• Tidak ada hasil yang ditemukan

Proses Berbahasa Produktif dan Reseptif

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Proses Berbahasa Produktif dan Reseptif"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

1

PROSES BERBAHASA PRODUKTIF DAN RESEPTIF

A. Pendahuluan

Bahasa adalah alat verbal yang digunakan untuk berkomunikasi. Berbahasa adalah proses penyampaian informasi dalam berkomunikasi. Dalam linguistik bahasa sebagai objek kajiannya, sedangkan berbahasa adalah objek kajian ilmu psikologi.

Para pakar linguistik mendefenisikan bahasa adalah satu sistem

lambang bunyi yang bersifat arbiter, kemudian defenisi tersebut ditambah dengan yang digunakan oleh sekelompok anggota masyarakat untuk berinteraksi dan mengidentifikasikan diri.

B. Proses Berbahasa

Bahasa dan berbahasa adalah dua hal yang berbeda. Bahasa adalah alat verbal yang digunakan untuk berkomunikasi, sedangkan berbahasa sendiri adalah proses menyampaikan informasi dalam berkomunikasi itu. Proses berbahasa adalah proses mental yang terjadi pada waktu kita berbicara ataupun proses mental yang menjadi dasar pada waktu kita mendengar, mengerti, dan mengingat dapat diterangkan dengan suatu sistem kognitif yang ada pada manusia.

Manusia mempunyai suatu sistem penggunaan bahasa dan psikologi bahasa yang mempelajari cara kerja dari sistem ini. Sistem ini dapat menerangkan misalnya, bagaimana manusia dapat menyampaikan pikiran dengan kata-kata

(produksi bahasa) dan bagaimana manusia mengerti “isi’ pikiran atau makna dari

suatu kalimat yang diucapkan atau ditulis (persepsi bahasa).

Ada dua aspek dalam keterampilan atau kemampuan berbahasa, yakni keterampilan berbahasa reseptif dan keterampilan berbahasa produktif.

(2)

2

atau mampu membuat kode-kode kebahasaan yang bermakna dalam komunikasi baik lisan maupun tertulis.1

Berbahasa merupakan gabungan berurutan antara dua proses dari aspek-aspek tersebut. Pertama, proses produktif artinya proses yang berlangsung pada diri pembicara yang menghasilkan kode-kode bahasa yang bermakna dan berguna. Kedua, proses reseptif artinya proses yang berlangsung pada diri pendengar yang menerima kode-kode bahasa yang bermakna dan berguna yang disampaikan oleh pembicara melalui alat artikulasi dan diterima melalui

alat-alat pendengar.

Proses rancangan berbahasa produktif dapat dibagi menjadi tiga tahapan yakni:

1) enkode semantik, yaitu proses penyusunan ide, gagasan, atau konsep. 2) enkode gramatikal, yaitu penyusunan konsep atau ide dalam bentuk satuan

gramatikal.

3) enkode fonologi, yaitu penyusunan bunyi dari kode tersebut yang kemudian dilontarkan kepada lawan bicara dengan pemahaman.2

Proses rancangan bahasa produktif dimulai dengan enkode semantik yakni proses penyusunan konsep, ide, atau pengertian. Kemudian dilanjutkan dengan proses dekode gramatikal yakni pemahaman bunyi itu sebagai satuan gramatikal. Selanjutnya diteruskan enkode fonologi yakni penyusunan unsur bunyi dari kode itu. Proses enkode ini terjadi pada otak pembicara.

Proses dekode dimulai dengan dekode fonologi yakni penerimaan unsur-unsur bunyi melalui telinga pendengar. Kemudian dilanjutkan dengan proses dekode gramatikal yakni pemahaman bunyi itu sebagai satuan gramatikal. Lalu diakhiri dengan dekode semantik yakni pemahaman akan konsep-konsep

1 Inerna, Cakupan Materi Bahasa Indonesia, http://inerna.wordpress.com/2012/ 09/20/bahasa-indonesia/, diunduh pada hari Kamis, 3 Oktober 2013 pukul 21.00 WIB.

2 Misbah,

(3)

3

atau ide-ide yang dibawa oleh kode-kode tersebut. Proses dekode ini terjadi pada otak pendengar.

Dari proses enkode dan decode ini terjadilah proses transmisi, proses transmisi adalah proses pemindahan atau pengiriman kode-kode yang terdiri atas ujaran manusia yang disebut bahasa. Proses ini terjadi antara mulut pembicara sampai ke telinga pendengar. Proses enkode dan dekode ini terangkum dalam proses komunikasi.3

SKEMA PROSES BERBAHASA

ANTARA PEMBICARA DAN PENDENGAR

Dr. Ahmad Sayuti Anshari Nasution, MA dalam bukunya menerangkan

apabila dua orang berkomunikasi dengan bahasa lisan maka peristiwa yang pertama

terjadi adalah peristiwa kejiwaan yang terjadi di otak pembicara. Dia memikirkan apa

yang harus dikomunikasikan kepada lawan bicaranya.4

Setelah menemukan materi yang akan dikomunikasikan maka dia mulai

menentukan jenis kode yang akan digunakan, apabila pilihan jatuh pada kode bunyi

maka dia mulai merumuskan kode-kode bunyi untuk materi tersebut. Peristiwa ini terjadi

di otak pembicara.

Setelah kode bunyi dirumuskan, peristiwa berikutnya yang akan terjadi

adalah peristiwa penuturan bunyi demi bunyi yang terjadi dengan pengeluaran udara dari

3

Moch. Agus Setiawan, Bahasa dan Berbahasa, http://bocahsastra.wordpress.com/ 2012/05/02/ bahasa-dan-berbahasa/, diunduh pada hari Senin, 7 Oktober 2013 pukul 09.30 WIB.

(4)

4

paru-paru, kemudian membentuknya di pita suara dan memfinalisasinya di makhraj.

Peristiwa ini terjadi lewat organ bicara manusia.

Bunyi-bunyi bahasa yang sudah diproduksi oleh organ bicara si pembicara

itu langsung menyatu dengan udara atau benda pengantar bunyi lainnya (seperti air dan

metal) dan berpindah ke semua penjuru. Peristiwa ini terjadi lewat alam.

Bunyi yang sudah menyatu dengan udara atau benda pengantar bunyi

tersebut terpantul di telinga pendengar, lalu segera dikirim ke otak. Peristiwa ini terjadi di

telinga pendengar.

Setelah pesan sampai ke otak pendengar, pesan tersebut ditafsirkan,

kemudian seterusnya dirumuskan pula materi jawaban yang akan disampaikan. Peristiwa

ini terjadi di otak pendengar.

Dengan demikian, terdapat lima peristiwa dalam satu proses komunikasi

bahan lisan, seperti:

1. Peristiwa Kejiwaan Pembicara 2. Peristiwa Penuturan Bunyi 3. Peristiwa Perpindahan Bunyi 4. Peristiwa Penerimaan Bunyi 5. Peristiwa Kejiwaan Pendengar

Gambar Proses Komunikasi Lisan

C. Aspek Keterampilan Berbahasa Reseptif

(5)

5 1) Mendengarkan/Menyimak

Menyimak merupakan kegiatan berbahasa yang dilakukan dalam bentuk reseptif lisan. Menyimak dapat diartikan sebagai aktivitas penggunaan alat pendengaran secara sengaja yang bertujuan untuk memperoleh pesan atau makna dari apa yang disimak.

Mendengarkan/menyimak dapat terjadi dalam 2 situasi yang berbeda, yaitu secara interaktif dan non-interaktif. Mendengarkan/menyimak secara interaktif terjadi dalam percakapan tatap muka melalui telepon/sejenisnya dimana

komunikasi terjadi secara bergantian antara penutur yang satu dengan penutur yang lainnya (2 orang/lebih) yang melakukan aktivitas mendengarkan dan berbicara sehingga memiliki kesempatan bertanya guna mendapatkan penjelasan, meminta lawan bicara mengulang apa yang telah diucapkan/meminta penutur untuk melambatkan tempo bicaranya.

Mendengarkan/menyimak secara non-interaktif berlangsung tanpa ada penutur yang berhadapan langsung dengan penuturnya. Situasi ini memiliki kelemahan yaitu tidak dapat meminta penjelasan dari pembicara, tidak dapat meminta pembicara mengulangi apa yang diucapkannya, dan tidak dapat meminta pembicaraan diperlambat.

Gambar Proses Auditory Phonetics5

5 ،رمع راتخم دمحأ ،يوغللا توصلا ةسارد

،بتكلا ملاع :ةرهاقلا( 1998

(6)

6 2) Membaca

Membaca adalah keterampilan reseptif bahasa tulis yang bertujuan untuk memahami isi bacaan dan maksud penulisnya (Mulyati, 2008). Membaca merupakan kegiatan berbahasa yang dilakukan dalam bentuk reseptif tulis. Keterampilan membaca merupakan modal dasar yang sangat krusial untuk menunjang keberhasilan belajar siswa. Kurang terampilnya siswa dalam membaca dapat menyebabkan terhambatnya siswa untuk mempelajari bidang studi lain.

Membaca dikelompokkan menjadi 2 bagian yaitu membaca permulaan dan

membaca lanjut. Membaca permulaan adalah tahap awal dalam belajar membaca yang difokuskan kepada mengenal simbol-simbol atau tanda-tanda yang berkaitan dengan huruf-huruf, sehingga menjadi pondasi agar dapat melanjutkan ke tahap membaca lanjut (Dalwadi, 2002). Sedangkan membaca lanjut adalah anak tidak sekedar mengenal simbol atau tanda-tanda tapi sudah mulai mempergunakannya untuk membaca kata atau kalimat sehingga anak memahami apa yang dibacanya (Amin, 1995).

Pada tahap membaca permulaan anak lebih diarahkan kepada membaca huruf atau kata (Shodiq, 1996). Tahap membaca permulaan dilakukan pada masa peka yaitu usia enam atau tujuh tahun bagi anak normal dan sembilan tahun bagi anak tunagrahita. Tahap membaca permulaan merupakan saat kritis dan strategis dikembangkannya kemampuan membaca tanpa teks yaitu membaca dengan cara menceritakan gambar situasional yang tersedia.

D. Aspek Keterampilan Berbahasa Produktif

1) Berbicara

Berbicara merupakan keterampilan berbahasa lisan yang bersifat produktif. Jenis situasi dalam berbicara meliputi: 1) sistuasi interaktif, missalnya

(7)

7

3) situasi non-interaktif, misalnya berpidato lewat radio/TV. Audiens sama sekali tidak bisa melakukan komunikasi secara langsung dengan narasumber karena berada dalam dua dimensi media yang berbeda.

2) Menulis

Menulis merupakan salah satu aspek kemampuan berbahasa yang bersifat produktif. Kemampuan ini biasanya hadir setelah seseorang diidentifikasi mampu menguasai tiga kemampuan berbahasa lainnya. Kemampuan membaca seseorang biasanya sangat berpengaruh terhadap tingkat kemampuan menulis seseorang.

Menulis merupakan kegiatan berbahasa yang dilakukan dalam bentuk kegiatan produktif tulis. Menulis dapat diartikan sebagai kegiatan mengungkapkan pikiran, perasaan, dan informasi dalam bentuk tulis. Keterampilan menulis juga memegang peranan penting bagi keberhasilan belajar siswa.

Fenomena-fenomena di atas biasa kita sebut dengan fenomena psikolinguistik yang terjadi pada setiap manusia, yakni fenomena berbahasa yang terjadi sebelum diucapkan/ diproduksi dan berproses di dalam diri manusia. Selanjutnya akan dibahas fenomena sosiolingistik, yakni fenomena berbahasa yang terjadi setelah diucapkan/ diproduksi dan berproses di luar diri manusia.

E. Faktor-faktor yang Mengefektifkan Proses Berbahasa

Proses berbahasa adalah bagaimana sang pembicara menyampaikan pesan kepada penerimanya, sehingga dapat dapat menciptakan suatu persamaan makna antara pembicara dengan penerimanya. Proses berbahasa ini bertujuan untuk menciptakan komunikasi yang efektif (sesuai dengan tujuan komunikasi pada umumnya). Yang terpenting dalam berbahasa efektif adalah bagaimana kode bahasa yang diterima oleh penerima proses berbahasa harus sama dengan kode bahasa yang dikirim oleh pembicara. Ada banyak faktor yang dapat

mempengaruhi keefektifan proses berbahasa. Faktor-faktor ini terdapat pada setiap unsur komunikasi seperti: komunikator, pesan, medium dan resipiens.6

6 Ferras Satrio,

(8)

8 1. Pada Pembicara

Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi proses berbahasa adalah: a) Pengetahuan tentang berbahasa dan keterampilan berkomunikasi.

Yang dimaksudkan adalah penguasaan komunikasi dan keterampiIan mempergunakan bahasa; keterampilan mempergunakan media komunikasi untuk mempermudah proses pengertian pada resipiens; kemampuan untuk mengenal dan menganalisis situasi pendengar sehingga dapat memberikan sesuatu yang sesuai dengan kebutuhan mereka. Di samping itu jenis

hubungan antara komunikator dan resipiens dapat juga mempengaruhi efektivitas proses komunikasi.

b) Sikap komunikator

Sikap komunikator seperti agresif (menyerang) atau cepat membela diri, sikap yang mantap dan meyakinkan; sikap rendah hati, rela mendengar dan menerima anjuran dapat memberi dampak yang besar dalam proses komunikasi retoris.

c) Pengetahuan umum

Demi efektivitas dalam komunikasi retoris, komunikator sebaiknya memiliki pengetahuan umum yang luas, karena dengan begitu dia dapat mengenal dan menyelami situasi pendengar dan dapat mengerti mereka secara lebih baik. Dia harus mengetahui dan menguasai bahan yang dibeberkan secara mendalam, teliti dan tepat. Dia juga hendaknya mengetahui dan mengerti hal-hal praktis dari kehidupan harian para pendengarnya, supaya dapat menyampaikan sesuatu yang mampu menggugah hati mereka.

d) Sistem sosial

Setiap komunikator berada dan hidup di dalam sistem masyarakat tertentu.

(9)

9

e) Sistem kebudayaan

Di samping sistem sosial, sistem kebudayaan yang dimiliki seorang komunikator juga dapat mempengaruhi efektivitas komunikasi retoris. Tingkah laku, tata adab dan pandangan hidup yang diwarisinya dari suatu kebudayaan tertentu akan juga mempengaruhi efektivitas dalam proses komunikasi retoris dengan manusia lain.

2. FAKTOR-FAKTOR PADA RESIPIENS

Faktor-faktor ini pada umurnnya sama dengan faktor-faktor yang mempengaruhi komunikator.

a) Pengetahuan tentang komunikasi dan keterampilan berkomunikasi

Supaya dapat terjadi komunikasi, resipiens harus menguasai Bahasa yang dipergunakan. Keduanya hanya dapat saling berkomunikasi dan saling mengerti apabila mereka mempergunakan perbendaharaan kata yang sama dan yang dimengerti oleh kedua belah pihak. Komunikasi tidak akan terjadi apabila bahasa yang dipergunakan oleh komunikator tidak dimengerti oleh resipiens. Dalam hubungan dengan hal ini, perlu diperhatikan bahwa pendengar mempunyai cara mendengar dan mengerti sendiri, yang dapat berbeda dari apa yang sebenarnya dimaksudkan oleh komunikator.

b) Sikap resipiens

Faktor ini juga ikut menentukan efektivitas komunikasi retoris. Sikap-sikap positif seperti terbuka, senang, tertarik dan simpatik akan memberi pengaruh positif dalam proses komunikasi; Sebaliknya sikap-sikap negatif seperti tertutup, jengkel, tidak simpatik terhadap komunikator akan mendatangkan pengaruh negatif.

c) Sistem sosial dan kebudayaan

(10)

10

kepada pimpinan. Juga cara menyampaikan sesuatu tidak sama di antara masyarakat yang satu dengan yang lain. Sebab itu komunikator harus memperhatikan segala faktor ini. apabila dia mau mengharapkan efek yang besar dalam proses komunikasi dengan para pendengarnya.

3. FAKTOR-FAKTOR PADA PESAN DAN MEDIUM

a) Antara komunikator dan resipiens ada pesan dan medium.

Kedua faktor ini perlu diperhatikan oleh komunikator secara

khusus dalam proses komunikasi retoris.

Elemen-elemen Pesan Komunikator menerjemahkan pesan dengan mempergunakan medium. Dalam proses ini, komunikator harus memperhatikan elemen-elemen yang membentuk pesan, supaya komunikasi dapat membawa efek yang besar. Elemen-elemen itu berupa kata-kata dan kalimat, pikiran atau ide yang dibeberkan, alat peraga yang dipakai untuk mengkonkretisasi pesan, suara, tekanan suara, artikulasi, mimik dan gerak-gerak untuk memperjelas pesan yang disampaikan.

b) Struktur Pesan

Struktur pesan yang ingin disampaikan juga dapat mempengaruhi efektivitas proses komunikasi retoris. Yang perlu diperhatikan adalah susunan organis di mana elemen-elemen itu dikedepankan untuk mengungkapkan pesan. Pada prinsipnya struktur atau susunan pesan harus jelas dan mudah dimengerti.

c) Isi Pesan

Isi pesan yang di ungkapkan lewat medium harus disesuaikan dengan situasi resipiens. Isi pesan seharusnya mudah ditangkap, tidak boleh terlalu sulit, karena dapat membingungkan resipiens. Sebaiknya isi pesan dibatasi

pada satu atau dua pokok pikiran yang diuraikan secara jelas, terinci dan tepat sasaran.

d) Proses Pembeberan

(11)

11

membawakan secara bebas, tanpa teks, terikat pada teks, atau setengah bebas. Ketiga kemungkinan ini membawa efek yang berbeda dalam proses komunikasi. Tentang hal ini akan dibicarakan lebih lanjut.

F. Faktor-faktor yang Menghambat Proses Berbahasa

Faktor-faktor yang menjadi penghambat keefektifan proses berbahasa, di antaranya adalah sebagai berikut:7

1) Budaya

Bagi yang sudah sering merantau dan sudah sering kali hidup di daerah yang berbeda-beda, faktor budaya yang berbeda dapat menjadi masalah tersendiri dalam usaha beradaptasi dalam lingkungan. “The

Cultural Shock”, keterkejutan budaya sering terjadi kepada pendatang

di suatu kelompok baru.

Bila tak mampu mengatur irama proses berbahasa dengan lingkungan baru, maka stres dan depresi selama berhari-hari dapat terjadi. Oleh karena itu, sangat disarankan untuk mencari informasi sebanyak-banyaknya tentang budaya di lingkungan baru tersebut. Selain banyak mencoba berkomunikasi dengan penduduk lokal dan mempelajari bahasanya, kita juga diperkenankan membaca koran lokal guna mengetahui budaya wilayah tersebut.

2) Latar Belakang Pendidikan

Faktor penghambat proses berbahasa lainnya adalah latar belakang pendidikan. Pengetahuan yang berbeda dapat menciptakan information gap yang terlalu jauh. Yang mempunyai pengetahuan lebih, bisa menjadi guru atau penyampai ilmu baru.

Tapi bila selalu memberi, maka suatu saat akan terjadi kejenuhan dan yang memberi informasi merasa hanya seperti sumur yang selalu

7

(12)

12

memberi air. Apalagi bila si pemberi ilmu merasa tidak mendapatkan ilmu baru. Kesombongan bisa saja datang kepada pemberi ilmu.

3) Usia

Beda generasi, beda zaman dan beda pengalaman. Faktor penghambat ini sering terjadi di dalam keluarga. Tidak adanya saling pengertian akan membuat setiap anggota keluarga memilih diam atau sibuk dengan urusannya masing-masing. Beda pengalaman hidup akan

membuat yang lebih tua merasa lebih berpengalaman dan yang muda merasa yang tua tidak mengerti dan ketinggalan zaman.

4) Jenis Kelamin

Laki-laki dan perempuan mempunyai benteng pertahanan yang berbeda dalam berbahasa. Laki-laki merasa sangat sulit memahami perempuan dan perempuan merasa sangat sulit memahami laki-laki. Tidak jarang debat kusir terjadi di antara suami dan istri hanya karena istri tidak membangunkan suami.

Cara pikir yang menggunakan sudut pandang berbeda membuat emosi keduanya mudah sekali tersulut. Bila emosi sudah tersulut, maka masalah akan berkembang ke segala lini kehidupan yang tidak ada ujung pangkalnya.

5) Agama

Agama bisa menjadi faktor penghambat proses berbahasa yang genting. Beda pandangan mengenai cara menyembah tuhandapat berbuah permusuhan antar generasi selama berabad-abad. Bahkan satu negara dengan negara lainnya dapat terjadi perang hanya karena agama yang berbeda.

(13)

13

6) Gangguan Teknis

Gangguan teknis terjadi jika salah satu alat yang digunakan dalam proses berbahasa mengalami gangguan, sehingga informasi tidak diterima dengan efektif. Di antaranya udara bising, jaringan telepon, sinyal radio dan televisi.

7) Gangguan Semantik dan Psikologis

Gangguan semantik adalah gangguan yang disebabkan karena kesalahan pada bahasa yang digunakan. Gangguan semantik sering

terjadi karena:

- Kata-kata yang digunakan terlalu banyak memakai bahasa jargon bahasa asing sehingga sulit dimengerti oleh khalayak tertentu. - Bahasa yang digunakan pembicara berbeda dengan bahasa yang

digunakan oleh penerima/ pendengar.

- Struktur bahasa yang digunakan tidak sebagaimana mestinya, sehingga membingungkan penerima/ pendengar.

- Latar belakang budaya yang menyebabkan salah persepsi terhadapt simbol-simbol bahasa yang digunakan.

Selain rintangan semantik, juga terdapat rintangan psikologis. Faktor ini terjadi karena adanya gangguan yang disebabkan oleh persoalan-persoalan dalam diri individu. Misalnya rasa curiga penerima kepada sumber, situasi berduka atau karena gangguan kejiwaan sehingga dalam penerimaan dan pemberian informasi tidak sempurna.

8) Gangguan Fisik

Gangguan fisik ialah gangguan yang disebabkan karena kondisi gangguan organik, yaitu tidak berfungsinya salah satu pancaindera

pada pembicara dan penerima/ pendengar.

9) Gangguan Status

(14)

14

berbahasa yang selalu memperhitungkan kondisi dan etika yang sudah membudaya dalam masyarakat, yakni bawahan cenderung hormat pada atasannya, atau rakyat hormat pada rajanya.

10)Gangguan Kerangka Berpikir

Gangguan ini adalah gangguan yang disebabkan adanya perbedaan persepsi antara komunikator dan khalayak terhadap pesan yang digunakan dalam berkomunikasi. Ini disebabkan karena latar belakang pengalaman dan pendidikan yang berbeda.

11)Gangguan Budaya

Gangguan ini disebabkan karena adanya perbedaan norma, kebiasaan dan nilai-nilai yang dianut oleh pihak-pihak yang terlibat dalam proses berbahasa. Di negara-negara sedang berkembang masyarakat cenderung menerima informasi dari sumber yang banyak memiliki kesamaan dengan dirinya, seperti bahasa, agama dan kebiasaan-kebiasaan lainnya.

Gambar

Gambar Proses Komunikasi Lisan
Gambar Proses Auditory Phonetics5

Referensi

Dokumen terkait

Mereka yang terlibat dalam komunikasi perlu menguasai kosa kata (perbendaharaan kata) dalam jumlah yang besar agar dapat menyampaikan keinginannya kepada

Komunikasi disini harus bisa saling mengerti dan memahami satu sama lain agar tidak terjadi konflik antar pribadi-pribadi dalam keluarga seperti suami dengan istri atau

Supaya dari aliran komunikasi organisasi tersebut dapat melihat model komunikasi organisasi yang mereka gunakan, dan dari model komunikasi organisasi tersebut

VLAN adalah kelompok device dalam sebuah LAN yang dikonfigurasi (menggunakan software manajemen) sehingga mereka dapat saling berkomunikasi asalkan dihubungkan

Perilaku belajar yang baik dapat terwujud apabila siswa sadar akan tanggung jawab mereka sebagai siswa, sehingga mereka dapat membagi waktu mereka dengan baik

Komunikasi yang dilakukan oleh guru dapat dikatakan aktif apabila dapat melakukan beberapa hal yaitu diantaranya berkomunikasi lisan serta informasi, mengaplikasikan

Pengaruh Kepemimpinan, Komunikasi dan Kompensasi Terhadap Kinerja Karyawan Pada PT. Dengan berkomunikasi, manusia dapat saling berhubungan satu sama lain dalam

Dengan terselenggaranya pendampingan bahasa inggris dasar ini, diharapkan bahwa para siswa dapat meningkatkan antusiasme belajar mereka sebagai langkah awal untuk menguasai bahasa