• Tidak ada hasil yang ditemukan

PROBLEMATIKA SOSIAL USIA DAN ORIENTASI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PROBLEMATIKA SOSIAL USIA DAN ORIENTASI"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

USIA DAN ORIENTASI SEKSUAL A. Usia dan Struktur Sosial

Ilmu yang mempelajari penuaan, disebut gerontologi, yang mempelajari manusia sepanjang usianya, karena proses penuaan dimulai sejak bayi

dilahirkan. Berdasarkan tahap-tahap perkembanghan biologis dan kebutuhan sosialnya, rentang kehidupan manusia dalam beberapa tahapan (life stage); prediksi suksesi status dan peran dialami seseorang di lingkungannya

mengikuti pertambahan usianya. Ada enam tahapan utama, yakni masa bayi (0-2 tahun, masa anak (2-5 tahun), masa sekolah (6 – 12 taun), masa remaja (13-17 tahun), masa dewasa (18-40 tahun) dan masa tua (>40 tahun). Tahap bayi/anak dan usia lanjut adalah tahap ketergantungan. Tugas kehidupan sebagian besar bersifat biologis (mempertahankan hidup) alih-alih tugas sosial. Sebaliknya pada usia diantara tahap bayi dan tahap tua renta,

struktur sosial lebih penting daripada biologi dalam membentuk tugas-tugas perkembangan hidup.

Jumlah, komposisi dan disribusi populasi dan bagaimana perubahannya dari waktu ke waktu, dinamakana studi demografi. Berdasarkan struktur usia komposisi demografi dapat digambar berbentuk piramid atau segitiga, di mana jumlah terbanyak adalah usia anak-anak, semakin bertambah usia jumlah semakin sedikit. Ini gambaran khas demografi pra industri, banyak anak yang lahir tetapi banyak yang meninggal sebeum usianya tua.

Demografi masyarakat industri bisa berupa kotak persegi atau piramid terbalik, yang berarti jumlah anak yang lahir sedikit dan orang banyak yang mencapai usia tua berkat kesejahtaraan hiduip dan kemajuan bidang

kesehatan. Dari proposri demografi dapat duhitung rasio ketergantungan (dependency ratio), ukuran relatif keompok dalam demografi yang secara ekonomis tergantung kepada kelompok lain yang bekerja. Dewasa ini di negara maju rasionya 20, yang berarti 100 orang pekerja harus harus mendukung atau menjadi tempat terantung dari 20 orang yang tidak bekerja. Dependency ratio ini menjadi masalah sosial karena masyarakat dapat hancur kalau rasionya terlalu besar.

1) Perspektif fungsionalis; Tugas perkembangan pada setiap tahap kehidupan berhubungan erta dengan tuntutan masyarakat. Pada masyarakat

praindustri anak belajar bagaimana mengisi posisi dewasa pad usia sangat muda. Teknologi yang ada masih sangat sederhana sehingga tidak

membutuhkan pendidikan yang lama, bahkan menjadi dewasa tidak perlu bisa membaca dan menulis. Perubahan dari anak menjadi dewasa

berlangsung singkat pada usia sekitar 10 tahun. Untuk selanjutnya mereka bekerja mengandalkan kekuatan fisiknya. Hanya pada kelompok kecil penguasa atau pendeta, anak-anak sampai dewasa belum bekerja / produktif.

(2)

masuk dunia kerja harus ditunda, dan orang harus pensiun atau berhenti bekerja jauh sebelum mati.

Tritmen terhadap anak/remaja dan orang tua menjadi maslah sosial kalau tidak konsisten dengan kemampuan dan perkembangannya, baik dari sudut biologis maupun sosial. Kalau usia secara semena-mena dipakai sebagai kriteria perlakuan, akan terjadi disfungsi dan disorganisasi sosial. Nak-anak yang dipaksa bekerja akan mudah terjerumus dalam tindak kriminal dan menjadi pengguna narkotik. Orang tua yang dikapsa pensiun dini menadi depresi dan pemabuik. Jadi mayarakat harus memberi status sosial yang dapat diterima bagi semua anggautanya di setiap tahap perkembangan dan memberi peluang untuk mencapai tujuan sosial yang diinginkan. Setiap orang membutuhkan perasaan “dapat memberi

sumbangan penting” kepada masyarakat. Akan terjadi disorganisasi sosial yang semakin parah kalau semakin banyak anak dan orang tua yang merasa tidak memberi sumbangan kepada masyarakatnya.

2). Perspektif Konflik; Posisi anak/remaja dan orang tua tidak jauh berbeda dengan kelompok minoritas, mereka hanya mempunyai sedikit akses ke kekuatan sosial, politik dan ekonomi yang dikuasai oleh kelompok usia kerja. Pada masyarakat pa industri, orang tua mesih memeiliki kekuatan krena mereka menjadi pemilik dan menognrtol sumber ekonomi (pemilik tanah). Ditambah lagi, hubungan kekeluargan jauh lebih kuat

dibandingmasa sekarang – orang sering membutuhkan bantuan dari orang tuanya untuk memulai hidup bermasyarakat. Dari orang tuanyalah anak muda belajar membua barang atau mendapat tanah untuk digarap, artinya anak-anak secara ekonomis tergantung kepada orang tuanya. Dalam situasi semaca itu norma dan hukum cenderung mendukung dan memperkuan dominasi orang tua dalam mengontrol sumber-sumber politik, sosial, dan ekonomi.

Di masyarakat industri, orang tidak perlu tergantung kepada orang tuanya untuk hidup. Semua dipelajari di sekolah, dan mendapat gaji dari

perusahaan/pemeritah, sehingga posisi penguasaan ekonomi dapat diperoleh tanpa banyak dukungan orang tua. Ikatan keluarga juga tidak terlalu kuat, tidak lagi menjadi sumber kekuatan dan prestise. Akibatnya status orang tua menjadi menurun karena mereka tidak memegang posisi kekuatan ekonomi, dan anaknya tidak lagi tergantung kepadanya untuk hidup.

Konflik persepktif memandang posisi kelompok dalam masyarakat

ditentukan oleh akses kelompok itu ke sumber kekuatan politik, sosial, dan ekonomi. Akses anak muda dan orang tua ke dunia kerja dan sumber sosial lainnya dibatasi karena akses itu menjadi hak eksklusif kelompok usia dewasa. Dalam sistem ekonomi di mana jumlah pekerjaan terbatas, ini akan mengurangi kompetisi. Hanya sedikit remaja yang masuk ke dunia kerja, dan orang tua dipaksa pensiun agar posisi yang ada diisi kelompok dewasa awal.

Masyarakat membungkus fenomena agesim dengan dalih untuk

(3)

bahwa orang pada usia tertentu itu lemah, memiliki sifat-sifat negatif, dan dapat didominasi dan dieksploitasi karena usianya itu. Ageisme adalah prejudis dan diskriminasi kepada usia anak/tua, seperti sexism dan racism. Ageisme sering diwacanakan memakai dukungan biologis, bahwa anak itu belum masak dan orang tua itu sudah pikun, sebagai dasar pembedan perlakuan dalam masyarakat.

B. Usia Anak dan Masalahnya

1). Eksploitasi ekonomi; Anak-anak pada masa pra industri bekerja membatu orang tua berburu/bertani, sedang pada zaman modern anak-anak bekerja di pabrik/perusahaan kecil, dab berkeliaran di jalan menjadi pedagang asongan. Pabrik/perusahaan mempekerjakan anak-anak dengan dalih membantu perekonomian rakyat, padahal mereka justru meperoleh keuntungan dengan mengeksploitasi anak-anak, membayar murah, menyiksa mereka dengan jam kerja yang panjang dan hukuman kalau melakukan kesalahan. Ada tiga alasan anak-anak menjadi pekerja pabrik: 1. Anak-anak keluarga miskin bekerja di pabrik karena orang tuanya

terlibat hutang, begitu besarnya hutang itu sehingga mustahil dilunasi. Praktek ini adalah bentuk lain dari perbudakan di zaman modern. 2. Pemilik pabrik merasa tenaga anak mudah diatur dan menguntungkan

untuk dieksploitasi. Mereka tidak menyadari adanya situasi berbahaya dan tidak mudah protes dengan kondisi kerja seperti pekerja dewasa. 3. Masyarakat tidak berkeberatan anak-anak dieksploitasi, menganggap

anak-anak miskin bekerja sebagai sesuatu yang seharusnya terjadi. Undang-undang/hukum negara itu melarang praktek mempekerjakan anak-anak, tetapi tidak dijalankan secara konsekuen karena

masyarakaat sendiri meprotes kalau anak-anak tidak bolehj membantu mencari nafkah keluarga.

2). Ketidak-stabilan keluarga; Keluarga yang bercerai, ayah ibu yang hidup terpisah jauh karena harus bekerja, berdampak pada pengasuhan anak yang buruk. Anak keluarga pecah itu mengalami masalah emosional, gagal sekolah, dan mudah terlibat delingkuensi. Anak-anak terdorong untuk menjadi dewasa sebelum waktunya.

3). Kemiskinan; Menjadi nasib buruk ketika bayi lahir kedunia ditengah tengah keluarga yang miskin. Mereka akan dewasa tanpa persiapan yang memadai, pendidikan buruk, pemakaian waktu luang yang buruk,

membuat mereka menjadi sumber masalah sosial.

4). Eksploitasi Seksual; Anak-anak rawan mengalami eksploitasi seksual, anak perempuan diperkosa dan anak laki disodomi oleh orang tua, keluarga dekat dan orang dewasa disekitarnya. Pelecehan itu tidak dilaporka kepada yang berwajib karena pelakunya adalah orang penting dalam keluarga sehingga dampak pelaporan itu akan dirasakan opleh semua anggauta keluarga termasuk anak itu sendiri. Perkosaan juga tidak dilaporkan karena dapat merusak nama baik anak di masyarakat.

(4)

Pelecehan seksual dalam bentuk prostitusi anak-anak terjadi karena banyak orang dewasa yang senang berkelamin dengan anak-anak (pedofilia), dan anak-anak miskin yang berkeliaran tanpa perlindungan mudah ditipu dengan iming-iming kehidupan yang glamor. Dekadensi moral bisa terjasdi karena memang tingkat moralitas masyarakat

mengalami perusakan (pada kelompok terentu, tidak semuanya). Prostitusi anak sangat menguntungkan, sehingga diorganisir rapi di kota-kota besar, bahkan lintas negara.

5). Penyiksan Anak (Child Abuse); Ketergantungan anak kepada orang tua membuat orang tua merasa mempunyai hak untuk memperlakukan

anaknya semaunya. Atas nama pendidikan orang tua memukul anak yang melakukan kesalahan. Orang tua yang frustrasi ditempat kerja,

memuntahkan kemarahannya kepada anak (scape goating), tanpa alasan faktual. Sering terjadi ayah–ibu yang bekerja meninggalkan anaknya dikunci di dalam rumah sendirian (ditemani televisi).

C. Usia Tua dan Masalahnya

1). Bekerja dan Pensiun; Bekerja yang semula untuk memenuhi kebutuhan hidp akkhirnya merubah makna menjadi sumber utama memperoleh self-esteem dan self worth (perasaan diri berkuasa dan perasaan diri

berharga), karena itu orang masih memaksa diri bejerja pada usia tua. Di Amerika Serikat mandatory retirement (perintah/keharusan pensiun) sudah banyak dihapus diberbagai bidang pekerjaan. Tinggal pekerjaan sebagai pilot dan semacamnya yang masih diizinkan keharusan pensiun karena usia. Perusahaan memensiunkan karyawannya untuk

penghematan. Pekerja muda yang mas kerjanya minimal gajinya lebih kecil, biaya kesehatannya lebih kecil, dan produktivitasnya lebih tinggi. Perusahaan sering melakukan restrukturalisasi sebagai cara halus

menghilangkan pekerja uzur. Di Indonesia, usia pensiun pegawai negeri umumnya 55 tahun, kecuali jenis pekerjan tertentu pensiun ditunda

samapi usia 69 bahkan 65 tahun. Mandatori pensiun itu diikuti di berbagai perusahaan, walaupun aturan pensiun sesungguhnya perusahaan boleh membuat aturan pensiun sendiri sebagaimana tertuan dalam perjanjian kerja.

Ternyata usia kerja masyarakat modern semakin singkat. Pada tahun 1900 an, 60 laki diatas usia 65 tahun masih bekerja, sedang tahun 2000-an hanya 16%^ laki ditas 65 tahun yang bekerja. Masalahnya adalah apakah pensiun itu menguntungkan atau merugikan subjek. Dari sisi ekonomi dan harga diri pensiun berdampak negatid kepada subjek, karena mereka menjadi tidak mempunyai status yang jelas, dan sullit menemukan

(5)

2). Kemiskinan dan Masalah keuangan; Pensiunan secara perlahan akan menjadi miskin, tabungannya semakin menipis. Labih lebih pada ibu yang tidak bekerja, ketika suaminya yang pensiun meninggal dia akan

menghadapi masalah finansial yang berat, karena sebagian besar harta peninggalan suami harus diserahkan kepada anak sebagai harta warisan. Budaya ikatan keluarga akan menentukan bagaimana maslah

kemiskinanorang tua diselesaikan. Kalau ikatan keluarga sangat kuat, orang tua bisa nebeng hidup bersama anaknya sampai mati. Pada budaya dimana hubungan keluarga cenderung longgar, orang tua yang rtidak dapat menghidupi diri sendiri dirawat di rumah jompo.

Tidak semua orang tua bernasib baik dapat menabung untuk hari-hari pensiun. Mereka yang bekerja dengan penghasilan yang pas-pasan, bisa sampai tua tidak memiliki rumah atau dana yang cukup untuk menjamin dia dapat tempat berteduh sepanjang usianya. Lebih-lebih kalau tempat kerjanya tidak memiliki asuransi pensiun, begitu berhenti bekerja berhenti pula seluruh penghasilannya.

3). Isolasi Sosial; Orang tua yang tinggal bersama anaknya, atau yang tinggal di rumah jompo tidak mengalami isolasi sosial. Pensiunan yang tinggal sendirian, mempunyai waktu yang banyak untuk bersosialisasi dengan teman sesama pensiunan, atau dengan tetangga. Isolasi sosial akan dialami orang tua/pensiunan yang sukit bergaul, sakit-sakitan, dan auatu orang tua miskin yang tidak mempunyai anggaran untuk ramah tamah.

Rumah jompo merpakan fenomena yang menarik. Secara teoritik rumah jompo dapat memberi kebahagiaan hidup kepad penghuninya, yang mendapat perawatan, perhatian dari pengurusnya, Cukup makan dan minum, diajak melakukan pekerjaan perintang waktu yang bermanfaat dan menyenangkan. Orang tua itu juga memperoleh kehangatan dari teman senasib. Namun dalam praktek ternyata tidak selalu positif. Tidak ada orang kaya yang mau tinggal dipanti jompo, kalau mereka bisa membayar perawat untuk membantunya dirumah. Panti jompo hanya berisi orang-orang miskin, yang tidak mampu membayar biaya penunjang hidup minimal sekalipun. Jumlah pertugas/perawat kurang, mereka lelah sehingga cenderung berperilaku tidak sabar bahkan kasar kepada

penghuni yang dirawatnya. Lantai kamar kotor, sprei tempat tidur tidak pernah dicuci, kebersihan dan kesehatan penghuni tidak diperhatikan, makanan yang tidak higienis dan kurang, semua menjadi gambaran panti jompo bermasalah.

4). Kekerasan Rumag tangga; Domestic violence tidak hanya diaalami anak tetapi juga bisa dalami orang tua yang tinggal bersama

(6)

sangat menyakitkan bagi orang tua itu. Membiarkan dan tidak mengacuhkannya seharian dapat membuat dia sakit hati dan mati.

5). Masalah Kesehatan; Masalah utama dari orang tua adalah kemunduran fisiknya. Berbagai penyakit kronis menjadi sangat mengganggu ketika usia sudah tua. Para perokok menuai akibat penumpukan nikotin di tubuhnya pada usia tua. 40% tempat tidur rumah sakit dihuni orang tua. Penyakit jantung (tekanan darah tinggi, pengapuran arteri, dll) penyakit

pernafasan, rematik, pencernakan, alzheimer dan stroke, umum dialami orang tua. Respon tubuh terhadap obat-obatan sudah tidak bagus, sehingga menjaga kesehatan pad orang tua membutuhkan biaya tinggi.

6). Ancaman kejahatan; Orang tua adalah sasaran empuk tindak kejahatan, paling tidak orang tua selalu mencemaskannya.

D. Homoseksualita dan Homophobia

Homoseksualita adalah perasaan, ketertarikan dan kegiatan seksual yang diarahkan ke orang yang berjenis kelamn sama. Jumlah pengidap homoseks tidak pernah dapat dihitung dengan pasti karena banyak yang tidak mau mengaku homoseksualitasnya dalam wawancara, khususnya pada kalau ho oseksualitas masih dipandang sebagai stigma oleh kelompok tertentu dalam masyarakat. Diperkirana (di Amerika Serikat) antara 1 s/d 5 % laki dewasa adalah gay (male homosexuality) sedang lesbians (female homosexuality) sekitar separohnya. Sebagai tambahan, 5 – 25% laki paling tidak sekali seumur hidup pernah berpengalaman berhubungan dengan homoseksual. 1) Teori Orientasi Seksual: Teori biologis menjelaskan bahwa orientasi seks

dipengaruhi oleh keturunan, paling tidak sebagian diantaranya. Struktur kromosom seksual laki adalah XY, dan perempuan XX. Orang bisa

mempunyai struktur kromosom yang kelebihan X atau kelebihan Y menjadi XXY, XXXY, atau XYY, XYYY. Gen semacam itu menjadi predisposisi

penyimpangan orientasi seksual. Kalau pendidikan memfasilitasi perkembangan orientasi homoseksual, anak akan mudah sekali terpengaruh. Kemudahan itu bisa sukarela atau dipaksa, bisa hanya

sekedar mengenal seorang homo, itu sudah cukup membuat potensi atau predisposisi itu menjadi manifest.

Teori Psikologis menjelaskan homoseksualitas adalah malajusment

(7)

Teori sosiologi mengemukakan beberapa faktor sosiologis yang mungkin mempengaruhi individu menjadi homoseksual. Menurutnya heteroseksual dan himoseksual keduanya merupakan hasil belajar melalui interaksi dengan orang lain. (1) Bisa karena orang melakukan eksperimen, coba-coba (karena seks bersifat fleksibel dan eksploratorik). Mereka

menemukan kegiatan seks sejenis sebagai hal yang baru dan berbeda, tanpa berpretansi bahwa mereka itu homoseksual. (2) Bisa terjadi

homoseksual di penjara karena tidak ada objek heteroseksual, dan mereka kembali heteroseksual ketika keluar dari penjara. (3) Remaja yang

perilakunya mirip dengan lawan jenis (perempuan tomboy atau laki sissie) oleh lingkungan di cap Homoseksual. Ketika oleh teman sebayanya dia “dipermalu,” dikalangan homoseksual dia diterima dengan baik. Ini akan mengubah konsep diri yang semula heteroseksual berubah menjdai homoseksual. (4) Pengalaman melakukan kegiatan seks sejenis, bisa karena dirayu secara halus atau dipaksa-diperkosa. Hasilnya akhirnya sama, orang dapat memperoleh kenikmatan hubungan sejenis, yang dampaknya dia rentan menjadi homoseksual.

Pasti tidak semua homoseksual berkembang dari interaksi sosial, sama halnya tidak semua predisposisi menjadi homoseksual dan tidak semua hubungan anak-orang tua bermasalah berakibat homoseksual. Mungkin masih ada sumber penyebab lain, tetapi kalau seseorang mengalami tiga situasi – biologis, psikologi, sosiologis – pemicu homoseksual, dia sangat rentan mengubah orientasi seksual menjadi homoseksual.

2) Reaksi terhadap Homoseksual; Apakah homoseskaual itu masalah sosial atau bukan, tergantung kepada penilaian masyarakat luas. Sikap umum masyarakat Indonesia umumnya negatif. Lebih-lebih sebagai pemeluk agama Islam, homoseksual hukumnya haram. Sikap toleran masyarakat kepada homoskesual cukup baik, sepanjang tingkahlaku homoseksual itu sendiri tidak “menarik perhatian.” Umumnya mereka memandang

homoseksual dengan perasaan kasihan, dan berdoa mudah-mudahan tidak ada anggauta keluarganya yang mengidap homoseksual. Fenomena di kota besar, toleransi kepada homoseksual cukup besar, sehingga tidak ada penolakan yang sistematis di tempat kerja. Namun perkembangan positif ini banyak dirusak oleh oknum homoseksual yang menjadikan homoseksual sebagai komoditas (pelacuran). Banyak homoseksual yang kehidupan seksualnya permissive, sering ganti-ganti pacar dan melakukan hubungan seks dengan siapa saja. Dampaknya sekitar 40% penderita AID adalah homoseksual.

3). Diskriminasi terhadap gay dan lesbian; Berbeda dengan diskriminasi kepada homoseksual mirip dengan diskriminasi ras, etnik, dan gender minoritas yang status ascribed itu tidak dapat ditolak, homoseksal dapat menolak reaksi negatif itu dengan menahan diri, tidak membuka rahasia bahawa drirnya gay atau lesbis. Diskriminasi pada penjualan rumah, pengembang menolak menjual kepada homoseksual, takut rumah di sebalnya tidak laku. Pabrik dan perusahaan cenderung menolak

(8)

Homoseksual banyak diterima bekerja salon dan perawatan kecantikan (sudah terbukti mereka pintar merias diri yang maskulin menjadi tampil feminin). Angkatan Bersenjata Amerika Serikat mempunyai aturan mengenai rentara yang hooseksual, yakni “do not tell and do not talk.” Homoseksual boleh menjadi tentara asal tidak bicara kepada orang lain bahwa dirinya homo. Orang lain termasuk komandannya tidak boleh bertanya “apakah kamu homo?” sehingga dia juga tidak perlu menjawab pertanyaan semacam itu.

4). Sumber Homophobia; Homofobia adalahperasaan tidak senang dan prejudis yang sangat kuat kepada homoseks. Ada banyak sumber homofon\bia; (1) Agama menjadi sumber homofobia, karena perbiatan homo dalah dosa. (2) Keluarga merasa malu kalau ada anaknya yang homo, dunia seperti kiamat. (3) Rasionalisasi, semakin banyak homseksual akan menggaggu kelestarian demografi. Kalau semua laki menjadi gay dan semua perempuan menjadi lesbian, dalam 25 tahun jumlah penduduk akan berkurang 50%, dan dalam 50 tahun bangsa itu punah. Alasan ini sangat dicari-cari, karena situasi semacam itu tidak mungkin terjadi. Belum pernah ada di masyarakat manapun jumlah homoseksual dapat mengurangi fertilitas nasional). (4) Psikoanalisis (Freud) memandang homoseksual adalah seks yang belum matang dan tidak berkembang (immature – underdevelop), dan heteroseksual adalah seks yang masak dan sehat. Teori ini memberi legitimasi ilmiah untuk memandang

homoseksual secara negatif/homofobia. (5) Homofobia pada adolsesen bisa manifes dalam bentuk kekersan terhadap pengidap homofobia. Remaja itu mencari status, mencari pengalaman adventur, menguji keberanian, dan membuang perasaan bosan dengan menyerang gay. Perbuatan itu sering lolos dari hukum dan dimaafkan masyarakat (yang anti gay).

Bukan homoseksual tetapi sikap masyarakat yang anti homoseksual, stigma/diskriminasi, dan homophobia yang memicu timbulnya maslah sosial. Gerakan yang menuntut kebebasan mengekspersikan pilihan peran seks semakin meningkat, didukung filsafat hak asasi manusia (HAM). Isu homoseksual sering menjadi jargon politik, seperti yang dilakukan oleh Presiden Obama, yang merencanakan menghapus larangan hooseksual menjadi tentara.

E. Usia sebagai Masalah Bersama

Di masyarakat yang manapun pasti ada anak-ana dan orang tua, sehingga masalah itu menjadi masalah yang universal. Masalah usia adalah wajah lain dari masalah pendidikan, ekonomi, budaya, dan masalah teknologi

kesehatan. Kalau kebijakan politik dapat menjamin semua anak memperoleh pendidikan yang mamadai, kalau perekonomian dapat disusun sehingga orang tua yang pensiun tidak menjadi miskin, kalau budaya mengormati orang tua dapat dikembangkan, kalau teknologi kesehatan dapat

(9)

Homoseksual sendiri sesungguhnya bukan masalah, tetapi menjadi pemicu masalah, yakni masalah sikap negatif dan homofobia..

MASALAH

USIA

TEKNOLOG I

KESEHATA N

EKONOMI

PENDIDIK AN

Referensi

Dokumen terkait

Tidak adanya hubungan karena pada saat pengukuran di lapangan suhu udara dalam rumah antara kelompok kasus dan kontrol tidak berbeda jauh serta pengukuran

Hubungan itu kadang mesra (harmonis) dalam arti pemerintah memberikan support sepenuhnya terhadap civil society dalam pengelolaan zakat tanpa melakukan intervensi terlalu

Kebersihan tangan yang sering merupakan salah satu cara yang paling penting sebagai ukuran pengendalian infeksi di Rumah sakit. Tangan harus dicuci sebelum dan

Hasil Penelitian menunjulckan bahwa dari 30 sumur, sekitar 25 sumur dimana ditemukan ada residu pestisida dalam air sumur, hanya 5 sumur yang tidak ditemukan

Saya mengesahkan bahawa Iawatankuasa Pemeriksa bagi Siti Saniab Abu Bakar telah mengadakan pemeriksaan akhir pada 7 Mac 2000 untuk menilai tesis Master Sastera beliau

Berdasarkan empiris, banyak kasus-kasus yang dilakukan episiotomi, karena nyeri waktu menjahit luka menyulitkan petugas, sehingga tindakan yang seharusnya dapat diselesaikan

Teknologi mengalami suatu kemajuan yang sangat pesat pada masa sekarang ini. Teknologi yang canggih telah menggantikan peralatan-peralatan manual yang membutuhkan banyak

ERWAN