• Tidak ada hasil yang ditemukan

UJIAN KOMPETENSI GURU DITINJAU DARI ASPE

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "UJIAN KOMPETENSI GURU DITINJAU DARI ASPE"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

1 UJIAN KOMPETENSI GURU DITINJAU DARI ASPEK PENILAIAN,

PENGUKURAN, DAN EVALUASI

A. Latar Belakang

Guru merupakan tenaga professional yang bertanggung jawab terhadap mutu pendidikan. Pada Undang-undang no 14 tahun 2005 dinyatakan bahwa professional adalah pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan oleh seseorang dan menjadi sumber penghasilan kehidupan yang memerlukan keahlian, kemahiran, atau kecakapan yang memenuhi standar mutu atau norma tertentu serta memerlukan pendidikan profesi (LPMP, 2012).

Istilah professional mempunyai dampak ikutan terhadap pemilik gelar tersebut. Semua pendidik profesional baik pegawai negeri sipil ataupun yayasan akan mendapatkan sumber penghasilan tambahan setiap bulan. Mereka diharapkan dapat memperbaiki kualitas pendidikan dengan menjadi pendidik yang professional. Keahlian, kemahiran, dan kecakapan mereka sangat berguna bagi perkembangan peserta didik, sehingga mampu mencapai standar mutu atau norma tertentu.

Kebijakan pemerintah mengadakan ujian kompetensi guru (UKG) mulai pada tahun 2012 merupakan suatu kemajuan bagi usaha peningkatan mutu pendidikan. Sebagaimana yang dinyatalan dalam undang-undang di atas, professionalism berkaitan dengan keahlian, kemahiran, dan kecakapan guru untuk mencapai standar mutu. Bagaimana pemerintah bisa memantau semua kriteria profesional jika tidak ada ujian. Selama ini guru professional ditentukan melalui portofolio dan diklat; meskipun banyak yang tidak lulus pada portofolio, tapi setelah mengikuti diklat meskipun berulang-ulang, akhirnya lulus juga. Akibatnya, kemajuan pendidikan di Indonesia tidak begitu signifikan meskipun jumlah guru yang professional sudah cukup banyak. Mestinya, makin banyak guru professional, makin tinggi mutu pendidikan di Indonesia.

(2)

2 Salah satu dampak yang jelas dari pelaksanaan UKG terhadap guru yang akan disertifikasi terlihat pada saat diklat. Berdasarkan pantauan penulis saat menjadi instruktur pada sertifikasi guru, kompetensi guru yang mengikuti diklat pada tahun 2012 lebih tinggi dari yang sebelumnya Ini mungkin karena yang mengikuti diklat adalah mereka yang sudah lulus UKG.

UKG untuk guru yang sudah disertifikasi juga penting dilaksanakan. Guru sebagai pendidik tidak mungkin mampu melaksanakan pendidikan dengan benar jika tidak memiliki keahlian, kemahiran, dan cakap melaksanakan tugasnya. Mereka harus selalu mengasah keahliannya dan mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan, sehingga terampil dan cakap dalam melaksanakan tugasnya.

Nanun pelaksanaan UKG pun harus sesuai dengan prinsip penilaian, pengukuran, dan evaluasi. Jika tidak, tentu saja kegiatan ini hanya akan menghabiskan uang, dan tidak memberikan kontribusi terhadap mutu pendidikan di negara ini. Untuk itu pada makalah ini, penulis akan meninjau UKG dari sisi penilaian, pengukuran, dan evaluasi.

B.Pembahasan

1. Pandangan umum tentang Ujian kompetensi Guru UKG)

UKG merupakan cara penilaian dengan menggunakan alat, yaitu tes yang berguna untuk memperoleh informasi tentang kompetensi guru. Sebelum tahun 2012, alat yang digunakan untuk memperoleh informasi tentang kompetensi guru adalah portofolio. Namun, karena tidak efektif menggambarkan keahlian, kemahiran dan kecakapan guru dalam melaksanakan tugasnya, maka mulai tahun 2012, alat yang digunakan adalah tes untuk menguji kompetensi guru., yang diberikan kepada guru yang akan dan sudah disertifikasi.

(3)

3 karena itu perlu dicari payung hukumnya. Dikatakannya juga bahwa hasil UKG termasuk guru yang bersertifikat adalah awal dari penilaian kinerja dan pembinaan guru yang sesuai dengan kondisi dan kebutuhan setiap guru. Dia menambahkan bahwa UKG dilakukan untuk kepentingan pembinaan guru agar lebih baik. Para guru yang tidak mendapatkan standar minimal akan dibina dan dilatih pada tahun 2013 dengan sistem on line.

Zainuddin (31 Juli 2012) menyampaikan bahwa rencana pemerintah mengadakan UKG menimbulkan reaksi dari guru. Para guru mengeluh karena tidak semua cakap dalam menggunakan teknologi internet dan ada pula yang sudah tua, tapi belum disertifikasi. Jadi dia mengusulkan agar Kementrian Pendidikan kembali mengkaji sistem sertifikasi yang sudah dipakai selama ini. Selanjunya dia menyatakan agar pemerintah menunda pelaksanaan uji kompetensi hingga keadaannya kondusif. Namun dia menyadari niat baik pemerintah untuk meningkatkan mutu pendidik dan tenaga kependidikan, tapi perlu memperkuat sistem pelaksanaan yang kredibel dan transparan. Selanjutnya, dia meminta guru yang sudah disertifikasi untuk tidak takut menghadapi ujian. Kalau punya kompetensi, kenapa takut, katanya lagi.

Kompetensi guru pada uji kompetensi awal terhadap calon guru yang akan disertifikasi secara nasional sangat rendah. Rata-rata nilai mereka adalah 42,25, guru TK (58,87), guru SD (36,86), guru SMP (45,15), SMA (51,35), SMK (49,07, (dan pengawas (32,58) Kompas, com). Data ini menimbulkan keprihatinan berbagai pihak terutama orang tua. Bagaimana orang tua berharap anak mereka akan pandai jika diajar oleh guru yang kompetensinya seperti yang digambarkan di atas. Kalau guru saja kompetensinya seperti demikian, berapa kompetensi yang mungkin dicapai oleh anak?

(4)

4 tindak lanjut yang jelas. Janji pemerintah untuk melaksanakan diklat pasca UKG sampai saat ini belum jelas konsep dan rencananya. Bahkan PGRI mencatat pembinaan guru, baik profesi maupun karir di kabupaten dan kota tidak dilakukan dengan benar, karena tidak konsisten untuk menunjang kualitas guru.

Dari beberapa pandangan di atas, terlihat pro kontra pelaksanaan UKG. Pihak guru cendrung menyalahkan pemerintah dan kurang mengakui kelemahan mereka. Sementara pemerintah mempunyai misi untuk perbaikan mutu, namun perencanaannya kurang jelas dan sampai saat ini sosialisasinya kepada guru juga belum ada. Akhirnta, saling salah menyalahkanpun terjadi. Untuk itu penulis mencoba meninjaunya dari sisi penilaiansi, pengukuran, dan evaluasi.

2. Landasan UKG

Ada tiga aspek yang mendasari dilaksanakannya UKG menurut BPSD MPK, yaitu landasan filosofis, aspek teoritis pedagogis, dan aspek empirik social. Masing-masing diurakan sebagai berikut.

a. Landasan Filosofis, yang terdiri atas:

1). Hak masyarakat dn peserta didik untuk mendapatkan pendidikan yang Berkualitas

2). Diperlukan guru yang berkualitas untuk mendapatkan pendidikan yang berkalitas

3) peserta didik harus terhindar dari pendidikan yang tidak berkualitas 4) membangun budaya mutu bagiguru

5) Uuntuk memastikan kelayakan guru dalam melksanakan tugas sesuai dengan standar yang ditetapkan

6). Hakekat sebuah profesi

b. Aspek Teoritis Pedagogis

(5)

5 2).Pembinaan dan pengembangan profesi guru hanya dapat dlakukan secara

efektif jika berbasis pada pemetaan kompetesi guru.

3).Uji kompetensi guru berfungsi sebagai pemetaan kompetensi guru

4) Untuk membangun eksistensi dan martabat sebuah profesi diperlukan mutu dan kualitas para anggota yang tergabung dalam anggota profesi

5) Ukuran kinerja dapat dilihat dari kualitas hasil kerja , ketepatan waktu menyelesaikan pekerjaan, prakarsa dala menyelesaikan pekerjaan, kemapuan menyelesaikan dan mebina kerjasama dengan pihak lain

6). Pengembangan keprofesian berkelanjutan merupakan upaya peningkatan profesionalitas guru yang didasarkan atas penilaian kinerja guru dan uji kompetesi guru

c. Aspek Empirik Sosial

1). Pembinaan dan pengembangan profesi guru tanpa didasri atas bukti empiric atas kompetensi dasar guru dpat membuat penyelenggaraan pengembangan keprofesian berkelanjutan dalam bentuk pelatihan akan kehilangan fukus 2). Beberapa studi membuktikan bahwa UKG berdampak positif pada perbaikan

kinerja guru dan peningkatan kualitas pendidikan

3). Kepercayaan masyarakat terhadap harkat dan martabat guru smakin tinggi dihubungkan dengan kinerja guru dan dampaknya terhadap kualitas pendidikan

4. UKG dan Penilaian

(6)

6 Dari tujuannya dapat disimpulkan bahwa UKG sama halnya dengan penilaian yang mempunyai dua tujuan, yaitu penilaian untuk mempelajari kebutuhan yang dinilai sehingga pembelajaran sesuai dengan kebutuhan. Pemetaan dan identifikasi kelemahan guru bermanfaat untuk mengetahui kebutuhan mereka sehingga pelatihan bisa difokuskan untuk memperbaiki kelemahan tersebut.

Penilaian untuk tujuan ini oleh Gardner (2005:3) disebut assessment for learning, memiliki beberapa tujuan, yaitu: merupakan bagian dari perencanaan yang efektif, fokus pada bagaimana cara belajar siswa, pusat belajar, kunci keahlian professional, sensitive dan konstruktif, meningkatkan motivasi, memberikan pemahaman akan tujuan dan kriteria, membantu siswa mengetahui cara meningkatkan kemampuan, mengembangkan kapasitas untuk penilaian diri, dan mengenal pencapaian hasil belajar.

Ada beberapa tujuan di atas yang bisa dicapai melalui UKG, yaitu bagian dari perencanaan yang efektif. Hasil UKG dapat digunakan oleh pemerintah sebagai pemetaan kompetensi guru, sehingga bisa dibuat perencanaan yang sesuai dengan kebutuhan.UKG juga bersifat sensitif dan konstruktif bagi guru. Guru akan malu jika memiliki kompetensi yang rendah sehingga berusaha mempersiapkan diri sebelum ujian. Guru juga akan lebih termotivasi belajar karena mereka mengetahui kisi kisi yang akan dipelajari. Selanjutnya, dengan adanya UKG guru tentu saja akan menyadari tingkat penguasaan kompetensinya, sehingga dapat membuat perencanaan untuk pengembangan diri secara individual.

Tujuan penilaian UKG yang kedua sama dengan penilaian sumatif, yaitu untuk mencek penguasaan kompetensi guru, dalam hal ini penilaian kinerja guru. Penilaian ini berlangsung pada saat proses terjadi, sehingga jangka penilaian bisa lebih lama. Guru yang baik keinerjanya, tentu saja mempunyai kompetensi yang baik, sebaliknya guru yang mempunyai kompetensi yang rendah tidak mungkin mempunyai kinerja yang bagus. Penilaian ini sebagaimana yang disampaikan di atas bisa dijadikan sebagai bahan pertimbangan untuk peningkatan karir atau kenaikan pangkat guru (Weedon, et al : 2002:13).

5. UKG dan Pengukuran

(7)

7 dengan menghitung jumlah soal yang dapat dijawab dengan benar. Pengukuran berguna untuk mendeskripsikan tingkat kemampuan tertentu dari individu Ebel dan Fresbie (1991: 25).

Instrument yang digunakan pada UKG awal terdiri atas kisi-kisi dan butir soal. Soal UKG dikembangkan oleh tim ahli dengan bentuk soal objektif tes jenis pilihan ganda dengan 4 pilihan jawaban. Tes berisi 30 % kompetensi pedagogik dan 70 % kompetensi professional dengan waktu 120 menit. Selanjutnya, kisi-kisi dijabarkan berdasarkan Peraturan mentri Pendidikan Nasional Nomor 16 tahun 2007, tentang standar kualitas akademik, No 22 Tahun 2006 tentang standar isi, sekolah tempat tugas, program studi dan nama perguruan tinggi setingkat D I,/D II/D III/S 1.

Pengukurn yang baik adalah yang menggunakan instrumen yang baik pula. Instrument yang baik menurut Yusuf (2011: 62-97) adalah yang memenuhi bebarapa kriteria, yang antara lain bersifat valid, reliabel, objektif, praktis, dan norma. Masing-masing akan diuraikan secara ringkas.

Kata valid menurut bukan langsung ditujukan langsungpada tes, tetapipada kesimpulan yang kita ambil dari tes. Kesimpulan yang diambil berdasarkan hasil tes yang dicapai siswa. Apakah kesimpulan yang diambil berdasarkan skor yang dicapai sudah valid?

(8)

8 Construct-related evidence of validity dianggap oleh para ahli sebagai validitas yang paling menyeluruh, karena mecakup semua krteria validitas, yang diawali dengan konstruksi hipotesis. Content-related evidence of validity merupakan bentuk bukti tes yang baik karena kesimpulan yang diambil didasarkan atas soal yang mewakili materi yang tepat untuk menetapkan keputusan (Popham 2003: 45-47). Kubiszyn (2003: 300) menambahkan bahwa validitas isi didapat jika tes menguji tujuan instruksional. Bagi Yusuf (2011: 65) konsep aliditas berkaitan dengan kesesuaian, kebermanaan, dan kebergunaan kesimpulan yang dibuat berdasarkan skor yang diperoleh.

Jika dilihat dari pembutan instrument pada UKG di atas, dapat dissimpulkan bahwa UKG bisa dikatakan memiliki validitas isi karena dibuat berdasarkan kisi-kisi yang dijabarkan atas beberapa aturan yang digambarkan di atas. Selain itu, instrument ini juga dibuat oleh tim ahli, yang tentu saja berdasarkanteori membuat tes. Namun ada bebarap criteria validitas yang tidak bisa dilakukan seperti concurrent validity.

Kriteria berikutnya dari sinstrumen yang baik adalah reliabel. Reliabilitas instrument adalah ketepan, konsistensi, atau stabilitas instrument /pengukuran tertentu. (Yusuf, 2011:63). Reliabilitas instrument terbagi atas tiga macam, yaitu stabilitas instrument, yaitu pengukuran yang dilakukan lebih dari satu kali, tetapi hasilnya stabil yang terlihat dari korelasi antara kedua hasil tes. Bentuk reliabilitas yang kedua adalah bentuk tes alternative, yaitu neeentuk tes yang equivalen dengan tes yang ada dan diberikan kepada kelompok yang sama, dan dikorelasikan hasilnya. Sementara yang terakhir disebut internal konsistensi, yaitu membagi tes ke dalam dua kelompok, yaitu kelompok ganjil dan genap, dan masing-masing dicari rata-rata skornya dan dikorelasikan. Reliabilitas ini disebut juga dengan splithalf (Yusuf, 2011: 63; Popham, 2003:52-53); Kubiszyin, 2003:312-13).

(9)

9 Kriteria berikutnya adalah praktis. Instrument dikatakan praktis jika muda dilaksanakan, mudah diskor, dan diinterpretasikan (Yusuf, 2011: 63). Instrumen UKG mudah dilaksanakan meskupun melalui internet. Dalam panduan dinyatakan bahwa bentuk soal adalah pilihan ganda dengan 4 pilihan. Bentuk ssoal ini mudah diskor dan dinterpretasikan. Jadi instrument UKG memenuhi standar praktis.

Instrmen yang baik juga memilki ciri-ciri objektif. Dikatakan dalam panduan UKG bahwa instrument terdiri atas kisi-kisi dan butir soal yang berbentuk objektif atau pilihan ganda, yang mengukur kompetensi dasar tentang bidang studi dan kompetensi pedagogik. Sebagimana yang disampaikan oleh Yusuf (2011:63) suatu tes dikatakan objektif jika diskor oleh beberapa orang, hasil akan sama.

Terakhir, instrument yang baik memiliki ciri-ciri norma. Instrument ini memiliki kriteria ukuran yang digunakan untuk menetapkan standar minimal batas kelulusan. Norma yangdigunakan bisa norma kelas atau norma acuan mutlak. Jka ingin meningkatkan mutupembelajaran, maka norma acuan mutlak lebih baik diterapkan.

6. UKG dan Evaluasi

Ebel dan Fresbie (1991:24) mengungkapkan bahwa tujuan evaluasi adalah untuk membuat keputusan atas kualitas atau nilai sesuatu-program pendidikan, kinerja dan kemahiran pekerja, atau pencapaian siswa. Sebelum menetapkan keputusan perlu terlebih dahulu menjawab beberapa pertanyaan seperti seberapa jauh tingkat pencapaian mereka, seberapa tinggi kinerja, sudah cukupkah pembelajaran, apakah pekerjaan mereka cukup baik. Produk atau oucome evaluasi bisa dikirimkan kepada orang tua atau kepada kepala sekolah sebagai pertimbangan untuk menentukan kebijakan atas guru yang bersangkutan

(10)

10 Biasanya kualitas kontrol guru tergantung pada profesionitas dan sertifikasi guru. Pengontroloan input adalah bentuk pengukuran yang terpenting untuk memperhatikan kualitas pendidikan untuk jangka panjang, terutama jika digabungkan dengan input lainnya, yaitu kurikulum (Scheerens, Jaap, et al. 2005: 46)

Model Dasar Sistem Evaluasi

Evaluasi objek didefinisikan menurut input, prosess, output dan konteks. Model ini digunakan untuk menkategorikan isi pendidikan yang berbeda. Kotak yang di tengah dianggap sebagai sistem pendidikan nasional, program khusus dari sekolah, kelas, ataupun siswa. Model ini dinamis yang memandang pendidikan sebagai fungsi produksi: input pendidikan ditransformasikan menjadi output. Input lain adalah materi pelajaran dan sumber dana. Karakteristik proses adalah proses dan struktur organisasi dan pengajaran. Output sekolah berupa skor pada tes dan dan aspek konteks yang relevan, misalnya target pencapaian yang ditetapkan oleh tingkat administratif yang lebih tinggi.

(11)

11 Hasil UKG bisa digunakan sebagai informasi yang berharga bagi pemerintah untuk dua hal. Yang pertama informasi dapat digunakan sebagai dasar untuk menentukan kebijakan yang terkait dengan diklat. Selain itu, informasi yang diperoleh dari UKG juga bermanfaat sebagai monitoring kinerja guru, yang berdampak terhadap peningkatan karir ataupun pangkat guru.

C.Kesimpulan dan Saran

Usaha pemerintah untuk melaksanakan UKG adalah suatu langkah maju bagi Negara Indonesia untuk menuju pendidikan yang berkualitas. Jika ingin meningkatkan mutu pendidikan, maka yang ditingkatkan terlebih dahulu adalah kualitas pendidiknya. Pekerjaan berat ini tentu saja tidak mudah dilaksanakan dan butuh kerja keras serta kerjasama berbagai pihak.

(12)

12 References

BPSDMPK LPMP. 2012. Pedoman Ujian Kompetensi. Jakarta: BPSDMPK.

Ebel, Robert and David A. Frisbie. 1991. Essentials of Educational Measurement. New Delhi: Prentice Hall.

Gardner, John R. 2005. Assessment and Learning. London: Sage publication ltd.

Gultom, Syawal. Guru Bersertifikat Wajib Uji Kompetensi. Kepala Badan Sumber Daya Manusia. Dhoni Zustiyantoro. (pen). Kompas. Com. Sabtu, 16 Juli 2012

Kubiszyn, Tom and Gay Borich. 2003. Educational Testing and Measurement: Classroom Application and Practice. Hoboken: Jon Willey and Sons, Inc.

Popham, W. James. 2003. Test Better, Teach Better : the Instructional Role of Assessment. Virginia: ASCD

Scheerens, Jaap, et al. 2005. Educational evaluation, Assessment, and monitoring. Lisse Abingdon Exton: Swets &Zeitlinger publishes.

Weedon, Paul et al. 2002. Assessment: What is in It for School. London: Routledge

Yusuf, A. Muri.2011. Asesmen dan Evaluasi Pendidikan: Pilar Penyedia Informasi dan Kegiatan Pengendalian Mutu Pendidikan. Padang: UNP Press

Zainuddin, Ahmad. Mendesak Pemerintah Menunda Uji Komptensi. Anggota Komisi Pendidikan DPR Tempo, CO. Selasa, 31 Juli 2012.

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui keterampilan menulis puisi siswa sebelum diterapkannya teknik akrostik, proses penerapan teknik akrostik pada setiap siklus,

Menggunakan sistem proteksi pasif yang melingkupi konstruksi tahan api, terdapatnya pintu keluar darurat dan tangga darurat dengan koridor yang aman dari api dan

tentang cara-cara bersengketa di PTUN, serta mengatur hak dan kewajiban pihak- pihak yang terkait dalam proses.

Berdasarkan penjelasan para ahli dapat disimpulkan bahwa faktor penyebab underachiever yang berasal teman sebaya terdiri dari: a. Keberadaan teman sebaya yang memiliki kesamaan

a) Menugaskan peserta didik untuk melakukan penguluran (Stretching) yang dimulai dari gerakan kepala menuju ke arah kaki, dengan hitungan masing-masing

 Peserta didik memperagakan keterampilan gerak kuda-kuda, pukulan, tangkisan, tendangan, dan elakan dalam pencak silat dengan dengan menunjukkan nilai..

Guru menyampaikan tehnik penilaian untuk kompetensi yang harus dikuasai, baik kompetensi sikap spiritual dengan observasi dalam bentuk jurnal, kompetensi

 Guru menyampaikan kompetensi yang akan dicapai, yaitu memahami prosedur variasi dan kombinasi gerak berbentuk rangkaian langkah dan ayunan lengan mengikuti