• Tidak ada hasil yang ditemukan

IMPLEMENTASI PROGRAM BRAWIJAYA BERBATIK (1)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "IMPLEMENTASI PROGRAM BRAWIJAYA BERBATIK (1)"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

JUDUL ESAI

IMPLEMENTASI PROGRAM “BRAWIJAYA BERBATIK” SEBAGAI LANGKAH UNTUK MELESTARIKAN BATIK SEBAGAI WARISAN

DUNIA NON BENDAWI

Karya Ini Disusun untuk Mengikuti

Lomba National Essay Competition 2017

“Menuju Untuk Indonesia Mandiri”

Disusun Oleh: (Reyvan Maulid Pradistya)

(2)

UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG

2017

Pendahuluan

Latar Belakang Masalah

Batik merupakan hasil karya bangsa Indonesia yang sudah dikenal sejak

dahulu, dimana Batik ini adalah hasil perpaduan antara seni dan teknologi dari

para leluhur kita yang akan sangat tinggi nilainya. Batik juga merupakan citra

ketinggian budaya kriya bangsa Indonesia dengan mencirikan kerumitan dan

kehalusan ragam hias yang muncul dari goresan canting yang dilukiskan di kain

dengan sudah digambar motifnya. Karena memiliki nilai seni yang tinggi, maka

Batik Indonesia telah diakui oleh Dunia melalui UNESCO sebagai Warisan Dunia

Non Bendawi pada 2 Mei 2009. Keindahan akan batik benar-benar sempurna

mulai dari kerumitan desain hingga proses pembuatannya. Oleh karena itu, sudah

sepatutnya kita sebagai warga Indonesia mulai memperhatikan batik, karena

selama ini batik sudah berevolusi.

Perkembangan dari tahun ke tahun, batik sudah mengalami perubahan baik

pada motif maupun pengaplikasiannya. Kini, motif batik sudah mulai beragam.

Tak hanya batik Jawa saja, akan tetapi batik lainnya juga sudah mulai merambah

seperti songket Palembang, batik Madura dll. Juga dalam pengaplikasian proses

pembuatan. Kini, batik bukan hanya dibuat menggunakan canting saja, bisa juga

menggunakan Cap dan Printing serta alat lainnya tanpa meninggalkan nilai seni

yang sudah ada namun bisa juga dimodifikasi sesuai dengan perkembangan dan

kebutuhan masyarakat sekarang ini bisa dipakai didalam berbagai kesempatan.

Apalagi, di Universitas Brawijaya saat ini lagi gencar untuk melakukan

kebiasaan yang membudaya seperti melestarikan batik dengan cara memakai batik

(3)

sepantasnya kita dapat menghargai budaya sendiri yang sudah ada dimulai dari

zaman nenek moyang. Tidak juga hanya menimbulkan kesan beragam dan variasi

warna tetapi saat kita memakainya justru memiliki kebanggaan yang tinggi akan

nilai seni yang dijunjungnya. Jadi, sekarang sudah tidak ada lagi batik yang

terkesan kuno namun sudah divariasikan dan banyak beragam corak dan warna

yang berpadu dalam kain batik di era sekarang ini.

Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka penulis dapat

mengidentifikasi beberapa masalah:

1. Bagaimanakah peran Mahasiswa dalam melestarikan Batik sebagai Identitas

Bangsa Indonesia?

2. Bagaimana pengaruh arus globalisasi terhadap eksistensi Batik sebagai unsur

Identitas Bangsa Indonesia?

3. Bagaimana implementasi Program Brawijaya Berbatik dalam upaya Pelestarian

Budaya Batik di kalangan mahasiswa Universitas Brawijaya?

Tujuan

Adapun tujuan yang ingin dicapai dari penulisan karya ini, yaitu:

1. Mengetahui Peran Mahasiswa dalam melestarikan Batik sebagai Identitas

Bangsa Indonesia

2. Mengetahui hubungan pengaruh arus globalisasi terhadap eksistensi Batik

sebagai unsur Identitas Bangsa Indonesia.

3. Mengetahui Implementasi Program Brawijaya Berbatik dalam pelestarian

(4)

Isi

Menurut Kaelan (2007:07) istilah Identitas Bangsa secara terminologis berarti

suatu ciri yang dimiliki oleh suatu bangsa yang secara filosofis dapat

membedakan bangsa satu dengan bangsa yang lainnya. Maka setiap bangsa di

dunia ini akan memiliki identitas sendiri-sendiri sesuai dengan keunikan, sifat,

ciri-ciri serta karakter dari bangsa tersebut.

Di masa lalu, kebudayaan Bangsa digambarkan sebagai titik kulminasi

kebudayaan di setiap daerah di seluruh Indonesia. Namun, kebudayaan bangsa

juga dianggap sebagai nilai-nilai dan norma-norma nasional yang dipaketkan

sebagai pedoman bagi kehidupan berbangsa dan bernegara di antara seluruh

rakyat Indonesia dimana didalamnya adalah nilai yang menjaga kedaulatan negara

(5)

Apalagi unsur budaya lokal sendiri dapat bermanfaat bagi diri sendiri bahkan

perlu dikembangkan agar dapat menjadi bagian dari kebudayaan bangsa serta

memperkaya unsur kebudayaan nasional. Kebudayaan Nasional Indonesia perlu

dilandasi dengan Pancasila dan UUD 1945 dimana merupakan ujung tombak

pembentuk identitas bangsa Indonesia

Menurut Koentjaraningrat (1984), budaya dapat diartikan sebagai hasil cipta,

rasa dan karsa manusia. Dari pendapat ini, batik juga salah satu hasil dari cipta,

rasa dan karsa yang dilakukan oleh manusia Indonesia dari dulu hingga sekarang.

Batik merupakan warisan nenek moyang yang sampai saat ini masih dijaga

eksistensinya. Pertama kali, Presiden Soeharto memperkenalkan batik dimata

dunia dan memakainya pada saat konferensi PBB. Sejarah pembatikan di

Indonesia berkaitan dengan perkembangan kerajaan Majapahit dan Kerjaan

sesudanya. Pengembangan batik banyak dilakukan pada masa kerajaan Mataram,

Solo dan Yogyakarta. Batik berasal dari Bahasa Jawa yaitu amba dan titik.

Dimana artinya yaitu menulis dan titik. Memadukan ragam corak dan warna batik

yang serasi serta menjunjung tinggi nilai seni. Awalnya, batik memiliki ragam

corak serta warna yang terbatas. Namun perkembangan zaman menunjukkan

bahwa ada pengaruh asing didalam corak batik saat ini yang didominasi dengan

warna warna cerah yang merupakan pengaruh dari bangsa Tionghoa

Seperti yang kita ketahui bahwa Batik merupakan sebuah warisan tradisi

secara turun temurun dari generasi ke generasi selanjutnya telah diakui oleh dunia.

Pada 2 Mei 2009 tepatnya, UNESCO telah memasukkan Batik Indonesia kedalam

Daftar Representatif sebagai Budaya Tak-Benda Warisan Manusia

(Representative List Of The Intangible Cultural Heritage of Humanity) dalam

sidang ke-4 Komite Antar-Pemerintah (Fourth Session of the Intergovernmental

Committee) tentang Warisan Budaya Tak-benda di Abu Dhabi. Dengan adanya

pengakuan dari dunia akan batik, maka rakyat Indonesia diharapkan muncul rasa

ingin memiliki akan budaya sendiri dan memunculkan rasa lebih lagi dalam

berbatik serta mencintai batik. Mencintai disini tidak hanya mengikuti trend yang

ada saat ini tetapi lebih kepada melestarikan warisan leluhur kita yang merupakan

(6)

Adapun cara mengungkapkan rasa cinta dan implementasi akan bangganya

batik sebagai trademark dari Indonesia di mata dunia adalah dengan memakai

batik disaat tertentu. Di Universitas Brawijaya misalnya, pada hari Kamis dan

Jumat mahasiswa baru diwajibkan memakai pakaian batik dengan alasan bahwa di

Brawijaya sudah mulai menggelora semangat muda untuk memakai batik sebagai

bentuk rasa syukur dan sekaligus melestarikan budaya Indonesia yang satu ini.

Adapun pula selain memakai batik saja, juga di Universitas Brawijaya terutama

Eksekutif Mahasiswa bagian Kementerian Kebudayaan khususnya dengan adanya

program ini juga dibuat semacam photo contest lewat media sosial instagram dengan tema “Batik” dan menyertakan caption bangganya memakai batik serta mencantumkan hastag #BrawijayaBerbatik #OOTDWithBatik #KuyPakeBatik.

Dengan ini mahasiswa di Universitas Brawijaya tidak akan canggung lagi, karena

pakai batik bukan hanya sekedar kuno saja melainkan sisi estetika dan sisi

modernnya juga ada namun tidak meninggalkan nilai seni yang terkandung

didalamnya.

Terobosan unik ini juga membuat fakultas-fakultas lain ikut dalam agenda

Brawijaya Berbatik yang diadakan setiap hari Kamis dan Jumat. Seperti halnya,

fakultas saya sendiri juga menerapkan seperti itu. FP Berbatik, begitulah judulnya.

Mahasiswa FP dapat mengabadikan momennya dalam memakai batik. Apalagi

disaat Hari Batik yang diperingati setiap tanggal 2 Mei, disajikan photobooth

didepan sekretariat BEM Fakultas untuk siapapun yang ingin mengabadikan

momen penting dan bersejarah ini. Selain itu, di fakultas saya juga setiap kali

UAP (Ujian Akhir Praktikum) ada beberapa mata kuliah yang dresscodenya

diharuskan memakai batik. Ini membuktikan bahwa eksistensi Mahasiswa FP

khususnya akan batik sudah dapat dikatakan menggelora begitu juga di

Universitas Brawijaya. Dengan begitu, batik bisa digunakan secara fleksibel

dalam segala event seperti halnya kegiatan ujian akhir praktikum, sehari-hari

perkuliahan, kegiatan akademik lainnya tidak hanya digunakan saat tertentu saja

misalnya acara pernikahan, atau acara formal yang terkesan kaku.

Apalagi petinggi-petinggi dunia serta wakil Indonesia yang maju ke ajang

internasional juga memakai batik sehingga terkesan modis dan elegan tidak

(7)

saat ini, Nelson Mandela (Presiden Afrika Selatan), Ajang Puteri Indonesia,

Nadine Alexandra, Qory Sandioriva, dll. Petinggi DPR dan juga di

sekolah-sekolah serta instansi pemerintah juga memakai batik di sela-sela hari

kerjanya. Ini membuktikan pula bahwa warga Indonesia akan batik eksistensinya

cukup eksis dan menggembirakan. Maka dari itu, masihkah anda sebagai

Mahasiswa ada alasan untuk tidak memakai batik?

Kesimpulan

Dengan dibuatnya karya ini, penulis memaparkan sebuah inovasi dimana inovasi

ini sudah diterapkan di Universitas Brawijaya dan implementasi pelestarian batik

sebagai budaya bangsa dapat diterima dikalangan Mahasiswa Universitas

Brawijaya. Bahwa batik tidak hanya dipakai saat saat tertentu saja melainkan bisa

dipakai saat kegiatan akademik seperti perkuliahan sehari-hari, ujian akhir

praktikum khususnya di FP dan aktivitas lainnya sesuai dengan arus

perkembangan zaman saat ini. Dengan ini mahasiswa khususnya dapat

menciptakan dan menggairahkan rasa kebanggaannya akan milik budaya sendiri

yang telah diakui oleh dunia sebagai Warisan Dunia Non Bendawi oleh UNESCO.

Eksistensi Batik untuk dilestarikan sangatlah eksis dan mari bersama-sama terus

gelorakan semangat muda untuk memakai batik. Karena dengan adanya rasa cinta

akan milik sendiri, secara tidak langsung kita sudah andil dalam pelestarian

budaya bangsa.

Saran

Dengan dibuatnya karya ini, penulis ingin memberikan sedikit rekomendasi

bahwa dalam upaya pelestarian Batik juga bisa dilakukan dengan cara Promosi

Batik melalui Media Sosial, Pemilihan Duta Batik dll. Sehingga eksistensi Batik

tidak akan cepat pudar melainkan didasarkan pada kebiasaan yang membudaya

(8)

Daftar Pustaka

Kaelan. 2007. Pendidikan Kewarganegaraan. Yogyakarta: Paradigma

Referensi

Dokumen terkait

“ Pengaruh Debt To Equity Ratio, Kepemilikan Manajerial, Return On Assets,Dan Current Ratio Terhadap Dividend Payout Ratio (Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur

Untuk mengetahui pengaruh antara kepemimpinan instruksional kepala madrasah dan supervisi akademik pengawas terhadap profesionalitas guru MAN Rembang dan MAN Lasem

Pada pengamatan ini yaitu pada pengamatan sisik tanduk kura-kura yaitu pada bagian carapace (dorsal) terdiri atas nukhal yang merupakan suatu seri dari pelat-pelat

Determinasi kualitas perekat untuk karakteristik kenampakan, keasaman, kekentalan, berat jenis, kadar padatan dan waktu gelatinasi mengacu pada SNI 06 – 4567 – 1998

Biaya total adalah total keseluruhan yang terdiri dari biaya tetap dan biaya variabel dikeluarkan oleh peternak pola bagi hasil Teseng sistem ternak sapi potong di

ROA ( Return On Assets ) merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dari jumlah aset yang di investasikan, rasio

Oleh karena itu, agar proses pembelajaran dan bimbingan dapat terarah dan mencapai yujuan yang telah ditetapkan maka seorang calon guru PKn MI harus mulai

Dengan demikian kurikulum ini sangat mempengaruhi terhadap pondasi pembibitan wasit muda yang ada di Indonesia serta kemampuan melaksanakan tugas di lapangan,