• Tidak ada hasil yang ditemukan

T2__BAB IV Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Strategi Peningkatan Mutu dan Citra (Image) Sekolah T2 BAB IV

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "T2__BAB IV Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Strategi Peningkatan Mutu dan Citra (Image) Sekolah T2 BAB IV"

Copied!
70
0
0

Teks penuh

(1)

32

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

4.1.1 Profil Sekolah

SDN Ungaran 02, 04 merupakan sekolah negeri satu kampus yang terletak di daerah perkotaan dipusat ibu kota Kabupaten Semarang yaitu Ungaran tepatnya di Jalan MT Haryono nomor 16. Sejarah singkat SDN Ungaran 02, 04, SDN UNgaran 02 berdiri tahun 1967 sedang SDN Ungaran 04 berdiri tahun 1973. Keduanya sama-sama dibangun di atas tanah bengkok milik

Pemerintah Daerah Kabupaten Semarang yang berada dalam satu lokasi dan dipimpin oleh seorang kepala sekolah, didukung oleh satu organisasi yaitu komite sekolah yang sama. Untuk mencapai SDN Ungaran 02, 04 tidaklah sulit karena berada di wilayah perkotaan. Sebagian besar orang tua peserta didik bermata pencaharian pedagang di pasar, buruh bagunan, karyawan pabrik, dan sebagian kecil pegawai pemerintah.

Visi SDN Ungaran 02, 04 yaitu ”Berbudi pekerti luhur, berprestasi dan peduli terhadap lingkungan

(2)

33

pendidik sejalan perkembangan Ilmu Pengetahuan dan

Teknologi (IPTEK). 4)Membiasakan peserta didik peduli terhadap lingkungan sekitar agar tampak bersih, rapi, indah dan sehat. 5)Peningkatan peran serta dan fungsi

stakeholders.

Berangkat dari visi dan misi selanjutnya SDN Ungaran 02, 04 merumuskan tujuan sekolah. Tujuan pada dasarnya merupakan langkah untuk mencapai visi. Adapun tujuan SDN Ungaran 02, 04 sebagai berikut: 1)Peningkatan keimanan dan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa dengan beribadah sesuai agamanya masing-masing. 2)Membiasakan berperilaku terpuji. 3)Peningkatan efisiensi dan

efektifitas pembelajaran dengan mengacu pada pembalajaran aktf inovatif kreatif dan menyenangkan (PAIKEM). 4)Mengembangkan potensi keterampilan hidup. 5)Mencapai tingkat kelulusan 100% dengan rata-rata nilai ujian minimal 8,00. 6)Peningkatan profesionalisme tenaga pendidik dan tenaga kependidikan. 7)Membudayakan pola hidup bersih, sehat, dan tertib baik sebagai pribadi maupun warga sekolah. 8)Peningkatan peran serta dan fungsi

stakeholders dan masyarakat. 9)Menjadikan sekolah sebagai sekolah tujuan.

(3)

34 orang tenaga kependidikan terdiri dari dua orang

tenaga administrasi, satu orang penjaga sekolah, dan satu orang satpam merangkap petugas kebersihan. Perincian tenaga pendidik dan kependidikan dapat dilihat dalam Tabel 4.1 sebagai berikut:

Table 4.1 Jumlah Tenaga Pendidik dan Kependidikan SDN Ungaran 02, 04 Tahun Pelajaran 2014/2015

No Keterangan Jumlah

Status kepegawaian

1 Guru

a. PNS 16

b. Non PNS 3

2 Karyawan

a. Tenaga Administrasi 2

b. Penjaga sekolah (PNS) 1

(4)

35

pada tahun pelajaran 2014/2015 yang telah

mendapatkan gelar Magister 5%, sarjana sebesar 75%. Sedangkan yang sedang melaksanakan studi lanjut sebesar 20%. Dengan kondisi tersebut SDN Ungaran 02, 04 untuk proses pembelajaran tidak ada kendala sebab tenaga pendidik secara kualifiksi terpenuhi.

Berdasarkan data sekolah dari tahun pelajaran 2010/2011 sampai dengan tahun pelajaran 2013/2014 calon peserta didik semakin menurun jumlahnya. Sedangkan peserta didik yang mengikuti ujian sekolah tergolong bagus yaitu prosentase kelulusan 100% dan rata-rata hasil ujian sekolah semakin meningkat. Data tersebut dapat dilihat dalam Tabel 4.2 berikut:

Tabel 4.2 Data Peserta Didik Baru, Peserta Didik Keseluruhan, Peserta Ujian, Kelulusan, Prosentasi Kelulusan, dan Hasil Ujian SDN Ungaran 02, 04 Tahun Pelajaran

Sumber : Data SDN Ungaran 02, 04 tahun 2014

(5)

36 tidak stabil, penurunan yang drastis terjadi pada tahun

pelajaran 2012/2013 yaitu dari 86 peserta didik menjadi 62 peserta didik, tahun pelajaran 2013/2014 mengalami kenaikan menjadi 66 peserta didik dan tahun pelajaran 2014/2015 kembali menurun dengan 62 peserta didik baru. Peserta didik secara keseluruhan dari tahun pelajaran 2010/2011 sampai dengan tahun pelajaran 2014/2015 mengalami penurunan setiap tahunnya. Pada tahun pelajaran 2011/2012 peserta didik baru sebanyak 86 sedangkan yang lulus ujian 65 peserta didik namun secara keseluruhan jumlah peserta didik menurun. Penurunan drastis terjadi pada tahun pelajaran 2013/2014 dari 397 peserta didik

memjadi 390 peserta didik.

Peserta ujian adalah peserta didik kelas VI dengan jumlah sesuai jumlah peserta didik kelas VI pada tahun saat itu. Dari tahun pelajaran 2010/2011 sampai dengan tahun pelajaran 2013/2014 dinyatakan lulus 100%, karena jumlah peserta didik yang mengikuti ujian sama dengan jumlah peserta didik yang lulus ujian. Rata-rata hasil ujian untuk setiap tahunnya dapat dikatakan baik, karena diatas 7,5. Pada tahun pelajaran 2011/2012 terjadi penurunan dari rata-rata 23,97 menjadi rata-rata 23,14. Pada tahun pelajaran 2013/2014 dan tahun pelajaran

(6)

37

4.1.2 Faktor, Akar Permasalahan, dan Strategi Peningkatan Mutu Sekolah

Focus Group Discussion (FGD) guna peningkatan mutu sekolah yang dipersepsikan rendah dilakukan di SDN Ungaran 02, 04 pada tanggal 25 Januari 2015. Peningkatan mutu sekolah dipengaruhi oleh 4 faktor yaitu: peserta didik (raw input), proses pendidikan,

(7)
(8)

39

Berdasarkan Gambar 4.1 diagram fishbone di atas

faktor-faktor yang mempengaruhi mutu SDN Ungaran 02, 04 dipersepsikan rendah yaitu faktor peserta didik (Raw Input) meliputi motivasi belajar peserta didik rendah, peserta didik baru yang masuk sebagian besar karena tidak diterima di sekolah lain, belum ada kelompok belajar yang efektif, nilai peserta didik rendah, dan usia peserta didik baru rata-rata kurang dari tujuh tahun. Berdasarkan hasil FGD di SDN Ungaran 02, 04 dipilih faktor dominan yang mempengaruhi mutu yaitu motivasi belajar peserta didik rendah dan peserta didik yang masuk sebagian besar karena tidak diterima di sekolah lain.

Faktor proses pendidikan yang mempengaruhi mutu SDN Ungaran 02, 04 dipersepsikan rendah meliputi guru kurang disilpin, Proses Belajar Mengajar (PBM) kurang menarik, penguasaan guru terhadap materi kurang, pelaksanaan remidial belum sesuai prosedur, guru kurang terampil menggunakan alat peraga, guru jarang menggunakan media pembelajaran dan analisis hasil evaluasi rendah. Hasil FGD disepakati faktor yang mempengaruhi mutu SDN Ungaran 02, 04 dipersepsikan kurang bagus atau rendah yaitu penguasaan guru terhadap materi kurang

dan pelaksanaan remidibelum sesuai prosedur.

(9)

40 dan alat olahraga kurang lengkap. Sarana dan

prasarana yang mempengaruhi mutu sekolah rendah disepakati yaitu ruang kelas kurang nyaman dan belum didukung sarana perpustakaan.

Faktor environmental input yang mempengaruhi mutu SDN Ungaran 02, 04 meliputi lingkungan sekolah terlalu ramai, peran serta komite sekolah belum optimal, dan jarak tempat tinggal peserta didik jauh dari sekolah. Faktor yang paling mempengaruhi mutu sekolah dipersepsikan rendah disepakati lingkungan sekolah terlalu ramai.

Berdasarkan Gambar 4.1 diagram fishbone hasil FGD perlu dicari akar pemasalahan tiap-tiap sebab

dari faktor yang mempengaruhi mutu SDN Ungaran 02, 04 dipersepsikan rendah. Berdasarkan brainstorming

(10)
(11)
(12)
(13)
(14)

45

Berdasarkan Tabel 4.3 hasil brainstorming dari

pelaksanaan FGD di SDN Ungaran 02, 04 yang mencari akar permasalahan sekolah dipersepsikan mutunya rendah, pertama dilihat dari faktor (raw input) peserta didik yaitu motivasi belajar peserta didik rendah dan peserta didik yang baru masuk karena tidak diterima di sekolah lain. Motivasi belajar peserta didik rendah sebab perhatian guru terhadap peserta didik kurang, hal ini karena guru terbiasa dengan rutinitas dan disibukkan membuat administrasi. Motivasi belajar peserta didik rendah di mungkinkan motivasi dari dalam diri (instrinsik) peserta didik itu sendiri rendah, sebab guru kurang memberi motivasi kepada peserta

didik bahkan kadang justru menakut-nakuti.

Motivasi belajar peserta didik SDN Ungaran 02, 04 rendah juga disebabkan pembelajaran yang dilaksanakan guru kurang optimal. Guru kurang menguasai materi pembelajaran. Padahal 18 orang guru atau 94% sudah memenuhi kualifikasi dan 12 orang guru atau 67% guru sudah memiliki sertifikat pendidik. Seharusnya kompetensi yang dimiliki oleh guru sudah sesuai dengan standar pendidik, namun kenyataanya kemauan guru untuk peningkatan kompetensi masih rendah. Guru sudah merasa puas dengan kemampuan

(15)

46 dalam peningkatan ketrampilan mengajar kurang.

Selain itu juga disebabkan karena penggunaan metode pembelajaran kurang bervariasi, dengan alasan metode pembelajaran konvensioanal (ceramah) dianggap sudah baik. Guru jarang menggunakan media pembelajaran, ini lebih disebabkan kemampuan menggunakan Teknologi Informatika (TIK) rendah sedangkan kemauan untuk belajar TIK juga rendah.

Penyebab masalah dari faktor peserta didik berikutnya yaitu peserta didik baru yang masuk ke SDN Ungaran 02, 04 karena tidak diterima di sekolah lain. Input yang masuk ke SDN Ungaran 02, 04 mempunyai kemampuan yang rendah, hal ini di sebabkan peserta

didik tidak lolos tes seleksi di sekolah lain, maka tidak ada pilihan lain bagi peserta didik selain ke SDN Ungaran 02, 04. Sedangkan bagi SDN Ungaran 02, 04 tidak ada alasan untuk tidak menerima/menampung peserta didik, sebab peserta didik yang mendaftar ke SDN Ungaran 02, 04 jumlahnya terbatas.

Faktor yang mempengaruhi SDN Ungaran 02, 04 dipersepsikan mutunya rendah yang kedua yaitu proses pendidikan. Hal ini ada keterkaitan dengan motivasi belajar peserta didik rendah yang disebabkan pembelajaran oleh guru kurang optimal. Pembelajaran

(16)

47

guru malas membaca, karena sebentar lagi menjelang

pensiun. Lain lagi halnya dengan guru senior, kemauan peningkatan kompetensi rendah karena merasa kemampuan dan pengetahuannya sudah lebih banyak, guru senior merasa ada pada posisi aman yaitu mengajar dengan metode konvensional (ceramah) sejak dulu sampai sekarang sudah bagus dan berhasil.

Sebab kedua dari proses pendidikan yang mempengaruhi rendahnya mutu SDN Ungaran 02, 04 yaitu pelaksanaan remidial belum sesuai prosedur. Belum ada perencanaan pembelajaran yang baik dari persiapan mengajar sampai dengan evaluasi, perbaikan dan pengayaan. Soal evaluasi yang digunakan tidak

sesuai yang terdapat dalam RPP. Guru pada saat evaluasi mengambil soal evaluasi dari bank soal maupun LKS. Rata-rata guru di SDN Ungaran 02, 04 setelah pelaksanaan pembelajaran selesai melaksanakan analisis nilai, namun guru belum melaksanakan analisis perbutir soal. Jika guru sudah melaksanakan analisis perbutir soal hanya sekedar memenuhi administrasi tanpa ada tindak lanjut dari analisis. Analisis perbutir soal cukup menyita waktu. Bila jumlah soalnya banyak maka waktu yang dibutuhkan cukup lama.

(17)

48 sekolah juga disibukkan dengan banyaknya laporan

yang harus dikerjakan. Karena SDN Ungaran 02, 04 merupakan dua sekolah dengan satu kepala sekolah maka laporan yang harus dikerjakan dua. Mulai dari laporan rutin, Dapodik, Padamu Negeri, BOS dan lain-lain.

Faktor ketiga yang mempengaruhi mutu SDN Ungaran 02, 04 mutunya dipersepsikan rendah yaitu

instrumental input yang meliputi, ruang kelas yang kurang nyaman dan belum didukung oleh sarana perpustakaan yang memadai. Ruang kelas SDN Ungaran 02, 04 terasa panas dan sesak hal ini dikarenakan ruang kelas tidak standar. Bangunan

sekolah merupakan bangunan Inpres tahun 1977, sehingga ada beberapa ruang kelas yang kondisinya rusak berat. Dari dua belas ruang kelas yang tidak sesuai standar 8m x 7m ada empat ruang kelas dan yang rusak berat ada tiga ruang kelas.

Sebab lain dari faktor instrumental input yaitu belum didukung sarana perpustakaan yang memadai. SDN Ungaran 02, 04 baru saja mendapatkan DAK perpustakaan sehingga belum ada buku referensi untuk peserta didik, akibatnya peserta didik belum dapat memanfaatkan perpustakaan secara maksimal sebagai

(18)

49

Faktor keempat yang mempengaruhi mutu SDN

Ungaran 02, 04 dipersepsikan rendah yaitu

environmental input, yaitu lingkungan sekolah terlalu ramai. Hal ini disebabkan karena banyak pedagang kaki lima di sekitar SDN Ungaran 02, 04 sehingga suara gaduhya mengganggu PBM. Selain itu SDN Ungaran 02, 04 letaknya bersebelahan dengan SMP dan SMK, satu jam pelajaran untuk SD, SMP, dan SMK waktunya tidak sama sehingga waktu istirahatnya juga tidak sama, hal ini juga mengganggu karena saat istirahat tentunya sangat gaduh. Sebab lain yaitu beberapa orang tua peserta didik yang menunggu putranya berada di depan sekolah dan bergabung

dengan para pedagang sehingga menimbulkan suara gaduh dan mengganggu pemandangan serta juga mengganggu konsestrasi peserta didik sewaktu PBM berlangsung.

(19)
(20)
(21)
(22)

53

Berdasarkan Tabel 4.4 strategi peningkatan mutu SDN

Ungaran 02, 04 ada empat faktor yang mempengaruhi peningkatan mutu yaitu (raw input) peserta didik, proses pendidikan, instrumental input dan

environmental input. Dari keempat faktor tersebut yang paling mempengaruhi peningkatan mutu SDN Ungaran 02, 04 yaitu faktor input peserta didik dan proses pendidikan dalam hal ini adalah guru. Faktor

instrumental input dan environmental input juga mempengaruhi peningkatan mutu SDN Ungaran 02, 04 namun dengan akar masalah lebih sedikit dibandingkan dengan faktor peserta didik dan faktor guru.

Faktor peserta didik (raw input) dipengaruhi oleh motivasi belajar peserta didik rendah. Motivasi belajar peserta didik SDN Ungaran 02, 04 rendah karena terdapat beberapa akar masalah yang mempengaruhinya yaitu guru di SDN Ungaran 02, 04 terbiasa dengan rutinitas dan disibukkan membuat administrasi. Strategi yang disarankan yaitu guru lebih memberikan perhatian kepada peserta didik dengan pembimbingan kelompok maupun individual.

(23)

54 pujian, ataupun hanya acungan jempol dapat

peningkatan motivasi belajar peserta didik.

Guru SDN Ungaran 02, 04 sudah merasa puas dengan kemampuan yang dimilikinya, guru merasa pembelajaran dengan cara konvensioanal sudah baik, kemauan guru peningkatan keterampilan mengajar rendah, guru merasa pembelajaran dengan cara konvensioanal sudah baik. Strategi yang disarankan yaitu kepala sekolah SDN Ungaran 02, 04 untuk melaksanakan supervisi berkelanjutan guna membangkitkan motivasi guru untuk peningkatan kemampuannya. Kemampuan dan kemauan guru SDN Ungaran 02, 04 menggunakan teknik informatika (TIK)

rendah strategi yang disarankan yaitu melakukan pendekatan personal agar mau mengikuti pelatihan menggunakan TIK di sekolah dengan dipandu guru yang menguasai TIK, operator Sekolah (OPS), dan tenaga administrasi sekolah.

Faktor (raw input) peserta didik dipengaruhi juga oleh input yang masuk ke SDN Ungaran 02, 04 berkemampuan rendah, akar permasalahaanya karena peserta didik yang mendaftar tidak lolos tes seleksi di sekolah lain. Strategi yang disarankan yaitu peningkatan Proses Belajar Mengajar (PBM) di SDN

(24)

55

mendaftar ke sekolah jumlahnya terbatas. Strategi yang

disarankan yaitu promosi dengan menunjukkan prestasi yang sudah dicapai.

Faktor proses pendidikan yang mempengaruhi peningkatan mutu SDN Ungaran 02, 04 yaitu penguasan guru terhadap materi kurang dan pelaksanaan remedial di kelas belum sesuai prosedur. Penguasaan guru terhadap materi kurang, akar permasalahannya yaitu guru merasa cukup puas dengan kemampuan yang dimiliki strategi yang disarankan supervisi berkelanjutan, membangkitkan motivasi guru untuk peningkatan kemampuannya. Akar masalah bahwa guru sebentar lagi menjelang pensiun,

strategi yang disarankan dengan pendekatan personal. Guru merasa mengajar dengan cara konvensional sudah bagus dan berhasil, strategi yang disarankan yaitu supervisi berkelanjutan, membangkitkan motivasi guru untuk berinovasi.

Faktor berikutnya dari proses pendidikan yang mempengaruhi peningkatan mutu SDN Ungaran 02, 04 yaitu pelaksanaan remedial belum sesuai prosedur. Akar permasalahan dari pelaksanaan remedial belum sesuai prosedur yaitu guru belum menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) sendiri, guru belum melaksanakan analisis perbutir soal, soal evaluasi tidak

(25)

56 supervisi berkelanjutan dengan memanfaatkan

pendampingan pengawas sekolah. Faktor instrumental input yang mempengaruhi

peningkatan mutu SDN Ungaran 02, 04 yaitu ruang kelas kurang nyaman dan belum didukung sarana perpustakaan yang memadai. Ruang kelas kurang nyaman akar masalahnya yaitu ukuran ruang kelas luasnya tidak sesuai standar, bangunan sekolah merupakan bangunan Inpres tahun 1977. Ukuran ruang kelas yang sesuai standar yaitu luas 8m x 7m. Strategi yang disarankan yaitu membuat ruang kelas menjadi nyaman. Belum didukung sarana perpustakaan yang memadai yang menjadi akar

permasalahannya yaitu SDN Ungaran 02, 04 baru memiliki gedung perpustakaan, buku referensi maupun buku pegangan peserta didik banyak yang rusak atau hilang. Strategi yang disarankan yaitu mengajukan proposal bantuan buku ke dinas terkait, menerima sumbangan suka rela dari alumni serta mengalokasikan dana BOS 5% dari seluruh anggaran untuk penggantian buku peserta didik yang rusak atau buku yang hilang sehingga memenuhi perbandinagan buku dan peserta didik 1:1.

Faktor environmental input mempengaruhi

(26)

57

mengelompok. Strategi yang disarankan yaitu peran

serta komite SDN Ungaran 02, 04 dalam penertiban pedagang kaki lima supaya tidak ada konflik kepentingan, kerjasama dengan SMP dan SMK jika jam istirahat gerbang sekolah masing-masing di tutup, dan membentuk paguyupan kelas guna memberikan wadah bagi orang tua peserta didik dalam berkomunikasi.

4.1.3 Faktor, Akar Permasalahan, dan Strategi

Membangun Citra Sekolah

Faktor yang mempengaruhi peningkatan citra

(image) sekolah ada enam faktor yaitu reputasi sekolah, biaya, perhatian guru, kegiatan ekstrakurikuler,

(27)
(28)

59

Berdasarkan Gambar 4.2 diagram fishbone citra (image)

sekolah dipengaruhi oleh reputasi sekolah, sebab SDN Ungaran 02, 04 belum berprestasi dibidang akademik dan ekstrakurikuler. Faktor biaya kurang berpengaruh karena biaya operasional dari BOS. Faktor perhatian guru disebabkan karena kehandalan guru kurang, kompetensi guru rendah, guru kurang ramah, daya tanggap masih kurang, rendahnya keterjaminan, kerjasama antar guru rendah dan rasa empati guru rendah. Dari beberapa sebab disepakati yang paling dominan dan merupakan penyebab perhatian guru yaitu rasa empati guru masih rendah.

Faktor berikutnya yaitu ekstrakurikuler, yang

menjadi penyebab citra (image) SDN Ungaran 02, 04 kurang bagus karena belum ada ekstrakurikuler favorit, keterbatasan dana, belum ditunjang pembimbing yang kompeten, jenis ekstrakurikuler terbatas, hasil ekstrakurikuler masih jauh dari sekolah lain, dan minat peserta didik kurang. Dari beberapa sebab disepakati kegiatan ekstrakurikuler belum ditunjang pembimbing yang kompeten dan minat peserta didik rendah.

Faktor kondisi fisik SDN Ungaran 02, 04 dicitrakan kurang bagus disebabkan sekolah tampak kumuh dan terkesan semrawut, sarana prasarana

(29)

60 sekolah kurang strategis. Namun dari sebab tersebut

tidak berpengaruh terhadap citra (image) sekolah, karena letak sekolah mudah dijangkau dengan kendaraan. Bagi peserta didik yang jarak rumah dengan sekolah cukup jauh pada umumnya sudah mempunyi alternatif cara berangkat sekolah. Ada yang langganan ojek atau berangkat bersama orang tua pada saat orang tua berangkat bekerja.

Berdasarkan Gambar 4.2 diagram fishbone dan

(30)
(31)
(32)
(33)
(34)

65

Berdasarkan Tabel 4.5 di atas faktor yang

mempengaruhi citra (image) SDN Ungaran 02, 04 kurang bagus yaitu reputasi sekolah, perhatian guru, ekstrakurikuler, dan kondisi fisik. Reputasi SDN Ungaran 02, 04 kurang bagus disebabkan oleh pestasi dalam bidang akademik khususnya nilai Ujian Sekolah (US) masih rendah dan belum berprestasi dibidang ekstrakurikuler. Prestasi dibidang akademik rendah disebabkan oleh motivasi belajar peserta didik rendah, hal ini karena perhatian dari guru terhadap peserta didik kurang. Guru terbiasa oleh rutinitas sehari-hari dengan disibukkan membuat administrasi. Prestasi akademik SDN Ungaran 02, 04 rendah dapat

disebabkan oleh motivasi dari dalam diri peserta didik itu sendiri rendah, hal ini bisa juga disebabkan karena peserta didik kurang mendapat motivasi dari guru bahkan guru cenderung sering menakut-nakuti.

Sebab ketiga dari rendahnya prestasi akademik SDN Ungaran 02, 04 yaitu pembelajaran kurang optimal. Pembelajaran kurang optimal disebabkan karena cara guru menyampaikan materi pembelajaran (performance) kurang menarik, keterampilan guru berkomunikasi kurang. Selain itu juga disebabkan metode pembelajaran yang digunakan guru kurang

(35)

66 Reputasi SDN Ungaran 02, 04 dipersepsikan

kurang bagus karena belum mampu meraih kejuaraan dalam lomba bidang akademik seperti lomba cerdas cermat (LCC), lomba siswa berprestasi, Olimpiade Sain Nasional (OSN), Internatinal Matematic Sains Olympic (IMSO), Olimpiade Matematika, lomba Mata pelajaran Agama Islam dan Seni Islami (MAPSI) dan lomba bidang akademik lainnya. Sekolah belum mempunyai pembimbing yang kompeten dibidangnya, karena guru kelas kurang menguasai materi bidang akademik secara mendalam. Sebagai guru kelas, guru mengajar seluruh mata pelajaran yang ada di sekolah kecuali mata pelajaran pendidikan agama, sehingga kemampuan

yang dimiliki oleh guru rata-rata pengetahuan dasar. Faktor reputasi yang mempengaruhi citra

(image) SDN Ungaran 02, 04 dipersepsikan kurang bagus selanjutnya yaitu belum berprestasi dibidang ekstrakurikuler, misalnya musik, tari, olahraga, pramuka dan drumband. Hal tersebut disebabkan sekolah belum mempunyai pelatih/pembimbing ekstrakurikuler yang kompeten. Guru kurang menguasai bidang ekstrakurikuler secara maksimal karena guru merasa bidang ekstrakurikuler (drumband, pramuka, musik, olahraga dan musik) bukan pada

(36)

67

SDN Ungaran 02, 04 sudah tidak mencukupi untuk

membiayai kegiatan ekstrkurikuler karena dari anggaran BOS tidak boleh lebih dari 15% dari total anggaran keseluruhan, untuk honor guru tidak tetap (GTT) dan pegawai tidak tetap (PTT) sudah mencapai 15%. Disamping itu peserta didik di SDN Ungaran 02, 04 juga mempunyai minat yang rendah terhadap kegiatan ekstrakurikuler, sebab jenis dari kegiatan ekstrakurikuler kurang menarik bagi peserta didik dan pembimbing kegiatan ekstrakurikuler kurang kompeten.

Faktor biaya sebenarnya tidak ada masalah sebab SDN Ungaran 02, 04 menerima dana BOS

sebagai biaya operasional, dan tidak ada pungutan terhadap peserta didik. Namun ada beberapa benturan atau batasan antara kebutuhan dengan petunjuk teknis (Juknis), misalnya sekolah membutuhkan laptop tetapi dalam Juknis tidak ada berarti laptop tidak dapat dibeli (untuk Juknis BOS tahun 2014). Untuk mengembangkan kegiatan sekolah terbentur dengan aturan bahwa honor dibatasi tidak boleh lebih dari 20% dari anggaran untuk Juknis BOS tahun 2014 dan tidak boleh lebih dari 15% dari anggaran untuk Juknis BOS tahun 2015.

Faktor perhatian guru yang mempengaruhi citra

(37)

68 biasa terjadi. Misalnya pada saat jam istirahat ada

peserta didik lapor tentang suatu kejadian, guru menaggapi kurang serius, justru kadang guru menyampaikan bahwa anak tersebut memang anak yang terlalu aktif (nakal). Seharusnya guru cepat merespon apa yang disampaikan oleh peserta didik. Guru seharusnya dapat memposisikan diri seandainya menjadi peserta didik, jika melapor kemudian tidak ditanggapi bagaimana perasaannya. Guru kurang mencintai pekerjaannya sebab guru melaksanakan tugas dan kewajibannya sebagai rutinitas, guru kurang merasa memiliki (handarbeni).

Faktor ekstrakurikuler yang mempengaruhi

citra (image) SDN Ungaran 02, 04 dipersepsikan kurang bagus yaitu belum berprestasi dibidang ekstrakurikuler. Hal ini disebabkan belum mempunyai pembimbing yang kompeten dalam bidang ekstrakurikuler. Guru kurang menguasai bidang ekstrkurikuler secara maksimal karena guru merasa bukan pada bidang keahliannya. Selain itu 12 guru atau 67% dari seluruh guru sudah berusia diatas 50 tahun dan ada beberapa guru menjelang pensiun. Namun demikian sekolah juga belum mampu mendatangkan tenaga ahli untuk membimbing kegiatan

(38)

69

Disamping itu peserta didik di SDN Ungaran 02,

04 juga mempunyai minat yang rendah terhadap kegiatan ekstrakurikuler. Minat yang rendah dari peserta didik disebabkan karena jenis dari kegiatan ekstrakurikuler yang ada kurang menarik bagi peserta didik. Kegiatan ekstrakurikuler yang ada di SDN Ungaran 02, 04 yaitu drumdband, tari, musik, olahraga dan pramuka. Sebagai contoh kegiatan ekstrakurikuler drumband kurang menarik karena peserta didik dapat berlatih namun tidak dapat pentas bersama dikarenakan belum mempunyai pakaian pentas. Dana BOS tidak dapat digunakan membeli pakaian drumband. Alat drumband terlalu besar dan banyak

yang rusak karena tidak ada anggaran untuk perawatan dari dana BOS. Untuk swadana dari orang tua peserta didik belum dimungkinkan karena adanya larangan memungut iuran dari peserta didik. Disamping itu pembimbing kegiatan ekstrakurikuler juga kurang kompeten, karena sebagian merupakan guru kelas yang merasa bukan pada bidang keahlianya. Sekolah belum mampu mendatangkan tenaga ahli dikarenakan keterbatasan dana.

Hal serupa juga terjadi pada kegiatan ekstrakurikuler musik. Sekolah mempunyai alat musik seruling, pianika, gitar, dan orgen. Namun untuk

kegiatan ekstrakurikuler hanya dilatih bermain pianika, karena pembimbing hanya dapat menggunakan alat musik pianika.

(39)

70 sekolah dan lingkungan dalam sekolah. Lingkungan

luar sekolah tampak kumuh dan terkesan semrawut, hal itu sebabkan banyak pedagang kaki lima yang berjualan di sekitar sekolah, pembeli tidak hanya peserta didik SDN Ungaran 02, 04 saja tetapi pembeli juga berasal dari peserta didik SMP dan SMK karena SDN Ungaran 02, 04, SMP PGRI dan SMK Sudirman berada dalam satu komplek. Pada saat pagi sebelum peserta didik masuk, pada saat jam istirahat dan pulang sekolah, sekitar sekolah tampak terkesan semrawut dan kotor.

SDN Ungaran 02, 04 terkesan semrawut karena banyak kendaraan yang antar jemput peserta didik dari

SD, SMP dan bahkan peserta didik SMK membawa sepeda motor. Sehingga jalan di depan sekolah penuh dengan pedagang dan sepeda motor. Sekolah terkesan kotor karena banyak pedagang kaki lima sehingga sampah tidak terelakkan. Lingkungan dalam sekolah tampak kumuh karena taman sekolah belum tertata dengan baik karena keterbatasan dana. Hal ini dikarenakan dana BOS tidak boleh dipergunakan untuk pembuatan taman sekolah, dana Bos diperbolehkan untuk perawatan pintu dan jendela ruang kelas yang rusak dan perbaikan sanitasi. Selain itu sekolah tampak kotor karena kamar mandi/WC untuk peserta

didik belum memenuhi rasio perbandingan jumlah peserta didik dengan jumlah kamar mandi/WC.

(40)

71

peserta didik. Dengan jumlah peserta didik laki-laki 190

anak memerlukan 5 kamar mandi/WC dan peserta didik perempuan 198 anak memerlukan 8 kamar mandi/WC. Jumlah kamar mandi/WC seharusnya 13 ruang sedangkan kamar mandi/WC yang ada hanya 5 ruang, jadi masih ada kekurangan 8 kamar mandi/WC.

(41)
(42)
(43)
(44)

75

Menurut Alma (2005:92) untuk mendapatkan

kepercayaan masyarakat terhadap sekolah maka perlu melakukan pendekatan kepada masyarakat dengan menunjukkan citra (image) positif yang mengesankan. Citra (image) terbentuk dari bagaimana sekolah melaksanakan seluruh kegiatannya yang mempunyai landasan utama pada segi layanan. Berdasarkan Tabel 4.6 Strategi Membangun Citra (Image) Sekolah di SDN Ungaran 02, 04 terdapat faktor-faktor yang dapat digunakan membangun citra sekolah yaitu reputasi sekolah, biaya, perhatian guru, ekstrakurikuler, kondisi fisik, dan jangkauan. Dari enam faktor yang mempengaruhi citra SDN Ungaran 02, 04 hanya empat

faktor yang mempunyai pengaruh yaitu reputasi sekolah, perhatian guru, ekstrakurikuler, dan kondisi fisik. Faktor biaya dan jangkauan tidak mempunyai masalah yang dapat mempengaruhi citra sekolah.

Faktor reputasi sekolah yang mempengaruhi citra (image) SDN Ungaran 02, 04 yaitu masalah prestasi sekolah dalam bidang akademik Ujian Sekolah (US) masih rendah dan belum berprestasi dalam bidang ekstrakurikuler. Akar permasalahan dari bidang akademik (US) rendah yaitu guru terbiasa dengan rutinitas dan disibukkan membuat administrasi.

(45)

76 guru merasa pembelajaran dengan cara konvensioanal

sudah baik, kemauan peningkatan keterampilan mengajar guru rendah, strategi yang disarankan yaitu kepala sekolah melaksanakan supervisi akademik berkelanjutan, membangkitkan motivasi guru untuk peningkatan kemampuannya. Kemampuan dan kemauan guru menggunakan teknik informatika (TIK) rendah strategi yang disarankan yaitu melakukan pendekatan personal agar mau mengikuti pelatihan menggunakan TIK di sekolah dengan dipandu guru yang menguasai TIK, Operator Sekolah (OPS), dan tenaga administrasi sekolah. Akar masalah belum mempunyai pembimbing bidang akademik yang

kompeten diatasi dengan strategi membentuk tim pengembang prestasi sekolah bidang akademik. Masalah kedua yang mempengaruhi citra (image)

sekolah dari faktor reputasi yaitu SDN Ungaran 02, 04 belum berprestasi dibidang ekstrakurikuler, akar masalahnya keterbatasan dana. Strategi yang disarankan yaitu membentuk tim pengembang prestasi sekolah dibidang ekstrakurikuler yang terdiri dari guru yang mempunyai keahlian agar saling melengkapi dan mengisi. Akar masalah guru merasa bukan dalam bidangnya disarankan dengan strategi mengikutkan diklat di bidang ekstrakurikuler (musik, tari, pramuka

(46)

77

strategi membagikan angket kepada peserta didik

tentang kegiatan ekstrakurikuler yang diminati peserta didik, untuk selanjutnya ditindak lanjuti, fokus satu atau dua kegiatan yang diminati dan dikembangkan sampai benar-benar berprestasi dan dapat menarik minat peserta didik. Akar masalah pembimbingnya kurang kompeten dengan strategi memberdayakan orang tua peserta didik yang mempunyai kemampuan sebagai pembimbing ekstrakurikuler dan bekerjasama dengan instansi lain yang terkait. Dalam hal ini sekolah sudah mengadakan kerjasama dengan Dinas Pemuda dan Olahraga (Dispora) untuk mengadakan kegiatan ekstrakurikuler taekwondo.

Faktor biaya tidak ada masalah sebab SDN Ungaran 02, 04 menerima Bantuan Operasioanal Sekolah (BOS) sebagai biaya operasional, dan tidak ada pungutan terhadap peserta didik. Seperti yang tercantum dalam Juknis BOS, tujuan BOS yaitu membebaskan pungutan bagi seluruh peserta didik sekolah negeri terhadap biaya operasioanal sekolah (Juknis Bos, 2014: 3).

Faktor perhatian guru yang mempengaruhi citra

(image) SDN Ungaran 02, 04 yaitu rasa empati guru terhadap peserta didik rendah, akar permasalahannya

(47)

78 maupun membangkitkan rasa handarbeni (memiliki)

guru.

Faktor ekstrakurikuler yang mempengaruhi citra (image) SDN Ungaran 02, 04 yaitu jumlah ekstrakurikuler terbatas. Akar permasalahannya yaitu guru merasa kegiatan ekstrakurikuler yang ada bukan bidangnya, strategi yang disarankan yaitu membentuk tim pembimbing ekstrakurikuler dan mengikutkan diklat/kursus dibidang ekstrakurikuler (musik, tari, pramuka kaligrafi, lukis, dll). Akar masalah berikutnya yaitu ada beberapa guru menjelang pensiun, strategi yang disarankan dengan pendekatan personal. Akar masalah keterbatasan dana disarankan dengan strategi

bekerjasama dengan instansi lain dan orang tua peserta didik yang mempunyai keahlian untuk turut berperan serta membimbing ekstrakurikuler. Misalnya, bekerjasama dengan dinas pemuda dan olahraga (Dispora) untuk mengadakan kegiatan ekstrakurikuler taekwondo di SDN Ungaran 02, 04. Pelatih dari Dispora tanpa honor, sedangkan pihak sekolah hanya menyediakan tempat untuk latihan. Latihan di sekolah setiap hari senin dan kamis setelah peserta didik pulang sekolah. Orang tua peserta didik yang ikut berperan yaitu melatih ekstrakurkuler kaligrafi.

Faktor kondisi fisik yang mempengaruhi citra

(48)

79

penertiban pedagang kaki lima bekerjasama dengan

komite sekolah supaya tidak ada konflik kepentingan antara sekolah dan pedagang.

Lingkungan dalam sekolah tampak kotor akar masalahnya dana BOS tidak boleh digunakan untuk pembuatan taman sekolah, sehingga taman sekolah belum tertata dengan baik. Strategi yang disarankan mengadakan gerakan menanam dan merawat, serta memberdayakan orang tua peserta didik yang mempunyai keahlian dibidang pertamanan untuk turut berperan serta dalam merancang dan membuat taman sekolah. Akar masalah yang lain yaitu kamar mandi/WC peserta didik tidak memenuhi rasio

perbandingan jumlah siswa dengan jumlah kamar mandi/WC. Strategi yang disarankan dengan mengajukan prososal ke Dinas Pendidikan untuk pengadaan kamar mandi/WC.

Faktor jangkauan tidak mempengaruhi citra

(image) SDN Ungaran 02, 04, berada di lingkungan perkotaan dan mudah dijangkau kendaraan, namun belum ada jalur angkutan umum. Bagi peserta didik yang jarak rumah dengan sekolah cukup jauh pada umumnya sudah mempunyi alternatif cara berangkat sekolah. Ada peserta didik yang langganan ojek atau

(49)

80

4.2 Pembahasan

4.2.1 Strategi Peningkatan Mutu Sekolah

Dalam upaya peningkatan mutu di SDN Ungaran 02, 04 perlu adanya kerja sama antaran

kepala sekolah, para guru/karyawan, peserta didik dan orang tua peserta didik (masyarakat). Masing-masing komponen saling berkaitan dan saling mempengaruhi keberhasilan dalam peningkatan mutu secara keseluruhan. Seperti yang dikatakan Soedijarto (2008) faktor yang mempengaruhi mutu pendidikan yaitu proses pendidikan, ketersediaan sumber daya pendidikan, anggaran pendidikan, dan kebijakan. Hasil FGD yang menjadi faktor mutu SDN Ungaran 02, 04 dipersepsikan kurang bagus seperti pendapat Sukmadinata (2008:7) terdiri dari faktor peserta didik (raw input), proses pendidikan, instrumental input, dan

environmental input.

Penelitian terdahulu tentang peningkatan mutu yang dilakukan oleh Mursalim (2010) hanya menyoroti tentang rendahnya mutu pendidikan dan rendahnya mutu pelayanan publik, tanpa mencari tahu akar permasalahan tentang rendahnya mutu pendidikan dan cara mengatasinya. Dalam penelitian ini sebelum menentukan strategi peningkatan mutu terlebih dahulu mencari akar permasalahan dari rendahnya mutu sekolah di SDN Ungaran 02, 04. Adapun yang menjadi akar masalah penyebab mutu SDN Ungaran 02, 04

(50)

81

disibukkan membuat administrasi, guru merasa puas

dengan kemampuan yang dimilikinya, kemauan guru peningkatan keterampilan mengajar rendah, guru merasa pembelajaran dengan cara konvensional sudah baik, dan kemampuan serta kemauan guru menggunakan Teknik Informatika (TIK) rendah. Hal tersebut karena guru-guru sebagian besar sudah bertugas di SDN Ungaran 02, 04 selama puluhan tahun dan merasa dalam posisi yang nyaman, dan sulit menerima perubahan dan pembaharuan. Hal terebut dibenarkan oleh beberapa guru SDN Ungaran 02, 04.

Akar permasalahan tersebut menjadikan motivasi belajar peserta didik SDN Ungaran 02, 04

rendah. Hal itu terjadi karena program supervisi SDN Ungaran 02, 04 sudah ada, namun pelaksanaannya belum sesuai dengan program. Kepala sekolah disibukkan dengan banyaknya laporan dan administrasi yang harus dikerjakan. Seperti Dapodik, Padamu Negeri, dan BOS. Selain itu juga adanya kurang percaya diri dan rasa kurang enak dari kepala sekolah karena faktor senioritas. Guna peningkatan motivasi belajar peserta didik SDN Ungaran 02, 04, strategi yang disarankan salah satunya yaitu melaksanakan supervisi akademik berkelanjutan agar

pembelajaran dapat dilaksanakan secara optimal.

(51)

82 mutu pendidikan melalui kegiatan belajar mengajar.

Teknik supervisi dapat dilakukan dengan kunjungan kelas, ini dimaksudkan untuk mengumpulkan informasi dalam rangka peningkatan mutu proses dan hasil belajar sebagai tanggungjawab bersama. Dari guru sendiri jika akan disupervisi merasa berat, seperti yang disampaikan oleh salah satu guru dan dibenarkan oleh guru lain. Berikut pernyataanya :

”...walaupun sudah berpuluh-puluh tahun setiap hari kami mengajar, tapi jika mendengar kata akan disupervisi atau Monev (Monitoring dan Evaluasi) rasanya gemetar. Kadang saat di depan kelas yang disampaikan tidak sesuai dengan rencana, saking groginya”.(25 Januari 2015)

Peran kepala sekolah sebagai motivator hendaknya dapat membangkitkan semangat dan memotivasi guru untuk terus berprestasi, sehingga guru mempuyai motivasi berprestasi. Motivasi berprestasi menurut McClelland (1987) dalam Mayangsari (2013) adalah suatu keinginan yang ada dalam diri seseorang yang dapat mendorong orang

tersebut untuk berusaha mencapai standar atau ukuran keunggulan tertentu. Pencapaian prestasi (achievement) tidak selalu berupa pencapaian sasaran yang ditetapkan oleh lembaga tetapi bergantung pada kesiapan guru dalam mengerjakan tugas. Guru didorong melaksankan gagasan inovatif yang dapat meningkatkan mutu pembelajaran.

(52)

83

sesudah supervisi. Pelaksanaan supervisi dapat dengan

pertemuan individual, dialog, tukar pikiran mengenai usaha untuk peningkatan kemampuan profesioanal guru dalam upaya peningkatan mutu pembelajaran. Supervisi akademik yang dilaksanakan dapat peningkatan keterampilan guru dalam mengajar dan dapat memotivasi guru untuk melaksanakan pembelajaran yang inovatif. Dengan pembelajaran yang inovatif tentunya dapat peningkatan motivasi belajar peserta didik dan pada akhirnya dapat peningkatan mutu.

Dalam peningkatan mutu pembelajaran SDN Ungaran 02, 04 guru dapat memberikan perhatian

kepada peserta didik dengan pembimbingan kelompok maupun individual. Seperti yang disampaikan Ried (2009:103) seseorang merasa senang merupakan hal penting, merasa nyaman dapat membuat peserta didik belajar lebih efektif. Dengan perhatian, rasa senang, nyaman, dan perasaan terlindungi yang diberikan guru maka akan peningkatan motivasi belajar peserta didik, dan tentunya akan peningkatan hasil belajar peserta didik.

Berdasarkan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Dwija (2008) peranan motivasi berprestasi sangat penting dalam pembelajaran.

(53)

84 belajar, dan bagaimana cara kita belajar (Schunk,

2012:7). Pujian diberikan kepada peserta didik untuk capaian tertentu yang dapat dilakukan oleh peserta didik. Idealnya motivasi harusnya intrinsik yakni, peserta didik memiliki motivasi dari dalam diri (self motivating) (Reid, 2009:19).

Memotivasi peserta didik dapat dilakukan dengan cara pemberian penghargaan (reward)

merupakan motivasi ekstrinsik kepada peserta didik. Penghargaan bagi peserta didik dapat berupa nilai, hadiah, ucapan selamat, pujian, ataupun hanya acungan jempol. Hal itu disampaikan oleh salah satu orang tua peserta didik SDN Ungaran 02, 04 seperti

berikut di bawah ini:

”… anak saya setiap di sekolah mendapat nilai bagus atau dipuji oleh Guru, dirumah semakin giat belajar. Tetapi jika pekerjaan rumahnya tidak diberi nilai dia malamnya agak malas belajar, karena PRnya tadi tidak diberi nilai, begitu katanya. Jadi harapan kami selaku orang tua agar setiap ada pekerjaan rumah, di cocokan

dan diberi nilai.” (25 Januari 2015)

Pujian dapat memberikan motivasi kepada peserta didik. Menurut peneliti guru dapat memberikan motivasi dalam bentuk apapun agar motivasi dari

(54)

85

kecamatan mendapat hadiah dapat berupa alat tulis

seperti buku, pensil, penggaris dan lain lain. Ada juga guru yang memberikan motivasi dengan cara setiap pulang sekolah diberikan satu soal, siapa yang dapat megerjakan terlebih dahulu dengan benar maka boleh pulang lebih dahlu. Dengan demikian peserta didik akan termotivasi untuk belajar setiap saat.

Akar masalah kemampuan dan kemauan guru SDN Ungaran 02, 04 menggunakan teknik informatika (TIK) rendah. Hal itu terjadi karena sebagian besar guru sudah berusia lanjut, bahkan mendekati masa pensiun. Selama ini sebagian besar guru di SDN Ungaran 02, 04 menggantungkan tenaga administrasi dalam

pengetikan, print out, browsing internet, dan lain-lain. Sebagai tenaga pendidik yang profesional dan sudah memikili sertifikat pendidik harusnya guru sudah dapat mengoperasikan komputer ataupun menggunakan TIK. Strategi yang disarankan yaitu melakukan pendekatan personal. Kepala sekolah memberikan motivasi kepada guru agar mau mengikuti pelatihan menggunakan TIK di sekolah dengan dipandu guru yang menguasai TIK, Operator Sekolah (OPS), dan tenaga administrasi sekolah.

Akar masalah peserta didik (raw input) selanjutnya yaitu peserta didik yang mendaftar di SDN

(55)

86 (PPDB). Strategi yang disarankan yaitu peningkatan

Proses Belajar Mengajar (PBM) dengan menerapkan Pembelajaran Aktif Inovatif Kreatif dan Menyenangkan (PAIKEM) di sekolah dan menerapkan budaya mutu di sekolah.

Dalam menerapkan Pembelajaran Aktif Inovatif Kreatif dan Menyenangkan (PAIKEM) PBM di SDN Ungaran 02, 04 di dalam kelas seharusnya sesuai dengan standar proses meliputi perencanaan proses pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran, penilaian hasil pembelajaran, dan pengawasan proses pembelajaran. Perencanaan proses pembelajaran diawali dari penyusunan rencana pelaksanaan

pembelajaran (RPP) merupakan penjabaran dari silabus. RPP disusun secara lengkap dan sistematis supaya pelaksanaan pembelajaran dapat berlangsung secara interaktif, menyenangkan, memberi ruang untuk kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat dan karakteristik peserta didik.

Namun kenyataanya di SDN Ungaran 02, 04 sebagian guru belum menyususn RPP sendiri. RPP masih menggunakan contoh dari BNSP hanya dengan merubah tanggal dan nama sekolah. Seharusnya RPP disusun oleh guru secara sistematis, sesuai antara

(56)

87

terprogram. Perlu juga pengawasan proses

pembelajaran oleh kepala sekolah atau pengawas sekolah melalui supervisi akademik berkelanjutan.

Kepala Sekolah sebagai pemimpin dalam menerapkan budaya mutu di sekolah terlebih dahulu bersama-sama steakholdes (kepala sekolah, guru, dan komite sekolah) meninjau kembali Visi, Misi dan tujuan sekolah apakah sudah sesuai dengan yang diharapkan oleh seluruh warga sekolah, sesuai dengan upaya peningkatan mutu dan citra (image) sekolah. Visi, misi, dan tujuan sekolah yang sekarang merupakan susunan kepala sekolah sendiri. Hal itu dikarenakan usulan dari mantan kepala sekolah yang terperiodesasi dan

disetujuai oleh semua dewan guru.

Pada saat visi, misi dan tujuan sekolah di sosialisasikan, dewan guru dan komite langsung menyetujui tanpa ada revisi. Selanjutnya dalam menerapkan budaya mutu di sekolah perlu adanya kerja sama tim (team work) yang terdiri dari kepala sekolah, para guru, karyawan, dan orang tua peserta didik (masyarakat). Masing-masing komponen saling berkaitan dan saling mempengaruhi keberhasilan dalam peningkatan mutu secara keseluruhan.

Akar masalah peserta didik baru yang masuk ke

(57)

88 didik baru (PPDB) ke Taman Kanak-kanak yang ada di

sekitar sekolah kepada orang tua peserta didik di Taman Kanak-Kanak. Menyebarkan brosur atau liflet.

Promosi dapat juga dengan cara menunjukkan prestasi yang sudah dicapai melalui pemajangan piala ditempat yang mudah dilihat oleh masyarakat misalnya membuat

etalase di luar ruang. Prestasi yang sudah diperoleh tentunya akan menarik perhatian peserta didik maupun orang tua peserta didik untuk mendaftar ke SDN Ungaran 02, 04.

Akar masalah yang menjadi penyebab mutu SDN Ungaran 02, 04 dipersepsikan rendah yaitu penguasan guru terhadap materi kurang dan

pelaksanaan remedial dikelas belum sesuai prosedur. Penguasaan guru terhadap materi kurang, akar permasalahannya yaitu guru merasa cukup puas dengan kemampuan yang dimiliki, guru sebentar lagi menjelang pensiun, guru merasa mengajar dengan cara konvensional sudah bagus dan berhasil. Akar permasalahan ini pada dasarnya sama dengan akar permasalahan pada faktor peserta didik (raw input) dengan sebab motivasi belajar peserta didik rendah. Strategi yang disarankan juga sama yaitu Kepala Sekolah melaksanakan supervisi berkelanjutan dengan membangkitkan motivasi guru untuk meningkatkan

kemampuannya.

(58)

89

pendekatan personal. Seperti yang disampaikan oleh pengawas sekolah sebagai berikut:

”… supervisi di SDN Ungaran 02, 04 lebih disarankan secara personal, khususnya kepada guru yang sudah mendekati masa pensiun, akan lebih baik dari hati ke hati. Tidak ada kesan memerintah kepada yang usianya lebih tua, tetapi berikan motivasi agar beliu dapat menjadi contoh bagi rekan-rekannya.” ( 5 Pebruari 2015).

Dengan pendekatan personal, guru senior merasa lebih dihargai dan tidak ada kesan mendapatkan perintah dari yang lebih muda atau terbebani atas tugas dan tanggungjawabnya. Guru dengan penuh tanggungjawab melaksanakan tugas yang sudah menjadi kewajibannya.

Akar permasalahan dari pelaksanaan remedial SDN Ungaran 02, 04 belum sesuai prosedur yaitu guru belum menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) sendiri, guru belum melaksanakan analisis

perbutir soal. Soal evaluasi tidak sesuai yang terdapat pada RPP. Hal itu dikarenakan RPP yang dimiliki guru bukan buatan guru sendiri, maka soal evaluasi tidak sesuai dengan tujuan pembelajaran. Guru SDN Ungaran 02, 04 dalam melaksanakan evaluasi lebih sering mengambil soal dari bank soal. Berikut kutipan pernyataan dari salah satu guru SDN Ungaran 02, 04:

”... setelah pembelajaran selesai, untuk evaluasi

(59)

90

menggunakan soal evaluasi dari bank soal ataupun LKS sehingga cakupan materinya luas, nilai yang diperoleh peserta didik mencakup materi secara keseluruhan ”.(6 Februari 2015)

Setelah evaluasi selesai guru juga belum

melaksanakan analisis perbutir soal. Analisis perbutir soal belum dilakukan karena soal evaluasi yang digunakan terlalu banyak, sehingga menyita waktu. Hal itu di benarkan oleh beberapa guru SDN Ungaran 02, 04, salah satunya berikut pernyataanya:

”... setelah pembelajaran selesai, untuk evaluasi saya tidak menggunakan soal evaluasi yang ada pada RPP, karena soal terlalu sedikit kesannya tidak mencakup seluruh materi. Saya menggunakan soal evaluasi dari bank soal. Selesai evaliasi pun, saya jarang melaksanakan analisis perbutir soal. Hal ini disebabkan dengan soal

evaluasi yang banyak akan menyita waktu”. (25

Januari 2015)

Padahal sebenarnya analisis perbutir soal dapat di gunakan oleh guru untuk memetakkan materi yang belum di kuasai dan materi yang sudah dikuasai oleh peserta didik, sehingga guru dapat merencanakan pembelajaran untuk remidi dengan tepat.

(60)

91

dikarenakan selama menjabat sebagai kepala sekolah

belum mengikuti pendidikan dan latihan (Diklat) khusus kepala sekolah. Setelah tes seleksi lolos mendapatkan SK penempatan langsung melaksanakan tugas. Jadi untuk pengetahuan manajerial dan kepemimpinan dirasa masih kurang. Seharusnya dari Dinas Pendidikan mengadakan Diklat guna peningkatan pengetahuan dan kemampuan kepala sekolah sebelum terjun ke lapangan.

Pelaksanaannya dapat secara bersamaan pada saat pembinaan dinas di SDN Ungaran 02, 04 bersama-sama antara Pengawas Sekolah dan Kepala Sekolah. Dalam pembinaan diprogramkan adanya penyegaran

kembali cara menyusun RPP. RPP disusun secara lengkap dan sistematis supaya pelaksanaan pembelajaran dapat berlangsung secara interaktif, menyenangkan, memberi ruang untuk kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat dan minat peserta didik. Pada kegiatan inti gunakan metode yang sesuai dengan karakteristik peserta didik dan mata pelajaran yang dapat meliputi proses eksplorasi, elaborasi dan konfirmasi. Penilaian hasil pembelajaran dilakukan secara konsisten, sistematik, dan terprogram. Setelah penyusunan RPP mengadakan peer teaching bersama

teman sejawat sebagai peserta didik sekaligus nantinya akan memberikan masukan atau evaluasi.

(61)

92 bersama-sama di ruang guru setelah jam pembelajaran

selesai, diskusi dengan teman sejawat untuk memecahkan masalah. Ada beberapa guru sudah melaksanakan analisis perbutir soal, walaupun tindak lanjutnya belum maksimal. Beberapa guru sudah melaksanakan pembelajaran dengan memanfaatkan alat peraga dan media yang ada di sekolah. Namun untuk peer teaching belum terlaksana dikarenakan pada saat pelaksanaan kurikulum 2013 guru lebih disibukkan untuk mempelajari tentang penilaian. Jadi kelompok kerja guru lebih banyak membahas masalah penilaian kurikulum 2013.

Akar masalah ukuran luas ruang kelas tidak

sesuai standar dan ada beberapa ruang kelas yang rusak menjadikan ruang kelas kurang nyaman. Strategi yang disarankan yaitu membuat ruang kelas menjadi nyaman. Cara membuat ruang kelas menjadi nyaman yaitu dengan pemasangan kipas angin, ventilasi dan pencahayaan cukup. Sedang ruang kelas yang rusak strateginya dengan cara mengajukan bantuan rehap kepada dinas terkait. Dari delapan ruang kelas yang diajukan rehap baru empat lokal yang mendapatkan batuan rehap berupa Dana Alokasi Khusus (DAK) pada akhir tahun 2014.

(62)

93

dari alumni. Mengalokasikan dana BOS 5% dari

seluruh anggaran untuk penggantian buku peserta didik yang rusak atau buku yang hilang sehingga memenuhi perbandingan jumlah buku dan jumlah peserta didik 1:1.

Akar masalah faktor environmental input yaitu banyak pedagang kaki lima yang berjualan di sekitar SDN Ungaran 02, 04, jam pelajaran antara SD, SMP dan SMK waktunya tidak sama, jam istirahat juga tidak bersamaan, orang tua peserta didik SDN Ungaran 02, 04 yang kebanyakan ibu-ibu penjemput suka mengelompok membicarakan hal-hal yang kurang perlu. Masalah tersebut menimbulkan suara berisik

atau gaduh. Strategi yang disarankan yaitu peran serta komite SDN Ungaran 02, 04 dalam penertiban pedagang kaki lima supaya tidak ada konflik kepentingan. Mengadakan kerjasama dengan SMP dan SMK dalam pengaturan jam istirahat, khususnya pada saat Tes Semester dan Ujian Nasioanal. Membentuk paguyupan kelas untuk memberikan wadah bagi orang tua peserta didik sebagai tempat berkomunikasi. Dengan adanya paguyupan kelas komunikasi antara sekolah dan orang tua peserta didik semakin intensif sehingga permasalahan peserta didik dapat

disampaikan kepada orang tua peserta didik.

4.2.2 Strategi Membangun Citra (Image) Sekolah

(63)

94 masyarakat terhadap sekolah maka perlu melakukan

pendekatan dengan menunjukkan citra positif yang mengesankan. Dalam upaya membangun citra (image)

di SDN Ungaran 02, 04 perlu adanya kerja sama antaran kepala sekolah, para guru/karyawan, peserta didik dan orang tua peserta didik (masyarakat). Masing-masing komponen saling berkaitan dan saling mempengaruhi keberhasilan dalam membangun citra sekolah secara keseluruhan.

Penelitian terdahulu tentang citra (image) sekolah diantaranya Kusdiyanto (2008) yang meneliti tentang

”Citra Perguruan Tinggi Swasta di Kopertis VI Jawa

Tengah”, Pramudyo (2012) tentang ”Pengaruh Citra

Merek Terhadap Loyalitas Melalui Kepuasan Sebagai

Intervening” (Studi Pada Mahasiswa Perguruan Tinggi Swasta di Yogyakarta). Keduanya melakukan penelitian di perguruan tinggi, padahal pencitraan sekolah harusnya dilakukan disemua jenjang pendidikan termasuk jenjang pendidikan dasar khususnya Sekolah Dasar (SD). Karena itu penelitian ini tentang pencitraan di tingkat sekolah dasar. Sesuai dengan hasil FGD Citra

(image) sekolah dipengaruhi oleh ada enam faktor yaitu reputasi sekolah, biaya, perhatian guru, kegiatan ekstrakurikuler, kondisi fisik sekolah dan jangkauan.

Akar permasalahan dari prestasi bidang

(64)

95

administrasi, guru merasa puas dengan kemampuan

yang dimilikinya, kemauan guru peningkatan keterampilan mengajar rendah, guru merasa pembelajaran dengan cara konvensional sudah baik, dan kemampuan serta kemauan guru menggunakan Teknik Informatika (TIK) rendah. Akar permasalahan tersebut menjadikan motivasi belajar peserta didik rendah. Guna peningkatan motivasi belajar peserta didik strategi yang disarankan yaitu Kepala Sekolah melaksanakan supervisi berkelanjutan supaya pembelajaran dapat dilaksanakan secara optimal.

Strategi yang digunakan dalam dalam penyelesaian masalah sebenarnya juga sama, yaitu

melaksanakan supervisi akademik berkelanjutan dengan lebih menekankan pada pemberian motivasi. Motivasi agar guru dalam melaksanakan tugasnya lebih profesional. Dengan keprofesionalan guru SDN Ungaran 02, 04 akan dapat peningkatan kesan positif terhadap kompetensi yang dimiliknya. Kesan bahwa guru tidak gagap teknologi (gaptek) yaitu dengan cara melaksanakan pembelajaran inovatif dengan menggunakan media yang bervariasi dan berbasis TIK. Hal ini akan menambah citra (image) positif terhadap SDN Ungaran 02, 04.

Pembelajaran yang inovatif akan peningkatan

(65)

96 untuk putranya dengan mencari tahu berapa hasil

ujian tahun terakhir. Hasil ujian SDN Ungaran 02, 04 yang tinggi dan peringkat sekoah naik peningkatan citra (image) sekolah dimata masyarakat.

Akar masalah belum mempunyai pembimbing bidang akademik yang kompeten dengan strategi membentuk tim pengembang prestasi sekolah dibidang akademik. Tim pengembang bidang kademik terdiri dari guru-guru yang akan bekerjasama dalam mengupayakan meningkatnya prestasi akademik khususnya nilai ujian. Dapat juga dibentuk guru mata pelajaran khusus untuk kelas enam agar penguasaan peserta didik terhadap materi yang akan diujikan lebih

dalam.

Akar masalah bidang ekstrakurikuler yang menyebabkan bidang ekstrakurikuler SDN Ungaran 02, 04 belum berprestasi yaitu keterbatasan dana, guru merasa bukan dalam bidangnya dalam membimbing ekstrkurikuler, faktor usia karena guru menjelang pensiun, jenis ekstrakurikuler kurang menarik, dan pembimbing ekstrakurikuler kurang kompeten. Strategi yang disarankan yaitu sekolah membentuk tim pengembang bidang ekstrakurikuler. Tim yang sudah terbentuk bekerja mulai dari mengadakan pembagian

(66)

97

Sedangkan kegiatan yang tidak dikuasai oleh tim

pengembang dapat mengundang pelatih atau pembina dari pihak luar sekolah, dinas terkait ataupun bekerjasama dengan orang tua peserta didik yang mempunyai kompetensi dibidang ekstakurikuler. Dalam hal ini sekolah sudah mengadakan kerjasama dengan Dinas Pemuda dan Olahraga (Dispora) untuk mengadakan kegiatan ekstrakurikuler taekwondo, dan dengan orang tua peserta didik untuk ekstrakurikuler menulis kaligrafi.

Akar masalah biaya SDN Ungaran 02, 04 sebenarnya membawa citra (image) positif, sebab sekolah menerima dana BOS dari pemerintah sehingga

biaya operasional sekolah SDN Ungaran 02, 04 didanai dari dana BOS. Seperti yang tercantum dalam Juknis BOS, tujuan BOS yaitu membebaskan pungutan bagi seluruh peserta didik sekolah negeri terhadap biaya operasioanal sekolah (Juknis Bos, 2014:3), maka SDN Ungaran 02, 04 dengan adanya dana BOS tidak ada pungutan terhadap pesertra didik.

Akar masalah rasa empati guru SDN Ungaran 02, 04 terhadap peserta didik rendah yaitu guru merasa segala sesuatu merupakan hal yang sudah biasa terjadi dan guru kurang merasa handarbeni (rasa memiliki), strategi yang disarankan yaitu Kepala Sekolah SDN

Ungaran 02, 04 melaksanakan supervisi akademik berkelanjutan dan dapat membangkitkan motivasi guru untuk berprestasi maupun membangkitkan rasa

(67)

98 Kepala sekolah SDN Ungaran 02, 04 sebagai

motivator hendaknya dapat membangkitkan semangat dan memotivasi guru untuk terus berprestasi, sehingga guru mempuyai motivasi berprestasi. Motivasi berprestasi menurut McClelland (1987) dalam Mayangsari (2013) adalah suatu keinginan yang ada dalam diri seseorang yang mendorong orang tersebut untuk berusaha mencapai suatu standar atau ukuran keunggulan. Pencapaian prestasi (achievement) tidak selalu berupa pencapaian sasaran yang ditetapkan tetapi bergantung pada kesiapan mengerjakan tugas. Guru didorong untuk mempraktekkan gagasan inovatif yang dapat peningkatan mutu pembelajaran. Teknik

memotivasi dapat dilakukan bersamaan pelaksanaan supervisi dengan pertemuan individual, dialog, tukar pikiran mengenai usaha untuk peningkatan kemampun profesioanal guru dalam upaya peningkatan mutu pembelajaran. Pertemuan dapat bersifat informal sebelum atau sesudah kunjungan kelas.

Akar permasalahan dari faktor ekstrakurikuler di SDN Ungaran 02, 04 yaitu guru merasa ekstrakurikuler yang ada bukan bidangnya, guru yang diharapkan sebagai pembimbing menjelang pensiun, dan keterbatasan dana. Akar permasalahan ini sama dengan akar permasalahan reputasi sekolah

(68)

99

harapannya dapat dikembangkan sampai benar-benar

dapat memberikan kesan baik atau citra positif bagi SDN Ungaran 02, 04.

Kegiatan yang sudah dilaksanakan yaitu bekerjasama dengan dinas pemuda dan olahraga (Dispora) untuk mengadakan kegiatan ekstrakurikuler taekwondo di SDN Ungaran 02, 04. Sebelumnya tim pengembang mengedarkan angket kepada peserta didik, ternyata peserta didik yang berminat cukup banyak. Pelatih taekwondo dari Dispora, sedangkan pihak sekolah hanya menyediakan tempat untuk latihan. Hasilnya sudah cukup membanggakan. Kegiatan taekwondo di SDN Ungaran 02, 04 baru dilaksanakan

satu semester, dari peserta yang diikutkan kejuaraan tingkat Jawa Tengah ada lima peserta didik yang mendapat medali. Tiga peserta didik mendapat medali emas dan dua peserta didik mendapat medali perak. Hal tersebut dapat peningkatan reputasi SDN Ungaran 02, 04 menjadi lebih baik. Menurut tim pengembang peserta didik yang mengikuti taekwondo semakin meningkat. Ini membuktikan dari hasil prestasi peserta didik dapat memberikan motivasi kepada peserta didik lainnya.

Kondisi fisik SDN Ungaran 02, 04 yang mempengaruhi citra (image) sekolah yaitu lingkungan

(69)

100 kaki lima bekerjasama dengan komite sekolah supaya

tidak ada konflik kepentingan.

Akar masalah lingkungan di dalam SDN Ungaran 02, 04 tampak kotor yaitu dana BOS tidak boleh digunakan untuk pembuatan taman sekolah, sehingga taman sekolah belum tertata dengan baik. Hal ini karena dengan adanya aturan sekolah dilarang melakukan pungutan terhadap peserta didik maka penggalian sumber dana untuk biaya yang tidak dapat dikeluarkan dari BOS mengalami kesulitan. Strategi yang disarankan mengadakan gerakan menanam dan merawat, serta memberdayakan orang tua peserta didik yang mempunyai keahlian dibidang pertamanan untuk

turut berperan serta dalam merancang dan membuat taman sekolah.

Akar masalah yang lain yaitu kamar mandi/WC peserta didik SDN Ungaran 2,04 belum memenuhi rasio perbandingan jumlah siswa dengan jumlah kamar mandi/WC. Strategi yang disarankan dengan mengajukan prososal ke Dinas Pendidikan untuk pengadaan kamar mandi/WC. Pada bulan September 2015 mendapat bantuan Dana Alokasi Khusus (DAK) kamar mandi/WC sebanyak empat ruang. Jumlah kamar mandi/WC menjadi 9 ruang namun masih

kurang 5 ruang.

(70)

101

berangkat sekolah. Ada yang langganan ojek atau

Gambar

Tabel 4.2 Data Peserta Didik Baru, Peserta Didik Keseluruhan,
Gambar 4.2 berikut :

Referensi

Dokumen terkait

Sebab dewasa ini para peneliti berlomba-lomba agar laporan penelitian mereka masuk ke jurnal yang dianggap semakin mahal semakin memiliki prestige , seperti jurnal yang

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa variabel dari work life balance yaitu keseimbangan waktu, keseimbangan keterlibatan, dan keseimbangan kepuasan secara

Dengan demikian, pada hakikatnya transportasi adalah alat angkutan untuk memindahkan barang dan orang dari satu tempat ke tempat lain melalui darat, laut dan udara....

Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi yang berkembang pesat dapat dimanfaatkan sebagai sarana untuk memperkenalkan merek clothingIndonesia. Salah satu cara

Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. PT Bank Rakyat Indonesia Kantor Cabang Malang Kawi disarankan untuk mempertahankan serta semakin meningkatkan knowledge sharing

Adanya pengaruh daya tarik iklan rasional secara signifikan terhadap keputusan pembelian dikarenakan pembuat iklan menekankan pada nilai inti yang dimiliki produk

Balanced scorecard is developed into four perspectives: financial perspective, customer perspective, internal business perspective and learning and growth perspective.. The method

Therefore, the main objective of this study was to evaluate the secondary metabolites, antimicrobial, brine shrimp lethality and larvicidal activities against the 4