• Tidak ada hasil yang ditemukan

Makalah Perananan Individu ABK dalam Mas

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Makalah Perananan Individu ABK dalam Mas"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

PERANAN INDIVIDU BERKEBUTUHAN KHUSUS USIA 18-24

TAHUN DAN INDIVIDU NORMAL DALAM MASYARAKAT

MAKALAH

Disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Pendidikan Sosial Budaya Yang dimapu oleh

Dr. H. Kama A Hakam, M. Pd Rika Sartika, M.Pd

Disusun Oleh:

Nuryaman 1305569

Rani Andriani 1307615

Solikhin 1306888

Thenia R. Dewi

Tiwi Damayanti 1304912

PROGRAM STUDI PERPUSTAKAAN DAN INFORMASI

JURUSAN KURIKULUM DAN TEKNOLOGI PENDIDIKAN

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

(2)

Kata Pengantar

Dengan memohon ridho dan rahmat Tuhan yang Maha Esa, Kami selaku Penulis mengucapkan banyak syukur kepadaNya, karena dengan kesempurnaan waktu dan tenaga yang diberikan kepada Kami, sehingga Makalah dengan tema Peran Manusia telah kami tuangkan dalam bentuk karya tulis yang mengambil judul” Peranan Individu Berkebutuhan Khusus Dalam Masyarakat Sesuai Tahap Perkembangannya”. Tak lupa juga kepada Guru Besar Kita, di mana atas usaha dan niatnya yang ikhlaslah, sampai saat ini kita masih bisa menikmati ajarannya. Begitupun dengan keluarga, sahabat, tabi’at-tabi’atnya, dan kita selaku umatnya.

Ucapan terima kasih juga kami ucapkan kepada Dosen Pengampu Mata Kuliah, yang telah memberikan arahan secara langsung dan tidak langsung, mengenai perihal karya tulis yang telah kami buat. Selain itu kepada sumber-sumber informasi yang telah memfasilitasi dan bersedia memberikan informasi yang untuk mendukung penyelesaian mengenai pembahasan yang kami ambil.

Karya tulis yang tercetak ini, tentunya masih memiliki kesalahan-kesalahan dalam tata cara penulisan, baik itu penggunaan Bahasa, salah pengetikan, efekifitas kalimat, dan lain sebagainya. Untuk itu kami selaku penulis berbesar harapan kepada pembaca agar dapat mengoreksi karya tulis ini, yang kemudian solusinya ialah menyampaikan kritikan dan saran yang membangun kepada penulis, agar dapat berkarya lebih baik dari hari-hari sebelumnya. Terima kasih.

Bandung, 31 Oktober 2014

(3)
(4)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Manusia merupakan mahluk Tuhan yang sempurna, di mana manusia memiliki akal yang membedakannya dengam mahluk hidup lain di muka bumi ini. sebagai mahluk hidup, manusia merupakan satu kesatuan dari beberapa aspek, garis besarnya ialah fisik dan psikis. Kedua hal ini merupakan unsur yang membentuk keutuhan bagi seorang individu, atau dalam biologi kesatuan dari sistem organ membentuk sebuah individu.

Pada dasarnya setiap makhluk hidup itu mengalami pertumbuhan dan perkembangan. Hal demikian merupakan proses yang secara sadar dapat dilihat perbedaannya pada setiap kali mengalami pertumbuhan dan perkembangan. Individu yang semula berusia lima tahun akan berbeda secara fisik dan psikis ketika dia menginjak usia ke 18 tahun. Perubahan tersebut baik fisik secara langsung dari mulai penambahan volume pada bagian-bagian tubuh, atau dari segi psikis yang lebih menonjol pada aspek kedewasaan dalam pemikiran.

Tidak cukup sampai disana, Individu yang tumbuh dan berkembang memiliki pengelompokan tertentu, yang disebut dengan tahap perkembangan individu. Di mana tahap ini mengelompokan usia Individu menjadi beberapa golongan didasarkan pada ciri-ciri fisik dan psikis individu dan dibarengi dengan tugas-tugas perkembangan yang harus dipenuhi oleh individu tersebut. Dalam hal ini, tidak semua individu mengalam hal yang ‘homogen’, dalam artian individu yang berada dalam lingkup ‘normal’ secara fisik atau psikis.

(5)

individu ABK tersebut. Tentunya akan ada sebuah dua buah perbedaan dalam tugas perkembangan individu ABK dengan anak ‘normal’.

Tidak putus sampai disitu, penulis pun ingin menguak beberapa aspek yang sekiranya perlu diungkap ialah mengenai peranan individu dalam masyarakat. Hal ini tentunya tidak lepas dari tahap perkembangannya. ABK sendiri menjadi pusat topik kami dalam karya ini, hal ini akan menjadikan sebuah pengetahuan bagaimana indivdiu ABK berperan dalam masyarakat dengan tahap perkembangannya.

B. Rumusan Masalah

1. Kesulitan apa saja yang dirasakan oleh Individu berkebutuhan khusus ketika bergaul?

2. Bagaimana tanggapan masyarakat sekitar terhadap individu-individu berkebutuhan khsusus?

3. Bagaimana dengan partisipasi individu-individu berkebutuhan khusus di masyarakakat?

4. Bagaimana perbedaan antara individu berkebutuhan khusus dengan individu ‘normal’ dalam melakukan peranannya di masyarakat?

C. Tujuan Penulisan

1. Mendeskripsikan aspek-aspek terkait dengan kesulitan yang dialami oleh individu berkebutuhan khusus ketika bergaul dengan orang-orang di sekitarnya.

2. Menjelaskan tanggapan masyarakat di sekitar anak berkebutuhan khusus terhadap anak berkebutuhan khusus tersebut.

3. Mendeskripsikan peranan individu berkebutuhan khusus dalam masyarakat.

4. Menjelaskan perbedaan antara individu berkebuthan khusus dengan individu ‘normal’ dalam melakukan peranannnya di masyarakat.

D. Manfaat Penulisan

(6)

Dalam hal ini, karya tulis merupakan alat yang paling tepat untuk mengungkapkan beberapa gagasan yang terlahir dari ide kita, dengan adanya sebuah karya tulis, maka beberapa argumen kita terhadap suatu fenomena yang ada di sekiling kita, termasuk topik dari makalah ini. 2. Informasi

Sebagaimana pengertian dari informasi sendiri secara singkat ialah data yang diolah agar dapat berguna bagi pemakai informasi tersebut. Mengenai hal itu tentunya apa yang telah penulis tuang dalam karya tulis ini dapat dijadikan sebuah informasi, misalnya informasi pengetahuan, data, fakta, dan lain sebagainya yang tertuang dalam bentuk cetak dan non-cetak. Diharapkan nantinya akan digunakan sebagai petunjuk,

3. Penelitian

Ketidakpuasan merupakan sebuah hal yang wajar muncul dalam diri seorang individu, dengan demikian maka makalah ini dapat dijadikan sebagai motivasi untuk membuktikan atau mengkaji ulang dengan metode perbandingan mengenai isi dari karya tulis ini.

4. Referensi

Secara struktural, beberapa memuat dari berbagai studi literature dan referensi-referensi yang dimuat untuk mendukung isi laporab tersebut. Dimana referensi-referensi tersebut dapat dijadikan sebagai petunjuk untuk referensi baik laporannya atau pun daftar bibliografi yang dijadikan referensi oleh pembaca.

5. Rujukan untuk melaksanakan sebuah praktek

(7)

E. Metode Penulisan

Untuk metode penulisan yang dilakukan oleh kami dengan merujuk pada beberapa petunjuk yang disampaikan oleh pembimbing dan beberapa literatur yang sekiranya mampu mendukung isi dari tulisan kami. Selanjutnya untuk perolehan data sendiri, kami melakukan teknik wawancara dengan beberapa mahasiswa jurusan Pendidikan Khusus , di mana dalam wawancara tersebut kami memberikan sejumlah pertanyaan yang relevan dengan tema dan judul yang telah disepakati bersama. Selanjutnya pengolahan data, pencarian kajian pustaka, dan menyusunnya menjadi kesatuan yang sistematis.

F. Profil Sekolah Luar Biasa Purnama Asih

(8)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Peranan Manusia

1. Pengertian peranan manusia

2. Peranan manusia sebagai individu

Individu berasal dari kata latin, “Individum” artinya “yang tak terbagi”. Jadi, merupakan suatu sebutan yang dapat dipakai untuk menyatakan suatu kesatuan yang paing kecil dan terbatas. Individu bukan berarti manusia sebagai suatu keseluruhan yang tak dapat dibagi, melainkan sebagai kesatuan yang terbatas, yaitu sebagai manusia perseorangan. Dapat disimpulkan, bahwa individu adalah seorang manusia yang tidak hanya memiliki peranan khas di dalam lingkungan sosialnya, melainkan juga mempunyai kepribadian serta pola tingkah laku spesifik dirinya.

3. Peranan individu dalam masyarakat

Secara pengertian Masyarakat dalam Bahasa Inggris disebut society, artinya sekelompok manusia yang hidup bersama, saling berhubungan dan mempengaruhi, saling terikat satu sama lain sehingga melahirkan kebudayaan yang sama.

(9)

yang melanggar pun berbeda pula. Sanksi ini bertujuan menjaga keutuhan,keseimbangan,kestabilan kelompoknya sehingga tujuan kelompok dapat tercapai.

B. Individu Berkebutuhan Khusus

1. Pengertian

Setiap anak memiliki latar belakang kehidupan budaya dan perkembangan yang berbeda-beda, dan oleh karena itu setiap anak dimungkinkan akan memiliki kebutuhan khusus serta hambatan belajar yang berbeda-beda pula, sehingga setiap anak sesungguhnya memerlukan layanan pendidikan yang disesuaikan sejalan dengan hambatan belajar dan kebutuhan masing-masing anak.

Anak berkebutuhan khusus dapat diartikan sebagai seorang anak yang memerlukan pendidikan yang disesuaikan dengan hambatan belajar dan kebutuhan masing-masing anak secara individual. Istilah anak berkebutuhan khusus bukan kata lain dari istilah anak penyandang cacat tetapi istilah yang lebih luas untuk menggambarkan keadaan anak yang mengalami hambatan perkembangan dan hambatan belajar termasuk anak-anak penyandang cacat. Menurut Heward dalam sebuah blog, Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) adalah anak dengan karakteristik khusus yang berbeda dengan anak pada umumnya tanpa selalu menunujukkan pada ketidakmampuan mental, emosi, atau fisik.

4. Jenis-jenis anak berkebutuhan khusus

1) Tunanetra

Menurut Sujihati, S. (2006:65) anak tunanetra adalah individu yang indera penglihatannya (kedua-duanya) tidak berfungsi sebagai saluran penerima informasi dalam kegiatan sehari-hari seperti halnya orang awas.

(10)

Menurut Somantri [CITATION Sut064 \p 93 \n \t \l 1033 ] tunarungu diartikan sebagai suatu keadaan kehilangan pendengaran yang mengakibatkan seseorang tidak dapat menangkap berbagai rangsangan, terutama melalui indera pendengarannya.

3) Tunagrahita

Tunagrahita adalah anak yang secara signifikan memiliki kecerdasan dibawah rata-rata anak pada umumnya dengan disertai hambatan dalam penyesuaian diri dengan lingkungan sekitarnya. Kanak-kanak dan penyesuain sosial merupakan proses yang saling berkaitan. Kepribadian sosial mencerminkan cara orang tersebut berinteraksi dengan lingkugan. Sebaliknya, pengalaman-pengalaman penyesuaian diri sangat besar pengaruhnya terhadap kepribadian. Tunagrahita: ringan (IQ = 50-70), sedang (IQ = 25-50), dan (Down Syndrome)

5. Ciri-Ciri Fisik Dan Psikis mengenai Individu Berkebutuhan Khusus

(11)

toleransi. Namun, karena hambatan-hambatan yang dialaminya, sering menjadikan hal tersebut kadang sulit didapat. Anak sering tidak memperoleh kepercayaan dari lingkungannya, yang akibatnya tidak saja dapat menumbuhkan perasaan tidak dihargai, tetapi juga dapat menjadikan dirinya sulit untuk mempercayai orang lain[CITATION Mus14 \p 15 \l 1033 ].

Menurut UU Sisdiknas(Sistem Pendidikan Nasional) tahun 2003 pasal 32, ayat 2 (Pendidikan Layanan Khusus), yaitu:

1) Anak-anak yang berada pada daerah- terbelakang/ terpencil/ pedalaman/ pulau-pulau, anak TKI di DN/LN, beberapa SILN (Sekolah Indonesia di Luar Negeri), transmigrasi.

2) Anak-anak yang berada pada masyarakat etnis minoritas terpencil. 3) Anak-anak yang berada pada area/ wilayah pekerja anak, pelacur

anak/ trafficking, lapas anak/anak di lapas dewasa, anak jalanan, anak pemulung/pemulung anak.

4) Anak-anak yang berada pada tempat pengungsi karena bencana (gempa, konflik).

5) Anak-anak yang berada pada kondisi yang miskin absolut.

6. Pernanan individu berkebutuhan khusus

(12)

BAB III

HASIL OBSERVASI

A. Kesulitan Bergaul Individu

Dari hasil wawancara yang dilakukan kepada individu berkebutuhan

khusus(ABK) dan anak normal pada umumnya, didapatkan hasil beberapa aspek terkait dengan kesulitan individu ABK dalam bergaul dengan masyarakat sekitarnya ialah:

1. Individu Berkebutuhan Khusus

a. Kelas

1) Keadaan anak berkebutuhan khusus itu sendiri.

Dalam hal ini yang menjadi faktor utama kesulitan bergaul tiada lain ialah terletak pada keadaan dari ABK itu sendiri. Seperti yang sudah kita ketahui sebelumnya, bahan yang dinamakan berkebuthan khsus sudah jelas individu dan sikapnya pun khusus. ‘kekurangan’ yang dialami ABK dari segi fisik dan psikis sudah tentu akan mempengaru individu ketika bergaul di masyarakat. Penyesuian yang ekstra akan menimbulkan kesulitan ketika individu akan bergaul dengan masyarakat sekitarnya, khusunya bagi merek yang tergolong sebagai masyarakat normal.

2) Tidak ada kesulitan

Karena berada di dalam kelas dengan keadaan yang ‘sama’ untuk Aryo sendiri tidak terlalu mengalami kesulitan ketika bergaul dengan teman sekelasnya.

3) Tidak ada hambatan

4) Tidak ada hambatan dalam bergaul, karena individu ini tergolong ke dalam tunanetra maka kesulitannya sulit menemukan teman bicaranya.

(13)

b. Keluarga

1) Kurang akur

Karena berasal dari keluarga yang sibuk. Sehingga kurangnya komunikasi dengan orang tua. Dan menyebabkan ketidakakuran dalam perihal komunikasi dan pola pergaulan dalam aspek kekeluargaan. Sekarang pun tinggal di Bandung bersama suster, tante, om, dan neneknya.

2) Tidak ada hambatan(lancar)

Komunikasi dengan orang tua masih cukup terjalin. 3) Emosi

Dalam hal ini yang perlu diketahui terkadang emosi ABK sulit dikendalikan sebagai akibat dari tekanan dari luar ABK. Sehingga dalam komunikasi dalam ruang lingkup keluarga emosi dari individu ABK akan memperhambat pergaulan mereka dengan orang tua dan saudaranya. 4) Memiliki keluarga penyayang

Memiliki anggota keluarga yang baik, misalnya membimbing kegiatan keseharian di rumah seperti membantu saat dia makan, dan mengajar hal-hal keagamaan yaitu solat dan mengaji.

c. Masyarakat

1) Sikap Masyarakat

Ketidakakuran masyarakat terhadapa ABK pun menjadi faktor yang mengakibatkan kesulitan ABK dalam bergaul. Hal ini muncul sebagai akibat kurangnya pengetahuan masyarakat mengenai ABK. Menyambung dari hal itu berdasarkan hasil wawancara ialah lingkungan sangat berpengaruh terhadap kesulitan mereka dalam bergaul.

2) Tidak ada hambatan

Dikatakan demikian, dalam ruang lingkup teman bermain di sekitar rumah ABK, sering terjadinya interaksi dalam permainan tertentu.

3) Tidak ada

(14)

7. Individu ‘Normal’ a. Kelas

1) Kurangnya pengertian dari teman sekelas terhadap diri sendiri. 2) Minder, kurang percaya diri. Karena, latar belakang yang

berbeda-beda.

b. Rumah

1) Jenjang usia yang tidak seumuran, menyebabkan sulitnya bergaul dengan orang-orang di rumah.

2) Anggota keluarga yang memiliki sikap masing-masing 3) Iri, karena perlakukan orang tua berbeda.

c. Masyarakat

1) Kurang percaya diri

B. Sikap Lingkungan Terhadap Individu

1. Anak Berkebutuhan Khusus

1) Baik, terutama tetangga sering menasehati.

2) Biasa saja (normal), Masyarakat tidak mengucilkan. 3) Kurang menerima keadaan anak berkebutuhan khusus.

4) Pemahaman masyarakat yang kurang terhadap keadaan individu berkebutuhan khusus. Sehingga pada kebanyakan masyarakat kurang menerima.

2. Individu ‘Normal’

1) Baik dan bersahabat 2) Terbuka

(15)

C. Bakat dan Pengembangannya

1. Individu Berkebutuhan Khusus a. Bakat dominan muncul

1) Membuat kerajinan ( membuat pot bunga dan sandal) 2) Menjahit

Dalam hal ini pengembangan yang dilakukan seperti pada umumnya, yaitu belajarlebih giat lagi dan dengan berlatih secara berkala. Baik secara akademik ataupun di rumah. Selain itu menurut guru ABK sendiri ialah dengan cara mengenal, dan mencari kecenderungan bakat yang dimiliki oleh ABK kemudian diasah untuk dikembangkan.

1) Mengikuti kegiatan-kegiatan di masyarakat 2) Ikut berorganisasi di kampus

3) Berlatih dan menggali jenis kemampuan kita melalui berbagai sumber informasi.

D. Keseharian dalam Masyarakat

1. Individu Berkebutuhan Khusus

a. Partisipasi dalam kegiatan kemasyarakatan

(16)

2) Dalam aspek gotong royong, yaitu:

a) Belajar dalam organisasi pramuka untuk bekerjasama. Selain itu menambah teman, sering ada agenda kumpul, dan untuk kesehatan.

b) Pernah melakukan gotong royong seperti membersihkan jalan, got, bersih-bersih dan sebagainya.

c) Kurangnya komunikasi menyebabkan kurangnya berinteraksi, sehingga tidak terlalu terjun dalam kegiatan gotong royong.

d) Menurut narasumber (Guru ABK) untuk individu tunarungu dan

tunagrahita ringan pada umumnya bisa dilibatkan dalam kemasyarakatan. e) Kegiatan menanam pohon

3) Komunikasi(sehari-hari)

a) Memberikan perintah kepada orang lain.

b) Komunikasi dalam kerja kelompok (dalam ruang lingkup kelas) c) Lebih banyak berkomunikasi dengan teman, karena mempunyai sikap

pemalu.

d) Komunikasi dengan baik dengan teman maupun guru, caranya dengan bertanya apa saja yang dilakukan oleh guru dan temannya tersebut.

b. Pelestarian nasionalis-religius

1) Hari-hari besar

a) Ikut-ikut beberapa lomba-lomba tradisional, seperti balap karung. b) Ikut pentas seni seperti menari jaipong, dan tari merak.

c) Lomba makan kerupuk

d) Lomba balon pada acara dirgahayu Republik Indonesia e) Tarik tambang.

f) Jalan santai.

Narasumber secara keseluruhan senang mengikuti perlombaan-perlombaan yang diadakan di hari-hari tersebut.

2) Keagamaan

(17)

berdo’a. Juga terdapat narasumber yang mempunyai niat besar untuk belajar mengaji dan shalat.

9. Individu ‘Normal’

a. Partisipasi dalam kegiatan kemasyarakatan

1) Bermain 2) Gotong royong 3) Berkomunikasi

b. Kegitanan nasionalis-religius

1) Hari-hari besar

a) 17 Agustus mengikuti upacara sebagai peserta b) Mengikuti Pramuka

c) Mengikuti perlombaan seperti marathon dan yang lainnya. 2) Keagamaan

a) Isra mi’raj b) Dakwah

E. Keikutsertaan dalam Orgnisasi

1. Individu Berkebutuhan Khsusus

1) Pramuka

2) Tiga responden lainnya menjawab tidak ikut berorganisasi.

10. Individu ‘Normal’

Dari responden yang diberikan angket semua ikut berorganisasi seperti Keluarga Mahasiswa Daerah, Himpunan di jurusannya, Forum, dan Unit Kegiatan yang diselenggarakan oleh institusi pendidikannya.

F. Keprofesian

1. Individu Berkebutuhan Khusus

(18)

berstatus sebagai seorang siswa. Misalnya bekerja untuk memenuhi kebutuhan dirinya dan orang tua. Adapun hasilnya yaitu:

1) Membantu orang tua mengantar dagangan ke pasar (menurut salah seorang guru di SLB Purnama Asih)

2) Empat responden pada usia individu berkebutuhan khsusus 17-24 tahun yang kami wawancara hanya berprofesi sebagai seorang siswa.

3) Namun, responden tersebut juga mempunyai cita-cita. Antara lain yaitu ada yang bercita-cita ingin menjadi dokter, dan ada juga yang berkeinginan menjadi satpam.

2. Individu ‘Normal’

1. Sebagai fotografer

BAB IV PENUTUP

A. Kesimpulan

(19)

Bibliografi

Ahmadi, Abu.2003.Ilmu sosial dasar.Jakarta: PT Rineka Cipta

Astati [et.al].2013.Pendidikan anak berkebutuhan khusus.Bandung:Universitas pendidikan indonesia

Departemen Pendidikan Nasional.2009.Direktorat Pembinaan Sekolah Luar Biasa( Pendidikan khusus dan pendidikan layanan khusus).Jakarta Selatan: Ditplb

Referensi

Dokumen terkait

Pos Indonesia (Persero) Kantor Pos Ungaran 50500, implementasi budaya kerja yang kuat serta Good Corporate Governance yang baik diharapkan dapat memperbaiki

NO Nomor Registrasi Instruktur Nama Lengkap Fakultas Jurusan Mapel Sertifikasi Guru.. 1

Didik Kurniawan (2013) Dalam penelitian dengan judul Sistem Informasi Pengelolaan Order Barang Kerajinan Rotan Berbasis Desktop pada Marto Putro Rotan, alat yang

Pajak penghasilan terkait pos-pos yang akan direklasifikasi ke laba rugi 0 PENGHASILAN KOMPREHENSIF LAIN TAHUN BERJALAN - NET PAJAK PENGHASILAN TERKAITc. TOTAL LABA (RUGI)

Adapun badan eksekutif atau kabinet yang dipimpin oleh seorang perdana menteri dipilih berdasarkan dukungan suara terbanyak dari badan legislatif (dewan perwakilan

Menurut Utaminingsih (2014:39),.. budaya organisasi yang terbentuk, terus dikembangkan dan diperkuat, sehingga memerlukan implementasi yang dapat membantu menyatukan

direkomendasikan : Jika produk ini mengandung komponen dengan batas pemaparan, atmosfir tempat kerja pribadi atau pemantauan biologis mungkin akan diperlukan untuk

Secara umum pelaksanaan pengendalian intern di Bank Indonesia Bandung sudah baik dan memadai, hal ini ditandai dengan adanya struktur organisasi yang menggambarkan pemisahan fungsi