• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN KEJADIAN DIS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN KEJADIAN DIS"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN KEJADIAN DISPEPSIA PADA MASYARAKAT USIA 30-49 TAHUN DI DESA SEPUNGGUK WILAYAH KERJA PUSKESMAS SALO TAHUN 2015

Syafriani

Dosen STIKes Tuanku Tambusai Riau, Indonesia

ABSTRACT

In Indonesia, the affected population is estimated dyspepsia approximately 40-50% of the population aged 40 years about 10 million people or 6.5% of the total population. In 2020 an estimated three-fold from 10 million to 28 million or 11.3% of the total population in Indonesia. Dyspepsia is a phenomenon characterized by heartburn, nausea, vomiting and bloating, full feeling, belching and a burning sensation in the chest yng spread. The design used in this study quantitative analytic with cross sectional design. The population in this study are all people aged 30-49 years in the village Sipungguk using simple random sampling method as many as 137 data collection was done in two ways using the primary data and secondary data. Analysis of the data used are univariate and bivariate. The results of the bivariate analysis is known to have a significant relationship between knowledge and the incidence of dyspepsia disease with p value 0.002. It is therefore expected for health workers in order to educate the public about the importance of diet and increase knowledge about the disease dyspepsia.

Keywords : Knowledge and Dyspepsia Bibliography : 23 (2001 - 2014)

PENDAHULUAN

Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial mungkin setiap orang hidup produktif secara sosial, dan ekonomis, pemeliharaan kesehatan adalah upaya penanggulangan dan pencegahan gangguan kesehatan yang memerlukan pemeriksaan, pengobatan dan perawatan ( WHO, World Health Organization, 2012)

Pengertian sehat meliputi kesehatan jasmani, rohani, serta sosial dan bukan sajak keadaan bebas dari penyakit, cacat dan kelemahan. Masarakat Indonesia di cita-citakan

adalalah: masyarakat yang mempunyai kesadaran, kemauan dan kemampuan untuk hidup sehat sehingga tercapai derajat kesehatan yang bermutu secara adil dan merata, serta memiliki derajat kesehatan yang setinggi-tingginya sebagai salah satu unsur dari pembangunan sumber daya manusia Indonesia seutuhnya (Depkes, RI, 2009).

(2)

Syafriani

ulu hati, perih, mual dan kembung. Penyebab penyakit dyspepsia bermacam-macam diantara tukak lambung yang disebabkan oleh obat NSAIDs (Non Steroidal Anti Inflammatory Drugs), polamakan, infeksi dan alcohol, faktor stress atau tekanan pskologis yang berlebihan dan pengetahuan. (Dhamika Djojoningrat, 2009).

Angka kejadian dispepsia diperkirakan antara 1-8% di Negara barat. Di Inggris dan Skandinava dilaporkan prevalensinya berkisar 7-14% tetapi hanya 10-20% yang mencari pertolongan medis. Insiden dyspepsia pertahun diperkirakan antara1-8%. Di Daerah Asia Pasifik, dyspepsia juga merupakan keluhan yang sering dijumpai (WHO, World Health Organization,2012).

Di Indonesia, penduduk yang terkena dyspepsia sekitar 40-50% diperkirakan penduduk berusia 40 tahun sekitar 10 juta jiwa atau 6,5% dari total populasi penduduk. Padatahun 2020 diperkirakan 3 kali lipat dari 10 juta jiwa menjadi 28 juta jiwa atau 11,3% dari total penduduk

di Indonesia. Di DKI Jakarta, tahun 2007, didapatkan prevalensi dyspepsia sebesar 58% data tersebut di temukan dalam seminar abdominal dispepsia yang diadakan pelatihan dan pengembangan pendidikan Koprofesional berkelanjutan di Jakarta (Sanusi, 2011).

Berdasarkan data Dinas Kesehatan Propinsi Riau dyspepsia termasuk 10 penyakit terbesar di ruang rawat inap di Rumah Sakit Arifin Ahmad Propinsi Riau tahun 2009 dengan 11,88% (Propil Kesehatan Propinsi Riau 2012).

Berdasarkan data laporan Dinas Kesehatan Kabupaten Kampar pada tahun 2014 terdapat 10 penyakit terbanyak di Kabupaten Kampar dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

Menurut data laporan Dinas Kesehatan Kabupaten Kampar pada Tahun 2014 terdapat 10 penyakit terbanyak di Kabupaten Kampar dapat dilihat pada tabel dibawah ini :

Tabel 1.1 : Sepuluh Penyakit Terbanyak Di Dinas Kesehatan Kabupaten Kampar Tahun 2014

No Jenis Penyakit Jumlah Persentasi

1

Infeksi saluran nafas bagian atas akut

lainnya 18210 15,78 %

2 Infeksi Saluran Nafas Bagian Atas Akut 12294 10,65 %

3 Dispepsia 7487 6,49 %

4 Hipertensi esensial (primer) 7332 6,35 %

5 Artritis rheumatoid 5482 4,75 %

6 Gastritis 3923 3,40 %

7 Disentri amuba akut 3403 2,95 %

8 Infeksi kulit dan jaringan subkutan 3215 2,79 %

9 Influenza 3169 2,75 %

10 Dermatitis dan Eksim 3005 2,60 %

11 Penyakit lainnya 47876 41,49 %

(3)

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa penyakit dispepsia menempati urutan ke tiga dari penyakit terbanyak lainnya yaitu sebanyak 7487 penderita (6,49%) Penderita dispepsia dari tahun 2014.

Menurut data yang didapat dari Dinas Kesehatan Kabupaten Kampar tahun 2014, jumlah kasus penyakit dyspepsia tertinggi pada 10 Puskesmas adalah sebagai berikut:

Tabel 1.2 Jumlah Kasus Dispepsia Di Dinas Kesehatan Kabupaten Kampar Tahun 2014

No Puskesmas Jumlah Kasus Dispepsia Persentase 1 XIII Koto Kampar Bangkinang Seberang Tapung II

Tapung Hilir I Siak Hulu II

Kampar Kiri Tengah

975

Sumber: Dinas Kesehatan Kabupaten Kampar, 2014

Berdasarkan tabel 1.2 dapat dilihat jumlah kasus dyspepsia nomor tiga terdapat di Puskesmas Salo yaitu tercatat 538 (10,41%) kasus pada tahun 2014 (Dinas Kesehatan Kabupaten Kampar, 2014)

Sedangkan jumlah kasus dispepsia di Wilayah Kerja Puskesmas Salo dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 1.3 Jumlah Kasus Dispepsia Di Wilayah Kerja Puskesmas Salo Tahun 2014

No Desa Jumlah Kasus Dispepsia Persentase

1 Sepungguk 112 20,8%

Sumber: Dinas kesehatan kabupaten Kampar 2014

Berdasarkan tabel 1.3 dapat dilihat jumlah kasus dyspepsia tertinggi berada di desa sepungguk yaitu 112 (20,8%) orang

(4)

Syafriani

Tabel 1.4: Jumlah Golongan Umur Penderita Dispepsia Di Wilayah Puskesmas Salo .

Sumber: puskesmas salo, 2014

Berdasarkan tabel 1.4 dapat dilihat jumlah kasus dyspepsia tertinggi pada usia yaitu 30-39 dan 40-49 yaitu sebanyak 210 orang

Banyak jumlah kasus dyspepsia disebabkan oleh banyak individu yang tidak peduli dengan dispepsia. Mereka tahu bahwa ada perasaan tidak enak dan tidak nyaman di lambung mereka.Tetapi hal itu tidak membuat mereka merasa perlu periksa diri ke dokter. Padahal dyspepsia bias membahayakan diri-sendiri. Oleh karna dyspepsia perlu diketahui, dicegah, diperlukan perawatan-perawatan yang bias mengobati terjadi dispepsia (Syamsurizal, 2009).

Berikut ini sejumlah faktor yang mendorong terjadinya dispepsia (Yuliari, 2009) yaitu: infeksi bakteri, obat penghilang nyeri, alkohol, stress, asam empedu, serangan terhadap lambung.

Menurut Susanti (2011), kebiasaan mengkonsumsi makanan dan minuman, seperti makanan pedas, asam, minuman teh, kopi, dapat menimbulkan resiko munculnya gejala dispepsia.

Suasana yang sangat asam pada lambung dapat membunuh organism pathogen yang tertelan bersama makanan. Namun bila lambung telah rusak , maka suasana yang sangat asam di lambung akan memperberat iritasi pada dinding lambung (Herman, 2004)

Pengetahuan merupakan media pembentukan karakter seseorang dimana yang membentuk karakter yang dimilikinya. Dimana seseorang mempunyai pengetahuan yang lebih tinggi memiliki kesempatan dan peluang lebih besar untuk hidup sehat. Pengetahuan yang kurang tentang penyakit dyspepsia seprti konsumsi minuman bersoda, obat-obatan bias menimbulkan penyakit dyspepsia dan mengkonsumsi makanan yang pedas (Hermanto, 2011).

Penelitian yang dilakukan Verawati (2013) pada pasien di Rs. M. Djamil Padang Tahun 2013 didapatkan pengetahuan pasien tentang penyakit dispepsia rendah (65%), pengetahuan sedang (20%) dan pengetahuan tinggi (15%).

(5)

pengetahuan dengan kejadian penyakit dispepsia pada masyarakat di Desa Sepungguk Wilayah Kerja Puskesmas Salo Tahun 2015.

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Desain penelitian ini adalah penelitian kualitatif analitik dengan rancangan cross sectional, yakni merupakan rancangan penelitian dengan melakukan pengukuran atau pengamatan variabel independen (pengetahuan) dan variabel dependen (kejadian dispepsia) pada saat bersamaan.

Penelitian ini di lakukan pada masyarakat di desa sepungguk berjumlah 76 orang.

HASIL PENELITIAN

A. Analisa Univariat

1. Karakteristik Responden Karakteristik responden terdiri dari umurdan jenis kelamin Karakteristik responden merupakan data kategorik sehingga dianalisis dengan menghitung distribusi frekuensinya. Hasil analisa dapat dilihat pada tabel berikut:

a. Pendidikan

Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pendidikandi di Desa Sepungguk Wilayah Kerja Puskesmas Salo 2015

No Pendidikan f (%)

1 Pendidikan Dasar (SD dan SMP 31 40,8

2 Pendidikan Menengah 21 27,6

3 Perguruan Tinggi 24 31,6

Jumlah 76 100

Dari tabel 4.1 dapat dilihat bahwa sebagian responden

berpendidikan dasar yaitu sebanyak 31 orang (40,8%).

b. Jenis Kelamin

Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin di Desa Sepungguk Wilayah Kerja Puskesmas Salo 2015

No Jenis Kelamin F (%)

1 Laki-laki 24 31,6

2 Perempuan 52 68,4

Jumlah 76 100

Dari tabel 4.2 dapat dilihat bahwa sebagian besar responden berjenis kelamin

perempuan yaitu sebanyak 52 orang(67,9%).

c. Pekerjaan

Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pekerjaan di Desa Sepungguk Wilayah Kerja Puskesmas Salo 2015

No Pekerjaan F (%)

1 Bekerja 115 84,0

2 Tidak bekerja (IRT) 22 16,0

(6)

Syafriani

Dari tabel 4.3 dapat dilihat bahwa sebagian besar

responden bekerja yaitu sebanyak 115 orang (84,0%).

d. Pengetahuan

Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pengetahuan di Desa Sepungguk Wilayah Kerja Puskesmas Salo 2015

No Pengetahuan F (%)

1 Baik 35 46,1

2 Kurang 41 53,9

Jumlah 76 100

Dari tabel 4.4 dapat dilihat bahwa sebagian besar responden memiliki pengetahuan yang kurang

tentang penyakit dispepsia yaitu sebanyak 41 orang (53,9%).

e. Kejadian Penyakit Dispepsia

Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kejadian Penyakit Dispepsia di Desa Sepungguk Wilayah Kerja Puskesmas Salo 2015

No Kejadian Penyakit Dispepsia F (%)

1 Ya 44 57,9

2 Tidak 32 42,1

Jumlah 76 100

Dari tabel 4.5 dapat dilihat bahwa sebagian besar responden mengalami dispepsia yaitu sebanyak 44 orang(57,9%).

B. Analisa Bivariat

Analisa bivariat ini memberi gambaran hubungan pengetahuan dengan kejadian dispepsia pada masyarakat di Desa Sepungguk Wilayah Kerja Puskesmas Salo Tahun 2015.Analisa bivariat ini menggunakan uji chi-square, sehingga dapat dilihat hubungan antara kedua variabel tersebut. Hasil analisis disajikan pada tabel berikut:

1. Hubungan pengetahuan dengan kejadian dispepsia pada masyarakat di Desa Sepungguk Wilayah Kerja Puskesmas Salo 2015

(7)

Tabel 4.6 Hubungan pengetahuan dengan kejadian dispepsia pada masyarakat di Desa Sepungguk Wilayah Kerja Puskesmas Salo tahun 2015

Pengetahuan Kejadian Penyakit Dispepsia Total P value Ya Tidak

N % N % N %

Kurang 31 75,6 10 24,4 41 100 0,002 Baik 13 37,1 22 62,9 35 100

Jumlah 44 57,9 32 42,1 76 100

Berdasarkan tabel 4.6 dapat dilihat bahwa dari 41 orangberpengetahuan kurang, mengalami kejadian dispepsia sebanyak 31 orang (64,5%). Berdasarkan uji statistik diperoleh nilai p = 0,002 (p < 0,05), dengan demikian secara statistik ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan dengan kejadian disepsia pada masyarakat di Desa Sepungguk Wilayah Kerja Puskesmas Salo tahun 2015

PEMBAHASAN

1. Hubungan Pengetahuan Dengan Kejadian Dispepsia Pada Masyarakat Di Desa Sepungguk Wilayah Kerja Puskesmas Salo 2015

Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa bahwa dari 41 respondenyang berpengetahuan kurang terdapat kejadian dispepsia sebanyak 31 responden (40,8%). Berdasarkan uji statistik diperoleh nilai p = 0,002 (p < 0,05), dengan demikian secara statistik ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan dengan kejadian disepsia pada masyarakat di Desa Sepungguk

Wilayah Kerja Puskesmas Salo tahun 2015.

Menurut asumsi peneliti, kurangnya pengetahuan masyarakat tentang tentang penyakit dispepsia dipengaruhi oleh faktor pendidikan. Dari hasil penelitian didapatkan bahwa responden sebagian besar responden berada pada kategori pendidikan dasar. Tinggi rendahnya pendidikan erat hubungannya dengan tingkat pengetahuan yang diperoleh.Disaping itu perilaku juga dipengaruhi oleh pendidikan yang rendah karena pendidikan merupakan wadah untuk meyerap informasi. Pendidikan yang rendah cenderung memiliki perilaku yang negative sehingga kurang mengetahui informasi yang berkaitan dengan kesehatan dirinya. Jadi sesorang yang tidak menegtahui tentang informasi kesehatan makan akan lebih cenderung mengkonsumsi makanan yang pedas, dan berbumbu yang tajam sehingga menyebabkan kejadian dyspepsia.

(8)

Syafriani

pengetahuan tentang penyakit dispepsia pada masyarakat salah satunya dipengaruhi oleh pekerjaan responden yang sebagian besar responden bekerja sebagai petani, sehingga dengan sibuk bekerja maka responden tidak memiliki waktu luang untuk mencari informasi tentang penyakit dispepsia seperti pengertian, penyebab, gejala klinis,

pencegahan dan

pengobatannya, dan hal ini dapat menimbulkan terjadinya penyakit dispepsia, dengan bekerja masyarakat juga lupa waktu makan. Jika seseorang fokus pada pekerjaannya maka seseorang maka lebih

cenderung untuk

menyelesaikan pekerjaannya, sehingga seseorang lupa dengan jadwal makannya. Kondisi tersebut lambung akan memproduksi asam lambung secara normal walaupun dalam keadaan kosong. Dispepsia biasanya diawali dengan pola makan yang tidak teratur sehingga lambung menjadi lebih sensitive bila asam lambung meningkat. Bila seseorang telat makan sampai 2-3 jam maka asam lambung yang diproduksi semakin banyka dan berlebih sehingga dapat meritasi mukosa lambung serta meningkatkan rasa nyeri di sekitar epigastrium.

Faktor stres juga dapat mempengaruhi terjadinya penyakit dispepsia. Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa sebagian besar responden berada pada berjenis

kelamin perempuan karena masalah psikologis yang menyebabkan terjadinya peningkatan asam lambung sehingga dapat menyebabkan iritasi lambung.Pada

perempuan biasanya

mempunyai banyak pikiran sehingga bisa menyebabkan hilangnya selera makan dan dapat menyebabkan timbulnya gangguan pencernaan (Rohima, 2007).

Menurut Engel(2005) dikutip oleh Ali Khomsan (2009) pengetahuan adalah informasi yang disimpan dalam ingatan dan menjadi penentu

utama perilaku

seseorang.Tingkat pengetahuan seseorang dapat dapat dipengaruhi oleh kemampuan intelektualnya. Tingkat pengetahuan akan berpengaruh terhadap sikap dan perilaku seseorang karena berhubungan dengan daya nalar, pengalaman, dan kejelasan konsep mengenai objek tertentu yang diperoleh dari pendidikan. tingkat pendidikan

akan mempengaruhi

(9)

ilmu pengetahuan dan teknologi yang berkembang.

Menurut (Suparyanto, 2012) pola makan yang baik dan teratur merupakan salah satu dari penatalaksanaan dyspepsia dan juga menrupakan tindakan preventif dalam mencegah kejadian dyspepsia. Penyembuhan dyspepsia membutuhkan pengaturan makanan sebagai upaya untuk memperbaiki kondisi pencernaan di lambung.

Hasil ini sesuai dengan penelitian Widyawati(2009) dengan judul hubungan pengetahuan dengan kejadian penyakit disepsia di Wilayah kerja Puskesmas Kaliwungu Kabupaten Kendal yang menyatakan bahwa ada hubungan pengetahuan dengan kejadian enyakit dispepsia dengan p value 0,004.

KESIMPULAN

1. Sebagian besar masyarakat memiliki pengetahuan yang kurang tentang penyakit dispepsia

2. Sebagian besar masyarakat mengalami penyakit dispepsia 3. Terdapat hubungan pengetahuan

dengan kejadian dispepsia pada masyarakat di Desa Sepungguk Wilayah Kerja Puskesmas Salo 2015

DAFTAR PUSTAKA

Annisa. (2009). Hubungan ketidakteraturan makan dengan sindrome dispepsia pada remaja perempuan di SMA

Plus Al-Azhar Medan.

darihttp://undip.ac.id. Diperoleh

tanggal 19 Februari 2014

Dhamika (2009). Penyakit dispepsia dan

pencegahannya. Dari

http//aryana.blogspot.com/2013/ma kalah-dispepsia.html. diperoleh tanggal 20 April 2015

Depkes RI (2009). Pengertian pola makan

menurutDepkes RI. Diperoleh

tanggal 19 Februari 2014

Dinkes.(2014), Peringkat Penyakit Terbesar di Kabupaten Kampar tahun 2014.

Elina. (2010). Penyakit dispepsia . Dari http://maksehatan.co.id. diperoleh tanggal 4 Maret 2014

Gunawan. (2012). Kriteria pola makan

yang sehat.darihttp//pola

makan.co.id . diperoleh tanggal

20 Maret 2015

Harahap.(2010).Pencegahan penyakit dispepsia, http://penyakit-dispepsia-.com/2013/001/.diperoleh tanggal 19 Februari 2015

Hermanto. (2011). Ilmu pengetahuan dan seni. Jakarta: Salemba Medika

Julianto. (2012). Defenisi frekuensi

makan.Dari http://frekuensi

makan,Wordpress.comDiperoleh pada tanggal 12 April 2015

Khasanah. (2012). faktor-faktor yang mempengaruhi sindroma dispepsia mahasiswa Fakultas Keperawatan USU. diperoleh tanggal 4 Maret 2015

(10)

Syafriani

dispepsia-drscm.com. Diperoleh

pada tanggal 3 Maret 2015

Muttaqin. (2011). Buku ajar ilmu penyakit dalam jilid 2,jakarta:Balai penerbit FKUI

Notoatmodjo, S. (2011). Ilmu perilaku

kesehatan. Edisi Revisi.

Yogyakarta: Rhineka Cipta

Notoatmodjo, S. (2011). Ilmu perilaku

kesehatan. Edisi Revisi.

Yogyakarta: Rhineka Cipta

Profil Kesehatan Provinsi Riau, (2012).jumlah penyakit gangguan pencernaandi Provinsi Riau, http : //profil Kesehatan Provinsi Riau.com/2012/001/jumlah kasus gangguan pencernaan //.html. diperoleh tanggal 29 April 2015 Syamsurizal.(2009). Gambaran

pengetahuan klien tentang

dyspepsia di Wilayah kerja Puskesmas Bunga Raya.diperoleh tanggal 20 Maret 2015

Sanusi. (2012). Pola makan yang buruk

bagi kesehatan. Dari

http://www.indonedia.com. Diperoleh tanggal 13 Maret 2015

STIKes Tuanku Tambusai Riau. (2015). Panduan Penulisan Karya Tulis Ilmiah Mahasiswa.

Soetoso. (2012). Fakto-faktor yang

mempengaruhi sindroma

dispepsia mahasiswa Fakultas Keperawatan USU. Diperoleh tanggal 11 Maret 2015

Sugiono. (2011). Metode Penelitian Kualitatif Kuantitatif & R & D.Bandung : Alfa Beta

Oktaviani. (2009).Jumlah kasus dispepsia

menurut WHOhttp :

//lusi.com/2012/001/jumlah kasus dispepsia//.html. diperoleh tanggal 22 Maret 2015

Warianto. (2011). Makanan yang memicu dispepsia. Diperoleh pada tanggal 10 Maret 2015 dari Http://warian.blogspoo-2011-.com

Yunita. (2010). Pola makan pemicu

penyakit mematikan. Dari

Gambar

Tabel 1.1 : Sepuluh Penyakit Terbanyak Di Dinas Kesehatan Kabupaten Kampar Tahun 2014
tabel diatas
Tabel 1.4: Jumlah Golongan Umur Penderita Dispepsia Di Wilayah Puskesmas Salo .
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin di Desa Sepungguk Wilayah Kerja Puskesmas Salo 2015

Referensi

Dokumen terkait

adalah proses kompilasi pikiran alam ke dalam pikiran manusia yang akan terungkap kembali saat kita berdialog dengan alam. • Berdialog dengan alam tidak

Guru diharapkan mampu mengelola motivasi dengan menerapkan aktivitas anak didik, yaitu belajar sambil melakukan (learning by doing), salah satunya dengan menerapkan metode team

Makanan dan zat gizi yang terkandung di dalam makanan yang yang berguna bagi kesehatan dan di konsumsi ibu pada saat hamil disebut ….. Kebutuhan nutrisi ibu hamil adalah makanan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) Ekspor neto, investasi asing (PMA) dan investasi dalam negeri (PMDN) memiliki pengaruh yang signifikan terhadap

sendiri merupakan penyimpangan dari setiap item data terhadap nilai yang diharapkan. umur perusahaan yang diproksikan dengan tahun perusahaan listing di Bursa Efek

Berdasarkan hasil penelitian maka daerah resapan alamiah ditinjau dari kondisi tanah, kemiringan lereng, litologi, dan daerah luahan.. memiliki luas 6 juta m 2 , atau 36% dari

Menjabarkan rencana strategis perencanaan pembangunan yang telah dituangkan dalam RPJMD Provinsi Jawa Timur Tahun 2014- 2019, Rencana Kerja Pemerintah Daerah

XORP dapat juga berjalan pada sistem virtual dengan menggunakan perangkat lunak virtualisasi populer seperti Vmware dan Xen, dimana XORP dapat berbagi perangkat keras x86