• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 - Geografi Dialek Bahasa Minangkabau di Kabupaten Pesisir Selatan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN 1.1 - Geografi Dialek Bahasa Minangkabau di Kabupaten Pesisir Selatan"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Variasi bahasa sangat beragam ditemukan dalam masyarakat. Ketika

seseorang berinteraksi akan tampak perbedaan satu dengan lainnya. Perbedaan

tersebut biasa dilihat dari latar belakang etnis yang berbeda, situasi yang berbeda,

tujuan yang berbeda dan lain-lain. Perbedaan dari latar belakang etnis yang berbeda

lazim disebut dialek karena menyangkut beda wilayah atau geografi pemilik etnis

tersebut. Sebaliknya beda situasi, tujuan dan lain-lain disebut sebagai sosiolek karena

adanya kasus-kasus sosial di dalamnya. Menurut (Weijnen dalam Ayatrohaedi,

1983:1) dialek adalah sistem kebahasaan yang dipergunakan oleh suatu masyarakat

untuk membedakannya dari masyarakat lain yang bertetangga yang menggunakan

sistem yang berlainan walaupun erat hubungannya.

Di Indonesia dialek tercermin dalam bahasa. Salah satu bahasa daerah yang

ada di Indonesia adalah bahasa Minangkabau. Menurut Halim (1990:67), fungsi

bahasa daerah adalah sebagai lambang kebanggaan daerah, lambang identitas daerah

dan alat penghubung antarkeluarga dan masyarakat daerah.

Bahasa daerah sangat penting untuk dilestarikan dan penelitian tentang bahasa

daerah layak untuk dilaksanakan karena bahasa daerah merupakan sumber kosa kata

bahasa Indonesia. Begitu pun bahasa Minangkabau merupakan salah satu bahasa

(2)

komunikasi antarkeluarga serta menjadi alat pendukung kebudayaan dan lambang

identitas daerah itu sendiri.

Salah satu daerah yang menggunakan bahasa Minangkabau sebagai bahasa

sehari-hari dalam berkomunikasi adalah Kabupaten Pesisir Selatan. Kabupaten Pesisir

Selatan terletak di pinggir pantai, dengan garis pantai sepanjang 218 kilometer.

Topografinya terdiri atas dataran, gunung, dan perbukitan yang merupakan

perpanjangan gugusan Bukit Barisan.

Secara geografis Kabupaten Pesisir Selatan terletak pada, 0059’- 2028,6’

Lintang Selatan dan 1000190 – 101018’ Bujur Timur yang membujur dari Utara ke

Selatan dengan panjang garis pantai 287,2 km, tinggi dari permukaan laut 0 – 1000

meter, luas 5.749,89 km2, beriklim tropis dengan temperatur rata-rata 220C hingga

320 C pada siang hari, 220C hingga 280C pada malam hari. Luas perairan laut 84.312

km2. Kabupaten Pesisir Selatan dengan Ibukota Painan memiliki batas:

 Sebelah Utara : Kota Padang

 Sebelah Timur : Kabupaten Solok dan Provinsi Jambi

 Sebelah Selatan : Provinsi Bengkulu

 Sebelah Barat : Samudera Indonesia

Daerah pada kabupaten ini berdekatan dan terdapat beberapa kecamatan yang

ada di kabupaten ini. Di antaranya, Kecamatan Linggo Sari Baganti, Kecamatan Air

Pura dan Kecamatan Pancung Soal yang berdampingan dan tidak di antarai oleh

(3)

berbeda dan memiliki isolek yang berbeda. Berdasarkan wawancara dengan Bapak

Ahmad Hidayat, pegawai camat Linggo Sari Baganti mengatakan “Kecamatan Air

Pura dan Kecamatan Pancung Soal mendapat pengaruh budaya Kerajaan Ranah

Indojati dan pengaruh wilayah yang berbatasan dengan tiga provinsi yaitu Sumbar,

Jambi dan Bengkulu, sedangkan Kecamatan Linggo Sari Baganti tidak mendapat

pengaruh daerah lain karena perpotongan wilayah antara kabupaten dengan provinsi

lain tidak ada”.

Perbedaan isolek di ketiga kecamatan yang bersangkutan tersebut menjadi hal

yang menarik untuk dideskripsikan, antara lain apakah perbedaan isolek tersebut

merupakan dialek atau bukan. Perbedaan isolek yang terjadi adanya fonologis dan

leksikon. Di Kecamatan Linggo Sari Baganti terdapat kata [taga?P] untuk

menyatakan kata ‘berdiri’, sedangkan di Kecamatan Air Pura dan Kecamatan

Pancung soal terdapat kata [təga?], di Kecamatan Linggo Sari Baganti terdapat kata

[daŋaR] dan [daŋah] untuk menyatakan kata ‘dengar’, sedangkan di Kecamatan Air

Pura dan Pancung Soal terdapat kata[dəŋah], dan di Kecamatan Linggo terdapat kata

[bisua?] untuk menyatakan ‘besok’, di Kecamatan Air Pura dan Pancung Soal

terdapat kata [bisu?] perbedaan ini secara linguistik termasuk ke dalam perbedaan

fonologi. Adapun perbedaan leksikal, misalnya di Kecamatan Linggo Sari Baganti

digunakan kata [padusi] untuk menyatakan ‘perempuan’, sedangkan di Kecamatan

Air Pura dan Pancung Soal terdapat kata [tino]. Di Kecamatan Linggo Sari Baganti

(4)

terdapat kata [upa] untuk menyatakan ‘cium’, sedangkan di Kecamatan Air Pura dan

Pancung Soal terdapat kata [cium]. Selain perbedaan leksikal terdapat juga perbedaan

fonologi misalnya [daŋaR], [daŋah] dan [dəŋah] di Kecamatan Linggo Sari Baganti

tidak terdapat bunyi [R] pada akhir kata, sedangkan pada Kecamatan Air Pura dan

Pancung Soal muncul bunyi [R] pada akhir kata. Demikian juga pada bunyi [a]

bervariasi dengan bunyi [∂] pada Kecamatan Air Pura dan Pancung Soal. Pada kata

[bisua?] dan [bisu?] di Kecamatan Linggo Sari Baganti muncul bunyi [ua] di tengah

kata, sedangkan di Kecamatan Air Pura dan Pancung soal hanya muncul bunyi [u] di

tengah kata, bunyi [ua] bervariasi dengan bunyi [u]. Perbedaan di atas dapat dilihat

pada tabel berikut:

Tabel I. Perbedaan Isolek Ketiga Kecamatan

Beda

Leksikon [kilaki] [jatan] [jatan] lelaki

(5)

Fenomena tersebut di atas menyebabkan peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian tentang geografi dialek bahasa Minangkabau dengan wilayah penelitian di

Kabupaten Pesisir Selatan yang merupakan penutur bahasa Minangkabau. Kabupaten

Pesisir Selatan memiliki lima belas kecamatan di antaranya, yaitu Kecamatan Koto

XI Tarusan, Kecamatan Bayang, Kecamatan Bayang Utara, Kecamatan IV Jurai,

Kecamatan Batang Kapas, Kecamatan Sutera, Kecamatan Lengayang, Kecamatan

Ranah Pesisir, Kecamatan Linggo Sari Baganti, Kecamatan Air Pura, Kecamatan

Pancung Soal, Kecamatan Basa Ampek Balai Tapan, Kecamatan Ranah Ampek Hulu

Tapan, Kecamatan Lunang, Kecamatan Silaut. Dalam penelitian ini peneliti

menetapkan tiga kecamatan dari lima belas kecamatan yaitu, Kecamatan Linggo Sari

Baganti, Kecamatan Air Pura dan Kecamatan Pancung Soal. Ketiga kecamatan

tersebut memiliki khas wilayah yang berbeda dan cara bertutur yang berbeda

(6)
(7)

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas penulis merumuskan masalah sebagai berikut :

1. Bagaimanakah variasi isolek dalam bahasa Minangkabau pada bidang

fonologi dan leksikon di Kecamatan Linggo Sari Baganti, Kecamatan Air

Pura dan Kecamatan Pancung Soal?

2. Bagaimanakah garis isoglos dan berkas isoglos pada peta isolek bahasa

Minangkabau pada bidang fonologi dan leksikon di Kecamatan Linggo

Sari Baganti, Kecamatan Air Pura dan Kecamatan Pancung Soal?

3. Bagaimanakah penetapan isolek bahasa Minangkabau secara statistik

bahasa (dialektrometri) di Kecamatan Linggo Sari Baganti, Kecamatan

Air Pura dan Kecamatan Pancung Soal?

1.3 Batasan Masalah

Penelitian harus memiliki batasan masalah agar penelitian yang dilakukan

terarah sehingga tujuan penelitian dapat tercapai. Penelitian ini hanya meliputi

persamaan dan perbedaan variasi fonologi dan variasi leksikal dalam bahasa

Minangkabau di Kabupaten Pesisir Selatan secara deskriptif dan kemudian

diwujudkan dalam peta bahasa. Dalam penetapan status isolek bahasa Minangkabau

di Kabupaten Pesisir Selatan pada daerah pengamatan yang berupa tiga kecamatan

secara statistik hanya pada perhitungan leksikon, karena perbedaan leksikon sudah

(8)

1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian

1.4.1 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah:

1. Mendeskripsikan perbedaan dan persamaan variasi isolek bahasa

Minangkabau pada bidang fonologi dan leksikon di Kecamatan Linggo

Sari Baganti, Kecamatan Air Pura dan Kecamatan Pancung Soal.

2. Menggambarkan garis isoglos dan berkas isoglos pada peta isolek bahasa

Minangkabau pada bidang fonologi dan leksikon di Kecamatan Linggo

Sari Baganti, Kecamatan Air Pura dan Kecamatan Pancung Soal.

3. Menetapkan isolek bahasa Minangkabau secara statistik bahasa

(dialektrometri) di Kecamatan Linggo Sari Baganti, Kecamatan Air Pura

dan Kecamatan Pancung Soal.

1.4.2 Manfaat Penelitian

1.4.2.1 Manfaat Teoretis

Secara teoretis penelitian dialek bahasa Minangkabau di Kabupaten Pesisir

Selatan ini dapat memberi manfaat yaitu:

1. Menambah penelitian tentang dialektologi dan linguistik.

2. Menjadi bahan acuan dan sumber masukan bagi peneliti lain dalam

melakukan penelitian mengenai geografi dialek bahasa Minangkabau.

3. Menambah pengetahuan dan wawasan peneliti tentang geografi dialek

(9)

4. Hasil penelitian dialektologi akan dapat memberi status penamaan dialek

di Kabupaten Pesisir Selatan.

5. Variasi data fonologi dan leksikon akan dapat menjadi sumber data bagi

peneliti linguistik selanjutnya.

1.4.2.2 Manfaat Praktis

Secara Praktis manfaat dalam penelitian ini yaitu:

1. Sebagai informasi bagi pemerintah daerah mengenai hasil penelitian

tentang variasi dialek bahasa Minangkabau.

2. Melakukan pelestarian, pembinaan, dan pengembangan salah satu bahasa

nusantara khususnya bahasa Minangkabau.

3. Memperkenalkan bahasa Minangkabau kepada masyarakat sebagai salah

Gambar

Tabel I. Perbedaan Isolek Ketiga Kecamatan

Referensi

Dokumen terkait

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat dan karuniaNya sehinga penulisan laporan tugas akhir ini dengan judul “PERANCANGAN

Prayitno (2013:103) menjelaskan bahwa kinerja guru BK meliputi konsep dasar BK, bidang pelayanan, jenis layanan dan kegiatan pendukung, serta aspek-aspek terkait

Berdasarkan pengamatan pada UTD yang ada di Rumah Sakit Idaman Banjarbaru, darah yang didapat dari pendonor akan dilakukan pemeriksaan IMLTD atau uji saring darah dari

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh bentuk agregat dalam campuran beton berpori terhadap nilai porositas air, yang akan diaplikasikan pada

Another thing that is great about a park is that it is a place that people gather for special celebrations.. Summertime holidays like the Fourth of July and Memorial Day are spent

Pada hasil penelitian disimpulkan sebagai berikut; Dominasi penggunaan kategori headline pada iklan produk sabun mandi di majalah Femina periode Januari 2014 –

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jumlah tanāzu’ (frase koordinatif) dan mengenal posisi amil dalam tanāzu’ yang terdapat pada surah Al-Baqarah dan Ali-'Imr ā

Berdasarkan data Rekam Medis Kesehatan di Instalasi Rawat Inap RSUD Kabupaten Sidoarjo dari 30 pasien sirosis hati yang mendapatkan terapi obat golongan beta bloker,