• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kesalahan Ejaan dan Tanda Baca EYD (1)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Kesalahan Ejaan dan Tanda Baca EYD (1)"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

Kesalahan Ejaan dan Tanda Baca Nunung Triyana

Pendahuluan

Dasar yang paling baik untuk melambangkan bunyi ujaran atau bahasa adalah satu bunyi ujaran yang membedakan arti dilambangkan dengan satu lambang tertentu. Lambang yang dipakai untuk mewujudkan bunyi ujaran itu biasa disebut huruf. Dengan huruf-huruf itulah manusia dapat menuliskan gagasan yang semula hanya disampaikan secara lisan.

Keseluruhan peraturan tentang cara menggambarkan lambang-lambang bunyi ujaran dalam suatu bahasa termasuk masalah yang dibicarakan dalam ejaan. Yang dimaksud dengan ejaan adalah cara melafalkan dan menuliskan huruf, kata, unsur serapan, dan tanda baca. Bahasa Indonesia menggunakan ejaan fonemik, yaitu hanya satu bunyi yang berfungsi dalam bahasa Indonesia yang dilambangkan dengan berfungsi dalam bahasa Indonesia yang dilambangkan dengan huruf. Jumlah lambang yang diperlukan tidak terlalu banyak.

(2)

huruf kecil, penggunaan koma, titik koma, titik dua, dan penulisan kata gabung yang terpisah masih saja kacau. Hal ini tentu saja disebabkan oleh kekurangan dalam penguasaan ejaan.

(3)

Pembahasan A. Pelafalan

Salah satu yang diatur dalam ejaan adalah cara pelafalan atau cara pengucapan dalam bahasa Indonesia. Ketentuan pelafalan yang berlaku dalam bahasa Indonesia cukup sederhana, yaitu bunyi-bunyi dalam bahasa Indonesia harus diucapkan atau dilafalkan sesuai dengan apa yang tertulis. Tegasnya, lafal atau ucapan dalam nahasa Indonesia disesuaikan dengan tulisan. Contoh:

Tulisan Lafal yang salah Lafal yang benar Teknik tehnik teknik / t e k n i k /

Tegel tehel tegel / t e g e l /

Energi enerhi, enersi, enerji energi / e n e r g i

Masalah atau kesalahan lain yang sering muncul dalam pelafalan ialah mengenai singkatan kata dengan huruf. Sebaiknya pemakaian bahasa memperhatikan pelafalan yang benar seperti yang sudah dibakukan dalam ejaan. Contohnya sebagai berikut:

Tulisan Lafal yang salah Lafal yang benar

TV / t i v i / / te ve /

MTQ / emtekyu / / em te ki /

(4)

ada pertimbangan lain. Pertimbangan yang dimaksud adalah pertimbangan adat, hukum, agama, atau kesejahteraan, dengan kebebasan memilih apakah mengikuti Ejaan Republik (Soewandi) atau Ejaan yang disempurnakan. Jadi, melafalkan nama orang dapat saja diucapkan tidak sesuai dengan yang tertulis, bergantung pada pemilik nama tersebut.

Demikian pula halnya dengan pelafalan unsur kimia, nama minuman, atau nama obat-obatan, bergantung pada kebiasaan yang berlaku untuk nama tersebut. Jadi, pemakai bahasa dapat saja melafalkan unsur tersebut tidak sesuai dengan yang tertulis. Hal tersebut memerlukan kesepakatan lebih lanjut dari para pakar yang bersangkutan. Contohnya sebagai berikut:

Tulisan Lafal yang benar

Coca cola / ko ka ko la /

HCl / Ha Se El /

CO2 / Se O2 /

B. Pemakaian Huruf

Ejaan bahasa Indonesia yang disempurnakan menggunakan 26 huruf di dalam abjadnya, yaitu mulai dengan huruf “a” sampai dengan huruf “z”. beberapa huruf diantaranya yaitu huruf “f”, “v”, “x”, dan “z”, merupakan huruf serapan dan sekarang huruf-huruf tersebut dipakai secara resmi di dalam bahasa Indonesia. Dengan demikian, pemakaian huruf itu tetap dipertahankan dan jangann diganti dengan huruf lain. Contoh:

(5)

Pasif tidak boleh diganti dengan pasip Vitamin tidak boleh diganti dengan pitamin Aktif tidak boleh diganti dengan aktip

Zamrud tidak boleh diganti dengan samrud, jamrud

Meskipun huruf-huruf serapan sudah dimasukkan ke dalam bahasa Indonesia, harus kita ingat ketentuan pemakaian huruf “q” dan “x”. Huruf “q” hanya dapat dipakai untuk nama dan istilah, sedangkan untuk istilah umum harus diganti dengan huruf “k”. demikian pula huruf “x” dapat dipakai untuk lambang, seperti xenon, sinar X, X + Y. Huruf “x” apabila terdapat pada tengah kata dan akhir kata diganti dengan huruf gugus konsonan “ks”. Contoh:

Quran tetap ditulis Quran (nama)

Aquarium harus ditulis dengan akuarium Quadrat harus ditulis dengan kuadrat Taxi harus ditulis dengan taksi

Latex harus ditulis dengan lateks

Huruf “k” selain untuk melambangkan bunyi “k”, juga digunakan untuk melambangkan bunyi hamzah (glotal). Ternyata masih ada pengguna bahasa yang menggunakan tanda “ain” (‘) untuk bunyi hamzah (glotal) tersebut. Contoh:

(6)

C. Pemisahan Suku Kata

Didalam bahasa Indonesia setiap suku kata ditandai oleh sebuah vokal. Vokal itu dapat diikuti maupun didahului oleh konsonan. Persukuan atau pemisahan suku kata biasanya kita dapati pada penggantian baris, yaitu terdapat pada bagian akhir setiap baris tulisan. Pengguna bahasa tidak boleh sewenang-wenang melakukan pemotongan atau pemisahan kata, melainkan harus taat pada kaidah yang berlaku. Pengguna bahasa tidak boleh melakukan pemotongan kata berdasarkan kepentingan lain, misalnya mencari kelurusan baris pada pinggir baris setiap halaman atau hanya untuk memudahkan pengetikan. Penulis harus mengikuti kaidah-kaidah pemisahan suku kata yang diatur dalam Ejaan yang Disempurnakan (EYD)

1. Bahasa Indonesia mengenal empat macam pola umum suku kata, yaitu: a. V : i-nang, a-ku, ma-u, a-du, i-par

b. VK : in-duk, la-in, om-pong, om-bak c. KV : ra-jut, ma-ju, bi-ru, cu-kup

d. KVK : ram-but, lam-bat, pan-tul, rim-bun

2. Disamping itu, bahasa Indonesia masih memiliki beberapa pola suku kata yang seperti berikut ini:

a. KKV : pra-ja, su-pra, sas-tra, in-fra

b. KKVK : blok, prak-tek, trak-tor, trak-tir, skan-dal c. VKK : eks, ons, ohm, ing-kar, ang-sa

(7)

e. KKVKK : kom-pleks, ge-nyang, le-ngang f. KKKV : stra-ta, stra-te-gi, in stru-men g. KKKVK : struk-tur, in struk-si

Keterangan : K = konsonan V = vokal

3. Cara pemisahan suku kata pada kata dasar adalah sebagai berikut:

a. Apabila di tengah kata terdapat dua vokal berurutan, maka pemisahan dilakukan diantara kedua vokal tersebut.

Contoh: bu-at, ta-at, sa-at, ni-an, sa-uh, bu-ah, ma-in.

b. Apabila di tengah kata terdapat dua konsonan berurutan, maka pemisahan dilakukan diantara dua konsonan tersebut.

Contoh: man-di, som-bong.

c. Apabila di tengah kata terdapat konsonan diantara dua vokal, maka pemisahan dilakukan sebelum konsonan tersebut.

Contoh: ba-rang, ma-kan, su-kar, za-kat, ba-pak, sa-kit, a-nak, sa-rang. Untuk ng, ny, sy, dank h yang melambangkan satu konsonan, maka gabungan huruf-huruf itu tidak pernah diceraikan sehingga pemisahan suku kata dilakukan sebelum atau sesudah pasangan huruf itu.

Contoh: nyo-nya, sya-rat, ang-ka, akh-lak, sa-ngat.

(8)

Contoh: ben-trok, bang-krut, ul-tra, in-fra, am-bruk, ang-klung.

e. Untuk kata yang mendapatkan imbuhan, termasuk awalan yang mengalami perubahan bentuk sehingga biasanya ditulis serangkai dengan dasarnya, maka pemisahan suku kata tersebut dilakukan untuk dipisahkan sebagai satu kesatuan.

Contoh: mi-num-an, bel-a-jar, me-nya-bit, me-lak-san-na-kan, mem-ban-tu, da-tang-lah, ter-ta-wa.

f. Pada akhir baris dan awal baris tidak diperkenankan ada huruf yang berdiri sendiri, baik vokal maupun konsonan.

Contoh: Salah Benar

… hal i- … hal

ni ini

g. Tanda pemisah (tanda hubung) tidak diperkenankan diletakkan di bawah huruf dan juga tidak boleh berjauhan dengan huruf, tetapi diletakkan di samping kanan huruf, tetapi diletakkan di samping kanan huruf.

Contoh:

Salah Benar

… pengam …

pengam-bilan …. bilan ….

(9)

menu-lis lis

D. Penulisan Huruf

Ada dua hal yang diatur dalam penulisan huruf di dalam Ejaan yang Disempurnakan (EYD), yaitu aturan penulisan huruf besar atau huruf capital dan aturan penulisan huruf miring.

1. Huruf Kapital atau Huruf Besar

a. Huruf kapital atau huruf besar dipakai sebagai huruf pertama kata pada awal kalimat.

Contoh:

Dia mengantuk.

Apa maksudnya?

b. Huruf kapital dipakai sebagai uruf pertama petikan langsung. Contoh:

Adik bertanya, “Kapan kita pulang?”

Bapak menasihatkan, “Berhati-hatilah, Nak!” “Kemarin engkau terlambat,” katanya

Besok pagi,” kata Ibu, “dia akan berangkat”.

c. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama dalam ungkapan yang berhubungan dengan nama Tuhan dan kitab suci, termasuk kata ganti milik untuk Tuhan

(10)

Allah, Yang Maha Kuasa, Yang Maha Pengasih

Alkitab, Quran, Weda, Islam, Kristen

Tuhan akan menunjukkan jalan yang benar kepada hamba-Nya. Bimbinglah hamba-Mu, ya Tuhan, ke jalan yang Engkau beri rahmat. d. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama gelar kehormatan,

keturunan, dan keagamaan yang diikuti nama orang. Contoh:

Mahaputra Yamin, Sultan Hasanuddin, Haji Agus Salim, Imam Syafii,

Nabi Ibrahim.

e. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama jubatan dan pangkat yang diikuti nama orang atau yang dipakai sebagai pengganti nama orang tertentu, nama instansi, atau nama tempat.

Wakil Presiden Adam Malik, Perdana Menteri Nehru, Profesor Supomo,

Laksamana Muda Udara Husein Sastranegara.

f. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur-unsur nama orang. Contoh:

Amir Hamzah, Dewi Sartika, Wage Rudolf Supratman, Halim

Perdanakusumah.

g. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama bangsa, suku bangsa, dan bahasa.

Contoh:

(11)

h. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama tahun, bulan, hari, hari raya, dan peristiwa sejarah.

Contoh:

Tahun Hijriah, tarikh Masehi, bulan Agustus, bulan Maulid, hari Jumat, hari Galungan, hari Lebaran, Proklamasi Kemerdekaan Indonesia.

i. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama geografi (daerah). Contoh:

Asia Tenggara, Bayuwangi, Bukit Barisan, Teluk Benggala.

j. Huruf kapital sebagai huruf pertama semua unsur nama Negara, lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, serta nama dokumen resmi kecuali kata seperti dan.

Contoh:

Republik Indonesia; Majelis Permusyawaratan Rakyat; Departemen

Pendidikan dan Kebudayaan.

k. Huruf kapital diapakai sebagai huruf pertama setiap unsur bentuk ulang sempurna yang terdapat pada nama badan, lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, serta dokumen resmi.

Contoh:

Perserikatan Bangsa-Bangsa, Yayasan Ilmu-Ilmu Sosial, Undang-Undang Dasar Republik Indonesia, Rancangan Undang-Undang Kepegawaian. l. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama semua kata (termasuk semua

(12)

dan judul karangan kecuali kata seperti di, ke, dari, yang, dan untuk yang terletak pada posisi awal.

Contoh:

Saya telah membaca buku Dari Ave Maria ke Jalan Lain ke Roma. Bacalah majalah Bahasa dan Sastra.

m. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur singkatan nama gelar, pangkat, dan sapaan.

Contoh:

Dr. doctor

M.A. master of arts

S.E. sarjana ekonomi

Sdr saudara

n. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata penunjuk hubungan kekerabatan seperti bapak, ibu, saudara, kakak, adik, dan paman yang dipakai dalam penyapaan.

Contoh:

“Kapan Bapak berangkat?” tanya Harto. Besok Paman akan dating.

Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama kata penunjuk hubungan kekerabatan yang tidak dipakai dalam penyapaan.

Contoh:

(13)

Semua kakak dan adik saya sudah berkeluarga.

o. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata ganti Anda. Contoh:

Sudahkah Anda tahu?

Surat Anda telah kami terima. 2. Huruf Miring

a. Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menuliskan nama buku, majalah, dan surat kabar yang dikutip dalam tulisan.

Contoh:

Majalah Bahasa dan Kesusastraan, buku Negara-kertagama karangan Prapanca, surat kabar Suara Karya.

b. Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menegaskan atu mengkhususkan huruf, bagian kata, kata, atau kelompok kata.

Contoh:

Huruf pertama kata abad adalah a.

Dia bukan menipu, tetapi ditipu.

Bab ini tidak membicarakan penulisan huruf kapital. Buatlah kalimat dengan berlepas tangan.

c. Huruf miring dan cetakan dipakai untuk menuliskan kata nama ilmiah atau ungkapan asing kecuali yang telah disesuaikan ejaannya.

Contoh:

(14)

Politik divideet impera pernah merajalela di negeri ini.

E. Kata depan “di” dan awalan “di-“

Sampai sekarang masih banyak kesalahan yang dibuat orang dalam menuliskan kata yang berlawanan di- atau berkata depan di. Dalam surat-surat kabar dan majalah pun masih banyak kita temukan kesalahan, padahal mudah sekali membedakan mana di yang harus dituliskan terpisah dari kata yang mengikutinya dan mana di yang harus diserangkaikan.

Awalan di- hanya terdapat pada kata kerja baik kata kerja itu berakhiran –kan atau –I maupun tanpa akhiran-akhiran itu.

Contoh: dipukul, dipukulkan, dipukuli

Kata kerja yang berlawanan di- itu ialah semua kata yang menjadi jawaban pertanyan diapakan dia, atau diapakan benda itu. Ini adalah salah satu cara mengenal kata depan awalan di-. Cara yang kedua ialah bahwa kata-kata kerja berawalan di- mempunyai bentuk awalan me-.

Dipukul lawannya memukul

Dipukulkan lawannya memukulkan

Dipukuli lawannya memukuli

(15)

Referensi

Dokumen terkait

media berbasis web moodle lebih baik daripada yang menerapkan model pembelajaran langsung tanpa menggunakan media berbasis web moodle. Manfaat yang didapat dari hasil

selama fermentasi menyebabkan mutu biji kakao menjadi rendah karena akan.. mengganggu aktivitas mikroba yang berperan selama fermentasi akibat berebut

Dalam Undang-Undang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan (UU KUP) Nomor 28 Tahun 2007 Pasal 1 Ayat 1, yang dimaksud dengan Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara

Dan yang ketiga di Distrik Molanikime karena itu tidak sesuai dengan perintah putusan Mahkamah, kami mohon kepada Yang Mulia Majelis Hakim Mahkamah untuk

melawan atau berjuang ( fight ) dilakukan, di antaranya dengan mela- wan kembali ( fight back ) kelompok yang mengancam keberadaan atau identitas yang menjadi tatanan

misscommunication may concern the content, tone (intonation) or way. There is often a case of misscommunication in both social and work relations. For example, if someone is

Tahap pertama dari teknik Hashing adalah penelusuran pada data untuk melakukan perhitungan support count dari setiap kandidat k–itemset dan pada saat yang sama

Kerupuk yang direkomendasikan adalah kerupuk F4, yaitu kerupuk dengan penambahan tepung duri 10% dan bubur rumput laut 15% karena memiliki kadar kalsium dan