SELIP LIDAH TERHADAP PRODUKSI UJARAN DALAM PIDATO GOENAWAN MOHAMAD DI KOPDARNAS PARTAI SOLIDARITAS INDONESIA
Muhamad Nasrulah Fajri Rahman [email protected] Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Pendidikan Indonesia
ABSTRAK
Pidato merupakan hal terpenting dalam dunia politik. Dalam berpidato, seseorang akan menggunakan kemampuan berbahasanya. Untuk menggunakan kemampuan berbahasa, seseorang akan memproduksi ujaran. Dalam produksi ujaran, ada salah satu gangguan yaitu selip lidah. Selip lidah dapat terjadi karena faktor mental dan emosional. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan selip lidah yang terdapat dalam pidato Goenawan Mohamad di kopdarnas Partai Solidaritas Indonesia. Penelitian ini menelusuri kekeliruan pada produksi ujaran, seperti kekeliruan seleksi semantik, kekeliruan seleksi sintaksis, dan kekeliruan fonetik.
Kata kunci: Selip Lidah, Produksi Ujaran, Goenawan Mohamad, Pidato
PENDAHULUAN
Kemampuan berbicara seseorang akan terlihat dalam pidato. Pidato mempunyai peranan penting dalam dunia politik. Salah satu tujuan utama pidato adalah untuk meyakinkan massa. Untuk mencapai tujuan tersebut, seseorang harus mempunyai kemampuan berbicara yang baik. Contohnya Soekarno dan Fidel Castro, mereka mempunyai kemampuan pidato yang hebat sehingga bisa membuat massa yakin. Dampaknya, Soekarno dan Fidel Castro mendapatkan basis massa sebagai prasyarat revolusi.
fonologi adalah penyusunan unsur bunyi dari kode itu. Proses pertama dan kedua terjadi di dalam otak pembicara, sedangkan proses terakhir terjadi di dalam mulut pembicara. Hal ini juga diungkapkan oleh Meyer (dalam Arifuddin, 2010:176) bahwa terdapat empat tingkat dalam produksi ujaran, yaitu tingkat pesan, tingkat fungsional, tingkat posisional, dan tingkat fonologi.
Salah satu tahap produksi ujaran adalah pemrosesan posisional. Pemrosesan posisional berhubungan dengan memori, penyimpanan kata, dan retrieval kata. Penfield dan Roberts (dalam Dardjowidjodjo, 2005:274) mengklasifikasikan memori menjadi memori pengalaman, memori konseptual, dan memori kata. Memori pengalam adalah memori yang berkaitan dengan peristiwa-peristiwa di masa lalu. Memori konseptual adalah memori yang dipakai untuk membangun suatu konsep berdasarkan fakta-fakta yang ada. Dan memori kata adalah memori yang mengaitkan konsep dengan wujud bunyi dari konsep tersebut.
Dardjowidjodjo (2005:166-168) mengungkapkan adanya pendapat yang menyatakan setiap kata disimpan sebagai kata yang terpisah (word-based-theory) dan adapun pendapat yang menyatakan setiap kata disimpan berdasarkan morfemnya (morpheme-based-theory). Dalam hal ini, pendapat kedua lebih diterima karena alasan berikut: (1) penyimpanan berdasarkan morfem lebih hemat karena otak tidak harus menyimpan ribuan kata sebagaimana model penyimpanan word-based-theory; (2) waktu untuk me-retrieve kata multimorfemik lebih lama daripada kata monomorfemik; (3) orang mengalami selip lidah berupa pertukaran letak memperlihatkan bahwa hanya letak katanya saja yang bertukar sementara morfem terikatnya tetap berada di posisi semula. Maka dari itu, morfem terikat tersimpan di tempat tersendiri.
Kata-kata yang tersimpan di dalam otak disebut leksikon mental. Menurut Kempen (dalam Mara’at, 2014:41), leksikon mental memuat semua pengetahuan yang dimiliki penutur yang berhubungan dengan kata-kata dalam khazanah perbendaharaan kata atau dengan kata lain memuat arti kata-kata, ciri-ciri morfologis, ciri-ciri sintaksis, cara pengucapan dan mengeja.
sama seperti topi dan kopi, juga keseluruhan katanya hampir mirip disimpan di tempat yang sama.
Namun dalam pelaksanaan pidato tidak selamanya berjalan lancar. Dalam pidato seringakali ditemukan selip lidah saat memproduksi suatu ujaran, misalnya dalam pidato Goenawan Mohamad saat kopdarnas Partai Solidaritas Indonesia. Selip lidah dalam psikolinguistik merupakan proses mental yang terjadi pada saat berujar.
Selip lidah merupakan proses yang cukup rumit dan memiliki jenis tertentu dalam kekeliruannya. Hal ini dikarenakan manusia memiliki suatu sistem penggunaan bahasa dan psikologi bahasa. Khusunya, setiap ujaran dalam pidato akan dipengaruhi oleh faktor psikologis penutur, seperti pengaruh emosional adanya rasa semangat, khawatir, gugup, terburu-buru, ataupun marah. Selain itu, selip lidah secara tidak langsung dapat mencerminkan adanya hambatan kognitif dalam perencanaan ujaran.
Menurut Dardjowidjodjo (2005:147), istilah selip lidah atau kilir lidah adalah suatu fenomena dalam produksi ujaran dimana pembicara ‘terkilir’ lidahnya sehingga kata-kata yang diproduksi bukanlah kata yang dia maksudkan. Kesalahan tersebut mendemonstrasikan sejumlah aspek performansi fonologi yang menarik.
Secara garis besar, unit-unit yang dapat terkilir adalah fitur distingtif, segmen fonetik, suku kata, kata, dan konstituen yang lebih besar dari kata (Dardjowidjodjo, 2005:151-153). Hal ini berhubungan dengan fonem, suku kata, ataupun kata saat terjadinya selip lidah dalam ujaran. Berikut pemaparan mengenai unit-unit tersebut.
a. Kekeliruan fitur distingtif
Teori Transformasi Generatif menganggap bahwa segmen fonetik masih bisa dipecahkan ke dalam beberapa unit yang lebih kecil yang disebut fitur distingtif (Simanjuntak, 2009:84). Selip lidah yang terjadi pada fitur distingtif dikarenakan yang terkilir bukannya suatu fonem, tetapi hanya fitur distingtif dari fonem itu saja.
Contoh: Clear blue sky glear plue sky
Kekeliruan dari Clear ke glear sebenarnya bukan penggantian fonem /c/ menjadi /g/, tetapi penggantian fitur distingtif [-vois] dengan [+vois]. Pada blue dan plue kebalikannya, yaitu fitur distingtif [+vois] diganti dengan [-vois].
b. Kekeliruan segmen fonetik
Kekeliruan ini adalah kekeliruan yang terjadi lebih dari satu fitur distingtif. c. Kekeliruan suku kata
Dalam kekeliruan ini hampir yang selalu tertukar adalah konsonan pertama dari suatu suku kata dengan konsonan pertama dari suku lain.
Kekeliruan ini adalah bertukarnya tempat/posisi kata. Pada umumnya orang menyadari bila telah membuat kekeliruan ini lalu mengoreksinya. Tetapi, ada juga yang tidak menyadarinya.
Contoh: Pada hari ini Hari pada ini
Berdasarkan hal-hal yang telah disampaikan di atas, peneliti tertarik untuk mengidentifikasi produksi ujaran yang mengalami selip lidah dalam pidato Goenawan Mohamad saat kopdarnas Partai Solidaritas Indonesia berkaitan dengan hubungan fonem, suku kata, dan kata.
PEMBAHASAN
Data penelitian ini didapat dari proses menyimak video Pesan Solidaritas Goenawan Mohamad – Kopdarnas PSI yang dipublikasikan pada tanggal 30 November 2015. Video itu berdurasi selama 12 menit 5 detik. Pidato itu sendiri berlangsung pada tanggal 16 November 2015.
Dari hasil penelitian, peneliti menyajikan data penelitian dalam bentuk produksi ujaran yang mengalami selip lidah dilengkapi dengan waktu. Berikut ini contoh data selip lidah yang disajikan dalam tabel.
Selip Lidah dalam Ujaran Waktu Ketika Selip Lidah Saya merasa minder mendengarkan mas hilang dari milik rakyat, tapi kepercayaan hancur satu sama lain.
05:35 – 05:36
Dan sejak 45 sampai 150 (1958) negeri ini adalah negeri bebas dan bersih.
08: 46 – 08:47
Dan Insyaallah Partai Sosial oh oh what? PSI bukan, partai apa namanya? Maaf karena saya orang tua ingatnya PSI. Partai Solidaritas ini akan menjadi membangun solidaritas bersama.
Hubungan fonem, suku kata, ataupun kata saat selip lidah terhadap produksi ujaran Goenawan Mohamad dijelaskan sebagai berikut.
a. /bro/ /mas/
Selip lidah pada tersebut merupakan kekeliruan pada kata atau seleksi kata. Hal ini dapat terjadi karena /mas/ dan /bro/ tersimpan dalam memori sebagai nomina dan panggilan untuk laki-laki. Kekeliruan dalam meretrif kata tersebut yang menyebabkan terjadinya pertukaran kata sehingga terjadi selip lidah saat melakukan produksi ujaran. Akan tetapi, penutur langsung mengoreksi panggilan /mas/ menjadi /bro/. b. /kedua/ /dua-dua/
Selip lidah tersebut merupakan jenis kekeliruan assembling, yaitu antisipasi. Antisipasi dapat terjadi karena pembicara mengantisipasi bunyi-bunyi tertentu sehingga memunculkan bunyi yang tidak dimaksud, yaitu /dua-dua/ yang seharusnya /kedua/. Penutur mengantisipasi suku kata /ke-/ lalu menghasilkan pengulangan kata /dua/.
c. /akan/ /makan/
Selip lidah tersebut bisa dianggap melakukan dua jenis kekeliruan assembling dan kekeliruan seleksi kata. Pertama, penutur mengantisipasi vokal [a] dan memunculkan konsonan [m]. Kedua, penutur keliru meretrif kata. Hal ini dapat terjadi karena /akan/ dan /makan/ akan menghasilkan bunyi vokal rendah dan netral, kata /akan/ dan /makan/ memiliki kesamaan bunyi dan suku kata.
d. /uang milik rakyat hilang/ /uang hilang dari milik rakyat/
Selip lidah tersebut memiliki kekeliruan sintaksis. Pertama, kekeliruan kata /milik/ menjadi /dari/. Hal ini dapat terjadi karena /milik/ dan /dari/ mempunyai fungsi yang sama, yaitu verba. Jadi kedua kata tersebut disimpan di memori yang sama. Kedua, kekeliruan penempatan kata /uang milik rakyat hilang/ menjadi /uang hilang milik rakyat/. Namun, penutur hanya mengoreksi kekeliruan pada penggunaan kata /dari/ saja.
e. /1958/ /150/
Selip lidah tersebut memiliki kekeliruan seleksi semantik. Hal ini dapat terjadi karena kata /1958/ dan /150/ memiliki kategori yang sama, yaitu numeria. Jadi kata tersebut disimpan di memori yang sama dan penutur keliru meretrif kata tersebut sehingga terjadi selip lidah pada produksi ujaran. Namun, penutur langsung mengoreksi kekeliruan tersebut.
f. /solidaritas/ /sosial/
disimpan di memori yang sama dan penutur keliru meretrif kata sehingga terjadi selip lidah saat produksi ujaran.
SIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA Arifuddin. 2010. Neuropsikolinguistik. Jakarta: Rajawali Pers.
Chaer, Abdul. 2003. Psikolinguistik: Kajian Teoritik. Jakarta: Rineka Cipta.
Dardjowidjodjo, Soenjono. 2005. Psikolinguistik: Pengantar Pemahaman Bahasa Manusia. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.
Mara’at, Samsunuwiyati. 2011. Psikolinguistik Suatu Pengantar. Bandung: Refika Aditama. Simanjuntak, Mangantar. 2009. Pengantar Neuropsikolinguistik. Medan: Perpustakaan