• Tidak ada hasil yang ditemukan

LANDASAN SOSIAL BUDAYA PENDIDIKAN docx

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "LANDASAN SOSIAL BUDAYA PENDIDIKAN docx"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

LANDASAN SOSIAL

BUDAYA PENDIDIKAN

LATAR BELAKANG

Manusia adalah makhluk hidup yang diberikan berbagai potensi oleh Tuhan, setidaknya manusia

diberikan panca indera dalam hidupnya. Namun tentu saja potensi yang dimilikinya harus

digunakan semaksimal mungkin sebagai bekal dalam menjalani hidupnya. Untuk

memaksimalkan semua potensi yang dimiliki oleh kita sebagai manusia, tentunya harus ada

sesuatu yang mengarahkan dan membimbingnya, supaya berjalan dan terarah sesuai dengan apa

yang diharapkan. Mengingat begitu besar dan berharganya potensi yang dimiliki manusia, maka

manusia harus dibekali dengan pendidikan yang cukup sejak dini. Dikarenakan, pendidikan itu

adalah usaha yang disengaja dan terencana membantu mempersiapkan generasi muda untuk

terjun ke dalam kehidupan masyarakat memberi bekal pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai

untuk hidup, bekerja dan mencapai perkembangan lebih lanjut di masyarakat.

Secara sosiologi, pendidikan adalah sebuah warisan budaya dari generasi ke generasi, agar

kehidupan masyarakat berkelanjutan, dan identitas masyarakat itu tetap terpelihara. Sosial

budaya merupakan bagian hidup manusia yang paling dekat dengan kehidupan sehari-hari, dan

hampir setiap kegiatan manusia tidak terlepas dari unsur sosial budaya. Dan pada kenyataannya

masyarakat mengalami perubahan sosial yang begitu cepat, maju dan memperlihatkan gejala

desintegratif yang meliputi berbagai sendi kehidupan dan menjadi masalah, salah satunya

dirasakan oleh dunia pendidikan. Tidak hanya perubahan sosial, budaya pun berpengaruh besar

dalam dunia pendidikan akibat dari pergeseran paradigma pendidikan yaitu mengubah cara

hidup, berkomunikasi, berpikir, dan cara bagaimana mencapai kesejahteraan. Dengan

mengetahui begitu pesatnya arus perkembangan dunia diharapkan dunia pendidikan dapat

merespon hal-hal tersebut secara baik dan bijak. Sehingga, landasan sosial budaya merupakan

landasan yang dapat memberikan pemahaman tentang dimensi kesosialan dan dimensi

kebudayaan sebagai faktor yang mempengaruhi terhadap perilaku individu.

PERUBAHAN SOSIAL BUDAYA MASYARAKAT

Perubahan sosial budaya adalah sebuah gejala berubahnya struktur sosial dan pola budaya dalam

suatu masyarakat. Perubahan sosial budaya merupakan gejala umum yang terjadi sepanjang masa

dalam setiap masyarakat. Perubahan itu terjadi sesuai dengan hakikat dan sifat dasar manusia

yang selalu ingin mengadakan perubahan. Hirschman mengatakan bahwa kebosanan manusia

sebenarnya merupakan penyebab dari perubahan.Perubahan sosial budaya terjadi karena

beberapa faktor, baik internal maupun eksternal. Faktor internal, antara lain: komunikasi; cara

dan pola pikir masyarakat; perubahan jumlah penduduk; penemuan baru; terjadinya konflik atau

revolusi; dan faktor eksternal seperti bencana alam dan perubahan iklim, peperangan, dan

pengaruh kebudayaan masyarakat lain.

LANDASAN SOSIAL BUDAYA DALAM PENDIDIKAN

Aspek sosial dalam pendidikan sangat berperan pada pendidikan begitu pun dengan aspek

budaya dalam pendidikan. Dapat dikatakan tidak ada pendidikan yang tidak dimasuki unsur

budaya. Materi yang dipelajari anak-anak adalah budaya, cara belajar mereka adalah budaya,

begitu pula kegiatan-kegiatan mereka dan bentuk-bentuk yang dikerjakan juga budaya. Maka,

bisa dikatakan bahwa pengertian sosiologi pendidikan yaitu ilmu pengetahuan yang

(2)

peresekolahan sehingga terjalin kerja sama yang sinergi dan berkesinambungan antara manusia

dengan pendidikan.Berikut akan dibahas mengenai sosial dan budaya pada pendidikan, sebagai

berikut :

1.

Sosiologi dan Pendidikan

Sosiologi adalah ilmu yang mempelajari hubungan antara manusia dalam

kelompok-kelompok dan struktur sosialnya. Salah satu bagian sosiologi, yang dapat

dipandang sebagai sosiologi khusus adalah sosiologi pendidikan.

Wuradji (1988) menulis bahwa sosiologi pendidikan meliputi :

1) interaksi guru-siswa;

2) dinamika kelompok di kelas dan di organisasi intra sekolah;

3) struktur dan fungsi sistem pendidikan

4) sistem masyarakat dan pengaruhnya terhadap pendidikan.

Wujud dari sosiologi pendidikan adalah tentang konsep proses sosial. Proses sosial

merupakan suatu cara berhubungan antar idividu, antar kelompok atau antara individu

dan kelompok yang menghasilkan bentuk hubungan tertentu.

Interaksi dan proses sosial dapat terjadi sebagai akibat dari salah satu atau gabungan dari

faktor-faktor berikut:

1. Imitasi

Imitasi atau peniruan bisa bersifat positif dan bisa pula bersifat negatif

2. Sugesti

Sugesti akan terjadi kalau seorang anak menerima atau tertarik pada pandangan

atau sikap orang lain yang berwibawa atau berwewenang atau mayoritas.

3. Identifikasi

Seorang anak dapat juga mensosialisasikan diri lewat identifikasi yang mencoba

menyamakan dirinya dengan orang lain, baik secara sadar maupun di bawah sadar

4. Simpati

Simpati akan terjadi manakala seseorang merasa tertarik kepada orang lain.

Adapun, sosiologi mempunyai ciri-ciri sebagai uraian berikut :

1). Empiris: bersumber dan diciptakan dari kenyataan yang terjadi di lapangan.

2). Teoretis : merupakan peningkatan fase penciptaan, bisa disimpan dalam waktu lama,

dan dapat diwariskan kepada generasi muda.

3). Komulatif : berkomulasi mengarah kepada teori yang lebih baik.

4). Nonetis : menceritakan apa adanya, tidak menilai apakah hal itu baik atau buruk.

Untuk memudahkan terjadi sosialisasi dalam pendidikan, maka guru perlu menciptakan

situasi, terutama pada dirinya, agar faktor-faktor yang mendasari sosialisasi itu muncul

pada diri anak-anak.

Interaksi sosial akan terjadi apabila memenuhi dua syarat berikut :

1. Kontak sosial

Kontak sosial bisa menghasilkan interaksi positif atau interaksi negatif.

Kontak sosial berlangsung dalam tiga bentuk, yaitu:

1. Kontak antar individu

2. Kontak antara individu dengan kelompok atau sebalikya.

3. Kontak antar kelompok

(3)

Adalah proses penyampaian pikiran dan perasaan seseorang kepada orang lain atau

sekelompok orang. Ada sejumlah alat yang dapat dipakai mengadakan komunikasi.

Alat-alat yang dimaksud adalah:

3. Langsung : Lisan dan isyarat

4. Tidak Langsung: tulisan dan alat-alat bantu

Ada sejumlah bentuk interaksi sosial, yaitu sebagai berikut :

5. Kerjasama : belajar kelompok

6. Akomodasi : meredakan pertentangan

7. Asimilasi atau akulturasi : penyatuan pikiran

8. Persaingan : kompetisi

9. Pertikaian : pertentangan/konflik

Diketahui bersama bahwa manusia selain sebagai makhluk individu juga merupakan

mahluk sosial. Oleh karena itu dalam melakukan interaksi sosial manusia terkadang

membentuk kelompok sosial. Kelompok sosial berarti himpunan sejumlah orang, paling

sedikit dua orang, yang hidup bersama, karena cita-cita yang sama.

Ada beberapa persyaratan untuk terjadinya kelompok sosial, yaitu :

1. Setiap anggota memiliki kesadaran sebagai anggota kelompok

2. Ada interaksi timbal balik antar anggota

3. Mempunyai tujuan yang sama

4. Membentuk norma yang mengatur ikatan kelompok

5. Ada struktur dalam kelompok yang membentuk peranan dan status sebagai dasar

ikatan kegiatan kelompok

Dalam dunia pendidikan, kelompok sosial inipun dapat dibedakan menjadi 2 kelompok

yaitu, berdasarkan keakraban hubungan (kelompok primer dan sekunder) dan

berdasarkan peraturan (kelompok formal dan informal). Ada dua teori yang dipakai untuk

meningkatkan produktivitas kelompok sosial, yaitu: (Wuraji, 1988 dan Sudarja, 1988) :

10. Teori Struktural Fungsional

Setiap struktur (bagian-bagian) kelompok memiliki fungsi masing-masing.

Setiap bagian memiliki kebebasan untuk berkreasi, berinisiatif, dan mengembangkan ide

untuk kemajuan kelompok

1. Teori konflik

Perubahan atau perbaikan kelompok dilakukan dengan prinsip-prinsip pemaksaan melalui

peraturan

Ada implikasi konsep sosial pada pendidikan, yaitu ;

1. Sekolah dan masayarakat sekitarnya harus saling menunjang

2. Perlu dibentuk badan kerjasama antara sekolah dan tokoh masyarakat

3. Pendidikan (Sekolah) harus berfungsi secara maksimal sebagai wahana proses sosialisasi

anak.

4. Dinamika kelompok harus diarahkan untuk kepentingan belajar

2. Kebudayaan dan Pendidikan

(4)

moral, hukum, adat istiadat, dan lain-lain kepandaian. Sedangkan Kneller mengatakan

kebudayaan adalah cara hidup yang telah dikembangkan oleh anggota-anggota masyarakat.

Dari ketiga devinisi kebudayaan diatas, tampaknya devinisi terakhir yang paling tepat, sebab

mencakup semua cara hidup ditambah dengan kehidupan manusia yang diciptakan oleh

manuasia itu sendiri sebagai warga masyarakat (Made Pidarta, 1997 : 157). Bisa dikatakan

bahwa, kebudayaan adalah hasil cipta dan karya manusia berupa norma-norma, nilai-nilai,

kepercayaan, tigkah laku, dan teknologi yang dipelajari dan dimiliki oleh semua anggota

masyarakat.

Antara pendidikan dan kebudayaan terdapat hubungan yang sangat erat dalam arti keduanya

berkenaan dengan suatu hal yang sama yaitu nilai-nilai. Pendidikan membuat orang berbudaya,

pendidikan dan budaya bersama dan memajukan.

Dengan demikian dapat kita simpulkan bahwa pendidikan adalah bagian dari kebudayaan. Bila

kebudayaan berubah maka pendidikan juga bisa berubah dan bila pendidikan berubah akan dapat

mengubah kebudayaan. Pendidikan adalah suatu proses membuat orang kemasukan budaya,

membuat orang berprilaku mengikuti budaya yang memasuki dirinya. Sekolah sebagai salah satu

dari tempat enkulturasi suatu budaya sesungguhnya merupakan bahan masukan bagi anak dalam

mengembangkan dirinya. Dapat dituliskan bahwa Hubungan antara kebudayaan dan pendidikan

adalah :

1. pendidikan membentuk atau menciptakan kebudayaan

2. pendidikan melestarikan kebudayaan

3. pendidikan menggunakan dan berdasarkan kebudayaan

Ada Implikasi Konsep Kebudayaan pada Pendidikan, yaitu :

1. Materi pelajaran banyak dikaitkan dengan keadaan dan msalah masyarakat setempat

(melalui MULOK)

2. Metode belajar ditekankan pada kegiatan siswa baik individual maupun kelompok.

1. Paradigma pendidikan bergeser dari orientasi sekolah ke orientasi masyarakat.

REFERENSI :

2. Pidarta, Made. 1997. Landasan Kependidikan. Stimulus Ilmu Pendidikan

Bercorak Indonesia Jakarta : Rineka Cipta.

3. Ruswandi, Uus Hermawan Heris, A. Nurhamzah, 2008, Landasan Pendidikan,

Bandung : CV. Insan Mandiri.

4. Sutikno Sobry, 2008, Landasan pendidikan, Bandung : Prospect.

5.

Fauzan, 2009, Landasan Sosial Budaya Sosial Budaya Pendidikan,

http://defauzan.wordpress.com

, di akses 18-03-2011.

6.

http://sosbud.kompasiana.com/2011/03/29/landasan-sosial-budaya-terhadap-pendidikan/

7.

http://id.wikipedia.org/wiki/Perubahan_sosial_budaya

8.

http://www.scribd.com/doc/22738648/Lingkungan-Sosial-Budaya

9.

http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/01/22/landasan-kurikulum/

http://mardhiyanti.blogspot.com/2009/12/landasan-sosial-budaya pendidikan.html

PENGARUH SOSIAL BUDAYA TERHADAP PENDIDIKAN

(5)

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Manusia sebagai makhluk sosial, tidak dapat secara individu, selalu berkeinginan untuk tinggal bersama dengan individu-individu lainnya. Keinginan hidup bersama ini terutama pada aktivitas hidup yang berhubungan dengan lingkungannya. Dalam menjawab tantangan alam, manusia saling berhubungan satu dengan yang lain, sehingga suatu masyarakat dan aturan yang menyebabkan suatu hubungan antar individu, individu dengan kelompok dan kelompok dengan kelompok. Adanya norma-norma, adat istiadat, kepercayaan dalam suatu masyarakat, semuanya berhubungan dengan keseimbangan. Agar tercipta suatu hubungan yang serasi, baik dalam pengelolaan alam maupun dalam hubungan sosial. Melihat hubungan tersebut maka kebudayaan menjadi mekanisme kontrol bagi kelakuan manusia.

Adanya tantangan alam dan respon masyarakat, mengakibatkan kehidupan ini berkembang menjadi masyarakat menjadi dinamis. Setiap saat timbul berbagai pemikiran untuk memberikan respon terhadap tantangan alam tersebut. Dinamika masyarakat memberikan kesempatan kebudayaan untuk berkembang. Sehingga secara singkat dapat dikatakan bahwa tidak ada kebudayaan tanpa masyrakat, dan tidak ada masyarakat tanpa kebudayaan sebagai wadah pendukung. Sehingga dapat dikatakan bahwa kebudayaan dan masyarakat merupakan satu kesatuan sistem.

Pendidikan di sekolah bukan hanya ditentukan oleh usaha murid secara individual atau berkat interaksi murid dan guru dalam proses belajar-mengajar, melainkan juga oleh interaksi murid dengan lingkungan sosialnya dalam berbagai situasi sosial yang dihadapinya di dalam maupun diluar sekolah. Anak itu berbeda-beda bukan hanya karena berbeda bakat atau pembawaannya akan tetapi terutama karena pengaruh lingkungan sosial yang berlain-lainan. Ia datang ke sekolah dengan membawa kebudayaan rumah tangganya, yang mempunyai corak tertentu, bergantung antara lain pada golongan atau status sosial, kesukuan, agama, nilai-nilai dan aspirasi orang tuanya. Di sekolah ia akan memilih teman, kelompok, yang ada pada suatu saat akan sangat mempengaruhi tingkah lakunya. Selanjutnya anak dipengaruhi oleh kepala sekolah dan guru-guru, yang masing-masing mempunyai kepribadian sendiri-sendiri yang antara lain terbentuk atas golongan sosial dari mana ia berasal dari orang-orang yang dipilihnya sebagai kelompok pergaulannya. Pendidikan sendiri dapat dipandang sebagai sosialisasi, yang terjadi dalam interaksi sosial. Maka karena itu sudah sewajarnya seorang pendidik harus berusaha menganalisa lapangan pendidikan dari segi sosiologi, mengenai hubungan antara manusiawi dalam keluarga di sekolah, diluar sekolah, dalam masyarakat dan sistem-sistem sosialnya. Selain memandang anak sebagai makhluk sosial, sebagai anggota dari berbagai macam lingkungan sosial.

1.2. Rumusan masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka yang menjadi rumusan masalahnya adalah :

a. Apa yang dimaksud dengan sosiologi dalam pendidikan ?

b. Apa yang dimaksud dengan kebudayaan dalam pendidikan ?

c. Apa yang dimaksud dengan sekolah dan perubahan masyarakat ?

1.3. Batasan Masalah

Berdasarkan perumusan masalah diatas, maka yang menjadi batasan masalahnya adalah bagaimana pengaruh sosial budaya terhadap pendidikan

1.4. Tujuan Pembahasan

(6)

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Sosiologi dan pendidikan

Secara harfiah atau etimologis, sosiologi berasal dari bahasa latin : socius = teman, kawan, sahabat, dan logos = ilmu pengetahuan. Jadi sosilogi adalah ilmu pengetahuan tentang cara berteman, berkawan, dan bersahabat yang baik dalam masyarakat.

Ada beberapa pemngertian sosiologi pendidikan yaitu :

a. Menurut Prof. DR. S. Nasution, MA, sosiologi pendidikan adalah ilmu yang berusaha untuk

mengetahui cara-cara mengendalikan proses pendidikan untuk mengembangkan kepribadian individu agar lebih baik.

b. Menurut F. G. Robbins dan Brown, sosiologi pendidikan ialah ilmu yang membicarakan dan

menjelaskan hubungan-hubungan sosial yang mempengaruhi individu untuk mendapatkan serta mengorganisasikan pengalaman. Sosilogi pendidikan mempelajari kelakuan sosial serta prinsip-prinsip untuk mengontrolnya.

Ciri-Ciri Sosiologi

Sosiologi memiliki ciri-ciri sebagai berikut :

a. sosiologi bersifat empiris yang berarti bahwa ilmu pengetahuan tersebut didasarkan pada

observasi terhadap kenyataan dan akal serta hasilnya bersifat sekulatif.

b. Sosilogi bersifat teoristis, yaitu ilmu pengetahuan tersebut selalu berusaha untuk menyusun

abstraksi dari hasil-hadil observasi. Abstraksi terfsebut merupakan kerangka unsur-unsur yang tersusun secara logis serta bertujuan untuk menjelaskan hubungan-hubungan sebab akibat, sehingga menjadi teori.

c. Sosiologi bersifat komulatif yang berati bahwa teori sosiologi dibentuk atas dasar

teori-teori yang sudah ada dalam arti memperbaiki, memperluas sertamemperluas teori-teori-teori-teori yang lama.

d. Bersifat non-etis, yakni yang mempersoalkan bukanlah buruk baiknya fakta tertentu akan

tetapi tujuannya dalah untuk menjelaskan fakata tersebut secara analistis.

Peran Sosiologi Dalam Dunia Pendidikan

Kenyataan menjukkan bahwa masyarakat mengalami perubahan sangat cepat, progresif, dan kerap kali menunjukkan gejala “disintegratif” (berkurangnya kesetiaan terhadap nilai-nilai umum), perubahan sosial yang sangat cepat menimbulkan “cultural lag” (ketinggalan kebudayaan akibat adanya hambatan-hambatan). Cultural lag ini merupakan sumber masalah-masalah sosial dalam masyarakat. Masalah-masalah sosial juga dialami di dunia pendidikan, sehingga lembaga-lembaga pendidikan tidak mampu mengatasinya. Maka lembaga-lembaga pendidikan mengharapkan ahli sosiologi dapat menyumbangkan pemikirannya untuk ikut memecahkan masalah-maswalah pendidikan yang fundamental. Dalam hal ini adalah sosiologi pendidikan.

Agar para pendidikan dapat mengajar atau memberitahu bagaimana siswa dapat memiliki kebiasaan hidup yang harmonis, bersahabat, dan akrab maka pendidik harus memahami dan dibekali dengan sosiologi. Mengapa para guru dan calon guru harus memahahami dan dibekali dengan sosiologi? Guru adalah seorang administrator, informator, konduktor, dan sebagainya, dan harus berkelakuan menurut harapan masyarakat. Dari guru, sebagai pendidik dan pembangun maka generasi baru diharapkan memiliki tingkah laku yang bermoral tinggi demi masa depan bamngsa dan negara. Selain itu kepribadian guru dapat mempengaruhi suasana kelas/sekolah, baik kebebasan yang dinkmati anak dalam mengeluarkan buah pikiran, dan mengembangkan kreatifitasnya ataupun pengekangan dan keterbatasan yang dialami dalam pengembangan pribadinya.

Proses sosial dimulai dari interaksi sosial yang didasarkan pada faktor-faktor berikut ini :

 Imitasi

(7)

Sesorang yang memiliki sifat tertarik atau menerima pada pandangan atau sikap orang lain yang berwibawa atau berwewenang atau mayoritas.

 Identifikasi

Seorang anak akan mensosialisasikan lewat identifikasi, ia akan berusaha menyamakan dirinya dengan orang lain baik secara sadar maupun tidak sadar.

 Simpati

Sikap ini akan terjadi jika sesorang tertarik terhadap orang lain.

Faktor perasaan disini sangat dominan dan biasanya terjadi hubungan yang akrab diantaranya.

Keempat faktor tersebut yang mendasari sosialisasi anak-anak dimana terjadi suatu tingkatan keterlibatan hati anak-anak dalam mengadakan proses sosial. Untuk memudahkan terjadinya sosialisasi dalam pendidikan, guru haruslah menciptakan situasi pada dirinya sendiri, agar faktor-faktor yang mendasari sosialisasi itu muncul pada diri anak-anak.

Proses sosialisasi yang dilakukan dengan baik akan sangat membantu pelaksanaan sosiologi pendidikan. Sosialisasi dapat diartikan sebagai proses membimbing individu ke dalam dunia sosial. Sosialisasi dilakukan dengan mendidik individu/siswa pada kebudayaan yang harus dimiliki dan diikutinya, agar ia menjadi anggota masyarakat yang baik termasuk juga kedalam berbagai kelompok khusus. Jadi sosialisasi juga dapat dianggap sebagai pendidikan atau masyarakat atau memanusiakan diri. Sebagai pendidikan adalah proses memanusiakan manusia secara manusiawi, disesuaikan dengan perkembangan situasi dan kondisi sosialnya.

Dalam proses sosialisasi individu/siswa belajar bertingkah laku, kebiasaan, serta pola-pola kebudayaan lainnya, juga belajar tentang keterampilan-keterampilan sosial seperti bahasa , bergaul, berpakain, cara makan, dan sebagainya. Seluruh proses sosialisasi berlangsung dalam interaksi individu/siswa dengan lingkungan seperti orang tua, saudara-saudara, guru-guru, teman sekolah/sepermainan, informasi-informasi insidental seperti membaca buku, mendengarkan radio, berinteraksi dengan lingkungan dan sebagainya.

Dari interaksi anak dengan lingkungannya, lambat laun ia akan memperoleh keadaan akan dirinya sebagai pribadi. Ia juga memandang dirinya sebagai objek, seperti orang lain memandang dirinya. Ia dapat mengatur kelakuannya seperti yang diharapkan orang lain dari padanya. Ia dapat merasakan tentang perbuatannya yang salah, dan harus maaf. Dengan menghadapi dirinya sebagai pribadi, ia dapat menempatkan dirinya dalam struktur sosial, dapat mengharapkan konsekuensi positif bila berkelakuan menurut norma yang berlaku atau menerima aib yang negatif atas kelakuannya/ tindakannya yang melanggar norma yang berlaku. Dengan demikian akhirnya ia dapat mengenal dirinya dalam lingkungan sosialnya, dapat menyesuaikan kelakuan dan tindakannya sesuai harapan masyarakatnya, sehingga dapat menjadi anggota masyarakat yang baik melalui proses sosialisasi yang dilaluinya, jadi dalam interaksi sosial ia menemukan jati dirinya.

Dalam proses sosialisasi bisa terjadi kendala atau hambatan, hal ini terjadi karena kesulitan komunikasi, dan adanya pola kelakuan yang berbeda-beda atau bertentangan. Guru dapat mengatasi keadaan ini dalam proses belajar mengajar dengan memeberikan kebebasan kepada siswa untuk mengekspresikan pendapatnya, sehingga anak mampu berkomunikasi dengan baik dengan teman sebayanya maupun dengan para guru. Misalnya kepada anak yang, mereka adalah orang-orang yang sangat sulit bersosialisasi dengan anak-anak yang lainnya, guru harus mempunyai cara agar anak tersebut mempunyai keinginan bersosialisasi dengan teman-temannya. Selain itu guru tidak bisa membeda-bedakan anak yang satu dengan anak yang lainnya sehingga tidak ada anak yang merasa dikucilkan. Hal yang lain yang dapat dilakukan guru dalam proses sosialisasi dikelas misalnya kerja kelompok, dengan adanya kerja kelompok anak akan berusaha menyesuaikan diri semaksimal mungkin dengan temannya.

2.2 Kebudayaan dan Pendidikan

(8)

culture, yang berasal dari kata Latin Colere, yaitu mengolah atau mengerjakan. Bisa diartikan juga sebagai mengolah tanah atau bertani. Kata culture juga kadang diterjemahkan sebagai "kultur" dalam bahasa Indonesia.

Kebudayaan sangat erat hubungannya dengan masyarakat. Melville J. Herskovits dan Bronislaw Malinowski mengemukakan bahwa segala sesuatu yang terdapat dalam masyarakat ditentukan oleh kebudayaan yang dimiliki oleh masyarakat itu sendiri. Istilah untuk pendapat itu adalah Cultural-Determinism.

Herskovits memandang kebudayaan sebagai sesuatu yang turun temurun dari satu generasi ke generasi yang lain, yang kemudian disebut sebagai superorganic. Menurut Andreas Eppink, kebudayaan mengandung keseluruhan pengertian, nilai, norma, ilmu pengetahuan serta keseluruhan struktur-struktur sosial, religius, dan lain-lain, tambahan lagi segala pernyataan intelektual dan artistik yang menjadi ciri khas suatu masyarakat.

Menurut Edward B. Tylor, kebudayaan merupakan keseluruhan yang kompleks, yang di dalamnya terkandung pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat, dan kemampuan-kemampuan lain yang didapat seseorang sebagai anggota masyarakat.

Sedangkan menurut Selo Soemardjan dan Soelaiman Soemardi, kebudayaan adalah sarana hasil karya, rasa, dan cipta masyarakat.

Dari berbagai definisi tersebut, dapat diperoleh pengertian mengenai kebudayaan yang mana akan mempengaruhi tingkat pengetahuan dan meliputi sistem ide atau gagasan yang terdapat dalam pikiran manusia, sehingga dalam kehidupan sehari-hari, kebudayaan itu bersifat abstrak. Sedangkan perwujudan kebudayaan adalah benda-benda yang diciptakan oleh manusia sebagai makhluk yang berbudaya, berupa perilaku dan benda-benda yang bersifat nyata, misalnya pola-pola perilaku, bahasa, peralatan hidup, organisasi sosial, religi, seni, dan lain-lain, yang kesemuanya ditujukan untuk membantu manusia dalam melangsungkan kehidupan bermasyarakat.

Menurut J.J. Hoenigman, wujud kebudayaan dibedakan menjadi tiga: gagasan, aktivitas, dan artefak.

 Gagasan (Wujud ideal)

Wujud ideal kebudayaan adalah kebudayaan yang berbentuk kumpulan ide-ide, gagasan, nilai-nilai, norma-norma, peraturan, dan sebagainya yang sifatnya abstrak; tidak dapat diraba atau disentuh. Wujud kebudayaan ini terletak dalam kepala-kepala atau di alam pemikiran warga masyarakat. Jika masyarakat tersebut menyatakan gagasan mereka itu dalam bentuk tulisan, maka lokasi dari kebudayaan ideal itu berada dalam karangan dan buku-buku hasil karya para penulis warga masyarakat tersebut.

 Aktivitas (tindakan)

Aktivitas adalah wujud kebudayaan sebagai suatu tindakan berpola dari manusia dalam masyarakat itu. Wujud ini sering pula disebut dengan sistem sosial. Sistem sosial ini terdiri dari aktivitas-aktivitas manusia yang saling berinteraksi, mengadakan kontak, serta bergaul dengan manusia lainnya menurut pola-pola tertentu yang berdasarkan adat tata kelakuan. Sifatnya konkret, terjadi dalam kehidupan sehari-hari, dan dapat diamati dan didokumentasikan.

 Artefak (karya)

Artefak adalah wujud kebudayaan fisik yang berupa hasil dari aktivitas, perbuatan, dan karya semua manusia dalam masyarakat berupa benda-benda atau hal-hal yang dapat diraba, dilihat, dan didokumentasikan. Sifatnya paling konkret diantara ketiga wujud kebudayaan.

Dalam kenyataan kehidupan bermasyarakat, antara wujud kebudayaan yang satu tidak bisa dipisahkan dari wujud kebudayaan yang lain. Sebagai contoh: wujud kebudayaan ideal mengatur dan memberi arah kepada tindakan (aktivitas) dan karya (artefak) manusia.

(9)

Pendidikan merupakan kegiatan yang universal dalam kehidupan manusia. Bagaimanapun sederhananya peradaban suatu masyarakat, di dalamnya terjadi atau berlangsung suatu proses pendidikan. Pendidikan telah ada sepanjang peradaban manusia. Pendidikan pada hakekatnya merupakan usaha manusia melestarikan hidupnya. Tiada kehidupan masyarakat tanapa adanya kegiatan pendidikan.

Meskipun pendidikan merupakan gejala umum dalam setiap kehidupan masyarakat, namun terlihat adanya perbedaan praktek kegiatan pendidiksn dalam masyarakat masing-masing, yang disebabkan oleh adanya falsafah/pandangan hidupnya. Sebagai contoh, praktek pandidikan yang dilakukan masyarakat zaman pertengahan sangat mementingkan norma kehidupan keagamaan, sedang masyarakat zaman Renaissance lebih mementingkan nilai-nilai kehidupan duniawi.

Pendidikan di Indonesia pada zaman penjajahan kolonial belanda juga menampakkan perbedanya dsalam praktek pendidikan oleh pemerintahan Hindia Belanda dengan praktek pendidikan Indonesia. Pendidikan Hindia Belanda menciptakan strata-strata masyarakat agar dapat menjadi ajang politik “adu domba dan pecah belah”, sedangkan praktek pendidikan Indonesia seperti Taman Siswa berdasarkan asas kebangsaan dan pendidikan pondok-pondok pesantren berdasarkan agama Islam, dan sebagainya.

Kini praktek pendidikan zaman Indonessia merdeka yang berdasarkan falsafah dan asas pancasila, harus dilaksanakan dalam dalam lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat. Setiap pendidik wajib mewujudkan falsafah Pancasila dalam segala kegiatan pendidikan, menuju terwujudnya masyarakat yang sejahtera berdasarkan Pancasila.

Agar kebudayaan bangsa tidak hilang/pudar dari diri anak/siswa, guru perlu menumbuhkan kemampuan untuk memahami dan mengamalkan nilai budaya daerah yang luhur dan beradab serta menyerap nilai budaya asing yang positif untuk memperkaya budaya bangsa. Selain itu guru perlu menumbuhkan rasa cinta dan bangga terhadap kebudayaannya. Agar rasa cinta dan bangga terhadap kebudayaannya tidak menjadi berlebihan seperti tidak menyukai kebudayaan orang lain atau menghina kebudayaan orang lain, guru juga harus mengajarkan dan memberitahu agar sikap feodal, sikap eksekutif, dan paham kedaerahan yang sempit serta pengaruh budaya asing yang bertentangan dengan nilai budaya bangsa dihilangkan karena ini akan dapat merusak persatuan dan kesatuan baik di masyarakat maupun di bangsa.

Dalam pembangunan budaya nasional, guru perlu menciptakan suasana yang mendorong tumbuh dan berkembangnya sikap serta pengaruh budaya asing yang bertentangan dengan nilai budaya bangsa dilhilangkan karena ini akan dapat merusak persatuan dan kesatuan baik di masyarakat maupun di bangsa.

Dalam pembangunan budaya nasional, guru perlu menciptakan suasana yang mendorong tumbuh dan berkembangnya sikap kerja keras. Disiplin, sikap menghargai prestasi, berani bersaing, serta mampu menyesuaikan diri dan kreatif. Selain itu perlu menumbuhkan budaya menghormati dan menghargai orang yang lebih tua, budaya belajar, budaya ingin maju, dan budaya ilmu pengetahuan dan teknologi serta perlu dikembangkan pranata sosial yang dapat mendukung proses pemantapan budaya bangsa.

Setiap bangsa, setiap individu pada umunya menginginkan pendidikan.Dalam pendidikan dimaksud disini pendidikan formal, makin banyak formal, makin banyak dan makin tinggi pendidikan makin baik.Bahkan diinginkan agar tiap warga negara melanjutkan pendidikannya sepanjang hidup. Dahulu banyak tugas pendidikan yang dipegang oleh keluarga dan lembaga-lembaga lain yang lambat laun makin banyak dialihkan menjadi beban sekolah seperti persiapan untuk mencari nafkah, kesehatan, agama, pendidikan kesejahteraan keluarga,dan lain-lain. Namum pendidikan formal tidak dapat diharapkan menanggung transmisi keseluruhan kebudayaan bangsa. Masyarakat masih akan tetap memegang fungsi yang penting dalam pendidikan tranmisi kebudayaan. Pendidikan norma-norma, sikap adat istiadat, keterampilan sosial dan lain-lain banyak diperoleh anak terutama berkat pengalamannya dalam pergaulannya dengan anggota keluarga, teman-teman sepermainan dan kelompok primer lainnya, bukan di sekolah.

(10)

suatu tugas pada umumnya tidak dapat dipenuhi oleh keluarga atau lembaga lain, oleh sebab itu memerlukan tenaga yang khusus dipersiapkan yakni guru. Dalam pendidikan formal yang biasa memegang peranan utama ilah guru dengan mengontrol reaksi dan respon murid. Anak-anak biasa belajar dibawah tekanan dan bila perlu paksaan tertentu dan kelakuannya dikuasai dan diatur dengan berbagai aturan. Kurikulum pada umumnya juga ditentukan oleh petugas pendidikan, dan bukan oleh murid itu sendiri. Materi yang disajikan tidak selalu menarik minat dan perhatian siswa, dalam hal ini guru berusaha memberikan motivasi ekstrinsik.

Walaupun banyak kritik terhadap pendidikan dan guru, walaupun sistem pendidikan banyak mengandung kelemahan, namum pada umum ya orang percaya akan manfaat pendidikan. Jumlah anak yang memasuki sekolah senantiasa bertambah. Banyak permintaan yang telah menjalankan kewajiban belajar, ada yang sampai berusia 12 tahun bahkan sampai 18 tahun. Dalam sistem kewajiban belajar, kelalaian menhadiri pelajaran disekolah tanpa alasan dipandang sebagai pelanggaran yang dapat diberikan hukuman.

Jumlah peserta didik semakin bertambah banyak dari berbagai lapisan masyarakat, mulai dari tingkat sekolah dasar sampai perguruan tinggi. Semuanya ini akan menjadi tanggungjawab pihak pendidik dalam hal memberikan ilmu dan pengetahuan kepada mereka sebagai bekal dalam menghadapi era globalisasi dimasa yang akan datang.

Ciri-ciri Kebudayaan

Adapun ciri-ciri dari kebudayaan adalah :

1. Kebudayaan adalah produk manusia. Artinya keudayaan adalah ciptaan manusia bukan ciptaan Tuhan atau dewa. Manusia adalah pelaku sejarah dan kebudayaannya. 2. Kebudayaan selalu bersifat sosial. Artinya kebudayaan tidak pernah dihasilkan secara

individual, melainkan oleh manusia secara bersama. Kebudayaan adalah suatu karya bersama bukan karya perorangan.

3. Kebudayaan diteruskan lewat proses belajar. Artinya kebudayaan itu diwariskan dari generasi yang satu kegenerasi yang lainnya melalui suatu proses belajar. Kebudayaan berkembang dari waktu ke waktu karena kemampuan belajar manusia Tampak disini bahwa kebudayaan itu selalu bersifat historis, artinya proses yang selalu berkembang.

4. Kebudayaan bersifat simbolik, sebab kebudayaan bersifat ekspresi, ungkapan kehadiran manusia. Suatu ekspresi manusia, kebudayaan ini tidak sama dengan manusia. Kebudayaan disebut simbolik, sebab mengekspresikan manusia dan segala upayanya untuk mewujudkan dirinya.

5. Kebudayaan adalah sistem pemenuhan berbagai kebutuhan manusia. Tidak seperti hewan, manusia memenuhi segala kebutuhannya dengan cara-cara yang beradab, atau dengan cara-cara manusiawi.

Menurut Kerber dan Smith (imran Manan, 1989) menyebutkan ada 6 fungsi utama kebudayaan dalam kehidupan manusia yaitu :

a. Penerus keturunan dan pengasuh anak b. Pengembangan kehidupan ekonomi c. Transmisi budaya

d. Meningkatkan iman dan taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa e. Pengendalian sosial

f. Rekreasi

Sekolah sebagai pusat Kebudayaan

(11)

a. sebagai guru/dosen dapat membantu menciptakan lingkungan sekolah dimana ia bekerja

dan memperoleh nafkah serta mendamarbaktikan dirinya pada kehidupan.

b. Sebagai guru/dosen dapat membantu para peserta didik agar dapat menghayati bahwa

lingkungan sekolah adalah pusat kebudayaan, bekal-bekal untuk menciptakan lingkungan sekolah pada tempat mereka bekerja nanti, dapat juga merupakan pusat kebudayaan yang bermanfaat bagi lingkungan sosialnnya dan lingkungan kemanusiaan.

Agar dapat berperan secara aktif dalam mewujudkan sekolah sebagai pusat kebudayaan, maka beberapa hal perlu dilakukan oleh para pendidik, beberapa hal tersebut antara lain :

1. Setiap pendidik hendaknya bersikap inovatif serta peka terhadap perkembangan dan tuntutan masyarakat, terutama dalam era globalisasi.

2. Pendidik harus mampu membelajarkan peserta didiknya dengan menciptakan suasana belajar yang menarik.

3. Untuk dapat melaksanakan tugas-tugas tersebut dengan baik, pendidik hendaknya telah menguasai dan mengoperasikan kompetensi profesionalnya.

4. Pendidik hendaknya dapat menjadi teladan bagi para pesreta didik serta warga masyarakat sekitarnya dalam rangka mencioptakan sekolah sebagai pusat kebudayaan.

5. Pendidik hendaknya mampu menumbuhkembangkan kesadaran para peserta didiknya agar selalu ingin belajar, baik di sekolah maupun diluar sekolah.

2.3. Sekolah dan Perubahan Masyarakat.

Asal mula munculnya sekolah adalah atas dasar anggapan dan kenyataan bahwa pada umumnya para orang tua tidak mampu mendidik anak mereka secara sempurna dan lengkap. Karena itu mereka membutuhkan bantuan orang lain untuk mendidik anak-anak mereka. Dengan sekolah mereka berharap ia mengalami perubahan dalam kehidupannya baik untuk memperoleh pekerjaannya yang baik maupun untuk meningkatkan derajat hidup dan prestise di dalam masyarakat. Oleh karenanya banyak orang yang sekolah sampai ketingkat yang lebih tinggi.

1. Sekolah yang mempersiapkan anak untuk suatu pekerjaan

Anak yang menamatkan sekolah diharapkan sanggup melakukan pekerjaan sebagai mata pencarian atau setidaknya mempunyai dasar untuk mencari nafkahnya. Makin tinggi pendidikan makin besar harapannya memperoleh pekerjaan yang baik. Ijajah masih dijadikan syarat penting untuk suatu jabatan. Walaupun ijajah itu sendiri belun menjamin kesiapan seseorang untuk melakukan pekerjaan tertentu. Akan tetapi dengan ijajah yamng tinggi seorang dapat memahami dan menguasai pekerjaan kepemimpinan atau tugas lain yang dipercayakan kepadanya. Memiliki ijajah perguruan tinggi merupakan bukti akan kesanggupan intelektualnya untuk menyelesaikan studinya yang tidak mungkin dicapai oleh orang yang rendah kemampuannya. Sekolah yang ditempuh seseorang banyak menentukan pekerjaan yang dilakukan oleh seseorang.

2. Sekolah memberikan keterampilan dasar

Orang yang telah bersekolah setidak-tidaknya pandai membaca, menulis, dan berhitung yang diperlukan dalam tiap masyarakat modern. Selain tiu diperoleh sejumlah pengetahuan lain seperti sejarah, geograpi, kesehatan, kewarganegaraan, fisika dan lain-lain yang membekali anak untuk melanjutkan pelajarannya, atau memperluas pandangan dan pemahamanya tentang masalah-masalah dunia.

3. Sekolah yang membuka kesempatan memperbaiki nasib.

(12)

anaknya jika mungkin sampai memperoleh gelar dari suatu perguruan tinggi, walaupun sering dengan pengorbanan besar mengenai pembiayaan.

4. Sekolah menyediakan tenaga pembanguna sekolah mambantu memecahkan masalah-masalah sosial.

Masalah-masalah sosial di harapkan dapat diatasi dengan mendidik generasi muda untuk mengelakkan atau mencegah penyakit-penyakit sosial seperti kejahatan, pertumbuhan penduduk yang melewati batas, pengrusakan lingkungan,kecelakaan lalu lintas,narkotika dan sebagaainya.

5. Sekolah mentransmisi kebudayaan. 6. Sekolah membantu manusia yang sosial.

7. Sekolah merupakan alat menstraformasi kebudayaan

BAB III PENUTUP

3.1. Kesimpulan

 Sosiologi ialah ilmu pengetahuan tentang cara berteman/berkawan/bersahabat atau bergaul

yang baik dalam masyarakat.

 Sosiologi pendidikan adalah iklmu yang berusaha untuk mengetahui cara-cara mengendalikan

proses pendidikan untuk mengembangkan individu kearah yang lebih baik.  Kebudayaan adalah merupakan hasil (karya) dari cipta, rasa, dan karsa manusia.

 Sistem sekolah yang dipertahankan masyarakat sangat tergantung pada kebudayannya,

karena sekolah merupakan perantara kebudayaan.

3.2. Implikasi

Sosial budaya sangat berperan dalam proses pendidikan oleh karena itu kita sebagai anggota masyarakat perlu memberi dukungan yang positif agar pendidikan menjadi agen pembangunan di masyarakat.

3.3. Saran

Agar hidup bermasyarakat menjunjung tinggi nilai-nilai sosial budaya maka sudah seharusnya kita sebagai pemerintah/sekolah,orang tua siswa, dan masyarakat secara bersama-sama bertanggung jawab atas lancarnya pelaksanaan pendidikan dari segi sosial budaya.

DAFTAR PUSTAKA

Ary H.,G.,(2000). Sosilogi Pendidikan Suatu Analisis Tentang Berbagai Problem Pendidikan. Jakarta : Rineka Cipta.

Hassan S.,(1993). Sosiologi Untuk Masyrakat Indonesia. Jakarta :Rineka Cipta.

Nasution S., (1999). Sosilogi Pendidikan. Jakarta : bumi Aksara.

Pidarta, Made. 1997. Landasan Kependidikan. Jakarta : Rineka Cipta

(13)

Salam, Burhannudin. 2002. Pengantar Paedagogik. Jakarta : Rineka Cipta

A. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk hidup yang diberikan

berbagai potensi oleh Tuhan, setidaknya manusia diberikan panca indera dalam hidupnya.

Namun tentu saja potensi yang dimilikinya harus digunakan semaksimal mungkin sebagai bekal

dalam menjalani hidupnya. Untuk memaksimalkan semua potensi yang dimiliki oleh kita sebagai

manusia, tentunya harus ada sesuatu yang mengarahkan dan membimbingnya, supaya berjalan

dan terarah sesuai dengan apa yang diharapkan. Mengingat begitu besar dan berharganya potensi

yang dimiliki manusia, maka manusia harus dibekali dengan pendidikan yang cukup sejak dini.

Dilain pihak manusia juga memiliki kemampuan dan diberikan akal pikiran yang berbeda dengan

makhluk yang lain. Sedangkan pendidikan itu adalah usaha yang disengaja dan terencana untuk

membantu perkembangan potensi dan kemampuan manusia. Secara sosiologi pendidikan adalah

sebuah warisan budaya dari generasi kegenerasi, agar kehidupan masyarakat berkelanjutan, dan

identitas masyarakat itu tetap terpelihara. Sosial budaya merupakan bagian hidup manusia yang

paling dekat dengan kehidupan sehari-hari, dan hampir setiap kegiatan manusia tidak terlepas

dari unsursosialbudaya. Memasuki abad ke-21 dan menyongsong milenium ketiga tentu akan

terjadi banyak perubahan dalam kehidupan masyarakat sebagai akibat dari era globalisasi. Dan

pada kenyataannya masyarakat mengalami perubahan sosial yang begitu cepat, maju dan

memperlihatkan gejala desintegratif yang meliputi berbagai sendi kehidupan dan menjadi

masalah, salah satunya dirasakan oleh dunia pendidikan. Tidak hanya perubahan sosial, budaya

pun berpengaruh besar dalam dunia pendidikan akibat dari pergeseran paradigma pendidikan

yaitu mengubah cara hidup, berkomunikasi, berpikir, dan cara bagaimana mencapai

kesejahteraan. Dengan mengetahui begitu pesatnya arus perkembangan dunia diharapkan dunia

pendidikan dapat merespon hal-hal tersebut secara baik dan bijak. 2. Rumusan Masalah Dari

latar belakang masalah diatas, rumusan masalah dalam makalah ini adalah : bagaimanakah

landasan sosial budaya dalam pendidikan di Indonesia ? B. PEMBAHASAN 1. Pengertian

Sosiologi pendidikan Ada sejumlah definisi tentang sosiologi, namun walaupun berbeda-beda

bentuk kalimatnya, semuanya memiliki makna yang mirip. Sosiologi adalah ilmu yang

mempelajari hubungan antara manusia dalam kelompok-kelompok dan struktur sosialnya.

Dengan demikian sosiologi mempelajari bagaimana manusia itu berhubungan satu dengan yang

lain dalam kelompoknya dan bagaimna susunan unit-unit masyarakat atau sosial di suatu wilayah

serta kaitannya satu dengan yang lain (Made Pidarta, 1997 : 145). Sama halnya dengan

(14)

untuk memajukan bertumbuhnya budi pekerti (kekuatan batin), pikiran (intelek)danjasmanianak.

Menurut UU Nomor 20 Tahun 2003 bab 1 ayat 1 dinyatakan bahwa pendidikan adalah usaha

sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta

didik secara aktif mengembangkan potensi diri, kepribadian kecerdasan, akhlak mulia serta

keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat. Pendidikan adalah asas, dasar atau

fondasi yang memperkuat dan memperkokoh dunia pendidikan dalam rangka untuk menciptakan

pendidikan yang berkualitasdanbermutu. Dari beberapa pendapat tentang pengertian pendidikan

di atas, pada dasarnya pendidikan merupakan suatu proses mendidik, yakni proses dalam rangka

mempengaruhi peserta didik agar mampu menyesuaikan diri sebaik mungkin dalam

lingkungannya sehingga akan menimbulkan perubahan dalam dirinya, yang dilakuakan dalam

bentuk pembimbingan, pengajaran, dan atau pelatihan. Dengan demikian pengerian sosiologi

pendidikan yaitu ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang hubungan dan interaksi manusia,

baik itu individu atau kelompok dengan peresekolahan sehingga terjalin kerja sama yang sinergi

dan berkesinambungan antara manusia dengan pendidikan. 2. Sosiolagi dan Pendidikan

Sosiologi adalah ilmu yang mempelajari hubungan antara manusia dalam kelompok-kelompok

dan struktur sosialnya. Salah satu bagian sosiologi, yang dapat dipandang sebagai sosiologi

khusus adalah sosiologi pendidikan. Wuradji (1988) menulis bahwa sosiologi pendidikan

meliputi : 1) interaksi guru-siswa; 2) dinamika kelompok di kelas dan di organisasi intra sekolah;

3) struktur dan fungsi sistem pendidikan dan; 4) sistem masyarakat dan pengaruhnya terhadap

pendidikan. Wujud dari sosiologi pendidikan adalah tentang konsep proses sosial. Untuk

mempermudah sosialisasi dalam pendidikan, maka seorang guru harus menciptakan situasi,

terutama pada dirinya, agar faktor-faktor yang mendasari sosialisasi itu muncul pada diri peserta

didik. Interaksi sosial akan terjadi apabila memenuhi dua syarat yaitu kontak sosial dan

komunikasi. Kini kita lanjutkan dengan pembahasan kelompok sosial, dimana kelompok sosial

ini berarti himpunan sejumlah orang, paling sedikit dua orang, yang hidup bersama, atau karena

cita-cita yang sama. Dalam dunia pendidikan kelompok sosial ini dapat berbentuk kelompok

personalia sekolah, kelompok guru, kelompok siswa, kelas, subkelas, kelompok belajar di rumah

dan sebagainya. Berbicara tentang dinamika kelompok, maka perlu diketahui tentang istilah

dinamika yang stabil. Suatu kelompok sosial dinamis yang stabil, artinya kelompok ini berusaha

maju mengikuti arah perkembangan zaman atau mengantisipasi perkembangan ilmu dan

(15)

moral, hukum, adat istiadat, dan lain-lain kepandaian. Sedangkan Kneller mengatakan

kebudayaan adalah cara hidup yang telah dikembangkan oleh anggota-anggota masyarakat. Dari

ketiga devinisi kebudayaan diatas, tampaknya devinisi terakhir yang paling tepat, sebab

mencakup semua cara hidup ditambah dengan kehidupan manusia yang diciptakan oleh

manuasia itu sendiri sebagai warga masyarakat (Made Pidarta, 1997 : 157). Antara pendidikan

dan kebudayaan terdapat hubungan yang sangat erat dalam arti keduanya berkenaan dengan

suatu hal yang sama yaitu nilai-nilai. Pendidikan membuat orang berbudaya, pendidikan dan

budaya bersama dan memajukan. Makin banyak orang menerima pendidikan makin berbudaya

orang itu dan makin tinggi kebudayaan makin tinggipula pendidikan atau cara mendidiknya.

Karena ruang lingkup kebudayaan sangat luas, mencakup segala aspek kehidupan manusia, maka

pendidikan sebagai salah satu aspek kehidupan dalam kebudayaan. Pendidikan yang terlepas dari

kebudayaan akan menyebabkan alienasi dari subjek yang dididik dan seterusnya kemungkinan

matinya kebudayaan itu sendiri. Oleh karena itu kebudayaan umum harus diajarkan pada semua

sekolah. Sedangkan kebudayaan daerah dapat dikaitkan dengan kurikulum muatan lokal, dan

kebudayaan populer juga diajarkan dengan proporsi yang kecil. Dengan demikian dapat kita

simpulkan bahwa pendidikan adalah bagian dari kebudayaan. Bila kebudayaan berubah maka

pendidikan juga bisa berubah dan bila pendidikan berubah akan dapat mengubah kebudayaan.

Pendidikan adalah suatu proses membuat orang kemasukan budaya, membuat orang berprilaku

mengikuti budaya yang memasuki dirinya. Sekolah sebagai salah satu dari tempat enkulturasi

suatu budaya sesungguhnya merupakan bahan masukan bagi anak dalam mengembangkan

dirinya. 4. Masyarakat dan Sekolah Asal mula munculnya sekolah adalah atas dasar anggapan

dan kenyataan bahwa pada umumnya para orang tua tidak mampu mendidik anak mereka secara

sempurna dan lengkap. Karena itu mereka membutuhkan bantuan kepada pihak lain, dalam hal

ini adalah Lembaga Pendidikan, untuk mengembangkan anak-anak mereka secara relatif

sempurna, walaupun cita-cita ini tidak otomatis tercapai. Warga masyarakat dan parapersonalia

sekolah masih memerlukan perjuangan keras untuk mencapai cita-cita itu, yang sampai sekarang

belum pernah berhenti. Sebab sejalan dengan perkembangan kebudayaan, makin banyak yang

perlu dipelajari dan perjuangan di sekolah. Sekolah tidak dibenarkan sebagai menara air, yaitu

melebur menjadi satu dengan masyarakat tanpa memberikan identitas apa-apa. Ia juga tidak

dibenarkan sebagai menara gading yang mengisolasi diri terhadap masyarakat sekitarnya.

Lembaga pendidikan yang benar adalah ibarat menara mercusuar yakni menara penerang, yaitu

berada di masyarakat dan sekaligus memberi penerangan kepada masyarakat setempat. Lembaga

pendidikan harus tetap berakar pada masyarakat setempat, memperhatikan ide-ide masyarakat

setempat, melaksanakan aspirasi mereka, memanfaatkan fasilitas setempat untuk belajar, dan

menyesuaikan diri dengan kebiasaan-kebiasaan hidup masyarakat setempat. Sementara itu ia

berusaha meningkatkan cara hidup dan kehidupan masyarakat dengan cara memberi penerangan,

menciptakan bibit unggul, menciptakan teknologi baru, merintis cara beternak dan bertani yang

lebih baik, dan sebagainya. Manfaat pendidikan bagi masyarakat adalah untuk meningkatkan

peranan mereka sebagai warga masyarakat, baik yang berkaitandengan kewajiban maupun

dengan hak mereka. Dalam rangka pendidikan seumur hidup misalnya, warga belajar bisa belajar

tentang apa saja sesuai dengan minat dan bakat mereka, sehingga pemahaman, keterampilan

tertentu, dan sikap mereka semakin meningkat. Hal ini membuat mereka merasa semakin mantap

sebagai warga negara (Made Pidarta, 1997 : 170). Hubungan yang erat antara sekolah dengan

masyarakat karena saling membutuhkan satu dengan yang lain, membuat kemungkinan

(16)

membantu mensukseskan misi pendidikan. Pada masa sekarang badan ini banyak berkecimpung

dalam perencanaan dan pelaksanaan kurikulum muatan lokal, di samping mengurusi

dukungan-dukungan masyarakat terhadap sekolah seperti telah diuraikan di atas. Berdasarkan uaraian di

atas, dapatlah kita sarikan penjelasan masyarakat dan sekolah ini sebagai berikut: 1) Sekolah

tidak dapat dipisahkan dari masyarakat 2) Sekolah bermanfaat bagi kemajuan budaya

masyarakat, khususnya pendidikan anak-anak. 3) Masyarakat memberi sejumlah dukungan

kepada sekolah. 4) Perlu ada badan kerja sama antara sekolah dengan masyarakat dalam

mensukseskan pendidikan (Made Pidarta, 1997 : 174). 5. Fungsi Sosiologi Terhadap Pendidikan

Dalam perkembangan landasan sosial budaya memiliki fungsi yang amat penting dalam dunia

pendidikan yaitu: 1) Mewujudkan Masyarakat yang Cerdas Yaitu masyarakat yang pancasilais

yang memiliki cita-cita dan harapan dapat demokratis dan beradab, menjunjung tinggi hak-hak

asasi manusia dan bertanggung jawab dan berakhlak mulia tertib dan sadar hukum, kooperatif

dan kompetitif serta memiliki kesadaran dan solidaritas antar generasi dan antara bengsa. 2)

Transmisi Budaya Sekolah berfungsi sebagai reproduksi budaya menempatkan sekolah sebagai

pusat penelitian dan pengembangan. Fungsi semacam ini merupakan fungsi pada perguruan

tinggi. Pada sekolah-sekolah yang lebih rendah, fungsi ini tidak setinggi pada tingkat pendidikan

tinggi. 3) Pengendalian Sosial Pengendalian sosial berfungsi memberantas atau memperbaiki

suatu perilaku menyimpang dan menyimpang terjadinya perilaku menyimpang. Pengendalian

sosial juga berfungsi melindungi kesejahteraan masyarakat seperti lembaga pemasyarakatan dan

lembaga pendidikan. 4) Meningkatkan Iman dan Taqwa Kepada Tuhan Yang Maha Esa

Pendidikan sebagai budaya haruslah dapat membuat anak-anak mengembangkan kata hati dan

perasaannya taat terhadap ajaran-ajaran agama yang dipeluknya. 5) Analisis Kedudukan

Pendidikan dalam Masyarakat Hubungan antara lembaga pendidikan dengan masyarakat dapat

dianalogikan sebagai selembar kain batik. Dalam hal ini motif-motif atau pola-pola gambarnya

adalah lembaga pendidikan dan kain latarnya adalah masyarakat. Antara lembaga pendidikan

dengan masyarakat terjadi hubungan timbal balik simbiosis mutualisme. Pendidikan atau sekolah

memberi manfaat untuk meningkatkan peranan mereka sebagai warga masyrakat 6. Dampak

Konsep Pendidikan Konsep pendidikan mengangkat derajat manusia sebagai makhluk budaya

yaitu makhluk yang diberkati kemampuan untuk menciptakan nilai kebudayaan dan fungsi

budaya dan pendidikan adalah kegiatan melontarkan nilai-nilai kebudayaan dari generasi ke

generasi. Kebudayaan masyarakat jika dikaitkan dengan pendidikan maka ditemukan sejumlah

konsep pendidikansebagai berikut: 1) Keberadaan sekolah tidak dapat dipisahkan dengan

masyarakat sekitarnya, keduanya saling menunjang. Sekolah seharusnya menjadi agen

pembangunan di masyarakat. 2) Perlu dibentuk badan kerja sama antara sekolah dengan

tokoh-tokoh masyarakat, termasuk wakil-wakil orang tua siswa untuk ikut memajukan pendidikan. 3)

Proses sosialisasi anak-anak perlu ditingkatkan. 4) Dinamika kelompok dimanfaatkan untuk

belajar. 5) Kebudayaan menyangkut seluruh cara hidup dan kehidupan manusia yang diciptakan

oleh manusia ikut mempengaruhi pendidikan atau perkembangan anak. Sebaliknya pendidikan

juga dapat mengubah kebudayaan. 6) Akibat kebudayaan masa kini, ada kemungkinan

(17)

mempelajari tentang hubungan dan interaksi manusia, baik itu individu atau kelompok dengan

persekolahan sehingga terjalin kerja sama yang sinergi dan berkesinambungan antara manusia

dengan pendidikan. 4) Pendidikan adalah bagian dari kebudayaan. Apabila kebudayaan berubah

maka pendidikan juga berubah, dan apabila pendidikan berubah akan dapat mengubah

kebudayaan. 5) Hubungan antara lembaga pendidikan dengan masyarakat dapat dianalogikan

sebagai selembar kain batik. Dalam hal ini motif-motif atau pola-pola gambarnya adalah

lembaga pendidikan, sedangkan kain latarnya adalah masyarakat itu sendiri. Antara lembaga

pendidikan dengan masyarakat akan terjadi hubungan timbal balik simbiosis mutualisme, yakni

lembaga pendidikan memberi manfaat untuk me3ningkatkan peranan mereka sebagai

masyarakat. 2. Saran 1) Makalah ini merupakan resume dari berbagai sumber, untuk lebih

mendalami isi makalah dapat dibaca dalam buku-buku rujukan yang tercantum dalam daftar

pustaka. 2) Kritik dan aran yang membangun untuk perbaikan makalah ini sangat diharapkan

untuk penulisan makalah di masa-masa mendatang. DAFTAR PUSTAKA Pidarta, Made. 1997.

Landasan Kependidikan. Stimulus Ilmu Pendidikan Bercorak IndonesiaJakarta : Rineka Cipta.

Ruswandi, Uus Hermawan Heris, A. Nurhamzah, 2008, Landasan Pendidikan, Bandung : CV.

Insan Mandiri. Sutikno Sobry, 2008, Landasan pendidikan, Bandung : Prospect. Fauzan, 2009,

Landasan Sosial Budaya Sosial Budaya Pendidikan, http://defauzan.wordpress.com, di akses

18-03-2011.

Selengkapnya :

http://www.kompasiana.com/ariesrohmadi/landasan-sosial-budaya-terhadap-pendidikan_5500a2bca33311981450f90c

Referensi

Dokumen terkait

No Account Name Unadjusted Trial Balance Adjustments Adjusted Trial Balance Income

Kendala utama budidaya tanaman hortikultura adalah kurang tersedianya benih bermutu, kesuburan tanah yang semakin menurun, dan ancaman serangan hama dan

Potensiometri adalah metode yang telah lama dikenal dan banyak digunakan dalam teknik analisis salah satunya dalam menganalisis logam berat di lingkungan dimana digunakan

Pengaruh varietas cabai hibrida UNIB menunjukkan perbedaan nyata pada variabel pengamatan, tinggi cabang dikotomus, luas kanopi daun, panjang kanopi daun, diameter batang,

Di- samping itu, Ekonomi Sumber Daya Manusia atau Ekonomi Tenagakerja juga membahas: (4) masalah-masalah yang timbul dalam aspek-aspek (1), (2), dan (3) tersebut di atas, dan

Jabatannya dalam pemerintahan Indonesia saat itu menjadi salah satu kesempatannya untuk ajang unjuk giginya di kancah Internasional khususnya untuk mendapatkan

Pengaruh Struktur Aktiva, Profitabilitas, Ukuran Perusahaan, Likuiditas, dan Kepemilikan Manajerial Terhadap Struktur Modal Perusahaan (Studi Empiris pada Perusahaan