membangun pinggiran,
membangun nusantara
membangun pinggiran,
membangun nusantara
Kementerian Desa, pembangunan Desa tertinggal, Dan transmigrasiKementerian Desa, pembangunan Desa tertinggal, Dan transmigrasiP
residen Joko Widodo melalui kebijakan strategi nasional Nawacita mengutamakan pembangunan dari pinggiran dengan memperkuat daerah dan desa dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia. Kesiapan sumber daya manusia menjadi kunci utama dalam pembangunan desa, khususnya di desa di pinggiran Indonesia.Ini menjadi tantangan utama Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi
dalam menyukseskan program pembangunan desa. Apalagi 58,4 juta dari 125 juta angkatan kerja di Indonesia berada di desa.
11.296 unit PAUD, 3.133 unit polindes, 7.524 posyandu, 38.184 unit penahan tanah, 1.373 unit tambatan perahu, 16.295 unit air bersih, serta 37.368 unit MCK. Sepanjang 2016 dana desa yang telah dikucurkan pada 74.754 desa sebesar Rp 46,9 triliun, sedangkan pada tahun 2017 untuk 74.954 desa sebesar Rp 60 triliun.
Fungsi pengawasan dari dana desa dilaksanakan dengan membentuk Satuan Tugas Dana Desa dan Pendamping Desa. Langkah ini sebagai upaya melibatkan partisipasi aktif masyarakat desa, terutama terkait dengan adanya indikasi penyelewengan.
Kalau model ini sukses sebagai program nasional, desa akan memberikan kontribusi Rp.1 triliun terhadap produk domestik bruto. Sehingga dalam lima tahun ke depan akan mengurangi kemiskinan secara signifikan di semua desa.
Eko Putro Sandjojo
Menteri Desa, Pembangunan Desa Tertinggal, dan Transmigrasi
Kesiapan sDm Kunci pembangunan
Desa Dan Daerah tertinggal
K
ementerian Desa, PembangunanDaerah Tertinggal, dan Transmigrasi secara khusus mendapat tugas mengimplementasikan Nawacita ketiga, yakni membangun
Sinergi pembangunan diperlukan untuk mencapai tujuan mengentaskan 80 kabupaten daerah tertinggal hingga akhir 2019. Dalam konteks desa dan daerah tertinggal, perlu juga diketahui bahwa tujuan pembangunan
yang tertuang dalam RPJMN 2015-2019 juga mengamanatkan mentasnya 2.000 desa tertinggal menuju desa mandiri yang terkait erat dengan Nawacita ketiga.
Kegiatan ini dan rencana lanjutannya dapat memberikan gambaran atau profil investasi daerah perbatasan yang mencakup hulu ke hilir, proses produksi ke pemasaran.
Dengan keterlibatan semua stakeholder, Kementerian Desa optimis desa yang mandiri akan dapat terwujud.
Anwar Sanusi, PhD
Sekjen Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi
libatKan seluruh staKeholDer untuK
pembangunan Daerah perbatasan
Karena itu, Kementerian Desa pun mengusung empat program prioritas, yaitu Pengembangan Produk Unggulan Desa (Prudes) atau Produk Unggulan Kawasan Pedesaan (Prukades), pembangunan embung air desa guna membangun persediaan sumber air untuk pertanian, pembentukan Badan Usaha Milik Desa (BUMDes)/Badan Usaha Milik Desa Bersama (BUMDes Bersama) yang dapat meningkatkan sumber pendapatan desa, serta pembangunan sarana olahraga milik desa.
Dalam kegiatan ini, Kementerian Desa juga telah menggelontorkan dana desa pada 2016 dan telah menunjukkan keberhasilan yang cukup signifikan. Dana desa mampu membangun 66.884 kilometer jalan desa, 511,9 kilometer jembatan, 1.819 unit pasar desa, 14.034 unit sumur, 686 unit embung, 65.998 drainase, 12.596 unit irigasi,
Indonesia dari pinggiran. Daerah perbatasan
serta pulau kecil dan terluar dengan segala keterbatasannya merupakan sebuah bagian integral dari posisi geostrategis Indonesia dan akan terus ada selama republik ini berdiri. Wajib dijaga, dipelihara, dan dibangun secara sinkron oleh semua pemangku kepentingan.
Menyadari hal itu, Kementerian Desa melakukan berbagai inisiasi untuk membangun kesadaran kolektif dari para
stakeholder untuk bersama-sama membangun Indonesia dari kawasan perbatasan darat maupun laut.
Program pembangunan, baik langsung maupun tidak langsung, di daerah perbatasan tentu perlu diharmonisasi untuk mencapai tujuan pembangunan yang berbasiskan pendekatan kesejahteraan. Bentuk sinkronisasi dan harmonisasi pembangunan di wilayah perbatasan melalui forum bisnis yang direncanakan akan mengundang para
stakeholder terkait dengan pengembangan dan investasi di daerah perbatasan serta pulau kecil dan terluar
Kementerian Desa juga menggandeng beberapa universitas terkemuka, diantaranya Universitas Gadjah Mada, Institut Pertanian Bogor, Universitas Padjadjaran, dan Universitas Pembangunan Nasional, untuk membantu memformulasikan bentuk sinergi, potensi, dan investasi pembangunan di kawasan perbatasan serta pulau kecil dan terluar.
Kementerian Desa, pembangunan Desa tertinggal, Dan transmigrasi Kementerian Desa, pembangunan Desa tertinggal, Dan transmigrasi
P
engembangan daerah tertentumerupakan salah satu prioritas pembangunan nasional yang telah ditetapkan pemerintahan Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden Jusuf Kalla dalam menjabarkan Nawacita ketiga dalam rangka membangun Indonesia dari pinggiran melalui penguatan daerah dan desa dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi mempunyai tujuan melaksanakan pemerataan pembangunan dan menyejahterakan masyarakat di daerah rawan pangan, daerah perbatasan, daerah pascakonflik, daerah pulau kecil dan terluar, dan daerah rawan bencana. Dengan demikian, kesenjangan antarwilayah dapat dihapuskan sehingga mampu memperkuat persatuan dan kesatuan.
Dalam melaksanakan mandatnya, Kementerian Desa, khususnya Direktorat
Jenderal Pengembangan Daerah Tertentu (Ditjen PDTu), memfokuskan tugas pokok dan fungsinya pada perumusan dan pelaksanaan kebijakan, koordinasi, dan pengendalian pelaksanaan, serta peningkatan kapasitas pemerintah daerah dalam mengembangkan daerah tertentu.
Pendekatan percepatan pembangunan (development acceleration approach) difokuskan pada daerah perbatasan serta pulau-pulau kecil dan terluar. Sedangkan untuk daerah rawan pangan, rawan bencana, dan pascakonflik dilakukan melalui pendekatan pemberdayaan dan penguatan kapasitas penanganannya.
Drs Johozua M. Yoltuwu, MSi, MA Dirjen PDTu Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi
membangun Daerah pinggiran penguat
KerangKa negara Kesatuan
P
engembangan daerah tertentu merupakan salah satu prioritas pembangunan nasional yang telah ditetapkan pemerintahan Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden Jusuf Kalla dalam salah satu program Nawacita. Daerah tertentu merupakan daerah yang bernilai strategis sehingga perlu dibangun secara holistik dan terpadu melalui percepatan daerah perbatasan serta pulau-pulau kecil dan terluar.Direktorat Jenderal Pengembangan Daerah Tertentu (Ditjen PDTu) Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi dalam hal ini berfungsi merumuskan dan melaksanakan kebijakan di bidang pengembangan daerah perbatasan, pulau kecil dan terluar, serta penguatan dan pemberdayaan daerah rawan bencana, rawan pangan, dan pascakonflik secara mandiri dan berkelanjutan.
Melalui program ini, Ditjen PDTu mendorong setiap desa di seluruh Indonesia membangun keunggulan komparatif. Dengan demikian, perekonomian desa dapat ditingkatkan melalui peningkatan potensi masing-masing. Dengan keunggulan tersebut, setiap desa akan memiliki daya tawar tersendiri dan menjadi penunjang pembangunan perekonomian bangsa. Overview Program Prioritas Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi Yang Dikoordinasikan Ditjen PDTu Tahun 2017
1. Embung desa untuk ketahanan pangan 2. BUMDesa/BUMDesa Bersama untuk
kemandirian ekonomi desa
3. Prudes atau Prukades (OVOP) untuk produktivitas ekonomi desa
4. Sarana olahraga untuk daya saing desa Pengembangan Daerah Tertentu
1. Agriculture Estate: Pengembangan sektor ekonomi di wilayah pulau kecil dan terluar 2. Investasi Perbatasan: Mengembangkan
wilayah perbatasan dengan peningkatan nilai investasi
3. Tangguh Pangan, Tangguh Bencana, dan Tangguh Konflik
pengembangan Daerah tertentu
WujuD penjabaran naWacita
Daerah perbatasan dipilih untuk menciptakan kawasan beranda negara yang layak. Dalam hal ini, Ditjen PDTu berencana mengefektifkan pembangunan empat daerah perbatasan Indonesia. Keempat daerah itu adalah Kabupaten Nunukan, Kalimantan Utara; Kabupaten Pulau Morotai, Maluku Utara; Kabupaten Merauke, Papua; dan Kabupaten Belu, Nusa Tenggara Timur.
Pada 2017, sejalan dengan prioritas pemerintahan Jokowi-JK, Ditjen PDTu memfokuskan melaksanakan empat program
prioritas, yaitu Produk Unggulan Desa (Prudes) atau Produk Unggulan Kawasan Pedesaan (Prukades)/one village one product
(OVOP), penyediaan embung desa, pembentukan Badan Usaha Milik Desa (BUMDesa)/Badan Usaha Milik Desa Bersama (BUMDesa Bersama), dan penyediaan sarana olahraga desa.
Karena itu, keberadaan sumber daya manusia yang sejahtera menjadi sangat penting dan strategis. Setiap program unggulan pengembangan daerah tertentu difokuskan pada upaya percepatan pengembangan daerah tertentu, sekaligus memberikan kontribusi dalam mengupayakan percepatan pembangunan daerah tertinggal.
1
2
3
4
5
Pengembangan Daerah Tangguh Pangan (PDTP) Meningkatkan kapasitas pemerintah daerah dan masyarakat lokal yang memiliki ketangguhan menghadapi kerawanan pangan melalui kemandirian pengelolaan sumber daya lokal berdaya saing.program unggulan pengembangan Daerah tertentu
program prioritas Kementerian Desa Yang DiKoorDinasiKan Ditjen pDtu tahun 2017
Pengembangan Kawasan beranDa InDonesIa (PKbI) Mewujudkan save villages
di perbatasan Indonesia yang mengembangkan kemandirian desa-desa di wilayah perbatasan sehingga menjadi maju, sejahtera, dan tercukupi sarana dan prasarana dasar sehingga menjadi kawasan sabuk pengaman wilayah NKRI.
Pengembangan Daerah Tangguh bencana (PDTb)
Meningkatkan kapasitas pemerintah daerah dan masyarakat dalam menghadapi bencana, khususnya mengurangi risiko bencana secara mandiri dan berkelanjutan yang bertumpu pada kelembagaan, regulasi, SDM, ekonomi, dan infrastruktur.
Pengembangan Daerah Tangguh KonflIK (PDTK)
Meningkatkan kapasitas pemerintah daerah dan masyarakat yang tangguh dalam penanganan pascakonflik melalui pengurangan risiko konflik dan pembangunan perdamaian yang berkelanjutan.
Embung desa untuk ketahanan pangan berfungsi sebagai irigasi, perikanan darat, wisata desa/ rekreasi, cadangan air, mendukung industri desa. Rencananya, akan ada 30 ribu embung dan akan dibangun 4.384 unit embung di 61 kabupaten. BUMDesa/BUMDesa Bersama untuk kemandirian ekonomi desa akan dibangun di 61 kabupaten.
Prudes/Prukades (OVOP) untuk produktivitas ekonomi desa akan dibangun di 61 kabupaten. Pembangunan sarana olahraga desa untuk daya saing desa akan dibangun 292 unit di 61 kabupaten.
1
2
3
4
10%
sosial dasaraloKasi Dana
Desa 2017 rp.60
triliun
50%
bidang ekonomi40%
bidang insfrastrukturH
arapan Presiden Joko Widodo agar setiap desa menganggarkan pembangunan embung (waduk mini) sangat penting guna mewujudkan kedaulatan pangan desa di seluruh Tanah Air. Langkah konkret ditempuh Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi untuk membangun embung di setiap desa.Salah satu tujuan membangun embung agar meningkatkan produktivitas lahan pertanian desa. Embung diharapkan mampu menggandakan produksi pangan dari indeks pertanaman 1,4 kali menjadi 2-3 kali setahun.
Jumlah embung desa memang terus ditingkatkan. Tahun ini, diharapkan ada 30 ribu embung dibangun menggunakan dana desa. Anggaran Rp.20 triliun merupakan bagian dari Rp. 60 triliun dana desa pada 2017 untuk 74.954 desa. Setiap desa, menerima rata-rata Rp.800 juta. Alokasinya untuk membangun sebuah embung antara Rp.200-Rp.500 juta. Pembangunan embung diputuskan melalui musyawarah di setiap desa.
Ada sekitar empat juta hektar lahan tadah hujan yang kurang produktif akan mendapat
manfaat dari tambahan pembangunan embung/ waduk mini baru ini. Desa dengan lahan pertanian nonirigasi atau tadah hujan akan bisa dimanfaatkan sepanjang tahun. Embung merupakan penopang produksi pangan, baik padi, jagung, bawang, ketela pohon, kedelai, maupun komoditas pangan lain.
Kedaulatan pangan desa semakin mendesak bagi masyarakat. Embung berperan dalam kedaulatan pangan, terutama guna mengurangi faktor gangguan akibat kekeringan. Embung menjadi pilar dalam produksi pangan desa sehingga penduduk dekat dengan sumber makanan serta terhindar dari persoalan distribusi. Embung mendorong terciptanya swadaya pangan penduduk desa dan berperan strategis dalam menciptakan kedaulatan pangan perdesaan.
Pengembangan DaeraH TangguH Pangan
pembangunan embung
Demi KeDaulatan pangan
Petani kopi saat mengeringkan biji kopi di Desa sidomukti, Jimbaran, Kecamatan
bandungan,
Kabupaten semarang, Jawa Tengah.
Pengembangan Pulau KecIl berDaya (P2Kb)
Mengembangkan dan memberdayakan pulau kecil dan terluar yang memiliki daya ungkit bagi pulau-pulau di sekitarnya dengan berbasiskan pada pemanfaatan
potensi sumber daya lokal untuk kesejahteraan masyarakat pulau kecil dan terluar secara berkelanjutan.
Embung merupakan kolam/cekungan penampung air irigasi. Asal air yang ditampung bisa dari air limpasan (run off), air sungai atau hujan. Embung bisa dibangun di desa yang memiliki sungai atau tidak. Embung tak hanya berfungsi menampung air hujan atau sumber air lainnya, tapi juga mencegah banjir saat musim hujan dan mengatasi kekeringan saat kemarau.
Kementerian Desa, pembangunan Desa tertinggal, Dan transmigrasi Kementerian Desa, pembangunan Desa tertinggal, Dan transmigrasi
P
emerintahan Presiden Joko Widododan Wakil Presiden Jusuf Kalla memiliki visi membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerah-daerah serta desa dalam kerangka negara kesatuan. Komitmen tersebut sekaligus mencerminkan perhatian pemerintahan saat ini yang memprioritaskan pembangunan di daerah tertinggal, terdepan, juga terluar (3T). Daerah tertinggal, terdepan, dan terluar adalah wajah depan Indonesia yang harus diperbaiki serta didorong kemajuannya sebagai perwujudan bahwa negara hadir sekaligus melindungi segenap warga.
Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi merupakan salah satu kementerian yang mengambil peran dalam pembangunan di daerah 3T tersebut. Peran pembangunan di daerah tertinggal, daerah tertentu yang berada di posisi terdepan dan terluar dari Negara Kesatuan Republik Indonesia di perbatasan, dan pulau terluar, tersebut menggunakan pendekatan yang terdiri atas pendekatan keamanan (security approach), pendekatan kesejahteraan (prosperity approach), dan pendekatan investasi (investment approach).
Sejalan dengan itu, Direktorat Jenderal Pengembangan Daerah Tertentu Kementerian
Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi melalui pelaksanaan program unggulannya, menyasar pembangunan perbatasan dan pulau terluar. Hal itu demi mewujudkan daerah tersebut sebagai halaman depan yang berdaulat, berdaya saing, juga aman. Program ini dilancarkan supaya tersedia sarana dan prasarana dasar yang layak bagi masyarakat agar sejajar bahkan sama dengan negara tetangga. Selain itu, tersedia sumber daya manusia yang siap melayani serta melindungi kepentingan kedaulatan Indonesia. Derajat kesejahteraan masyarakat pun diharapkan meningkat. Desa juga diimpikan menjadi etalase untuk produk budaya dan kekayaan alam perbatasan serta pulau terluar.
Kementerian Desa telah menetapkan sasaran pengembangan daerah pinggiran melalui pembangunan sarana dan prasarana berskala desa serta kawasan perdesaan. Hal itu bertujuan meningkatkan kesejahteraan dan geliat perekonomian di tingkat desa serta masyarakat desa melalui beberapa menu bantuan untuk pemenuhan kebutuhan dasar masyarakat desa dalam meningkatkan kesejahteraannya sekaligus perekonomian di daerah pinggiran (perbatasan dan pulau terluar).
Pengembangan Kawasan beranDa InDonesIa
membangun KaWasan 3 t,
membangun beranDa inDonesia
P
Ini merupakan tantangan besar. Pasalnya saat ini dari 122 daerah tertinggal masih terdapat 95 kabupaten daerah rawan bencana, 58 kabupaten daerah rawan pangan dan 41 kabupaten daerah pascakonflik. Tingginya jumlah tersebut mendorong Ditjen PDTu memperkuat program Pengembangan Daerah Tangguh Bencana (PDTB).
Pengembangan daerah tangguh bencana ini diharapkan akan memberikan rasa aman dan sejahtera bagi masyarakat, khususnya di wilayah rawan bencana sesuai dengan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa yang mengamanatkan pemerintah meningkatkan kesejahteraan dan kualitas masyarakat desa.
Pengembangan DaeraH TangguH bencana (PDTb)
membangun Desa tangguh
Dan manDiri
Kecamatan Jagoi babang, bengkayang, berbatasan langsung dengan serawak,
malaysia. suasana Desa tanggap bencana nias bawomataluo.
eranan Direktorat Jenderal Pengembangan Daerah Tertentu pada Kementerian Desa,
Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi dalam
pengembangan daerah tertentu secara tegas difokuskan sebagai penjabaran dari Nawacita Ketiga dalam membangun Indonesia dari pinggiran. Salah satu prioritas dari program pengembangan ini adalah peningkatan ketangguhan daerah dalam menghadapi kerawanan secara mandiri dan berkelanjutan.
Program ini dilakuan secara bertahap dengan memanfaatkan dana desa untuk pembangunan infrastruktur yang dapat
mengurangi resiko bencana.Diantaranya
bantuan pengurangan risiko bencana longsor dan banjir melalui pembangunan bronjong dan talud serta peralatan early warning system
(EWS) untuk daerah rawan bencana.
Tentu langkah ini masih memiliki sejumlah kendala, di antaranya masih banyak daerah yang belum memiliki regulasi yang baik dalam menghadapi bencana, termasuk banjir dan jenis bencana lainnya. Dalam hal ini, Ditjen PDTu melakukan penguatan sumber daya manusia (SDM) di daerah melalui bimbingan teknis kebencanaan. Dengan ini daerah diharapkan memiliki pemahaman dan peka terhadap bencana sehingga dapat melayani dan melindungi wilayah ketika terjadi bencana.
s
etiap program unggulan pengembangan daerah tertentu difokuskan pada upaya percepatan pengembangan daerah tertentu sekaligus memberikan kontribusi dalam mengupayakan percepatan pembangunan daerah tertinggal, termasuk pengembangan pulau kecil berdaya untuk daerah pulau kecil dan terluar selama 2015-2019.Lewat pengembangan produk unggulan, diharapkan dapat dikembangkan alternatif
ekonomi desa dan kawasan perdesaan yang lebih berdaya saing dan berbasis pada produk unggulan desa (prudes) atau kawasan perdesaan (prukades).
Desa Lermatang di Kabupaten Maluku Tenggara Barat dijadikan Kementerian Desa sebagai model pengembangan aquaculture estate dengan komoditas rumput laut. Model ini juga diterapkan di desa-desa di daerah pulau kecil terluar lainnya, seperti di Kabupaten Pulau Morotai, Kabupaten Kepulauan Aru, serta Kabupaten Sabu Raijua (untuk komoditas garam). Ini adalah kabupaten prioritas penanganan terintegrasi dalam percepatan pembangunan daerah tertinggal dalam rencana kerja pemerintah 2017. Desa-desa ini adalah pilot model pengembangan aquaculture estate.
Pengembangan Pulau KecIl berDaya
percepatan pembangunan pulau-pulau
Kecil Dan terluar
I
ndonesia adalah negara yang sangat plural dan multikultural. Memiliki sekitar 17 ribu pulau dan berpenduduk sekitar 255 juta jiwa, membuat Indonesia sebagai negara besar yang memiliki banyak suku bangsa (etnis), ras, bahasa, budaya, agama, serta sebagainya. Sayangnya, keanekaragaman wilayah dan penduduk itu berpotensi konflik.Salah satu fokus Direktorat Jenderal Pengembangan Daerah Tertentu (Ditjen PDTu) Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi melakukan pendekatan pemberdayaan serta penguatan kapasitas penanganan daerah setelah konflik.
Di antaranya pembangkit listrik tenaga surya, prasarana dan sarana air bersih, prasarana dan sarana telekomunikasi
serta informasi, peningkatan konektivitas wilayah dalam bentuk jalan poros, dermaga atau tambatan perahu, juga bantuan kapal penumpang dan barang bagi daerah perbatasan serta pulau kecil dan terluar.
Selain itu, memberikan bantuan rehabilitasi pasar, pembangunan balai perdamaian untuk daerah setelah konflik, dan sarana olahraga. Setiap program difokuskan pada upaya percepatan pengembangan daerah tertentu sekaligus memberikan kontribusi dalam mengupayakan percepatan pembangunan daerah tertinggal.
Dalam mengimplementasikan setiap program prioritas tersebut, Kementerian Desa selalu melakukan koordinasi dan konsultasi dengan kementerian atau lembaga terkait sehingga harapan terwujudnya desa mandiri bukan sekadar ilusi, tapi menjadi kenyataan. Dengan peningkatan kesejahteraan masyarakat desa serta sarana berekspresi dan beraktualisasi tersedia, maka konflik bisa diredam. Semua itu berujung pada semakin kuat kesetiaan masyarakat kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Pengembangan DaeraH TangguH KonflIK
pembangunan Desa perKuat Kesetiaan
paDa negara
Pembangunan Desa soto’oe di Pulau nias. Pembanguan di daerah bekas konflik jalan di sigli, Pidie aceh.Tentu, pengembangan daerah tertentu hanya bisa terwujud apabila terbangun sinergi dan dukungan bersama dari semua pemangku kepentingan, baik pusat, daerah dan swasta. Daerah pulau kecil berdaya ini bernilai strategis dan perlu dibangun secara holistik serta terpadu sehingga ekonomi desa dan kawasan perdesaan lebih berdaya saing serta berbasis pada produk unggulan desa (prudes) atau kawasan perdesaan (prukades).
Dalam hal ini, diperlukan tata kelola yang peka konflik dengan memadukan kearifan demokrasi, menjunjung tinggi keadilan sosial dan ekonomi, juga mencegah rusaknya kohesi sosial. Karena itu, selain empat program
prioritas Kementerian Desa, Ditjen PDTu memusatkan perhatian lewat penyediaan sarana dan prasarana dasar.
Untuk itu, program unggulan pengembangan produk unggulan desa berupa prudes atau prukades (one village one product) tepat diterapkan di wilayah pulau kecil dan terluar. Selain itu, Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi tidak hanya mengawal proses pengembangan program unggulan desa (prudes) dan program unggulan kawasan pedesaan (prukades) secara koordinatif dengan pemerintah daerah, tapi juga dengan kementerian atau lembaga terkait, terutama Kementerian Kelautan dan Perikanan serta Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral melalui Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas), serta sektor swasta.