• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN BAB II DRAMATISME DALAM KAJIAN KOMUNIKASI - Dramatisme Pidato Kenegaraan Pertama Presiden Joko Widodo (Analisis Wacana Pidato Kenegaraan Pertama Presiden RI Joko Widodo Pasca Dilantik dalam Perspektif Dramatisme)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN BAB II DRAMATISME DALAM KAJIAN KOMUNIKASI - Dramatisme Pidato Kenegaraan Pertama Presiden Joko Widodo (Analisis Wacana Pidato Kenegaraan Pertama Presiden RI Joko Widodo Pasca Dilantik dalam Perspektif Dramatisme)"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

LEMBAR PERSETUJUAN ... ii

HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ... iii

LEMBAR PENGESAHAN ... iv

KATA PENGANTAR ... v

LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ... viii

ABSTRAK ... ix

ABSTRACT ... x

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Masalah ... 1

1.2 Fokus Masalah ... 9

1.3 Tujuan Penelitian ... 10

1.4 Manfaat Penelitian ... 10

BAB II DRAMATISME DALAM KAJIAN KOMUNIKASI 2.1 Dramatisme ... 11

2.1.1 Sejarah ... 12

2.1.2 Asumsi Dramatisme ... 16

2.1.3 Dramatisme dan Retorika ... 18

2.1.4 Identifikasi dan Subtansi ... 19

2.1.5 Proses Rasa Bersalah dan Penebusan ... 20

2.1.6 Istilah Tuhan dan Iblis ... 21

2.1.7 Heurisme ... 22

2.2 Dramatisme dan Komunikasi Politik ... 23

(2)

2.3.1 Rasio Dramatistik ... 29

2.4 Kritik Dramatisme ... 29

2.4.1 Kegunaan ... 30

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Paradigma ... 31

3.2 Metode Penelitian ... 36

3.3 Subjek Penelitian ... 39

3.4 Objek Penelitian ... 39

3.5 Aspek Kajian ... 39

3.6 Teknik Pengumpulan Data ... 41

3.7 Teknik Analisis Data ... 41

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian ... 42

4.1.1 Latar Belakang Presiden Joko Widodo ... 42

4.1.2 Pendekatan Dramatisme dalam Pidato Kenegaraan Pertama Presiden Joko Widodo ... 50

4.1.2.1 Ekstra Tekstual ... 50

4.1.2.2 Tekstual Sentrik ... 58

4.1.2.3 Tekstual Seminal ... 92

4.2 Pembahasan ... 93

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 100

(3)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

2.1 Ilustrasi Pentad Drama 26

Paragraf 1 58

Paragraf 2 61

Paragraf 3 64

Paragraf 4 66

Paragraf 5 70

Paragraf 6 72

Paragraf 7 74

Paragraf 8 75

Paragraf 9 77

Paragraf 10 80

Paragraf 11 81

Paragraf 12 82

Paragraf 13 85

Paragraf 14 86

Paragraf 15 88

(4)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

(5)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul

1 Teks Pidato

2 Biodata Joko Widodo

3 Foto Joko Widodo saat pembacaan pidato

kenegaraan pertama dan suasana pelantikan

4 Biodata Peneliti

(6)

BAB I PENDAHULUAN

1.1Konteks Masalah

Salah satu fenomena yang menarik dalam dunia politik Indonesia adalah Joko Widodo. Karier pria yang akrab dipanggil Jokowi ini terbilang luar biasa dari pengusaha meubel ia banting setir ke dunia politik dan terpilih menjadi Wali Kota Solo selama dua periode dengan masa bakti 2005-2010 dan 2010-2015. Belum genap masa kepemimpinannya menjadi Wali Kota Solo di periode keduanya, ia lalu ditunjuk oleh warga ibukota menjadi Gubernur Jakarta pada tahun 2012. Kemenangannya sering kali dinilai memberikan harapan baru bagi pemerintahan yang baru dan bersih.

Semenjak dilantik menjadi Gubernur Jakarta periode 2012-2017 pada 8 Oktober 2012, ia terus menjadi sorotan media. Muncul wacana untuk menjadikannya calon presiden ditambah hasil survey yang menunjukkan keunggulan namanya dibanding calon presiden lain. Pada 14 Maret 2014, Joko Widodo menerima mandat dari Megawati Soekarnoputri ketua umum Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan untuk maju sebagai calon presiden berpasangan dengan Jusuf Kalla.

(7)

Pemilihan umum Presiden dan Wakil Presiden tahun 2014 sendiri diikuti oleh dua pasangan calon yaitu Prabowo Subianto, mantan Panglima Kostrad berpasangan dengan mantan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian 2009-2014, serta Joko Widodo berpasangan dengan Jusuf Kalla, mantan Wakil Presiden RI pada periode 2004-2009. Dua pasang calon kemudian melakukan pengundian nomor urut pada 1 Juni 2014 di kantor KPU pusat Jakarta. Hasil pengambilan nomor urut ini menempatkan pasangan Prabowo-Hatta Radjasa pada nomor urut pertama dan pasangan Joko Widodo-Jusuf Kalla pada nomor urut kedua.

Joko Widodo mempunyai strategi sendiri untuk menggalang dana kampanye. Jika kebanyakan para politisi menggalang dana kampanye dari dompet sendiri atau sumbangan dari beberapa instansi terkait Joko Widodo kali ini menggalang sumbangan dari para relawan pendukungnya. Penggalangan dana kampanye tersebut dilakukan pihak Joko Widodo-Jusuf Kalla dengan membuka tiga akun rekening di sejumlah bank di Indonesia. Ratusan pendukung pun beramai-ramai menyumbangkan beberapa rupiah ala kadarnya untuk mendukung pasangan calon presiden pilihan mereka tersebut.

Kampanye pemilu presiden dimulai pada 4 Juni hingga 5 Juli 2014 dalam rapat terbuka dan debat calon yang terdiri dari lima sesi yang dilaksanakan pada tanggal 9 Juni, 15 Juni, 22 Juni, 29 Juni dan 5 Juli 2014 yang masing-masing membahas materi masalah umum seperti masalah kepastian hukum, demokrasi, pembangunan ekonomi, politik internal, ketahanan nasional dan sebagainya. Menjelang pemilihan umum presiden, terdapat berbagai macam kampanye hitam yang dialamatkan kepada Joko Widodo, seperti isu capres boneka, keislaman Joko Widodo yang diragukan, tuduhan bahwa Joko Widodo adalah orang Tionghoa yang merupakan putra dari Oei Hong Leong, hingga klaim bahwa ia adalah antek zionis dan antek Amerika.

(8)

kemenangannya sambil mengutip lembaga survey lainnya. Sebelum pengumuman resmi dari Komisi Pemilihan Umum, Prabowo meminta KPU menunda pengumuman agar partainya dapat memeriksa dugaan kecurangan pada proses pemungutan suara, namun permintaan ini ditolak oleh KPU. Ia menuntut diadakannya pemungutan suara ulang di beberapa daerah yang diduga melakukan manipulasi pada proses pemilihan suara. Pada tanggal 22 Juli 2014, tepat di hari pengumuman hasil resmi oleh KPU yang menyatakan kemenangan pasangan Joko Widodo-Jusuf Kalla, Prabowo menyatakan menarik diri dari proses pemilihan umum dalam pidatonya yang disiarkan langsung berimplikasi bahwa ia akan menggugat KPU ke Mahkamah Konstitusi (http://id.wikipedia.org/wiki/ Pemilihan_umum_Presiden_Indonesia_2014 bagian 7 tentang Penghitungan dan Hasil).

Gugatan ke Mahkamah Konstitusi akhirnya dimasukkan pihak Prabowo pada tanggal 25 Juli 2014 dengan klaim kemenangan seharusnya ada di pihak Prabowo dengan membawa bukti–bukti. Inti gugatannya adalah adanya kejanggalan jumlah DPKTb (Daftar Pemilih Khusus Tambahan). Pelanggaran pemilu yang terstruktur, sistematis dan masif, mempermasalahkan sistem noken di Papua serta kesaksian kubu Prabowo yang mengklaim merasa diancam saat pemilu berlangsung. Pada tanggal 21 Agustus 2014, MK memutuskan menolak secara keseluruhan gugatan tim hukum Prabowo–Hatta (http://id.wikipedia.org/ wiki/Pemilihan_umum_Presiden_Indonesia_2014 bagian 8 tentang gugatan pasca pilpres)

(9)

jumlah kursi DPR sementara partai pendukung Joko Widodo yang terdiri atas Partai Demokrasi Perjuangan (PDIP), Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), Partai Nasional Demokrat (Nasdem), Partai Hati Nurani Rakyat (Hanura), Partai Keadilan dan Persatuan Indonesia (PKPI) hanya memegang 36,46% kursi DPR dengan jumlah 208 kursi parlemen. Partai oposisi terlihat menguasai lebih banyak kursi di lembaga legislatif tersebut jika dibandingkan dengan partai pendukung Joko Widodo sendiri. (http://id.wikipedia.org/wiki/Pemilihan_umum_Presiden _Indonesia_2014 bagian 1 tentang kandidat)

Menjelang pemerintahan Joko Widodo, koalisi merah putih memegang kendali terhadap parlemen. koalisi merah putih mulai bergerak di parlemen saat pemilihan ketua DPR. koalisi merah putih bersitegang mengenai legalisasi menyangkut Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2009 tentang Majelis Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (UU MD3). Yang pada intinya, partai pemenang pemilu tidak harus menjadi pimpinan di parlemen. Terpilihnya lima elite dari partai politik koalisi merah putih sebagai pimpinan DPR dan dominannya koalisi pengusung Prabowo Subianto-Hatta Rajasa di parlemen diduga akan menjadi ganjalan bagi Joko Widodo-Jusuf Kalla dalam menjalankan program yang juga butuh persetujuan DPR (http://lipsus.kompas.com/topik pilihanlist/3143/1/ pro.kontra.uu.md3).

(10)

bagi koalisi merah putih yang akan bergabung pada pemerintahan Joko Widodo. Padahal, pada masa kampanye Joko Widodo pernah mengutarakan bahwa pemerintahan bukan ajang bagi–bagi kekuasaan.

PDI-P sebagai partai pemenang pemilu yang mengusung Joko Widodo mencurigai ada maksud tersembunyi dibalik ngototnya partai politik yang tergabung dalam koalisi merah putih tersebut untuk menguasai jajaran pimpinan DPR dan MPR beserta alat kelengkapannya. PDI-P khawatir koalisi merah putih sedang merancang strategi untuk menghambat pelantikan Joko Widodo-Jusuf Kalla pada 20 September 2014. Koalisi merah putih menyatakan bahwa keinginan partai koalisi merah putih untuk menduduki kursi kepemimpinan semata–mata demi kemaslahatan bangsa dan meningkatkan peran dan fungsinya (DPR dan MPR) dalam pembangunan nasional ke depan bukan untuk mengincar kekuasaan. Wacana penjegalan pelantikan Joko Widodo-Jusuf Kalla terdapat pada pernyataan Wakil Ketua Umum Dewan Pembina Partai Gerindra Hashim Djojohadikusumo yang juga merupakan adik kandung Prabowo Subianto. Hashim mengaku ia menjadi penyandang dana utama Joko Widodo selama masa kampanye pilkada DKI Jakarta. Ini bukan pertama kalinya Hashim mengungkit soal dana kampanye saat pilkada Jakarta. Di masa kampanye pilpres, Hashim menyebut dirinya dibohongi Joko Widodo. Ia mengaku mengeluarkan Rp. 52.000.000.000 (lima puluh dua miliar) untuk kampanye pilkada Jakarta. (http://www.pemilu.com/jokowi-vs-prabowo-pilpres-2014/)

Hashim mengatakan, ada harga yang harus dibayar Presiden terpilih Joko Widodo atas langkahnya "meninggalkan Jakarta" dan mencalonkan diri dalam pilpres yang lalu. Hashim, dalam artikel yang ditayangkan "The Wall Street Journal" online, menganggap langkapersonal betrayal". Ia

(11)

bahwa tidak akan ada yang mengganggu pelantikan Joko Widodo sebagai presiden pada 20 Oktober 2014. Ia membantah isu tentang rencana penjegalan

Konstitusi

(http://nasional.kompas.com/read/2014/10/07/20455591/Hashim.Sebut.Ada.Harg a.yang.Harus.Dibayar.Jokowi.atas.Pencapresannya)

Menjelang pelantikan Joko Widodo–Jusuf Kalla, pesta syukuran rakyat di sebagian jalan protokol Jakarta siap merayakan pelantikan Joko Widodo. Sebelum pelantikannya Joko Widodo tengah bersiap dengan pidato kenegaraan pertamanya. Ia menyampaikan pidato pertamanya sebagai RI-1 usai pembacaan sumpah di Gedung DPR/MPR. Diduga, Tim 11 yang merupakan orang terdekat Joko Widodo yang sudah mendampingi sejak mencalonkan diri sebagai calon gubernur DKI Jakarta memang diminta oleh Joko Widodo untuk mempersiapkan struktur naskah pidato. Namun naskah pidato tetap ditulis dan difinalisasikan sendiri oleh Joko Widodo. Awalnya, MPR memberikan alokasi waktu 45 menit bagi Joko Widodo untuk berpidato. Namun durasi ini dipangkas oleh Joko

Widodo yang hanya memanfaatkan waktu sebanyak 10 menit.

(http://www.jpnn.com/read/2014/10/19/264520/Siapa-Saja-Pembuat-Pidato-Pela ntikan-Jokowi-)

Tanggal 20 Oktober 2014 menjadi sejarah besar bangsa Indonesia. Pelantikan Joko Widodo–Jusuf Kalla berlangsung aman tanpa penjegalan seperti yang dijanjikan Ketua MPR Zulkifli Hasan. Seusai mengucap sumpah jabatan presiden, Joko Widodo menyampaikan pidato yang tidak terlalu panjang. Dalam pidatonya, beberapa hal diuraikan Joko Widodo, sebagaimana janjinya dalam masa kampanye pemilu presiden lalu. Misalnya, mewujudkan Indonesia yang berdaulat secara politik, berdikari di bidang ekonomi dan berkepribadian di bidang budaya. Joko Widodo mengingatkan pentingnya menjadikan sektor maritim sebagai prioritas. Ia juga menyatakan pentingnya persatuan dan kerja keras.

(12)

Encyclopedia of Communication Theory (2009) yang di dalamnya memuat

lengkap berbagai macam teori mulai dari teori sistem, semiotika, wacana (discourse), produksi pesan, proses dan penerimaan pesan, interaksionisme simbolik, dramatisme, naratif, realitas sosial dan budaya, pengalaman dan interpretasi, hingga teori kritis. Adapula yang melihat teori komunikasi dari topik dan levelnya, sebagaimana dikerjakan Heath dan Bryant dalam bukunya Human Communication Theory and Research: Concepts, Contexts, and Challenges

(2012) yang mencakup proses komunikasi, bahasa, makna, dan pesan, informasi dan ketidakpastian, persuasi, komunikasi interpersonal, komunikasi organisasi dan komunikasi massa.

Tanpa menghilangkan tradisi kualitatif yang lebih dahulu berkembang, dalam dekade 90-an metode penelitian komunikasi diperkaya dengan analisis wacana (discourse analysis). Analisis wacana berkembang pesat, termasuk di Indonesia. Kehadiran buku–buku yang berkenaan dengan wacana antara lain Fairclough (1995a dan 1995b), Mills (1997), Gee (1999,2005) dan Titscher dkk (2000) serta penerbitan buku dalam negeri seperti Sobur (2001), Eriyanto (2001), dan Hamad (2004), memperkuat metode dan pelaksanaan riset dengan memakai analisis wacana, baik sebagai analisis teks maupun sebagai analisis wacana kritis (critical discourse analysis) di program Strata-1, Strata-2, dan Strata-3 Ilmu Komunikasi, bahkan dalam dunia praktis terutama bidang humas korporasi (Hamad dalam jurnal komunikasi Mediator 2006: 260)

(13)

Semua perkembangan ini tentu aja mengharuskan kita menata kembali cara pandang kita terhadap pendekatan komunikasi. Bahwasanya dari segi caranya pesan dikelola terdapat satu pendekatan lain dari komunikasi. Itulah yang disebut perspektif komunikasi sebagai wacana. Komunikasi sebagai proses konstruksi realitas dalam pandangan ini dipilih peneliti karena penelitian dilakukan dalam rangka menciptakan “kenyataan lain” atau “kenyataan kedua” melalui pembentukan sebuah wacana (discourse) sebagai “pengganti” dari realitas atau kenyataan pertama. Cara yang ditempuh dalam pembentukan wacana itu adalah suatu proses yang disebut konstruksi realitas atau construction of reality sehingga realitas yang telah diwacanakan itu disebut dengan realitas yang

telah dikonstruksikan (constructed of reality) (Hamad, 2004: 234).

Dari uraian di atas, kita dapat menarik implikasi bahwa khasanah teori komunikasi konstruksi realitas (communication as discourse) tidak hanya bersifat mengirimkan pesan, memajang sejumlah pesan untuk menarik perhatian, memanfaatkan simbol untuk menciptakan makna tertentu, atau membangun suasana kebersamaan. Komunikasi juga bersifat mengemas kepentingan dalam bentuk struktur pesan yang bermakna. Kehadiran ragam pendekatan komunikasi ini juga memberikan implikasi pada metode penelitian komunikasi. Pendekatan konstruksi realitas menghidupkan metode analisis wacana untuk membongkar realitas dibalik wacana. Akhirnya, perspektif komunikasi sebagai wacana memberi implikasi sosial. Kita dapat mendayagunakan wacana untuk kebaikan pada level individu, kelompok, organisasi sosial, dan global. Mengurangi dan mencegah konflik individu, sosial dan global melalui wacana yang bersifat meredam kekerasan (Hamad dalam jurnal komunikasi Mediator 2006: 266).

(14)

Hampir di segala tindakan, komunikasi Presiden dianggap penting sebagai unsur politik Presiden modern. Seiring berjalannya waktu, Presiden lebih banyak mencurahkan perhatian terhadap komunikasinya. Sekarang ini, banyak presiden yang memiliki staff yang dikhususkan untuk kegiatan komunikasi tunggalnya. Komunikasi Presiden menjadi pusat pertumbuhan politik di media massa dalam abad terakhir. Kebanyakan masyarakat sebenarnya hanya berharap pemimpinnya untuk berkomunikasi lebih intens dan panjang lebar tentang masalah publik saat ini, mereka tidak peduli tentang formalitas dalam pemerintahan. (Ryfe, 2005: 3)

Banyak literatur menganalisis tentang kemampuan presiden untuk memimpin opini publik. Penelitian seperti ini biasanya menganalisis kemampuan presiden untuk memanipulasi popularitas mereka seperti drama politik, pembuatan pidato dan kunjungan ke negara lain (MacKuen 1983; Ragsdale 1984, 1987). Dengan mempelajari sebuah pidato sebenarnya tidak berpatokan pada aspek fisilogi dan psikologi dari si pembicara. Namun, mempelajari bahasa yang disampaikan. Esensi dari bahasa terdiri dalam penugasan konvensional, secara sukarela diartikulasikan sesuai dengan unsur pengalaman (Sapir, 1921: 183).

Penelitian tentang pidato dengan menggunakan perspektif dramatisme semacam ini masih jarang dilakukan oleh akademisi di Indonesia, namun penelitian semacam ini sudah mulai marak diberlakukan di wilayah barat. Bahkan saat ini sudah terdapat jurnal online khusus yang membahas analisis teori yang diciptakan oleh Kenneth Burke terkhususnya Dramatisme. Hal ini yang menarik perhatian peneliti untuk mengkaji secara keilmuan pidato presiden Joko Widodo dalam perspektif dramatisme.

1.2Fokus Masalah

(15)

1.3Tujuan Penelitian

Penelitian ini di lakukan dengan maksud untuk mencapai tujuan berikut: 1. Untuk mengetahui manipulasi bahasa (dramatisme) yang didesain

Presiden Joko Widodo dalam pidatonya.

2. Untuk mengetahui realitas sosial yang ingin dibentuk Presiden Joko Widodo dalam pidatonya.

1.4Manfaat Penelitian

1. Secara akademis, penelitian ini dapat memberikan dampak positif dan menambah pengetahuan dalam khasanah penelitian komunikasi serta dapat dijadikan sebagai sumber bacaan mahasiswa FISIP USU khususnya Departemen Ilmu Komunikasi

2. Secara teoritis, penelitian ini dapat memberikan kontribusi berupa sumbangan pengetahuan baik kepada mahasiswa Ilmu Komunikasi maupun masyarakat secara umum untuk memperluas wacana pengetahuannya tentang dramatisme melalui pidato pemimpin.

Referensi

Dokumen terkait

Buku Fikih Ramadan juga meluruskan cara bacaan yang selama ini kurang tepat misalnya dalam bacaan kata “ramadhan” yang biasa dibaca dengan baris atas “ramadhana” seharusnya

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh perbaikan intensitas cahaya terhadap waktu reaksi pada siswa kelas enam Sekolah Dasar Nomor 8 Dauh Puri

Memiliki arti gaya rambat energy listrik yang dialirkan oleh tiga bidang usaha utama yang digeluti perusahaan yaitu pembangkitan, penyaluran dan distribusi yang seiring sejalan

Langkah selanjutnya adalah membayangkan bahwa jika Anda bertumpu pada guru-guru ini dengan benar dalam pikiran dan perbuatan, Anda akan memperoleh manfaat besar, tidak hanya

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian tindakan kelas ini, adalah sebagai berikut: 1) Observasi , Observasi merupakan teknik mengumpulkan data dengan

Kedua, terkait dengan fakta-fakta yang menunjukkan bahwa usia Aisyah RA adalah 6 tahun saat menikah dan 9 tahun ketika mulai tinggal bersama Nabi SAW juga diriwayatkan

Seperti halnya pada pengujian ALT, kadar kreatinin pada kelompok perlakuan memiliki pola yang relatif sama dengan kontrol (Gambar 4.F), sehingga dapat disimpulkan bahwa filtrat

Meningkatkan Pemahaman Kosakata Pada Siswa Disleksia Evaluasi pembelajaran dapat diartikan sekumpulan komponen yang saling berkaitan satu sama lain yang saling berkolaborasi di