau sederajat; b. mempunyai pengetahuan tentang teknis pemerintahan; c. mempunyai kemampuan dibidang administrasi perkantoran;

d. mempunyai pengalaman dibidang administrasi keuangan dan dibidang perencanaan; e. memahami sosial budaya masyarakat setempat; dan

f. bersedia tinggal di Desa yang bersangkutan.

(3) Sekretaris Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1), diangkat oleh Sekretaris Daerah atas nama Bupati.

(4) Ketentuan mengenai pengisian, pembinaan dan pemberhentian Sekretaris Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (3), diatur berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Pasal 5

(1) Sekretaris Desa yang bukan dari PNS sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1), diangkat dan ditetapkan dengan Keputusan Kepala Desa.

(2) Persyaratan Calon Sekretaris Desa yang bukan Dari PNS sebagaimana dimaksud Pada ayat (1), adalah sama dengan persyaratan Calon Perangkat Desa lainnya.

Bagian Kedua

Persyaratan Calon Perangkat Desa dan Lainnya

Pasal 6

(1) Calon Perangkat Desa yang berasal dari PNS harus mendapat izin dari pimpinan instansi induknya.

(2) Bagi PNS yang diangkat menjadi Perangkat Desa dibebaskan untuk sementara waktu dari jabatan organiknya selama statusnya menjadi PNS tanpa kehilangan haknya sebagai PNS.

Pasal 7

(1) Yang dapat dipilih atau diangkat menjadi Perangkat Desa, selain Sekretaris Desa yang berstatus PNS adalah penduduk desa Warga Negara Republik Indonesia dengan syarat-syarat :

a. Bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa;

b. Setia kepada Pancasila sebagai Dasar Negara, Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, dan kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia, serta Pemerintah ;

c. Berpendidikan sekurang-kurangnya Sekolah lanjutan Tingkat Pertama dan / atau berpengetahuan yang sederajat ;

(5)

e. Sehat jasmani dan rohani serta nyata-nyata tidak terganggu jiwa / ingatannya yang dibuktikan dengan Surat Katerangan Dokter Pemerintah Daerah;

f. Berkelakuan baik jujur dan adil;

g. Tidak pernah dihukum karena melakukan tindak pidana kejahatan dengan hukuman paling singkat 5 (lima) Tahun;

h. Tidak dicabut hak pilihnya berdasarkan Keputusan Pengadilan yang mempunyai kekuatan hukum tetap;

i. Tidak sedang dalam proses pemeriksaan / penyidikan yang berwajib atau tidak sedang dalam proses peradilan karena suatu tindak pidana ;

j. Terdaftar sebagai penduduk yang bertempat tinggal tetap di Desa yang bersangkutan, sekurang-kurangnya 2 (dua) tahun terakhir dengan tidak terputus-putus yang dibuktikan dengan Kartu Tanda Penduduk (KTP) dan atau Kartu Keluarga;

k. Bersedia dicalonkan menjadi Perangkat Desa;

l. Untuk calon Kepala Dusun adalah warga wilayah dusun setempat atau putra dusun setempat dari Desa yang bersangkutan dan apabila calon Kepala Dusun dari wilayah dusun yang bersangkutan tidak ada, maka pencalonan tersebut dapat diikuti dari warga wilayah dusun lain dari Desa yang bersangkutan dan apabila yang bersangkutan terpilih, maka harus bertempat tinggal diwilayah dusun yang bersangkutan;

m. Tidak ada hubungan darah langsung dengan Kepala Desa.

(2) Bagi anggota BPD yang terpilih atau diangkat menjadi Perangkat Desa tidak boleh merangkap jabatan sebagai anggota BPD.

BAB IV

MEKANISME PENGANGKATAN CALON PERANGKAT DESA

Pasal 8

(1) Kepala Desa mengumumkan secara tertulis penerimaan calon Perangkat Desa selama kurun waktu 2 (dua) minggu terhitung sejak tanggal diumumkan.

(2) Calon Perangkat Desa membuat Surat Permohonan dan melampirkan persyaratan administrasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (1), disampaikan kepada Kepala Desa.

(3) Kepala Desa setelah menerima permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (2), mengadakan penelitian administratif untuk menetapkan calon Perangkat Desa.

Pasal 9

(1) Kepala Desa setelah berkoordinasi dengan BPD menetapkan calon Perangkat Desa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (3), dan segera mengumumkan nama-nama calon Perangkat Desa yang berhak mengikuti ujian penyaringan.

(2) Penyaringan dilaksanakan oleh Kepala Desa secara tertulis dan wawancara, meliputi 3 (tiga) kelompok materi yang terdiri dari :

a. Materi dasar Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945; b. Materi Pokok penyelenggaraan Pemerintahan Desa; c. Materi Penunjang Pengetahuan Umum dan Kepribadian.

(3) Penyaringan diawasi dan dinilai langsung oleh Kepala Desa dalam ruangan tertentu dan tertutup.

(6)

Pasal 10

Dalam rangka menunjang kelancaran pelaksanaan Pasal 8 dan Pasal 9, Kepala Desa dapat menunjuk staf pelaksana sesuai dengan kebutuhan untuk membantu tugas dimaksud.

BAB V

PENETAPAN PERANGKAT DESA Pasal 11

(1) Kepala Desa menetapkan Calon Perangkat Desa berdasarkan hasil penyaringan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (2), selambat-lambatnya 15 (lima belas) hari setelah hasil penyaringan diumumkan.

(2) Calon Perangkat Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1), diangkat dan ditetapkan dengan Keputusan Kepala Desa.

(3) Bagi Calon Perangkat Desa yang terpilih atau diangkat menjadi Perangkat Desa terhitung mulai tanggal pelantikan sebagai Perangkat Desa harus bertempat tinggal di Desa yang bersangkutan;

BAB VI

PELANTIKAN PERANGKAT DESA Pasal 12

(1) Perangkat Desa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11, diambil sumpah / janji dan dilantik oleh Kepala Desa.

(2) Pelantikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dihadiri oleh BPD, anggota organisasi kemasyarakatan Desa dan pemuka-pemuka masyarakat lainnya di Desa yang bersangkutan.

(3) Susunan kata-kata sumpah / janji sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berbunyi sebagai berikut :

“Demi Allah (Tuhan), Saya bersumpah / berjanji :

Bahwa saya akan memenuhi kawajiban saya selaku Perangkat Desa dengan sebaik-baiknya, sejujur-jujurnya dan seadil-adilnya;

Bahwa saya akan selalu taat dalam mengamalkan dan mempertahankan Pancasila sebagai Dasar Negara; dan

Bahwa saya akan menegakkan kehidupan demokrasi dan Undang-undang Dasar 1945 sebagai konstitusi Negara serta melaksanakan segala Peraturan Perundang-undangan dengan selurus-lurusnya yang berlaku bagi Desa, Daerah dan Negara Republik Indonesia”.

(4) Setelah mengucapkan sumpah / janji dan pelantikan sekaligus dilaksanakan penandatanganan Berita Acara Serah Terima Jabatan yang dilampiri memori serah terima jabatan.

(5) Naskah Berita Acara Serah Terima Jabatan Perangkat Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (4) diatur lebih lanjut dengan Peraturan Kepala Desa.

Pasal 13

(7)

(2) Apabila pelaksanaan pelantikan Perangkat Desa jatuh pada hari libur, maka pelantikan dilaksanakan pada hari kerja berikutnya atau sehari sebelum hari libur.

Pasal 14

(1) Apabila pelantikan Perangkat Desa tidak dapat dilaksanakan tepat pada waktunya karena alasan-alasan yang dapat dipertanggungjawabkan, Kepala Desa dapat menunda selambat-lambatnya 2 (dua) minggu sejak tanggal berakhirnya masa jabatan Perangkat Desa yang bersangkutan dengan ketentuan Perangkat Desa yang bersangkutan tetap melaksanakan tugasnya selama penundaan tersebut.

(2) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berlaku pula bagi Pejabat Perangkat Desa lainya.

BAB VII

BATAS USIA DAN MASA JABATAN PERANGKAT DESA

Pasal 15

(1) Perangkat Desa yang diangkat paling rendah pada usia 20 (dua puluh) tahun dan diberhentikan dari jabatannya pada usia maksimal 60 (enam puluh) tahun.

(2) Masa Jabatan Perangkat Desa ditetapkan selama 6 (enam) tahun terhitung sejak tanggal pelantikan.

(3) Bagi Perangkat Desa yang mempunyai kondite baik dan memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (1) dapat diangkat kembali untuk 1 (satu) kali masa jabatan berikutnya.

BAB VIII

BIAYA PEMILIHAN DAN PENGANGKATAN PERANGKAT DESA

Pasal 16

Biaya pencalonan dan pengangkatan Perangkat Desa dibebankan pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa dan sumbangan Pihak Ketiga serta sumber pendapatan lain yang sah.

BAB IX

LARANGAN BAGI PERANGKAT DESA

Pasal 17

Perangkat Desa dilarang :

a. Menjadi pengurus partai politik .

b. Merangkap jabatan sebagai Ketua dan/atau Anggota BPD, dan Lembaga Kemasyarakatan di Desa bersangkutan ;

c. Terlibat aktif dalam kampanye pemilihan umum, pemilihan presiden, dan pemilihan Kepala Daerah ;

d. Merugikan kepentingan umum, meresahkan sekelompok masyarakat, dan mendiskriminasikan warga atau golongan masyarakat lain ;

e. Melakukan kolusi, korupsi dan nepotisme, menerima uang, barang dan / atau jasa dari pihak lain yang dapat mempengaruhi keputusan atau tindakan yang akan dilakukan ; f. Menyalahgunakan wewenang ; dan

(8)

BAB X

TINDAKAN PENYIDIKAN TERHADAP PERANGKAT DESA

Pasal 18

(1) Tindakan penyidikan terhadap Perangkat Desa, dilaksanakan setelah adanya persetujuan tertulis dari Kepala Desa.

(2) Hal-hal yang dikecualikan dari ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), adalah : a. Tertangkap tangan melakukan tindak pidana kejahatan ;

b. Telah melakukan tindak pidana kejahatan yang diancam dengan pidana mati.

(3) Tindakan penyidikan sebagaimana dimaksud pada ayat (2), diberitahukan secara tertulis oleh atasan penyidik kepada Kepala Desa paling lama 3 (tiga) hari setelah penyidikan.

BAB XI

PEMBERHENTIAN SEMENTARA DAN PEMBERHENTIAN PERANGKAT DESA

Pasal 19

(1) Perangkat Desa yang melanggar ketentuan Pasal 17, dapat dikenakan sanksi administrasi berupa teguran tertulis dan pemberhentian sementara oleh Kepala Desa.

(2) Perangkat Desa yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud pada Pasal 18 ayat (2) diberhentikan oleh Kepala Desa.

Pasal 20

Perangkat Desa diberhentikan sementara oleh Kepala Desa karena berstatus sebagai tersangka melakukan tindak pidana korupsi, tindak pidana terorisme, makar dan atau tindak pidana terhadap keamanan negara .

Pasal 21

(1) Perangkat Desa berhenti karena : a. Meninggal dunia ;

b. Permintaan sendiri ; c. Diberhentikan .

(2) Perangkat Desa diberhentikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c karena : a. Berakhir masa jabatannya dan telah dilantik pejabat yang baru;

b. Tidak dapat melaksanakan tugas secara berkelanjutan atau berhalangan tetap atau sakit berkepanjangan selama 6 (enam) bulan secara berturut-turut yang dibuktikan dengan surat keterangan dari dokter pemerintah;

c. Tidak lagi memenuhi syarat sebagai Perangkat Desa; d. Dinyatakan melanggar sumpah / janji jabatan ;

e. Tidak melaksanakan kewajiban Perangkat Desa; dan/atau f. Melanggar larangan bagi Perangkat Desa.

(3) Pemberhentian Perangkat Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) huruf a dan huruf b oleh Kapala Desa.

(9)

(5) Pengesahan pemberhentian Perangkat Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dan ayat (4) ditetapkan dengan Keputusan Kepala Desa paling lama 30 (tiga puluh) hari setelah adanya laporan Tim Pembina dan Pengawas Kabupaten.

(6) Setelah dilakukan pemberhentian Perangkat Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (5), Kepala Desa mengangkat Perangkat Desa sesuai mekanisme pengangkatan Perangkat desa yang berlaku.

Pasal 22

(1) Perangkat Desa yang diberhentikan sementara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 ayat (1) dan Pasal 20, setelah melalui proses peradilan ternyata terbukti tidak bersalah berdasarkan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap, paling lama 30 (tiga puluh) hari sejak ditetapkan putusan pengadilan, Kepala Desa harus merehabilitasi dan/atau mengaktifkan kembali Perangkat Desa yang bersangkutan sampai dengan masa jabatannya berakhir.

(2) Apabila Perangkat Desa yang diberhentikan sementara sebagaimana dimaksud pada ayat (1) telah berakhir masa jabatannya Kepala Desa hanya merehabilitasi Perangkat Desa yang bersangkutan .

Pasal 23

Apabila Perangkat Desa diberhentikan sementara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 ayat (1) dan Pasal 20, Kepala Desa dapat menunjuk Penjabat Perangkat Desa diluar dari Perangkat Desa yang ada untuk melaksanakan tugas pokok dan kewajiban Perangkat Desa dimaksud sampai dengan adanya putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap.

BAB XII

KETENTUAN PERALIHAN

Pasal 24

Perangkat Desa yang ada pada saat berlakunya Peraturan Daerah ini masih tetap melaksanakan tugasn dan kewajibannya sampai masa jabatannya berakhir serta menerima haknya sebagai Perangkat Desa.

BAB XIII

KETENTUAN PENUTUP

Pasal 25

(10)

Pasal 26

Hal-hal yang belum diatur dalam Peraturan Daerah ini khususnya yang berkaitan dengan teknis pelaksanaannya diatur lebih lanjut dengan Peraturan Bupati dengan berpedoman pada ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Pasal 27

Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatanya dalam Lembaran Daerah Kabupaten Bulungan.

Ditetapkan di Tanjung Selor pada tanggal 14 Desember 2006

BUPATI BULUNGAN,

BUDIMAN ARIFIN

Diundangkan di Tanjung Selor pada tanggal 14 Desember 2006

SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN BULUNGAN,

KARSIM AL’AMRIE

(11)

P E N J E L A S A N

A T A S

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUMAJANG

NOMOR 6 TAHUN 2006

TENTANG

TATA CARA PENCALONAN, PENGANGKATAN DAN

PEMBERHENTIAN PERANGKAT DESA

I. PENJELASAN UMUM

Sejalan penyesuaian pengaturan mengenai desa dengan ditetapkannya Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang Desa, maka perlu maka perlu disesuaikannya Peraturan Daerah Nomor 10 Tahun 2003 tentang Persyaratan, Tata Cara Pengangkatan dan Pemberhentian Perangkat Desa .

Pengaturan tersebut sejalan dengan perubahan Peraturan Pemerintah Nomor 76 Tahun 2001 tentang Pedoman Umum Pengaturan Mengenai Desa yang harus disesuaikan dengan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2005 tentang Perubahan atas Undang Nomor 32 Tahun 2004 dengan ditetapkannya Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang Desa .

Walaupun terjadi pergantian Undang-Undang namun prinsip dasar sebagai landasan pemikiran pengaturan mengenai Perangkat Desa, yaitu keanekaragaman, partisipasi, otonomi asli, demokratisasi dan pemberdayaan masyarakat.

Keanekaragaman memiliki makna kebutuhan Perangkat Desa disesuaikan dengan asal-usul dan kondisi sosial budaya masyarakat setempat, hal ini berarti kewenangan desa harus menghormati sistem nilai yang berlaku pada masyarakat setempat namun harus tetap mengindahkan sistem nilai bersama dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

Partisipasi memiliki makna bahwa tugas dan tanggung jawab Perangkat Desa dalam penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan desa harus mampu mewujudkan peran aktif masyarakat agar masyarakat senantiasa memiliki dan turut serta bertanggungjawab terhadap perkembangan kehidupan bersama sebagai sesama warga desa.

Otonomi asli memiliki makna bahwa tugas dan tanggung jawab Perangkat Desa dalam penyelenggaraan kewenangan pemerintahan desa untuk mengatur dan mengurus masyarakat setempat didasarkan pada hak asal-usul dan nilai-nilai sosial budaya yang terdapat pada masyarakat setempat namun harus diselenggarakan dalam perspektif adiminstrasi pemerintahan negara yang selalu mengikuti perkembangan jaman.

(12)

Pemberdayaan masyarakat memiliki makna bahwa tugas dan tanggung jawab Perangkat Desa dalam penyelenggaraan pemerintahan dan pelaksanaan pembangunan di Desa ditujukan untuk meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan masyarakat melalui penetapan kebijakan, program dan kegiatan yang sesuai dengan esensi masalah dan prioritas kebutuhan masyarakat.

Oleh karena itu perlunya pengaturan penetapan Peraturan Daerah mengenai Perangkat Desa yang disesuaikan dengan Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 dan sejalan dengan prinsip dasar sebagai landasan pemikiran pengaturan mengenai desa.

II. PENJELASAN PASAL DEMI PASAL Pasal 1

Cukup jelas. Pasal 2

Ayat (1)

Cukup jelas. Ayat (2)

Cukup jelas.

Ayat (3) Yang dimaksud dengan “memproses pemilihan Kepala Desa” adalah membentuk panitia pemilihan, menetapkan Calon Kepala Desa yang berhak dipilih, menetapkan Calon Kepala Desa terpilih dan mengusulkan Calon Kepala Desa terpilih kepada Bupati untuk disyahkan menjadi Kepala Desa terpilih.

Pasal 3 Ayat (1) Yang dimaksud dengan “tokoh masyarakat” adalah tokoh adat, tokoh agama, tokoh wanita, tokoh pemuda dan pemuka-pemuka masyarakat lainnya.

Ayat (2)

Cukup jelas. Ayat (3)

Cukup jelas. Pasal 4

Cukup jelas. Pasal 5

Cukup jelas. Pasal 6

Ayat (1)

Huruf a Yang dimaksud dengan “bertaqwa” dalam ketentuan ini adalah taat menjalankan kewajiban agamanya.

(13)

Huruf c

Cukup jelas. Huruf d

Cukup Jelas. Huruf e

Cukup jelas. Huruf f

Cukup jelas. Huruf g

Cukup jelas. Huruf h

Cukup Jelas. Huruf i

Cukup Jelas. Huruf j

Cukup jelas. Huruf k

Cukup jelas. Huruf l

Cukup jelas. Huruf m

Cukup Jelas. Pasal 7

Cukup jelas. Pasal 8

Cukup jelas.. Pasal 10

Cukup jelas: Pasal 11

Cukup jelas: Pasal 12

Cukup jelas: Pasal 13

Cukup jelas: Pasal 14

Cukup jelas. Pasal 15

Cukup jelas. Pasal 16

(14)

Pasal 17

Cukup jelas. Pasal 18

Cukup jelas. Pasal 19

Cukup jelas. Pasal 20

Cukup jelas. Pasal 21

Cukup jelas. Pasal 22

Cukup jelas. Pasal 23

Cukup jelas. Pasal 24

Cukup jelas. Pasal 25

Cukup jelas. Pasal 26

Cukup jelas. Pasal 27

Cukup jelas.

Referensi

Dokumen terkait

y Intel 65 nm generation logic technology provides Intel 65 nm generation logic technology provides improved performance and reduced power:. improved performance and reduced

SUKA JAYA MAKMUR II t elah di berikan pembaharuan HPH Alam unt uk Jangka wakt u 55 (lima puluh lima) t ahun, at as areal hut an produksi seluas ± 75.694 (t uj uh puluh lima

The number of women professionally employed in philosophy is currently indeterminate, and indeed, will vary depending on how we define the set. Although the boundaries of this set

Skripsi ini merupakan hasil penelitian tindakan kelas, yaitu penerapan model pembelajaran kooperatif Tipe Think Pair Share (TPS) untuk meningkatkan keaktifan dan prestasi belajar

Sejalan dengan itu, Johnson (2007: 185) mendefinisikan “berpikir kritis sebagai sebuah proses terorganisasi yang memungkinkan siswa mengevaluasi bukti, asumsi, logika, dan

• Anda layak menerima 20% kenaikan daripada Jumlah Prinsipal Diinsuranskan untuk setiap tahun pembaharuan sehingga 100% tanpa mengambil kira tuntutan yang dibuat untuk perbelanjaan

Dengan demikian bila seseorang dengan kanker paru yang mempunyai faktor-faktor prediksi tersebut akan memberi respon yang baik serta angka tahan hidup lebih

Sementara kritik dari partisipasi perempuan melalui dinasti politik juga melemahkan semangat affirmative action, karena kemudian perempuan hadir dalam ranah politik