• Tidak ada hasil yang ditemukan

Teori Evolusi dan mempersiapkan pembelajaran (3)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Teori Evolusi dan mempersiapkan pembelajaran (3)"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

« Teori Evolusi (Bagian 2) : Manusia Purba memang ADA Analogi Warna »

Penarikan Kesimpulan: Modus Ponens dan Modus Tollens

Posted by Taufiq Hidayat on April 28th, 2010

Tulisan-tulisan di kategori Logika Matematika ini hanya ditujukan untuk mereka yang sedang belajar hal-hal dasar tentang Logika Matematika. Akan jarang ditemui hal-hal yang baru di sini. Semoga bermanfaat.

Saat mengajar kuliah Pemrograman Non Prosedural (terutama bagian Pemrograman Logika), saya banyak menemui mahasiswa yang belum memahami kegunaan logika matematika, terutama dalam kehidupan sehari-hari. Padahal tujuan utama semua ilmu adalah membantu kehidupan manusia. Demikian juga dengan logika matematika. Salah satu manfaatnya adalah membantu membuat (menarik) kesimpulan yang benar. Tulisan ini akan membahas tentang teknik penarikan kesimpulan dasar, yaitu Modus Ponens dan Modus Tollens.

Agar cakupannya tidak meluas, jenis logika yang saya pakai di tulisan ini adalah logika proposisi (propositional logic). Dalam logika proposisi, sebuah kalimat dinyatakan dengan sebuah simbol (yang mungkin berindeks).

(2)

p → q ¬ q ———

Kesimpulan: ¬ p

Arti Modus Ponens adalah “jika diketahui p → q dan p, maka bisa ditarik kesimpulan q“. Sedangkan Modus Tollens berarti “jika diketahu p → q dan ¬q, maka bisa ditarik kesimpulan

¬p“. Contoh 2:

Diketahui cerita sederhana berikut: Jika saya makan di kelas maka saya minum di kelas. Saya makan di kelas. Apakah saya minum di kelas?

Solusi:

Menggunakan Contoh 1 di atas, kita memperoleh kalimat matematika:

p → q p

Menggunakan Modus Ponens, maka kita bisa menarik kesimpulan q, yang artinya saya minum di kelas.

—————- [] Contoh 3:

Diketahui cerita sederhana berikut: Jika saya makan di kelas maka saya minum di kelas. Saya tidak minum di kelas. Apakah saya makan di kelas?

Solusi:

Menggunakan Contoh 1 di atas, kita memperoleh kalimat matematika:

p → q ¬q

Menggunakan Modus Tollens, maka kita bisa menarik kesimpulan ¬p, yang artinya saya tidak makan di kelas.

—————- [] Contoh 4:

(3)

Solusi: Misalkan:

p : saya makan di kelas

q : saya minum di kelas

r : ruangan kelas menjadi kotor

maka, cerita sederhana tersebut dapat dinyatakan dengan 1: p → q

2: q → r

3: p

Menggunakan Modus Ponens untuk kalimat 1 dan kalimat 3, maka kita bisa menarik kesimpulan

q, yang artinya saya minum di kelas. Kalimat-kalimat matematikanya bisa kita ubah menjadi: 1: p → q

2: q → r

3: p

4: q

Dengan menggunakan Modus Ponens untuk kalimat 2 dan 4, kita memperoleh kesimpulan r, yang artinya ruangan kelas menjadi kotor.

—————- [] Contoh 5:

Diketahui cerita sederhana berikut: Jika saya makan maka saya tidak belajar. Jika televisi sedang mati maka saya belajar. Saat ini, televisi sedang mati. Apakah saya sedang makan?

Solusi: Misalkan:

p : saya makan

q : saya belajar

r : televisi mati

maka, cerita sederhana tersebut dapat dinyatakan dengan 1: p → ¬q

2: r → q

(4)

Kesimpulan dengan Modus Ponens untuk kalimat 2 dan kalimat 3: q.

Dengan menggunakan Modus Tollens untuk kalimat 1 dan kalimat 4, kita peroleh kesimpulan

¬p, yang artinya saya tidak makan. —————- []

Cerita di contoh-contoh di atas adalah sederhana. Namun bukan berarti contoh yang lebih kompleks tidak bisa diselesaikan dengan teknik ini. Berikut adalah contoh dengan cerita yang lebih kompleks.

Contoh 6:

Diketahui cerita berikut: Pak Ali biasa ke kantor menggunakan mobil. Tentu saja jika mobilnya tidak mengalami masalah. Kalau mobilnya punya masalah, dia akan menggunakan angkutan umum. Biasanya dia mengetahui bahwa mobilnya punya masalah saat mau berangkat,

menyebabkan dia terlambat tiba di kantor. Tetapi dia juga bisa terlambat meskipun naik mobil karena jalannya macet. Gara-gara terlambat, dia tidak bisa menghabiskan kopinya, yang sudah disediakan di dapur kantor. Pagi ini terlihat kopinya sudah habis. Pertanyaan:

a. Apakah mobil pak Ali bermasalah? b. Apakah jalanan macet?

Solusi: Misalkan:

p : mobil Pak Ali bermasalah

q : Pak Ali ke kantor naik mobil

r : Pak Ali ke kantor naik angkutan umum

s : Pak Ali terlambat

t : Jalanan macet

u : Kopinya Pak Ali habis.

maka, cerita tersebut dapat dinyatakan dengan 1: p → r

2: ¬p → q

3: r → s

(5)

5: s → ¬u

6: u

Kesimpulan yang bisa diambil: 7: ¬s {Modus Tollens dari 5 dan 6} 8: ¬r {Modus Tollens dari 3 dan 7} 9: ¬p {Modus Tollens dari 1 dan 8}

Arti kalimat 9: mobil Pak Ali tidak bermasalah (Jawaban untuk pertanyaan a). Kesimpulan untuk menjawab pertanyaan b:

10: q {Modus Ponens dari 2 dan 9} 11: ¬(q Λ t) {Modus Tollens dari 4 dan 7} 12: ¬q V ¬t {Hukum de Morgan untuk 11} 13: q → ¬t {Ekuivalensi implikasi dengan 12} 14: ¬t {Modus Ponens dari 10 dan 13}

Kalimat 14 berarti Jalanan tidak macet (Jawaban untuk pertanyaan b). —————- []

Catatan Tambahan:

Hukum de Morgan:

¬(p Λ q)(¬p V ¬q) ¬(p V q)(¬p Λ ¬q) Ekuivalensi implikasi:

(p → q)(¬p V q)

http://bahanbelajarsekolah.blogspot.co.id/2015/06/silogisme-modus-ponens-dan-modus-tollens.html

Modus Ponens

Modus ponen adalah salah satu cara pengambilan kesimpulan (argumentasi) yang paling sederhana dan dibenarkan secara kaidah logika dan mungkin adalah yang paling sering kita gunakan. Dia bekerja berdasarkan premis kalimat majemuk jika p maka q.

Contoh :

(6)

Kesimpulan : Sekarang hari libur

Premis adalah suatu pernyataan yang diketahui kebenarannya, atau dianggap benar. Dalam matematika modus Ponen dinyatakan sbb:

p→q

p

∴q

Modus Tollen

Modus Tollens adalah salah satu cara pengambilan kesimpulan (argumentasi) yang dibenarkan secara kaidah logika. Cara ini bekerja berdasarkan Premis berbentuk jika p maka q. Dengan mengambil kesimpulan jika tidak q maka tidak p. Modus Tollens juga disebut aturan

kontrapositif.

Kalau dituliskan dalam rumus, maka jika kita memiliki 2 premis, yaitu:

p→q

q

∴ p

Berikut contoh

Premis1 : Jika minuman keras maka minuman itu haram. Premis2 : Minuman ini tidak haram

Kesimpulan : Ini bukan minuman keras

Kesalahan Umum

Kesalahan yang sering terjadi yang saya lihat dalam diskusi-diskusi adalah sebagai berikut: Premis1 : Jika p maka q

Premis2 : Tidak p

(7)

Dalam contoh minuman keras di atas, adalah salah jika kita mengambil kesimpulan kalau itu bukan minuman keras maka tidak haram. (daging babi bukan minuman keras tetapi haram) Contoh lainnya:

Premis1 : Jika harga minyak dunia naik maka harga BBM subsidi naik. Premis2 : Harga minyak dunia turun

Kesimpulan : Harga BBM subsidi harusnya tidak naik (salah!)

Dari pernyataan jika p maka q, kita tidak bisa menarik kesimpulan kalau tidak p maka tidak q! Contoh lain:

Premis1 : Jika hujan maka tanaman basah. Premis2 : Hari ini tidak hujan

Kesimpulan : Tanaman tidak basah. (salah! mungkin saja basah karena disiram pakde) Selain modus ponen dan tollens, cara lain penarikan kesimpulan yang sah adalah dengan

silogisme, deduksi dan induksi

Dalam logika matematika, penarikan kesimpulan dilakukan

berdasarkan premis-premis penyusunnya sampai dengan

diperoleh suatu kesimpulan (konklusi). Penarikan suatu

kesimpulan dikatakan sah apabila implikasi dari premis-premis

dan konklusinya merupakan tautologi. Keabsahan penarikan

kesimpulan dapat diperiksa dengan menggunakan tabel

kebenaran .

Berikut ini beberapa metode penarikan kesimpulan antara lain

modus ponens, modus tollens, dan silogisme.

Modus Ponens

(8)

p

q

p

q

Modus ponens, dapat dinyatakan dalam bentuk implikasi, yaitu:

[(p  q) 

p]  q

artinya konjungsi dari

(p  q)

dan

p

berimplikasi konklusi

q

.

Untuk menguji keabsahanya dapat dilakukan dengan

menggunakan tabel kebenaran untuk

[(p

q)

p]

q

yang

merupakan tautologi

Terbukti bahwa

[(p

q)

p]

q

merupakan pernyataan yang

selalu benar

Contoh:

Tentukan konklusi dari premis-premis berikut

Premis 1: Jika hari ini hujan, maka Anggi membawa payung

Premis 2: Hari ini hujan

Jawab:

Jika hari ini hujan, maka Anggi membawa payung

p q

(9)

Anggi membawa payung

q

Modus Tollens

Penarikan kesimpulan dengan modus tollens dilakukan

berdasarkan premis-premisnya yang berbentuk :

p

q

~q

~p

Modus tollens di atas dapat dinyatakan dalam bentuk implikasi

yaitu:

[(p

q)

~q]

~p

(10)

Karena pernyataan merupakan

[(p

q)

~q]

~p

tautologi,

berarti kesimpulan itu benar atau sah

Contoh:

Tentukan konklusi dari premis-premis berikut

Premis 1: Jika Andi ke sekolah, maka Andi seorang siswa

Premis 2: Andi bukan seorang siswa

Jawab:

Jika Andi ke sekolah, maka Andi seorang siswa

p q

Andi bukan seorang siswa

~p

Andi tidak ke sekolah

~q

Silogisme

Penarikan kesimpulan dengan modus tollens dilakukan

berdasarkan premis-premisnya yang berbentuk :

p

q

q

r

p

r

Silogisme di atas dapat dinyatakan dalam bentuk implikasi

yaitu:

(11)

Untuk menguji keabsahanya dapat dilakukan dengan

menggunakan tabel kebenaran

Karena merupakan

[(p

q)

(p

r)]

(p

r)

tautologi,

maka kesimpulan di atas adalah benar atau sah

Contoh:

Tentukan konklusi dari premis-premis berikut

Premis 1: Jika hari ini cerah, maka Ayah pergi bekerja

Premis 2: Jika Ayah bekerja, maka Ayah membawa motor

Jawab:

Jika hari ini cerah, maka Ayah pergi bekerja

p q

Jika Ayah pergi bekerja, maka Ayah membawa motor

q r

Jika hari ini cerah, maka Ayah membawa motor

p r

Selain tabel kebenaran, kita dapat membuktikan kebenaran dari

pernyataaan majemuk dengan menggunakan hukum-hukum

logika (ekuivalensi) berikut:

(12)

p

q

~q

~p

~p

~q

q

p

Contoh:

Tentukan sah atau tidaknya dari argumentasi berikut

p

q

~q  r

p

r

Jawab:

Untuk soal ini, kita bisa mengujinya secara bertahap

p

q

~q

r

?

p

r

Jika dilihat, premis

~q

r

ini ekuivalen dengan

q

r

sehingga

(13)

p

r

p



r

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian yang dilakukan oleh Wigatiningsih, 2012 dengan judul penelitian “Penerapan metode Picture and Picture untuk meningkatkan minat belajar IPA pada siswa kelas IV

Dengan hormat kami sampaikan bahwa Direktorat Jenderal Pendidikan Islam akan menyelenggarakan Annual International Conference on Islamic Studies ( AICIS ) ke 17

[r]

AFIRM membuat Daftar Zat yang Dibatasi pada Pengemasan (RSL Pengemasan AFIRM) ini untuk membantu dan memandu partisipan rantai suplai yang berusaha meningkatkan kualitas dan

Software System for Educational Institute (ETAP) dinyatakan GAGAL ITEM karena tidak ada peserta yang memasukkan penawaran pada ITEM tersebut. Demikian pengumuman ini dibuat

Penelitian ini bertujuan untuk melihat apakah persistensi laba, struktur modal, ukuran perusahaan dan alokasi pajak antar periode pada perusahaan manufaktur yang

Nilai PEFR abnormal terbanyak terdapat pada kelompok responden yang dengan keluhan respirasi batuk dan nyeri dada (100%), batuk, berdahak dan sesak napas (100%), batuk, sesak

Το μάθημα όμως του Κόντογλου το πλατύτερο, που καλούσε στη διερεύνηση των αυτόχθονων ζωγραφικών στοιχείων είτε στη Βυζαντινή τέχνη όπως πίστευε