• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III RENCANA TATA RUANG WILAYAH SEBAGAI ARAHAN SPASIAL RPIJM - DOCRPIJM 07396a14f4 BAB IIIBab III RTRW

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB III RENCANA TATA RUANG WILAYAH SEBAGAI ARAHAN SPASIAL RPIJM - DOCRPIJM 07396a14f4 BAB IIIBab III RTRW"

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

BAB III

RENCANA TATA RUANG WILAYAH SEBAGAI ARAHAN SPASIAL RPIJM

3.1 RTRW Nasional

Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional PP 26/2008 yang selanjutnya disebut RTRWN adalah arahan kebijakan dan strategi pemanfaatan ruang wilayah nasional. Penataan ruang wilayah nasional bertujuan untuk mewujudkan:

1. ruang wilayah nasional yang aman, nyaman, produktif, dan berkelanjutan; 2. keharmonisan antara lingkungan alam dan lingkungan buatan;

3. keterpaduan perencanaan tata ruang wilayah nasional, provinsi, dan kabupaten/kota;

4. keterpaduan pemanfaatan ruang darat, ruang laut, dan ruang udara, termasuk ruang di dalam bumi dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia;

5. KL keterpaduan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah nasional, provinsi, dan kabupaten/kota dalam rangka pelindungan fungsi ruang dan pencegahan dampak negatif terhadap lingkungan akibat pemanfaatan ruang;

6. pemanfaatan sumber daya alam secara berkelanjutan bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat; 7. keseimbangan dan keserasian perkembangan antarwilayah;

8. keseimbangan dan keserasian kegiatan antarsektor; dan

9. pertahanan dan keamanan negara yang dinamis serta integrasi nasional.

Berdasarkan Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional, telah diatur Rencana Struktur Ruang Wilayah Nasional untuk beberapa kawasan/lokasi di wilayah Kabupaten Bangka Tengah yang dijelaskan berikut ini.

3.1.1 Rencana Sistem Perkotaan

Dengan pertimbangan kebijakan yang sudah diarahkan dari RTRW Nasional maupun RTRW Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, sistem perkotaan di kabupaten Bangka Tengah hingga tahun 2031 adalah sebagai berikut :

1. Kecamatan Koba dan Kecamatan Sungai Selan, merupakan Pusat Kegiatan Lokal (PKL);

(2)

3. Namang, Simpang Katis dan Tanjung Berikat yang didukung oleh kegiatan pertanian/perkebunan/peternakan, berkembang menjadi pusat agropolitan dan pelabuhan laut pengumpan akan berfungsi sebagai Pusat Pelayanan Kawasan (PPK)

4. Desa Keretak, Desa Kemingking dan Desa Lubuk Besar adalah desa-desa pusat pertumbuhan yang melayani kebutuhan sarana dan prasarana dasar desa-desa sekitarnya ditetapkan sebagai Pusat Pelayanan Lokal (PPL).

Sekalipun hingga tahun 2031, sistem perkotaan di Bangka Tengah diarahkan sesuai dengan RTRW Nasional (PP No. 26/2008), namun misi yang diemban dari RTRW Kabupaten Bangka Tengah hingga 2031 adalah mewujudkan penataan ruang Negeri Selawang Segantang yang berkelanjutan dan sejahtera dengan potensi serta komoditas unggulan berupa perkebunan, pertambangan, peternakan, pertanian, perikanan, pariwisata berbasis IPTEK dan IMTAQ yang berorientasi ekonomi masyarakat sejahtera sekaligus mendukung pelestarian lingkungan.

Tabel 3.1

Sistem perkotaan yang direncanakan untuk kabupaten Bangka Tengah sampai dengan tahun 2031 adalah sebagai berikut : 1. Pusat Kegiatan Lokal (PKL)

Pusat Kegiatan Lokal di Bangka Tengah adalah Kota Koba dan Kecamatan Sungaiselan yang mempunyai fungsi sebagai berikut : a. Pusat pengolahan/pengumpulan barang yang melayani kabupaten dan beberapa kecamatan tetangga;

(3)

c. Jasa pemerintahan kabupaten/kota; serta

d. Pusat pelayanan publiknya untuk kabupaten dan beberapa kecamatan di kabupaten tetangga.

Dalam RTRW, Koba ditetapkan sampai 2025 sebagai PKL. Posisi PKL ini ditargetkan dapat meningkatkan menjadi PKW, manakala kawasan strategis Tanjung Berikat telah berkembang di Kecamatan Lubuk Besar. Selain sebagai PKL, Koba yang mempunyai peran sebagai Ibukota Kabupaten Bangka Tengah juga menjadi pusat pemerintahan dan perdagangan (barang primer seperti kebutuhan harian) Kabupaten Bangka Tengah. Sekalipun demikian karena jarak antara Koba dan Pangkalpinang yang dapat ditempuh dalam waktu sekitar 1 (satu) jam, maka kota Pangkalpinang tetap menjadi preferensi sebagian besar masyarakat Kabupaten Bangka Tengah untuk berbelanja barang-barang sekunder/ tersier.

Sungaiselan, karena di kecamatan ini ada pelabuhan sungai dan menjadi pusat Kawasan Agropolitan maka perlu ditambahkan fasilitas lain yang mendukung fungsi tersebut, seperti misalnya : Pasar ternak atau komoditas pertanian, bank, pasar , terminal bongkar/muat barang dan lain-lain.

Fasilitas minimal yang harus tersedia di PKL adalah: 1) Perhubungan : terminal bis tipe C

2) Ekonomi : pasar induk kabupaten/kota dan bank; 3) Kesehatan : rumah sakit umum tipe C;

4) Pendidikan: SLTA

Selain fasilitas tersebut di atas, karena fungsi Koba sebagai pusat pemerintahan Kabupaten, maka perlu disediakan tambahan fasilitas yaitu:

1) Penyediaan Aula Gedung Serba Guna (convention hall) yang mempunyai skala pelayanan kabupaten untuk acara pemerintahan, upacara adat maupun rohani;

2) Pengembangan fasilitas-fasilitas hiburan dan pusat perbelanjaan (mall) yang mempunyai skala pelayanan kabupaten;

3) Penyediaan sarana olahraga, baik berupa Gedung Olah Raga (GOR) maupun lapangan olah raga yang memiliki skala pelayanan seluruh kabupaten;

4) Sebuah pasar umum yang memiliki skala pelayanan Kabupaten;

5) Terminal tipe C, sebagai simpul utama transportasi darat skala kabupaten.

2. Pusat Kegiatan Lokal Promosi (PKLp)

Kecamatan yang ditetapkan sebagai Pusat Kegiatan Lokal promosi adalah Kecamatan Pangkalan Baru, hal ini berkaitan dengan keberadaan kecamatan ini dengan Pusat Kegiatan Wilayah (PKW) Pangkalpinang dan keberadaan pelabuhan udara pengumpul skala tersier Depati Amir dan akan direncanakan menjadi bandara internasional. Fungsi pelayanan kegiatan minimal yang harus ada di Pusat Kegiatan Lokal promosi adalah sebagai berikut:

1) Pusat pengolahan/pengumpulan barang yang melayani beberapa kecamatan; 2) Simpul transportasi yang melayani beberapa kecamatan;

3) Jasa pemerintahan kecamatan; serta

(4)

Sarana minimal yang harus tersedia : 1) Perhubungan : terminal tipe C;

2) Ekonomi : pasar/pertokoan kecamatan 3) Kesehatan : puskesmas

4) Pendidikan : SLTP

Dengan dasar itu maka perlu dibangun tambahan sarana dan prasarana yang dapat menunjang bandara pengumpul skala tersier Depati Amir, contohnya hotel, rumah makan, dan jasa jasa penunjang lainnya;

3. Pusat Pelayanan Kawasan (PPK)

Pusat Pelayanan Kawasan (PPK) yang ditetapkan di Kabupaten Bangka Tengah adalah Namang, Simpang Katis dan Tanjung Berikat. Untuk Kecamatan Simpang Katis dan Namang merupakan kawasan yang didukung oleh kegiatan pertanian, perkebunan dan peternakan, sedangkan Tanjung Berikat adalah kawasan yang didukung oleh kegiatan perikanan dan kawasan strategis Tanjung Berikat.

Pusat Pelayanan Kawasan (PPK) mempunyai fungsi utamanya melayani masyarakat di kecamatannya. Fasilitas minimal yang harus ada: 1) Perhubungan : Terminal angkot;

2) Ekonomi : Pasar Kecamatan 3) Kesehatan : Puskesmas 4) Pendidikan : SLTP

Untuk PPK Tanjung Berikat karena merupakan kawasan yang dijadikan Kawasan Strategis Kabupaten, sehinga perlu dibangun sarana dan prasarana dalam mendukung kawasan strategis Tanjung Berikat sehingga meningkatkan kesejahteraan perekonomian masyarakat disekitarnya.

4. Pusat Pelayanan Lingkungan (PPL)

Pusat pelayanan lingkungan ini adalah desa-desa yang mampu menjadi pusat bagi desa-desa sekitarnya. Desa-desa yang menjadi PPL diantaranya adalah Desa Kemingking, Desa Keretak dan Desa Lubuk Besar.

3.1.2 Hierarki (Jenjang) Kawasan Perkotaan

Untuk mendukung Kabupaten perlu adanya kota yang bertindak sebagai pusat pelayanan berbagai jasa, pusat pengolahan, dan simpul transportasi yang disediakan oleh kota kepada penduduk atau pendatang dalam kemudahan pemenuhan kebutuhan berbagai kepentingan.

(5)

peruntukkan perdagangan dan jasa serta ditunjang oleh Bandara Depati Amir yang berfungsi sebagai bandara pengumpul skala tersier sehingga memberikan dampak positif dalam mendukung perekonomian Kabupaten Bangka Tengah. Luas kawasan perkotaan Koba ± 1.631,45 ha, kawasan perkotaan Sungaiselan ± 496, 46 ha dan kawasan perkotaan Pangkalanbaru ± 3.047,59 ha dengan rincian rencana Ruang Terbuka Hijau Koba ± 489,43 ha, rincian rencana Ruang Terbuka Hijau Sungaiselan ± 148,93 ha dan Pangkalanbaru ± 914,27 ha.

Berdasarkan Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional, telah diatur Klasifikasi Pola Ruang Wilayah Nasional untuk beberapa kawasan/lokasi di wilayah Kabupaten Bangka Tengah yang dijelaskan dalam tabel berikut ini.

Tabel 3.2. Klasifikasi Pola Ruang Kabupaten Bangka Tengah 2011 – 2031

NO ZONA DASAR NASIONAL

1 Kawasan Lindung 1.1 Kawasan Hutan Lindung 1.1.1

1.1.2

Kawasan Hutan Lindung Kawasan Konservasi

1.2 Kawasan yang memberikan perlindungan terhadap kawasan bawahannya 1.2.1 1.2.2

Kawasan resapan air

Kawasan Sempadan Sungai 1.3 Kawasan Suaka Alam, pelestarian alam dan cagar budaya 1.3.1 Kawasan Sempadan Sungai

1.4 Kawasan Rawan Bencana alam 1.4.1 Kawasan Rawan Bencana banjir, gelombang pasang dan tanah longsor

1.5 Kawasan Lindung Geologi 1.5.1 Kawasan rawan abrasi

2 Kawasan Peruntukan 2.1 Kawasan Peruntukkan Hutan Produksi 2.1.1 Kawasan Hutan Produksi Tetap

(6)

Gambar 3.1 Peta Pola Ruang Kabupaten Bangka Tengah Tahun 2011-2031

3.1.3 Kebijakan Kawasan Strategis Provinsi Bangka Belitung

Daerah Tanjung Berikat diarahkan menjadi Kawasan Strategis Kabupaten. Kawasan Strategis Kabupaten ini merupakan kawasan tertentu di mana diberlakukan ketentuan khusus di bidang kepabeanan, perpajakan, perijinan, keimigrasian dan ketenagakerjaan. kawasan khusus juga harus ditunjang dengan tersedianya infrastruktur yang handal dan Badan Pengelola yang profesional dengan standar internasional. Fasilitas penunjang lainnya, seperti perhotelan dan lapangan golf yang terpadu dengan kawasan industri, diciptakan agar para investor lebih leluasa berbisnis sambil berolahraga juga berwisata di kawasan tersebut.

(7)

3.2 Kawasan Strategis di Kabupaten Bangka Tengah

Kawasan strategis merupakan kawasan yang di dalamnya berlangsung kegiatan yang mempunyai pengaruh besar terhadap: 1. Tata ruang di wilayah sekitarnya;

2. Kegiatan lain di bidang yang sejenis dan kegiatan di bidang lainnya; dan/atau 3. Peningkatan kesejahteraan masyarakat.

Mengacu pada hal tersebut, maka di Kabupaten Bangka Tengah terdapat ditetapkan Kawasan Strategis Kabupaten (KSK) yaitu : a. Bidang Pertumbuhan Ekonomi

1. Kawasan Strategis Agropolitan Kecamatan Pangkalan Baru, terletak di Desa Jeruk dan Desa Benteng; 2. Kawasan Strategis Agropolitan Kecamatan Sungai Selan, terletak di Desa Sungai Selan dan Desa Lampur; 3. Kawasan Strategis Agropolitan Kecamatan Lubuk Besar, terletak di Desa Perlang, Kulur Ilir dan Kulur; 4. Kawasan Strategis Agropolitan Kecamatan Namang, terletak di Desa Namang, Jelitung, dan Celuak; 5. Kawasan Strategis Agropolitan Kecamatan Simpang Katis, terletak di Desa Terak, Teru, dan Pasir Garam; 6. Kawasan Strategis Agropolitan Kecamatan Koba;

7. Kawasan Strategis Perkotaan di Kecamatan Pangkalan Baru (yang berbatasan dengan Kota Pangkalpinang); dan 8. Kawasan Strategis Perkotaan Pangkalan Baru sebagai Pusat Kegiatan Lokal Promosi.

b. Bidang Fungsi dan Daya Dukung Lingkungan Hidup

Kawasan Strategis bidang fungsi dan daya dukung lingkungan hidup di Kabupaten Bangka Tengah adalah kawasan Konservasi Laut Daerah Gugus Pulau Panjang.

3.2.1 Kawasan Strategis Bidang Pertumbuhan Ekonomi 1) Kawasan Strategis Agropolitan

Berdasarkan surat Keputusan Bupati No.188.45/ 357/ VI/ 2004 Tentang Agro Pangkalan Baru [Desa Jeruk dan Benteng], Keputusan Bupati No. 184.45/ 109/ VIII/ 2006 Tentang Agro Sungai Selan [Desa.S.Selan dan Lampur], Keputusan Bupati Bangka Tengah no.184.45/488/Bappeda/2007 tentang Penetapan Kawasan Agro Kec. Lubuk Besar [Desa Perlang dan Kulur], serta Keputusan Bupati Bangka Tengah no.184.45/301/Bappeda/2008 tentang Penetapan Kawasan Agro Kec. Simpang Katis (Desa teru, desa pasir garam dan desa Terak), maka ditetapkan ada 4 (empat) kawasan agropolitan di kabupaten Bangka Tengah yaitu :

1. Kawasan agropolitan Desa Jeruk dan Desa Benteng di Kecamatan Pangkalan Baru; 2. Kawasan Agropolitan Desa Sungai Selan dan Desa Lampur di Kecamatan Sungai Selan;

(8)

Selain ke empat kawasan tersebut, akan ditetapkannya kawasan agropolitan lainnya, yaitu: 1. Kawasan Agropolitan Kecamatan Namang (Desa Namang, Jelitung, dan Celuak); 2. Kawasan Agropolitan Kecamatan koba.

Kawasan-kawasan agropolitan tersebut diusulkan untuk ditetapkan menjadi Kawasan Strategis Kabupaten, karena memenuhi kriteria : a. Memiliki potensi sebagai sentra produksi pertanian/perkebunan.

b. Pada jangka panjang, berpotensi untuk tumbuh dan berkembang menjadi pusat pelayanan baru.

Strategi pengembangan kawasan sentra produksi pangan (agropolitan) berorientasi pada kekuatan pasar (market driven), melalui pengembangan masyarakat yang tidak saja diarahkan pada upaya pengembangan usaha budidaya (on-farm) tetapi juga meliputi pengembangan agribisnis hulu (penyediaan sarana pertanian) dan agribisnis hilir (proses dan pemasaran) dan jasa-jasa pendukungnya.

Memberi kemudahan melalui penyediaan sarana dan prasarana yang dapat mendukung pengembangan agribisnis dalam suatu kesisteman yang utuh dan menyeluruh, mulai dari subsistem budidaya, subsistem agribisnis hulu, hilir, dan jasa pendukung.

Pengembangan suatu kawasan sentra produksi pangan nasional dan daerah (agropolitan) harus mengikuti pengelolaan kawasan tersebut. Untuk mewujudkan tujuan dan sasaran tata ruang kawasan sentra produksi pangan (agropolitan), arahan pengembangannya sebagai berikut:

a. Pengembangan kawasan industri dalam skala besar maupun kecil yang mengolah komoditi unggulan dari kecamatan yang bersangkutan. b. Kawasan pengembangan peternakan, pertanian, perkebunan dan perikanan.

c. Pengembangan dan pemberdayaan serta pengelolaan sumber daya air bagi irigasi dan air minum. d. Pemberdayaan masyarakat pelaku agribisnis setempat.

e. Pengembangan pusat-pusat pertumbuhan agribisnis dan industri pertanian secara lokal.

f. Pembangunan prasarana dan infrastruktur fisik yang menunjang kegiatan di kawasan sentra produksi pangan (agropolitan).

g. Menyediakan fasilitas skala lokal dan utilitas untuk meningkatkan kualitas fisik lingkungan dan kualitas Sumber Daya Manusia dalam kawasan perumahan perdesaan h. Penyediaan prasarana lingkungan dalam upaya penyehatan lingkungan pemukiman pedesaan.

i. Adanya keterpaduan rencana tata ruang kawasan sentra produksi pangan (agropolitan) dengan rencana tata ruang wilayah, khususnya aspek kawasan permukiman dan industri.

2) Kawasan Perkotaan Pangkalan Baru

Berdasarkan surat Keputusan Bupati No. 184.45/ 140/ Bappeda/ 2008 Tentang Penetapan Kawasan Strategis Pangkalan Baru Yang meliputi 5 desa dan 1 kelurahan yaitu: Desa Jeruk, Desa Benteng, Desa Padang Baru, Desa Beluluk, Desa Air Mesu dan Kelurahan Dul. Kawasan perkotaan yang dimaksud adalah satu atau lebih desa dalam suatu wilayah kecamatan yang telah menunjukan perkembangan tidak lagi mengandalkan perekonomiannya pada sektor pertanian tetapi sudah lebih berpijak pada sektor sektor sekunder seperti jasa dan perdagangan. Kerapatan bangunan relative tinggi dan masyarakat sudah cukup heterogen. Desa ini kemudian dinilai dapat berperan sebagai desa pusat pertumbuhan dan selanjutnya layak dipromosikan menjadi pusat kegiatan dari suatu wilayah pengembangan.

(9)

a. Luas dan batas pemukiman harus memenuhi kebutuhan dalam jangka waktu 10 tahun mendatang

b. Kebutuhan pemukiman harus mampu memenuhi kebutuhan seluruh tingkat masyarakat secara seimbang sesuai yang diatur dalam SKB 3 menteri yaitu MENDAGRI No 648-684 tahun 1992, menteri PU no 739/ KPTS/ 1992 dan menpera no 69/ KTTS/ 1992 :

 Pengembangan kawasan permukiman kota harus dikendalikan dan diarahkan sesuai tata ruang kota. Arahan tata ruang kota harus mampu unmtuk mencegah penggunaan lahan pertanian subur dan produktif ke arah fungsi terbagunnya sekecil mungkin.

 Pengembangan kawasan pemukiman harus disertai dengan fasilitas dan utilitas yang disesuaikan dengan standar yang berlaku sesuai dengan arahan rencana tata ruang kota

 Pengembangan kawasan permukiman harus berimbang dengan: 1. Ketersediaan fungsi produktif;

2. Ketersediaan jaringan jalan;

3. Ketersediaan fasilitas umum dan ruang terbuka hijau.

c. Fasilitas yang ada di kawasan permukiman kota untuk fasilitas tertentu tidak hanya untuk melayani penduduk dalam kawasan kota saja tetapi juga harus melayani penduduk di luar kawasan kota.

Pada kawasan pemukiman, penetapan fungsi lindung khususnya kawasan yang memberikan perlindungan setempat harus tetap diperhatikan. Langkah-langkah yang dilakukan dalam perencanaan kawasan pemukiman perdesaan maupun pengaturan kawasan pemukiman kota adalah untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat dengan menyediakan pemukiman yang memenuhi syarat kesehatan.

Kaidah, standar dan taraf mutu pelayanan di kawasan perkotaan Pangkalan Baru ini harus disetarakan dengan kota Pangkal Pinang. Oleh karenanya pemerintah Kabupaten Bangka Tengah perlu untuk mengembangkan kerjasama pembangunan untuk kawasan ini dengan pemerintah Kota Pangkal Pinang.

3.2.2 Kawasan Strategis Bidang Fungsi dan Daya Dukung Lingkungan Hidup

(10)

Gambar 3.2 Peta Kawasan Strategis Kabupaten

3.3 Rencana Pengembangan Sistem Jaringan Prasarana Transportasi

3.3.1 Rencana Pengembangan Sistem Jaringan Prasarana Transportasi Darat

Sistem jaringan prasarana transportasi darat merupakan satu kesatuan jaringan jalan yang terdiri dari sistem jaringan jalan primer dan sistem jaringan jalan sekunder yang terjalin dalam hubungan hierarki. Sistem jaringan jalan tersebut disusun dengan mengacu pada rencana tata ruang wilayah dan dengan memperhatikan keterhubungan antar kawasan dan/ atau dalam kawasan perkotaan, dan kawasan perdesaan.

Pengembangan sistem jaringan jalan kolektor primer 1 di Kabupaten Bangka Tengah sampai tahun 2031 diarahkan untuk:

a. Menunjang percepatan pertumbuhan ekonomi Bangka Tengah melalui kemudahan aksesibilitas antar wilayah di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung;

b. Menunjang program pengembangan ekonomi nasional dengan memberikan aksesibililitas yang tinggi untuk menunjang kegiatan KSK melalui penyediaan prasarana jaringan jalan;

c. Menjamin kelancaran perpindahan orang dan barang dari dan ke Kabupaten Bangka Tengah;

(11)

Posisi geografis provinsi Kepulauan Bangka Belitung yang unik, menyebabkan lintasan jalan raya di kedua pulau ini merupakan bagian dari lintas “sea bridge” yang menghubungkannya dengan PKN Palembang di Pulau Sumatera dan Ketapang di Pulau Kalimantan Barat. Oleh karena itu jalan raya yang menghubungi Pangkal Pinang-Pangkalan Baru-Namang-Koba merupakan bagian dari sistem jaringan kolektor primer 1 Lintasan jalan ini merupakan jalur jalan nasional yang dibangun dan dipelihara oleh pemerintah pusat. Sedangkan Simpang Perlang-Lubuk Besar-Tanjung Berikat merupakan bagian dari rencana sistem jaringan kolektor primer 2, ruas jalan sedang dalam proses penetapan oleh gubernur dan apabila sudah ditetapkan maka jalur kolektor primer 2 akan dibangun dan dipelihara oleh provinsi.

Pengembangan sistem jaringan jalan kolektor primer 2 di Kabupaten Bangka Tengah sampai tahun 2031 diarahkan untuk:

a) Menunjang percepatan pertumbuhan ekonomi Kabupaten Bangka Tengah melalui kemudahan aksesibilitas antar kawasan pengembangan utama;

b) Menunjang pelaksanaan program-program pembangunan wilayah melalui penyediaan prasarana jaringan jalan dan sistem transportasi yang akomodatif terhadap masalah keamanan wilayah;

c) Menjamin kelancaran perpindahan orang dan barang antar kecamatan di dalam wilayah Bangka Tengah; d) Menjamin tersalurkannya kebutuhan barang dari industri ke kawasan komersial.

Pengembangan jaringan jalan lokal primer atau jalan kabupaten di Kabupaten Bangka Tengah harus direncanakan dengan kriteria sebagai berikut: a) Dilayani oleh jalan dengan klasifikasi lokal primer atau sistem sekunder;

b) Kelas jalan sekurang-kurangnya II B; c) Dilewati angkutan barang sedang;

d) Dilewati angkutan umum antar kawasan pengembangan;

e) Mempunyai lebar jalur minimal 2 lajur dan difungsikan dua arah; f) Memiliki daerah milik jalan rata-rata 15 m.

Di Kabupaten Bangka Tengah jaringan jalan yang menghubungi kota Kecamatan Koba sebagai PKL dengan simpul kota lainnya (Sungai Selan, Namang, Dul, Lubuk Besar, Simpang Katis) masuk dalam kategori sistem jaringan jalan sekunder.

Jaringan jalan yang ada saat ini di kabupaten Bangka Tengah dinilai belum cukup memadai untuk melayani kebutuhan dua puluh tahun mendatang. Oleh sebab itu perlu dibangun jalur jaringan jalan baru adapun jaringan jalan tersebut adalah:

1. ruas Jalan Sungaiselan - Tanjung Pura; 2. ruas Jalan Makorem - Jelutung;

(12)

9. ruas Jalan Lubuk Pabrik - C2; 10. ruas Jalan Guntung - Bemban;

11. ruas Jalan Tanjung Berikat - Lubuk Besar. 12. Rencana pembangunan dalam kota koba:

- Outer ring road (lingkar darat) dari terminal Koba menuju Ujung Arung Dalam.

- Outer Ring Road (lingkar laut) dari Ujung berok ke Sinar Laut sebagai jalan by pass.

Namun untuk memenuhi kebutuhan pengembangan KSK dan Pelabuhan serta untuk pengembangan Kawasan Agropolitan diperlukan juga program peningkatan jalan : 1. Peningkatan jalan dari Koba menuju Desa Beriga sehingga menjadi jalan kolektor primer 2 dan dibina oleh pemerintah provinsi.

2. Peningkatan jalan dari Sungai Selan - Simpang Katis - Pangkalpinang menjadi jalan kolektor primer 1.

3. Peningkatan jalan yang menghubungi Sungai Selan – Kemingking – Payung – Koba menjadi jalan kolektor primer 2. Jalur ini merupakan jalur alternatif yang dapat menghubungkan Koba – Payung – Simpang Katis dan Pangkal Pinang manakala terjadi hambatan di jalur jalan kolektor primer 1 Koba – Pangkal Pinang.

4. Peningkatan ruas jalan batu beriga – toboali (kabupaten bangka selatan)

Terminal

Terminal sebagai ‘transfer point’ merupakan fasilitas transportasi yang penting untuk menunjang penyeleggaraan angkutan umum yang baik. Keberadaan terminal dan transfer point dapat menjadi interface bagi penumpang untuk mengakses angkutan umum secara mudah dan terkonsentrasi. Tujuan utama pembangunan terminal adalah:

a. Menjamin adanya pergerakan penduduk antar kawasan melalui angkutan umum dengan baik dan terkoordinasi; b. Menjamin kemudahan intermoda transportasi sehingga menunjang keterpaduan sistem pergerakan dalam wilayah; c. Menjamin keteraturan penumpang dan sistem angkutan umum dalam wilayah;

d. Memberikan asal-tujuan (origin-destination) dalam konsep komunikasi antar wilayah melalui angkutan umum;

e. Memicu pertumbuhan skala ekonomi kawasan melalui keberadaan terminal sehingga meningkatkan aksesibilitas kawasan tersebut terhadap kawasan lainnya.

Terminal merupakan simpul penghubung antara suatu daerah dengan daerah lainnya. Pengadaan terminal sebagai suatu simpul adalah untuk memadukan berbagai moda angkutan agar tercapai suatu bentuk pelayaan transportasi terpadu, efisien, merata dan terjangkau. Saat ini terminal yang ada di kabupaten Bangka Tengah, tepatnya di ibukota kabupaten yaitu Koba, sangatlah tidak memadai jika dilihat dari karakteristiknya, tipe terminal yang diarahkan di Kecamatan Koba adalah terminal tipe C, tapi kedepan berdasarkan kebutuhan, akan ditingkatkan menjadi tipe B.

(13)

Angkutan Umum

Tujuan utama angkutan umum adalah menyalurkan kebutuhan pergerakan orang secara mudah, murah, efektif dan efisien. Karenanya angkutan umum harus menjangkau ke setiap jenis orang dari berbagai strata baik yang captive maupun tidak. Dalam konteks wilayah, angkutan umum juga harus menjangkau berbagai tipe guna lahan yang berbeda sehingga meningkatkan aksesibilitas pergerakan dalam wilayah. Dalam konteks Kabupaten Bangka Tengah, angkutan umum diarahkan untuk melayani antar kawasan pengembangan seperti permukiman, industri, komersial dan sebagainya. Angkutan umum juga harus menghubungkan antar simpul transportasi yaitu Bandara Depati Amir, pelabuhan Sungai Selan dan Terminal Koba. Setelah tahun 2015 manakala Kawasan Strategis Tanjung Berikat selesai dibangun, maka perlu ada angkutan umum yang melayaninya. Peningkatan pelayanan angkutan umum ke depan ditekankan pada beberapa pengembangan fasilitas penunjang sistem angkutan umum seperti :

1. Pengadaantransfer point resmi di beberapa titik yang potensial

Pengadaan transfer point dapat memanfaatkan lokasi-lokasi dimana saat ini sudah dipakai sebagai tempat parkir angkutan umum dan tempat berkumpulnya penumpang secara tidak resmi. Dengan memanfaatkan lokasi tersebut memiliki keuntungan berupa kepastian kebutuhan penumpang dan angkutan umum di suatu tempat yang strategis tanpa perlu lagi melakukan praduga pemilihan tempat yang cocok untuk transfer point.

2. Peningkatan pelayanan terminal Koba

Peningkatan pelayanan dapat ditempuh melalui peningkatan kondisi terminal yang lebih representatif, bersih dan sehat atau melalui kapasitas dan sistem sirkulasi dalam terminal yang lebih baik. Terminal saat ini adalah terminal tipe C dan akan ditingkatkan menjadi terminal tipe B.

3. Penambahan rute angkutan umum baru

Penambahan rute terutama diusulkan untuk dua tujuan yaitu melayani kawasan permukiman yang belum terlayani dan melayani antara Koba dengan hinterland.

a. Rute lokal

Semua permukiman sampai 2031 harus sudah terlayani angkutan umum dengan kedalaman rute sampai tingkat jalan lokal primer.

b. Rute wilayah

Sampai tahun 2031 harus sudah ada rute angkutan umum yang melayani seluruh ibukota Kabupaten dengan Kota Pangkal Pinang.

Sistem Angkutan Barang

Tujuan utama sistem angkutan barang di Kabupaten Bangka Tengah adalah menunjang kelancaran distribusi barang dalam tiga tahap yaitu: 1. Pengangkutan dari sumber bahan baku ke sentra industri

Pengangkutan dari sumber bahan baku ke sentra industri dilayani angkutan besar dan berat dengan kapasitas lebih dari 6 ton. Untuk itu angkutan jenis ini perlu diatur khusus terutama berkaitan dengan rute yang dilalui harus minimal jalan dalam sistem primer.

2. Pengiriman barang dari industri ke pedagang atau konsumen

(14)

3. Transit angkutan barang antar wilayah

Transit angkutan umum barang antar wilayah dapat berupa angkutan barang dari wilayah lain ke Kabupaten Bangka Tengah atau sebaliknya atau dari wilayah lain ke wilayah lain pula tetapi melewati Koba (kabupaten Bangka Tengah). Jenis ini menggunakan angkutan berat sampai sedang dengan rute sistem primer. Untuk menunjang transit angkutan barang kegiatan industri perlu diadakan pengembangan Kawasan Pergudangan di Pangkalan Baru.

3.3.2 Rencana Pengembangan Sistem Jaringan Prasarana Transportasi Laut ASDP

Di Kabupaten Bangka Tengah saat ini terdapat dua dermaga untuk perhubungan air, yaitu Dermaga di Pelabuhan Sungaiselan dan Dermaga Kurau.

Pelabuhan Sungai Selan melayani jenis pelayaran rakyat. Pada tahun 2008 di Pelabuhan Sungaiselan jumlah kunjungan kapal/ perahu sebanyak 1.065 kapal/perahu dengan jumlah barang yang dibongkar sebanyak 193.624,3 Ton dan barang yang dimuat sebanyak 10.707 Ton.

(15)

Dermaga Kurau yang terletak di desa Kurau Kecamatan Koba merupakan pelabuhan nelayan, yang di dalamnya terdapat TPI-Tempat Pelelangan Ikan. Selain dua pelabuhan diatas saat ini di Kawasan Tanjung Berikat terdapat pula dermaga milik masyarakat yang pembinaan dan pengelolaannya dilakukan oleh masyarakat sendiri.

Pelabuhan menurut perannya, merupakan (a) simpul dalam jaringan transportasi sesuai dengan hirarkinya, (b) pintu gerbang kegiatan perekonomian daerah, nasional dan internasional, (c) tempat kegiatan alih moda transportasi, dan (d) penunjang kegiatan industri dan perdagangan, dan (e) tempat distribusi, konsolidasi dan produksi.

Sehubungan dengan rencana pengembangan Kawasan Strategis Tanjung Berikat untuk menunjang ekonomi masyarakat yang sejahtera maka perlu pengembangan pelabuhan dari Bangka ke Belitung atau/dan pelabuhan peti kemas manakala KSK dibangun, maka pelabuhan ini minimal harus memenuhi spesifikasi setara dengan pelabuhan nasional/internasional dengan kriteria :

 bobot kapal 3.000 DWT atau lebih;  panjang dermaga 70 meter atau lebih;

 kedalaman di depan dermaga - 5 M LWS atau lebih;

 menangani pelayanan barang-barang berbahaya dan beracun (B3);  melayani kegiatan pelayanan lintas provinsi dan internasional.

Untuk pengembangan perekonomian wilayah maka peningkatan dan pengembangan pelabuhan dilakukan melalui: 1. Pembangunan Pelabuhan Sungai Selan 2;

2. Peningkatan Pelabuhan Kurau;

3. Pembangunan Kawasan Strategis Tanjung Berikat.

3.3.3 Rencana Pengembangan Sistem Jaringan Prasarana Transportasi Udara

Transportasi udara di Pulau Bangka Propinsi Kepulauan Bangka Belitung terletak di wilayah administrasi Kabupaten Bangka Tengah. Adapun nama bandara tersebut adalah bandara Depati Amir, hierarki ataupun status bandara Depati Amir sekarang ini adalah bandara pengumpul tersier.

Bandara depati amir diharapkan tumbuh seiring dengan pertumbuhan ekonomi dan kebutuhan akan sarana dan prasarana transportasi udara di propinsi kepulauan bangka belitung dan diharapkan dalam waktu beberapa tahun mendatang akan naik status hirarkinya menjadi bandara depati amir.

3.4 Rencana Pengembangan Sistem Jaringan Energi

Arahan pengembangan sistem prasarana listrik ditujukan untuk menunjang kegiatan perekonomian, kegiatan sosial, dan pertahanan dan keamanan dengan mendukung pengembangan di kawasan budidaya dan penyebaran pusat-pusat permukiman. Oleh karenanya pengembangan jaringan prasarana listrik diarahkan agar selaras dengan pengembangan pusat-pusat permukiman, pusat-pusat produksi dan pusat-pusat distribusi.

(16)

Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan, pemenuhan kebutuhan akan listrik untuk pusat-pusat permukiman, yakni kebutuhan rumah tangga dan kebutuhan untuk pusat-pusat produksi dan distribusi yang harus dipenuhi sampai dengan akhir tahun perencanaan 2031. Untuk bidang energi listrik, diarahkan pada upaya memenuhi kebutuhan pelanggan (sebesar 56,8 MW), terutama masyarakat setempat maupun instansi pemerintahan dan swasta melalui sistem penyaluran listrik, penyebaran gardu induk di kawasan pusat pelayanan, dan gardu distribusi yang tersebar di masing-masing kecamatan.

Pemanfaatan sumber energi terbarukan seperti memanfaatkan tenaga surya (solar cell) dalam skala per rumah di kawasan pedesaan. Bentuk energi alternatif lain yang diusulkan adalah dari Sekam, tanaman jarak dan sumber biofuel lainnya. Pengembangan sumber energi baru ini dapat diusulkan melalui sistem investasi dari dalam maupun luar. Untuk mewujudkan gagasan ini tentu perlu dilakukan studi kelayakan terlebih dahulu sehingga didapat informasi tentang potensi pengembangan energi ini. Juga harus diperhitungkan nilai ekonominya agar modal yang ditanamkan dapat dihitung kelayakannya.

3.5 Rencana Pengembangan Sistem Jaringan Prasarana Telekomunikasi

Pelayanan kebutuhan telepon didasarkan pada standar kebutuhan dengan rasio tingkat layanan kebutuhan telepon baik pribadi dan umum adalah 1 : 14 dan 1 : 250. Tetapi tingkat pelayanan akan disesuaikan antara supply dan demand yang ada untuk mengoptimalkan kinerja dan pemerataan sistem telekomunikasi pada semua kawasan.

Tingkat kebutuhan pelayanan telepon sesuai standar kebutuhan hingga akhir tahun perencanaan (2031) adalah 24,000 SST untuk layanan telepon pribadi dan 1,000 SST untuk layanan telepon umum. Peramalan kebutuhan prasarana telekomunikasi dengan pertimbangan tingkat kesejahteraan penduduk, kondisi perekonomian kawasan atau wilayah dan kesadaran penggunaan telepon sebagai alat komunikasi yang lebih cepat dan murah.

Pada kawasan kota yang telah terlayani sistem jaringan dilakukan pengembangan dengan sistem kombinasi antara jaringan bawah tanah dan bentangan udara yang ditempatkan pada bagian damaja dan terpadu dengan sistem infrastruktur lainnya. Pada kawasan yang belum mampu terlayani sistem jaringan karena pembangunan jaringan telekomunikasi membutuhkan investasi yang relatif besar. Maka pada kawasan potensial tersebut dapat memanfaatkan teknologi komunikasi yang berhubungan langsung dengan satelit yakni Digital Radio Sistem

(DRS).

3.6 Rencana Pengembangan Sistem Jaringan Prasarana Sumber Daya Air

3.6.1 Kecamatan Koba

(17)

Selain kolong Nibung 2/1 dan kolong Nibung Utara terdapat kolong lain yang cukup potensial, yaitu kolong yang terdapat di daerah Jongkong yaitu Kolong Jongkong 10 (eks. Penambangan tahun 1994), dengan luas 21,61 hektar (volume 1.046.790 m3) dan Kolong Jongkong 12b (eks. Penambangan tahun 1990), dengan luas 60,12 hektar dengan volume 3.128.550 m3. tetapi jarak Kolong Jongkong ini terhadap daerah IKK Koba sangat jauh sehingga bila akan dijadikan sumber air baku kurang efisien.

Gambar 3.4 Lokasi Kolong Nibung di Kecamatan Koba

Penyediaan air untuk daerah-daerah yang jauh dari ibu kota kecamatan, seperti daerah Kurau Barat dan Kurau Timur dapat dilakukan dengan menggunakan sistem penyediaan air dengan perpipaan lokal dan penyulingan air sungai kurau ataupun laut, yang dapat mengambil air dari sumber kolong terdekat maupun dari air tanah. Untuk daerah kurau timur telah terdapat sistem perpipaan lokal dengan volume tampungan sebesar 25.000 m3. hal ini dapat pula diiterapkan untuk daerah lain yang letaknya jauh dari IKK.

3.6.2 Kecamatan Pangkalan Baru

Sistem Penyediaan Air Minum untuk Kecamatan Pangkalan Baru dapat memanfaatkan sumber Air dari Gunung Mangkol dan dari Bukit Batu Anyir. Tetapi harus dilakukan perbaikan pada sistem pendistribusiannya. Kondisi di lapangan adalah pipa distribusi dari sumber air Bukit Batu Anyir mengalami kebocoran yang cukup parah, selain itu terdapat kegiatan penambangan (TI) timah inkonvensional di sekitar bukit Batu Anyir yang dapat berpotensi untuk menimbulkan pencemaran. Sedangkan pada sumber air dari Gunung Mangkol kondisinya kadang-kadang tercemar, dikarenakan terdapat rumah-rumah warga yang letaknya lebih tinggi dari intake. Ditinjau dari segi lokasi, kedua sumber air ini berada pada letak yang cukup tinggi sehingga memungkinkan diterapkan sistem distribusi campuran (Sistem gravitasi dan Pemompaan).

Kuantitas sumber air baku Gunung Mangkol dapat melayani kebutuhan di IKK Pangkalan baru tetapi hanya sampai tahun proyeksi hingga 2015 (proyeksi 10 tahun), tetapi bila digunakan kedua sumber yaitu aliran air Gunung Bukit Kejora dan Gunung Mangkol maka kebutuhan penduduk dapat terlayani hingga tahun 2031 (proyeksi 20 tahun).

Dari data yang ada, ketersediaan air yang bersumber pada aliran air Gunung Mangkol ini hanya dapat memenuhi kebutuhan air hingga tahun 2015 (proyeksi 5 tahun) sehingga harus ada upaya untuk mengantisipasi kelangkaan air pada tahun 2015 dan yang akan datang.

(18)

Salah satu dengan menggunakan sumber air dari Bukit Batu Anyir sehingga debit ketersediaan air dapat mengakomodasi kebutuhan air di IKK Pangkalan Baru hingga tahun 2031 (proyeksi 20 tahun). Selain itu terdapat kolong-kolong lain di kecamatan Pangkalan Baru tepatnya di Kota Dul yaitu Kolong Krasak, Kolong Satar, kolong gemuruh dan Kolong Subak. Ini untuk mengantisipasi diambillnya 5 liter/dt air untuk wilayah Pangkalpinang.

Gambar 3.5. Skenario Pengembangan SPAM di IKK Pangkalan Baru

3.6.3 Kecamatan Sungai Selan

(19)

Gambar 3. 3. Skenario Pengembangan SPAM di IKK Sungai Selan

Gambar 3.5. Skenario Pengembangan SPAM di IKK Sungaiselan

Kualitas air tanah secara visual sangat jernih dan hampir di semua sumur bor penduduk tidak mengalami kekeringan. Kolong Ginok yang berada dekat dengan kota Sungaiselan memiliki kapasitas yang cukup untuk melayani kebutuhan air bersih di IKK Kecamatan Sungaiselan hingga tahun 2031 (proyeksi 10 tahun).

3.6.4 Kecamatan Simpang Katis

(20)

Gambar 3.4. Skenario Pengembangan SPAM di IKK Simpang Katis

Secara kuantitas kolong Muis ini memiliki ketersediaan air yang cukup banyak, hingga cukup untuk memenuhi kebutuhan air di IKK Kecamatan Simpang Katis hingga tahun 2031 (proyekksi 20 tahun) selain itu kolong Muis 1 dapat diinterkoneksikan dengan kolong Muis 2 sebagai cadangan. Secara kualitas, air kolong Muis ini cukup baik, hanya parameter pH yang tidak sesuai dengan baku mutu yang diharapkan.

3.6.5 Kecamatan Namang

(21)

Gambar 3.5. Rencana Pengembangan SPAM di IKK Namang

3.6.6 Kecamatan Lubuk Besar

(22)

Gambar 3.6. Rencana Pengembangan SPAM di IKK lubuk Besar

Dari gambar di atas, terlihat bahwa kapasitas air di kolong Nadi 3 sangat besar bila dibandingkan dengan kebutuhan yang ada di IKK Lubuk Besar, sehingga nilai debit kebutuhan seolah tidak nampak pada gambar. Kolong Nadi 3, 4 dan kolong kelubi yang sangat potensial dari segi kuantitas air, kualitas air maupun jarak terhadap daerah pelayanan. Selain itu terdapat kolong-kolong lain di IKK Lubuk Besar yaitu Kolong Merapin 1 (Eks penambangan tahun 1983), dengan volume 1.760.030 m3 dan Kolong Merapin 2 (Eks penambangan tahun 1984), dengan volume 887.115 m3, tetapi kolong ini mengalami pencemaran akibat aktifitas penambangan inkonvensional oleh masyarakat sekitar.

3.7 Rencana Sistem Jaringan Prasarana Wilayah Lainnya

3.7.1 Rencana Pengembangan Jaringan Drainase

Secara umum, drainase di Kabupaten Bangka Tengah pada saat ini mengikuti pola jaringan jalan eksisting dan memanfaatkan sungai sebagai saluran primer. Selain itu drainase tersebut tidak hanya berfungsi untuk penyaluran air hujan tetapi juga digunakan untuk penyaluran air limbah baik limbah domestik dan non domestik.

Sungai-sungai yag ada saat ini merupakan saluran drainase makro yang ditetapkan sebagai saluran primer. Pengaliran air ke saluran ini ditentukan mengikuti karakteristik pengaliran/kawasan tangkap air seperti yang ada, dengan peningkatan dan penambahan saluran sekunder dan tersier untuk kawasan-kawasan permukiman.

Untuk mendukung rencana penanganan sistem drainase di Kabupaten Bangka Tengah, maka hal hal yang diperlukan adalah :

• Pengaturan kembali sistem jaringan drainase yang berhirarki dan terpadu sesuai fungsinya baik secara kuantitas maupun kualitas

(23)

• Pengembangan sistem drainase primer selebar 2-3 m yang dibangun sesuai dengan topografinya dengan kapasitas yang dapat menampung limpasan air hujan dari saluran sekunder dan tersier yang selanjutnya dialirkan ke suangai atau cacthment areauntuk mengisi air tanah

• Pengembangan sistem jaringan drainase sekunder selebar 1,5 – 2 m pada setiap sisi jalan yang dialirkannya disesuaikan dengan topografinya, sehingga tidak terjadi genangan di badan jalan pada saat musim hujan, yang selanjutnya dialirkan ke saluran primer atau disalurkan ke pembuangan akhir, saluran ini merupakan saluran lanjutan dari saluran tersier • Pembuatan sistem saluran drainase tersier selebar 0,5 – 1 m yang pengembanganya saling terintegrasi dan terpadu dengan sistem jarin gan drainase wilayahnya, terutama di wilayah

pemukiman yang belum ada jaringan drainasenya, dan di wilayah permukiman baru. Saluran ini terdapat pada jalan-jalan kecil, yang menyalurkan air hujan ke saluran yang lebih besar.

Jenis saluran yang akan dikembangkan dapat berupa drainase sisem tertutup yang biasanya dikembangkan di pusat pemerintahan, perdagangan, dan jasa. Sedangkan drainase sistem terbuka sebagian besar dikembangkan di lingkungan permukiman.

3.7.2 Rencana Sistem Pengelolaan Sampah

Pola penanganan sampah yang dilakukan di Kabupaten Bangka Tengah pada saat ini sebagian besar adalah pola individual tidak langsung, dimana sampah dari masing-masing rumah tangga dikumpulkan lalu dibakar atau dibuang ke suatu tempat atau lubang dan sungai bagi rumah tangga yang posisinya berdekatan dengan sungai. Sedangkan pola penanganan (mekanisme pengelolaan) sampah yang dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten Bangka Tengah melalui Dinas Pekerjaan Umum Bidang Kebersihan, Pertamanan dan Pemadam Kebakaran adalah sampah dari Tempat Pembuangan Sementara (TPS) dan Tong Sampah dibawa dengan Dump Truckke Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) Sementara.

Cara penanganan sampah seperti tersebut di atas dapat berakibat pada pendangkalan sungai atau pun polusi Udara. Oleh karenanya rencana pengelolaan sampah untuk 20 tahun ke depan dilakukan dengan terpadu. Konsep pengelolaan sampah di Kabupaten Bangka Tengah, khususnya di kawasan yang merupakan pusat-pusat perkotaan dilakukan dengan melalui proses berikut :

 Proses pengumpulan sampah dilakukan baik secara individual maupun secara komunal melalui bak-bak penampungan yang disediakan di setiap unit lingkungan perumahan maupun pada unit kegiatan komersil dan perkantoran. Proses pengumpulan sampah ini dapat dilakukan dengan sistem door to door dengan menggunakan gerobak sampah yang selanjutnya dikumpulkan di bak-bak penampungan yang pelaksanaannya dapat dilakukan oleh masing-masing unit lingkungan.

 Proses Pengangkutan Sampah ke TPS atau TPA dilakukan dari bak-bak penampungan ke Tempat Pembuangan Sampah Sementara (TPS) atau Transfer Depo. Selanjutnya diangkut dengan menggunakan truck atau dump truck menuju Tempat Pemrosesan Akhir (TPA), di TPA akan diproses menggunakan metode sanitary landfill.

 Peruntukan TPA yang melayani Ibukota Kabupaten Bangka Tengah terletak di Desa Kulur Kecamatan Lubuk Besar.  Peruntukkan TPA regional di Kab. Bangka Tengah direncanakan di Desa Jelutung Kecamatan Namang.

 Peningkatan kesadaran masayarakat untuk membuang sampah pada tempat yang telah disediakan harus dilakukan secara reguler.

(24)

Gambar

Tabel 3.1
Tabel 3.2. Klasifikasi Pola Ruang Kabupaten Bangka Tengah 2011 – 2031
Gambar 3.1 Peta Pola Ruang Kabupaten Bangka Tengah Tahun 2011-2031
Gambar 3.2 Peta Kawasan Strategis Kabupaten
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dengan pertimbangan bahwa ada banyak sekali komponen penilaian kinerja setiap dosen tersebut, selain terjadinya peningkatan jumlah dosen yang seiring dengan

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, maka dirumuskan masalah penelitian yaitu, apakah hasil belajar siswa yang diajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe

Event ini diadakan ketika ada film baru yang dirilis dan memiliki minat penonton yang tinggi, salah satunya adalah warkop DKI reborn yang diperankan oleh Tora Sudiro,

Pathway to political participation: The influence of online and offline news media on internal efficacy and turnout of first-time voters.. Media Sosial dan Partisipasi

mengenai “ Pengaruh iklim organisasi dan motivasi mengajar terhadap kinerja profesional guru di SMK,SMA,MA Muhammadiyah di Kabupaten.

Menurut Widodo (2015: 244), “Kesehatan kerja adalah suatu kondisi kesehatan yang bertujuan agar masyarakat pekerja memperoleh derajat kesehatan setinggi-tingginya, baik

Untuk lebih mengetahui sejauhmana status penggunaan napza memengaruhi profil kognitif, orientasi masa depan serta prestasi belajar maka dalam penelitian ini akan ada

Oleh karena itu penelitian ini bertujuan untuk meneliti ada tidaknya hubungan antara persepsi remaja terhadap verbal abuse yang dilakukan orangtua dengan