• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Pendapatan Petani Silvopastura di Desa Aman Damai, Kecamatan Sirapait, Kabupaten Langkat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Analisis Pendapatan Petani Silvopastura di Desa Aman Damai, Kecamatan Sirapait, Kabupaten Langkat"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

TINJAUAN PUSTAKA

KERANGKA KONSEP

Agroforestry

Menurut Ainurrasjid (2001) agroforestri adalah manajemenpemanfaatan lahan secara optimal dan lestari,dengan cara mengkombinasikan kegiatankehutanan dan pertanian pada unit pengelolaanlahan yang sama, dengan memperhatikan kondisilingkungan fisik, sosial, ekonomi dan budayamasyarakat yang berperan serta.

Sedangkanmenurut Soermarwoto (1981) dalam Mahendra(2009) agroforestri adalah sistem tata guna lahanyang bersifat permanen. Tanaman semusimmaupun tanaman tahunan ditanam bersamaanatau dalam rotasi sehingga membentuk tajuk-tajukyang berlapis. Sistem ini memberikan keuntungansecara biologis maupun ekonomis.

(2)

Klasifikasi berdasarkan komponen penyusunnya

Pengklasifikasian agroforestri yang paling umum, tetapi juga sekaligus yangpaling mendasar adalah ditinjau dari komponen yang menyusunnya. Komponen penyusun utama agroforestri adalah komponen kehutanan, pertanian, dan/atau peternakan. Ditinjau dari komponennya,agroforestri dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

1. Agrisilvikultur (Agrisilvicultural systems)

Agrisilvikultur adalah sistem agroforestri yang mengkombinasikan komponenkehutanan (atau tanaman berkayu/woody plants) dengan komponen pertanian(atau tanaman non-kayu). Tanaman berkayu dimaksudkan yang berdaur panjang (tree crops) dan tanaman non-kayu dari jenis tanaman semusim (annualcrops). Dalam agrisilvikultur, ditanam pohon serbaguna (lihat lebih detil pada bagian multipurpose trees) atau pohon dalam rangka fungsi lindung pada lahan-lahanpertanian (multipurpose trees/shrubs on farmlands, shelterbelt, windbreaks,atau soil conservation hedges).Seringkali dijumpai kedua komponen

(3)

2. Silvopastura (Silvopastural systems)

Sistem agroforestri yang meliputi komponen kehutanan (atau tanamanberkayu) dengan komponen peternakan (atau binatang ternak/pasture) disebut sebagai sistem silvopastura. Beberapa contoh silvopastura (Nair, 1993), antara lain: Pohon atau perdu pada padang penggembalaan (Trees and shrubson pastures), atau produksi terpadu antara ternak dan produk kayu (integrated

production of animals and wood products).

Kedua komponen dalam silvopastura seringkali tidak dijumpai pada ruang danwaktu yang sama (misal: penanaman rumput hijauan ternak di bawah tegakanpinus, atau yang lebih ekstrim lagi adalah sistem ‘cut and carry’ pada pola pagarhidup/living fences of fodder hedges and shrubs; atau pohon pakanserbaguna/multipurpose fodder trees pada lahan pertanian yang disebut

proteinbank). Meskipun demikian, banyak pegiat agroforestri

tetapmengelompokkannya dalam silvopastura, karena interaksi aspek konservasidan ekonomi (jasa dan produksi) bersifat nyata dan terdapat komponenberkayu pada manajemen lahan yang sama.

3. Agrosilvopastura (Agrosilvopastural systems)

(4)

berkayu/kehutanan) kepada manusia/masyarakat (to serve people).Tidak tertutup kemungkinan bahwa kombinasi dimaksud juga didukung olehpermudaan alam dan satwa liar (lihat Klasifikasi agroforestri berdasarkan

MasaPerkembangannya). Interaksi komponen agroforetri secara alami ini

mudahdiidentifikasi. Interaksi paling sederhana sebagai contoh, adalah peranantegakan bagi penyediaan pakan satwa liar (buah-buahan untuk berbagaijenis burung), dan sebaliknya fungsi satwa liar bagi proses penyerbukan atauregenerasi tegakan, serta sumber protein hewani bagi petani pemilik lahan.

Sistem Silvopastura

Menurut Ainurrasjid (2001) mengatakanbahwa silvopastura adalah bentuk agroforestri yangmerupakan campuran kegiatan kehutanan danpeternakan, yang dilaksanakan di bawah tegakanhutan (Agathis sp, Pinus sp, Albizia sp, dan lainlain).Pada tegakan tersebut ditanami rumput-rumputan secara bersama-samatanpa merusak tegakannya. Sehingga sistemsilvopastura merupakan upaya pengelolaan lahanhutan untuk menghasilkan kayu dan untukmemelihara ternak.

(5)

HasilpenelitianMansyur,et al., (2009) diketahuibahwabudidaya HMT

sepertirumputgajahdengansystemsilvopastura di DesaCijambumerupakansilvopastura yang dilakukanpenanamantanamanpakanpadasaat tanamankehutanansudahdewasa.

Silvopastura yang adaseluas 38 ha, terdiridari 28 ha pengembangan yang pertama,

10 ha adalahpengembangantahapdua.Alasanpeternaksapiperahdalammelaksanakansyste

msilvopastura.Pertama,kebutuhanpakanhijauanuntukpakanternaksapiperahnya, karenakegiatanusahasapiperahdianggapmampumeningkatkanstabilitasekonomi, sehinggakeberlangsunganusahatemaksapiperahperluterusdipertahankandengansela

lumenggunakan HMT. Kedua, adanyakeinginanuntukmeningkatkanpenggunaansumberdayaalam yang lain,

berupalahankehutanan, agar memberikanmanfaat yang lebihtinggi.Petemaksangatmenyadaribahwasumberdayalahan yang dimilikinyatidakakanmampumendukungusahapeternakansapiperahnysecaraoptima

l.

Aspek Sosial Ekonomi masyarakat

(6)

Keadaan sosial masyarakat setempat dapat dikatakan baik, hal ini terlihat karena jarangnya konflik yang terjadi di wilayah tersebut. Jika dikaitkan dengan sistem silvopastura, keharmonisan warga terlihat dengan adanya tolong menolong antara yang satu dengan yang lainnya.

Umur

Berdasarkan hasil wawancara, semakin tua umur responden ( >50 tahun) biasanya semakin lamban mengadopsi inovasi, dan cenderung hanya melaksanakan kegiatan - kegiatan yang sudah biasa diterapkan oleh warga masyarakat setempat. Hal ini sesuai dengan penelitian Soekartawi (1988) bahwa semakin muda petani biasanya mempunyai semangat untuk ingin tahu apa yang belum mereka ketahui sehingga dengan demikian mereka berusaha untuk lebih cepat melakukan adopsi inovasi.Dinusia yang muda juga, mereka juga belum berpengalaman dalam soal adopsi inovasi tersebut.

Petani yang berusia lanjut yaitu berumur 50 tahun ke atas biasanya fanatik terhadap tradisi dan sulit untuk diberikan pengertian-pengertian yang dapat mengubah cara berpikir, cara kerja dan cara hidup. Mereka cenderung bersikap apatis terhadap adanya teknologi baru sehingga mereka hanya melaksanakan kegiatan yang sudah biasa diterapkan oleh pendahulu atau masyarakat sekitar (Kartasapoetra, 1991).

Pendidikan formal

(7)

pertanian adalah berjalan secara tidak langsung, kecuali bagi mereka yang belajar secara spesifik inovasi baru tersebut.

Sekolah dinamakan lembaga pendidikan formal karena mempunyai bentuk yang jelas, dalam arti memiliki program yang telah direncanakan dengan teratur dan ditetapkan dengan resmi, misalnya di sekolah ada rencana pelajaran, jam pelajaran dan peraturan lain yang menggambarkan bentuk dari program sekolah secara keseluruhan (Hasbullah, 2005).

Luas kepemilikan lahan

Rusdiyanto (2005) menambahkan bahwa, setiap hari lahan pertanian mengalami penyusutan, akibat dari pembangunan yang sangat pesat di bidang properti dan industri. Adapun lahan pertanian yang tersisa untuk bercocok tanam bagi sebagian besar masyarakat perkotaan, hanya berupa lahan pekarangan. Karenanya, betapapun terbatasnya lahan pekarangan yang dimiki, akan tetapi bila dimanfaatkan secara optimal, dapat mendatangkanhasil yang cukup menguntungkan.

Pendapatan Usaha Ternak

(8)

Pendapatan usaha ternak sangat dipengaruhi oleh banyaknya ternak yang dijual oleh peternak itu sendiri sehingga semakin banyak jumlah ternak maka semakin tinggi pendapatan bersih yang diperoleh (Soekartawi, 1995).

Komponen penyusun silvopastura

Komponen penyususn silvopastura meliputi komponen kehutanan (atau tanaman berkayu) dengan komponen peternakan (pasture) disebutsebagai sistem silvopastura. Beberapa contoh silvopastura (Nair, 1993), antara lain: Pohon atau perdu pada padang penggembalaan (Trees and shrubs on pastures), atau produksi terpadu antara ternak dan produk kayu (integrated production of animals and wood products). mengelompokkannya dalam silvopastura, karena interaksi aspek konservasi dan ekonomi (jasa dan produksi) bersifat nyata dan terdapat komponen berkayu pada manajemen lahan yang sama.

Mustofa, dkk. (2003) mendefinisikan bahwa silvopastura merupakan salah satu sistem agroforestri yang mengintergrasikan antara tegakan pohon, tanaman pakan, dan temak dalam suatu kegiatan yang terstruktur dan menggambar berbagai interaksi. Tujuan silvopastura sendiri bagaimana dapat mengoptimalkan ketiga komponen tersebut. Pada sistem tersebut tegakan pohon diatur untuk menghasilkan kayu gelondongan yang bernilai tinggi, dan mengelola vegetasi dibawah tegakan yang berupa tanaman pakan untuk dapat disajikan atau digembalakan oleh ternak.

Populasi Ternak

(9)

kesimpulannya.Jadipopulasi bukan hanya orang, tetapi juga benda-benda alam yang lain.

Kerbau

Kerbau adalah ternak asli daerah panas dan lembab, khususnya di daerah belahan utara tropika. Ternak kerbau sangat menyukai air. Sisa – sisa fosil kerbau yang sekarang masih tersimpan di India (Lembah Hindus) menunjukkan bahwa kerbau telah ada sejak zaman Pliocene. Kerbau lumpur domestikasi tampaknya berasal dari daratan China. Kerbau termasuk familia Bovidae dan sejarah mencatat telah diternakkan di India, Malaysia dan Mesir. Ternak ini berfungsi triguna : perah, daging dan ternak kerja. Kemampuannya yang menonjol adalah dapat memanfaatkan tanaman yang terkasar dan merubahnya menjadi produk ternak (Reksohadiprodjo, 1984).

Ketersediaan Pakan Ternak

Pakan adalah bahan makanan tunggal atau campuran, baik yang diolah maupun yang tidak diolah, yang diberikan kepada hewan untuk kelangsungan hidup, berproduksi, dan berkembang biak. Pakan merupakan faktor utama dalam keberhasilan usaha pengembangan peternakan disamping faktor bibit dan tatalaksana. Pakan yang berkualitas akan sangat mendukung peningkatan produksi maupun reproduksi ternak (Anggorodi, 1985).

(10)

sela-selatanaman kehutanan atau ditanam di bawahtegakan pohon. Pada umumnya pengembanganusaha ternak di lahan kering lebih banyakditekankan pada peningkatan populasi ternak. Kekurangan pakan merupakansalah satu kendala dalam pengembangan ternak.(Adimihardja, 1990 dalam Salomon, 2005).

Jenis pakan ternak yang terpenting adalah hijauan karena merupakan pakan utama temak ruminansia, 70% dari makanan temak ruminansia adalah hijauan (Nitis, et al., 1992), sehingga ketersediaan pakan baik dari segi kuantitas, kualitas dan secara berkesinambungan sepanjang tahun perlu diperhatikan. Beberapa jenis hijauan pakan dapat dijadikan alternatif pilihan untuk menjamin ketersediaan hijauan pakan ternak baik dari segi kuantitas maupun segi kualitas yang tinggi.

Menurut Syamsu (2008) hijauan pakan ternak adalahsemua pakan sumber serat kasar yang berasal daritanaman, khususnya bagian tanaman yangberwarna hijau. Sebagaimana diketahui pakanternak bisa dibagi menjadi lima jenis, yaitu hijauanpakan ternak, sisa hasil pertanian, hasil ikutanpertanian, limbah agroindustri dan pakan nonkonvensional. Sisa hasil pertanian, hasil ikutanpertanian dan limbah agroindustri biasanya disebutsebagai limbah tanaman. Hijauan pakan ternakberupa rumput dan leguminosa merupakan halpenting bagi produksi dan pengembangan temakruminansia. Hijauan pakan ternak dapat dibagimenjadi dua kategori.Pertama hijauan liar yaituhijauan yang tidak sengaja ditanam dan tumbuhdengan sendirinya dan yang kedua yaitu hijauan menjaga kelestarian hutan.

(11)

atau teras bangku pada lahan-lahan miring, selalu dilengkapi dengan penanaman rumput atau leguminosa pada bagian guludan atau bibir pada tebing teras yang sesuai untuk pakan dan penguat teras dan juga ditanam disela-sela tanaman kehutanan atau ditanam di bawah tegakan pohon. Pada umumnya pengembangan usaha ternak di lahan kering lebih banyak ditekankan pada peningkatan populasi ternak, tetapi kurang didukung oleh upaya pengembangan hijauan pakannya. Kekurangan pakan merupakan salah satu kendala dalam pengembangan ternak. Khususnya pada musim kemarau pengembangan hijauan pakan lahan kering, baik rumput maupun leguminosa, merupakan suatu usaha penting dalam rangka untuk mendukung pengembangan pakan ternak dalam suatu sistem usaha tani (Adimihardja, 1990 dalam Salomon, 2005).

Perencanaan pengembangan HMT dengan sistem silvopastura untuk kebutuhan hijauan peternak. Tentunya penggunaan rumput gajah sebagai bahan baku pakan ternak ruminansia hanya tidak memungkinkan, maka perlu adanya pemilihan spesies yang persisten dalam sistem silvopastura dan dapat digunakan untuk bahan baku. Jenis - jenis hijauan pakan yang cocok untuk ditanam dan tumbuh di bawah naungan telah banyak dilakukan dan telah banyak menghasilkan jenis hijauan yang cocok untuk dikembangkan pada berbagai kondisi tersebut contoh rumput gajah (Pennisetum purpureum L.), rumput setaria (Setaria sp.) (Salomon, 2005).

(12)

termasuk cuaca dan perlakuan manusia atau manajemen. McIlroy (1977) dalam Riyanto(2008) menjelaskan bahwa produktivitas rumput tergantung pada faktor-faktor seperti persistensi (ketahanan) agresivitas, kemampuan tumbuh kembali, sifat tahan kering dan tahan dingin, penyebaran produksi musiman, kesuburan tanah, dan iklim.

Hasil penelitian Prasetyo (2008) diketahuiproduksi rumput gajah dengan luas lahan 1 Ha mampu menampung sapi perah sebanyak 20 ekor selama setahun sedangkan kebutuhan ternak sapi akan hijauan segar yaitu 10% dari berat badan per hari per ekor. Jikaberat seekor sapi perah 600 kg, maka kebutuhan hijauan per hari adalah 60 kg, jadi kebutuhan akan hijauan per tahun 21,9 ton. Berdasarkan perhitungan tersebut berarti rumput raja dapat menampung 49 ekor sapi perah/ha/tahun secara potong angkut.

Pakan kambing sebagian besar terdiri dari hijauan, yaitu rumput dan daun- daunan tertentu (daun nangka, daun waru, daun pisang dan daunan leguminosa). Seekor kambing dewasa membutuhkan kira - kira 6 kg hijauan segar sehari yang diberikan 2 kali, pagi dan sore, tetapi kambing lebih suka mencari dan memilih pakannya sendiri di alam terbuka. Untuk kambing jantan yang sedang dalam periode memacek sebaiknya ditambah pakan penguat (konsentrat) ± 1 kg. Konsentrat yang terdiri dari campuran 1 bagian dedak dengan 1 bagian bungkil kelapa ditambah garam secukupnya adalah cukup baik sebagai pakan penguat. Pakan penguat tersebut diberikan sehari sekali dalam bentuk bubur yang kental (Sosroamidjojo, 1985).

(13)

beberapa jenis hijauan yang dalam keadaan segar masih mengandung racun yang bisa membahayakan kehidupan ternak ruminansia, misalnya daun singkong dan gliricidae. Karenanya, pakan berupa hijauan tersebut harus dilayukan terlebih dahulu selama 2-3 jam dibawah terik matahari. Bisa juga diinapkan selama semalam sebelum diberikan kepada ternak (Sodiq dan Abidin, 2002).

Komposisi Jenis Tanaman Kehutanan

Komposisi jenis adalah susunan dan jumlah jenis pada suatu komunitas tumbuhan. Komposisi jenis bisa bersifat homogen juga heterogen. Lahan yang memiliki komposisi jenis yang homogen artinya lahan tersebut baik pekarangan maupun hutan di dominasi kira-kira 90 % jenis yang sama, sehingga terlihat seragam. Keadaan seperti ini dalam suatu tegakan biasa disebut dengan tegakan murni, sedangkan apabila tersusun atas jenis-jenis yang beragam disebut tegakan campuran (Mahendra, 2009).

Komposisi jenis merupakan kumpulan dari beberapa vegetasi. Menurut Spuur dan Barnes (1980) vegetasi merupakan kumpulan tumbuh-tumbuhan yang hidup di suatu wilayah yang tersusun atas berbagai jenis dengan kelimpahan relatifnya. Vegetasi disuatu wilayah dapat dilukiskan dengan berbagai cara baik struktur, kelimpahan, kepadatan dan lain-lainnya.

(14)

sehingga di beberapa daerah misalnya Gunung kidul, bebrapa jenis rumput seperti kolonjono sudah banyak dibudidayakan (Mahendra, 2009).

Kontribusi Terhadap Pendapatan Rumah Tangga

Aktivitas perekonomian akan menghasilkan tambahan pendapatan masyarakat pada suatu periode tertentu. Dengan kegiatan-kegiatan kehutanan yang baik, sumber-sumber daya hutan mampu memberikan kontribusi langsung dalam meningkatkan pendapatan masyarakat. Mata pencaharian masyarakat di pedesaan, mengandalkan pemanfaatan langsung hasil pertanian dan hutan serta berbagai sumber pendapatan lainnya yang dihasilkan dari penjualan hasil hutan atau dari upah pekerja (Prasetyo, 2008).

Sumber pendapatan utama rumah tangga dilokasi penelitian berasal dari pengelolaan agroforestri karet yaitu Rp. 485. 415.000 (78, 47 %), dan sisanya Rp. 133.333.000 (21,53%) berasal dari luar agroforestri. Dengan persentase pendapatan sebesar 78, 47% terhadap total pendapatan rumah tangga, maka pengelolaan agroforestri karet di Desa Lau Demak memberikan kontribusi yang signifikan terhadap pendapatan rumah tangga (Azmy, 2004).

(15)

Referensi

Dokumen terkait

Setelah dilakukan penelitian terhadap 81 responden tentang penelitian hubungan kebiasaan merokok remaja dengan gangguan pola tidur di SMA Negeri 9 Pekanbaru maka didapatkan

Konidium berwarna bening (hialin), ramping, lurus atau agak membengkok, bagian pangkal tumpul tetapi meruncing ke bagian ujungnya dan bersekat-sekat, sedangkan konidioforanya

Penelitian ini bertujuan untuk; (1) mengetahui daya hambat ekstrak antibakteri isolat bakteri usus itik terhadap bakteri Gram positif, (2) mengetahui perbedaan

Halim Ali telah mencapai satu tahap keunggulan dalam berkarya apabila mempertentangkan aspek di luar batas kebiasaan dalam diksi bahasa penulisan sajak.. Halim Ali; introspeksi;

tidak meninggalkan pelajaran kesenian. Pemilihan materi yang menarik oleh guru membuat saya a b c d. tidak merasa hosan helajar kesenian sehingga

Pemberian pupuk NPK berbagai dosis pada jabon merah dengan media campuran tanah PMK, kompos dan pasir dengan perbandingan 2:1:1 tidak berpengaruh pada pertambahan

Proses belajar mengajar adalah proses pembelajaran dari tidak tahu menjadi tahu atau proses penyampaian informasi dari sumber informasi melalui media tertentu kepada

jantung pada dinding dada.Batas bawahnya adalah garis yang menghubungkan sendi kostosternalis ke-6 dengan apeks jantung... FISIK DIAGNOSTIK JANTUNG DAN