47 4.1 Data Umum
4.1.1 Keadaan Demografi Provinsi Aceh (Statistik Daerah Provinsi Aceh, 2015)
Setelah sensus penduduk tahun 2010, data penduduk Provinsi Aceh tahun 2011-2014 dihitung dengan metode peramalan dengan laju pertumbuhan penduduk diperkirakan sekitar 1,99-2,29 persen. Penduduk Aceh pada tahun 2011 diperkirakan berjumlah 4,619 juta jiwa, kemudian bertambah menjadi 4,715 juta jiwa pada tahun 2012. Perkiraan penambahan jumlah penduduk terus terjadi sampai dengan tahun 2014, yaitu ketika penduduk aceh mencapai sekitar 4,907 juta jiwa. (BPS Provinsi Aceh).
Pada tahun 2014, komposisi penduduk Aceh terdiri dari 2.449.407 jiwa laki-laki dan 2.457.428 jiwa perempuan. Karena perbandingan keduanya hampir sama, dengan demikian rasio jenis kelamin (sex ratio) adalah 100. Akan tetapi, rasio ini pada kelompok umur 0-14 tahun adalah 104, artinya lebih banyak laki-laki daripada perempuan. (BPS Provinsi Aceh).
Tabel 4.1 Jumlah Penduduk dan Rumah Tangga Menurut Kabupaten/Kota, 2014
No Kabupaten/Kota Jumlah
Penduduk Rumah Tangga
1 Aceh Jaya 86.123 23.262
2 Aceh Barat 190.224 47.225
3 Nagan Raya 152.352 38.958
4 Aceh Selatan 220.971 50.956
5 Aceh Singkil 112.161 25.381
6 Subulussalam 73.708 15.795
7 Simeulue 87.958 20.884
8 Aceh Tengah 192.204 48.333
9 Bener Meriah 134.015 34.654
10 Gayo Lues 86.262 21.209
11 Aceh Tenggara 196.249 45.666
12 Aceh Tamiang 272.228 64.262
13 Aceh Timur 394.933 89.372
14 Langsa 162.814 36.102
15 Lhokseumawe 187.455 42.354
16 Aceh Utara 572.961 132.843
17 Bireun 423.397 97.818
18 Pidie 410.580 101.924
19 Pidie Jaya 145.584 37.288
20 Aceh Besar 384.618 89.054
21 Banda Aceh 249.499 61.443
22 Sabang 32.739 8.393
Aceh 4.906.835 1.164.489
Tabel 4.2 Jumlah Penduduk Menurut Daerah Tempat Tinggal Kabupaten/Kota, 2014
No Kab/Kota Kota Desa
1 Aceh Jaya 6.082 80.041
2 Aceh Barat 55.604 134.640
3 Nagan Raya 15.065 137.287
4 Aceh Selatan 32.901 188.070
5 Aceh Singkil 26.354 85807
6 Subulussalam 14.029 59.679
7 Simeulue 16.242 71.356
8 Aceh Tengah 50.757 141.447
9 Bener Meriah 26.907 107.108
10 Gayo Lues 14.830 71.432
11 Aceh Tenggara 32.266 163.983
12 Aceh Tamiang 89.332 182.896
13 Aceh Timur 47.660 347.273
14 Langsa 135.842 26.972
15 Lhokseumawe 141.553 45.902
16 Aceh Utara 100.740 472.221
17 Bireun 99.025 324.372
18 Pidie 62.188 348.392
19 Pidie Jaya 11.673 133.911
20 Aceh Besar 108.754 275.864
21 Banda Aceh 249.499 0
22 Sabang 20.346 12.393
Aceh 1.383.959 3.522.876
4.1.2 Pertumbuhan Ekonomi (Statistik Daerah Provinsi Aceh, 2015)
a. Laju Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Aceh
Nilai PDRB ADHB Aceh tahun 2014 (dengan migas) mencapai 130,45 triliun rupiah, meningkat dibandingkan capaian tahun 2013 yang sebesar 121,97 triliun rupiah. Terjadi tren peningkatan nilai PDRB ADHB secara berkelanjutan selama periode tahun 2011 hingga tahun 2014 disebabkan oleh adanya pertumbuhan volume serta kenaikan harga barang dan jasa. (Statistik Daerah Provinsi Aceh, 2015)
Sementara itu, nilai PDRB ADHB Aceh tanpa migas tahun 2014 sebesar 117,51 triliun rupah, juga mengalami kenaikan dibandingkan capaian tahun 2013 yang sebesar 107,10 triliun rupiah. (Statistik Daerah Provinsi Aceh, 2015).
Tabel 4.3 Perkembangan nilai PDRB ADHB (triliun rupiah), 2011-2014
0
2011 2012 2013 2014
Migas 108,22 114,55 121,97 130,45
Tanpa Migas 92,73 99,04 107,1 117,51 Migas Tanpa Migas
Tabel 4.4 PDRB Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan (Milyar Rupiah), 2014
No Lapangan Usaha 2014
1 Pertanian, Kehutanan dan Perikanan 29.669.203,6
2 Pertambangan dan Penggalian 12.946.032,2
3 Industri Pengolahan 8.224.386,4
4 Pengadaan Listrik dan Gas 144.507,2
5 Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan
Daur Ulang 31.720,3
6 Kontruksi 10.395.528,2
7 Perdagangan Besar dan Eceran;Reparasi Mobil dan
Sepeda Motor 17.023.855,3
8 Transportasi dan Pergudangan 8.764.287,2
9 Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 1.196.427,8
10 Informasi dan Komunikasi 4.112.308,3
11 Jasa Keuangan dan Asuransi 1.752.552,1
12 Real Estat 3.906.241,1
13 Jasa Perusahaan 670.526
14 Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan
Sosial Wajib 8.486.548
15 Jasa Pendidikan 2.307.478,6
16 Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 2.828.131,7
17 Jasa Lainnya 1.376.311,9
PDRB 113.836.045,8
PDRB Tanpa Migas 102.512.733
4.2 Data Pembangkit Listrik
4.2.1 Kapasitas Pembangkit Eksisting
Sistem kelistrikan di Aceh terdiri dari sistem interkoneksi 150 kV Sumut - Aceh dan sub-sistem isolated dengan tegangan distribusi 20 kV. Sekitar 70% dari sistem kelistrikan Aceh dipasok oleh sistem interkoneksi 150 kV sumbagut dan sisanya 30% dilayani oleh pembangkit PLTD isolated tersebar. Saat ini daerah sudah dipasok sistem interkoneksi 150 kV meliputi pantai timur Provinsi ACeh melalui 7 gardu induk yang terletak di Kabupaten/Kota; Tamiang, Langsa, Aceh Timur, Lhokseumawe, Bireun, Pidie, Pidie Jaya, Banda Aceh, dan Aceh Besar, dengan posisi pembangkit sebagian besar berada di Sumatera Utara. Peta sistem kelistrikan Provinsi Aceh ditunjukkan pada gambar 4.2.
Seluruh wilayah pantai barat dan tengah Aceh serta kepulauannya masih dipasok oleh PLTD berbahan bakar HSD melalui sistem kelistrikan 20 kV. Daerah yang dilayani dari sistem interkoneksi masih dalam kondisi rawan pemadaman karena jumlah kapasitas pembangkit yang masuk grid tidak mempunyai cadangan daya yang cukup. Pemadaman dalam skala besar bisa terjadi apabila ada gangguan pada jaringan transmisi atau gangguan (atau pemeliharaan) pada unit pembangkit berkapasitas besar. Untuk mengantisipasi hal tersebut dilakukan sewa genset sebesar 165 MW di 8 lokasi.
Pada sistem isolated 20 kV yang meliputi Kabupaten Aceh Jaya, Aceh Barat, Nagan Raya, Aceh BArat Daya, Aceh Selatan, Aceh Singkil, Kota Subulussalam, Aceh Tenggara, Gayo Lues, Kota Sabang dan Simeulue terdapat sewa genset dengan kapasitas total 72 MW untuk mengatsai defisit pada sistem
isolated tersebut. Kapasitas terpasang ketujuh GI di Provinsi Aceh adalah 480 MVA, rincian kapasitas pembangkit dan GI Provinsi Aceh masing-masing seperti ditunjukkan pada tabel 4.5 dan tabel 4.6.
Tabel 4.5 Kapasitas Pembangkit Eksisting
No Nama Pembangkit Jenis
Jenis
1 PLTD Lueng Bata Total PLTD HSD PLN 22 18
2 PLTD Sewa Cot Trueng (di GH Lhokseumawe) PLTD HSD PLN 10 9
3 PLTD Sewa Lueng Bata (Arti Duta) PLTD HSD PLN 7 7
4 PLTD Sewa Lueng Bata (Sari Alam) PLTD HSD Sewa 6 5
5 PLTD Cot Trueng PLTD HSD Sewa 8 3
6 PLTD Pulau Pisang PLTD HSD Sewa 10 2
7 PLTD Sewa Banda Aceh (Aggreko) #1 PLTD HSD Sewa 30 30
8 PLTD Sewa Banda Aceh (KPT) #2 PLTD HSD Sewa 15 15
9 PLTD Sewa IDIE 2 (Sigli #1 (BGP)) PLTD HSD Sewa 10 10
10 PLTD Sewa Sigli #2 P.Pisang (BGP) PLTD HSD Sewa 10 10
11 PLTD Sewa Lhokseumawe #1 (BGP) PLTD HSD Sewa 30 30
12 PLTD Sewa Lhokseumawe #2Cot Trueng (EPJ) PLTD HSD Sewa 10 10
14 PLTD Sewa Idie (KPT) PLTD HSD Sewa 5 5
15 PLTD Sewa Bireun PLTD HSD Sewa 30 30
16 PLTD Sewa Tualang Cut (KPT) PLTD HSD Sewa 15 15
17 Nagan Raya #1 PLTU Batubara PLN 110 100
18 Nagan Raya #2 PLTU Batubara PLN 110 100
Total 448 409
Sumber : RUPTL PLN 2015-2024
Tabel 4.6 Kapasitas Gardu Induk Eksisting
No Nama Gardu
1 Banda Aceh 115,9 KIT-PLTD // 20
a. Lambaro 30 30 60 KV= 57,9 MW
b. Jantho 30
2 Sigli 48,4 KIT-PLTD // 20
a. Tijue 30 10 20 KV= 20 MW
3 Bireun
a. Juli 30 30
4 Lhokseumawe 84,2 KIT-PLTD // 20
a. Bayu 30 30 KV= 70 MW
b Panton Labu 30
5 Langsa 51,2 KIT-PLTD // 20
a. Alur Dua 30 KV= 15 MW
b. Tualang Cut 10 10 10 c. Alur Bate, Idi 30
6 Meulaboh 9,3
a. Nagan Raya 30
Jumlah 480 309,0
4.2.2 Jumlah Pelanggan Listrik
Pertumbuhan ekonomi daerah Aceh terus meningkat dalam kurun waktu 5 tahun terakhir. Hal tersebut sangant terkait dengan pelaksanaan rehabilitasi dan rekontruksi pasca bencana tsunami yang dilakukan Badan Rehabilitasi dan Rekontruksi Aceh-Nias pada tahun 2006 s/d 2010. Kondisi keamanan yang kian membaik setelah penandatanganan MoU Helsinki antara pemerintah RI dan GAM pun menjadi awal penting dalam pemulihan ekonomi Aceh. Kemajuan di sektor ekonomi dan keamanan ini memberikan kontribusi langsung kepada pertumbuhan kebutuhan energi listrik. Penjualan pada tahun 2012 tumbuh hingga 11,1% dan tahun 2013 akan tumbuh hingga 11,1% dan tahun 2013 akan tumbuh sekitar 10%. Selain itu beban puncak sistem kelistrikan juga naik dari 343 MW pada tahun 2012 menjadi 350 MW pada tahun 2014. (RUPTL PLN 2014-2024).
Pada tahun 2014, kapasitas energi listrik yang terjual pada PT. PLN (Persero) di Provinsi Aceh mencapai lebih dari 1,9 juta MWH atau naik sebesar 8,29% terhadap kondisi tahun 2013.hal ini tidak terlepas dari tren peningkatan jumlah pelanggan listrik itu sendiri. Pertumbuhan jumlah pelanggan PLM sejak tahun 2011 hingga tahun 2014 bertambah sekitar 30-60 ribu pelanggan setiap tahunnya. Pada tahun 2014, tercatat sebanyak 1,19 juta orang pelanggan. (Statistik Daerah Provinsi Aceh 2015).
Tabel 4.7 Komposisi Penjualan Per Sektor Pelanggan
No Kelompok Tarif Energi Jual
(GWh) Porsi (%)
1 Rumah Tangga 1.259.78 64%
2 Komersil 330.7 17%
3 Publik 294.4 15%
4 Industri 80.7 4%
Jumlah 1.965.5 100%
Sumber : RUPTL PLN 2015-2024
Tabel 4.8 Jumlah Energi Terjual (Mega WH) dan Pelanggan PT PLN, 2011-2014
0
2011 2012 2013 2014
KWH Terjual 1.579.708 1.755.008 1.815.030 1.905.555 Jumlah Pelanggan 1.050.139 1.082.218 1.127.409 1.180.899 Jumlah Pelanggan KWH Terjual
4.3 Potensi Sumber Energi Terbarukan
Energi baru terbarukan yang dipertimbangkan dalam OEI 2014 meliputi energi terbarukan (panas bumi, tenaga air, biomassa, surya dan angin). Biomassa di sini meliputi biomassa yang berasal dari limbah industri, pertanian dan kehutanan serta biomassa dari sampah kota. (Outlook Energy Indonesia 2014).
Potensi sumber energi di Provinsi Aceh tersedia cukup besar, yaitu panas bumi 589 MW dan tenaga air 1.482 MW, diikuti dengan hutan sebagai lahan terluas yang mencapai 2.270.080 ha, dan lahan perkebunan rakyat seluas 700.350 ha. Sehingga sumber energi terbarukan diharapkan memiliki peran aktif dalam skenario diversifikasi energi dimasa yang akan datang.
4.3.1 Potensi Pemanfaatan Limbah Sawit
Berdasarkan studi literatur yang ada, bahwa limbah kelapa sawit dapat berupa limbah kering yang terdiri atas: tandan kosong kelapa sawit, cangkang (shell), dan serabut (fiber) secara keseluruhan dapat dijadikan sesuatu yang lebih bermanfaat yaitu dijadikan energi terbarukan contohnya biotanol, biodiesel dan bahan bakar pembangkit listrik tenaga biomassa (PLTB).
Adapun kalori yang terkandung pada masing-masing sampel limbah hasil uji laboratorium (Laboratorium Kimia Fisik Institut Teknologi Bandung, 2012) yang sudah diolah yaitu :
1. Cangkang 5.656,7127 kkal/kg
2. Serabut mengandung kalori sebesar 4.875,7857 kkal/kg
3. Tandan kosong kelapa sawit mengandung kalori sebesar 4.492,7436 kkal/kg
tanam dan produksi kelapa sawit perkebunan rakyat dan perkebunan besar menurut kabupaten/kota 2013 dapat dilihat pada tabel 4.9 dan tabel 4.10.
Tabel 4.9 Luas Tanam dan Produksi Kelapa Sawit Perkebunan Rakyat Menurut Kabupaten/Kota, 2013
No Kabupaten/Kota 2013
Luas (Ha) Produksi (Ton)
1 Simeulue 3.387 1.826
2 Aceh Singkil 21.602 63.681
3 Aceh Selatan 7.908 11.165
4 Aceh Tenggara 7.454 20.551
5 Aceh Timur 19.854 26.891
6 Aceh Tengah -
-7 Aceh Barat 7.100 15.178
8 Aceh Besar 1.282 407
9 Pidie 77 16
10 Bireuen 3110 936
11 Aceh Utara 17.187 39.156
12 Aceh Barat Daya 17.200 14.215
13 Gayo Lues -
-14 Aceh Tamiang 20.145 40.920
15 Nagan Raya 40.216 73.523
16 Aceh Jaya 13.544 16.191
17 Bener Meriah 1.300 117
18 Pidie Jaya 680 984
19 Banda Aceh -
-20 Sabang -
-21 Langsa 399 825
22 Lhokseumawe 208 243
23 Subulussalam 15.593 28.541
Jumlah 198.246 355.366
Tabel 4.10 Luas Tanam dan Produksi Kelapa Sawit Perkebunan Besar Menurut Kabupaten/Kota, 2013
No Kabupaten/Kota 2013
Luas (Ha) Produksi (Ton)
1 Simeulue -
-2 Aceh Singkil 33.839 333.453
3 Aceh Selatan 2.301 23.745
4 Aceh Tenggara -
-5 Aceh Timur 40.738 251.659
6 Aceh Tengah -
-7 Aceh Barat 19.044 191.062
8 Aceh Besar -
-9 Pidie -
-10 Bireuen 2.071 21.261
11 Aceh Utara 7.766 76.321
12 Aceh Barat Daya 3567
-13 Gayo Lues -
-14 Aceh Tamiang 34.297 456.066
15 Nagan Raya 42.036 255.798
16 Aceh Jaya 3.170 3.157
17 Bener Meriah -
-18 Pidie Jaya 87 106
19 Banda Aceh -
-20 Sabang -
-21 Langsa -
-22 Lhokseumawe -
-23 Subulussalam 6.108 20.684
Jumlah 194.984 1.633.310
Menghitung Potensi Energi Listrik Dari Biomassa Sawit
Produksi sawit tahun 2014 : 1.988.676 ton
Residue to Product Ratio (RPR) :
a) Cangkang : 1.988.676 x 0,07 RPR = 139.207,32 ton b) Serat : 1.988.676 x 0,11 RPR = 218.754,36 ton c) Tandan kosong : 1.988.676 x 0,23 RPR = 457.395,48 ton
Caloric value (kkal) :
139.207.300 kg x 4300 = 598.591.390.000 218.754.400 kg x 3340 = 730.639.696.000 457.395.500 kg x 1200 = 548.874.600.000
+
1.878.105.686.000 kkal
Dengan menggunakan unit converter yang disediakan dari software LEAP maka diperoleh potensi energi listrik sebesar 218.423,7 MWh. Untuk mencari kapasitas daya maksimum (MW) yang dibangkitkan oleh biomassa jagung maka digunakan persamaan :
4.3.2 Potensi Pemanfaatan Limbah Jagung
Konversi nilai kalori 4370 kkal/kg (Sudradjat, 2004) potensi energi limbah batang dan daun jagung kering sebesar 66,35 GJ. Energi tongkol jagung dapat dihitung dengan menggunakan nilai Residue to Product Ratio (RPR) tongkol jagung adalah 0,273 (pada kadar air 7,53%) dan nilai kalori 4451 kkal/kg (Koopmans and Koppejan, 1997; Sudradjat, 2004). Potensi energi tongkol jagung adalah 55,75 GJ. Potensi energi limbah pada komoditas jagung sangat besar dan diharapkan akan terus meningkat sejalan dengan program pemerintah dalam meningkatkan produksi jagung secara nasional. Namun, limbah jagung memiliki banyak kegunaan, diantaranya adalah untuk pakan ternak, dalam hal ini pemerintah telah mencanangkan program pengembangan peternakan secara terintegrasi (Crop Livestock System/CLS). Oleh karena itu, optimasi pemanfaatan limbah jagung sangat diperlukan untuk mendapatkan keuntungan yang optimal. Untuk memperkirakan potensi riil energi limbah jagung, penggunaan tongkol jagung untuk keperluan bahan bakar sekitar 90% sedangkan limbah batang dan daun sekitar 30% dari potensi yang ada.
Kandungan energi tongkol jagung: 3.500–4.500 kkal/ kg atau 14.7-18.9 MJ/kg, suhu pembakaran dapat mencapai 205oC Sedangkan sumber pustaka lain menyebutkan bahwa dengan karbonisasi tongkol jagung, kandungan energinya dapat mencapai 32 MJ/kg (Watson, 1988 dalam Prostowo, dkk., 1998; Mochidzuki, et al.,2002).
Tabel 4.11 Luas dan Produksi Tanaman Jagung Menurut Kabupaten/Kota, 2014
2. Aceh Singkil 160 81 346
3. Aceh Selatan 12.066 10.572 45.166
4. Aceh Tenggara 29.256 28.634 122.331
5. Aceh Timur 1081 946 4.041
6. Aceh Tengah 86 42 179
7. Aceh Barat 178 107 457
8. Aceh Besar 1.099 662 2.828
9. Pidie 285 337 1440
10. Bireuen 1.778 839 3.584
11. Aceh Utara 1.119 426 1.820
12. Aceh Barat Daya 408 535 2.286
13. Gayo Lues 1.536 1.119 4.781
14. Aceh Tamiang 1.617 1.898 8.109
15. Nagan Raya 245 146 624
16. Aceh Jaya 354 342 1.461
17. Bener Meriah 298 393 1.679
18. Pidie Jaya 335 134 572
19. Banda Aceh 0 0 0
20. Sabang 32 2 9
21. Langsa 3 1 4
22. Lhokseumawe 31 1 4
23. Subulussalam 359 140 598
Total 52.326 47.357 202.319
Menghitung Potensi Energi Listrik Dari Biomassa Jagung
Produksi jagung tahun 2014 : 202.319 ton
Residue to Product Ratio (RPR) :
a) Tongkol jagung : 202.319 x 0,273 RPR = 55.233,087 ton b) Batang dan daun jagung : 202.319 x 2,08 RPR = 480.423,52 ton
Caloric value (kkal) :
55.233.090 kg x 3500 = 19.331.581.500 kkal 420.823.500 kg x 2500 = 1.052.058.750.000 kkal
+
1.245.374.565.000 kkal
Dengan menggunakan unit converter yang disediakan dari software LEAP maka diperoleh potensi energi listrik sebesar 1.448.371 MWh. Untuk mencari kapasitas daya maksimum (MW) yang dibangkitkan oleh biomassa jagung maka digunakan persamaan 2.13.
MW =
4.3.3 Potensi Panas Bumi
Tabel 4.12 Potensi Panas Bumi di Provinsi Aceh
N
O Nama Lapangan Kab/Kota
Potensi (MWe)
Sumber Daya (MWe) Cadangan (MWe)
Spekulatif Hipotesis Terduga Mungkin Terbukti
1 Iboih Sabang 25 - - -
-11 G.Geureudong Aceh Tengah - 100 Program Survei Pendahuluan 2012-2014
12 Silih Nara Aceh Tengah 100 - - -
-13 Meranti Aceh Timur 25 - - -
-14 Brawang Buaya Aceh Tamiang 25 - - -
-15 Kafi Gayo Lues 25 - - -
-16 G.Kembar Gayo Lues 25 - Program Survei Pendahuluan
2012-2014
17 Dolok Perkirapan Gayo Lues 25 - - -
-Total Potensi Panas Bumi =1.115 MWe 625 275 215
4.4 Hasil Simulasi dan Analisa
Penyusunan model energi dengan LEAP menggunakan metode intensitas energi. Intensitas energi merupakan ukuran penggunaan energi terhadap sektor aktivitas. Nilai intensitas energi dihitung berdasarkan konsumsi energi listrik di setiap sektor (subsektor) dibagi dengan level aktivitas (Heaps,2009).
Proyeksi penggunaan energi listrik dibagi berdasarkan sektor-sektor pengguna energi listrik yang terdiri dari 4 sektor, yaitu sektor rumah tangga, sektor komersial, sektor publik dan sektor industri. Untuk sektor rumah tangga, level aktivitas diwakili oleh jumlah rumah tangga. Dengan demikian intensitas energi listrik di sektor rumah tangga merupakan penggunaan energi listrik per kapita per tahun. Untuk sektor komersial, sektor publik dan sektor industri, level aktivitas diwakili oleh nilai PDRB. Dengan demikian intensitas energi listrik di sektor komersial, sektor publik dan sektor industri merupakan penggunaan energi listrik per miliar rupiah per tahun.
Model energi yang dianalisis menggunakan tahun dasar 2014 dan tahun akhir simulasi di tahun 2024. Model energi yang disusun terdiri dari dua buah skenario, yaitu skenario Dasar (DAS) dan skenario Energi Terbarukan (ENE). Skenario DAS merupakan skenario yang didasarkan pada keadaan yang berlaku di tahun dasar simulasi dari segi pola konsumsi serta kebijakan-kebijakan pemerintah yang berkaitan dengan sektor energi. Di dalam skenario ENE, peran energi terbarukan dalam penyediaan energi listrik diikutsertakan dalam model energi.
Pertumbuhan penduduk diasumsikan berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan oleh Bappenas-BPS-UNFPA bulan desember 2013. Pertumbuhan penduduk rata-rata Provinsi Aceh berdasarkan hasil perhitungan
Tabel 4.13 Asumsi pertumbuhan penduduk di Provinsi Aceh
No Interval Pertumbuhan Penduduk
1. 2014-2015 1.5%
2. 2015-2019 1.42%
3. 2019-2024 1.28%
Pertumbuhan PDRB Provinsi Aceh didasarkan pada skenario di dalam Rencana Umum Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) tahun 2015-2024. Asumsi pertumbuhan PDRB rata-rata Provinsi Aceh dalam sepuluh tahun mendatang ini diperlihatkan pada Tabel 4.14.
Tabel 4.14 Asumsi pertumbuhan PDRB di Provinsi Aceh
No Interval Pertumbuhan PDRB
1. 2014-2015 5.9%
2. 2015-2019 6.48%
3. 2019-2024 6.8%
Selain paramater penggerak yang berupa pertumbuhan penduduk dan PDRB, rasio elektrifikasi juga merupakan parameter penggerak yang sangat menentukan konsumsi energi listrik. Rasio elektrifikasi diasumsikan mencapai 100% di tahun 2022 sesuai dengan target PLN.
4.4.1 Menghitung Permintaan Energi Listrik
Hasil simulasi kebutuhan energi listrik di Provinsi Aceh untuk setiap sektor diperlihatkan pada Gambar 4.3 dan pada tabel 4.15 . Pertumbuhan kebutuhan energi listrik rata-rata per tahun selama periode simulasi adalah sebesar 4,5%. Dengan pertumbuhan ini, kebutuhan energi listrik di akhir tahun simulasi (2024) adalah sebesar 3.041,1 GWh.
simulasi untuk setiap sektor adalah 3 % untuk sektor rumah tangga, 6.7 % untuk sektor komersil, sektor publik dan sektor industri. Sedangkan kebutuhan energi listrik untuk setiap sektor di tahun 2024 adalah sebesar 1.694,7 GWh untuk sektor rumah tangga, 630,9 GWh untuk sektor komersil, 561,6 GWh untuk sektor publik dan 153.9 GWh untuk sektor industri.
Gambar 4.3 Grafik Hasil Simulasi Permintaan Energi Listrik 2014 - 2024
Tabel 4.15 Hasil Simulasi Permintaan Energi Listrik Dari Tahun 2014 sampai dengan 2024
Sektor Permintaan Energi (GWh)
2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023,0 2024 Rumah
4.4.2 Proyeksi Pembangunan Pembangkit Listrik Biomassa dan Panas Bumi
Proyeksi pembangunan pembangkit listrik dengan sumber energi terbarukan dan besar energi listrik yang dibangkitkan ditampilkan pada tabel 4.16 dan gambar 4.4. Dalam skenario energi terbarukan (ENE) pembangkit listrik dengan sumber energi biomassa jagung, biomassa sawit dan panas bumi mulai dikembangkan pada tahun 2017. Proyeksi pembangunan pembangkit listrik biomassa sawit dan pembangkit listrik biomassa jagung akan dibangun berturut-turut sebesar 10 MW dan 50 MW. Sehingga pada tahun 2024 total kapasitas daya yang dibangkitkan oleh pembangkit listrik biomassa jagung dan pembangkit listrik biomassa sawit akan mencapai sebesar 205 MW dan 30 MW dengan total produksi energi sebesar 330.2 GWh.
Proyeksi pembangunan pembangkit listrik panas bumi yaitu 120 MW pada tahun 2017, 10 MW pada tahun 2019 (skenario PLN), 130 MW pada tahun 2020, 130 MW pada tahun 2022, dan 110 MW pada tahun 2024 (skenario PLN). Sehingga prediksi total kapasitas daya yang dibangkitkan oleh pembangkit listrik panas bumi pada tahun 2024 adalah sebesar 500 MW dan total produksi energi listrik sebesar 702 GWh. Jumlah total kapasitas pembangkit listrik yang dibangkitkan oleh pembangkit listrik biomassa dan pembangkit listrik panas bumi di akhir tahun simulasi adalah sebesar 735 MW dengan produksi energi sebesar 1032.4 GWh.
Gambar 4.4. Hasil Simulasi Energi yang Diproduksi Oleh Biomassa dan Panas Bumi
4.4.3 Kapasitas Energi Listrik Dengan Sumber Energi Terbarukan
Pada gambar 4.5 dan pada tabel 4.17 tampak dari tahun 2014 sampai dengan tahun 2016 menunjukkan hanya ada 2 pembangkit listrik dengan sumber energi terbarukan yaitu Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) dengan kapasitas daya 2,6 MW dan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) dengan kapasitas daya 4 MW. Total energi listrik yang dihasilkan oleh 2 pembangkit ini pada tahun 2016 adalah 35.2 GWh.
Total energi yang diproduksi pada tahun 2017 dari 6 pembangkit dengan sumber energi terbarukan sebesar 727,5 GWh. Sedangkan di tahun 2024, energi listrik yang dihasilkan dari 6 pembangkit dengan sumber energi terbarukan sebesar 2.888,4 GWh.
Gambar 4.5 Hasil Simulasi Kapasitas Energi Listrik Dengan Sumber Energi Terbarukan
Tabel 4.17 Kapasitas Energi Listrik Dengan Sumber Energi Terbarukan
Pembangkit Produksi Energi (GWh)
2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024 PLTP - - - 357,2 335,7 364,9 458,7 479,3 719,1 747,4 705,7 PLT
Biomassa
Sawit - - - 29,8 28,0 28,1 35,3 36,9 36,9 57,5 42,3
PLT Biomassa
Jagung - - - 148,8 139,9 140,3 176,4 184,3 276,6 287,5 289,3 PLTA 20,7 13,4 13,9 7,8 253,5 304,9 736,8 769,9 923,0 959,4 1.749,6 PLTS - 20,4 21,3 11,9 11,2 11,2 7,1 7,4 7,4 7,7 5,6 PLTM - - - 172,0 189,7 190,3 119,6 125,0 125,0 129,9 95,7
4.4.4 Kapasitas Daya Pembangkit Listrik di Provinsi Aceh
Tampak pada gambar 4.6 dan pada tabel 4.18 mulai tahun 2017 ada 11 unit pembangkit listrik yang akan beroperasi di Provinsi Aceh. Diantaranya adalah Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD), Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU), Pembangkit Listrik Tenaga Gas (PLTG), Pembangkit Listrik Tenaga Gas Uap (PLTGU), Pembangkit Listrik Tenaga Mesin Gas (PLTMG), Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA), Pembangkit Litrik Mikro-Hidro (PLTM), Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS), Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP), PLT Biomassa Jagung dan PLT Biomassa Sawit. Di tahun 2022 di prediksi permintaan energi listrik untuk semua sektor dapat terpenuhi dengan rasio elektrifikasi 100%. Total daya yang dibangkitkan di akhir tahun simulasi adalah sebesar 2.595,9 MW dengan total produksi energi sebesar 3.577,8 GWh.
Tabel 4.18 Kapasitas Daya Pembangkit Listrik di Provinsi Aceh
Pembangkit Kapasitas Daya (MW)
2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024 PLTA 2,6 2,6 2,6 2,6 90,6 108,6 417,6 417,6 500,6 500,6 1.239,6
PLTS 4,0 4,0 4,0 4,0 4,0 4,0 4,0 4,0 4,0 4,0
PLTM 57,8 67,8 67,8 67,8 67,8 67,8 67,8 67,8
PLTU 220,0 220,0 160,0 160,0 174,0 374,0 374,0 374,0 374,0 200,0 PLTG 200,0 200,0 200,0 200,0 200,0 200,0 200,0 100,0 100,0 100,0
PLTMG 4.0 4,0 4.0 4.0 4.0 4.0 4.0 4.0
PLTGU 250,0 250,0 250,0 250,0 250,0 140,0 140,0 140,0
PLTD 105,5 105,5 105,5 105,5 105,5 105,5 105,5 105,5 105,5 105,5 105,5 PLTP 120,0 120,0 130,0 260,0 260,0 390,0 390,0 500,0 PLT
Biomassa
Sawit 10,0 10,0 10,0 20,0 20,0 20,0 30,0 30,0
PLT Biomassa
Jagung 50,0 50,0 50,0 100,0 100,0 150,0 150,0 205,0
Total 108,1 532,1 532,1 963,9 1061,9 1103,9 1802,9 1802,9 1.855,9 1865,9 2.595,9
4.4.5 Peran Energi Terbarukan Dalam Menekan Pertumbuhan CO2
menekan pertumbuhan emisi CO2 terlihat sangat signifikan. Dilihat dari angka pertumbuhan emisi CO2 di tahun 2024 yaitu sebesar 12.631,5 ribu ton. Tanpa kontribusi energi terbarukan pertumbuhan emisi CO2 ditahun 2024 mampu mencapai hingga 16.894 ribu ton. Faktor emisi yang membaik ini disebabkan oleh kontribusi positif dari pemanfaatan panas bumi, biomassa dan tenaga air.
Tabel 4.19 Perbandingan Pertumbuhan Emisi CO2
Skenario Pertumbuhan Emisi CO2(Ribu Ton)
2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024
Dasar 553,5 2.472,5 4.476,0 6.103,0 7.607,2 9.145,6 10.722,4 12.370,0 14.004,9 15.713,9 16.892,0 Energi
Terbarukan 553,5 2.472,5 4.476,0 5.717,9 6.885,1 8.089,6 9.147,0 10.252,0 11.174,8 12.134,1 12.631,5
4.4.6 Perbandingan Biaya Dari Implementasi Energi Terbarukan
Pada gambar 4.8 dan tabel 4.20 ditampilkan grafik perbandingan biaya sosial pembangkit listrik dari dua skenario model energi, yaitu skenario dasar (DAS) dan skenario energi terbarukan (ENE). Total kebutuhan investasi biaya untuk keseluruhan pembangkit dalam skenario dasar selama periode tahun 2015-2024 adalah sebesar 153.042,2 Milyar Rupiah. Sedangkan total kebutuhan investasi biaya keseluruhan pembangkit dalam skenario energi terbarukan dalam periode yang sama untuk memenuhi kebutuhan sarana kelistrikan di Provinsi Aceh secara keseluruhan adalah sebesar 217.373,1 Milyar Rupiah. Kebutuhan investasi biaya untuk Pembangkit Listrik Panas Bumi dan Pembangkit Listrik Biomassa yang mulai dikembangkan pada tahun 2017 masing-masing sebesar 1.069,7 Milyar Rupiah dan 346,6 Milyar Rupiah. Total investasi biaya untuk pengembangan seluruh pembangkit listrik dengan sumber energi terbarukan dalam kurun waktu 2015-2024 adalah sebesar 121.258,7 Milyar Rupiah.
Gambar 4.8 Perbandingan Biaya Dari Implementasi Energi Terbarukan
Tabel 4.20 Perbandingan Biaya Dari Implementasi Energi Terbarukan
SKENARIO Social Cost (Milyar Rupiah)
2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024 TOTAL
Dasar 134,9 1.629,3 1.664,0 5.417,5 7.691,8 10.166,0 14.738,5 19.337,8 24.202,3 29.095,5 37.065,4 153.042,2 Energi