• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kekristenan di dunia kuno besar

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Kekristenan di dunia kuno besar"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

-Kelompok

Singa-Dewi Kumala Sari (01120001) Hizkia Fredo Valerian (01120010) Dhani Remius Widya P (01120016) Christo Dean Patria (01120024)

Kadek Dwi Prayoga (01120031)

Yuniati Lomi (01120037)

Ign. Setya Pambudi (01120044)

Kekristenan di dunia kuno

Pendahuluan

Tidak dapat dihindari bahwa Kekristenan muncul dari sebuah konteks. Kita pun juga mengetahoi bahwa kekristenan tidak muncul dari nol hingga terbentuk sebuah tradisi “Kristen” dan hingga saat ini kita yakini. Dengan kesadaran akan keberadaan kekristenan dalam sejarah, maka dalam bagian yang kita bahas ini mencakup beberapa hal yang berkaitan dengan sejarah yakni penemuan arkheologis hingga kesaksian dari konteks yang dihadapi oleh tradisi kekristenan mula-mula.

Dalam bab ini akan membahas orientasi umum mengenai beberapa topik tertentu, meskipun kami juga akan menyoroti beberapa informasi dari bab-bab lain. Dengan sengaja kelompok mengecualikan pengenalan terhadap tulisan-tulisan Perjanjian Baru dan literatur Kristen awal lainnya. Sebaliknya, kelompok berniat untuk memperkenalkan sumber tambahan yang tidak ada di tempat lain, untuk menunjuk ke kompleksitas latar belakang sejarah dari awal Kristen, untuk meringkas jenis ekspresi awal Kristen dan dengan mengakomodasi perbedaan dan tanggapan terhadap pemberitaan Kristen, dan kemudian untuk meninjau apa yang menjadi latar belakang untuk studi awal Kekristenan untuk menunjukkan tempat khusus pada zamannya.

Referensi sastra Kristen dalam sumber-sumber non - Kristen

Pada bagian ini hanya daftar referensi , karena ayat-ayat ini dikutip atau dibahas di tempat lain dalam buku ini . Nomor halaman yang menyertai referensi menempatkan kutipan atau diskusi .

1. Penulis Latin

Suetonius, Claudius..

Tacitus, Annals..

Pliny the Younger, Epistles..

2. Penulis Yunani

(2)

Celsus, true doctrine..

Epictetus, discourse..

Marcus Aurelius, meditations..

Galen, See R. Walzer, Galen on Jewes an Christianity..

3. Sumber-sumber Yahudi di Yunani Josephus, Ant..

4. Sumber-sumber Yahudi dalam Bahasa Ibrani dan Aram

Benediction

Bukti Arkeologi pada Sejarah Kekristenan Awal

Prasasti

The Delphi-prasasti Galio . Merujuk pada Tujuh fragmen dari sebuah prasasti yang berisi variasi baru dari kaisar Claudius yang ditemukan di Delphi, Yunani. Dari sumber lain itu diketahui bahwa Claudius dengan dua puluh enam aklamasinya sebagai imperator harus menjabat antara akhir tahun 51 hingga 1 Agustus, 52. Pada saat itu Galio menjadi gubernur di Akhaya. Karena gubernur provinsi bertugas di musim panas , sekitar 1 Juli, dan biasanya bekerja selama satu tahun , gubernur Galio menjabat antara musim panas tahun 51 dan musim panas 52. Kemungkinandalam Kejadian 18:12 muncul adalah bahwa itu tak lama setelah asumsi muncul bahwa orang Yahudi membawa tuduhan terhadap Paulus, yaitu, musim panas musim gugur 51. Karena pelayanan Paulus di Korintus berlangsung delapan belas bulan ( Kisah Para Rasul 18:11) dan dengan kepergiannya beberapa waktu setelah episode Galio, kita dapat menempatkan kedatangannya di Korintus pada awal 50. Pentingnya informasi ini adalah bahwa hal itu memberikan satu tanggal tetap untuk kronologi mutlak kehidupan Paulus dan salah satu dari beberapa tanggal relatif tertentu dalam sejarah Perjanjian Baru .

Tata cara (mungkin hukum yang direvisi) tidak mengatakan apa-apa tentang Kekristenan , dan itu merupakan sikap normal dari dunia kuno terhadap perampokan makam ( yang tetap cukup sering dilakukan untuk menjadi subjek perhatian ) dan terminologi pagan normal. Di sisi lain, cerita yang dituliskan dalam Matius 28:11-15 dan tempat di mana prasasti itu dilaporkan ditemukan telah memicu dugaan . Apakah kisah tubuh yang hilang dan asal-usul gerakan Kristen, tersebut sangat mengganggu orang-orang Yahudi pada masa sepanjang kekaisaran Claudius, di belakang usaha untuk kembali mendirikan prasasti ini di Nazaret? Kita mungkin tidak akan pernah tahu , dan relevansi dari tata cara ini untuk asal-usul Kekrisatenan ini, paling-paling hanya bersifat terkaan. yang jelas, kita tidak perlu kesaksian Romawi secara resmi untuk mengetahui sentralitas kebangkitan dalam perkembangan Kekristen.

Papirus

(3)

dipimpin oleh Philo ke Roma di bawah Caligula ) memiliki kepentingan besar untuk abad pertama sejarah Yahudi dan berimplikasi untuk status hukum masyarakat Diaspora pada umumnya . Claudius tampaknya sering harus berurusan dengan "masalah Yahudi " sering kali harus mendapat gangguan oleh komunitas Yahudi yang disebabkan oleh adanya pemberitaan Kristen . Pengkhotbah Kristen mungkin mencapai Alexandria dari Palestina dan Suriah , dan bahwa pada awal Claudius , tetapi diragukan bahwa ada referensi untuk itu dalam bagian ini , terlepas dari bahasa tentang mengobarkan semangat "mewabah di seluruh dunia ".

Papirus Kristen. Sekarang ada beberapa papirus tertanggal pada awal abad ketiga yang berisi bagian-bagian dari Perjanjian Baru . bagian yang cukup terkenal adalah fragmen tertua dari kitab Perjanjian Baru, yang ditemukan oleh John Ryland, tertanggal sebelum tahun 150M , yang telah memberikan quem terminus ante untuk penulisan keempat Injil. Banyak dari papirus Kristen mewakili dokumen nonkanonik, hanya beberapa yang sebelumnya dikenal . Selain mereka pengetahuan tentang asal-usul Kristen akan beragam dinilai. Angka tersebut mengacu pada adanya peningkatan terus-menerus mengenai adanya temuan baru , sehingga catatan bibliografi memberikan karya referensi di mana informasi tentang papirus tersebut dapat ditemukan .

Koin

Pembuatan mata uang pada awal masa kekaisaran Romawi banyak memberikan titik temu dengan Perjanjian Baru dan latar belakang sejarah . Studi terbaru menunjukkan adanya kemungkinan itu.

Beberapa pernyataan dari Peninggalan Arkeologi

Pada umunya dapat diterima bahwa tidak ada data yang selamat mengenai sisa-sisa arkeologis kekristenan sebelum A.D. 200. Ini berlaku pada katakombe-katakombe yang terdapat pada bangunan bawah tanah dan prasasti-prasasti Kristen yang teridentifikasi. Ada beberapa sisa-sisa kekristenan dari abad pertama, namun karakter kekristenannya diragukan.

Salib di Herculaneum

Di lantai dua apartemen Herculaneum, terdapat ruangan yang dimana salah satu dindingnya ditutupi dengan lapisan putih. Pada lapisan putih tersebut terdapat ukiran dalam bentuk salib latin. Tinggi 0,43 m, dan panjang 0,365 m. Juga terdapat lemari yang berada di lantai bawah dan salah satu salib diartikan sebagai altar dan ruangan tempat pemujaan. Jejak yang ada di lapisan ditinggalkan pada kayu yang digunakan untuk lemari dinding, rak, perapian, dan bagian-bagian yang dapat mendukung bukti lain.

(4)

Ossuaries

Ossuaries dari kuburan di sekitar daerah Talpiot pinggir kota Yerusalem memberikan bukti bagi awal kekristenan di tanah kelahirannya (Yerusalem). Ossuaries sendiri berasal dari pertangahan abad pertama. Salah satu dari Ossuaries diberikan tanda dengan menggunakan symbol Pus (cross) yang dibentuk dari arang di masing-masing sisinya. Tanda yang sama nampak pada Ossuaries lain, yang ditemukan di gunung olives. Mereka menuliskannya dengan tulisan ibrani, mereka menuliskan nama-nama yang terkenal dalam perjanjian baru, yaitu Siemon Barsabah, Maria anak Siemon, singkatan dari Mattathias. Terdapat dua hal yang nampak terlihat jelas dari dua prasasti Yunani, yaitu satu ditulis dengan tulisan Iesous iou (Yesus menderita), dan yang satu lagi Iesous aloth. Hal ini sulit untuk diartikan, mungkin hal tersebut hanya sebuah keluhan atau ratapan, dan sering diterjemahkan secara langsung dari huruf ibrani. Iou dan aloth mungkin adalah variasi dari Yahweh dan sabaoth. Sebenarnya kedua nama ini harus dibaca sebagai nama pribadi, “Yesus, putra Yudas” dan “Yesus, putra Aloth”. Kebanyakan Nama didalam Ossuaries adalah nama Yahudi yang diidentifikasan yang dengan beberapa figure dalam PB, namun hal ini masih meragukan, meskipun nama Yesus itu sendiri bukanlah nama yang biasa.

Meskipun tuntutan awal adalah untuk menemukan “dokumen awal kekristenan” yang kekurangan bukti, hal ini tidak keluar dari pertanyaan bahwa beberapa Ossuaries ditemukan di sekitar Yerusalem seperti yang dimaksudkan oleh para orang yang percaya pada Yesus. Masalah yang lebih besar adalah keaslian atau bukti tertulis dari pernyataan “James, son of Joseph, brother of Jesus.” Sayangnya tidak ada bukti yang ditemukan meskipun mengandung nama Jesus. Tidak ada indentifikasi dengan keluarga Yesus dari Nazaret, namun kombinasi hubungannya cukup mencolok.

Makam Petrus

Penggalian dibawah Basilika santo Petrus (St. Peter’s basilica) di Vatikan menghasilkan penemuan yang berakibat pada terciptanya bibiliografi yang sangat hebat. Sebagian surat dari abad ke dua mengatakan tentang adanya nisan peringatan di bukit Vatican sebagai peringatan bagi Petrus sang Martir, tapi belum secara pasti bahwa tempat atau sisi yang telah ditentukan adalah benar. Tampaknya untuk menemukan lokasi secara pasti haru dilakukan penggalian dibawah St. Peter. Untuk mengidentifikasi St. Peter sangatlah sulit dan tidak dapat menduga-duga lebih lanjut. Bukti literatur dan arkeologi menegaskan tentang pelayanan Paulus dan Petrus di Roma, dan juga sebagai bukti kematian mereka yang terpisah dibawah Nero.

Sikap Pagan Terhadap Orang Kristen

(5)

bagaimana pandangan masyarakat ketika bersinggungan dengan orang Kristen maupun kekristenan, apa yang ditonjolkan dalam kekristenan, hal apa yang perlu dipertimbangkan maupun mengganggu mengenai kekristenan, serta apa yang dikatakan kekristenan mengenai isu-isu yang terjadi saat itu.

Kekristenan awalnya disebutkan dalam literatur di kalangan atas warga Roma dan digambarkan sebagai takhayul (superstition) yang mempunyai konotasi dengan “mempercayai sesuatu dengan mudah (credulity)” dan kontras dengan religio. Seneca memperlihatkan kekontrasan di antara keduanya secara tepat yakni religio menghormati dewa-dewa sedangkan superstitio tidak. Selanjutnya terdapat beberapa pandangan dari beberapa pihak mengenai kekristenan, pandangan yang baik maupun buruk.

Tacitus : Ia menggambarkan mengenai kebakaran besar yang terjadi di Roma serta penyiksaan orang-orang Kristen oleh Nero pada karyanya Annals. Dalam penggambarannya, kebakaran besar itu terjadi di tahun 64 Masehi di masa pemerintahan Kaisar Nero dan ia menuduh orang-orang Kristen sebagai dalang dari kejadian itu serta kekejaman Kaisar menghukum orang-orang-orang-orang Kristen dengan siksaan yang kejam. Tacitus sendiri tidak mempercayai tuduhan pembakaran yang disengaja itu tetapi ia tetap memandang rendah terhadap keKristenan. Berbagai tuduhan sebenarnya ditujukan pada orang Yahudi tetapi kemudian menyebar ke orang Kristen juga karena beberapa hal yang sama yakni dalam menarik diri dari kegiatan kaum pagan.

Suetonius : Dalam tulisannya yang secara singkat mengenai orang Kristen dalam peristiwa yang sama menuliskan bahwa hukuman terhadap orang Kristen terjadi karena mereka adalah sekelompok orang dari takhayul baru dan jahat. Sehingga sepanjang waktu sesudahnya, mereka menjadi korban yang disalahkan dari masalah politik maupun bencana alam

Pliny : Gubernur daerah Bitinia, yang juga melabeli keKristenan sebagai takhayul, namun ia juga belajar sesuatu yang lain dari mereka yakni kekeraskepalaan dalam menuruti perintah yang menjadi ancaman bagi Roma dibanding kepercayaan mereka terhadap agama tradisional. Dalam pemeriksaannya, ia tidak mendapati “kejahatan tersembunyi” yang menurut dugaan dihubungkan dengan orang Kristen. Hal mengenai “kejahatan tersembunyi” ini diketahui dari tulisan seorang yang membela Kristen yakni Athenagoras.

(6)

kebangkitan (hidup abadi), dan menerima doktrin berdasarkan iman dibanding argumen yang demonstratif.

Celsus : Ia bersama cendekiawan lainnya yakni Lucian menolak doktrin Kristen mengenai inkarnasi, penyaliban dan kebangkitan serta mengkritik penekanan pada keyakinan yang mengorbankan akal. Kritikan berikutnya ialah bahwa Kristen terdiri dari anggota masyarakat kelas bawah yang tidak menguntungkan seperti budak, wanita dan orang lemah. Namun yang membuat Celsus sangat kecewa adalah cara di mana Kristen melanggar tata tertib masyarakat, meninggalkan agama tradisional, dan tidak membantu kaisar berjuang melawan musuh-musuh kekaisaran Roma.

Kekeraskepalaan sikap orang Kristen yang lebih memilih jalan martir dibandingkan sikap patuh pada Roma menggusarkan kaisar Markus Aurelius. Keyakinan iman Stoisnya memperbolehkan bunuh diri, tetapi ia mengkontraskannya dengan kerugian dari kesiapan Kekristenan untuk kesyahidan. Epictetus juga mencatat karakteristik ini dari Kekristenan. Dalam mengomentari mengenai kebebasan dari ketakutan dan ketidakpedulian kepada hidup. Namun dalam hal ini tingkah laku Kekristenan tidak ditujukan untuk sebuah alasan, tetapi kepada kebiasaan – atau gaya hidup, sebuah prinsip etis.

Galen : Ia memberikan laporan yang paling menyenangkan pada Kekristenan. Lebih jauh daripada Epictetus, ia melihat Kekristenan mengajarkan dan melakukan sebuah moralitas dan cara hidup yang mempunyai kemiripan dengan yang dilakukan filsuf – filsuf. Dalam hal ini berkaitan dengan pengendalian diri dalam hidup berpasangan, pandangan terhadap kematian, pengendalian diri dari makanan dan minuman, serta mengutamakan keadilan.

Status Legal Kekristenan

Kekaisaran Romawi memperkenankan keberadaan orang-orang Yahudi karena agama mereka adalah salah satu agama kuno dan telah sekian lama sanggup mandiri sebagai sekutu Roma. Awalnya, penguasa Roma tidak membedakan Kekristenan dari Keyahudian, dan Kekristenan mendapat perlindungan hukum yang legal sebagaimana diterima Yahudi. Kita bisa melihat contohnya dalam Kisah Para Rasul ketika penguasa Roma menganggap tuntutan orang-orang Yahudi melawan Kekristenan sebagai urusan internal orang-orang Yahudi.

(7)

orang Kristen oleh kekaisaran. Kemudian orang Kristen diakui berbeda dari orang-orang Yahudi. Nero rupanya bertindak melawan suatu kelompok yang menempatkan kelompok itu dalam bahaya. Nero memerintahkan orang-orang tertentu untuk membakar kota, lalu menuduhkan bahwa orang-orang Kristenlah yang melakukannya. Sehingga ada alasan untuk mencelakai orang-orang Kristen. Walaupun tindakan ini hanya terjadi di Roma, perbuatan Nero ini dapat ditiru dikemudian hari.

Dari sumber kekristenan yang lain, Domitianus dicatat sebagai penyiksa orang-orang Kristen pada masa kekristenan awal juga. Serangannya dilakukan terhadap “ateisme” dan referensinya dibuat berdasarkan “kebiasaan orang-orang Yahudi”, namun mungkin alasan utamanya adalah alasan politis.

Lalu kekaisaran Trajanus menyediakan titik terang dalam pengetahuan tentang status legal bagi kekristenan. Penting untuk dicatat bahwa Pliny, seorang berpendidikan anggota petinggi Roma, tidak pernah muncul dalam penganiayaan orang-orang Kristen dan hanya memiliki gagasan yang samar-samar tentang kekristenan. Plini menemukan terdakwa jatuh pada tiga kelas berikut: 1) Yang mengakui menjadi Kristen dan tetap melakukannya dieksekusi (kecuali bagi warga negara Roma, dikirim ke Roma dulu untuk diadili). 2) yang menyangkal pernah menjadi Kristen dibebaskan ketika mereka melakukan ritual religius dihadapan gambar kaisar dan para dewa, serta mengutuk Kristus. 3) Yang pernah menjadi Kristen dan tetapi sudah murtad (ditandai menyembah gambar kaisar dan mengutuk Kristus), menghadapi persoalan yang paling berat. Plini ingin menguatkan keingkaran terhadap iman Kristen, dan ia merasa bahwa banyak yang bisa ditarik keluar dari kekristenan jika orang mudah dibuat menyangkalinya.

Jika hukuman diberikan karena suatu “label” (misal menjadi anggota suatu kelompok), mereka yang murtad dapat diampuni. Jika hukumannya diperuntukkan bagi perbuatan kriminal, penyelidikan dan hukuman harus diproses dan yang bersalah dihukum. Mereka yang murtad dan menyangkali agamanya menyukai aturan yang pertama. Sedangkan orang-orang Kriten yang beriman lebih suka yang kedua, karena mereka setia kepada “label” mereka dan bersikeras bahwa mereka tidak bersalah atas tindak kejahatan apapun. Apologet Kristen abad ke-dua berpendapat bahwa orang-orang Kristen jangan dihakimi karena “label” mereka tetapi seharusnya karena tindakan kriminal tertentu. Hingga beberapa waktu kemudian, pemerintah masih menentang orang-orang Kristen dan menguatkan mereka yang murtad. Hadrian menegaskan keberadaan peraturan ini dalam sebuah tulisan yang dikutip oleh Justin dan Eusebius. Justin Memahami tulisan ini bahwa orang-orang Kristen dihukum hanya untuk tindakan kriminal spesifik dan juga dalam efek untuk melindungi mereka dari penyiksaan. Namun tulisan Hadrian didesain untuk mengatur berjalannya pengadilan hukum dimana usaha perlindungan yang legal dapat diawasi.

(8)

memprovokasi penganiayaan, sementara penguasa mencoba untuk menghindarkan orang-orang Kristen dari hukuman mati.

Suasana ini berubah pada tahun 250 M ketika Desius mendekralasikan supplicatio yang isinya memanggil penduduk seluruh kekaisaran untuk berkorban bagi para dewa. Kala itu kekristenan secara legal terlarang: bagi mereka yang tidak patuh akan dipenjara, disiksa, dan beberapa dibunuh. Secara kebetulan, Desius tidak hidup lama untuk melancarkan ancamannya ini yang bisa berakibat fatal bagi gereja. Kemudian usaha untuk melanjutkan keputusan ini tidak mendapat tujuannya, karena gereja telah bertimbuh terlalu besar dan berkuasa untuk dihancurkan dengan kekerasan.

Hambatan Penerimaan Kekristenan

Dalam kenyataannya persebaran dan perkembangan Kekristenan tidak melalui jalan yang lancer-lancar saja. Kekristenan mengalami banyak hambatan, justru ketika kekristenan sudah mendapatkan pengakuan semakinbanyak juga hambatan yang dialami. Salah satu hambatan yang terbesar adalah sikapdari para penganut paganisme. Akan tetapi hal yang menarik dengan adanya hambatan-hambatan, justru kekristenan dapat semakin luas dikenal oleh berbagai kalangan. Seperti contohnya, dengan adanya Martir, justru membuat kekristenan semakin popular dan dikenal oleh banyak orang. Bahkan menurut Tertulianus, sebagaimana dikutip oleh Ferguson, menyatakan bahwa “darah orang Kristen (para Martir) adalah benih”. 1 Dengan demikian, tetap

kita ingat bahwa pada realitanya kekeristenan menempuh jalan yang sulit untuk berkembang.

Adanya pengakuan terhadap Kekristenan sebenarnya hanyalah sebuah tanga yang terlihat dari luar, kesulitan paling besar dari penyebaran Kekristenan adalah struktur social yang telah ada dan sangat kuat. Social,ekonomi, kehidupan kebudayaan, sebagaimana politik juga sangat erat dengan politheistik. Terlebih pada masa itu para pejabat dan petinggi sepekat untuk menolak Kekristenan, sehingga keberhasilan dapat erjadi dari para penduduk kota yang mau menerima pemikiran yang baru dan untuk perubahan.2

Pengajaran yang utama dalam kekristenan sendiri juga sangatlah sulit diterima oleh para pengikut pagan. Seperti halnya sebagai contoh penyembahan kepada anak Allah yang disalibkan, sebagaimana dinyatakan Paulus, “tetapi kami memberitakan Kristus yang disalibkan: untuk orang-orang Yahudi suatu batu sandungan dan untuk orang-orang bukan Yahudi suatu kebodohan” (1Cor 1:23 ITB). Rumusan penderitaan dan kematian anak Allah menjadi hal yang asing bagi orang pagan, tetapi penyaliban sebagai kriminalitas penguasa menjadi pengajaran singkat untuk mendapat respon baik.3

1 Ferguson, Everett, Backgrounds of Early Christianity, (Michigan: Grand Rapids, 2003) hal. 608 2 Ibid,.

(9)

Kekristenan berada pada posisi yang menguntungkan maupun merugikan, bisa dikatakan bahwa konsekuensi dari keberadaannya sangat ambigu –dalam kaitannya dengan Yudaisme. keterkaitan Yudaisme dengan Kekristenan memberikan keunungan secara status dalam pemerintahan romawi, yang mana statusnya dianggap sama dengan orang Yahudi, namun di sisi lain sentiment dari kaum pagan pada Yudaisme sekaligus juga harus dirasakan oleh kekristenan.

Agama-agama Pesaing

Yudaisme

Yudaisme menjadi salah satu pesaing yang kuat bagi Kekristenan. Meskipun dengan adanya pandangan yang negative bagi Yudaisme (berbagai tradisi yang tidak disukai oleh orang pagan), juga sikap yang menarik diri pasca pemberontakan Bar Kokhba, Yudaisme tetap menjadi pesaing yang kuat. Pertobatan orang-orang yang takut akan Tuhan menjadi sasaran yang baik sebagai bentuk penyebaran Kekristenan, tetapi keberadaan orang-orang tersbut juga menunjukkan kemenarikan dari Yudaisme. Dengan demikian Yudaisme memberikan kesulitan bagi kekristenan sehingga nuasnsa persaingan yang tengang dalam mendapatkan simpati dari orang-orang dari luar. Sehingga sejauh dapat memberi perhatian pada kalangan proselit, Kekristanan dapan memenangkan persaingannya, namun akan segera meemukan kesulitan untuk merubah keyahudian untuk beralih pada Yesus.

Keagamaan Pagan dan Filsafat

Kekristenan tidak mendapatkan ruang di tengah keagamaan Romawi dan Filsafat. Keberadaan pesaing yang banyak dalam hal intelektual, moral, dan kesetiaan emosional dari masyarakat setempat memberikan persaingan yang luas bagi Kekristenan. Banyak hal yang berbeda menjadi hal yang penting dalam kesuksesan Kekristenan. Dari situ kemudian ada bentuk-bentuk yang diperbandingkan, memiliki hubungan antara apa yang ada dalam Kekristenan dan para pesaingnya, seperti Stoicism, Mithraism, dan keagamaan misteri secara umum.

Kelemahan para pesaing dari kekristenan sendiri tidak dapat menggabungkan antara filsafat dengan keagamaan menjadi satu kesatuan. Banyak tradisi-tradisi keagamaan yang tidak dapat memberikan penjelasan lengkap tentang adanya kenyataan (kebebasan moral pada umumnya), mereka juga tidak dapat memberikan penjelasan tentang hati nurani atau yang dasar dalam tingkah laku moral. Oleh karena ketidakmampuan keagamaan popular itu, Kekristenan memberikan hal yang berbeda, dan menunjukkan bahwa ia dapat menggabungkan antara keyakinan iman dengan cara pandang dan pola hidup yang mana secara filosofis dipertahankan.

Gnostisisme dan kekristenan dengan versi yang berbeda

(10)

mengindikasikan di dalam beberapa tulisan Perjanjian Baru berisikan koreksi kepada respon yang salah. Permasalahan yang kemudian dihadapi adalah Ortodoksi. Bauer, sebagaimana dikutip oleh Ferguson, menekankan pada pengertian bahwa ortodoksi merupakan sikap pengabaian dari suatu pandangan normatif sebuah kepercayaan pada pengajaran mula-mula – seperti pada jaman bapa-bapa gereja.4

Pada kenyataannya, perkembangan Kekristenan tidaklah berjalan secara lurus, melainkan dengan proses yang dinamis, dengan adanya keberagaman di dalamnya. Namun di pihak lain, perbedaan terkadang menujukan sikap pengabaian terhadap inti dari keimanan, dan secara umum, perbedaan dianggap sebuah hambatan yang menyulitkan dimengertinya pengajaran norma gerejawi, sejarah pengkanonan, dan perkembangan yang cenderung orthodoksi.5

Kekristenan Yahudi

Kekristenan yang berasal dari Yudaisme tidak pernah melepaskan bentuk-bentuk Keyahudian. Pulus sendiri menemukan beberapa gejala yang bertentangan dengan pelayanannya dengan penganut setia keyahudian yang bertitik berat pada hokum Musa, yang mana oleh orang kafir sendiri dipertahankan sebagai hokum yang dipatuhi. Kekristenan yang semakin didominasi oleh orang yang bukan Yahudi, mengakibatkan beberapa penganut Yahudi menyerah dalam menjalankan kehidupan Yudaisme dan menjadi satu dalam penganut Kekristena bukan Yahudi. Dengan demikian ada kecenderungan yang bebeda (yang tidak bisa secara utuh dikatakan sebagai sekte) kemudian muncul dalam komunitas-komunitas.

1. Kecenderungan Gnostik. Ide Gnostik dipengaruhi oleh Kekristenan Yahudi. Kelompok ini menggunakan ide Yahudi menyangkut millennialisme tetapi juga mempertahankan pengajaran Docetic, dan membuat pemisahan antara Tuhan yang sebenarnya degan Tuha Pencipta.

2. Tendensi Mediating. Beberapa orang Kristen Yahudi melanjutkan untuk hidup dibawah hokum (Yahudi) tetapi tetap menerima keberadaan orang Kristen non Yahudi, dan tidak memaksanya untuk melakukan cara hidup yang sama.

3. Kecenderungan Sektarian. Kecenderungan ini sangat menekankan sebuah kehidupan yang tersiksa dalam kesulitan dan kemiskinan bagi mereka yang mempercayai Tuhan.

Faktor - Faktor yang Menguntungkan Untuk Kekristiani

Keadaan dari Luar

Kita dapat melihat, meskipun Kekristenan mengalami berbaga hambatan dan kesulitan tetapi pada kenyataannya Kekristenan dapat berhasil bertahan. Berbagai hal yang adalah kesulitan tidak melulu negative, justru terkadang menjadi faktor yang mendukung dan positif. Sepertihalnya

4 Ibid,. hal. 612

(11)

pemerintahan yang stabil (Romawi pada masa itu) merupakan faktor yang sangat menguntungkan bagi pertumbuhan dan penyebaran Kekristenan. Terdukungnya keamanan mobilitas dengan berbagai akses yang dibangun menguntungkan perdagangan dan wisatawan. Bahkan di samping itu juga dengan berlakunya misionaris seagai petugas pemerintahan pun juga memberi keuntungan.

Penggunaan bahasa Yunani secara umum dalam lingkungan Romawi membawa pengaruh yang juga besar bagi perkembangan Kekristenan. Penggunaan bahasa yang umum akan memudahkan untuk menyamakan pola berpikir dan persepsi guna melakukan pengajaran tetang Injil Yesus. Dengan lebih spisifik kami akan membicarakan tentang salah satu aspek peting yakni : Hellenistic Judaism.

Yudaisme Helenis

Yudaisme Helenis menjadi factor penting dikarenakan pada masa Romawi, keyahudian dapat bersesuaian dengan keadaan dan lingkungan di sekitarnya. Bahkan tidak hanya berada di lingkungan Romawi, tetapi juga diluarnya. Keberadaan sinagoge di berbagai daerah menunjukkan bahwa diaspora Yahudi dapat diterima di lingkungan lain. Sinagoge yang tersebar kemudian menjadi jalur operasi bagi kekristenan untuk masuk ke berbagai lingkungan. Di samping itu, penggunaan bahasa (sebagaimana telah dibahas –Yunani) sangat mendukung pemahaman dari komunitas yang ada dalam lingkungan Helenis. Penerjemahan kitab Ibrani contohnya, kemudian dapat menjadi sarana memberi pemahaman kepada seluruh komunitas sejauh makna, kebajikan yang ada di dalamnya dipertahankan. Dengan demikian dalam prosesnya kekristenan –melalui Yudaisme- dapat menarik orang-orang kafir (pagan) berpikiran serius tentang: monoteisme, standar etika yang tinggi, sebuah komunitas sosial yang erat, otoritas sebuah kitab suci kuno, dan ibadah yang rasional.

Apa Yang Unik Dalam Kekristenan?

Kekristenan menunjukan diri sebagai tindakan dari Allah di dalam hubungan dengan manusia, yaitu pernyataan ilahi dari Allah sendiri. Banyak orang yang percaya pada keristenan pada faktanya telah menyederhanakan keasliannya, dan menekankan pada persiapan ilahi untuk kekristenan. Kekristenan mengklaim adanya penyataan dari Allah, bukan pada keasliannya, dan klaim ini tidak langsung dinyatakan dalam pembuktian sejarah. Keputusan untuk atau juga melawan kekristenan merupakan permasalahn iman, bagaimana pun juga banyak penyelidikan sejarah mungkin dapat mendukung atau juga tidak meyakinkan.

(12)

bagian yang hendak menyatakan dengan penelitian atau pencarian berbagai informasi, tidak ada hal mendasar yang hilang dari kekristenan.

Kristus menjadi bagian yang esensial dan menjadi sentral dalam perkembangan Kekristenan. Yesus, baik kehidupan dan pengajarannya berada secara pararel dan menjadi bagian dari dunia kuno, Yesus baik karya dan pribadinya merupakan keunikan dari Kekristenan. Sebagaimana diungkapan oleh Frank Cross bahwa, iman Kristen dengan menghargai keagamaan kuno, menyatakan tidakan baru dari Kasih Allah, dan penyataan dari Kasihnya melalui keidupan, kematian, dan kebangkitan Yesus.6

Kebenaran sebagaimana diakui oleh Kekristenan terjadi dengan pribadi dan karya dari Yesus. Hal yang menjadikan kekristenan menjadi unik adalah apa yang menjadi klaim atasnya yakni, anak Allah yang dating secara daging dan menanggung apa yang dibebankan kepadanya, untuk membawa keselamatan dan relasi dengan Allah tidak lain adalah Anak Allah. Dengan demikian Iman kiti dimulai dari Sejarah.

Tanggapan Kelompok

Keberadaan berbagai bukti sejarah telah menunjukkan bagaimana proses yang dialami oleh kekristenan dari awal kemunculannya. Dari berbagai bukti sejarah kita dapat mengenal berbagai perkembangan situasi terkait bagiamana kekristenan dapat bertahan. Pada jaman modern saat ini, selain sebuah kesaksian, bukti-bukti historis menjadi hal yang penting dalam menguji kebenaran. Terkhusus bagi kita keberadaan bukti-bukti historis sendiri dapat semakin meyakinkan apa yang yang telah kita percayai.

Hingga pada saai ini kita masih memiliki kekristenan yang ternyata secara tradisi telah melalui berbagai penyesuaian terhadap jaman, situasi, geografis, bahkan kebudayaan. Hal ini tetu menyadarkan kita bahwa pada mulanya, pada masa kemunculannya, kekristenan tidaklah sama seperti produk tradisi yang telah kita terima saat ini. Kita perlu mengetgahui berbagai kesaksian historis guna mengamati bagaimana atau juga apa saja yang dialami oleh kekristenan pada mulanya. Kita dapat belajar tentang berbagai tantangan, hambatan, atau juga faktor-faktor yang menjadikan kekristenan dapat berkembang hingga saat ini.

Kita dapat belajar dari sejarah, hal ini juga secara mendasar sangat diperlukan untuk dapat mengolah iman kita. Dengan sejarah kita dapat melihat seara kontras perbedaan-perbedaan tentang kekristenan. Kita dapat melihat tekanan yang berbeda dalam peristiwa masa lalu, terlebih dari itu kita juga dapat berefleksi, tidak jauh tentang bagaimana keimanan pada kristus selama berabad-abad, dari awal kemunculannya hingga saat ini masih bertahan.

Sebagai kebutuhan hermeneutis dan teologis tentu sejarah dapat memberikan jalan dan sudut pandang yang khas. Sejarah dapat (fungsi hermeneutis) memberikan berbagai fakta yang akan

(13)

Referensi

Dokumen terkait

adalah nilai-nilai budaya tradisional sebagai warisan nenek moyang orang Bali dan bisa dimanfaatkan oleh siapapun dan tidak boleh dimiliki atau diklaim sebagaimilik

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa terdapat peningkatan KBK dan pemahaman konsep siswa pada materi kelarutan dan hasil

pelaksanaan perumusan rencana dan program kerja pengawasan pada lingkup Unit Pelaksana Teknis (UPT) Direktorat Jenderal Perhubungan Laut yang berada di Propinsi Bali, Nusa

Akan tetapi pada sisi lain wakaf ahli sering menimbulkan masalah seperti anak cucu yang ditunjuk sudah tidak ada lagi, siapa yang berhak mengambil manfaat harta benda yang

Keberhasilan implementasi menurut Grindle (1980) dipengaruhi oleh dua variabel besar, yakni isi kebijakan ( content of policy ) dan lingkungan implementasi ( context

Dari kerangka berpikir yang telah dikemukakan dapat dirumuskan hipotesis awal sebagai berikut : Dengan menggunakan model pembelajaran problem based learning dan

dan Dose Escalation of Desmoteplase for Acute Ischemic Stroke  (DEDAS) telah mendapatkan potensi efikasi dan keamanan pada pasien yang mendapat terapi 3-9 jam onset

RPP dibuat untuk satu kali pertemuan (dua jam pelajaran) atau disesuaikan dengan kebutuhan. Hal ini dimaksudkan agar proses pembelajaran dapat berjalan sesuai