BAB I.
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Banyaknya jumlah penduduk Indonesia yang menggantungkan hidupnya dari sektor pertanian menunjukkan demikian besar peranan sektor pertanian dalam menopang perekonomian dan memiliki implikasi penting dalam pembangunan ekonomi ke depan. Untuk membangun pertanian dibutuhkan SDM yang berkualitas. Lebih dari itu, tersedianya SDM yang berkualitas merupakan modal utama bagi daerah untuk menjadi pelaku (aktor), penggerak pembangunan di daerah. Karena itu untuk membangun pertanian, kita harus membangun sumber daya manusianya, agar kemampuan dan kompetensi kerja masyarakat pertanian dapat meningkat, karena merekalah yang langsung melaksanakan segala kegiatan usaha pertanian di lahan usahanya. Hal ini hanya dapat dibangun melalui proses belajar dan mengajar dengan mengembangkan sistem pendidikan non formal di luar sekolah secara efektif dan efisien di antaranya adalah melalui Penyuluhan Pertanian.
agribisnis, mengkreasi sumber daya manusia dengan konsep dasar filosofi rajin, kooperatif, inovatif, kreatif dan sebagainya. Penyuluh Pertanian dapat dan harus menggunakan teknik-teknik komunikasi yang paling efektif agar sasaran mau menerapkan pengetahuan barunya itu. Melalui komunikasi yang efektif dapat menunujang keberhasilan Penyuluhan Pertanian.
Yang lebih penting lagi adalah mengubah sikap dan perilaku masyarakat pertanian agar mereka tahu dan mau menerapkan informasi anjuran yang dibawa dan disampaikan oleh Penyuluh Pertanian, namun kenyataannya masih banyak dijumpai di dalam masyarakat bahwa kegiatam Penyuluhan Pertanian masih dianggap kurang berhasil bahkan di beberapa tempat malah tidak berjalan. Oleh karena itu pada kesempatan kali ini penulis sengaja memilih judul makalah Penerima Manfaat dan Penyuluh/Fasilitator Penyuluhan Pertanian karena menarik perhatian penulis untuk dicermati dan perlu mendapat dukungan dari semua pihak yang peduli terhadap dunia pertanian.
B. Tujuan Praktek Kerja Lapangan (KPL)
Tujuan melaksanakan Praktek kerja Lapangan ( Farm Experience ) adalah: - Memenuhi salah satu syarat kurikulum S-1 pada fakultas pertanian
Unsam.
- Menerapkan ilmu pengetahuan yang diperoleh selama perkuliahan dalam bentuk praktek kerja di lapangan.
- Membandingkan ilmu pengetahuan yang di peroleh selama perkuliahan dengan yang di terapkan di lapangan dan menelaahnya apabila terjadi perbedaan-perbedaan atau penyusuaian.
C. Kegunaan Praktek Kerja Lapangan (PKL) Bagi Mahasiswa
- Wahana meningkatkan wawasan pengetahuan, pengalaman, kemampuan dan keterampilan mahasiswa dalam teknologi budidaya dan manajeman perkebunan.
- Mengenal dinamika dan kondisi nyata dunia kerja khususnya pada perusahaan Balai Penyuluhan Pertanian.
- Mengembangkan ilmu yang di peroleh dari Pendidikan formal.
- Lebih dapat memahami konsep-konsep non-akademis dan non-teknis di dunia kerja nyata.
Bagi Kantor BPP Peureulak Timur
- Terjalinnya hubungan kerjasama anatara tempat PKL dengan dunia pendidikan tinggi sehingga perusahaan tersebut akan lebih dikenal oleh kalangan akademis
Bagi Fakultas Pertanian Umum
- Dapat meningkatkan kualitas lulusan melalui pengalaman kerja magang
- Mendapatkan umpan balik untuk menyempurnakan kurikulum yang sesuai dengan kebutuhan di lingkungan dunia kerja khususnya perusahaan Balai Penyuluhan Pertanian.
D. Tempat Praktek Kerja Lapangan (PKL)
Pelaksanaan PKL di Laksanakan di Balai Penyuluhan Pertanian Kecamatan Peureulak Timur,tempat PKL ini di pilih agar penulis dapat bekerja menjadi Penyuluh pada saat mendapat gelar sarjana pada suatu hari nanti.
E. Jadwal Waktu Praktek Kerja Lapangan (PKL)
BAB II
TIJAUAN PUSTAKA
A. Penyuluhan Pertanian
Istilah alternatif untuk penyuluhan dalam bahasa Belanda, digunakan katavoorlichting yang berarti memberi penerangan untuk menolong seseorang menemukan jalannya. Istilah ini digunakan pada masa kolonial bagi Negara-negara jajahan Belanda, walaupun sebenarnya penyuluhan diperlukan oleh kedua pihak. Indonesia misalnya, mengikuti cara Belanda dengan menggunakan kata penyuluhan, sedangkan Malaysia yang dipengaruhi bahasa Inggris menggunakan kata perkembangan. Bahasa Inggris dan Jerman masing-masing mengistilahkan sebagai pemberian saran atau Beratung yang berarti seorang pakar dapat memberikan petunjuk (Dari berbagai pandangan masih ditemukan beberapa kesamaan persepsi, menurut (Van den Ban & Hawkins, 2011: 25) satu diantaranya, yaitu bahwa “penyuluhan merupakan keterlibatan seseorang untuk melakukan komunikasi informasi secara sadar dengan tujuan membantu sesamanya memberikan pendapat sehingga bisa membuat keputusan yang benar” Disini terlihat adanya keterkaitan antara komunikasi dengan penyuluhan.
Pertanian adalah suatu proses pembelajaran bagi pelaku utama serta pelaku usaha agar mereka mau dan mampu menolong dan mengorganisasikan dirinya dalam mengakses informasi pasar, teknologi, permodalan dan sumberdaya lainnnya, sebagai upaya untuk meningkatkan produktivitas, efisiensi usaha, pendapatan, dan kesejahteraannya, serta meningkatkan kesadaran dalam pelestarian fungsi lingkungan hidup.
Pengertian tersebut mengandung makna bahwa di dalam proses pembelajaran terjadi proses-proses lain yang terjadi secara simultan, yaitu:
a. Proses komunikasi persuasive, yang dilakukan oleh penyuluh dalam memfasilitasi sasaran (pelaku utama dan pelaku usaha) beserta keluarganya guna membantu mencari pemecahan masalah berkaitan dengan dan pengembangan usaha mereka. Proses pemberdayaan, maknanya adalah memberikan kuasa dan wewenang kepada pelaku utama dan pelaku usaha sehingga setiap orang pelaku utama dan pelaku usaha (laki-laki dan perempuan) mempunyai kesempatan yang sama untuk :
a. Berpartisipasi
b. Mengakses teknologi, sumberdaya, pasar dan modal
c. Melakukan kontrol terhadap setiap pengambilan keputusan dan d. Memperoleh manfaat dalam setiap lini proses dan hasi
b. Proses pertukaran informasi timbal balik antara penyuluh dan sasaran mengenai berbagai alternatif yang dilakukan dalam upaya pemecahan masalah yang berkaitan dengan pengembangan usahanya.
B. Tugas Pokok Penyuluh Pertanian
Berdasarkan Undang – Undang Permentan Nomor ; 35/Permentan/OT.140/7/2009 dinyatakan bahwa tugas pokok penyuluh pertanian adalah melakukan kegiatan persiapan penyuluhan pertanian, pelaksanaan penyuluhan pertanian, evaluasi dan pelaporan, pengembangan penyuluhan pertanian. Menurut Permenpan Nomor : PER/02/MENPAN/2/2008
Bahwa kegiatan persiapan penyuluhan pertanian, meliputi sub unsur : identifikasi potensi wilayah, memandu penyusunan rencana usaha petani (RUK, RKK/RDK, RKPD/PPP), penyusunan programa penyuluhan pertanian, dan penyusunan rencana kerja tahunan penyuluh pertanian. Kegiatan pelaksanaan penyuluhan pertanian, meliputi sub unsur penyusunan materi, perencanaan dan penerapan metode penyuluhan pertanian, dan menumbuhkan/mengembangkan kelembagaan petani.
metode/sistem kerja penyuluhan pertanian. Selain itu dinyatakan bahwa pengembangan profesi, meliputi sub unsur : kegiatan karya tulis/karya ilmiah di bidang pertanian, menerjemahkan/menyadur buku dan bahan-bahan di bidang pertanian, dan memberikan konsultasi di bidang pertanian yang bersifat konsep. (Anonim 2008)
C. Falsafah Penyuluhan Pertanian
Menurut Depatemen Pertanian (Anonim 2009), penyuluhan pertanian adalah suatu pandangan hidup atau landasan pemikiran yang bersumber pada kebijakan moral tentang segala sesuatu yang akan dan harus diterapkan dalam perilaku atau praktek kehidupan sehari-hari. Penyuluhan Pertanian harus berpijak kepada pengembangan individu bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Oleh karena itu “Penyuluhan Pertanian sebagai “upaya membantu masyarakat agar mereka dapat membantu dirinya sendiri dan meningkatkan harkatnya sebagai manusia”.
kualitas hidup dan kesejahteraan sasaran, tidak mengutamakan taget-terget fisik yang tidak banyak manfaatnya bagi perbaikan kualitas hidup sasaran. (Anonim 2011)
Dari pandangan tersebut terkandung pengertian bahwa penyuluhan pertanian harus bekerja dengan masyarakat dan bukan bekerja untuk masyarakat. Penyuluhan Pertanian tidak menciptakan ketergantungan tetapi harus mampu mendorong semakin terciptanya kreativitas dan kemandirian masyarakatat agar semakin memiliki kemampuan untuk berswadaya, swakarsa, swadana dan swakelola bagi penyelenggaraan kegiatan-kegiatan pertanian guna mencapai tujuan, harapan dan keinginan-keinginan sasaran. Penyuluhan Pertanian yang dilaksanakan harus selalu mengacu pada terwujudnya perbaikan kesejahteraan ekonomi masyarakat dan peningkatan harkatnya sebagai manusia.
dilandasi untuk selalu berfikir kreaif dan dinamis yang mengacu pada kegiatan-kegiatan yang ada dan dapat ditemui di lapangan atau harus selalu disesuaikan dengan keadaan yang dihadapi.(Anonim 2011)
D. Pelaku/Fasiliator Penyuluhan Pertanian
Pelaku utama dalam kegiatan penyuluhan pertanian adalah seorang Penyuluh Pertanian atau juga sering disebut Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL). Penyuluh Pertanian pada dasarnya adalah aparat atau agen yang membangun pertanian, pendidik/penasehat yang mengabdi untuk kepentingan para petani, nelayan beserta keluarganya dengan memberikan motivasi, bimbingan dan mendorong para petani-nelayan mengembangkan swadaya dan kemandiriannya dalam berusaha tani yang lebih menguntungkan menuju kehidupan yang lebih bahagia dan sejahtera, untuk itu seorang Penyuluh Pertanian dituntut untuk dapat mengembangkan program dan materinya dalam melaksanakan penyuluhan agar kinerja penyuluh lebih maksimal.
pertanian propinsi dan program penyuluhan pertanian nasional (Undang-undang No 16 Tahun 2006)
Penyuluh Pertanian dalam melakukan tugas dilapangan selain melakukan penyuluhan, memberikan motivasi dan inovasi teknologi yang dibutuhkan oleh para petani dan keluarganya yang meliputi :
1. Penyuluh sebagai inisiator, yang senantiasa selalu memberikan gagasan/ide-ide baru.
2. Penyuluh sebagai fasilitator, yang senantiasa memberikan jalan keluar/ kemudahan-kemudahan, baik dalam menyuluh/proses belajar mengajar, maupun fasilitas dalam memajukan usahataninya. Dalam hal menyuluh penyuluh memfasilitasi dalam hal : kemitraan usaha, berakses ke pasar, permodalan dan sebagainya.
3. Penyuluh sebagai motivator, penyuluh senantiasa membuat petani tahu, mau dan mampu.
4. Penyuluh sebagai penghubung yaitu penyampai aspirasi masyarakat tani dan pemerintah.
1. Memahami kondisi, harapan dan keinginan petani saat ini
2. Pahami materi, media dan metode penyuluhan yang akan dilakukan 3. Gunakan sarana dan prasarana yang memadai
4. Gunakan waktu yang tepat dan akurat
Berdasarkan hal tersebut diatas penyuluhan yang efektif yaitu Penyuluh Pertanian sebelum melakukan kegiatan dilapangan memahami tentang permasalahan dipetani (pelaku utama maupun pelaku usaha), siapkan alternatif pemecahan yang harus dilakukan, lakukan penyuluhan yang tepat seperti tersebut diatas, apabila telah selesai melakukan penyuluhan untuk melihat sejauhmana sasaran penyuluhan ada perubahan pengetahuan, keterampilan dan sikap sesuai dengan tahapan adopsi inovasi teknologi yang dianjurkannya. Penyuluhan yang dilakukan sebaiknya dilakukan secara partisipatif, sehingga petani mampu mengemukakan pendapatnya, serta mampu menyusun rencana kegiatan yang bermanfaat bagi dirinya, keluarga, maupun lingkungannya.
menang, sukses, penyuluhan pertanian yang dilakukannya berhasil, itulah harapan semua penyuluh yang ada dilapangan.
Tampak peran komunikasi amat besar dalam kegiatan penyuluhan penyuluhan, yang akan mempengaruhi dari perencanaan hingga pelaksanaan dan evaluasinya. Penyuluh sebagai komunikator yaitu penyampai pesan, sedangkan sasaran dalam hal ini disebut komunikan sangat yang dipengaruhi oleh latar belakangnya, baik secara individu maupun secara berkelompok. Untuk penyuluh sendiri adakah mereka siap melakukan komunikasi dari berbagi aspek, apakah pesan yang dibawanya sudah sesuai dengan apa yang diinginkan sasaran juga saluran atau media yang dilakukannya sudah sesuai?, sudah tepatkah metode yang digunakannya. Namun unsur yang paling utama dalam melakukan perubahan perilaku ini yaitu terjadinya komunikasi yang baik antara si pemberi pesan yaitu penyuluh, dengan si penerima pesan yaitu orang yang diharapkan perubahan perilakunya. Dalam sektor pertanian, apakah bagaimana pelaksanaan penyuluhan pertanian di tingkat lapangan, sudah berjalan lancar, dan sudahkah mencapai tujuan yang diharapkan.
langsung maupun tidak langsung. Hambatan komunikasi ini perlu ditelaah, apa yang menjadi penyebabnya. Bila perubahan perilaku sebagai bagian dari tujuan penyuluhan belum tercapai, jangan hanya sasaran yang dipersalahkan. jangan-jangan masalah nya justru berasal dari komunikator yaitu penyuluh sebagai pembawa pesan. Apa penyebabya apakah karena ketidaksiapan materi yang akan disampaikan, ataukah karena prasarana yang tidak memadai, bisa pula terjadi karena gangguan dalam proses penyampaiannya.
Kegagalan berkomunikasi sering menimbulkan kesalah pahaman, kerugian, dan bahkan malapetaka, Risiko tersebut tidak hanya pada tingkat individu, tetapi juga pada tingkat lembaga, komunitas, dan bahkan Negara. Untuk menjadi seorang komunikator yang efektif, harus berusaha menampilkan komunikasi (baik verbal maupun nonverbal) yang disengaja seraya memahami budaya orang lain.
E. Penerima Manfaat Kegiatan Penyuluhan Pertanian.
Penyuluhan Pertanian (2005), maka sasaran penyuluhan pertanian menjadi tidak hanya petani dan keluarganya tetapi mencakup para pemangku kepentingan (stakeholders). Sasaran penyuluhan pertanian era Bimas adalah Kelompok Tani yang diistilahkan sebagai receiving mechanism dari Delivery system (Catur Sarana).Catur Sarana yaitu:
1. Penyuluh Pertanian di Lapangan (PPL),yaitu sebagai pembawa informasi teknologi , mengajarkan pengetahuan dan keterampilan, mengikhtiarkan fasilitas, dan sebagainya melalui sistem kerja Latihan dan Kunjungan (LAKU) kepada kelompok tani;
2. BRI Unit Desa, sebagai penyedia Kredit BIMAS untuk kegiatan usahatani padi;
3. BUUD dan KUD sebagai penyedia sarana produksi, pupuk, pestisida dan sarana pertanian lainnya serta membeli gabah/beras dari petani;
4. KIOS, sebagai tempat penyaluran sarana produksi pertanian kepada petani.
Sasaran penyuluhan menurut UU No. 16 Tahun 2006, Bab III, Pasal 5 sebagai berikut:
1. Pihak yang paling berhak memperoleh manfaat penyuluhan meliputi sasaran utama dan sasaran antara;
3. Sasaran antara penyuluhan yaitu pemangku kepentingan lainnya, yang meliputi kelompok atau lembaga pemerhati pertanian, perikanan dan kehutanan serta generasi muda dan tokoh masyarakat.
Mardikanto (1996) mengganti istilah “sasaran penyuluhan” menjadi penerima manfaat (beneficiaries). Dalam pengertian “penerima manfaat” tersebut, terkandung makna bahwa:
1. Berbeda dengan kedudukannya sebagai “sasaran penyuluhan”, sebagai penerima manfaat, petani dan keluarganya memiliki kedudukan yang setara dengan penentu kebijakan, penyuluh dan pemangku kepentingan agribisnis yang lain.
2. Penerima manfaat bukanlah obyek atau “sasaran tembak” yang layak dipandang rendah oleh penentu kebijakan dan para penyuluh, melainkan ditempatkan pada posisi terhormat yang perlu dilayani dan atau difasilitasi sebagai rekan sekerja dalam mensukseskan pembangunan pertanian.
3. Berbeda dengan kedudukannya sebagai “sasaran penyuluhan” yang tidak punya pilihan atau kesempatan untuk menawar setiap materi yang disuluhkan selain harus menerima/mengikutinya, penerima manfaat memiliki posisi tawar yang harus dihargai untuk menerima atau menolak inovasi yang disampaikan penyuluhnya.
lebih tinggi kedudukannya, dalam arti memiliki kebebasan untuk mengikuti ataupun menolak inovasi yang disampaikan oleh penyuluhnya.
5. Proses belajar yang berlangsung antara penyuluh dan penerima manfaatnya bukanlah bersifat vertikal (penyuluh menggurui penerima manfaatnya), melainkan proses belajar bersama yang partisipatip.
Dari pengertian tentang penyuluhan pertanian sebagai sistem agribisnis yang disampaikan oleh Mardikanto (2003), jelas bahwa kegiatan penyuluhan pertanian akan melibatkan banyak pemangku kepentingan (stakeholders).Di samping itu, keberhasilan penyuluhan pertanian tidak hanya tergantung pada efektivitas komunikasi antara penyuluh dan petani beserta keluarganya, tetapi sering lebih ditentukan oleh perilaku/ kegiatan pemangku kepentingan pertanian yang lain, seperti: produsen sarana produksi, penyalur kredit usaha-tani, peneliti, akademisi, aktivis LSM, dll. yang selain sebagai agent of development sekaligus juga turut menikmati manfaat kegiatan penyuluhan pertanian.
Bertolak dari kenyataan-kenyataan tersebut, penerima manfaat penyuluhan pertanian dapat dibedakan dalam:
1. Pelaku utama. yang terdiri dari petani dan keluarganya. Dikatakan demikian, karena pelaku utama usahatani adalah para petani dan keluarganya, yang selain sebagai juru-tani, sekaligus sebagai pengelola usahatani yang berperan dalam memobilisasi dan memanfaatkan sumberdaya (factor-faktor produksi) demi tercapainya peningkatan dan perbaikan mutu produksi, efisiensi usahatani serta perlindungan dan pelestarian sumberdaya-alam berikut lingkungan hidup yang lain.
2. Penentu kebijakan, yang terdiri dari aparat birokrasi pemerintah (eksekutif, legislatif dan yudikatif) sebagai perencana, pelaksana, dan pengendali kebijakan pembangunan pertanian. Termasuk dalam kelompok penentu kebijakan adalah, elit masya-rakat sejak di aras terbawah (desa) yang secara aktif dilibatkan dalam pengambilan keputusan dan implementasi kebijakan pembangunan pertanian.
3. Pemangku kepentingan yang lain, yang mendukung/memperlancar kegiatan pembangunan pertanian. Termasuk dalam kelompok ini adalah:
a. Peneliti yang berperan dalam: penemuan, pengujian, dan pengembangan inovasi yang diperlukan oleh pelaku utama
c. Pelaku-bisnis (distributor/penyalur/pengecer) sarana produksi dan peralatan/mesin pertanian yang diperlukan, dalam jumlah, mutu, waktu, dan tempat yang tepat, serta pada tingkat harga yang terjangkau oleh pelaku utama.
d. Pers, media-masa dan pusat-pusat informasi yang menyebar-luaskan informasi-pasar (permintaan dan penawaran serta harga produk yang dihasilkan dan dibutuhkan), inovasi yang dihasilkan para peneliti, serta jasa lain yang diperlukan pelaku utama
e. Aktivis LSM, tokoh masyarakat, dll yang berperan sebagi organisator, fasilitator, dan penasehat pelaku utama
f. Budayawan, artis, dan lain-lain yang berperan dalam diseminasi inovasi, serta promosi produk yang dihasilkan maupun yang dibutukan pelaku utama.
BAB III
KEADAAAN UMUM TEMPAT PRAKTEK KERJA LAPANGAN (PKL)
A. Sumber Daya Alam
1. Potensi Pertanian
Balai Penyuluhan Kecamatan Peureulak Timur mempunyai luas areal pertanian seluas 5.987 Ha. Terdiri dari :
- Pekarangan 639,98 Ha
- Tegalan 274,5 Ha
- Ladang 446,28 Ha
- Rawa-rawa - Ha
- Perairan Umum 20 Ha
- Kolam 0,5 Ha
- Tambak 1.806 Ha
- Hutan 56 Ha
- Perkebunan Swasta 1.491 Ha
Adapun tanah sawah terdiri dari :
- Irigasi Teknis 50 Ha
- Irigasi Semi Teknis - Ha
- Pompanisasi 2 Ha
- Irigasi Desa 20 Ha
- Tadah Hujan 1.180,94 Ha
Jumlah 1.252,94 Ha
2. Iklim
a. Suhu udara rata-rata berkisar 250C – 360C b. Kelembaban udara berkisar antara 45 % - 65 %
Tabel .3.1. Data Curah Hujan
No. Bulan Curah Hujan
(mm)
Hari Hujan
(HH) Keterangan
1 Januari 1.098 90 2004 s/d 2013
- KK 3.198 jiwa
- KK Tani 2.835 jiwa
- Pedagang 216 jiwa
- Industri 39 jiwa
- Lain-lain 108 jiwa
Jumlah 3.198 jiwa
C. Penunjang
a. Kelembagaan Petani
Kelembagaan petani yang ada di Balai Penyuluhan Kecamatan Peureulak Timur terdiri dari :
- Balai Penyuluhan : 1 buah
- LPPH PTPH : - buah
- BRI Unit Desa : - buah
- UPP Perkebunan : - buah
- LPPP Perkebunan : - buah
- KUD : 2 buah
- Koptan : - buah
- Kios Saprodi : 5 buah
- P3A : - buah
- Penangkar Benih : 1 buah
- Bengkel : 13 buah
b. Fasilitas Usaha Tani
- Kendaraan Dinas Roda Dua : 3 unit
- Telepon : - buah
- Power Thresser : - buah
- Rak Banting : - buah
- Hand Sprayer : 312 buah
- Hand Traktor : 37 buah
- Traktor Mini : - buah
- Traktor Besar : - buah
- Traktor Medium : - buah
- Kilang Padi Besar : 1 buah
- Kilang Padi Kecil : 3 buah
c. Produktifitas Usaha Tani
a) Pada sektor tanaman pangan terdiri dari komoditi padi, jagung, cabe. Pada tahun 2013 produktifitas rata-rata sebagai berikut :
1. Tanaman padi sawah :4,5 - 5 ton/ha
2. Jagung :2,2 - 3,3 ton/ha
3. Cabe :2,4 - 3,5 ton/ha
sejumlah tanaman perkebunan lainnya dalam wilayah Balai Penyuluhan Peureulak Timur dengan produktifitas sebagai berikut :
1. Kelapa : 6.000 kg/ha/tahun 2. Kakao : 3.900 kg/ha/tahun 3. Kelapa sawit : 12.000 kg/ha/tahun 4. Pinang : 3.300 kg/ha/tahun
d. Pada sektor peternakan
Sektor ini dapat dilaksanakan berdasarkan tujuan pemeliharaan, dan jenis ternak yang di usahakan adalah sebagai berikut :
1. Sapi potong dengan sistem tahunan : Rp. 8.000.000/ekor/tahun 2. Kerbau dengan sistem tahunan : Rp. 10.000.000/ekor/tahun 3. Kambing dengan sistem tahunan : Rp. 900.000/ekor/tahun 4. Ayam dan itik sebagai penghasil telur dan sebagian lagi pedaging.
e. Pada sektor perikanan.
Sektor ini sangat potensial sebagai lahan usaha yang menjanjikan keuntungan menggiurkan, diluar sektor pangan karena kondisi lahan yang cukup ideal untuk usaha pertambakan baik untuk komoditi udang maupun bandeng sebagai berikut :
1. Bandeng : 30.000 kg/ha/triwulan
D. Analisa PRA
a. Sketsa Kecamatan
Balai Penyuluhan Kecamatan Peureulak Timur terdiri dari 20 Desa dan mempunyai 2 Kemukiman dengan jumlah penduduk di Kecamatan Peureulak Timur 13.550 jiwa, sebagian besar masyarakatnya bermata pencaharian di sektor pertanian dan tanaman pangan pada umumnya.
b. Bio Fisik Transek
Balai Penyuluhan Kecamatan Peureulak Timur mempunyai desa dan kelompok binaannya merupakan tempat berkumpulnya penduduk yang mempunyai tujuan yang sama, saling berinteraksi dan membantu dalam menyelesaikan suatu masalah yang dihadapi oleh masyarakat, petani dan keluargannya.
c. Kalender Musim
1. Sub sektor tanaman pangan dan hortikultura
Untuk meningkatkan produktifitas hasil pertanian tanaman pangan dan hortikultura memacu pada pola hasil pertanian dan pola tanam yang diatur sesuai dengan keadaan iklim dan jenis lahan.
Adapun pola tanam yang diterapkan adalah sebagai berikut :
a. Tanah sawah
dan areal yang mempunyai drainase yang baik diterapkan pada tanaman padi.
Padi - Bera - Padi
b. Lahan sawah yang berpengairan (pompanisasi) dengan pola tanaman
Padi - Padi - Bera b. Lahan kering
a. Cabe b. Jagung c. Semangka d. Mentimun e. Sayur-sayuran f. dan lain-lain
2. Sub sektor perkebunan
Pola usaha sub sektor perkebunan pada umumnya dilaksanakan secara monokultur yang diusahakan pada areal-areal tegalan dan ladang, disesuaikan dengan pemilihan lokasi yang cocok dengan berbagai pola swadaya maupun bantuan.
Pola usaha tani sub sektor peternakan dilaksanakan berdasarkan tujuan pemeliharaan dan jenis komoditas ternak yang diusahakan sebagai berikut :
- Sapi potong dengan sistem tahunan - Kerbau dengan sistem tahunan - Kambing dengan sistem tahunan
- Ayam dan itik sebagai penghasil telur dan daging dengan sistem dua siklus pertahun.
4. Sub sektor perikanan
Pola usaha tani tambak sub sektor perikanan (bandeng dan udang windu) ditambak dilakukan dengan pola secara monokultur dan polikultur.
d. Produktifitas Kerja
Produktifitas tenaga kerja keluarga adalah perbandingan jumlah produksi pertahun dengan hari kerja yang ditetapkan. Untuk kelancaran dalam kegiatan berusaha tani dapat dimanfaatkan tenaga kerja wanita dan pria terhadap usaha tani yang dibutuhkan keluarga. Upah tenaga kerja tergantung pada hari dan jam kerja yang dilaksanakan oleh petani itu sendiri.
e. Diagram Kelembagaan
lembaga tani (Koptan), lembaga ekonomi lainnya untuk mendukung kegiatan penyuluhan seperti kios saprodi, dll.
f. Mayoritas Petani.
Mayoritas kegiatan petani di Balai Penyuluhan Kecamatan Peureulak Timur umumnya di bidang pertanian terutama di sektor tanaman pangan, perkebunan, perikanan dan peternakan. Adapun segmen pasar di beberapa komoditi tergantung pada persentase pasar yaitu pasar lokal dan luar lokal, disamping itu pula mempunyai rantai pemasaran yang memadai mulai dari petani pengumpul langsung ke konsumen.
D. Visi dan Misi a. Visi
Menjadi lembaga Balai Penyuluhan Pertanian, perikanan dan kehutanan yang mampu mengembangkan SDM Pertanian yang profesional, kreatif, inovatif dan berwawasan global dalam rangka meningkatkan kemandirian dan kesejahteraan petani untuk mewujudkan Kac. Peureulak Timur yang berbudaya, beradat dan terdepan.
i. Mengembangkan kelembagaan penyuluhan pertanian, perikanan dan kehutanan dan kelembagaan pelaku utama yang kuat dan mandiri.
ii. Meningkatkan kualitas dan kuantitas ketenagaan penyuluhan pertanian, perikanan dan kehutanan.
iii. Meningkatkan dan memantapkan penyelenggaraan penyuluhan pertanian, perikanan dan kehutanan sebagai bagian integral dalam pembangunan pertanian (dalam arti luas) dan kehutanan. iv. Meningkatkan dan memantapkan pembinaan, koordinasi, singkronisasi dan integrasi dalam perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi penyelenggaraan penyuluhan pertanian, perikanan dankehutanan.
BAB IV PEMBAHASAN
A. Penilaian Kinerja Bagi Penyuluh Pertanian
Seiring dengan lahirnya Undang-Undang No. 14 tahun 2006
tentang Sistem Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan
semakin memantapkan eksistensi penyuluhan sebagai unjung tombak
pembangunan pertanian di Indonesia. Di sisi lain penyuluhan
sebagaiagent of change untuk membantu petani dan keluarganya
mempunyai permasalahan yang semakin kompleks, banyak
permasalahan yang dialami petani dan keluarganya
memerlukan treatment yang khusus pula.
Penyuluhan sebagai lembaga pendidikan non formal yang
menitikberatkan pada perubahan perilaku petani dan keluarganya ke
arah yang lebih baik mempunyai tantangan sendiri dalam melakukan
fungsi dan perannya. Para penyuluh pertanian yang akan melaksanakan
peran dan fungsinya harus mampu memuaskan para petani dan
keluarganya sebagai pelanggan utamanya. Dengan berlandaskan pada
permasalahan tersebut diatas, maka kinerja para penyuluh pertanian
sangat diperlukan dalam membantu para petani dan keluarganya dalam
Penilaian kinerja merupakan cerminan bahwa seorang individu
telah mampu melakukan tugas dan fungsi yang diamanahkan institusi
kepadanya. Pada prinsipnya penilaian kinerja merupakan proses
mengkategorikan hasil kerja dari setiap individu. Ada berbagai macam
aspek yang perlu diperhatikan dalam melakukan penilaian kinerja.
Aspek-aspek tersebut merupakan suatu sistem yang saling berkaitan erat
dengan aspek yang lain sehingga seyogyanya harus dimiliki oleh setiap
lembaga atau individu. Oleh karena itu sebelum membahas keseluruhan
aspek tersebut, maka perlu pendefenisian yang obyektif tentang kinerja
dan penilaian kinerja itu sendiri.
B. Kinerja dan Penilaian Kinerja
Tanpa adanya kinerja berarti tidak ada upaya untuk mencapai
hasil atau target dan tidak akan terjadi suatu perubahan sedikitpun.
Dari kualitas kinerja nantinya akan berpengaruh kepada hasil. Kinerja
yang baik memiliki beberapa karakteristik yaitu: rasional, konsisten,
tepat, efisien, tertantang, terarah, disiplin, sistematis, dapat dicapai,
disepakati, terkait dengan waktu dan beorientasi pada kerjasama
kelompok.
Selain dua pendapat tersebut diatas, banyak defenisi kinerja
berpendapat bahwa performance sering diartikan sebagai kinerja,
hasil kerja atau prestasi kerja. Kinerja mempunyai makna lebih luas,
bukan hanya menyatakan sebagai hasil kerja, tetapi juga bagaimana
proses kerja berlangsung. Kinerja adalah tentang melakukan pekerjaan
dan hasil yang dicapai dari pekerjaan tersebut. Kinerja adalah tentang
apa yang dikerjakan dan bagaimana cara mengerjakannya. Kinerja
merupakan hasil pekerjaan yang mempunyai hubungan kuat dengan
tujuan strategis organisasi, kepuasan konsumen dan memberikan
kontribusi ekonomi.
Jadi dapat disimpulkan bahwa kinerja adalah merupakan
implementasi dari rencana yang telah disusun. Implementasi kinerja
dilakukan oleh sumber daya manusia yang memiliki kemampuan,
kompetensi, motivasi dan kepentingan. Bagaimana organisasi
menghargai dan memperlakukan sumber daya manusianya akan
mempengaruhi sikap dan perilakunya dalam menjalankan kinerja.
Kinerja organisasi juga ditunjukkan oleh bagaimana proses
berlangsungnya kegiatan untuk mencapai organisasi. Di dalam prose
pelaksanaan aktivitas harus selalu dilakukan monitoring, penialaian,
review, atau peninjauan ulang terhadap kinerja sumber daya manusia.
Melalui monitoring, dilakukan pengukuran dan penilaian kinerja
dilakukan prediksi apakah terjadi deviasi pelaksanaan terhadap
rencana yang dapayt menganggu pencapaian tujuan
C. Tujuan Penilaian Kinerja
Dengan mencemati setiap defenisi kinerja dan penilaian kinerja
dari beberapa tokoh maka hal yang perlu direnungkan adalah apa
sebenarnya tujuan kinerja setiap individu dalam suatu organisasi
dinilai. Hal ini perlu diketahui bersama, agar penilaian tersebut dapat
bermanfaat bagi setiap individu untuk melakukan intopeksi diri.
Hal tersebut memungkinkan untuk dapat mengembangkan suatu
rencana memperbaiki kemerosotan apa saja yang sudah digali dalam
penilaian dan mendorong hal-hal baik yang sudah dilakukan.
Setelah mengetahui tujuan dilakukannya penilaian kinerja, maka hal
yang penting selanjutnya adalah bagaimana agar kinerja pegawai tersebut
dapat terus ditingkatkan minimal dipertahankan bagi individu atau
karyawann yang telah memiliki kinerja baik. Maka hal yang perlu dilakukan
adalah bagaimana memanage kinerja individu tersebut. Oleh karena itu,
manajemen kinerja dalam penilaian kinerja merupakan dua sisi mata uang
yang tidak bisa dipisahkan.
Manajemen kinerja dapat didefenisikan sebagai proses komunikasi
yang berlangsung terus menerus yang dilaksanakan berdasarkan kemitraan
membangun harapan yang jelas serta pemahaman mengenai pekerjaan
yang akan dilakukan. Ini merupakan sebuah sistem, artinya ia memiliki
sejumlah bagian yang semuanya harus diikutsertakan yaitu organisasi,
pengelola kinerja dan anggota staf. Manajemen kinerja merupakan cara
mencegah kinerja buruk dan cara bekerjasama meningkatkan kinerja.
Ada empat kualifikasi yang harus dimiliki setiap penyuluh pertanian
untuk meningkatkan kinerjanya, yaitu:
1. kemampuan untuk berkomunikasi yaitu kemampuan dan
keterampilan penyuluh untuk berempati dan berinteraksi dengan
masyarakat sasarannya,
2. sikap penyuluh antara lain sikap menghayati dan bangga
terhadap profesinya, sikap bahwa inovasi yang disampaikan
benar-benar merupakan kebutuhan nyata sasarannya, dan sikap
menyukai dan mencintai sasarannya dalam artian selalu siap
memberi bantuan dan melaksanakan kegiatan-kegiatan demi
adanya perubahan-perubahan pada sasaran,
3. kemampuan pengetahuan penyuluh, yang terdiri dari isi, fungsi,
manfaat serta nilai-nilai yang terkandung dalam inovasi yang
disampaikan, latar belakang keadaan sasaran dan
D. Kinerja sebagai Fungsi dari Kompetensi, Motivasi dan
Lingkungan
Berbicara tentang kinerja tidak bisa dilepaskan dari kompetensi,
motivasi dan lingkungan. Ketiga unsur tersebut mempunyai kaitan antara
satu dengan yang lainnya, artinya dalam melakukan penilain kinerja
penyuluh pertanian, unsur kompetensi, motivasi dan lingkungan harus
dilihat sebagai suatu kesatuan.
Seorang penyuluh pertanian walaupun memiliki kompetensi yang
bagus namun tidak ditunjang dengan kualitas lingkungan baik itu
lingkungan organisasi tempat ia bekerja maka tidak akan bisa profesional
bekerja begitupun dengan unsur motivasi, walaupun seorang penyuluh
pertanian memiliki kompetensi dan lingkungan yang mendukung, namun
dari segi motivasi yang sangat lemah maka tidak akan pula
memperlihatkan kinerja yang diharapkan.
E. Kompetensi
Kompetensi adalah salah satu faktor yang menentukan baik atau
buruknya kinerja seorang penyuluh pertanian.
Dengan demikian, kompetensi menunjukkan keterampilan atau
pengetahuan yang dicirikan oleh profesionalisme dalam suatu bidang
tertentu sebagai sesuatu yang terpenting, sebagai ungulan bidang tersebut.
Kompetensi penyuluh pertanian adalah kecakapan atau keahlian
standar yang harus dimiliki agar dapat mendukung pekerjaannya sebagai
penyuluh pertanian. Oleh karena itu, kecakapan standar yang harus dimiliki
oleh seorang penyuluh pertanian dapat dikategorikan kedalam dua hal yaitu
kemampuan manajerial dan kemampuan tekhnis. Dari kedua kompetensi
tersebut, secara umum kompetensi standar yang harus dimiliki seorang
penyuluh pertanian adalah:
1. mampu membuat suatu design program-program penyuluh
pertanian,
2. mampu memotivasi petani dalam berusaha tani,
3. mampu melibatkan petani dalam kelompok-kelompok tani,
4. mampu membuat jejaring antara petani dengan pihak-pihak lain
yang berkepentingan dengan pertanian,
5. mampu menciptakan dan mengembangkan kelembagaan ekonomi
usahatani,
6. mampu menumbuhkan semangat keswadayaan dan keswakarsaan
dalam diri petani dan
7. mampu memelihara sifat keprofesionalan dalam melakukan
F. Motivasi
Unsur lainnya yang berpengaruh pada kinerja seorang penyuluh
pertanian adalah mtivasi. Motivasi dapat dibedakan menjadi dua yaitu
motivasi internal dan motivasi eksternal. Secara umum, motivasi
diartikan sebagai hal-hal yang mendasari kenapa seorang penyuluh
pertanian mau melakukan atau berprofesi sebagai seorang penyuluh
pertanian. Motivasi sangat erat kaitannya dengan seberapa jauh rasa
kepuasan apabila melakukan pekerjaan tersebut. Jadi unsur kebutuhan
sangat berpengaruh pada motivasi seseorang individu. Semakin
terpenuhi semua kebutuhan individu dalam suatu pekerjaan maka
semakin termotivasi dalam pekerjaannya.
Teori kebutuhan Maslow dapat membantu kita dalam menganalisis
unsur motivasi seorang penyuluh pertanian. Pada prinsipnya, manusia
memiliki lima macam kebutuhan yaitu kebutuhan fisiologis, kebutuhan
rasa aman, kebutuhan sosial, kebutuhan untuk diakui, dan kebutuhan
untuk aktualisasi diri. Kelima macam kebutuhan tersebut diatas
membantu kita untuk melihat potensi setiap manusia, terutama dalam
hal kebutuhan.
Setiap individu cenderung melakukan sesuatu karena
dilatarbelakangi oleh tingkat motivasinya. Tingkat Motivasi sangat
kebutuhannya dapat terpenuhi. Jadi seorang penyuluh pertanian yang
mempunyai motivasi yang tinggi akan berdampak pada kinerja yang
tinggi pula dalam menjalankan tugas-tugas yang dibebankan oleh
lembaga atau organisasinya. Namun harus diakui bahwa Teori Maslow
tentang Kebutuhan Manusia masih banyak memiliki
kelemahan-kelemahan sehingga untuk melihat motivasi penyuluh pertanian dari
perspektif teori tersebut tidaklah cukup dan perlu mengkombinasikannya
dengan teori-teori kebutuhan lainnya seperti toeri kebutuhan Mc
Clelland, Teori Havighurst tentang Tugas-Tugas Pengembangan dan
lain-lainnya.
G. Lingkungan
Lingkungan yang dimaksud disini adalah bagaimana suasana kerja
yang mempengaruhi diri seorang penyuluh pertanian dalam melakukan
pekerjaannya. Lingkungan organisasi (organisasi penyuluhan pertanian)
dan wilayah tempat penyuluh pertanian bekerja adalah dua aspek yang
perlu diperhatikan dalam membahas bagaimana kinerja seorang
Sistem manajemen organisasi yang mendukung karyawan seperti
adanya administrasi yang baik dan rapi, tunjangan finansial yang
mendukung, sistem reward yang jelas, promosi jabatan, sistem
penggajian yang adil, serta sistem pendidikan dan pelatihan yang terus
berkesinambungan akan menimbulkan profesionalisme yang tinggi bagi
seorang karyawan dalam mengoptimalkan kinerjanya.
Begitupun dengan suasana kerja tempat penyuluh pertanian
melakukan aktivitasnya membantu para petani. Penyuluh pertanian yang
tinggal bersama-sama dengan petani akan mempunyai hubungan
komunikasi yang baik karena sering terjadinya interaksi antara penyuluh
dengan petani. Setiap permasalahan yang ditemui petani saat itu juga
langsung dapat dikomunikasikan kepada penyuluh pertanian, begitupun
sebaliknya. Dengan kondisi tersebut, akan terjadi interaksi yang intensif
setiap waktu, sehingga pemahaman akan kondisi dan masalah yang
dihadapi di lapangan oleh petani dapat diketahui dengan jelas oleh
seorang penyuluh pertanian.
Suasana kondusif tersebut akan mempengaruhi kinerja petani,
selain itu petani memandang penyuluh sebagai mitra strategis yang dapat
memfasilitasi mereka menyelesaikan permaslahan yang dihadapi dalam
Jadi ketiga unsur tersebut diatas yaitu kompetensi, motivasi dan
lingkungan merupakan hal yang penting dalam melakukan penilaian
BAB VI PENUTUP A. KESIMPULAN
1. Penilaian kinerja penyuluh pertanian dilakukan untuk
memberikan masukan terhadap hasil kerja atau prestasi kerja
yang diperoleh penyuluh pertanian.
2. Penilaian kinerja penyuluh pertanian akan memberikan umpan
balik terhadap tujuan dan sasaran kinerja, perencanaan dan
proses pelaksanaan kinerja.
3. Penilaian kinerja penyuluh pertanian dapat pula dilakukan terhadap proses penilaian, review dan pengukuran kinerja
penyuluh pertanian.
4. Atas dasar penilaian kinerja tersebut dapat dilakukan
langkah-langkah untuk melakukan perbaikan kinerja penyuluh
pertanian diwaktu yang akan datang.
B. SARAN