• Tidak ada hasil yang ditemukan

Dokumen AMDAL Studi Kasus Analisis Dampa

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Dokumen AMDAL Studi Kasus Analisis Dampa"

Copied!
93
0
0

Teks penuh

(1)

DOKUMEN AMDAL

ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN

KEGIATAN USAHA PENAMBANGAN

GOLONGAN GALIAN C (PASIR dan BATU)

PT. Puser Bumi Indonesia

Graduate School of Environment Science Magister Program of Environmental Management

Oleh:

1. Lighar Dwinda Prisbitari NIM: 13/354980/PMU/7905 2. Syampadzi Nurroh NIM: 13/354980/PMU/7908

3. Anwar Saimu NIM: 13/354980/PMU/7987

4. Mia Muthiany NIM: 13/354980/PMU/7998

5. Kartini NIM: 13/354980/PMU/7946

GRADUATE OF SCHOOL

GADJAH MADA UNIVERSITY

Y O G Y A K A R T A

(2)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... ii

PERNYATAAN ... iii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xix

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ... I-1 1.2. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... I-2 1.3. Perundangan-undangan ... I-3 BAB II RENCANA USAHA DAN/ATAU KEGIATAN 2.1. Identitas Pemrakarsa dan Penyusun Andal ... II-1 2.2. Uraian Rencana Usaha dan/atau Kegiatan ... II-2 2.2. Alternatif-alternatif yang Dikaji dalam Andal ... II-16 BAB III RONA LINGKUNGAN HIDUP 3.1. Komponen Abiotik ... III-1 3.2. Komponen Biotik ... III-9 3.3. Komponen Sosekbudkemas ... III-14 BAB IV RUANG LINGKUP STUDI 4.1. Dampak Penting yang Ditelaah ... IV-1 4.2. Evaluasi Dampak Potensial ... IV-8 4.3. Hasil Proses Pelingkupan ... IV-10 4.4. Wilayah Studi dan Batas Waktu Kajian ... IV-13 BAB V PRAKIRAAN DAMPAK PENTING 5.1. Prakiraan Dampak Penting ... V-1 5.2. Prakiraan Sifat Penting Dampak ... V-3 BAB V EVALUASI DAMPAK PENTING 5.1. Pemilihan Alternatif Terbaik ... VI-2 5.2. Telaah sebagai Dasar Pengelolaan ... VI-2 5.2. Rekomendasi Penilaian Kelayakan Lingkungan ... VI-12 DAFTAR PUSTAKA ... 132

(3)

xiii

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1. Undang-Undang terkait dengan Studi Amdal PT. Puser Bumi

Indonesia di Kabupaten Sleman Provinsi DI Yogyakarta ... I-3

Tabel 1.2. Peraturan Pemerintah terkait dengan Studi Amdal PT. Puser Bumi

Indonesia di Kabupaten Sleman, Provinsi DI Yogyakarta ... I-4

Tabel 1.3. Keputusan Menteri dan Peraturan Menteri terkait dengan Studi Amdal

PT. Puser Bumi Indonesia di Kabupaten Sleman, Provinsi Yogyakarta ... I-4

Tabel 1.4. Keputusan Terkait Lainnya dengan Studi Amdal PT. Puser Bumi Indonesia di

Kabupaten Sleman, Provinsi DI Yoyakarta ... I-5

Tabel 2.1. Tim Pelaksana Studi AMDAL ... II-2

Tabel 2.2. Jumlah dan Kualikasi Tenaga Kerja Kegiatan Penambangan Galian

Golongan C (pasir dan batu) PT. Puser Bumi Indonesia ... II-7

Tabel 3.1. Bentuklahan Wilayah Sleman ... III-2

Tabel 3.2. Data curah hujan Stasiun Pakem ... III-4

Tabel 3.3. Data curah hujan Bulanan Stasiun Kaliurang ... III-5

Tabel 3.4. Rata-rata Temperatur Rata-rata (oC) Di Kab. Sleman... III-5

Tabel 3.5. Kualitas Udara Sekitar Rencana Penambangan PT. Puser Bumi Indonesia

di Kecamatan Pakem Kabupaten Sleman ... III-6

Tabel 3.6. Konversi ISPU menjadi Skala Kualitas Lingkungan ... III-9

Tabel 3.7. Hasil Pengamatan Flora Darat di Lokasi IUP PT. Puser Bumi Indonesia

di Kecamatan Pakem ... III-10

Tabel 3.8. Hasil Pengamatan Semak, Palm, Liana, dan Rumput di Lokasi IUP

PT. Puser Bumi Indonesia di Kecamatan Pakem ... III-11 Tabel 3.9. Jenis-jenis Fauna yang Ditemukan atau Terindikasi Hidup di Sekitar

Lokasi IUP PT. Puser Bumi Indonesia ... III-12

Tabel 3.10. Luas Wilayah, Jumlah Penduduk, dan Kepadatan Penduduk

Menurut Kecamatan Tahun 2010 ... III-15

Tabel 3.11. Sektor Menurut Mata Pencaharian ... III-16

Tabel 3.12. Jumlah Penduduk Menurut kriteria bekerja dan tidak bekerja

di Kabupaten SlemanTahun 2010 ... III-17

(4)

xiv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Penampang Drainage Jalan Angkut ... II-11

Gambar 2.2. Penampang Atas Sedimen Pond. ... II-11

Gambar 2.3. Penampang melintang A – B Sediment Pond ... II-11

Gambar 2.4. Penampang Jalan Angkut ... II-13

Gambar 2.5. Tahap–tahap Kegiatan Penambangan ... II-14

Gambar 3.1. Batas lokasi wilayah kajian proyek. ... III-2

Gambar 3.2. Pola musim iklim di lokasi proyek ... III-4

Gambar 3.3. Model Plot Jalur Berpetak Pengamatan keragaman Vegetasi

Pada Areal Izin Usaha Pertambangan Golongan Galian-C

PT. Puser Bumi Indonesia ... III-10

Gambar 3.4. Sebaran spatial sebaran kepadatan penduduk di Kabupaten Sleman .... III-14

DAFTAR LAMPIRAN

(5)

Dok. Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) I - 1

BAB I.

PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG

Kebutuhan akan bahan bangunan seperti pasir dan batu dewasa ini meningkat seiring

dengan peningkatan teknologi dan kebutuhan pengembangan wilayah. Kegunaan pasir

digunakan untuk pengembangan perumahan, bahan bangunan maupun industri. Pesatnya

pembangunan di wilayah perkotaan sekitar Yogyakarta, Sleman, Muntilan, Magelang, Klaten,

Boyolali, Semarang dan sekitarnya menjadikan kebutuhan akan bahan bangunan berupa pasir

dan batu (Sirtu) yang termasuk Bahan Galian Golongan C sangat meningkat. Peraturan yang

tertuang dalam regulasi dan ketentuan dari pemerintah lebih detail tentang segala bentuk rencana

kegiatan pembangunan yang diprediksi akan memberikan dampak penting dan besar terhadap

lingkungan, termasuk kegiatan pertambangan mineral dengan segala bentuk kegiatan yang

terkait didalamnya adalah diterbitkannya Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 27

Tahun 2009 tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup dan selanjutnya Peraturan

Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 12 Tahun 2012 tentang Jenis Rencana Usaha dan/atau

Kegiatan Yang Wajib Dilengkapi Dengan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup.

Mengacu pada perundang-undangan dan peraturan-peraturan tersebut, maka pihak

manajemen PT. Puser Bumi Indonesia yang merupakan perusahaan swasta bergerak di bidang

pertambangan umum merencanakan melakukan studi AMDAL atas rencana kegiatan pada areal

Izin Usaha Tambang Golongan Galian-C di Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta.

dengan luas 100 ha, yang izin eksplorasinya telah dikeluarkan berdasarkan Surat Keputusan

Bupati Sleman Nomor :____________________________.

PT. Puser Bumi Indonesia merencanakan melakukan kegiatan eksploitasi yang

diharapkan kegiatan tersebut menjadi penggerak ekonomi wilayah sekitar khususnya, sumber

penerimaan negara melalui devisa serta meningkatkan kualitas sosial ekonomi dan budaya

masyarakat melalui peningkatan pendapatan dan kesempatan berusaha serta alih teknologi. Di

(6)

Dok. Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) I - 2 tidak langsung pada komponen lingkungan fisik kimia, biologi maupun sosial ekonomi budaya dan

kesehatan masyarakat, karena usaha penambangan tersebut mempunyai interaksi yang kuat

dengan lingkungan hidup.

1.2. TUJUAN DAN MANFAAT

1.2.1. Tujuan

Rencana kegiatan penambangan yang akan dilakukan oleh PT. Puser Bumi Indonesia

secara umum bertujuan untuk :

a. Mengelola potensi sumber daya alam berupa pasir dan batu (SIRTU) yang terkandung di

wilayah Kabupaten Sleman untuk kepentingan ekonomis;

b. Memenuhi permintaan pasokan pasir dan batu lokal wilayah secara khusus dan nasional

secara umum;

c. Meningkatkan pendapatan perusahaan dari kegiatan penambangan pasir dan batu

(SIRTU) yang dilaksanakan di lokasi penambangan tersebut; serta

d. Meningkatkan penerimaan daerah dari sektor non migas melalui pajak perusahaan.

1.2.2. Manfaat

Adapun manfaat yang akan diperoleh dari kegiatan penambangan yang akan dilakukan

oleh PT. Puser Bumi Indonesia adalah :

 Bagi Perusahaan :

a. Keuntungan ekonomis bagi keberlanjutan usaha perusahaan;

b. Memenuhi permintaan pasokan pasir dan batu dari industri-industri mitra yang

membutuhkan; serta

c. Meningkatkan pendapatan perusahaan dari usaha pertambangan.  Bagi Pemerintah :

a. Penggerak percepatan pertumbuhan wilayah (growth development)

b. Penggerak dan pendorong pengembangan sektor inti dan sektor strategis daerah

(prime mover); serta

(7)

Dok. Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) I - 3 a. Meningkatkan tingkat kesejahteraan ekonomi dan sosial melalui penciptaan peluang

kerja dan berusaha; serta

b. Penyerapan tenaga kerja produktif di daerah sekitar kegiatan.

1.3. PERUNDANG-UNDANGAN

Landasan hukum yang dipakai sebagai payung dalam menyusun dokumen AMDAL

rencana kegiatan penambangan Galian C (pasir dan batu) PT. Puser Bumi Indonesia berupa

peraturan perundang-undangan dan kebijaksanaan pemerintah yang berlaku.

1.3.1. Undang – Undang

Tabel 1.1. Undang-Undang terkait dengan Studi Amdal PT. Puser Bumi Indonesia di Kabupaten Sleman Provinsi DI Yogyakarta.

No. Undang-Undang Tentang Alasan

1. Undang - Undang

2. No. 5 Tahun 1960 Pokok-pokok Agraria Terkait penguasaan dan pengelolaan tanah/lahan.

3. No. 5 Tahun 1990 Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistem

Upaya pengelolaan berlandaskan konservasi SDA

4. No. 23 Tahun 1992 Kesehatan Telaah gangguan kesehatan masyarakat dan tenaga kerja

5. No.5 Tahun 1994 Pengesahan Konvensi PBB Mengenai Kehati

Ketentuan-ketentuan konvensi bidang Kehati

6. No. 41 Tahun 1999 Kehutanan Acuan dasar pemanfaatan dan pengelolaan wilayah kawasan hutan

7. No.28 Tahun 2000 Bangunan Setempat Acuan pendirian bangunan

8. No. 13 Tahun 2003 Ketenagakerjaan Regulasi bidang ketenagakerjaan termasuk usaha pertambangan

9. No.7 Tahun 2004 Sumber daya Air Acuan Pengelolaan sumber daya air 10. No.16 Tahun 2004 Penggunaan Tanah Ketentuan dalam perolehan hak atas tanah 11. No.32 Tahun 2004 Kewenangan Pemerintah Provinsi

dan Kabupaten/Kota

Acuan pembagian kewenangan pemerintah

12. No.33 Tahun 2004 Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah

Acuan Pengelolaan keuangan Daerah

13. No. 26 Tahun 2007 Penataan Ruang Arahan Kesesuaian dan Penataan Ruang 14. No. 40 tahun 2007 Perseroan Terbatas Acuan untuk pihak Pemrakarsa dalam

mengalokasikan angg. Sebagai bentuk CSR 15. No. 22 Tahun 2009 Lalulintas dan Angkutan Jalan Penggunaan jalan Provinsi dan jalan-jalan

umum untuk kegiatan proyek 16. No. 32 Tahun 2009 Perlindungan dan Pengelolaan

Lingkungan Hidup

(8)

Dok. Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) I - 4

1.3.2. Peraturan Pemerintah

Tabel 1.2. Peraturan Pemerintah terkait dengan Studi Amdal PT. Puser Bumi Indonesia di Kabupaten Sleman, Provinsi DI Yogyakarta

No. Peraturan

Pemerintah Tentang Alasan

1. No. 20 Tahun 1990 Pengendalian Pencemaran Air dan Lampirannya

Kegiatan Potensial menyebabkan perubahan kualitas air

2. No. 12 Tahun 2012 Analisis Mengenai Dampak Lingkungan

Acuan dalam proses pelaksanaan Studi Amdal

3. No. 41 Tahun 1999 Pengendalian Pencemaran Udara Pedoman pelaksanaan Pengendalian pencemaran udara

4. No. 75 Tahun 2001 Perubahan UU Pertambangan Acuan pokok pertambangan 5. No. 82 Tahun 2001 Pengelolaan Kualitas Air dan

Pengendalian Pencemaran Air

Pedoman pelaksanaan kegiatan untuk meminimalisir pencemaran air 6. No. 34 Tahun 2002 Penyusunan Rencana Pengelolaan

Hutan, Pemanfaatan Hutan dan Penggunaan Kawasan Hutan

Dasar pengelolaan kawasan hutan

7. No. 6 Tahun 2007 Penataan Hutan dan Rencana Pengelolaan Hutan serta Pemanfaatan Hutan

Telaah penataan dan pemanfaatan wilayah hutan

1.3.3 Keputusan Menteri dan Peraturan Menteri

Tabel 1.3. Keputusan Menteri dan Peraturan Menteriterkait dengan Studi Amdal PT. Puser Bumi Indonesia di Kabupaten Sleman, Provinsi Yogyakarta

No. Keputusan/Peraturan Menteri Tentang Alasan

1. Kep. Menhut

Nomor 54/KPTS/UM/2 Tahun 1972

Jenis Pohon Yang Dilindungi Keragaman jenis pada lokasi rencana usaha/ kegiatan

3. Kep. Menkes

Nomor 718/MENKES Tahun 1987

Kebisingan dan Kesehatan Rencana usaha/kegiatan potensial menyebabkan kebisingan

4. Kep. MenKLH

Nomor KEP-02/MENKLH/6 Tahun 1988

Pedoman Baku Mutu Lingkungan Pedoman pelaksanaan kegiatan untuk menjadi indikator baku mutu lingkungan

5. Peraturan Menteri Pertambangan dan Enegi kerusakan lingkungan akibat Keg. Pertambangan

6. Kep. MenLH

Nomor 13/MENLH/ 3 Tahun 1995

Baku Mutu Udara Emisi Sumber Tidak Bergerak

Pedoman pelaksanaan kegiatan untuk setiap tahap kegiatan

7. Men LH

48/MENLH/11/ 1996

Baku Mutu Tingkat Kebisingan Pedoman pelaksanaan kegiatan agar tidak melebihi baku mutu lingkungan

(9)

Dok. Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) I - 5

No. Keputusan/Peraturan Menteri Tentang Alasan

Tahun 2002 Kabupaten dan Kota kepada pemerintah kabupaten/kota 9. Kep. Men. LH

No. 37 Tahun 2003

Metode Analisis Kualitas Air Permukaan

Panduan pengukuran paramater kualitas air permukaan

10. Kep. Men. LH No. 115 Tahun 2003

Pedoman Penentuan Status Mutu Air

Pedoman penetapan kualitas dan mutu air di sekitar lokasi sebelum pelaksanaan kegiatan

11. Permen LH No. 12Tahun 2012

Jenis Rencana Usaha dan/atau Kegiatan Yang Wajib AMDAL

Pedoman dan landasan hukum penyusunan studi AMDAL

1.3.4 Keputusan Terkait Lainnya

Tabel 1.4. Keputusan Terkait Lainnya dengan Studi Amdal PT. Puser Bumi Indonesia di Kabupaten Sleman, Provinsi DI Yoyakarta

No. Peraturan Tentang Alasan

1. Kep.Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan (BAPEDAL)

2. Keputusan Kepala Badan

Pengendalian Dampak Lingkungan Nomor Kep.299/II/1996

Pedoman Teknis Kajian Aspek Sosial dalam Penyusunan AMDAL

Pedoman kajian sosial dalam penyusunan AMDAL

3. Keputusan Direktur Jenderal Pertambangan Umum Nomor 693.K/008DDJP/1996

Pengendalian Erosi Pada Kegiatan Pertambangan Umum

Acuan pengendalian erosi dalam kegiatan pertambangan

4. Keputusan Kepala BAPEDAL Nomor 124/BAPEDAL/12/1997

Panduan Kajian Aspek Kesehatan Masyarakat dalam Penyusunan AMDAL

Pedoman kajian aspek kesmas dalam penyusunan AMDAL

5. Keputusan Direktur Jenderal Pertambangan Umum Nomor 336.K/ 008/DDJP/1997

Jaminan Reklamasi Pedoman penarikan dan pemanfaatan jaminan reklamasi keg. pertambangan

6. Perda Kab. Sleman Nomor 20 Tahun 2003

Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Sleman

Terkait dengan kebijakan alokasi ruang pada IUP tambang 8. Keputusan Gubernur Prov. DIY No.5

Tahun 2007

Upah Minimal Provinsi Pedoman sistem penggajian/ Penguapahan

9. Keputusan Bupati Sleman No.540.2/ SK.039/DESDM/III/ 2013

Pemberian izin Eksplorasi Kepada PT. PBI

Menjadi payung hukum bagi Kegiatan PT. TBI

(10)

Dok. Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) II - 1

BAB II.

RENCANA USAHA DAN/ATAU

KEGIATAN

2.1. Identitas Pemrakarsa dan Penyusun ANDAL

1. Pemrakarsa

Nama Perusahaan : PT. Puser Bumi Indonesia

Alamat Kantor Perusahaan : Jl. Teknika Utara No. 10, Pogung, Yogyakarta, Penanggung Jawab : Dr. Suprapto Dibyosaputro, M.Sc

Jabatan : Direktur Utama

2. Penyusun ANDAL

Pelaksana : PT. Puser Bumi Indonesia

Penanggung jawab : Dr. Suprapto Dibyosaputro, M.Sc

Alamat Kantor : Jl. Teknika Utara No. 10, Pogung, Yogyakarta

Telp. (031) 3577256 – 3577561

(11)

Dok. Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) II - 2

Tabel 2.1. Tim Pelaksana Studi AMDAL

No. N a m a Sertificate/Ijazah Keahlian Keterangan

2. Syampadzi Nurroh, S.Hut, M.Sc

S2, Ilmu Lingkungan

Lingkungan Anggota Tim

5. Linghar Dwinda P, S.Hut, M.Sc.

2.2. Uraian Rencana Usaha dan/atau Kegiatan

1. Status Studi AMDAL

(12)

Dok. Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) II - 3

2. Kesesuaian Lokasi Rencana Usaha dan/atau Kegiatan dengan Rencana TataRuang

Mengacu pada Perda tersebut, maka Pemerintah Kabupaten Sleman telah memberikan izin eksplorasi penambangan Galian C pasir dan baru kepada PT. Puser Bumi Indonesia dengan SK Bupati No: ________________tentang Persetujuan Izin Usaha Pertambangan Galian Golongan C Kepada PT. Puser Bumi Indonesia dengan luas areal 100 ha.

Batas wilayah studi rencana kegiatan penambangan golongan PT. Puser Bumi Indonesia meliputi :

a. Batas Proyek

Batas proyek adalah ruang dimana rencana kegiatan penambangan pasir dan batu terletak, yaitu di Desa Cangkringan Kecamatan Pakem. Luasan tapak proyek adalah 100 Ha berdasarkan luas Izin Usaha Pertambangan yang dikeluarkan oleh Bupati Sleman.

b. Batas Ekologi

Batas ekologi dari kegiatan penambangan pasir dan batu PT. Puser Bumi Indonesia adalah batas yang masih dipengaruhi persebaran dampak melalui udara, air dan tanah. Persebaran dampak pencemaran udara yang dicermati adalah adalah wilayah permukiman yang meliputi desa-desa yang ada di sekitar lokasi kegiatan. Sedang pencemaran air khususnya air sungai adalah batas wilayah yang masih terjangkau penyebaran sedimen dan erosi.

c. Batas Sosial

(13)

Dok. Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) II - 4 penambangan pasir dan batu PT. Puser Bumi Indonesia adalah Desa Cangkringan Kecamatan Pakem Kabupaten Sleman.

d. Batas Administrasi

Batas administrasi rencana kegiatan penambangan PT. Puser Bumi Indonesia sebagai berikut :

Desa : Cangkringan Kecamatan : Pakem Kabupaten : Sleman

Provinsi : Daerah Istimewa Yogyakarta

3. Hubungan Antara Lokasi Rencana Usaha dan/atau Kegiatan dengan Jarak dan Ketersediaan Berbagai Sumberdaya

Sumberdaya air khususnya untuk kebutuhan air tawar dapat diperoleh di wilayah tersebut, mengingat pada wilayah tersebut terdapat sumber mata air yang berasal dari beberapa aliran sungai dan mata air karena daerah tersebut berbatasan dengan daerah resapan air (hutan). Demikian pula kebutuhan lain seperti keperluan sehari-hari karyawan akan didatangkan dari wilayah sekitar Kecamatan Pakem. Energi listrik yang akan digunakan kawasan penambangan akan bersumber dari PLN dan genset milik PT. Puser Bumi Indonesia. Sedangkan sumberdaya manusia sebagai tenaga kerja akan diprioritaskan bagi masyarakat Desa Cangkringan secara khusus dan masyarakat Kabupaten Sleman secara umum.

4. Tata Letak Usaha dan/atau Kegiatan

Beberapa bangunan dan infrastruktur yang akan dibangun untuk menunjang aktivitas PT. Puser Bumi Indonesia dalam kegiatan penambangan di Kecamatan Pakem adalah: a. Pembangunan Stone Crosser dan Workshop

(14)

Dok. Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) II - 5 b. Pembangunan Sarana Penunjang dan Pendukung

Sarana penunjang yang akan dibangun di Desa Cangkringan berupa sarana penunjang yang langsung berhubungan dengan kegiatan produksi. Sarana penunjang dimaksud, berupa :

 Kantor seluas 100 m2

 Bengkel seluas 100 m2

 Garasi seluas 50 m2

 Preparasi contoh seluas 200 m2

 Bangunan Laboratorium seluas 50 m2

 Rumah genset seluas 30 m2

 Pompa dan dudukan tangki BBM seluas 20 m2

 Pos keamanan seluas 30 m2.

Adapun sarana dan perumahan di sekitar Desa Cangkringan yang akan dibangun, meliputi :

 Barak poliklinik desa seluas 600 m2

 Mess/base camp karyawan seluas 300 m2

 Rumah genset seluas 50 m2

 Jaringan air bersih

5. Tahap Pelaksanaan Usaha dan/atau Kegiatan

Untuk menguraikan rencana kegiatan penambangan pasir dan batu oleh PT. Puser Bumi Indonesia secara jelas dan komprehensif maka akan diuraikan sesuai dengan tahap kegiatan yaitu kegiatan pra konstruksi, konstruksi, operasional dan pasca operasi.

a. Tahap Prakonstruksi

Pada tahap prakonstruksi, kegiatan yang dilakukan dengan survey studi kelayakan dan studi detail desain dan perizinan lokasi.

1) Studi kelayakan dan studi detail desain

(15)

Dok. Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) II - 6 dengan perhitungan target produksi 100 truck/hari pada lahan 100 ha. Asumsi I ha (10000 m2 tebal material 5 meter dari permukaan tanah menjadi 50.000 m2/ha. Sehingga deposit

untuk masa usaha sebesar 5.000.000 m2. Produksi per hari 2 ret dengan kapasitas

muatan 3 m2/unit truk dengan 100 truck hari menjadi 600 m2/hari. Sehingga umur tambang

selama 22 tahun.

2) Perizinan Lokasi

Kegiatan pengurusan izin dan telaah teknis lokasi penambangan dilakukan pada instansi yang terkait Dinas Pertambangan atau instansi teknis sesuai perundang-undangan yang berlaku.

b. Tahap Konstruksi

Kegiatan tahap konstruksi meliputi mobilisasi tenaga kerja, mobilisasi alat berat dan material, pembangunan jalan, pembangunan dermaga dan sarana penunjang (seperti bengkel kerja, kantor, gudang, base camp, laboratorium, rumah genset, pompa BBM, barak poliklinik, mess, dan lain-lain).

1) Mobilisasi Tenaga Kerja

Untuk memenuhi kebutuhan tenaga kerja di kegiatan penambangan pasir dan batu milik PT. Puser Bumi Indonesia, direncanakan suatu organisasi kerja. Dengan rencana produksi per tahun sekitar /tahun, tenaga non skill operasi produksi akan diserahkan kepada pihak ketiga (out sourching) dan tenaga kerja outsourching dapat diambil dari masyarakat setempat.

Secara bertahap tenaga kerja setempat dilatih untuk memenuhi formasi apa yang dibutuhkan oleh perusahaan mengenai tenaga kerja. Seperti pada tenaga operator alat berat, workshop, bidang produksi dan pengapalan. Jumlah dan kualifikasi yang dibutuhkan oleh PT. Puser Bumi Indonesia untuk melakukan penambangan di Kecamatan Pakem. Berikut ini disajikan pada Tabel 2.2. di bawah ini mengenai organisasi kerja yang akan dibutuhkan sebagai keutuhan perusahaan.

(16)

Dok. Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) II - 7

Tabel 2.2.

Jumlah dan Kualikasi Tenaga Kerja Kegiatan Penambangan Galian Golongan C (pasir dan batu) PT. Puser Bumi Indonesia

No. Departemen Posisi Jumlah

1. Director Project Manager/Kepala Teknik

Tambang

1

2. Geologist 1

5. Surveyor 1

7. Asst. Geologist 1

10. Spv Reklamasi dan Lingkungan 2

13. Foreman Reklamasi & Lingkungan 2

15. Crew Reklamasi & Lingkungan 6

24. Civil & Maintenance Kepala Civil & Maintenance 1

25. Spv Maintenance & Electric 2

26. Foreman Civil 1

27. Foreman Maintenance & Electrik 1

28. Crew Carpenter 6

41. Finance & Logistic Kepala Finance & Logistic 1

43. Adm Finance & Kasir 1

45. Administrasi 1

46. Fuel Man 3

47. Crew Logistic 3

48. Community Dev’/Public Relation Community Development 1

Jumlah 170

Sumber : PT. Puser Bumi Indonesia, 2013

2). Mobilisasi Alat dan Material

Berdasarkan hasil observasi lapangan, bahwa pemrakarsa akan membuat jalan masuk sesuai kebutuhan dengan menggunakan lahan masyarakat setempat. Sedangkan untuk kegiatan mobilisasi jalan akan digunakan adalah jalan kolektor yang menghubungkan antara provinsi DIY , kabupaten Sleman, kecamatan Pakem hingga desa cangkringan

(17)

Dok. Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) II - 8 penambangan untuk kapasitas 12,5 ton. Dimana jalan provinsi merupakan jalan kolektor dalam sistem jaringan jalan primer yang menghubungkan ibukota provinsi dengan ibukota kabupaten atau antar ibukota dan jalan strategis provinsi.

Peralatan utama yang akan akan dimobilisasi untuk digunakan selama kegiatan pertambangan adalah excavator, bulldozer, motor grader, wheel loader dan dump truck. Pemilihan besar dan kapasitas peralatan dimaksudkan untuk menyesuaikan dengan kondisi variasi kualitas dan tebal deposit yang akan ditambang secara selektif. Berdasarkan perhitungan, jumlah alat berat yang digunakan dari mulai aktivitas clearing

sampai pengangkutan pasir dan batu adalah sebagai berikut : a). Excavator hidrolik (6 Unit)

Berdasarkan karakteristik lokasi penambangan dan bahan tambang, dan juga karena dilakukan beberapa eksploitasi pada saat bersamaan, dengan lokasi terpisah-pisah, maka untuk proses pengerukan digunakan excavator hidrolik. Mengingat jumlah pengupasan maka dipertimbangkan untuk menggunakan excavator hidrolik berkapasitas 2 m3 jenis PC 200 atau Simibar/PC 300.

b). Bulldozer (3 Unit)

Untuk menimbun lapisan overburden dan membersihkan bahan tambang, meratakan area kerja dan jalan, akan digunakan 3 unit bulldozer jenis D 85 SS atau simibar. c). Wheel loader (6 Unit)

Diperlukan 6 unit front loader tipe WA 350 yang akan digunakan untuk mengangkut bahan tambang di lokasi penambangan terbuka, untuk perbaikan dan perawatan jalan transportasi, membersihkan lereng dan sebagianya.

d).Motor Grader (3 Unit)

Digunakan untuk akses plant dan pemeliharaan jalan (street mantanance). Adapun kebutuhan sejumlah 3 unit type G 120 H

e). Mobil penyemprot air (2 Unit)

Untuk mencegah debu di lapangan pada saat pengupasan akan digunakan 2 unit mobil penyemprot air dengan tipe Hino 250 berkapasitas 10 ton.

(18)

Dok. Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) II - 9

3) Pembangunan akses jalan

Akses jalan masuk menuju tapak proyek yang disiapkan untuk 2 arah jalur pengangkutan dump truck berkecepatan maksimum 40 km/jam, dan kecepatan dump truck bermuatan di tikungan tidak boleh lebih dari 25 km/jam.

Selama kegiatan penambangan berlangsung dengan mempetimbangkan kondisi lapangan maka disarankan untuk membangun sarana jalan perkerasan di areal penambangan untuk kapasitas 15 – 30 ton. Bentuk jalan hendaknya berjenjang dan setiap stage memiliki akses penghubung antara lokasi tambang dan lokasi penimbunan material dan waste. Jalan untuk pengangkutan dirancang sebagai berikut :

a). Lebar jalan : 15 meter ( 2 arah/2 jalur) b). Kemiringan vertikal makasimum : I = 6 - 8 % c). Jari-jari bundaran putar balik R = 15 meter d). Panjang lereng landai L = 40 meter e). Panjang jalan : 12 km

4) Pembangunan sarana penunjang dan perumahan

Di desa sekitar lokasi tambang sudah terdapat bangunan fasilitas umum seperti mesjid, pasar, sekolah dan fasilitas sosial lainnya. Oleh karena itu sarana penunjang yang akan dibangun di wilayah tersebut hanyalah sarana penunjang langsung berhubungan dengan kegiatan produksi.

Sarana penunjang tersebut adalah :

a). Bengkel (workshop), merupakan tempat perawatan dan perbaikan peralatan tambang sehingga alat-alat tersebut dapat beroperasi secara terus-menerus dan tidak mengalami penurunan produktivitas. Gudang berfungsi menyimpan suku cadang dan peralatan yang digunakan. Fasilitas bengkel dibangun dekat lokasi perkantoran.

(19)

Dok. Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) II - 10 c). Perumahan/mess, yang berfungsi sebagai tempat tinggal para pekerja selama

kegiatan penambangan berlangsung. Lokasi perumahan yang ada cukup menampung sekitar 20 orang dengan fasilitas yang cukup baik.

d). Pos keamanan, terletak di daerah yang menjadi jalan keluar masuk daerah tambang dekat perkantoran dan perumahan mess karyawan serta pada lokasi-lokasi yang dinilai kritis/perlu pengamanan

e). Poliklinik, lokasinya di pintu masuk tambang, sedangkan keperluan P3K disediakan di dalam bangunan fasilitas yang ada, seperti kantor, bengkel, dan fasilitas lainnya. Termasuk juga disipakan 1 mobil ambulance yang berfungsi sebagai poliklinik dan sebagai sarana mobil ambulance.

f). Unit pemadam kebakaran/rescue, berupa pemadam kebakaran air yang berlokasi di dekat kantor dan perumahan karyawan. Fasilitas fire extinguisher juga tersedia di dalam setiap bangunan yang ada.

g). Masjid/mushollah, yang berlokasi tepat ditengah-tengah perumahan dan kantor karyawan.

h). Tangki bahan bakar dan garasi, berlokasi di dekat fasilitas genset, dekat perkantoran yang terdiri dari 4 buah tangki dengan kapasitas tamping sekitar 22.000 liter.

i). Pembangkit listrik tenaga diesel, sumber daya listrik diambil dari 9 (sembilan) genset/generator dengan kapasitas total 339,10 KVA yang akan digunakan sebagai pembangkit energi listrik untuk semua fasilitas.

j). Tempat pembibitan tanaman (nursery) untuk reklamasi bekas tambang, berlokasi dekat pintu masuk ke tambang dengan kapasitas sekitar 10.000 pohon dengan jenis yang bervariasi.

(20)

Dok. Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) II - 11 200 – 300 meter

Gambar 2.1. Penampang Drainage Jalan Angkut

Keterangan:

Lapisan Jalan Penampang drainage Penampang sump

Gambar 2.2. Penampang Atas Sedimen Pond.

Keterangan:

= Aliran Air

= Tempat Alat melakukan pengerukan dan pemuatan

= Lebar alat + 2 (1/4 x Lebar alat)

Gambar 2.3. Penampang melintang A – B Sediment Pond

Keterangan:

= Susunan Batu

= Air terbentang

(21)

Dok. Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) II - 12

c. Tahap operasional

1) Clearing dan Striping Tanah Penutup

Proses pengupasan dan penambangan tidak memerlukan peledakan untuk melubangi melainkan langsung dengan teknik pengerukan. Berdasarkan perbedaan topografi maka pengupasan yang dipakai yaitu teknik pengupasan dengan excavator

hidrolik → pengangkutan dengan dump truck. Lapisan overburden dan mineral langsung

dikeruk menggunakan excavator untuk selanjutnya loading.

Teknik pengupasan yang dipakai adalah teknik pengupasan vertikal. Maka urutan proses pengupasan adalah dari bawah ke atas. Maka urutan penambangan adalah dari atas ke bawah. Yang perlu dipersiapkan untuk proses pengupasan adalah :

a).Tinggi stage : 6-10 meter

b). Lebar minimum : 30 meter – 35 meter c). Lebar kanal pembuka : 10 meter – 15 meter

2) Penambangan dan Pembangunan jalan Angkut

(22)

Dok. Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) II - 13 Gambar 2.4. Penampang Jalan Angkut

Alat yang diperlukan untuk di front tambang adalah alat gali–muat, yaitu : excavator PC 200 dengan kapasitas bucket 0.8 m3 dengan kemampuan alat per jam

(23)

Dok. Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) II - 14

3) Reklamasi lahan

Setiap selesainya penambangan pada tiap blok, langsung dilakukan reklamasi dengan cara revegetasi dengan terlebih dahulu mengembalikan topsoil (tanah pucuk) yang telah dikupas sebelumnya. Tanah ini kemudian ditebarkan kembali ke area bekas tambang yang siap untuk direhabilitasi kembali. Tanaman yang digunakan menggunakan tanaman setempat yang memiliki sifat tanaman cepat tumbuh (fast growing) yang berfungsi produktif.

4) Pengangkutan dan Pemuatan Hasil Tambang

Alat bucket yang digunakan untuk kegiatan ini adalah kombinasi alat muat Wheel Loader WA 180 kapasitas 2,50 m3 dan alat angkut dump truck dengan daya angkut 10

ton. Hasil tambang ini kemudian diangkut ke lokasi stockpile dan selanjutnya akan dibawa ke para konsumen yaitu tersebar di Provinsi DIY dan Provinsi Jawa Tengah sebagian wilayah.

5) Operasional Sarana Penunjang

Sarana penunjang yang penting dioperasikan di lokasi penambangan pada saat kegiatan operasi adalah bengkel, laboratorim, workshop, dan genset. Dalam operasional ini akan dibutuhkan bahan-bahan penunjang yang mendukung operasional berupa oli, pelumas, dan bahan lain yang dibutuhkan.

d. Tahap Pasca Operasi

(24)

Dok. Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) II - 15

1) Penanganan Lingkungan

Lokasi penambangan PT. Puser Bumi Indonesia, di beberapa bagian berbatasan dengan kawasan lahan perkebunan/pertanian penduduk, kawasan hutan dan kawasan pertanian lahan kering.

Settling pond yang akan dibuat untuk semua lokasi tambang pembuatannya disesuaikan kebutuhan lapangan dengan mengkondisikan topografi setempat. Untuk lokasi di stockpile, kondisi level permukaan tanah dibuat sedemikian rupa dengan bentuk melintang tinggi di tengah dan pada sisinya yang rendah dibuat parit kemudian dialirkan ke sump yang berukuran 6 x 6 x 2 m.

Perawatan Settling pond i dan sump dijadwalkan setiap 3 bulan sekali dengan mengeruk hasil pengendapan lumpur dengan menggunakan excavator PC 200 yang kemudian endapannya diangkut ke lahan bekas tambang dengan menggunakan dump truck. Selain penanggulangan sedimentasi, juga dilakukan pemantauan kondisi air di Settling pond, sump, dan sekitar lokasi proyek.

2) Reklamasi lahan/revegetasi lahan

Reklamasi total di semua blok yang telah ditambang dilakukan dengan cara revegetasi total yang dimulai pasca tambang. Tanaman yang digunakan menggunakan tanaman setempat yang memiliki sifat tanaman cepat tumbuh (fast growing) yang berfungsi produktif, seperti tanaman Sebastian Plum Cordia, pohon jati (Tectona grandis), Mahoni (Switenia macrophylla) dan jati putih (Gmelina arborea), dan lain-lain sesuai kebutuhan di lapangan. Di samping itu, juga menanam tanaman yang bersifat mengembalikan bahan organic dari top soil, misalnya tanaman albizia, kaliandra, dan lamtoro. Juga menanam tanaman penutup tanah seperti orok-orok (Crytalaria juncu).

2.3. Alternatif - Alternatif Yang Dikaji Dalam ANDAL

(25)
(26)

Dok. Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) III - 1

BAB III.

RONA LINGKUNGAN HIDUP

Rona lingkungan hidup adalah gambaran awal kegiatan yang didapatkan berdasarkan

data primer hasil survey dan data sekunder, serta hasil penelitian sebelumnya. Komponen

rona lingkungan yang ditelaah dalam studi ini adalah komponen abiotik, biotik dan sosial

ekonomi budaya dan kesehatan masyarakat. Komponen abiotik meliputi iklim dan kualitas

udara, fisiologi dan geologi, hidrologi, kualitas air. Komponen biotik meliputi flora dan fauna

darat dan air. Adapun komponen sosial ekonomi meliputi kepadatan penduduk, agama, mata

pencaharian, dan pendapatan penduduk. Komponen sosial budaya meliputi asal usul

penduduk, adat istiadat, interaksi sosial budaya dan persepsi masyarakat terhadap proyek.

Komponen kesehatan masyarakat meliputi kondisi kesehatan masyarakat dan kesehatan

lingkungan.

3.1.Komponen Abiotik

a. Geografis

Wilayah Sleman sebagian besar terletak di lereng sayap Seletan dan Tenggara Gunungapi Merapi yang secara topografis mempunyai ketinggian bervariasi antara 114 – 1990 m.dpal. Batuan penyusun wilayah Sleman ini adalah endapan piroklastik berupa lahar dan

endapan tefra berbagai ukuran mulai bom, lapilli, pasir (kasar, sedang, halus) hingga debu

dengan abu volkanik.

Berdasarkan Environment Geology Quadrant Map of Java (1993) menyatakan bahwa

formasi batuan penyusun dan tipe batuan dominan adalah Andesit, Breksi, Konglomerat, Pasir

Volkanik dan Tuf, mulai dari puncak hingga lereng bawah Gunungapi Merapi. Dari puncak

Gunungapi sampai dengan daerah yang mempunyai elevasi terendah Wilayah Kabupaten

Sleman tersusun atas beberapa bentuklahan yaitu Kerucut gunungapi, Lereng atas. Berikut ini

(27)

Dok. Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) III - 2 Bgunungapi, Lereng tengah gunungapi dan Lereng bawah Gunungapi Merapi. Berikut ini

disajikan pada Tabel 1.1. mengenai bentuklahan dan Gambar 1.1. Lokasi proyek.

Gambar 3.1. Batas lokasi wilayah kajian proyek.

Tabel 3.1. Bentuklahan Wilayah Sleman.

Nomor Unit bentuklahan Lereng (%) Ketinggian (m pal)

1 Kerucut Gunungapi > 40 2250-2911

2 Lereng Atas Gunungapi 20-40 1100 - 2250

3 Lereng Tengah 8-20 550-1100

4 Lereng Bawah 3-8 50-550

Sumber: Suharyadi 1994

Batas wilayah Kabupaten Sleman secara administratif memiliki batas-batas wilayah

sebagai berikut :

Sebelah Utara : Berbatasan dengan wilayah Kabupaten Magelang

Sebelah Selatan : Berbatasan dengan wilayah Kabupaten Bantul

Sebelah Timur : Berbatasan dengan wilayah Kabupaten Kulon Progo

Sebelah Barat : Berbatasan dengan wilayah Kabupaten Gunung Kidul RENCANA

(28)

Dok. Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) III - 3 Penggunaan lahan dilokasi berbagai macam penggunaan lahan seperti hutan, kebun

campuran, perkebunan, permukiman dan pekarangan, permukiman kota, pertanian lahan

basah dan pertanian lahan kering.

b. Kondisi Iklim

Untuk menjelaskan keberadaan iklim kegiatan penambangan Golongan Galian C

(pasir dan batu) PT. Puser Bumi Indonesia menggunakan data iklim (stasiun Pakem dan

statiun Kaliurang) curah hujan daerah Sleman yang diwakili oleh Stasiun Klimatologi Pakem

dan Kaliurang menunjukkan adanya variasi tebal hujan rata rata tahunan adalah 1983 mm.

Berikut ini disajikan pada Tabel 3.2. dan Tabel 3.3. mengenai curah hujan rata-rata

bulanan dari tahun 1985 sampai tahun 1994. Data tersebut dapat mewakili keadaan kondisi

iklim setempat karena datanya 10 tahun terakhir. Berdasarkan data statiun pakem curah hujan

rata-rata bulanan selama 10 tahun terakhir sebesar 1483 mm, sedangkan berdasarkan data

statiun Kaliurang sebesar 1984 selama 10 tahun terakhir. Curah hujan tertinggi terekam pada

bulan februari sebesar 332 mm/bulan di stasiun pakem dan di stasiun Kaliurang sebesar 314

mm/bulan.

Dalam penentuan pola musim di daerah penelitian, dianalogikan dengan kriteria hujan

menurut Mohr (1933) dalam Santosa (2010), yaitu:

(a)bulan basah yang dianalogikan dengan musim penghujan, apabila curah hujan > 100

mm, dengan curah hujan lebih besar dari penguapan;

(b)bulan lembab yang dianalogikan dengan transisi musim dari penghujan ke kemarau

atau sebaliknya, apabila curah hujan 60 hingga 100 mm, dimana besarnya curah

hujan sebanding dengan penguapan; dan

(c)bulan kering yang dianalogikan dengan musim kemarau apabila curah hujan < 60 mm,

dengan curah hujan lebih kecil dari pengupan.

Merujuk pada kriteria tersebut, maka kondisi curah hujan dan pola musim di daerah proyek

yang didasarkan pada data curah hujan rerata bulanan seperti disajikan dalam Gambar 3.2.

(29)

Dok. Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) III - 4

Gambar 3.2. Pola musim iklim di lokasi proyek

Berdasarkan pola musim iklim tersebut dislokasi proyek terjadi musim hujan dimulai

pada bulan Oktober sama Maret sedangkan musim kemarau dimulai pada bulan april sampai

September. Pola musim ini berkaitan dengan pengelolaan dalam analisis dampak lingkungan

sehingga penyesuian dengan kondisi iklim di daerah proyek sehingga dapat meminimalkan

dampak-dampak penting yang bersifat negatif.

Tabel 3.2. Data curah hujan Stasiun Pakem

Thn Stasiun Klimatologi Pakem 445 m pal

Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sept Okt Nov Des

1985 0 - - 84 - 9 11 18 - 222 78 164

1986 338 220 111 - 65 131 25 20 6 301 318 53

1987 406 358 245 87 73 - 4 5 3 0 150 33

1988 267 420 211 11 21 11 0 3 4 114 0 3

1989 55 652 272 152 165 71 126 65 1 169 116 256

1990 341 513 298 113 118 41 30 14 13 44 148 730

1991 375 348 131 252 - 4 2 0 0 28 187 177

1992 146 147 131 420 163 34 16 30 77 231 151 144

1993 511 292 147 158 219 8 0 0 0 0 60 -

1994 332 241 419 22 0 0 0 0 0 0 63 250

Total 2771 2993 1966 1300 824 309 214 155 106 1111 1270 1811 14830

Rata2 277 332 218 144 103 34 21 15 12 111 127 201 1483

(30)

Dok. Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) III - 5

Tabel 3.3. Data curah hujan Bulanan Stasiun Kaliurang

Thn Stasiun Klimatologi Kaliurang Cepit 616 m. pal

Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sept Okt Nov Des

Mengenai data temperatur di kabupaten Sleman diperoleh dari BMKG Yogyakarta.

Berdasarkan data yang diperoleh data rata-rata temperatur bervariasi antara 26,00 hingga 27,2

0C seperti disajikan pada Tabel 3.4. Data iklim merupakan rata-rata pengamatan rata-rata

pengamatan periode tahun 1990 sampai 1994, yang meliputi, suhu udara. Berikut ini Tabel

3.4. mengenai rata-rata temperatur di Kabupaten Sleman.

Tabel 3.4. Rata-rata Temperatur Rata-rata (oC) Di Kab. Sleman.

(31)

Dok. Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) III - 6 Suhu udara rata-rata berkisar dari 26,1°C pada bulan Juni sampai 28,6°C pada bulan

Desember. Suhu udara minimum berkisar dari 23,1°C pada bulan April sampai 25,1°C pada

bulan November dan Desember. Suhu udara maksimum berkisar 28,1°C pada bulan Agustus

sampai 34°C pada bulan Maret.

c. Kualitas Udara

Parameter yang diteliti dan cara pengambilan sampel udara mengacu pada SNI

19-7119.9-2005 tentang Penentuan Lokasi Pengambilan Contoh Uji Pemantauan Kualitas Udara

Ambien, hasil analisis kemudian dibandingkan dengan baku mutu lingkungan udara

berdasarkan PP no. 41 th 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara. Kadar debu di 4

titik pengamatan pada daerah yang diteliti masih di bawah Nilai Ambang Batas (NAB) yakni

0,23 mg/m3, demikian juga kadar emisi gas seperti SOx , COx dan HC, masih berada di bawah

NAB yakni untuk SOx = 900 g/Nm3 dan NOx = 400 g/Nm3 dan COx = 30.000 g/Nm3 HC =

160 ug/Nm3 ).

Hasil pengukuran kualitas udara rona lingkungan awal sekitar lokasi rencana kegiatan,

disajikan pada Tabel 3.5. Dari tabel tersebut tampak bahwa kondisi semua parameter kualitas

udara di sekitar wilayah studi mempunyai angka masih berada di bawah baku mutu

lingkungan, sehingga dapat dikatergorikan masih baik.

Tabel 3.5.

Kualitas Udara Sekitar Rencana Penambangan PT. Puser Bumi Indonesia di Kecamatan Pakem

Kabupaten Sleman

Parameter Waktu

Pengu-kuran Satuan

BML

TSP (Debu) 24 jam μg/m3 0,23

Kebisingan *) 5 menit dB(A) 55& 70

Sulfur oksida (SOx) 1 Jam (g/Nm3) 900

Nitrogen ioksida (NOx) 1 Jam (g/Nm3) 400

(32)

Dok. Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) III - 7 Jika nilai-nilai pada Tabel di atas dikonversi menjadi nilai dalam skala indeks standar

pencemar udara atau disingkat ISPU, perhitungan konversi berpedoman pada Keputusan

Kepala BAPEDAL Nomor 107/KABAPEDAL/11/1997 tentang Pedoman Teknis Perhitungan

dan Pelaporan Serta Informasi ISPU. menggunakan persamaan:

dimana :

Xx : Kadar ambien nyata hasil pengukuran

Hasil perhitungan menunjukkan angka-angka di atas masih masuk dalam kategori

baik dimana nilai ISPU dalam range ini tidak memberikan efek bagi kesehatan manusia atau

hewan dan tidak berpengaruh pada tumbuhan, bangunan ataupun nilai estetika. Nilai skala

ISPU ini kemudian dikonversi menjadi Skala Kualitas Lingkungan untuk memprakirakan

besarnya dampak rencana kegiatan terhadap lingkungan hidup disekitarnya., hasilnya

disajikan pada Tabel 3.6.

Tabel 3.6.

Konversi ISPU menjadi Skala Kualitas Lingkungan

ISPU Kategori Skala Kualitas

Lingkungan Kategori

Sumber: BAPEDAL Nomor 107/KABAPEDAL/11/1997

Berdasarkan Tabel 3.6. tampak bahwa kualitas udara dalam wilayah studi

menunjukkan kondisi kualitas udara yang masih relatif alami.

(33)

Dok. Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) III - 8

d. Analisa Hidrologi

Setiap perubahan masing-masing bentuklahan tersebut ditandai oleh adanya tekuk

lereng (nick point) yang pada umumnya merupakan tempat-tempat keluarnya mataair yang

menjalur mengelilingi lereng atas, tengah dan bawah gunungapi berupa spring belts. Oleh

karena itu dengan adanya sabuk mataair (sprink belt) tersebut menjadikan sayap selatan dan

tenggara Gunungapi Merapi pada wilayah-wilayah tertentu selalu mendapat suplai air dari

mata air cukup besar untuk mengairi sawah-sawah penduduk setempat.

Karakteristik sungai dengan lebar antara 10 sampai 20 meter dengan debit aliran

deras, air jernih karena bersumber dari mata air pegunungan di atasnya.tebing sungai yang

landai dengan pinggir sungai yang merupakan habitat rerumputan dengan lebar antara 1

sampai 2 meter. Sedangkan sungai-sungai kecil lainnya dengan karakteristik tebing sungai

umumnya agak curam sehingga banyak sekali dijumpai terjunan air disepanjang aliran sungai

dengan air sungai umumnya lebih jernih dengan aliran kecil tergolong intermiten yang berair

pada musim hujan saja.

e. Kualitas Air

Kegiatan penambangan terutama pada saat pembersihan lahan, pengupasan tanah

pucuk, prakonstruksi, konstruksi diduga akan dapat mengalami erosi bila musim hujan, yang

berpotensi meningkatkan kadar total padatan terlarut, pH dan kekeruhan serta pencucian dan

pelarutan beberapa logam tertentu kedalam badan air penerima limpahan di sekitar lokasi

kegiatan, sebagai akibatnya dapat meningkatkan kekeruhan, BOD5, dan COD, serta dapat

meningkatkan kadar logam atau bahan-bahan tertentu di dalam perairan, yang pada gilirannya

akan menurunkan kualitas badan air penerima sehingga berpengaruh pada kesehatan

masyarakat yang menggunakan badan air tersebut serta biota yang hidup di dalamnya,

walaupun diketahui bahwa air itu sendiri juga memiliki kemampuan untuk membersihkan diri

(water self furification). Makin besar debit air makin tinggi kemampuan dari badan air untuk

(34)

Dok. Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) III - 9 Kualitas air yang diamati adalah kualitas air sungai, dan air sumur gali. Untuk mengetahui

kualitas air tersebut di sekitar lokasi wilayah studi, maka dilakukan pengukuran terhadap

kualitas air sungai dan air sumur warga.

Berdasarkan hasil pengamatan kualitas air pada IUP PT. Puser Bumi Indonesia untuk

komponen fisik-kimia secara umum berada dalam kisaran dibawah baku mutu lingkungan.

nilai parameter berada dibawah nilai baku mutu lingkungan.

3.2.Komponen Biotik

a. Flora Darat

Kawasan hutan di Kabupaten Sleman seperti umumnya kawasan tropis di wilayah

bagian tengah dan timur, terpengaruh erat dengan ekosistem daerah aliran sungai (DAS) yang

terdiri atas beberapa bagian Sub DAS. Kawasan hutan Kabupaten Sleman berdasarkan Tata

Guna Hutan Kesepakatan yang ditetapkan berdasarkan SK Menteri Kehutanan Nomor

757/Kpts-II/1995 seluas 100 ha.

Inventarisasi flora yang dilakukan di sekitar rencana lokasi penambangan Pasir dan

Batu PT. Puser Bumi Indonesia dilakukan dengan metode kombinasi antara metode jalur dan

transek garis berpetak (Line Transect) dengan cara menetapkan garis transek dengan arah

memotong garis kontur dengan mempertimbangkan keterwakilan tipe komunitas yang diamati.

Menurut Petunjuk Teknis Inventarisasi Flora, Balai KSDA III (1983), disebutkan

penentuan intensitas sampling 2% untuk luas kawasan hutan atau lahan 1.000 – 10.000 ha,

dan intensitas sampling 5% untuk luas kawasan kurang dari 1.000 ha. Dengan demikian maka

luas sampling pengamatan yang dilakukan adalah ± 5 ha. Panjang transek 1.500 meter dan

lebar transek 100 meter, sehingga plot yang dibuat sebanyak 5 buah dengan 4 lokasi seperti

(35)

Dok. Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) III - 10

Arah Jalur Sepenjang 1.500 m A

Model Plot Jalur Berpetak Pengamatan keragaman Vegetasi

Pada Areal Izin Usaha Pertambangan Golongan Galian-C PT. Puser Bumi Indonesia

Keterangan gbr 3.1. :

A = Plot contoh tingkat Pohon ukuran 100 m x 100 m B = Plot contoh tingkat Tiang ukuran 50 m x 50 m C = Plot contoh tingkat Pancang ukuran 25 m x 25 m D = Plot contoh tingkat Semai ukuran 10 m x 10 m E = Plot contoh untuk Tumbuhan bawah ukuran 5 m x 5 m

Hasil inventarisasi pada masing-masing transek yang dibuat pada saat studi,

ditemukan sangat bayak jenis vegetasi yang termasuk kategori langka dan endemik pulau

lokasi proyek.

Tabel 3.7.

Hasil Pengamatan Flora Darat di Lokasi IUP PT. Puser Bumi Indonesia di Kecamatan Pakem

Titik 1 No Nama Jenis Bahasa Latin

1 Apu Gironniera subaequalis

2 Daun kecil Diospyros buxifolia

3 Eha Castanopsis buruana

4 Pandan-Pandan Pandanus sp

5 Jambu-Jambu Syzygium sp.

6 Kayu Angin Casuarina sumatrana

(36)

Dok. Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) III - 11

8 Pandan hutan Pandanus sp

Titik 2 1 Kelapa Sawit

2 Eha Castanopsis buruana

3 Rotan Calamus z

4 Kayu besi -

5 Akasia Acasia mangium

6 Pulai Alstonia shcolaris

Titik 3 1 Mirip Denge Paracroton pendulus

2 Daun kecil Diospyros buxifolia

3 Eha Castanopsis buruana

4 Jambu-Jambu Syzygium sp.

5 Kayu Angin Casuarina sumatrana

6 Pulai Alstonia shcolaris

7 Raha-raha waio Cryptocarya infectoria

8 Tirotasi Alstonia macrophylla

Titik 4 1 Apu Gironniera subaequalis

2 Daun kecil Diospyros buxifolia

3 Eha Castanopsis buruana

4 Jambu-Jambu Syzygium sp.

6 Pulai Alstonia shcolaris

7 Biscofia Bischofia javanica

8 Pondo anyurung Actinodaphne multiflora

9 Tirotasi Alstonia macrophylla

10 Tolihe Gardenia anisophylla

Sumber : Hasil Pengamatan Lapangan

Tabel 3.8.

Hasil Pengamatan Semak, Palm, Liana, dan Rumput di Lokasi IUP PT. Puser Bumi Indonesia di Kecamatan Pakem

No Habitus ; Semak Bahasa Latin

1 Rodu Melastoma Sp.

2 Komba-Komba Euphatorium odoratum L.

3 Pandan-pandan Freycinetia sp.

4 Bambu tamiang Schizostachyium blumei

Habitus ; Palm

2 Alang-Alang Imperata Cylindrica

3 Pakis tanah/ Paka Glechenia linearis

(37)

Dok. Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) III - 12

b. Fauna Darat

Berdasarkan hasil pengamatan pada transek yang sama dengan flora dan wawancara

dengan masyarakat serta studi pustaka, fauna yang ada di sekitar rencana lokasi Izin Usaha

Penambangan PT. Puser Bumi Indonesia digolongkan ke dalam kelompok :

a. Mamalia,

b. Aves,

c. Reptil, dan Amphibi serta

d. Invertebrata.

Tabel 3.9.

Jenis-jenis Fauna yang Ditemukan atau Terindikasi Hidup di Sekitar Lokasi IUP PT. Puser Bumi Indonesia

No Nama Ilmiah Nama Indonesia/Lokal Status

Mamalia M E T P

3 Varanus bengalensis Biawak

Amphibia

1 Kupu-kupu Ordo. Lepidoptera

2 Capung Ordo. Odonata

3 Semut merah Monomorium pharaonis

4 Semut hitam Componotus pennsylvnicus

5 Semut raja Polyrhachis hauxwelli

6 Semut hitam besar/Kolimondi Iridomyrmex anceps

7 Semut merah hitam besar Lobopelta ocillifera

(38)

Dok. Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) III - 13

No Nama Ilmiah Nama Indonesia/Lokal Status

9 Laba-laba kebun Argiope Aurelia

10 10 Laba-laba coklat Loxosceles reclosa Gert. 11 11 Kumbang kulit Phyllophaga portorice.

12 12 Jangkrik tanah Allonemobius fasciatus

13 13 Jangkrik pohon Neoxabea bipunclata G 14 14 Kecoak timur Blatta orientalis

15 15 Nyamuk hutan Aedes stimulans Walk 16 16 Belalang bertaji Melanoplus different.

17 17 Lalat belatung Dermatobia hominis L. 18 18 Kepik daun Halticus bractatus Say. 19 19 Kumbang scrabeid Phaneeus vindex

20 20 Belalang pronotum bertaji Melanoplus sanguinipes

21 21 Lalat perampok Laphira lata

22 22 Tabuhan Phanomeris pyillotomae

23 23 Kepik Pembunuh Melanolestes picipes

24 24 Kumbang tanah Callosoma scrutator

25 25 Laba-laba tanah Lycosa sp

26 26 Kaki seribu Polydesmid millipede

*E = Endemisitas (E = Endemik Yogyakarta, e = Endemik Wallacea), T = Keterancaman (EN

= Endangered, NT = Near Threatened, dd = Data Deficient, VU = Vulnerable), P = Keterlindungan (o = dilindungi)

Berdasarkan hasil inventarisasi dan informasi masyarakat sekitar lokasi serta

data-data penting lainnya yang dikumpulkan, keragaman jenis fauna di kawasan Izin Usaha

Penambangan serta di desa terdekat dari kawasan tergolong keragaman tinggi.

Gangguan dan ancaman terhadap kelestarian ekosistem kawasan hutan, dikawasan

sekitar pertambangan selain aktivitas beberapa industri kayu, penambangan yang dilakukan

oleh investor juga banyak disebabkan oleh alih fungsi kawasan oleh masyarakat untuk

(39)

Dok. Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) III - 14

3.3.Komponen Sosekbud Kesmas

a. Sosial: Kependudukan

Wilayah konsesi penambangan material Pasir dan Batu PT. Puser Bumi Indonesia

secara adminstratif lokasinya berada di Kecamatan Pakem, Kabupaten Sleman, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Berikut ini disajikan pada Gambar 3.4. mengenai sebaran

spatial sebaran kepadatan penduduk di Kabupaten Sleman.

Gambar 3.4. Sebaran spatial sebaran kepadatan penduduk di Kabupaten Sleman Sumber: BPS Sleman

Wilayah kajian proyek berada di Kecamatan Pakem Desa Cangkringan yang memiliki

kepadatan penduduk 0-999. Hal ini mengindikasikan bahwa kepadatan penduduk di daerah

kajian rendah. Pertumbuhan penduduk di sekitar proyek tidak secepat di kecamatan lainnya.

Berikut ini pada Tabel 3.10. mengenai luas wilayah, jumlah penduduk dan kepadatan

(40)

Dok. Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) III - 15

Tabel 3.10.

Luas Wilayah, Jumlah Penduduk, dan Kepadatan Penduduk Menurut Kecamatan Tahun 2010

Sumber: BPS Sleman

b. Ekonomi: Tingkat kesempatan kerja

Seiring dengan adanya kegiatan di daerah ini, kesempatan kerja bagi angkatan

kerja semakin terbuka. Khususnya di Desa Cangkringan di Kecamatan Pakem, serapan

tenaga kerja cukup signifikan, baik yang berasal dari desa setempat maupun dari desa

tetangga. Secara otomatis dengan hadirnya PT. Puser Bumi Indonesia yang akan datang akan

semakin membuka lapangan kerja. Jumlah angkatan kerja yang terserap lapangan kerja di

Desa Cangkringan dapat digambarkan dari jumlah penduduk berdasarkan mata pencaharian.

(41)

Dok. Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) III - 16

Tabel 3.11.

Sektor Menurut Mata Pencaharian Sumber: BPS Sleman

Berdasarkan tabel tersebut di atas, serapan tenaga kerja dari sektor Pertani pada

tahan 2011 sebesar 28,26%. Jadi masih ada angkatan kerja yang bisa terserap di sektor

pertambangan di estimasi bertambah 3 % yang awalnya pada tahun 2011 sebesar 2,47%.

Angkatan kerja yang tidak terserap lapangan kerja pada umumnya masih bekerja di kebun

masyarakat, maupun buruh harian pada kontraktor yang secara temporer mendapat pekerjaan

konstruksi di daerah ini.

Jumlah penduduk Kecamatan Pakem sebesar 34.665 jiwa sehingga dengan

bertambahnya sebesar 2% makan mengurangi tenaga kerja yang tidak bekerja sebesar 100

jiwa orang. Hal ini cukup signifikan untuk mengurangi angka penganguran di daerah setempat.

Diharapkan dengan beroperasinya kegiatan penambangan Pasir dan Batu di daerah ini,

kesempatan kerja dan serapan tenaga kerja semakin meningkat khususnya di Desa

(42)

Dok. Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) III - 17

Tabel 3.12. mengenai angka jumlah penduduk yang berkerja dan tidak bekerja pada tahun

2010.

Tabel 3.12.

Jumlah Penduduk Menurut kriteria bekerja dan tidak bekerja di Kabupaten SlemanTahun 2010

sumber: BPS Sleman

1) Tingkat pendapatan masyarakat

Sebagian besar penduduk Desa Cangkringan bermata pencaharian sebagai petani.

Hal ini terkait dengan kondisi daerah yang mempunyai ketersediaan lahan pertanian yang

relatif luas. Di Berdasarkan hasil survei dan wawancara dengan masyarakat Desa

Cangkringan, pendapatan masyarakat berkisar antara Rp 1.000.000- Rp 1.250.000 per bulan.

Pendapatan tersebut bervariasi, tergantung jenis pekerjaan atau usaha yang dikelola, serta

sekitar 35 % masyarakat di lokasi kegiatan memiliki pendapatan per bulan di bawah standar

UMR (Provinsi Yogyakarta Tengah).

c. Sosial Budaya

1) Nilai Budaya dan Adat Istiadat

Pada lokasi rencana lokasi tambang ditemukan kenyataan bahwa nilai budaya dan

adat istiadat setempat masih begitu kuat eksistensinya di masyarakat, baik dalam konteks

hubungan manusia dengan Tuhannya, manusia dengan manusia maupun manusia dengan

lingkungannya.

Dalam hal hubungan manusia dengan Tuhannya, baik orang Jawa, maupun

suku-suku minoritas yang lain sangat meyakini mengenai adanya kekuatan yang lebih tinggi yang

(43)

Dok. Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) III - 18 mereka meyakini bahwa manusia harus taat dan patuh terhadap Tuhan yang Maha Kuasa. Segala perilaku dan tindakan—terlepas itu kemudian ditaati atau dipatuhi- selalu didasari oleh kesadaran mengenai adanya Tuhan. Dalam hal hubungan manusia dengan manusia, di

kalangan masyarakat di Desa Cangkringan masih menjunjung tinggi adat istiadat setempat

seperti orang tua harus dihormati dan orang seusia harus saling menghargai. Adat istiadat

seperti ini masih cukup melekat kuat baik di kalangan orang tua maupun di kalangan generasi

muda.

2) Kelembagaan Masyarakat

Kelembagaan masyarakat yang terdapat di Desa Cangkringn meliputi kelembagaan

masyarakat yang bersifat modern, sementara itu yang bersifat tradisional seperti misalnya

lembaga adat. Kelembagaan masyarakat yang bersifat modern tersebut meliputi Pemerintah

Desa, BPD, PKK dan Persatuan Pemuda/Karang Taruna, dan Kelembagaan Politik.

Sementara lembaga yang bersifat tradisional seperti lembaga adat dan kelompok tani.

d. Kesehatan Masyarakat

Kondisi Kesehatan Lingkungan dan Masyarakat

Kondisi kesehatan lingkungan pada Desa Tanah Sumpu Kecamatan Pakem sesuai

hasil wawancara sebagai berikut :

 Sumber air yang digunakan masyarakat berasal dari sumur gali dan sumur pompa dengan jumlah masing-masing sumur gali sebanyak 120 unit dan sumur pompa sebanyak 40 unit

 Perumahan warga pada umumnya permanen dan semi permanen

 Pembuangan sampah RT dilakukan di tempat pembuangan sampah, dilahan kosong, dan dilahan pertanian

 Jamban keluarga menggunakan jamban sendiri, jamban umum.

 Sumber air untuk mencuci berasal dari sumur gali dan sumur pompa

Untuk melihat pola penyakit yang ada di wilayah Kecamatan Pakem sesuai data

(44)

Dok. Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) III - 19 besar penyakit. Berikut ini Tabel 3.13. mengenai data jumlah 10 besar penyakit di wilayah

kerja puskesmas Pakem.

Tabel 3. 13.

Data jumlah 10 besar penyakit di Wilayah Kerja Puskesmas Pakem

NO. URAIAN JUMAH KASUS

1 Inspeksi Saluran Pernapasan Atas 593

2 Gastritis 156

3 Karies Gigi 89

4 Malaria Klinis 74

5 Diare 49

6 Penyakit Tekanan Darah Tinggi 41

7 Penyakit Pada Sistem Otot dan Jaringan Penyekat 35

8 Kecelakaan Ruda Paksa 31

9 Penyakit Mata Lainnya 14

10 Penyakit Kulit karena alergi 11

Jumlah 1.093

(45)

Dok. Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) IV - 1

BAB IV.

RUANG LINGKUP STUDI

4.1. Dampak Penting yang Ditelaah

Potensi dampak penting dari kegiatan penambangan Golongan Galian C (pasir dan

batu) yang akan dilakukan oleh PT. Puser Bumi Indonesia di Kecamatan Pakem merupakan

hasil telaahan terhadap kegiatan yang akan dilakukan pada seluruh tahapan kegiatan.

Dampak penting yang diperkirakan timbul tersebut merupakan hasil dari rangkaian proses

identifikasi dan pelingkupan dampak potensial dengan mendasarkan pada interaksi antara

deskripsi rencana kegiatan dengan kondisi rona lingkungan hidup awal. Proses pelingkupan

yang dilakukan untuk menelaah dampak potensial dalam kegiatan ini adalah sebagai berikut :

1. Identifikasi Dampak Potensial

Secara hipotetik, komponen lingkungan yang potensial terkena dampak proyek adalah

sebagai berikut :

a. Komponen fisik kimia

1) Perubahan Bentang Lahan

Dampak terhadap komponen fisik kimia berupa perubahan bentang lahan

merupakan dampak primer yang disebabkan oleh kegiatan penambangan terutama

akibat kegiatan pembukaan lahan untuk badan jalan angkut material, pembersihan

dan pengupasan tanah penutup pada tahap kegiatan penambangan.

Perubahan bentang lahan ini akan berdampak terhadap perubahan jenis dan fungsi

ekosistem (komponen biologi), dan peningkatan erosi.

Beberapa kegiatan yang menimbulkan dampak terhadap komponen bentang lahan

antara lain :

(46)

Dok. Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) IV - 2 penutup proses penambangan pasir dan batu dan reklamasi

Pasca Operasi : Kegiatan rehabilitasi/penataan dan reklamasi lahan/ revegetasi lahan bekas tambang

2) Penurunan kualitas udara dan peningkatan kebisingan

Komponen udara akan mengalami dampak oleh aktivitas proyek, yang menyebabkan

perubahan dan penurunan kualitas udara, yaitu dengan meningkatnya konsentrasi

gas ambien, debu, maupun peningkatan kebisingan.

Beberapa kegiatan yang menimbulkan dampak terhadap komponen udara dan

kebisingan antara lain :

Konstruksi : Mobilisasi alat dan material, pembuatan jalan angkut, dan pembangunan sarana penunjang dan perumahan.

Operasional : Kegiatan clearing (pembersihan) dan stripping (pengupasan) tanah pucuk dan tanah penutup, penambangan pasir dan batu, reklamasi, dan pengangkutan dan pemuatan hasil tambang.

Dampak terhadap komponen udara dan kebisingan merupakan dampak primer,

sedangkan dampak sekundernya adalah menurunnya kesehatan masyarakat dan

kesehatan lingkungan.

3) Transportasi

Komponen transportasi yang akan terkena dampak adalah peningkatan volume lalu

lintas akibat kegiatan penambangan ini.

Beberapa kegiatan yang menimbulkan dampak terhadap komponen transportasi

antara lain :

Konstruksi : Mobilisasi alat dan material

(47)

Dok. Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) IV - 3 Dampak peningkatan volume lalu lintas akan mengakibatkan dampak turunan

berupa potensi terjadinya kecelakaan lalu lintas, penurunan kualitas udara dan

peningkatan kebisingan. Tetapi di sisi lain akan memberikan dampak positif.

4). Sedimentasi dan erosi

Komponen erosi dan sedimentasi akan mengalami dampak oleh aktivitas proyek,

yang menyebabkan meningkatnya laju erosi dan sedimentasi.

Beberapa kegiatan yang menimbulkan dampak terhadap komponen ini antara lain :

Konstruksi : Kegiatan clearing (pembersihan) dan stripping (pengupasan) tanah pucuk dan tanah penutup, penambangan Golongan Galian C (pasir dan batu).

Pasca Operasi : Kegiatan rehabilitasi/penataan dan reklamasi lahan/revegetasi lahan bekas tambang

Dampak peningkatan laju erosi dan sedimentasi akan mengakibatkan dampak

turunan berupa terganggunya kehidupan flora fauna di sungai.

5). Penurunan kualitas air sungai

Komponen perairan sungai yang akan terkena dampak adalah akibat meningkatnya

laju erosi dan sedimentasi dari kegiatan penambangan.

Beberapa kegiatan yang menimbulkan dampak terhadap komponen perairan sungai

antara lain :

Dampak penurunan kualitas air sungai akan mengakibatkan dampak turunan berupa

terganggunya kehidupan flora fauna di sungai.

b. Komponen biologi

1) Tergangunya biota darat

Komponen biota darat dijabarkan dalam kepadatan satwa dan vegetasi baik yang

dilindungi maupun tidak. Dengan adanya kegiatan penambangan ini, dampak yang

timbul terhadap biota darat adalah menurunnya populasi satwa liar dan dilindungi

(48)

Dok. Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) IV - 4 Kegiatan yang menimbulkan dampak terhadap komponen biota darat tersebut antara

lain :

Operasional : Kegiatan clearing (pembersihan) dan stripping (pengupasan) tanah pucuk dan tanah penutup, penambangan Golongan Galian C (pasir dan batu), dan reklamasi, serta pemuatan hasil tambang ke kapal

Pasca Operasi : Kegiatan reklamasi lahan/revegetasi lahan bekas tambang

2) Tergangunya produktivitas lahan pertanian dan perkebunan

Komponen produktivitas lahan ini merupakan aspek penting yang harus diperhatikan

terutama jika terdapat aktivitas pertanian dan perkebunan masyarakat setempat.

Dengan adanya kegiatan penambangan ini, dampak yang timbul terhadap komponen

ini adalah menurunnya produktivitas lahan pertanian dan perkebunan warga.

Kegiatan yang menimbulkan dampak terhadap komponen ini tersebut antara lain :

Operasional : Kegiatan clearing (pembersihan) dan stripping (pengupasan) tanah pucuk dan tanah penutup, reklamasi, serta penambangan Golongan Galian C (pasir dan batu)

3) Terganggunya biota perairan

Terganggunya biota perairan berupa terganggunya kehidupan nekton di sungai.

Dampak yang ditimbulkan dari kegiatan penambangan ini adalah berupa

menurunnya kuantitas biota perairan tersebut.

Kegiatan yang menimbulkan dampak terhadap komponen biota perairan antara lain :

Operasional : Kegiatan clearing (pembersihan) dan stripping (pengupasan) tanah pucuk dan tanah penutup, penambangan pasir dan batu, serta operasional sarana penunjang

Pasca Operasi : Kegiatan rehabilitasi/penataan dan reklamasi lahan/

Gambar

Tabel 1.3. Keputusan Menteri dan Peraturan Menteri terkait dengan Studi Amdal PT. Puser Bumi Indonesia di  Kabupaten Sleman, Provinsi Yogyakarta
Tabel 1.4. Keputusan Terkait Lainnya dengan Studi Amdal PT. Puser Bumi Indonesia di  Kabupaten Sleman, Provinsi DI Yoyakarta
Tabel 2.1.  Tim Pelaksana Studi AMDAL
Gambar 2.2.  Penampang Atas Sedimen Pond.
+7

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan data-data tersebut mata air Blok S Cipendawa merupakan mata air yang berasal dari akifer yang kecil (dangkal). Mengalirnya kembali mata air disebabkan

perkembangan dan persebaran, karakteristik wilayah, dan jajak pendapat; serta karakteristik sumberdaya air yang meliputi potensi sumber mata air, aliran sungai dan

perkembangan dan persebaran, karakteristik wilayah, dan jajak pendapat; serta karakteristik sumberdaya air yang meliputi potensi sumber mata air, aliran sungai dan

Sumber terbentuknya air asam tambang pada lokasi penelitian berdasarkan data eksplorasi dan hasil analisis sampel tanah, menunjukkan bahwa sumber air asam tersebut

Seperti desa Rengel di wilayah kabupaten Tuban yang memiliki sungai bawah tanah dimana sumber air sungai tersebut berasal dari mata air pegunungan serta air hujan yang

Berbatuan Breksi -Musim kemarau kadang-kadang kekurangan air -Tanah mudah longsor -Sumberdaya Air berasal dari waduk sermo dan sumber mata air -penggunaan lahan aktual

Dari hasil penelitian tentang neraca air pada perkebunan kelapa sawit diperoleh kesimpulan bahwa sumber pasokan air pada lokasi penelitian 100% berasal dari curah hujan sebesar

Sumber daya produktif adalah untuk sumber daya manusia yang menghargai kerja sebagai suatu sikap pengabdian kepada Tuhan, berbudi luhur, cakap bekerja, terampil, percaya pada kemampuan diri dan mempunyai semangat kerja yang tinggi. Dalam suatu proyek konstruksi, penentuan besarnya proporsi biaya untuk sumber daya harus tepat. Mengingat bahwa alokasi biaya untuk sumberdaya proyek pada masa konstruksi adalah paling besar, sehingga apabila terdapat ketidaktepatan dalam perhitungan proporsi ini dapat mengakibatkan kerugian pada proyek. Selama ini para estimator menghitung biaya proyek berdasarkan pengalaman dilapangan sedangkan gambaran mengenai besarnya alokasi untuk sumberdaya belum ada. Untuk penelitian dengan judul Analisis Proporsi Sumber Daya Pada Proyek Konstruksi (Studi Kasus Kota Manado) bertujuan mengidentifikasi, menganalisa faktor-faktor yang berhubungan dengan penentuan sumberdaya proyek dan memodelkan proporsi sumberdaya tersebut sehingga dapat digunakan sebagai suatu acuan. Adapun sumberdaya proyek terdiri dari sumber daya material(y1), sumberdaya manusia (y2), dan sumberdaya peralatan (y3) yang masing-masing ditentukan proporsinya berdasarkan jumlah biaya proyek total. Berdasarkan kajian, faktor yang memberikan pengaruh terhadap pembiayaan sumberdaya tersebut diantaranya nilai kontrak proyek (x1) dan durasi (x2).