67 BAB V SIMPULAN
Sampai di sini saya telah memaparkan perkembangan pandangan filosofis
dan teologis terkait kehendak manusia, mengeksplorasi kehendak manusia dalam
terang pemikiran Agustinus, dan membahas relevansi pandangan Agustinus
mengenai kehendak menjadi kudus sekaligus menawarkan pandangan cara hidup
religius di masa kini. Berikut akan saya sampaikan beberapa inspirasi dan temuan
yang muncul melalui telaah atas pandangan Agustinus mengenai kehendak
menjadi kudus dalam kehidupan religius. Selanjutnya, saya akan mengemukakan
juga pokok-pokok penting yang belum sempat dibahas lebih mendalam di sini dan
yang dapat dikembangkan lebih lanjut oleh para penulis yang lain.
5.1 Simpulan
Dalam skripsi ini ada beberapa pokok yang saya temukan dalam melalui
eksplorasi atas pandangan Agustinus mengenai kehendak menjadi kudus dalam
kehidupan religius di masa kini. Pertama, kehendak dipahami sebagai suatu
kemampuan untuk memilih atau mengambil suatu keputusan ketika hendak
mengambil suatu tindakan. Sebagai suatu kemampuan untuk mengambil
keputusan, kehendak secara mendasar dipandang sebagai kendali atas tindakan
68
untuk mengacu pada sumber utama penggerak yang mengekspresikan tindakan
manusia.
Kedua, konsep mengenai kehendak manusia terus menerus berkembang
seiring waktu dan semakin sulit untuk menemukan konsep tunggal yang disetujui
bersama khususnya terkait penggunaannya dalam filsafat modern. Konsep
mengenai kehendak semakin tergantung pada sudut pandang yang dipakai.
Pandangan mengenai kehendak dari Zaman Klasik hingga Modern dapat dibagi
menjadi empat sudut pandang, yaitu sudut pandang teologis, sudut pandang
rasionalis, humanis, serta sudut pandang kehendak bebas dan determinisme.
Konsep Agustinus mengenai kehendak manusia sangat terkait dengan
pandangannya mengenai kebebasan manusia. Oleh karena itu, pembahasan
mengenai pandangan Agustinus tentang kehendak menjadi kudus secara khusus
berkaitan erat dengan kebebasan manusia.
Ketiga, gagasan Agustinus mengenai kebebasan manusia untuk
berkehendak baik yang memerlukan rahmat Tuhan dipengaruhi oleh
pengalamannya sendiri bergulat dengan dosa. Rahmat diperlukan karena dalam
pandangan Agustinus manusia adalah makhluk lemah yang senantiasa
membutuhkan uluran tangan Tuhan agar selamat. Pandangannya mengenai
manusia yang senantiasa membutuhkan rahmat ini dipengaruhi pandangan
pelagianisme dan manikheisme. Pandangannya mengenai rahmat berkaitan erat
dengan usaha mempertahankan secara konsekuen ajaran Paulus mengenai dosa
asal. Hal ini ialah untuk melawan aliran pelagianisme yang mengajarkan bahwa
dosa yang dilakukan Adam dan Hawa hanya merugikan diri mereka sendiri dan
69
Keempat, pandangan Agustinus mengenai kehendak berdosa dan dualitas
kehendak manusia dipengaruhi oleh pandangan manikheisme mengenai kebaikan
dan kejahatan. Agustinus memandang bahwa kejahatan adalah sesuatu sesuatu
yang „tidak ada‟ secara mandiri. Keberadaan kejahatan adalah sesuatu yang
bergantung pada kebaikan. Kejahatan disebutnya sebagai ketiadaan kebaikan.
Perbuatan yang jahat adalah sama dengan perbuatan tidak baik, sedangkan dosa
dipandang sebagai “lemahnya kehendak untuk berbuat baik”. Agustinus
memandang bahwa di dalam diri manusia terdapat dua kehendak, yaitu kehendak
baik yang kuat dan kehendak baik yang lemah. Selama masih menjalani
kehidupan di dunia, manusia selalu mengalami pergulatan antara kedua kehendak
itu di dalam dirinya.
Kelima, Agustinus memandang bahwa kehendak manusia menjadi kudus
adalah suatu proses yang tidak pernah selesai, karena selama manusia hidup di
dunia, ia tidak pernah luput dari dosa. Manusia dapat disebut kudus karena
totalitas hidup yang diperlihatkannya dalam kesehariannya. Cara hidup religius
pun ditawarkan sebagai cara hidup yang mengalami kehidupan di antara dua
tegangan. Cara hidup ini mengajak orang-orang untuk menghadapi konflik, yakni
antara kehendaknya sebagai makhluk duniawi dan kehendaknya sebagai makhluk
Tuhan, di dalam batinnya sebagai tantangan dalam peziarahan hidup di dunia.
5.2 Kemungkinan Pengembangan Pandangan Agustinus tentang Kehendak Menjadi Kudus
Pandangan Agustinus mengenai “Kehendak Menjadi Kudus” dapat
70
belum sepenuhnya tereksplorasi di dalam skripsi ini. Tulisan ini hanya membahas
pandangannya mengenai kehendak menjadi kudus terutama dalam konteks
kehidupan religius. Tema-tema di sekitar pembahasan ini masih dapat dieksplorasi
lagi secara mendalam, baik dalam kaitannya dengan filsafat, teologi, maupun
dengan bidang ilmu yang lain. Oleh karena itu, saya kemukakan beberapa pokok
pandangan ke depan yang dapat dikembangkan dan ditelaah lebih lanjut oleh
penulis lain sebagai berikut.
Pertama, pandangan mengenai kehendak menjadi kudus dapat digunakan
untuk membandingkan dan menunjukkan nilai-nilai cara hidup dalam kekudusan
di dalam masyarakat nonreligius, dengan mencari berbagai makna kehidupan
yang bersifat „di antara‟ dan keserupaan-keserupaan yang dapat ditemukan di
antara berbagai kultur.
Kedua, aspek-aspek sekularisasi berkaitan dengan pandangan mengenai
kehidupan yang sifatnya berada di „antara‟. Agustinus tidak secara gamblang
menyampaikan pandangannya mengenai kehidupan „antara‟, tetapi visinya
mengenai suatu kehidupan „antara‟ bisa ditelaah lebih lanjut berdasarkan bukunya
yang berjudul City of God. Buku ini bisa menjadi inspirasi untuk mengembangkan
suatu telaah atas berbagai paradoks sosial dan perbedaan cara hidup yang
dijumpai di dalam masyarakat.
Ketiga, pandangan Agustinus mengenai kehendak menjadi kudus memiliki
keunikan tersendiri karena menghadapkan setiap individu dengan situasi yang
berbeda di zamannya. Pandangannya mengenai kehendak menjadi kudus dalam
hidup religius masih bisa dipandang relevan pada zaman sekarang untuk
71
Tuhan sebagai rahmat yang dijumpai dalam relasi dengan sesama. Eksplorasi atas
pandangan Agustinus tentang kekudusan adalah salah satu usaha untuk
memberikan alternatif tawaran cara hidup yang cenderung berlawanan dengan
“spiritualitas semu” dari berbagai zaman.
Masih banyak tema lain yang dapat dikembangkan dengan menggunakan
pemikiran-pemikiran Agustinus sehingga membuka berbagai kemungkinan cara
pandang konstruktif mengenai relasi antara dualitas kehendak di dalam diri
manusia, relasi manusia dan sesamanya, serta setiap individu dan pengertian
72
DAFTAR PUSTAKA
Sumber Utama
Augustine, The Confessions, trans. Maria Boulding. NewYork: New City Press,
1997.
________, Confessions, terj. Henry Chadwick . New York: Oxford University
Press, 2008.
________, On the Free Choice of the Will, On Grace and Free Choice, and Other
Writings, trans. Peter King. New york: Cambridge University Press,
2010.
________, On the Free Choice of the Will, On Grace and Free Choice, and Other
Writings, trans. Peter King. Cambridge University Press, 2010.
________, “Sermon 223; On a feast of Holy Martyr”, dalam St. Caesarius,
The Fathers of The Church: Sermons vol.3 (187-238), trans. Mary
Magdeleine Mueller.Washington DC: The Catholic University of
America Press.
________, “Sermon 299A”, dalam John E. Rotelle, The Works of Saint
Augustine: A Translation for 21st Century. New York: New City Press,
2003.
________, Commentary on the Epistle of John,10.7.1 dalam Donal X. Burt, Day
by Day with Saint Agustine. Minnesota: Liturgical Press, 2006.
________, Commentary on the Lord’s Sermon on the Mount with Seventeen
Related Sermons, trans. Denis J.Kavanagh. Washington DC: The
Catholic University of America Press, 1951.
________, Letters 156-210: Epistulae II, ed. John E. Rotelle. New York: New
City Press, 2004.
________, On Marriage and Concupiscence, di dalam The Nicene and Post
Nicene Fathers No.1 Vol.5, ed. Philip Schaff . Grand Rapids, MI:
Christian Classics Ethereal Library, 1956.
73
Tarsicius J. Van Bavel, trans. Raymond Canning. London:Darton
&Todd, 1986.
________, Tractates on The Gospel of John 28-54: The Fathers of the Church,
Volume 88. trans. John W. Rettig. Washington DC: The Chatolic
University of America Press, 1988.
________, The City of God, trans. Marcus Dods. Toronto: Random House, 1999.
Sumber Pendukung
Altman, Nathaniel, The Little Giant Encyclopedia of Meditation. New York: Sterling
Publishing, 2000.
Alexander, David C., Augustine’s Early Theology of the Church: Emergence and
Implications 386-391. New York: Peter Lang Publishing, 2008.
Beduhn, Jason David, Augustine’ Manichean Dilemma Vol.1: Conversion and
Apoctasy, 373-388 C.E, (Philadelphia: University of Pennsylvania Press, 2010)
Bergant, Dianne & Robert Kane, Tafsir Alkitab Perjanjian Baru, terj. A. S.
Hadiwiyata, Lembaga Biblika IndonesiA. Yogyakarta: Kanisius, 2002.
Bonner, Gerald, Freedom and Necessity: St. Augustine’s Teaching on Divine
Power and Human Freedom. Washington DC:The Catholic University of
America Press, 2007.
Buber, Martin. I and Thou, ed. Ronald Gregor Smith (New York: Charles
Scribner’s Sons, 1958)
Cowburn, John, Free Will, Predestination and Determinisme (Wisconsin:
Marquette University Press, 2008)
Dihle, Albrecht, The Theory of will in Classical Antiquity, London: University of
74
Dillon, John dkk. The question of Eclecticism Studies in Later Greek Philosophy,
University California Press, 1997, 236-237
Ebbeller, Jennifer, Disciplining Christians: Correction and Community in
Augustine’s Letters (New York: Oxford University Press, 2012)
Garbarino, Collin, “ Augustine, Donatist and Martyrdom” dalam An Age of
Saint? Power, Conflict, and Dissent in Early Medieval Christianity, ed.
Phil Booth. Leiden: Brill, 2011.
Harmless, William. Augustine and the Catechumenate. Collegeville: Liturgical
Press, 2014.
Harrison, Carol, Rethinking Augustine Early Theology. New York: Oxford
University Press, 2006.
Kahn, Charles H., “Discovering Will From Aristotle to Augustine”, artikel dalam
buku J.M. Dillon(ed.), The Question of "eclecticism": Studies in Later Greek
Philosophy. London: University of California Press, 1996.
Kane, Robert. The Significance of Free Will.New York Oxford University Press ,
1998.
Karfikova, Lenka. Grace and the Will according to Augustine, trans. Marketa
Janebova (Boston: Koninklijke Brill NV, 2012)
Kim, Dong Young. Understanding Religious Conversion: The Case od St. Augustine.
Oregon: Pickwick Publications, 2012.
Koltun Naomi -Fromm, Hermeneutics of Holiness, (New York Oxford University
Press 2010
75
Augustine’ Tought. New York: Oxford University Press, 2017.
KĂĽng, Hans, Eternal Life?: Life After Death as a Medical, Philosophical, and
Theological Problem. Oregon: Wipf and Stock, 2002.
Langfold, Michael J., The tradition of Liberal Theology. Cambridge: Eerdmans,
2014.
Magnis suseno, Franz., 13 Tokoh etika; sejak Zaman Yunani zampai Abad ke -19.
Yogyakarta: Kanisius, 1997.
Marion , Jean Luc, In The Self’s Place the Approach of Saint Augustine, trans.
Jeffrey L.Kosky. California: Stanford University Press, 2012.
Mcgregor, Daniel S., Holy Dark Places: Wilderness and Exile in the Christian
Experience. Gonzales: Energion Publications, 2017.
McNamara Marie Aquinas, Friends and Friendship in Saint Augustine (New
York: Alb House, 1964)
Nisula, Timo. Augustine and the Functions of Concupiscence. Leiden Boston:
Brill, 2012.
O’Murchu, Diarmuid, Religious Life in the 21st Century. New York: Orbis Book,
2016.
Palaver, Wolfgang, Rene Girard’ Mimetic Theory.Michigan: Michigan State
University Press, 2013.
Pereira, Jairzinho Lopes, Augustine of Hippo and Martin Luther on Original Sin
and Justification of the Sinner. Gottingen: VandenHoeck & Ruprecht, 2013.
Pink Thomas, Concise Routledge Encyclopedi of Philosophy. New York:
76
Pink, Thomas and M.W.F Stone (ed.), The will and the Human Action: From
Antiquity to the Present Day. London: Routledge, 2004.
Schrijvers, Joeri, Between Faith and Belief Toward a Contemporary
Phenomenology of Religious Life. Albany: State University of New York
Press, 2016.
Tjahjadi, Simon Petrus L., Tuhan Para Filsuf dan Ilmuwan: dari Descartes
sampai Whitehead.Yogyakarta: Kanisius, 2007.
Turner, Victor. The Ritual Process:Structure and Anti-Structure Chicago: Aldine
Publishing, 1969.
Verma, Dhirendra, Word Origin: An Exhaustive Compilation of the Origin of
Familiar Words and Phrases. New Dehi: Sterling Paperbacks, 1998.
Willams, A.N. , The Divine Sense; The Intellect in Patristic Theology. New York:
Cambridge University Press, 2007.
Wolterstorff , Nicholas, Augustine’s Confessions: Philosophy in Autobiography,
ed. William E. Mann. New York: Oxford University Press, 2014.
Zumkeller, Adolar, Santo Agustinus: Pedoman Hidup, Suatu Komentar, terj.
Robert Hardawiryana . Para Biarawati dan Biarawan Ordo Santo
Agustinus di Indonesia, 1993.
Dokumen Gereja
Paus Paulus VI, Konstitusi Dogmatis tentang Gereja, Lumen Gentium 21
November 1964
Pope Francis, On The Call to Holiness in Today World, Apostolic Exhortation
77 Jurnal
Giovanni Filoramo, “The Phenomenology of Sanctity” dalam jurnal Concilium International Journal of Theology Vol.3 London: SCM Press, 2013.
Maldari Donald C., “Ascetism at service of grace”, dalam jurnal Louvain Studies Vol. 28
Belgium: Peeters publishers, 2003.
Artikel dan Sumber Internet
“Cardinal Nguyen Van Thuan: An Icon of the Vietnamese Church” artikel dalam
https://www.catholicworldreport.com/2014/01/08/cardinal-nguyen-van-thuan-an-icon-of-the-vietnamese-church/ diakses pada 18 Mei 2012 jam 22.00. “De Civita Dei 14.13”, artikel dalam
http://www.newadvent,org/fathers/120114.html. diakses pada tanggal 23
mei 2018 jam 10.34.
“How the Early Church Viewed Martyr”, artikel dalam
https://www.christianitytoday.com/history/issues/issue-27/how-early-church-viewed-martyrs.html, diakses pada 19 mei 2018. “On The Gift of Perseverance” artikel dalam
http://www.ewtn.com/library/PATRISTIC/PN15-12) 2.2. Diakses pada