• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN KODE ETIK PROFESI POLRI TERHADAP ANGGOTA YANG MELAKUKAN TINDAK PIDANA (Studi Kasus Di Wilayah Hukum Kepolisian Daerah Sulawesi Tengah)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "PENERAPAN KODE ETIK PROFESI POLRI TERHADAP ANGGOTA YANG MELAKUKAN TINDAK PIDANA (Studi Kasus Di Wilayah Hukum Kepolisian Daerah Sulawesi Tengah)"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

635

PENERAPAN KODE ETIK PROFESI POLRI TERHADAP

ANGGOTA YANG MELAKUKAN TINDAK PIDANA

(Studi Kasus Di Wilayah Hukum Kepolisian Daerah Sulawesi Tengah)

Deni Hendrawan Ridwan Tahir Harun Nyak Itam Abu

Abstrak

Penulisan ini menjelaskan tentang bagaimana bentuk dan jenis pelanggaran kode etik profesi polri serta bagaimanakah penerapan sanksi kode etik profesi polri terhadap anggota yang melakukan tindak pidana di wilayah hukum kepolisian

daerah sulawesi tengah. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bentuk

dan jenis pelanggaran kode etik profesi polri dan untukmemahami penerapan sanksi

kode etik profesi polri terhadap anggota yang melakukan tindak pidana di wilayah hukum kepolisian daerah sulawesi tengah.

Untuk memperoleh data, penulis melakukan wawancara dengan Kepala Bidang Profesi dan Pengamanan Kepolisian Daerah Sulawesi Tengah dan anggotanya serta penelusuran baik terhadap undang-undang maupun peraturan lainnya yang berhubungan dengan Kode Etik profesi Polri sebagai bahan hukum primer, dan menelusuri buku atau literatur serta pendapat para ahli dibidang etika profesi khususnya terkait Kode Etik Profesi Polri sebagai bahan hukum sekunder.

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dipaparkan sebelumnya,

maka dapat diperoleh beberapa simpulan seperti: penerapan kode etik profesi polri

yang diatur dalam peraturan kapolri nomor 14 tahun 2011 tentang kode etik profesi polri masih perlu ditingkatkan dalam hal penegakkan hukumnya oleh bidpropam kepolisian daerah sulawesi tengah terutama bagi anggota polri yang melakukan tindak pidana, peningkatan sarana dan prasarana untuk menunjang pelaksanaan tugas bidpropam polda sulawesi tengah serta menghilangkan kesan masyarakat terhadap penegakan hukum internal polri, sehingga masyarakat memperoleh informasi secara komprehensif atas penyelesaian kasus-kasus yang dilakukan oleh anggota polri.

(2)

636 I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah Sebagai lembaga profesi yang melayani kepentingan publik Polri dituntut mampu melaksanakan tugasnya sesuai ketentuan perundang-undangan maupun Standard Operating Procedure (SOP) serta memiliki etika profesi dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat. Disamping itu, sikap mental dan disiplin dari setiap anggota Polri, terus dibina, agar produk-produk pelayanan Polri senantiasa sesuai dengan standar profesi Polri.

Untuk lebih memantapkan kedudukan serta pelaksanaan tugas Polri sebagai bagian integral dari reformasi, Polri telah memiliki undang-undang tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia yakni Undang-undang No. 2 tahun 2002 yang memuat fungsi, tujuan, peran, susunan, kedudukan, keanggotaan dan pembinaan profesi. Khusus yang terkait dengan pembinaan profesi diatur dalam Pasal 31 sampai dengan Pasal 36 undang-undang tersebut, yang dinyatakan bahwa pejabat Kepolisian Negara Republik Indonesia dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya

harus memiliki kemampuan profesi melalui pembinaan profesi. Pembinaan kemampuan profesi pejabat kepolisian negara Republik Indonesia diselenggarakan melalui pembinaan etika profesi dan pengembangan pengetahuan serta pengalamannya dibidang teknis kepolisian melalui pendidikan, pelatihan dan penugasan secara berjenjang dan berlanjut. Sedangkan untuk pembinaan disiplin anggota Polri diatur dalam Pasal 27.1

Kode Etik Profesi Polri berdasarkan rumusan Pasal 1 Angka 5 Peraturan Kapolri No. 14 tahun 2011 tentang Kode Etik Profesi Polri merupakan norma-norma atau aturan-aturan yang merupakan kesatuan landasan etik atau filosofis yang berkaitan dengan prilaku maupun ucapan mengenai hal-hal yang diwajibkan, dilarang, patut atau tidak patut dilakukan oleh anggota Polri dalam melaksanakan tugas wewenang dan tanggungjawab jabatan.2

1

Undang-undang Nomor 2 Tahun 2002 Tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia.

(3)

637 Beberapa contoh kasus tindak

pidana yang dilakukan oleh anggota Polri yang menjadi sorotan publik, baik melalui media cetak dan elektronik dan kemudian penyelesaian status anggota Polri yang bersangkutan melalui Sidang Komisi Kode Etik Polri, yaitu Kasus Korupsi Simulator Surat Izin Mengemudi (SIM) Korps Lalulintas (Korlantas)Polri yang dilakukan oleh Inspektur Jendral Pol Djoko Susilo3 dan kasus Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE)dengan cara melakukan penyebaran foto bugil seorang anggota Polwan Polda Sulawesi Tengah.4

Polisi sebagai garda terdepan dalam penegakan hukum memiliki tanggung jawab yang cukup besar untuk mensinergikan tugas dan wewenangnya. Polri Sebagaimana yang telah diatur dalam undang-undangKepolisian Negara Republik Indonesia yaitu bahwa Polri memilik tugas :

3

Icha Rastika, 2013, Irjen Djoko Susilo Divonis 10 Tahun Penjara, Denda 500 juta, www.nasional.Kompas.com, diakses tanggal 18 oktober 2015

4

Radar Sulteng (iwn), 2013, Tedakwa Akui Perbuatan, Tapi Tidak Menyesal, www. Radarsulteng.co.id, diakses tanggal 18 oktober 2015

a. Memelihara Keamanan dan ketertiban masyarakat;

b. Menegakan hukum;

c. Memberikan Perlindungan, pengayoman dan pelayanan kepada masyarakat.

II. PEMBAHASAN

A. TINJAUAN UMUM TENTANG

PENGERTIAN TINDAK

PIDANA, PELANGGARAN DISIPLIN DAN PELANGGARAN KODE ETIK PROFESI POLRI 1. Pengertian Kepolisian Negara

Republik Indonesia

(4)

638 wilayah Indonesia. Organisasi Polri

disusun secara berjenjang dari tingkat pusat sampai ke kewilayahan. Organisasi Polri tingkat pusat disebut Markas Besar Kepolisian Negara Republik Indonesia (Mabes Polri), sedang organisasi Polri tingkat kewilayahan disebut Kepolisian Negara Republik Indonesia Daerah (Polda) di tingkat provinsi, Kepolisian Negara Republik Indonesia Resor (Polres) di tingkat kabupaten/kota, dan Kepolisian Negara Republik Indonesia Sektor (Polsek) di wilayah kecamatan.

Kepolisian dalam UU No. 2 Tahun 2002 Tentang Kepolisian diartikan sebagai segala hal-ihwal yang berkaitan dengan fungsi dan lembaga polisi sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

Anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia adalah pegawai negeri pada Kepolisian Negara Republik Indonesia sedangkan Pejabat Kepolisian Negara adalah anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia yang berdasarkan undang-undang memiliki wewenang umum kepolisian.

Norma hukum memiliki tugas sangat penting yakni untuk menjaga kedamaian hidup bersama. Kedamaian hidup bersama berarti di dalam masyarakat terdapat ketertiban atau keamanan dan ketentraman atau ketenangan. Berbeda dengan norma-norma lainnya terdapat kemungkinan bagi norm hukum untuk dipaksakan kepada tiap individu dalam masyarakat oleh suatu otoritas bahwa norma hukum ini memiliki daya ikat bagi tiap individu; serta kemungkinan untuk dijatuhkannya sanksi bagi individu yang melakukan perbuatan yang bertentangan dengan norma hukum.

Pelaksanaan wewenang kepolisian didasarkan pada tiga asas yakni:5

a) Asas legalitas b) Asas plichmatigheid c) Asas subsidiaritas

2. Tugas dan Wewenang Kepolisian Negara Republik Indonesia

5

(5)

639 Kepolisian adalah suatu institusi

yang memiliki ciri universal yang dapat ditelusuri dari sejarah lahirnya polisi, baik sebagai fungsi maupun organ. Pada awalnya polisi lahir bersama masyarakat untuk menjaga sistem kepatuhan

(konformitas) anggota masyarakat

terhadap kesepakatan antar warga masyarakat itu sendiri khususnya terhadap kemungkinan adanya konflik kepentingan, penyimpangan perilaku dan perilaku kriminal dari masyarakat.

Undang-undang Kepolisian menyebutkan bahwa tugas pokok kepolisian Negara Repubik Indonesia adalah:

a. Memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat;

b. Menegakkan hukum; dan

c. Memberikan perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada masyarakat.

3. Tugas dan Wewenang Polri Menurut KUHAP

Wewenang Penyidik

Menurut ketentuan dalam Pasal 6 KUHAP:

(1) Penyidik adalah:

a. Pejabat Polisi Negara Republik Indonesia; b. Pejabat Pegawai Negeri

Sipil tertentu yang diberi wewenang khusus oleh UU.

Sedangkan wewenang yang dimiliki oleh penyidik diatur di dalam pasal 7 KUHAP yang berbunyi:

(1) Penyidik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (1) huruf a karena kewajibannya mempunyai wewenang:

a. Menerima laporan atau pengaduan dari seorang tentang adanya tindak pidana;

b. Melakukan tindakan pertama pada saat di tempat kejadian

c. Menyuruh berhenti seorang tersangka dan memeriksa tanda pengenal diri tersangka; d. Melakuan penangkapan,

penahanan,

(6)

640 e. Melakuakan pemeriksaan

dan penyitaan surat; f. Mengambil sidik jari dan

memotret seorang;

g. Memanggil orang untuk didengar dan diperiksa sebagai tersangka atau saksi;

h. Mendatangkan orang ahli yang diperlukan dalam hubungannya dengan pemeriksaan perkara; i. Mengadakan penghentian

penyidikan;

j. Mengadakan tindakan lain menurut hukum yang bertanggung jawab. a. Penangkapan

Mengenai penangkapan disebutkan bahwa baik untuk kepentingan penyelidikan maupun penyidikan, penyidik memiliki wewenang untuk memerintahkan atau untuk melakukan penangkapan. Penangkapan (atau perintah penangkapan) dilakukan terhadap seorang yang diduga keras melakukan tindak pidana berdasarkan bukti permulaan yang cukup.

b. Penahanan

Penahanan dapat dilakukan oleh penyidik atau penyidik pembantu atas perintah penyidik untuk kepentingan suatu penyidikan. Penahanan dapat juga dilakukan oleh Penuntut Umum untuk kepentingan penuntutan maupun oleh Hakim itu sendiri di sidang Pengadilan dengan penetapannya.

c. Penggeledahan

Untuk kepentingan penyidikan, penyidik dapat melakukan penggeledahan rumah atau penggeledahan pakaian atau penggeledahan badan menurut tata cara yang ditentukan dalam Pasal 37 KUHAP.

d. Penyitaan

(7)

641 4. Penggunaan Kekuatan

Dalam Tindakan Kepolisian

Penggunaan kekuatan harus dilaksanakan secara seimbang antara ancaman yang dihadapi dan tingkat kekuatan atau respon anggota Polri, sehingga tidak menimbulkan kerugian/korban/penderitaan yang berlebihan. Persoalannya adalah kapan dan bagaimana seharusnya anggota kepolisian memutuskan untuk menembak atau tidak menembak, atau kalau terlambat, mungkin mereka yang menjadi korban penembakan. Untuk mencegah terjadinya salah tafsir di lapangan, telah diterbitkan Peraturan Kapolri No. 1 Tahun 2009 tentang Penggunaan Kekuatan dalam Tindakan Kepolisian. Peraturan tersebut memuat arahan teknis serta tahapan prosedural bagi anggota Polri dalam melakukan tindakan kepolisian, termasuk penembakan yang merupakan tahapan paling akhir, dalam banyak kondisi, Polisi dalam menjalankan tugasnya tidak harus selalu memerlukan menggunakan kekuatan.

5. Pengertian Tindak Pidana

Tindak pidana merupakan suatu istilah yang mengandung suatu pengertian dasar dalam ilmu hukum, sebagai istilah yang dibentuk dengan kesadaran dalam memberikan ciri tertentu pada peristiwa hukum pidana. Tindak pidana mempunyai pengertian yang abstrak dari peristiwa-peristiwa yang kongkrit dalam lapangan hukum pidana, sehingga tindak pidana haruslah diberikan arti yang bersifat ilmiah dan ditentukan dengan jelas untuk dapat memisahkan dengan istilah yang dipakai sehari-hari dalam kehidupan masyarakat.

Menurut Moeljatno yang menganut pandangan dualistis, unsur-unsur tindak pidana adalah:

1. Perbuatan (manusia)

2. Memenuhi rumusan dalam Undang-Undang (formil)

3. Bersifat melawan hukum (syarat materiil).6

6. Pengertian Pelanggaran Disiplin

6

(8)

642 Disiplin adalah ketaatan dan

kepatuhan yang sungguh-sungguh terhadap peraturan disiplin anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia, sedangkan pengertian Peraturan Disiplin Anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia adalah serangkaian norma untuk membina, menegakkan disiplin dan memelihara tata tertib kehidupan anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia.

Pelanggaran Peraturan Disiplin adalah ucapan, tulisan, atau perbuatan anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia yang melanggar peraturan disiplin. Apabila peraturan tersebut dilanggar maka dapat dilakukan tindakan disiplin atau hukuman disiplin, sebagaimana pengertian tindakan disiplin yaitu serangkaian teguran lisan dan/atau tindakan fisik yang bersifat membina, yang dijatuhkan secara langsung kepada anggota Kepolisian Negara RepublikIndonesia dan hukuman disiplin adalah hukuman yang dijatuhkan oleh atasan yang berhak menghukum kepada anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia melalui Sidang Disiplin. Pengertian sidang disiplin

adalah sidang untuk memeriksa dan memutus perkara pelanggaran disiplin yang dilakukan anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia.7

7. Pengertian Pelanggaran Kode Etik profesi Polri

Menurut para ahli maka etika tidak lain adalah aturan prilaku, adat kebiasaan manusia dalam pergaulan antara sesamanya dan menegaskan mana yang benar dan mana yang buruk. Perkataan etika atau lazim juga disebut etik, berasal dari kata Yunani Ethos yang berarti norma-norma, nilai-nilai, kaidah-kaidah dan ukuran-ukuran bagi tingkah laku manusia yang baik.

B.BENTUK DAN JENIS SERTA

PENERAPAN SANKSI

PELANGGARAN KODE ETIK PROFESI POLRI

1. Tugas Dan Fungsi Propam Sebagaimana tercantum dalam Pasal 61 dan Pasal 62 Peraturan Kapolri No. 22 Tahun 2010 Tentang Susunan Organisasi DanTata Kerja Pada Tingkat

7

(9)

643 Kepolisian Daerah, Bidang Profesi dan

Pengamanan (Bidpropam) yang dipimpin oleh Kepala Bidang Profesi dan Pengamanan (Kabid Propam) merupakan unsur pembantu pimpinan yang berada di bawah Kapolda dan dalam pelaksanaan tugas sehari-hari berada di bawah kendali Wakapolda.

2. Data Pelanggaran Disiplin Dan Pelangaran Kode Etik Profesi Polri Di Wilayah Hukum Kepolisian Daerah Sulawesi Tengah Pada Tahun 2013 Dan Tahun 2014

NO TAHUN JUMLAH

KASUS

1. 2013 192

2. 2014 220

Sumber. BIDPROPAM POLDA

SULTENG

Dari data tersebut diatas dapat kita lihat bahwa pada tahun 2013 jumlah pelanggaran disiplin dan kode etik profesi Polri berdasarkan laporan pangaduan di yanduan Bidpropam Polda Sulteng tercatat sebanyak 192 kasus, namun kemudian pada tahun 2014

terjadi peningkatan pelanggaran yang dilakukan oleh anggota Polri Polda Sulteng yaitu 220 kasus.

3. Pelanggaran Kode Etik profesi Polri

Berdasarkan Perkap No. 14 tahun 2011 tentang Kode Etik Profesi Polri, yang dimaksud dengan Kode Etik Profesi Polri yang selanjutnya disingkat KEPP adalah norma-norma atau aturan-aturan yang merupakan kesatuan landasan etik atau filosofis yang berkaitan dengan prilaku maupun ucapan menegani hal-hal yang di wajibkan, dilarang, patut atau tidak patut dilakukan oleh Anggota Polri dalam melaksanakan tugas, wewenang, dan tanggung jawab jabatan.

Ruang lingkup pengaturan kode etik profesi polri mencakup empat hal yaitu :

1. Etika kenegaraan 2. Etika kelembagaan 3. Etika kemasyarakatan 4. Etika kepribadian

(10)

644 Kode Etik Kepolisian Negara Republik

Indonesia, bahwa tugas dan wewenang Komisi Kode Etik Profesi Polri (KKEP) melaksanakan pemeriksaan di persidangan, membuat pertimbangan hukum,dan memutuskan perkara pelanggaran Kode Etik Profesi Polri (KEPP) yang dilakukan oleh anggota Polri terhadap :

a. Pelanggaran Pasal 6 sampai dengan Pasal 16 Peraturan Kapolri No. 14 Tahun 2012 Tentang Kode Etik Profesi Polri.

b. Pelangaran Pasal 12, Pasal 13 dan Pasal 14 Peraturan Pemerintah No. 1 Tahun 2003 Tentang Pemberhentian Anggota Polri.

c. Pelanggaran Pasal 13 Peraturan Pemerintah No. 2 Tahun 2003 Tentang Peraturan Disiplin Anggota Polri.

Sebagaimnan dimaksud dalam Pasal 12 Ayat (1) huruf a Peraturan Pemerintah No. 1 Tahun 2003 Tentang Pemberhentian Anggota Polri, bahwa Anggota Kepolisian Negara Republik

Indonesia diberhentikan tidak dengan hormat dari dinas Kepolisian Negara Republik Indonesia apabila dipidana penjara berdasarkan putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap dan menurut pertimbangan pejabat yang berwenang tidak dapat dipertahankan untuk tetap berada dalam dinas Kepolisian Negara Republik Indonesia.

Kemudian dalam Pasal 22 Ayat (1) huruf a, bahwa sanksi administratif berupa rekomendasi pemberhentian tidak dengan hormat dikenakan melalui sidang Komisi Kode Etik Profesi Polri (KKEP) terhadap pelanggar yang dengan sengaja melakukan tindak pidana dengan ancaman hukuman pidana penjara 4 (empat) tahun atau lebih dan telah diputus oleh pengadilan yang berkekuatan hukum tetap.

(11)

645 anggota Kepolisian Negara Republik

Indonesia secara umum dilakukan menurut hukum acara yang berlaku di lingkungan peradilan umum. Dengan demikian seorang anggota Polri yang telah dilaporkan melakukan tindak pidana diproses oleh Satuan Reskrim.

Satuan Reskrim memberitahukan kepada Propam melalui surat dinas bahwa ada anggota Polri melakukan tindak pidana diproses oleh Satuan Reskrim, maka Propam juga turut melakukan penyelidikan dan pemeriksaan terhadap tindak pidana tersebut. Atau masyarakat yang merasa dirugikan oleh anggota Polri tersebut langsung melaporkan ke Yanduan Propam, sehingga Propam bersama-sama Reskrim melakukan penyelidikan dan pemeriksaan terhadap tindak pidana tersebut.

Satuan Reskrim dan Propam bekerjasama dalam melakukan penyelidkan dan pemeriksaan tindak pidana tersebut sampai kasus tersebut telah cukup bukti untuk dilakukan pemberkasan.

Namun dalam hal Propam melakukan sidang Kode Etik Profesi

Polri, sebagaimana diatur dalam Pasal 22 Ayat (1) huruf a, bahwa sanksi administratif berupa rekomendasi pemberhentian tidak dengan hormat dikenakan melalui sidang Komisi Kode Etik Profesi Polri (KKEP) terhadap pelanggar yang dengan sengaja melakukan tindak pidana dengan ancaman hukuman pidana penjara 4 (empat) tahun atau lebih dan telah diputus oleh pengadilan yang berkekuatan hukum tetap, maka Propam harus menunggu putusan sidang pengadilan yang telah berkekuatan hukum tetap, dapat dilakukan sidang Komisi Kode Etik Profesi POLRI (KKEP) dan sanksinya berupa sanksi administratif rekomendasi pemberhentian tidak dengan hormat.

III. PENUTUP

A. Kesimpulan

(12)

646 kehidupan bermasyarakat,

berbangsa dan bernegara. Sedangkan pelanggaran Kode Etik berdasarkan data tahun 2014 lebih banyak berkaitan dengan pelaksanaan tugas. Jenis pelanggaran yang terbanyak dilakukan adalah kasus penganiayaan, tidak melaksanakan tugas berdasarkan perintah kedinasan, penyalahgunaan wewenang dan ketidakprofesionalan dalam pelaksanaan tugas.

2. Putusan sanksi Kode Etik bagi anggota Polri yang melakukan tindak pidana adalah :

a) tahun 2013

Komisi Kode Etik Profesi Polri telah melaksanakan sidang sebanyak 2(dua) kali dengan sanksi pemberhentian dengan tidak hormat (PTDH)

terhadap kasus

pelanggaran tindak pidana yaitu kasus pencemaran nama baik melalui

account facebook dan penyalahgunaan narkoba. b. tahun 2014

. Komisi Kode Etik Profesi Polri telah melaksanakan sidang sebanyak 2(dua) kali dengan sanksi pemberhentian dengan tidak hormat (PTDH)

terhadap kasus

pelanggaran tindak pidana penyalahgunaan narkoba.

B. Saran

1. Untuk meminimalisir

pelanggaran Kode Etik, jajaran Bidpropam Polda Sulawesi Tengah harus lebih menggiatkan lagi sosialisasi tentang peranti lunak berkaitan dengan aturan, larangan dan kewajiban setiap anggota Polri agar dapat diketahui dan dipahami oleh setiap personil baik dalam pelaksanaan tugas ataupun dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

(13)

647 penjatuhan hukuman atau sanksi

dilakukan dengan tegas agar menimbulkan efek jera bagi pelanggar dan dapat dijadikan pembelajaran bagi personil lainnya.

3. Memaksimalkan peran pengawas internal untuk mendeteksi adanya

dugaan pelanggaran yang akan dilakukan oleh anggota Polri, sehingga dapat menjadi bahan masukan buat pimpinan untuk mengambil langkah/upaya pencegahan.

DAFTAR PUSTAKA

A. Buku-buku

C.S.T. Kansil, Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Indonesia, (PN Balai Pustaka, Jakarta : 1982)

Momo Kelana, Hukum Kepolisian, (PT. Gramedia Widia Sarana Indonesia, Jakarta:

1994)

Parsudi Suparlan ,Jurnal Polisi Indonesia, (Edisi X , Jakarta: 2007)

R. Seno Soeharjo, Serba-serbi tentang Polisi : Pengantar Usaha

Mempeladjari Hukum Polisi, (R. Schenkhuizen, Bogor : 1953)

Sadjijono, Etika profesi hukum, (Laksbang Mediatama, cetakan pertama , Jakarta. : 2008)

B. Peraturan Perundang-undangan

Undang-undang Nomor 2 Tahun 2002 Tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia. (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 2). KUHAP (Lembaran Negara Republik Indonesia No. 76.1981).

Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2003 Tentang Peraturan Disiplin Anggota Polri.

(14)

648 Peraturan Kapolri Nomor 19 Tahun 2012 Tentang Tata Kerja Sidang Komisi Kode Etik Profesi Polri

C. Situs-situs Internet

Icha Rastika, 2013, Irjen Djoko Susilo Divonis 10 Tahun Penjara, Denda 500 Juta, ww.nasional.kompas.com, diakses tangal18 Oktober 2015 pukul 21.00 wita.

Radar Sulteng (iwn), 2013, Terdakwa Akui Perbuatan, Tapi Tidak Menyesal,

Referensi

Dokumen terkait

Nevertheless, even though the data show an in- crease in the proportion of convicted foreign offenders in almost all types of criminal offences, including violent crime (Figure

21 (2) Wajib retribusi pengujian kendaraan bermotor adalah orang pribadi atau badan yang menurut ketentuan peraturan perundang-undangan retribusi diwajibkan untuk

Hipotesa Monro-Kellie menyatakan bahwa karena keterbatasan ruang ini untuk ekspansi di dalam tengkorak, adanya peningkatan salah satu dari komponen ini menyebabkan perubahan

Kepala sekolah sudah memiliki sebagian kecil kompetensi berbasis bisnis untuk memimpin institusi yang besar dan komplek, tetapi wakasek dan kapro belum.. Kepala sekolah dan waksek

[r]

Padung-padung sebagai salah satu perhiasan suku Karo yang unik merupakan salah satu unsur budaya yang menjadi identitas suku Karo dan membedakan dengan

Dua dari lima genotip tersebut, BTM 2064 dan BTM 867, memiliki karakter jumlah cabang produktif, jumlah bunga per tanaman, jumlah tandan bunga per tanaman,

Beberapa penelitian yang meneliti tentang nilai positif pekerjaan-keluarga antara lain nilai positif pekerjaan-keluarga pada suami yang bekerja dapat dipengaruhi