INDEKS DESA MEMBANGUN
ii
Indeks Desa Membangun 2015
Pengarah :
Anwar Sanusi
Syaiful Huda
Penanggung Jawab :
Ahmad Erani Yustika
Tim Penyusun :
Hanibal Hamidi (Ketua)
FX. Nugroho Setijonegoro (Sekretaris)
Fujitriartanto
Armen Sa’id
Harioso
Huda
Andik Hardiyanto
Bambang Waluyanto
Indra Sakti Gunawan Lubis
Dani Setiawan
Hadi Prayitno
Ana Fitrotul Mu’arofah
Tim Pendukung :
Heryadi
Ali Mashuda
Muhammad Rahmat
Diterbitkan oleh :
iii
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI ……… ……….. iii
PRAKATA MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH
TERTINGGAL DAN TRANSMIGRASI ………...…. v
I.
PENDAHULUAN ……....……….………….. 1
II.
IDM DAN PENGEMBANGAN PROGRAM ……….... 3
III.
KLASIFIKASI DAN STATUS DESA ………..………. 5
IV.
METODE PENYUSUNAN IDM ……….……….. 7
V.
PETA DESA BERDASARKAN INDEKS DESA MEMBANGUN... 8
VI.
SITUASI DESA-DESA DI PERBATASAN BERDASARKAN
INDEKS DESA MEMBANGUN (IDM) 2015 ….………..………... 12
DAFTAR TABEL
INDIKATOR DESA MEMBANGUN
INDEKS DESA MEMBANGUN PER KABUPATEN / KOTA 2015
LOKASI SASARAN PRIORITAS PEMBANGUNAN 15.000 DESA
DAFTAR GAMBAR
TIGA DIMENSI INDEKS DESA MEMBANGUN
JUMLAH DAN KLASIFIKASI DESA BERDASARKAN STATUS IDM
2015
STATUS DESA BERDASARKAN IDM 2015
INDEKS DESA MEMBANGUN PER PROVINSI
JUMLAH DAN STATUS DESA BERDASAR IDM PER PROVINSI
INDEKS DESA MEMBANGUN PER PROVINSI DI PULAU BESAR
JUMLAH DAN STATUS DESA BERDASARKAN IDM DI DAERAH
iv
Men
dan kerent
Realisasi
secara be
membangu
tahun beri
yang terg
pembangu
Sementara
meletakka
Dengan de
strategi pa
bagi sebes
Sehingga
pemerataa
memperbe
ekonomi
nteri Desa, P
tanan akiba
kebijakan t
ertahap. Ag
un fondasi
ikutnya, di
golong men
unan pada
a, agenda ta
an fondasi
emikian, str
ada tahun
sar-besar ke
pemerintah
an dan k
esar investa
yang
trad
Pembangu
R
NAWA
menja
Pemba
2015-2
diman
pinggi
itu dim
at dari ketim
tentu saja ti
genda satu
untuk mela
samping m
ndesak. De
tahun-tahun
ahun kedua
yang koko
rategi pemb
pertama, ad
emakmuran
h bertangg
keadilan
m
asi padat pek
eable
, men
unan Daera
Republik In
PRAKA
WACITA Jok
adi strategi
angunan Ja
2019. Pa
ndatkan un
iran dengan
maksudkan
mpangan pem
idak dapat
u tahun p
akukan akse
melayani ke
engan berl
n berikutny
sampai tahu
oh bagi ta
bangunan ja
dalah strate
rakyat seca
gung jawab
melalui
m
kerja, memb
njamin per
ah Tertingg
ndonesia
ATA
kowi–Jusuf
i pembang
angka Men
ada NAW
ntuk “Mem
n memperk
untuk menj
mbangunan
dilakukan s
ertama dim
elerasi yang
ebutuhan-ke
landaskan
ya dapat di
un kelima s
ahap-tahap
ngka menen
egi untuk m
ara berkelan
b untuk me
menciptakan
berikan per
rlindungan
gal, dan Tra
Kalla telah
gunan di d
nengah Nas
WACITA
mbangun
uat daerah
awab perso
yang telah
secara sekal
maksudkan
g berkelanju
ebutuhan d
fondasi ya
ilaksanakan
endiri dihar
pembangun
ngah, terma
menghasilka
njutan.
elakukan u
n pertumb
hatian khus
sosial, me
ansmigrasi
h diarusutam
dalam Ren
sional (RPJ
Ketiga
Indonesia
dan Desa”
oalan kemis
dilakukan.
ligus, mela
sebagai u
utan pada t
dasar masya
ang lebih
n dengan la
rapkan juga
nan selanju
asuk di dala
kan pertumb
upaya pece
buhan ink
sus kepada u
vi
memperluas pelayanan dasar bagi masyarakat kurang mampu, memperluas
ekonomi perdesaan dan mengembangkan sektor pertanian, serta menjaga stabilitas
harga dan menekan laju inflasi.
Penggunaan istilah “pembangunan Desa” atau “Desa membangun” merupakan
pilihan paradigmatis yang sarat makna. Pengakuan dan penghormatan Negara
kepada Desa yang disertai dengan redistribusi sumberdaya dan kewenangan
pembangunan secara penuh sebagaimana mandat Undang-Undang No. 6 Tahun
2014, memberikan tanda yang jelas bahwa dari situlah Desa harus menjadi
tumpuan untuk membangun Indonesia.
Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi Republik
Indonesia menyambut Undang-Undang tersebut sebagai titik tolak atas lahirnya
(kembali) Desa baru, sekaligus menjadi momentum untuk membuang jauh-jauh
paradigma Desa lama.
Pada hakekatnya Desa merupakan entitas bangsa yang telah membentuk Negara
Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Melalui pengembangan paradigma dan
konsep baru tata kelola Desa secara nasional, berlandaskan prinsip keberagaman
serta mengedepankan asas rekognisi dan subsidiaritas, tidak lagi menempatkan
Desa sebagai “latar belakang Indonesia”, melainkan sebagai “halaman depan
Indonesia”.
Visi Desa Membangun Indonesia adalah irisan sinergis antara Catur Sakti dan Tri
Sakti yang merupakan pengejawantahan operasional Nawa Cita Presiden
Republik Indonesia. Catur Sakti bermakna Desa bertenaga secara sosial, berdaulat
secara politik, bermartabat secara budaya, dan mandiri secara ekonomi.
Cita-cita tersebut memberikan arah yang jelas kepada pemerintah untuk hadir
dalam kerangka fasilitasi, afirmasi, integrasi dan akselerasi menuju terciptanya
Desa Mandiri. Kebijakan yang lahir tidak lagi dalam kapasitas mengendalikan dan
mendikte, melainkan untuk memicu kreativitas asli Desa secara emansipatoris
serta mengisi kebutuhan pembangunan yang belum mampu diselenggarakan
vii
Pengembangan Indeks Desa Membangun (IDM) didedikasikan untuk memperkuat
pencapaian sasaran pembangunan prioritas sebagaimana tertuang di dalam
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015–2019, yaitu
mengurangi jumlah Desa Tertinggal sampai 5000 Desa, dan meningkatkan jumlah
Desa Mandiri sedikitnya 2000 Desa pada tahun 2019.
Indeks Desa Membangun (IDM) meletakkan prakarsa dan kuatnya kapasitas
masyarakat sebagai basis utama dalam proses kemajuan dan keberdayaan Desa
yaitu meliputi aspek ketahanan sosial, ekonomi dan ekologi. Sehingga indeks ini
difokuskan pada upaya penguatan otonomi Desa melalui pemberdayaan
masyarakat.
Pemberdayaan masyarakat Desa inilah yang akan menjadi tumpuan utama
terjadinya proses peningkatan partisipasi yang berkualitas, peningkatan
pengetahuan, dan peningkatan keterampilan, atau secara umum dapat disebut
sebagai peningkatan kapasitas dan kapabilitas masyarakat Desa itu sendiri.
Oleh karena itu terbitnya buku “INDEKS DESA MEMBANGUN” ini diharapkan
akan membantu Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan
Transmigrasi serta Kementerian Negara/Lembaga lainnya, maupun pemerintah
daerah baik Provinsi, Kabupaten dan Kota dalam menentukan lokus dan fokus
strategis sebagai sasaran pembangunan, dalam mencapai sasaran strategis
terentaskannya 5000 Desa Tertinggal (dan Desa sangat Tertinggal) serta
terwujudnya paling sedikit 2000 Desa mandiri pada tahun 2019.
Jakarta, Oktober 2015
Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi
Republik Indonesia
1
I.
PENDAHULUAN
Indeks Desa Membangun, atau disebut IDM, dikembangkan untuk
memperkuat upaya pencapaian sasaran pembangunan Desa dan Kawasan
Perdesaan sebagaimana tertuang dalam Buku Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Nasional 2015
–
2019 (RPJMN 2015
–
2019), yakni mengurangi
jumlah Desa Tertinggal sampai 5000 Desa dan meningkatkan jumlah Desa
Mandiri sedikitnya 2000 Desa pada tahun 2019. Sasaran pembangunan tersebut
memerlukan kejelasan
lokus
(Desa) dan status perkembangannya. Indeks Desa
Membangun tidak hanya berguna untuk mengetahui status perkembangan setiap
Desa yang lekat dengan karakteristiknya, tetapi juga dapat dikembangkan sebagai
instrumen untuk melakukan targeting dalam pencapaian target RPJMN 2015
–
2019 dan koordinasi K/L dalam pembangunan Desa.
IDM lebih menyatakan fokus pada upaya penguatan otonomi Desa. Indeks
ini mengikuti semangat nasional dalam upaya peningkatan kualitas kehidupan
Desa seperti yang dinyatakan sangat jelas dalam dokumen perencanaan
pembangunan nasional melalui optimalisasi pelaksanaan UU No. 6 Tahun 2014
Tentang Desa (UU Desa), serta komitmen politik
membangun Indonesia dari
Desa
melalui pembentukan kementerian Desa (Kementerian Desa, Pembangunan
Daerah Tertinggal dan Transmigrasi) dalam kepemimpinan pemerintahan Kabinet
Kerja Jokowi
–
Jusuf Kalla.
Banyak pihak telah memahami, UU Desa memberi inspirasi dan semangat
perubahan. Terkait Dana Desa misalnya, redistribusi asset negara bersumber
APBN itu membuktikan mampu menggerakan perubahan di Desa. Pembangunan
Desa tumbuh menjadi kehebatan dan semangat baru dalam kehidupan Desa.
Berdasar UU Desa tersebut, perubahan kehidupan Desa digerakan dalam kerangka
kerja: pengertian dan jenis Desa (yakni Desa dan Desa Adat atau yang disebut
dengan nama lain), tujuan pengaturan, azas-azas, kedudukan, kewenangan,
keuangan dan asset, tata pemerintahan, kelembagaan masyarakat dan adat,
pemberdayaan masyarakat Desa, pembangunan Desa dan Kawasan Perdesaan,
dan berikut dukungan pendamping Desa dan sistem informasi Desa. Dalam
kontekstual relevansi itulah IDM dikembangkan.
2
otonomi Desa. Dan dalam kerangka pemahaman itulah, pendekatan Indeks Desa
Membangun dikembangkan. IDM memandang penting prakarsa dan kuatnya
masyarakat Desa dalam proses kemajuan dan keberdayaan kehidupan Desa yang
di dalamnya memiliki ketahanan sosial, ekonomi dan ekologi.
Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi
dibentuk untuk melaksanakan mandat UU No. 6 Tahun 2014 tentang Desa.
Undang- Undang Desa memberi dasar bagi cara pandang dan pendekatan baru
tentang Desa, mengedepankan prinsip keberagaman, azas rekognisi dan
subsidiaritas itu serta menguatkannya dalam jenis-jenis kewenangan Desa. Pasal 4
Undang-Undang Desa menguraikan tujuan pengaturan Desa sebagai berikut:
a.
memberikan pengakuan dan penghormatan atas Desa yang sudah ada
dengan keberagamannya sebelum dan sesudah terbentuknya Negara
Kesatuan Republik Indonesia;
b.
memberikan kejelasan status dan kepastian hukum atas Desa dalam
sistem ketatanegaraan Republik Indonesia demi mewujudkan keadilan
bagi seluruh rakyat Indonesia;
c.
melestarikan dan memajukan adat, tradisi, dan budaya masyarakat
Desa;
d.
mendorong prakarsa, gerakan, dan partisipasi masyarakat Desa untuk
pengembangan potensi dan Aset Desa guna kesejahteraan bersama;
e.
membentuk Pemerintahan Desa yang profesional, efisien dan efektif,
terbuka, serta bertanggung jawab;
f.
meningkatkan pelayanan publik bagi warga masyarakat Desa guna
mempercepat perwujudan kesejahteraan umum;
g.
meningkatkan ketahanan sosial budaya masyarakat Desa guna
mewujudkan masyarakat Desa yang mampu memelihara kesatuan
sosial sebagai bagian dari ketahanan nasional;
h.
memajukan perekonomian masyarakat Desa serta mengatasi
kesenjangan pembangunan nasional; dan
i.
memperkuat masyarakat Desa sebagai subjek pembangunan.
Tujuan pengaturan Desa tersebut di atas merefleksikan masalah dan
hambatan struktural dalam pembangunan Desa yang harus ditangani di satu sisi,
serta apa yang hendak diwujudkan melalui pelaksanaan Undang Undang Desa di
sisi yang lain. Secara teknokrasi pembangunan, pesan penting „membangun
Indonesia dari Desa‟ termuat dalam NawaCita yang juga telah diadopsi penuh
menjadi
Agenda Pembangunan Nasional
dalam RPJMN 2015
–
2019.
3
miskin tinggal. Maka di sini, ketersediaan data dan pengukuran dalam konteks ini
sangat dibutuhkan, terutama dalam pengembangan intervensi kebijakan yang
mampu menjawab persoalan dasar pembangunan dan pemberdayaan masyarakat
Desa. Pencapaian pemerataan keadilan merupakan isu penting dalam
pembangunan nasional, dan tentu juga dalam pembangunan Desa. Pertumbuhan
ekonomi yang diharapkan adalah pertumbuhan yang inklusif, di mana pengelolaan
potensi ekonomi Desa dan Kawasan Perdesaan tidak hanya mampu menyertakan
sebanyak-banyaknya angkatan kerja lulusan SD/SMP, tetapi juga ramah keluarga
miskin, mampu memperbaiki pemerataan dan mengurangi kesenjangan. Perhatian
khusus terhadap usaha mikro di Desa haruslah dikedepankan yang memang nyata
perlu dukungan dalam hal penguatan teknologi yang ramah lingkungan,
pemasaran, permodalan dan akses pasar.
Selain itu, Desa Membangun Indonesia dihadapkan pada tantangan untuk
juga mampu memperluas ekonomi perdesaan dan mengembangkan sektor
pertanian. Produksi pertanian petani miskin, perikanan tangkap dan budidaya
tidak saja harus dilindungi, tetapi terus diberdayakan dengan dukungan
ketersediaan sarana dan prasarana perekonomian Desa dan Kawasan Perdesaan,
akses pada kredit keuangan dan sumber permodalan, riset dan teknologi, serta
penyediaan informasi.
Dengan demikian, pengembangan Indeks Desa Membangun harus mampu
menjangkau semua dimensi kehidupan Desa, yakni dimensi sosial, ekonomi, dan
ekologi atau lingkungan yang memberi jalan pada pembangunan Desa yang
berkelanjutan yang lekat dengan nilai, budaya dan karakteristik Desa.
II.
IDM DAN PENGEMBANGAN PROGRAM
Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi
melalui Direktorat Jenderal Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat Desa
telah mengembangkan program unggulan berdasar tiga (3) pendekatan yang
disebut sebagai pilar Desa Membangun Indonesia, yakni: (i) Jaring Komunitas
Wiradesa; (ii) Lumbung Ekonomi Desa; dan (iii) Lingkar Budaya Desa. Melalui
tiga (3) pilar tersebut diharapkan arah pengembangan program prioritas untuk
menguatkan langkah bagi kemajuan dan kemandirian Desa, yang juga mampu
dikembangkan sebagai daya lenting dalam peningkatan kesejahteraan kehidupan
Desa. Tiga (3) pilar yang dimaksud dapat dijelaskan sebagai berikut:
Jaring Komunitas Wiradesa
. Memperkuat kualitas manusia dengan
4
kesejahteraan, mereka, baik sebagai individu, keluarga maupun
kolektiva warga Desa. Masalah yang dihadapi saat ini adalah
perampasan daya, yang ternyatakan pada situasi ketidakberdayaan dan
marjinalisasi. Fakta
ketidakberdayaan
itu telah berkembang menjadi
aspek, sebab,
dan sekaligus
dampak
kemiskinan, yang menghalangi
manusia warga Desa itu hidup bermartabat dan sejahtera. Kemiskinan
dalam kehidupan Desa telah berkembang dalam sifatnya yang
multidimensi dan cenderung melanggar hak asasi. Di sini, pilar
Jaring
Komunitas Desa
harus melakukan tindakan yang mampu mendorong
ekspansi kapabilitas dengan memperkuat daya pada berbagai aspek
kehidupan manusia warga Desa yang menjangkau aspek nilai dan
moral, serta pengetahuan lokal Desa.
Lumbung Ekonomi Desa
. Potensi sumber daya di Desa bisa
dikonversi menjadi ekonomi yang di dalamnya melibatkan adanya
modal, organisasi ekonomi, ada nilai tambah dan mensejahterakan
secara ekonomi.
Lumbung Ekonomi Desa
bukan hanya soal dan untuk
produksi, tapi dikapitasi memiliki nilai tambah melalui pendayagunaan
teknologi tepat guna dan ramah lingkungan. Pengembangan
Lumbung
Ekonomi Desa
harus mampu menjawab masalah modal, jaringan dan
memiliki informasi yang kuat dan oleh karenanya, organisasi ekonomi
yang dikembangkan haruslah kompatibel dengan hal tersebut. Dalam
konteks pelaksanaan Undang-Undang Desa misalnya, BUMDes akan
kuat jika dibangun dan dikelola orang-orang Desa yang teruji secara
nilai dan moral, serta memiliki modal sosial yang kuat, mampu
mengembangkan kreasi dan daya untuk menjangkau modal, jaringan
dan informasi.
Lingkar Budaya Desa
. Gerakan sosial pembangunan Desa tidaklah
5
Tiga pilar tersebut di atas saling terkait.
Komitmen untuk
mendayagunakan sebagai pendekatan diharapkan dapat melipatgandakan
kemampuan Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan
Transmigrasi dan K/L lainnya mencapai target dan menghasilkan dampak yang
bisa dipertahankan
(sustained impact)
untuk kemajuan dan kesejahteraan
kehidupan Desa.
Dalam kaitan penajaman fokus dan lokus dalam pengembangan program
prioritas (program unggulan dan kegiatan prioritas), pilar-pilar tersebut di atas
dapat menjadi pijakan untuk membangun instrumen program di mana Indeks Desa
Membangun berguna untuk penetapan lokus. Berdasar Indeks Desa Membangun
dapat ditetapkan 15.000 Desa yang menjadi lokus dari pelaksanaan program
pembangunan dan pemberdayaan masyarakat Desa, yang terdiri dari 5.000 Desa
Sangat Tertinggal, 5.000 Desa Tertinggal, 2.500 Desa Berkembang, dan 2.500
Desa Maju, yang di dalam jumlah 15.000 Desa dengan semua status Desa itu
terdapat 1.138 Desa Perbatasan.
III.
KLASIFIKASI DAN STATUS DESA
Indeks Desa Membangun mengklasifikasi Desa dalam lima (5) status,
yakni: (i) Desa Sangat Tertinggal; (ii) Desa Tertinggal; (iii) Desa Berkembang;
(iv) Desa Maju; dan (v) Desa Mandiri. Klasifikasi Desa tersebut untuk
menunjukkan keragaman karakter setiap Desa dalam rentang skor 0,27
–
0,92
Indeks Desa Membangun. Klasifikasi dalam 5 status Desa tersebut juga untuk
menajamkan penetapan status perkembangan Desa dan sekaligus rekomendasi
intervensi kebijakan yang diperlukan. Status Desa Tertinggal, misalnya, dijelaskan
dalam dua status Desa Tertinggal dan Desa Sangat Tertinggal di mana situasi dan
kondisi setiap Desa yang ada di dalamnya membutuhkan pendekatan dan
intervensi kebijakan yang berbeda. Menangani Desa Sangat Tertinggal akan
berbeda tingkat afirmasi kebijakannya di banding dengan Desa Tertinggal.
Dengan nilai rata-rata nasional Indeks Desa Membangun 0,566 klasifikasi
status Desa ditetapkan dengan
ambang batas
sebagai berikut:
1.
Desa Sangat Tertinggal
: < 0,491
6
Desa Berkembang terkait dengan situasi dan kondisi dalam status Desa
Tertinggal dan Desa Sangat Tertinggal dapat dijelaskan dengan faktor kerentanan.
Apabila ada tekanan faktor kerentanan, seperti terjadinya goncangan ekonomi,
bencana alam, ataupun konflik sosial maka akan membuat status Desa
Berkembang jatuh turun menjadi Desa Tertinggal. Dan biasanya, jika faktor
bencana alam tanpa penanganan yang cepat dan tepat, atau terjadinya konflik
sosial terus terjadi berkepanjangan maka sangat potensial berdampak menjadikan
Desa Tertinggal turun menjadi Desa Sangat Tertinggal. Sementara itu,
kemampuan Desa Berkembang mengelola daya, terutama terkait dengan potensi,
informasi / nilai, inovasi / prakarsa, dan kewirausahaan akan mendukung gerak
kemajuan Desa Berkembang menjadi Desa Maju.
Klasifikasi status Desa berdasar Indeks Desa Membangun ini juga
diarahkan untuk memperkuat upaya memfasilitasi dukungan pemajuan Desa
menuju Desa Mandiri. Desa Berkembang, dan terutama Desa Maju, kemampuan
mengelola Daya dalam ketahanan sosial, ekonomi, dan ekologi secara
berkelanjutan akan membawanya menjadi Desa Mandiri.
Gambar 1. Tiga Dimensi Indeks Desa Membangun (IDM).
Indeks Desa Membangun merupakan komposit dari ketahanan sosial, ekonomi
dan ekologi. IDM didasarkan pada 3 (tiga) dimensi tersebut dan dikembangkan lebih
lanjut dalam 22 Variabel dan 52 indikator. Penghitungan IDM pada 73.709 Desa
berdasar data Podes 2014 dengan angka rata-rata 0,566 menghasilkan data sebagai
berikut:
Desa Sangat Tertinggal
: 13.453 Desa atau 18,25 %
Desa Tertinggal
: 33.592 Desa atau 45,57 %
Desa Berkembang
: 22.882 Desa atau 31,04 %
Desa Maju
: 3.608 Desa atau 4,89 %
7
IV.
METODE PENYUSUNAN IDM
INDEKS DESA MEMBANGUN (IDM) disusun dengan memperhatikan
ketersediaan data yang bersumber dari Potensi Desa, yang diterbitkan oleh Badan
Pusat Statistik. Untuk perhitungan IDM 2015 digunakan sumber data PODES
tahun 2014.
IDM merupakan indeks komposit yang dibangun dari dimensi sosial,
ekonomi dan budaya. Ketiga dimensi terdiri dari variabel, dan setiap variabel
diturunkan menjadi indikator operasional.
Prosedur untuk menghasilkan Indeks Desa Membangun adalah sebagai
berikut :
1)
Setiap indikator memiliki skor antara 0 s.d. 5; semakin tinggi skor
mencerminkan tingkat keberartian. Misalnya : skor untuk indikator akses
terhadap pendidikan sekolah dasar; bila Desa A memiliki akses fisik <= 3 Km,
maka Desa A memiliki skor 5, dan Desa B memiliki akses fisik > 10 Km,
maka memiliki skor 1. Ini berarti penduduk Desa A memiliki akses yang
lebih baik dibandingkan dengan penduduk Desa B.
2)
Setiap skor indikator dikelompokkan ke dalam variabel, sehingga
menghasilkan skor variabel. Misalnya variabel kesehatan terdiri dari indikator
(1) waktu tempuh ke pelayanan kesehatan < 30 menit, (2) ketersediaan tenaga
kesehatan dokter, bidan dan nakes lain, (3) akses ke poskesdes, polindes dan
posyandu, (4) tingkat aktifitas posyandu dan (5) kepesertaan Badan
Penyelenggaraan Jaminan Sosial (BPJS). Total skor variabel selanjutnya
dirumuskan menjadi indeks :
∑ Indikator X
Indeks Variabel : _________
Nilai Maksimum (X)
3)
Indeks dari setiap variabel menjadi Indeks Komposit yang disebut dengan
Indeks Desa Membangun (IDM).
Ii
IDM = 1/3 IS + IEK + IL
IDM
: Indeks Desa Membangun
IS
: Indeks Sosial
IEK
: Indeks Ekonomi
8
4)
Untuk menetapkan status setiap Desa dilakukan klasifikasi dengan
menghitung range yang diperoleh dari nilai maksimum dan minimum. Nilai
range yang diperoleh menjadi pembatas status setiap Desa, sehingga
ditetapkan lima klasifikasi status Desa yaitu :
Tabel.1. Klasifikasi Desa Berdasarkan Idm
No.
STATUS DESA
NILAI BATAS
1.
SANGAT TERTINGGAL
≤ 0,49
1
2.
TERTINGGAL
> 0,491 dan
≤ 0,59
9
3.
BERKEMBANG
> 0,599 dan
≤ 0,707
4
MAJU
> 0,707dan
≤ 0,81
5
5.
MANDIRI
> 0,815
V.
PETA DESA BERDASARKAN INDEKS DESA MEMBANGUN
Berdasarkan Permendagri No. 56 Tahun 2015 tentang Kode dan Data
Wilayah Administrasi Pemerintahan bahwa jumlah Desa yang telah memiliki
kode wilayah administrasi Desa adalah 74.754 Desa. Sedangkan jumlah Desa
berdasarkan sumber Potensi Desa, BPS, 2014 adalah 73.709 Desa dari total
82.190 Desa/kelurahan/UPT.
Berdasarkan Indeks Desa Membangun (IDM) dihasilkan jumlah dan
proporsi Desa dengan status mandiri, maju, berkembang, tertinggal dan sangat
tertinggal ditunjukkan pada Gambar 2 dibawah ini.
10
Tabel 2. Jumlah dan Persentase Desa Per Provinsi Berdasarkan I ndeks Desa Membangun 2015
KDPROV
PROVINSI
IDM
MANDIRI
MAJU
BERKEMBANG
TERTINGGAL
SANGAT TERTINGGAL
Jumlah Desa
Jml Desa
%
Jml Desa
%
Jml Desa
%
Jml Desa
%
Jml Desa
%
11
ACEH 0,552
5
0,08
105
1,61
1226
18,8
4211
64,7
963
14,8
6.510
12
SUMATERA
UTARA
0,540
0 - 39
0,72
1063
19,7
3019
55,8 1285 23,8 5.406
13
SUMATERA
BARAT
0,619
7
0,79
119
13,43
377
42,6
332
37,5 51 5,8 886
14
RIAU
0,534
0 - 9
0,56
278
17,3
888
55,4 428 26,7 1.603
15
JAMBI 0,558
0
-
14
1,01
345
24,8
839
60,4
191
13,8
1.389
16
SUMATERA SELATAN
0,558
0
-
18
0,63
553
19,4
1990
69,8
290
10,2
2.851
17
BENGKULU 0,564
0
-
22
1,62
386
28,5
768
56,6
180
13,3
1.356
18
LAMPUNG
0,585
1 0,04 57 2,35
912
37,6
1302
53,7
151
6,2 2.423
19
KEPULAUAN BANGKA BELITUNG 0,593
0
-
7 2,27
127
41,1
169 54,7
6
1,9
309
21
KEPULAUAN
RIAU
0,559
0
- 5
1,84
54
19,9
187
68,8 26 9,6 272
32
JAWA
BARAT
0,639
39 0,73 726 13,64
3141
59,0 1355
25,5
60
1,1
5.321
33
JAWA
TENGAH
0,629
21 0,27 868 11,12
4335
55,5 2535
32,5
50
0,6
7.809
34
D
I
YOGYAKARTA
0,694
32 8,16 136 34,69 175 44,6 49 12,5
0
-
392
35
JAWA
TIMUR
0,634
33 0,43 929 12,03
4458
57,7 2262
29,3
39
0,5
7.721
36
BANTEN
0,581
4 0,32 53 4,28
396
32,0 674
54,5
110
8,9 1.237
51
BALI
0,690
27 4,25 248 38,99
279 43,9 78 12,3
4
0,6
636
52
NUSA
TENGGARA
BARAT
0,618
3 0,30 63 6,33 553 55,6 364 36,6 12 1,2 995
53
NUSA TENGGARA TIMUR
0,538
0
-
7
0,24 274 9,3 2206
74,8
464
15,7
2.951
61
KALIMANTAN
BARAT
0,499
0 - 30
1,49
225
11,2
752
37,4 1002 49,9 2.009
62
KALIMANTAN
TENGAH
0,499
0 - 8
0,56
118
8,3
643
45,1 658 46,1 1.427
63
KALIMANTAN
SELATAN
0,557
1 0,05 16 0,86
411
22,0
1184
63,5
252
13,5 1.864
64
KALIMANTAN
TIMUR
0,525
0 - 8
0,96
140
16,7
393
47,0 295 35,3 836
65
KALIMANTAN
UTARA
0,472
0 - 4
0,90
33
7,4
117
26,4 290 65,3 444
71
SULAWESI UTARA
0,582
0
-
15
1,00
554
36,8
852
56,6
84
5,6
1.505
11
KDPROV
PROVINSI
IDM
MANDIRI
MAJU
BERKEMBANG
TERTINGGAL
SANGAT TERTINGGAL
Jumlah Desa
Jml Desa
%
Jml Desa
%
Jml Desa
%
Jml Desa
%
Jml Desa
%
73
SULAWESI
SELATAN
0,582
1 0,04 28 1,25
876
39,1
1181
52,7
154
6,9 2.240
74
SULAWESI TENGGARA
0,547
0
-
3
0,16 228 12,1 1410
74,6
250
13,2
1.891
75
GORONTALO
0,587
0
-
14
2,13
265
40,3
348
53,0 30 4,6 657
76
SULAWESI
BARAT
0,548
0 - 4
0,70
151
26,3
286
49,7 134 23,3 575
81
MALUKU 0,507
0
-
16
1,52
120
11,4
431
41,0
483
46,0
1.050
82
MALUKU UTARA
0,527
0
-
10
0,94
150 14,1 557 52,3
349 32,7 1.066
91
PAPUA
BARAT
0,460
0 - 5
0,34
63
4,2
364
24,4 1060 71,0 1.492
94
PAPUA
0,414
0 - 7
0,15
108
2,3
762
16,0 3900 81,6 4.777
12
VI.
SITUASI DESA-DESA DI PERBATASAN BERDASARKAN INDEKS
DESA MEMBANGUN (IDM) 2015
Desa-desa di daerah perbatasan sungguh memprihatinkan. Berdasarkan
ukuran Indeks Desa Membangun (IDM) 2015 jumlah Desa-Desa di perbatasan
yang memiliki status tertinggal dan sangat tertinggal sangat dominan. Sebanyak
644 Desa (45%) adalah Desa berstatus tertinggal dan 635 Desa (44%) berstatus
sangat tertinggal (lihat gambar 3). Rata rata Indeks Desa Membangun (IDM)
Desa perbatasan adalah 0,498, sedangkan rata rata IDM nasional adalah 0,566.
Situasi ini menggambarkan tingkat kesejahteraan Desa perbatasan yang masih
rendah.
Gambar 3. Status Desa di Perbatasan Berdasarkan IDM 2015
Gambaran yang menunjukkan bahwa Desa-Desa di perbatasan di dominasi
oleh situasi dan kondisi tertinggal dan sangat tertinggal memperlihatkan bahwa
pemerintah belum mengoptimalkan potensi sumberdayanya untuk dikembangkan,
sehingga mereka tumbuh berkembang tertatih tatih sesuai dinamika sosial
internalnya yang merupakan hak asal usul dan kewenangan lokal. Sedangkan
Desa-Desa yang berkembang dan maju lebih karena keberuntungan geografis dan
kebijakan pembangunan yang melintasinya.
13
menyeluruh diperlukan sehingga menghindarkan dari terpencar dan retaknya
masyarakat di Desa perbatasan.
Gambar 4. Perbandingan IDM Daerah Perbatasan dan Nasional
0,649
0,340
0,505
0,498
0,647
0,459
0,593
0,566
Indeks Ketahanan
Lingkungan
Indeks Ketahanan
Ekonomi
Indeks Ketahanan
Sosial
IDM
INDIKATOR DESA MEMBANGUN
NO
DIMENSI
VARIABEL
INDIKATOR
KESEHATAN
1
Pelayanan Kesehatan
1
Waktu Tempuh ke prasarana kesehatan < 30 menit
2
Tersedia tenaga kesehatan, bidan, dokter dan nakes
lain
2
Keberdayaan Masyarakat utk
Kesehatan
3
Akses ke poskesdes, polindes dan posyandu
4
Tingkat aktivitas posyandu
3
Jaminan Kesehatan
5
Tingkat kepesertaan BPJS
PENDIDIKAN
4
Akses Pendidikan Dasar dan
Menengah
6
Akses ke Pendidikan Dasar SD/MI <3 KM
7
Akses ke SMP/MTS < 6 km
8
Akses ke SMU/SMK < 6 km
5
Akses Pendidikan Non Formal
9
Kegiatan pemberantasan buta aksara
10 kegiatan PAUD
11 Kegiatan PKBM/Paket ABC
6
Akses ke Pengatahuan
12 Taman Bacaan Masyarakat atau Perpustakaan
Desa
MODAL SOSIAL
7
Memiliki Solidaritas Sosial
13 Kebiasaan gotong royong didesa
14 Keberadaan ruang publik terbuka bagi warga yg
tidak berbayar
15 Ketersediaan fasilitas/lapangan olahraga
16 Terdapat kelompok kegiatan olahraga
8
Toleransi
17 Warga desa terdiri dari beberapa suku/etnis
18 Warga desa berkomunikasi sehari-hari
menggunakan bahasa yg berbeda
9
Rasa Aman Penduduk
20 Warga desa membangun pemeliharaan poskamling
lingkungan
21 Partisipasi warga mengadakan siskamling
22 Tingkat kejadian perkelahian massal di desa
23 Penyelesaian/perdamaian perkelahian massal yg
sering terjadi
10
Kesejahteraan Sosial
24 Terdapat akses ke Sekolah Luar Biasa
25 Terdapat Penyandang Kesejahteraan Sosial (Anak
Jalanan, Pekerja Seks Komersial dan Pengemis)
26 Terdapat Penduduk yang bunuh diri
PERMUKIMAN
11
Akses ke Air Bersih dan Air Minum
Layak
27 Mayoritas penduduk desa memiliki sumber air
minum yang layak.
28 Akses Penduduk desa memiliki air untuk mandi dan
mencuci
12
Akses ke Sanitasi
29 Mayoritas penduduk desa memiliki Jamban.
30 Terdapat tempat pembuangan sampah.
13
Akses ke Listrik
31 Jumlah keluarga yang telah memiliki aliran listrik.
14
Akses Informasi dan Komunikasi
32 Penduduk desa memiliki telepon selular dan sinyal
yang kuat.
33 Terdapat siaran televisi lokal, nasional dan asing
34 Terdapat akses internet
2
KETAHANAN
EKONOMI
15
Keragaman Produksi Masyarakat
Desa
35 Terdapat lebih dari satu jenis kegiatan ekonomi
penduduk
16
Tersedia Pusat Pelayanan
Perdagangan
36 Akses penduduk ke pusat perdagangan (pertokoan,
pasar permanen dan semi permanen)
37 Terdapat sektor perdagangan di permukiman
(warung dan minimarket)
17
Akses Distribusi/Logistik
38 Terdapat kantor pos dan jasa logistik
18
Akses ke Lembaga Keuangan dan
Perkreditan
39 Tersedianya lembaga perbankan umum (Pemerintah
dan Swasta)
40 Tersedianya BPR
19
Lembaga Ekonomi
42 Tersedianya lembaga ekonomi rakyat (koperasi)
43 Terdapat usaha kedai makanan, restoran, hotel dan
penginapan
20
Keterbukaan Wilayah
44 Terdapat moda transportasi umum (Transportasi
Angkutan Umum, trayek reguler dan jam operasi
Angkutan Umum)
45 Jalan yang dapat dilalui oleh kendaraan bermotor
roda empat atau lebih (sepanjang tahun kecuali
musim hujan, kecuali saat tertentu)
46 Kualitas Jalan Desa (Jalan terluas di desa dengan
aspal, kerikil, dan tanah)
3
EKOLOGI
21
Kualitas Lingkungan
47 Ada atau tidak adanya pencemaran air, tanah dan
udara
48 Terdapat sungai yg terkena limbah
22
Potensi/Rawan Bencana Alam
49 Pencemaran air, tanah dan udara
50 kejadian Bencana Alam (banjir, tanah longsong,
kebakaran hutan)
51 Upaya/Tindakan terhadap potensi bencana alam
(Tanggap bencana, jalur evakuasi, peringatan dini
dan ketersediaan peralatan penanganan bencana)
52 Upaya Antisipasi, Mitigasi bencana alam yg ada di
INDEKS
DESA
MEMBANGUN
PER
KABUPATEN/KOTA,
2015
PROVINSI
KD
KAB
KABUPATEN/KOTA
IKL
IKE
IKS
IDM
ACEH
11001 SIMEULUE
0,7551
0,4032
0,5495
0,5693
11002 ACEH SINGKIL
0,6261
0,3902
0,5918
0,5360
11003 ACEH SELATAN
0,6072
0,4354
0,5411
0,5279
11004 ACEH TENGGARA
0,6381
0,4683
0,5492
0,5519
11005 ACEH TIMUR
0,6281
0,4244
0,5859
0,5461
11006 ACEH TENGAH
0,6362
0,4135
0,5902
0,5466
11007 ACEH BARAT
0,6453
0,3850
0,5321
0,5208
11008 ACEH BESAR
0,6927
0,4259
0,5772
0,5653
11009 PIDIE
0,6551
0,4544
0,5489
0,5528
11010 BIREUEN
0,6442
0,4252
0,5832
0,5509
11011 ACEH UTARA
0,6507
0,3959
0,5466
0,5311
11012 ACEH BARAT DAYA
0,5943
0,4549
0,5996
0,5496
11013 GAYO LUES
0,6225
0,4498
0,5648
0,5457
11014 ACEH TAMIANG
0,6610
0,4128
0,6160
0,5633
11015 NAGAN RAYA
0,6393
0,4028
0,5618
0,5347
11016 ACEH JAYA
0,6736
0,4102
0,5566
0,5468
11017 BENER MERIAH
0,6698
0,3840
0,5970
0,5503
11018 PIDIE JAYA
0,6405
0,4875
0,5984
0,5755
11071 BANDA ACEH
0,7741
0,6219
0,7582
0,7181
11072 SABANG
0,7259
0,5323
0,7243
0,6609
11073 LANGSA
0,6556
0,5656
0,6966
0,6393
11074 LHOKSEUMAWE
0,6824
0,5341
0,6714
0,6293
11075 SUBULUSSALAM
0,6220
0,3981
0,5931
0,5377
SUMATERA UTARA
12001 NIAS
0,6682
0,3243
0,4938
0,4955
12002 MANDAILING NATAL
0,6037
0,4447
0,5138
0,5207
12003 TAPANULI SELATAN
0,5934
0,4501
0,5428
0,5288
12004 TAPANULI TENGAH
0,6263
0,4283
0,5737
0,5428
12005 TAPANULI UTARA
0,6979
0,4817
0,5570
0,5789
12006 TOBA SAMOSIR
0,6291
0,4416
0,5699
0,5469
12007 LABUHAN BATU
0,5431
0,4562
0,6415
0,5469
12008 ASAHAN
0,6275
0,4349
0,6426
0,5683
12009 SIMALUNGUN
0,6354
0,4590
0,6138
0,5694
12010 DAIRI
0,6273
0,4717
0,5775
0,5589
12011 KARO
0,6578
0,4973
0,5759
0,5770
12012 DELI SERDANG
0,6279
0,4912
0,6353
0,5848
12013 LANGKAT
0,6275
0,4477
0,6324
0,5692
12014 NIAS SELATAN
0,6539
0,2802
0,4445
0,4595
12015 HUMBANG HASUNDUTAN
0,6545
0,4879
0,5865
0,5763
12016 PAKPAK BHARAT
0,6500
0,4262
0,6044
0,5602
12017 SAMOSIR
0,6396
0,4328
0,5692
0,5472
12018 SERDANG BEDAGAI
0,6436
0,4433
0,6526
0,5798
12019 BATU BARA
0,6397
0,5102
0,6353
0,5951
12020 PADANG LAWAS UTARA
0,6017
0,3722
0,4609
0,4783
12021 PADANG LAWAS
0,5945
0,4482
0,5086
0,5171
12022 LABUHAN BATU SELATAN
0,5821
0,5066
0,6539
0,5808
12023 LABUHAN BATU UTARA
0,6374
0,4538
0,6528
0,5814
12024 NIAS UTARA
0,6149
0,3231
0,5241
0,4874
12025 NIAS BARAT
0,6438
0,3174
0,5309
0,4974
12077 PADANGSIDIMPUAN
0,6254
0,4967
0,5927
0,5716
12078 GUNUNGSITOLI
0,6122
0,3693
0,5550
0,5122
SUMATERA BARAT
13001 KEPULAUAN MENTAWAI
0,7969
0,3338
0,5532
0,5613
13002 PESISIR SELATAN
0,6663
0,5083
0,6110
0,5952
PROVINSI
KD
KAB
KABUPATEN/KOTA
IKL
IKE
IKS
IDM
13004 SIJUNJUNG
0,5817
0,5208
0,6505
0,5843
13005 TANAH DATAR
0,7076
0,6349
0,6929
0,6785
13006 PADANG PARIAMAN
0,6722
0,6243
0,6970
0,6645
13007 AGAM
0,6439
0,6258
0,6821
0,6506
13008 LIMA PULUH KOTA
0,5814
0,5933
0,6629
0,6125
13009 PASAMAN
0,5441
0,5936
0,6731
0,6036
13010 SOLOK SELATAN
0,5966
0,4982
0,6507
0,5818
13011 DHARMASRAYA
0,5513
0,5265
0,6775
0,5851
13012 PASAMAN BARAT
0,6000
0,7262
0,7822
0,7028
13073 SAWAH LUNTO
0,5531
0,5898
0,6690
0,6040
13077 PARIAMAN
0,7879
0,5703
0,6930
0,6837
RIAU
14001 KUANTAN SINGINGI
0,5205
0,4432
0,5808
0,5148
14002 INDRAGIRI HULU
0,5753
0,4090
0,5974
0,5272
14003 INDRAGIRI HILIR
0,5980
0,4096
0,5575
0,5217
14004 PELALAWAN
0,6103
0,4037
0,5760
0,5300
14005 S I A K
0,6109
0,4095
0,6622
0,5609
14006 KAMPAR
0,5868
0,4490
0,5978
0,5445
14007 ROKAN HULU
0,5710
0,4825
0,6476
0,5670
14008 BENGKALIS
0,5549
0,4165
0,6226
0,5313
14009 ROKAN HILIR
0,5581
0,4505
0,6163
0,5416
14010 KEPULAUAN MERANTI
0,5813
0,3200
0,5788
0,4933
JAMBI
15001 KERINCI
0,6138
0,5019
0,5995
0,5717
15002 MERANGIN
0,6153
0,4416
0,5704
0,5424
15003 SAROLANGUN
0,6143
0,4296
0,6003
0,5481
15004 BATANG HARI
0,5960
0,4127
0,6217
0,5435
15005 MUARO JAMBI
0,5929
0,4298
0,6473
0,5567
15006 TANJUNG JABUNG TIMUR
0,6557
0,4203
0,6149
0,5637
15007 TANJUNG JABUNG BARAT
0,6175
0,4376
0,5909
0,5487
15008 TEBO
0,5607
0,4620
0,6296
0,5508
15009 BUNGO
0,6019
0,4882
0,5983
0,5628
15072 SUNGAI PENUH
0,6092
0,5466
0,6595
0,6051
SUMATERA SELATAN
16001 OGAN KOMERING ULU
0,6396
0,4408
0,5955
0,5586
16002 OGAN KOMERING ILIR
0,6367
0,4543
0,5880
0,5597
16003 MUARA ENIM
0,6444
0,4604
0,6142
0,5730
16004 LAHAT
0,6331
0,4661
0,5434
0,5476
16005 MUSI RAWAS
0,6577
0,4703
0,5985
0,5755
16006 MUSI BANYUASIN
0,6493
0,4332
0,6140
0,5655
16007 BANYU ASIN
0,6414
0,4113
0,5725
0,5418
16008 OGAN KOMERING ULU SELATAN
0,6460
0,4341
0,5585
0,5462
16009 OGAN KOMERING ULU TIMUR
0,6323
0,4211
0,6412
0,5649
16010 OGAN ILIR
0,6320
0,4764
0,5989
0,5691
16011 EMPAT LAWANG
0,6358
0,4760
0,5441
0,5520
16012 PENUKAL ABAB LEMATANG ILIR
0,6441
0,4331
0,5788
0,5520
16013 MUSI RAWAS UTARA
0,6171
0,4711
0,5489
0,5457
16072 PRABUMULIH
0,6333
0,4357
0,6168
0,5619
BENGKULU
17001 BENGKULU SELATAN
0,6709
0,4859
0,6015
0,5861
17002 REJANG LEBONG
0,6568
0,4825
0,5958
0,5784
17003 BENGKULU UTARA
0,6727
0,4103
0,5917
0,5582
17004 KAUR
0,6826
0,4540
0,5675
0,5681
17005 SELUMA
0,6524
0,3948
0,5637
0,5370
17006 MUKOMUKO
0,6910
0,4326
0,6224
0,5820
17007 LEBONG
0,6294
0,4595
0,5458
0,5449
17008 KEPAHIANG
0,6622
0,4917
0,6310
0,5950
PROVINSI
KD
KAB
KABUPATEN/KOTA
IKL
IKE
IKS
IDM
LAMPUNG
18001 LAMPUNG BARAT
0,6489
0,4018
0,6024
0,5510
18002 TANGGAMUS
0,6332
0,4458
0,6064
0,5618
18003 LAMPUNG SELATAN
0,6990
0,4944
0,6604
0,6179
18004 LAMPUNG TIMUR
0,6454
0,4875
0,6878
0,6069
18005 LAMPUNG TENGAH
0,6304
0,5209
0,6745
0,6086
18006 LAMPUNG UTARA
0,6431
0,4263
0,6098
0,5598
18007 WAY KANAN
0,6710
0,4482
0,6430
0,5874
18008 TULANGBAWANG
0,6345
0,4296
0,6382
0,5674
18009 PESAWARAN
0,6606
0,4531
0,6362
0,5833
18010 PRINGSEWU
0,6519
0,5008
0,6708
0,6078
18011 MESUJI
0,6749
0,4054
0,6170
0,5658
18012 TULANG BAWANG BARAT
0,6624
0,4226
0,6527
0,5792
18013 PESISIR BARAT
0,7276
0,4146
0,5715
0,5712
KEP. BANGKA BELITUNG
19001 BANGKA
0,5699
0,5204
0,6689
0,5864
19002 BELITUNG
0,6127
0,5181
0,6640
0,5983
19003 BANGKA BARAT
0,6044
0,5002
0,6509
0,5852
19004 BANGKA TENGAH
0,6179
0,5269
0,6733
0,6060
19005 BANGKA SELATAN
0,6067
0,4987
0,6238
0,5764
19006 BELITUNG TIMUR
0,6462
0,5274
0,6702
0,6146
KEPULAUAN RIAU
21001 KARIMUN
0,6492
0,3867
0,6100
0,5486
21002 BINTAN
0,6667
0,4437
0,6895
0,6000
21003 NATUNA
0,6587
0,3930
0,6020
0,5512
21004 LINGGA
0,6373
0,4385
0,6122
0,5627
21005 KEPULAUAN ANAMBAS
0,6500
0,3888
0,5907
0,5432
JAWA BARAT
32001 BOGOR
0,5952
0,6057
0,6993
0,6334
32002 SUKABUMI
0,6346
0,5807
0,6819
0,6324
32003 CIANJUR
0,6431
0,5579
0,6723
0,6244
32004 BANDUNG
0,5874
0,6398
0,7516
0,6596
32005 GARUT
0,6732
0,5861
0,6734
0,6442
32006 TASIKMALAYA
0,6539
0,5915
0,6684
0,6380
32007 CIAMIS
0,6912
0,5998
0,6997
0,6636
32008 KUNINGAN
0,6748
0,5489
0,6808
0,6348
32009 CIREBON
0,6270
0,5795
0,7203
0,6423
32010 MAJALENGKA
0,6586
0,5815
0,6914
0,6438
32011 SUMEDANG
0,6326
0,5792
0,7007
0,6375
32012 INDRAMAYU
0,6513
0,5749
0,6849
0,6371
32013 SUBANG
0,6563
0,5579
0,6992
0,6378
32014 PURWAKARTA
0,6364
0,5722
0,6756
0,6281
32015 KARAWANG
0,6382
0,5136
0,6920
0,6146
32016 BEKASI
0,6136
0,6154
0,6957
0,6416
32017 BANDUNG BARAT
0,6453
0,5826
0,7096
0,6458
32018 PANGANDARAN
0,6846
0,5827
0,6708
0,6460
32079 BANJAR
0,6917
0,6353
0,7941
0,7070
JAWA TENGAH
33001 CILACAP
0,7234
0,5840
0,7031
0,6702
33002 BANYUMAS
0,6837
0,6031
0,7162
0,6677
33003 PURBALINGGA
0,6375
0,5992
0,6817
0,6394
33004 BANJARNEGARA
0,6559
0,5740
0,6371
0,6223
33005 KEBUMEN
0,6682
0,5238
0,6553
0,6157
33006 PURWOREJO
0,6896
0,4995
0,6270
0,6054
33007 WONOSOBO
0,6613
0,5675
0,6476
0,6255
33008 MAGELANG
0,7164
0,5517
0,6518
0,6400
33009 BOYOLALI
0,6731
0,5777
0,6615
0,6374
33010 KLATEN
0,7277
0,5147
0,7059
0,6494
PROVINSI
KD
KAB
KABUPATEN/KOTA
IKL
IKE
IKS
IDM
33012 WONOGIRI
0,7028
0,5468
0,6651
0,6382
33013 KARANGANYAR
0,6453
0,5657
0,6881
0,6330
33014 SRAGEN
0,6864
0,5944
0,7015
0,6608
33015 GROBOGAN
0,6513
0,5224
0,6668
0,6135
33016 BLORA
0,6920
0,4839
0,6213
0,5991
33017 REMBANG
0,6685
0,5266
0,6219
0,6057
33018 PATI
0,6379
0,5196
0,6534
0,6036
33019 KUDUS
0,6314
0,6115
0,7500
0,6643
33020 JEPARA
0,6696
0,5861
0,7016
0,6524
33021 DEMAK
0,6606
0,5344
0,6607
0,6186
33022 SEMARANG
0,6455
0,5889
0,7041
0,6462
33023 TEMANGGUNG
0,6602
0,5507
0,6522
0,6210
33024 KENDAL
0,6491
0,5592
0,6868
0,6317
33025 BATANG
0,6427
0,5463
0,6616
0,6169
33026 PEKALONGAN
0,6169
0,5322
0,6616
0,6036
33027 PEMALANG
0,6547
0,5678
0,6572
0,6266
33028 TEGAL
0,6410
0,5601
0,6788
0,6266
33029 BREBES
0,6425
0,5724
0,6862
0,6337
D I YOGYAKARTA
34001 KULON PROGO
0,6061
0,6003
0,7222
0,6429
34002 BANTUL
0,8151
0,7021
0,7677
0,7617
34003 GUNUNG KIDUL
0,6875
0,5942
0,7097
0,6638
34004 SLEMAN
0,7287
0,6638
0,8177
0,7367
JAWA TIMUR
35001 PACITAN
0,7112
0,6100
0,6743
0,6652
35002 PONOROGO
0,6463
0,5568
0,6661
0,6231
35003 TRENGGALEK
0,6526
0,5828
0,6776
0,6377
35004 TULUNGAGUNG
0,6802
0,5383
0,7120
0,6435
35005 BLITAR
0,6979
0,5445
0,6998
0,6474
35006 KEDIRI
0,6626
0,5473
0,6886
0,6328
35007 MALANG
0,6658
0,6033
0,7245
0,6645
35008 LUMAJANG
0,6737
0,5205
0,7168
0,6370
35009 JEMBER
0,6979
0,5759
0,7223
0,6654
35010 BANYUWANGI
0,6991
0,6105
0,7759
0,6952
35011 BONDOWOSO
0,6644
0,5459
0,6739
0,6281
35012 SITUBONDO
0,6273
0,5348
0,6958
0,6193
35013 PROBOLINGGO
0,6466
0,5631
0,6813
0,6303
35014 PASURUAN
0,6448
0,5562
0,6865
0,6292
35015 SIDOARJO
0,6110
0,5651
0,7479
0,6413
35016 MOJOKERTO
0,6493
0,5373
0,7101
0,6322
35017 JOMBANG
0,6691
0,5588
0,7049
0,6443
35018 NGANJUK
0,6520
0,5452
0,6849
0,6274
35019 MADIUN
0,6929
0,5907
0,7270
0,6702
35020 MAGETAN
0,6554
0,6017
0,7033
0,6535
35021 NGAWI
0,6638
0,5161
0,6829
0,6210
35022 BOJONEGORO
0,6784
0,5577
0,6852
0,6405
35023 TUBAN
0,6727
0,5046
0,6550
0,6108
35024 LAMONGAN
0,6495
0,5044
0,6667
0,6068
35025 GRESIK
0,6275
0,5251
0,7099
0,6208
35026 BANGKALAN
0,6623
0,5392
0,5946
0,5987
35027 SAMPANG
0,6448
0,5681
0,6698
0,6276
35028 PAMEKASAN
0,6472
0,5295
0,6642
0,6136
35029 SUMENEP
0,6610
0,5309
0,6244
0,6054
35079 BATU
0,6491
0,7122
0,7964
0,7192
BANTEN
36001 PANDEGLANG
0,6305
0,4698
0,6139
0,5714
PROVINSI
KD
KAB
KABUPATEN/KOTA
IKL
IKE
IKS
IDM
36003 TANGERANG
0,6003
0,5332
0,6980
0,6105
36004 SERANG
0,6288
0,4891
0,6404
0,5861
BALI
51001 JEMBRANA
0,7187
0,5736
0,6577
0,6500
51002 TABANAN
0,8286
0,6264
0,6871
0,7140
51003 BADUNG
0,8174
0,6502
0,7509
0,7395
51004 GIANYAR
0,8385
0,6452
0,7519
0,7452
51005 KLUNGKUNG
0,8403
0,6066
0,6632
0,7034
51006 BANGLI
0,7843
0,4775
0,5844
0,6154
51007 KARANG ASEM
0,8302
0,6577
0,6718
0,7199
51008 BULELENG
0,6450
0,6000
0,6725
0,6392
51071 DENPASAR
0,6914
0,7543
0,7506
0,7321
NUSA TENGGARA BARAT
52001 LOMBOK BARAT
0,6392
0,5755
0,6910
0,6352
52002 LOMBOK TENGAH
0,6451
0,5718
0,6887
0,6352
52003 LOMBOK TIMUR
0,6519
0,5490
0,6775
0,6261
52004 SUMBAWA
0,6510
0,5246
0,6799
0,6185
52005 DOMPU
0,6269
0,5503
0,6421
0,6064
52006 BIMA
0,6293
0,4951
0,6384
0,5876
52007 SUMBAWA BARAT
0,6363
0,4730
0,6749
0,5947
52008 LOMBOK UTARA
0,7273
0,5761
0,7108
0,6714
NUSA TENGGARA TIMUR
53001 SUMBA BARAT
0,6571
0,4623
0,5660
0,5618
53002 SUMBA TIMUR
0,6448
0,4092
0,5157
0,5232
53003 KUPANG
0,6538
0,4086
0,5777
0,5467
53004 TIMOR TENGAH SELATAN
0,6424
0,4310
0,5457
0,5397
53005 TIMOR TENGAH UTARA
0,6604
0,4300
0,5614
0,5506
53006 BELU
0,6029
0,4309
0,5488
0,5275
53007 ALOR
0,6397
0,3849
0,5187
0,5144
53008 LEMBATA
0,6815
0,4778
0,5392
0,5662
53009 FLORES TIMUR
0,6763
0,4657
0,5436
0,5619
53010 SIKKA
0,6585
0,4592
0,5678
0,5618
53011 ENDE
0,6575
0,4157
0,5213
0,5315
53012 NGADA
0,6370
0,4624
0,5544
0,5513
53013 MANGGARAI
0,6368
0,4576
0,5134
0,5359
53014 ROTE NDAO
0,6642
0,4328
0,5418
0,5463
53015 MANGGARAI BARAT
0,6407
0,3892
0,4903
0,5067
53016 SUMBA TENGAH
0,6574
0,4064
0,5745
0,5461
53017 SUMBA BARAT DAYA
0,6620
0,3638
0,5171
0,5143
53018 NAGEKEO
0,6385
0,4039
0,5433
0,5286
53019 MANGGARAI TIMUR
0,6515
0,3766
0,4797
0,5026
53020 SABU RAIJUA
0,6586
0,3402
0,5707
0,5232
53021 MALAKA
0,6614
0,4313
0,5730
0,5552
KALIMANTAN BARAT
61001 SAMBAS
0,6186
0,4748
0,6288
0,5741
61002 BENGKAYANG
0,5923
0,4105
0,5512
0,5180
61003 LANDAK
0,6120
0,3699
0,5324
0,5048
61004 PONTIANAK
0,6356
0,4914
0,6705
0,5991
61005 SANGGAU
0,5910
0,3940
0,5666
0,5172
61006 KETAPANG
0,5981
0,3216
0,5268
0,4821
61007 SINTANG
0,6106
0,2741
0,4692
0,4513
61008 KAPUAS HULU
0,5954
0,3296
0,4946
0,4732
61009 SEKADAU
0,6084
0,3329
0,5715
0,5043
61010 MELAWI
0,5779
0,2987
0,5040
0,4602
61011 KAYONG UTARA
0,6589
0,4251
0,6664
0,5835
61012 KUBU RAYA
0,6205
0,4295
0,6050
0,5517
KALIMANTAN TENGAH
62001 KOTAWARINGIN BARAT
0,6634
0,4121
0,6320
0,5691
PROVINSI
KD
KAB
KABUPATEN/KOTA
IKL
IKE
IKS
IDM
62003 KAPUAS
0,6193
0,3479
0,5218
0,4963
62004 BARITO SELATAN
0,6132
0,3677
0,5840
0,5216
62005 BARITO UTARA
0,6330
0,3385
0,5292
0,5002
62006 SUKAMARA
0,6138
0,4356
0,6438
0,5644
62007 LAMANDAU
0,6108
0,3347
0,5626
0,5027
62008 SERUYAN
0,5973
0,3376
0,5128
0,4825
62009 KATINGAN
0,5303
0,3272
0,5219
0,4598
62010 PULANG PISAU
0,5733
0,4208
0,5687
0,5209
62011 GUNUNG MAS
0,6081
0,3242
0,4935
0,4753
62012 BARITO TIMUR
0,5967
0,3810
0,5888
0,5221
62013 MURUNG RAYA
0,5820
0,2928
0,5158
0,4635
KALIMANTAN SELATAN
63001 TANAH LAUT
0,5944
0,4590
0,6589
0,5707
63002 KOTA BARU
0,6370
0,4152
0,5674
0,5399
63003 BANJAR
0,6067
0,4672
0,5963
0,5567
63004 BARITO KUALA
0,6393
0,4384
0,5951
0,5576
63005 TAPIN
0,5884
0,4362
0,5973
0,5406
63006 HULU SUNGAI SELATAN
0,6458
0,4830
0,5975
0,5755
63007 HULU SUNGAI TENGAH
0,6327
0,4554
0,5903
0,5595
63008 HULU SUNGAI UTARA
0,5903
0,4635
0,5797
0,5445
63009 TABALONG
0,6160
0,4579
0,6183
0,5641
63010 TANAH BUMBU
0,6366
0,4651
0,6592
0,5870
63011 BALANGAN
0,5788
0,4439
0,6017
0,5415
KALIMANTAN TIMUR
64001 PASER
0,6086
0,4033
0,5986
0,5368
64002 KUTAI BARAT
0,6382
0,3402
0,5269
0,5018
64003 KUTAI KARTANEGARA
0,5907
0,4145
0,5958
0,5337
64004 KUTAI TIMUR
0,6239
0,3877
0,5931
0,5349
64005 BERAU
0,6247
0,3494
0,5648
0,5130
64009 PENAJAM PASER UTARA
0,6333
0,5000
0,6803
0,6045
64011 MAHAKAM HULU
0,7040
0,2929
0,4938
0,4969
KALIMANTAN UTARA
65001 MALINAU
0,6208
0,2931
0,4957
0,4699
65002 BULUNGAN
0,6162
0,3808
0,5890
0,5287
65003 TANA TIDUNG
0,6529
0,3981
0,5570
0,5360
65004 NUNUKAN
0,6437
0,2592
0,4389
0,4473
SULAWESI UTARA
71001 BOLAANG MONGONDOW
0,6338
0,4970
0,5884
0,5731
71002 MINAHASA
0,6570
0,5124
0,6049
0,5914
71003 KEPULAUAN SANGIHE
0,6929
0,4510
0,5528
0,5655
71004 KEPULAUAN TALAUD
0,7296
0,4217
0,5532
0,5682
71005 MINAHASA SELATAN
0,6495
0,5051
0,5857
0,5801
71006 MINAHASA UTARA
0,6549
0,4830
0,6467
0,5949
71007 BOLAANG MONGONDOW UTARA
0,6604
0,4768
0,6082
0,5818
71008 SIAU TAGULANDANG BIARO
0,7486
0,4679
0,5435
0,5867
71009 MINAHASA TENGGARA
0,6978
0,4980
0,6004
0,5987
71010 BOLAANG MONGONDOW SELATAN
0,6387
0,4688
0,5407
0,5494
71011 BOLAANG MONGONDOW TIMUR
0,6933
0,5009
0,6035
0,5993
71074 KOTAMOBAGU
0,6489
0,5401
0,7260
0,6383
SULAWESI TENGAH
72001 BANGGAI KEPULAUAN
0,6544
0,4702
0,5781
0,5676
72002 BANGGAI
0,6511
0,4734
0,5957
0,5734
72003 MOROWALI
0,6418
0,4148
0,5889
0,5485
72004 POSO
0,6371
0,4493
0,6361
0,5741
72005 DONGGALA
0,6110
0,4842
0,5907
0,5619
72006 TOLI-TOLI
0,6122
0,4921
0,6291
0,5778
72007 BUOL
0,6574
0,4555
0,6017
0,5715
72008 PARIGI MOUTONG
0,6079
0,5089
0,6354
0,5841
PROVINSI
KD
KAB
KABUPATEN/KOTA
IKL
IKE
IKS
IDM
72010 SIGI
0,6788
0,4375
0,5871
0,5678
72011 BANGGAI LAUT
0,6487
0,4215
0,5715
0,5472
72012 MOROWALI UTARA
0,6202
0,4080
0,5970
0,5417
SULAWESI SELATAN
73001 KEPULAUAN SELAYAR
0,6626
0,4174
0,5524
0,5441
73002 BULUKUMBA
0,6294
0,5417
0,6181
0,5964
73003 BANTAENG
0,6449
0,5490
0,6696
0,6212
73004 JENEPONTO
0,6439
0,5523
0,6139
0,6034
73005 TAKALAR
0,6439
0,5175
0,6344
0,5986
73006 GOWA
0,6584
0,5463
0,6668
0,6238
73007 SINJAI
0,6498
0,5541
0,6479
0,6173
73008 MAROS
0,6158
0,5217
0,6291
0,5889
73009 PANGKAJENE DAN KEPULAUAN
0,6605
0,4051
0,6269
0,5641
73010 BARRU
0,6195
0,5511
0,6565
0,6090
73011 BONE
0,6382
0,4849
0,5917
0,5716
73012 SOPPENG
0,6286
0,5601
0,6543
0,6143
73013 WAJO
0,6286
0,5296
0,6290
0,5957
73014 SIDENRENG RAPPANG
0,6627
0,5104
0,6859
0,6197
73015 PINRANG
0,6396
0,5146
0,6129
0,5890
73016 ENREKANG
0,6399
0,4629
0,5857
0,5628
73017 LUWU
0,6200
0,4473
0,5944
0,5539
73018 TANA TORAJA
0,6442
0,3857
0,5914
0,5405
73022 LUWU UTARA
0,6402
0,4787
0,6082
0,5757
73025 LUWU TIMUR
0,6392
0,5280
0,6516
0,6063
73026 TORAJA UTARA
0,6577
0,4343
0,5522
0,5480
SULAWESI TENGGARA
74001 BUTON
0,6654
0,4609
0,5423
0,5562
74002 MUNA
0,6614
0,4723
0,5571
0,5636
74003 KONAWE
0,6263
0,4353
0,5842
0,5486
74004 KOLAKA
0,6405
0,4686
0,5825
0,5639
74005 KONAWE SELATAN
0,6264
0,4493
0,5674
0,5477
74006 BOMBANA
0,6368
0,4118
0,5172
0,5219
74007 WAKATOBI
0,6640
0,4408
0,5788
0,5612
74008 KOLAKA UTARA
0,6236
0,4605
0,5954
0,5598
74009 BUTON UTARA
0,6523
0,4406
0,5312
0,5414
74010 KONAWE UTARA
0,6333
0,4454
0,5268
0,5352
74011 KOLAKA TIMUR
0,6254
0,4294
0,5410
0,5319
74012 KONAWE KEPULAUAN
0,6583
0,3743
0,4894
0,5073
GORONTALO
75001 BOALEMO
0,6211
0,5218
0,6758
0,6062
75002 GORONTALO
0,6143
0,5380
0,6194
0,5906
75003 POHUWATO
0,6185
0,5405
0,6679
0,6090
75004 BONE BOLANGO
0,6100
0,5070
0,6043
0,5737
75005 GORONTALO UTARA
0,6450
0,4982
0,5653
0,5695
SULAWESI BARAT
76001 MAJENE
0,6849
0,4755
0,6070
0,5892
76002 POLEWALI MANDAR
0,6495
0,5124
0,6194
0,5938
76003 MAMASA
0,6087
0,3486
0,4949
0,4841
76004 MAMUJU
0,6189
0,4235
0,5722
0,5382
76005 MAMUJU UTARA
0,6011
0,4791
0,6122
0,5641
76006 MAMUJU TENGAH
0,6185
0,4536
0,6398
0,5707
MALUKU
81001 MALUKU TENGGARA BARAT
0,6991
0,3465
0,5431
0,5296
81002 MALUKU TENGGARA
0,6504
0,4182
0,5384
0,5357
81003 MALUKU TENGAH
0,6819
0,4491
0,5493
0,5601
81004 BURU
0,6065
0,4211
0,5562
0,5279
81005 KEPULAUAN ARU
0,6570
0,2071
0,4379
0,4340
81006 SERAM BAGIAN BARAT
0,6486
0,4106
0,5258
0,5283
PROVINSI
KD
KAB
KABUPATEN/KOTA
IKL