• Tidak ada hasil yang ditemukan

KURIKULUM PEMBELAJARAN Kementerian Pelajaran

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "KURIKULUM PEMBELAJARAN Kementerian Pelajaran"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

KURIKULUM PEMBELAJARAN

AL QUR’AN DAN AL HADIS DISEKOLAH

Farizal Setiawan

Institute Agama Islam Negeri (IAIN METRO),

Jl Kihajar Dewantara, No 15 A Iring Mulyo Kota Metro, Lampung Farizalsetiawan44@gmail.com

ABSTRAK

Kurikulum merupakan suatu rencana yang memberi pedoman atau pegangan dalam proses kegiatan belajar mengajar. atau Pengertian Kurikulum Menurut Bahasa perkataan kurikulum dikenal sebagai istilah dalam dunia pendidikan sejak kurang lebih satu abad yang lampau. Perkataan ini baru pertama kali timbul dalam kamus tahun 1856 artinya pada waktu itu ialah a race cours, a place for running, a chariot. Cours in general, applied particulary to the cours of study in university. Jadi dengan kurikulum dimaksud suatu jarak yang harus ditempuh oleh pelari atau kereta dalam perlombaan, dari awal sampai akhir, kurikulum juga berarti chariot, semacam kereta pacu pada zaman dulu, yakni dua alat yang membawa seorang dari start sampai finish.

Dan perlu diketahui pula, bahwasanya kurikulum, dapat dipahami bahwa pada dasarnya ada dua pengertian kurikulum yang berkembang hingga saat ini. Pertama, kurikulum diartikan sejumlah

mata pelajaran yang disajikan guru kepada peserta didik guna mendapatkan ijazah atau naik kelas. Ini berarti kurikulum dipandang hanya sekedar memuat dan dibatasi pada

sejumlah mata pelajaran. Kedua, kurikulum dimaksudkan sebagai sejumlah pengalaman dan kegiatan peserta didik, baik di sekolah maupun di luar sekolah, di bawah tanggung jawab guru atau sekolah. Ini berarti kurikulum mencakup pengalaman dan pengetahuan yang bersumber dari kegiatan-kegiatan peserta didik di dalam dan luar kelas.

Kata Kunci: Kurikulum, Al qur’an, Hadis dan Al qur’an Hadis

A. Pendahuluan

Pendidikan di Indonesia pada awal abad ke-21 berada pada konteks yang mencemaskan. Konteks yang mencemaskan terdapat pada berbagai aspek sosial yang berpengaruh pada kualitas masukan, proses dan keluaran pendidikan. Aspek-aspek sosial yang mencemaskan antara lain: pesatnya perkembangan ekonomi berakibat pada tersingkirnya tenaga kerja yang tingkat pendidikan maupun keterampilannya rendah, banyaknya arus informasi menimbulkan kesenjangan baru antara kelompok yang memperoleh informasi baru dan yang tidak, timbulnya kekhawatiran terhadap kelestarian budaya lokal yang makin terdesak karena arus budaya global, adanya penyalahgunaan pengelolaan lingkungan maupun terjadinya degradasi etika.

Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 36 ayat (1) menyatakan bahwa pengembangan kurikulum dilakukan dengan mengarah pada Standar Nasional Pendidikan, untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional antara lain:

(2)

berdasarkan integrasi filsafat, nilai-nilai pengetahuan dan pembuatan pendidikan yang disusun dari berbagai pihak seperti ahli pendidikan, pejabat pendidikan, pendidik dan unsur masyarakat. mengantisipasi perubahan kemajuan dan perkembangan pendidikan yang akan datang yang lebih berorientasi kepada konsumen, diperlukan adanya penataan sistem pendidikan yang bermutu di sekolah dan penataan kepribadian (tingkah laku) bagi pendidik karena mutu pendidikan dikatakan baik kalau tidak diimbangi kepribadian tidak ada hasilnya. 1

Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab, mencermati perubahan paradigma pendidikan saat ini serta, kurikulum sekolah merupakan instrumen strategis cara untuk pengembangan kualitas sumber daya manusia, baik jangka pendek maupun jangka panjang. Kurikulum sekolah juga memiliki kepaduan yang amat dekat dengan upaya pencapaian tujuan sekolah atau tujuan pendidikan. Oleh karena itu, perubahan dan pembaharuan kurikulum harus mengikuti perkembangan zaman, menyesuaikan kebutuhan masyarakat, dan menghadapi tantangan yang akan datang serta menghadapi kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi.2

Pengertian Kurikulum Menurut Bahasa perkataan kurikulum dikenal sebagai istilah dalam dunia pendidikan sejak kurang lebih satu abad yang lampau. Perkataan ini baru pertama kali timbul dalam kamus tahun 1856 artinya pada waktu itu ialah a race cours, a place for running, a chariot. Cours in general, applied particulary to the cours of study in university. Jadi dengan kurikulum dimaksud suatu jarak yang harus ditempuh oleh pelari atau kereta dalam perlombaan, dari awal sampai akhir, kurikulum juga berarti chariot, semacam kereta pacu pada zaman dulu, yakni dua alat yang membawa seorang dari start sampai finish.

Kurikulum yang semula digunakan dalam bidang olah raga, kemudian dipakai dalam bidang pendidikan, yakni sejumlah mata kuliah diperguruan tinggi. Dalam kamus webster 1995, kurikulum khusus digunakan dalam pendidikan dan pengajaran, yakni sejumlah mata pelajaran di sekolah atau mata kuliah di perguruan tinggi, yang harus ditempuh untuk mencapai suatu ijazah atau tingkat. Kurikulum juga berarti keseluruhan pelajaran yang disajikan oleh suatu lembaga pendidikan.

Di Indonesia istilah kurikulum boleh dikatakan baru menjadi populer sejak tahun lima puluhan, yang dipopulerkan oleh mereka yang memperoleh pendidikan di amerika serikat.

Pengertian kurikulum banyak mengalami perkembangan berkat pemikiran para tokoh pendidikan sehingga dapat meliputi hal-hal yang tidak direncanakan namun turut mengubah kelakuan anak didik.Kurikulum juga bukan hanya sekedar sejumlah mata pelajaran, akan tetapi mendapat liputan yang lebih luas. Karena itu istilah rencana pelajaran rasanya terlampau sempit dan terkait oleh pengertian tradisional yang sangat terbatas pada bahan pelajaran dalam buku pelajaran. Baik dalam teori maupun dalam praktek pengertian kurikulum yang lama sudah banyak diitinggalkan. Para ahli pendidikan memberi arti dan isi yang lebih luas dari pada semula. Selain itu pengertiannyapun senantiasa mengalami perubahan . perubahan itu terjadi karena orang tak kunjung puas dengan hasil pendidikan sekolah dan ingin selalu memperbaikinya. Memang

1Iriani Takaria, “Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan dalam Pembelajaran Karakter

Bidang Studi IPS di SMP Negeri 1 Nglames Madiun,” Jurnal Kebijakan dan Pengembangan Pendidikan 1, no. 1 (2013): 18.

2

(3)

kurikulum harus disesuaikan dengan tuntutan zaman. Disamping itu banyak timbul perkembangan anak, caranya belajar, tentang masyarakat dan ilmu pengetaahuan dan lain-lain yang memaksa diadakannya perubahan kurikulum. Perkembangan kurikulum adalah proses yang tak henti-hentinya yang harus dilakukan secara kontinu. Jika tidak, maka kurikulum menjadi usang dan ketinggalan zaman. Makin cepat perubahan dalam masyarakat makin sering diperlukan penyesuaian kurikulum. Namun mengubah kurikulum bukan pekerjaan yang mudah praktek pendidikan sekolah senantiasa jauh ketinggalan bila dibandingkan dengan teori kurikulum.Bukan sesuatu yang aneh apabila suatu teori kurikulum baru menjadi kenyataan setelah lima puluh atau tujuh puluh lima tahun kemudian. Kelambanan ini terjadi antara lain karena guru-guru banyak yang lebih senang berpegang padayang telah ada, merasa lebih aman dengan praktik-praktik rutin dan tradisional dari pada mencobakan hai-hal baru yang memerlukan pemikiran dan usaha yang lebih banyak dan ada kalanya menuntut perubahaan pada diri guru itu sendiri, itu sebanyak maka kuurikulum masih banyak diartikan sebagai sejumlah pelajaran yang harus disampaikan kepada anak.

Pengertian kurikulum para ahli seperti telah dikemukakan diatas, bahwa perubahan menuntut kurikulum baru. Perubahan zaman memberi tugas- tugas yang dahulu dipikul oleh lembaga-lembaga lain seperti rumah tangga pemerintah, petugas agama dan lain-lain. Misalnya anak gadis biasanya belajar memasak, menjahit, mengurus rumah dan pekerjaan lain dari ibunya. Maka tugas ibu dipercayakan kepada sekolah denagn memberi pelajaran PKK.

Berikut beberapa defenisi dari para ahli : 1. J. Galend Saylor dan William M. Alexander dalam buku kurikulum planing For Beter Teaching And Learning menjelaslkan bahwa kurikulum adalah segala usaha sekolah untuk mempengaruhi anak belajar, apakah dalam ruangan kelas dihalaman sekolah. 2. Harlod B. Albertyes dalam Reorganizing the high – school kurikulum memandang bahwa kurikulum tidak terbatas pada mata pelajaran, akan tetapi juga meliputi kegiatan-kegiatan lain, didalam dan diluar sekolah. 3. William B, Ragan dalam buku modern elemen tary kurikulum, menjelaskan arti kurikulum dalam arti luas, yang meliputi seluruh program dan kehidupan dalam sekolah yakni segala pengalaman anak dibawah tanggung jawab sekolah. Kurikulum tidak hanya meliputi sebagian pelajaran tetapi meliputi seluruh kehidupan dalam kelas. Jadi hubungan sosial antara guru dan murid, metode mengajar, jarang mengevaluasi termasuk kurikulum. 4. Winarno Surahmad mengemukakan bahawa kurikulum adalah program pendidikan yang direncanakan dan dilaksanakan untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. 5, Alice Miel juga menganut pendirian yang luas mengenai kurikilum dalam bukunya changing The kurikullum : a. Social process yang mengemukakan bahwa kurikulum juga meliputi keadaan gedung suasana sekolah keinginan, keyakinan, pengetahuan, dan sikap orang-orang yang melayani dan dilayani sekolah, yakni anak didik, masyarakat, para pendidik dan personalia (termasuk penjaga sekolah, pegawai administrasi dan orang lainnya yang adaa hubungannya dengan murid-murid). Jadi kurikulum meliputi segala pengalaman dan pengaruh yang bercorak pendidikan yang diperoleh anak di sekolah. 6. Dakir menjelaskan bahwa kurikulum adalah suatu progam pendidikan yang berisikan berbagai bahan ajar dan pengalaman belajar yang diprogamkan direncanakan dan dirancangkan secara sisitematik atas dasar norma-norma yang berlaku yang dijadikan pedoman dalam proses pembelajaran bagi tenaga kependidikan dan peserta didik untuk mencapai tujuan pendidikan.3

Komponen-komponen kurikulum dalam kurikulum terdiri dari beberapa unsur sebagai berikut:

3

(4)

komponen tujuan merupakan suatu hal yang paling penting dalam prooses pendidikan, yakni hal yang ingin dicapai secara keseluruhan, yang meliputi tujuan domain kognitif, domain afektif, dan domain psikomotor.

Domain kognitif adalah tujuan yang di inginkan yang mengarah pada pengembangan akal, intelektual anak didik, tujuan domain afektif merupakan tujuan yang ingin dicapai terhadap pengembangan rohani anak didik dan tujuan domain psikomotor adalah tujuan yang ingin dicapai yang mengarah pada pengembangan keterampilan jasmani anak didik. Tujuan pendidikan nasional pun menghendaki pencapaian ketiga domain yang ada secara integral dalam rangka memperoleh lulusan output pendidikan yang relevan dengan tujuan pendidikan nasional. Tujuan pendidikan yang berkaitan dengan perwujudan domain-domain anak didik di upayakan melalui suatu proses pendidikan, yang kalau dibuat secara berurutan tujuan pendidikan itu sebagai berikut: tujuan pendidikan nasional, tujuan institusional, tujuan kurikuler, tujuan instruksional, tujuan instruksional umum, tujuan instruksional khusus. Untuk lebih jelasnya tentang tujuan pendidikan simak uraian berikut:

Tujuan pendidikan nasional, merupakan tujuan pendidikan yang paling tinggi dalam hirakris tujuan-tujun yang ada yang bersifat ideal dan umum yang dikaitkan dengan falsafah pancasila, tujuan pendidikan nasional adalah ptujuan pendidikan yang paling tinggi dalam hirakris tujuan-tujuan yang ada yang bersifat ideal dan umum yang dikaitkan dengan falsafah pancasila, tujuan pendidikan nasional adalah pendidikan nasional bertujuan berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada tuhan yang maha esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab undang-undang no.20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional.

Tujuan pendidikan nasional menurut UU No.20 tahun 2003 pada dasarnya untuk membentuk anak didik menjadi manusia seutuhnya, yang mempunyai ilmu pengetahuan dan teknologi serta beriman dan bertaqwa atau dikenal juga untuk membentuk manusia pancasila. Tujuan pendidikan nasional ini mempunyai arti yang komprehensif dan tidak bertentangan dengan tujuan-tujuan pendidikan islam, bahkan mempunyai persamaan-persamaan yang kuat, yakni sama-sama mempunyai cita-cata untuk menciptakan insan yang beriman dan bertaqwa disamping mempunyai pengetahuan dan keterampilan baik tujuan nasional maupun tujuan pendidikan islam mempunyai kesamaan untuk menciptakan anak didik menjadi insan seutuhnya. Tujuan institusional merupakan tindak lanjut dari tujuan pendidikan nasional. Sistem pendidikan indonesia memiliki jenjang yang lembaga pada suatu tingkatan. Tiap lembaga memiliki suatu tujuan pendidikan yang disebut institusional antara lain: tujuan institusional SD ATAU MI, SMP atau MTS. SMU atau MA, Universitas atau akademik atau IAIN atau Stain dan lain sebagainya.

Keberadaan tujuan pendidikan mesti menggambarkan kelanjutan dan memiliki relevansi yang kuat dengan tujuan pendidikan nasional. Agar tidak terjadi penyimpangan maka tiap tujuan institusional mesti didahului dengan pengertian tujuan umum lembaga yang dimakssud.

Tujuan Kurikuler merupakan tindak lanjut dari tujuan institusional. Dalam melaksanakan kegiatan pendidikan dari suatu lembaga pendidikan, maka isi pengajaran yang sudah disusun diharapkan dapat menunjang tercapainya tujuan pendidikan. Suatu lembaga pendidikan memiliki tujuan kurikulum yang biasanya dapat dilihat dari GBPP Dari suatu bidang studi. Dari GBPP (Garis-Garis Besar Progam Pengajaran) tersebut dapat suatu tujuan kurikuler yang perlu dicapai oleh anak didik setelah ia menyelesaikan pendidikannya.

(5)

tujuan kurikuler. Sehingga akan terlihat jelas hubungan hirarkis dari ketiga tujuan pendisdikan tersebut.

Tujuan instruksional tujuan ini bersifat operasional yakni diharapkan dapat tercapai pada saat terjadinya proses pembelajaran yang bersifat langsung dan terjadi setiap hari dibahas. Untuk mencapai tujuan-tujuan instruksional ini biasanya seorang pendidik atau guru perlu membuat satuan pelajaran. Tujuan instruksional ini dalam upaya mencapai tujuannya sangat ditentukan oleh kondisi belajar mengajar yang ada antara lain: kompetensi pendidik, fasilitas belajar, anak didik, metode, lingkungn, dan faktor yang lain.4

Kurikulum berbasis kompetensi disusun dengan pertimbangan agar setiap lulusan sudah dapat diukur seberapa jauh siswa memiliki pengetahuan, penguasaan dan kompetensi minimal terhadap suatu bidang ilmu pengetahuan, dan ketrampilan. Kurukulum berbasis kompetensi merupakan suatu format yang menetapkan apa yang diharapkan dapat dicapai siswa dalam setiap tingkatan. Setiap kompetensi menggambarkan langkah kemajuan siswa menuju kompetensi pada tingkat yang lebih tinggi. Kompetensi adalah suatu pernyataan tentang apa yang sepantasnya dapat dilakukan siswa secara terus menerus (tetap) dalam suatu kajian atau mata pelajaran pada suatu tingkat tertentu. Dengan demikian kurikulum berbasis kompetensi merupakan pergeseran penekanan dari isi (apa yang tertuang) ke kompetensi (bagaimana harus berfikir, belajar, dan melakukan) dalam kurikulum. Oleh karena itu siswa dan guru diharapkan harus dapat mengetahui apa yang harus dicapai dan sejauhmana efektifitas belajar telah dicapai5.

Diversifikasi Kurikulum sangat berperan untuk meningkatkan relevansi pendidikan. Oleh karena itu penyempurnaan kurikulum dari kurikulum 1994 menjadi kurikulum 2004 telah mengakomodasikan perbedaan-perbedaan yang berkaitan dengan kesiapan, potensi akademik, minat, lingkungan, budaya dan sumber daya setempat untuk meningkatkan kualitas kehidupan.

Dari perbedaan pandangan tersebut, dapat dipahami bahwa pada dasarnya ada tiga pengertian kurikulum yang berkembang hingga saat ini. Pertama, kurikulum diartikan sejumlah mata pelajaran yang disajikan guru kepada peserta didik guna mendapatkan ijazah atau naik kelas. Ini berarti kurikulum dipandang hanya sekedar memuat dan dibatasi pada

sejumlah mata pelajaran. Kedua, kurikulum dimaksudkan sebagai sejumlah pengalaman dan kegiatan peserta didik, baik di sekolah maupun di luar sekolah, di bawah tanggung jawab guru atau sekolah. Ini berarti kurikulum mencakup pengalaman dan pengetahuan yang bersumber dari kegiatan-kegiatan peserta didik di dalam dan luar kelas.

Proses pembelajaran akan berjalan sesuai dengan harapan atau tidak, sangat dipengaruhi oleh bermacam-macam faktor. Dengan jalan mengkondisikan faktor-faktor tersebut, diharapkan proses belajar akan lebih menyenangkan dan hasil yang didapatkan pun akan lebih memuaskan. Tentu hal tersebut akan berimbas pada meningkatnya kualitas pendidikan. Secara umum, faktor-faktor yang berpengaruh terhadap proses belajar mengajar dapat dikelompokkan menjadi dua bagian, yakni faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal meliputi:

Faktor Jasmani, Dalam faktor jasmani, kesehatan dan cacat tubuh dapat menentukan keberhasilan suatu proses pembelajaran. Kesehatan sangat mempengaruhi proses belajar, keadaan jasmani yang sehat akan berdampak positif bagi kelancaran proses pembelajaran, sebaliknya jika kondisi kesehatan melemah maka konsentrasi dan keinginan untuk belajar pun akan menurun. Sehingga seseorang yang ingin belajar harus selalu menjaga kesehatannya agar dapat melalui proses pembelajaran dengan baik dan memperoleh hasil yang sesuai dengan

4 Ibid.

5Endang Mulyani, “

(6)

harapan. Berbagai langkah yang dapat ditempuh dalam menjaga kesehatan antara lain dengan memperhatikan pola makan, berolahraga, dan waktu tidur yang cukup. Hal-hal demikian dapat menghindarkan siswa dari keadaan lesu, dan mengantuk ketika kegiatan belajar sedang berlangsung. Kemudian faktor cacat tubuh, sesungguhnya faktor ini tidak begitu signifikan dalam mempengaruhi proses belajar, namun cacat tubuh tidak jarang dapat berpengaruh pada kelancaran proses belajar bagi individu yang mengalaminya.

Faktor Psikologis, Berikut beberapa faktor psikologis yang mempengaruhi belajar, antara lain:

Intelegensi merupakan sesuatu yang berhubungan dengan kemampuan otak dalam memaksimalkan fungsinya. Kemampuan intelegensi yang tinggi dapat membantu proses belajar lebih baik. Begitu juga kemampuan intelegensi yang rendah dapat menyebabkan siswa mwnjadi sulit dalam mempelajari bidang tertentu. Faktor intelegensi berpengaruh terhadap kualitas belajar, semakin tinggi tingkat intelegensi peserta didik, maka akan lebih besar kesempatan untuk memperoleh hasil belajar yang memuaskan. Namun perlu dipahami bahwa tidak ada dua individu yang memiliki inteligensi yang sama (Pranata, 2002:14).

Untuk menjamin adanya kegiatan belajar yang baik, maka diperlukan perhatian terhadap objek belajar. Apabila belajar tidak diperhatikan maka belajar akan menjadi sesuatu yang membosankan. Jika hal tersebut tidak mendapatkan perhatian maka kegiatan belajar akan mengalami hambatan.

Minat adalah kecenderungan dalam hal memperhatikan suatu kegiatan. Apabila perhatian sifatnya adalah sementara dan belum tentu disertai perasaan senang sedangkan minat sifatnya berlangsung lama dan selalu disertai perasaan senang.

Bakat merupakan kemampuan dan kecakapan yang telah dibawa oleh setiap orang dari sejak mereka lahir, bakat akan semakin berkembang apabila di imbangi dengan proses belajar dan berlatih. Pada dasarnya manusia yang lahir ke dunia diberi anugrah berupa bakat yang sesuai dengan kemampuannya masing-masing, hanya bagaimana seseorang akan berusaha menggali, mengetahui dan mengembangkan bakat tersebut sehingga dapat bermanfaat bagi kehidupannya di masyarakat.

Motif ialah suatu kekuatan yang ada pada setiap orang yang mengakibatkan seseorang tersebut bertindak atau melakukan sesuatu. Motif berhubungan dengan tujuan yang ingin dicapai. Motif adalah daya pendorong perbuatan. Dalam setiap kegiatan belajar, motif adalah faktor yang akan membantu keberhasilan belajar. Dengan menumbuhkan motif dalam kegiatan belajar maka belajar akan lebih terarah.

Kematangan merupakan salah satu fase dalam proses pertumbuhan seseorang. Pada tahap ini, organ-organ tubuh mulai dipersiapkan untuk melakukan berbagai kecakapan baru. Misalnya kaki seorang anak sudah siap untuk berjalan, tangan yang telah siap untuk menulis, dan otak yang telah siap untuk diajak berfikir. Jadi seseorang yang telah siap (matang) akan lebih mudah dalam belajar dibandingkan yang belum matang.

Kesiapan adalah suatu keadaan dimana pikiran siap untuk bereaksi. Kesiapan harus menjadi perhatian dalam proses belajar, siswa dapat belajar lebih teratur dan tertata apabila mereka telah memiliki kesiapan.

(7)

sehingga minat seseorang untuk belajar menjadi berkurang. Kelelahan ini dapat menjadikan seseorang kehilangan semangat belajar dan sulit untuk berkonsentrasi. Sedangkan kelelahan rohani disebabkan oleh aktivitas memikirkan masalah yang dilakukan secara terus-menerus yang dapat mengakibatkan seseorang yang mengalaminya menjadi stres dan tidak fokus. Kedua jenis kelelahan tersebut jelas mempengaruhi kelancaran aktivitas belajar.

Faktor Eksternal, Adapun faktor-faktor eksternal yang mempengaruhi belajar dalam learning revolution meliputi: Keluarga, Cara orang tua dalam mendidik anak

Ketika orang tua kurang memperhatikan pendidikan dan kebutuhan belajar bagi anak-anaknya, maka hal tersebut akan menghambat proses belajar anak tersebut. Demikian halnya dengan cara mendidik anak yang salah dapat berpengaruh terhadap proses belajar anak. Orang tua diharapkan mampu mencurahkan seluruh perhatian kepada anak-anaknya sehingga anak akan merasa bahwa mereka memiliki motivasi dan dorongan yang sangat besar dari orang tuanya, dengan demikian keinginan belajar anak akan meningkat.

Hubungan antar anggota keluarga, Demi kelancaran dan keberhasilan pembelajaran, maka diperlukan adanya hubungan yang baik dalam keluarga. Hubungan yang baik adalah hubungan yang penuh dengan kasih sayang dari orang-orang terdekat khususnya keluarga di rumah seperti ayah, ibu, kakak, adik, dan lain sebagainya.

Keadaan ekonomi keluarga, Pemenuhan terhadap berbagai kebutuhan belajar sangat menunjang proses belajar. Namun kendala yang sering ditemui ialah tidak tersedianya kebutuhan belajar sebab penghasilan orang tua yang minim sedangkan biaya untuk keperluan tersebut sangatlah tinggi.

Suasana rumah, Rumah merupakan sebuah tempat yang paling utama dalam melakukan proses belajar setelah sekolah dan masyarakat. Rumah yang memiliki suasana tenang tentu akan lebih menguntungkan untuk belajar dibanding rumah yang keadaannya tidak kondusif. Oleh karena itu, sangat penting membuat situasi belajar yang nyaman di rumah. Karena keadaan rumah yang gaduh dan berantakan tentu akan menghambat proses belajar.

Pengertian orang tua, Belajar merupakan suatu proses, kadang dalam proses belajar tersebut tedapat kendala dan kesulitan yang dapat membuahkan kegagalan. Untuk mengantisipasinya dibutuhkan dorongan dari orang-orang terdekat (dalam hal ini orang tua) untuk memberikan dorongan supaya anak tetap belajar dengan baik. Keluarga yang bersikap acuh tak acuh pada anak dapat membuat semangat anak untuk belajar menjadi lemah.6

Pendekatan subjektif akademik dalam menyusun kurikulum atau program pendidikan didasarkan pada sistematisasi disiplin ilmu masing-masing. Setiap ilmu pengetahuan memiliki sistematisasi tertentu dan berbeda dengan sistematisasi ilmu lainnya. Pengembangan kurikulum subjek akademik dilakukan dengan cara menetapkan.

terlebih dahulu mata pelajaran atau mata kuliah apa yang harus dipelajari peserta didik, yang diperlukan untuk persiapan pengembangan disiplin ilmu. Misalnya, pendidikan agama di sekolah meliputi aspek al-Qur’an-Hadis, keimanan, akhlak, ibadah, tarikh dan sejarah kebudayaan Islam. Di madrasah, aspek-aspek tersebut dijadikan sub-sub mata pelajaran PAI yang meliputi: mata pelajaran al-Qur’an-Hadis, Fiqih, Akidah Akhlak, dan Sejarah Kebudayaan Islam7.

Pembelajaran tidak terlepas dari dua peristiwa yaitu belajar dan mengajar, di mana keduanya terdapat hubungan yang erat bahkan terjadi kaitan dan interaksi saling mempengaruhi

6

Dedi Wahyudi And Habibatul Azizah, “Strategi Pembelajaran Menyenangkan dengan Konsep Learning Revolution,” Attarbiyah 26 (2016): 1–28.

7Siti Halimah, “S

trategi Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI),”

(8)

dan saling menunjang satu sama lainnya. Pengertian Belajar Secara umum belajar dapat diartikan sebagai proses perubahan perilaku, akibat interaksi individu dengan lingkungan. Perilaku mengandung pengertian yang luas. Hal ini mencakup pengetahuan, pemahaman, keterampilan sikap dan sebagainya. Pengertian Mengajar Seiring dengan perkembangan zaman, definisi mengajar dari tahun ke tahun selalu mengalami perubahan.

Dalam hal ini ada beberapa definisi tentang mengajar yang dilontarkan oleh para ahli pendidikan, di antaranya

adalah: Menurut pandangan William H.Burton, dkk: “mengajar adalah upaya dalam memberikan

perangsang, bimbingan, pengarahan, dan dorongan kepada siswa agar terjadi proses belajar” Faktor-faktor yang mempengaruhi proses pembelajaran Masalah interaksi belajar mengajar merupakan masalah yang kompleks karena melibatkan berbagai faktor

yang saling terkait satu sama lain. Dari sekian banyak faktor yang mempengaruhi proses dan hasil interaksi belajar mengajar terdapat dua faktor yang sangat menentukan yaitu faktor guru sebagai subjek pembelajaran dan faktor peserta didik sebagai objek pembelajaran. Tanpa adanya faktor guru dan peserta didik dengan berbagai potensi kognitif, afektif, dan psikomotorik yang dimiliki tidak mungkin proses interaksi belajar mengajar dikelas atau ditempat lain dapat berlangsung dengan baik, Namun pengaruh berbagai faktor lain tidak boleh diabaikan, misalnya faktor media dan instrument pembelajaran, fasilitas belajar, infrastruktur sekolah, fasilitas laboratorium, manajemen sekolah, sistem pembelajaran dan evaluasi, kurikulum, metode, dan strategi pembelajaran.8

B. Pengertian Al-qur’an

Al-Qur'an yang secara harfiah berarti “bacaan sempurna” merupakan suatu nama pilihan Allah yang sungguh tepat, karena tiada suatu bacaan pun sejak manusia mengenal tulis baca lima ribu tahun yang lalu yang dapat menandingi Al-Qur’an al-Karim, bacaan sempurna lagi mulia itu. Al-Qur'an adalah sebuah kitab suci yang sakral. Tidak ada satu kitab pun di dunia ini yang dihapal di luar kepala jutaan orang, selain al-Qur'an karena Allah telah menjadikannya mudah diingat dan dihapal. Sekalipun banyak orang yang menghapalnya tidak paham apa yang dibaca dan dihapalnya karena berbahasa Arab, namun mereka berlomba-lomba menghapalnya dengan maksud sebagai ibadah dan mendekatkan diri kepada Allah swt.

Allah swt. menurunkan al-Qur'an untuk menunjuki manusia ke tujuan yang paling utama dan jalan yang paling lurus. Firman Allah dalam Q.S. al-Isra (17): 9

Yang artinya:

Sesungguhnya al-Qur'an ini memberikan petunjuk kepada (jalan) yang lebih lurus dan memberi khabar gembira kepada orang-orang Mu'min yang menger-jakan amal saleh bahwa bagi mereka ada pahala yang besar.9

Hadis, sebagai sumber ajaran Islam kedua setelah al-Qur’an, harus disikapi dengan kritis untuk melaksanakan kandungan isinya. Terkait dengan hadis tentang istri yang ideal di atas, maka pertanyaan yang perlu diajukan antara lain adalah; apakah hadis itu otentik berasal dari Rasulullah Saw? Dan bagaimana cara memahaminya agar dapat diamalkan secara benar dan proporsional? Pertanyaan pertama dijawab dengan mengadakan kritik sanad. Untuk itu, digunakan al-Mu’jam al-Mufahros Lialfaz al-Hadis2 dan CD Mausu’ah al-Hadis al-Syarif.

8

Nandang Sarip Hidayat, “Problematika Pembelajaran Bahasa Arab,” ANIDA’ 37, no. 1 (2012): 82–88.

9muzakkir, “Keutamaan Belajar d

an Mengajarkan Al-Qur’an: Metode Maudhu’i dalam Perspektif

(9)

Pertanyaan kedua dijawab dengan menggunakan metode pemahaman hadis. Untuk memahami matan hadis, ada berbagai cara yang ditawarkan para ulama10.

C. Pengertian Hadis

Hadis adalah segala pernyataan, pengalaman, taqrir dan hal ihwal Nabi Muhammad saw. Yang merupakan sumber ajaran Islam yang kedua setelah al-Qur‟an.(Ismail, 1988). Sedangkan Al-Qur‟an adalah sumber hukum pertama, yang banyak mengandung ayat-ayat yang bersifat umum. Oleh karena itu kehadiran hadis sangat dibutuhkan untuk menjelaskan ayat-ayat tersebut. (al-Syatibi, t.th). Disamping itu, al-Qur‟an juga menjelaskan bahwa Rasulullah saw. berfungsi untuk menjelaskan maksud firman Allah swt., yang dapat dilihat pada surat Ali Imran ayat 3; al-Nisa ayat 59; al-Hasyr ayat 7; al-Ma‟idah ayat 92 dan al-Nur ayat 54.

Dilihat dari wujud ajaran Islam itu sendiri, Rasulullah saw. merupakan contoh sentral yang sangat dibutuhkan. Beliau bukan hanya pembawa risalah ilahiyah, akan tetapi lebih dari itu beliau sangat dibutuhkan di tengah-tengah umat manusia sebagai tokoh yang dipercaya oleh Allah swt. untuk menjelaskan, merinci, menetapkan dan memberi contoh dalam pelaksanaan ajaran tersebut. (Amin Sum, 1996)11.

Hadis menurut bahasa berarti : (yang baru), merupakan lawan kata dari kata : (yang lama). (al-Khatib, 1989). Selain itu, hadis dapat diartikan sebagai khabar (berita), dapat dilihat pada surat at-Tur ayat 34; surat al-Kahfi ayat 6 dan ad-Duha ayat 11. Kemudian di dalam al-Qur‟an kata hadis disebutkan sebanyak 28 kali, dengan rincian 23 kali dalam bentuk mufrad dan 5 kali dalam bentuk jamak. (Al-Baqy, 1992)

Adapun pengertian hadis menurut istilah adalah sebagai berikut: a. Ulama hadis pada umumnya mendefenisikan bahwa hadis adalah segala ucapan Nabi saw dan segala perbuatan Nabi saw, b.Ulama ushul menyebutkan bahwa hadis adalah segala perkataan, perbuatan dan taqrir Nabi saw, yang bersangkut paut dengan hukum. (Zuhri, 1997).

Dilihat dari wujud ajaran Islam itu sendiri, Rasulullah saw. merupakan contoh sentral yang sangat dibutuhkan. Beliau bukan hanya pembawa risalah ilahiyah, akan tetapi lebih dari itu beliau sangat dibutuhkan di tengah-tengah umat manusia sebagai tokoh yang dipercaya oleh Allah swt. untuk menjelaskan, merinci, menetapkan dan memberi contoh dalam pelaksanaan ajaran tersebut. (Amin Sum, 1996). Dalam periwayatan hadis Nabi, ada yang berlangsung secara

mutawatir dan sebagian lagi berlangsung secara ahad. (Ismail, 1995). Oleh karena itu, hadis disamping sebagai qat’iy al-wurud dan sebagaian lagi sebagai zanniy al-wurud. Dan inilah yang banyak ditemukan dalam hadis Nabi saw. (Ismail, 1992)12.

Menurut sebagian ulama muhaddisin, pengertian hadis di atas merupakan pengertian yang sangat sempit, padahal pengertian hadis mempunyai makna yang sangat luas, yaitu tidak hanya terbatas penyandaran kepada Nabi, akan tetapi termasuk penyandaran kepada sahabat dan

thabi‟in.

Ada tiga penyebab disabdakannya hadis yaitu:

Hadis terbentuk atau dilafazkan oleh Nabi saw. karena diintervensi oleh tradisi orang Arab jahiliyah. Bagi ulama ushul, ini bukan hadis melainkan, Hadis terbentuk disebabkan Nabi saw.

10

durotun Nafisah *), “Istri Ideal dalam Perspektif Hadis (Telaah Sanad dan Matan),” Yinyang 5, no. 2 (2010).

11

Kamarudin, “Urgensi Ulum Al-Hadis dalam Memahami Al-Qur’an dan Status Hadis,” Jurnal Hunafa 1, No. 2 (2005): 39.

12Kamaruddin Kamaruddin, “

Urgensi Ulum Al-Hadis dalam Memahami Al-Qur’an dan Status Hadis,”

(10)

sebagai manusia biasa, maka kekeliruan dalam hal sebagai manusia bisa saja terdapat pada Nabi saw, Hadis terbentuk karena diintervensi oleh wahyu. Artinya pembentukan hadis tersebut, karena berhubungan dengan kekuasaan Allah swt. Karena jenis hadis terakhir ini semuanya berhubungan dengan pembentukan hukum, sangat diintervensi oleh wahyu Allah swt. Kedudukan dan fungsi hadis dalam prespektif wahyu, telah terungkap dalam berbagai ayat di antaranya adalah pada surat Ali Imran ayat 179, al-Nisa ayat 136; al-Ma‟idah ayat 92; al-Nur ayat 54 dan al-Nahl ayat 44. Dari beberapa ayat yang telah dikemukakan di atas, jelas bahwa otoritas Nabi Muhammad saw. sebagai penerima wahyu telah memiliki kemampuan untuk menjelaskan makna-makna yang tekandung di dalam Al Quran. Terbukti bahwa dalam al

Qur‟an, setiap ayat yang turun bertepatan dengan peristiwa yang dialami oleh Nabi saw. Pada saat itu juga lahir hadis Nabi Muhammad saw. dan itulah yang disebut :

Asbabunnuzul, Sejarah membuktikan bahwa Nabi saw. memiliki dua bentuk hadis, yaitu: hadis

qauliy, hadis fi’lyi. Dalam pandangan Muhaddisin yang lain, kedudukan dan fungsi hadis tergambar dalam konsep ketaatan, bahwa ketaatan kepada Allah swt. sama ketaatannya kepada Nabi saw.

Tujuan mata pelajaran Al-Qur’an dan Hadist pada praktiknya harus dijabarkan secara fakta, konsep, generalisasi yang menyangkut pada keterampilan intelektual dan berpikir sampai berpikir kreatif, keterampilan sikap yang membentuk nilai, kepekaan dan perasaan siswa, serta keterampilan membentuk pribadi yang beriman dalam pergaulan hidup sehari-hari. Dalam memecahkan berbagai permasalahan agama di masyarakat maupun lingkungannya, siswa harus memiliki kemampuan untuk menyikapi masalah tersebut dengan bijak sesuai dengan petunjuk Al-Qur’an.

pelajaran Al-Qur’an dan Hadist mempunyai peranan yang sangat penting, sehingga dalam memahami materi pelajaran Al-Qur’an dan Hadist, semua pengetahuan harus dirangkai dalam suatu sistem yang saling berhubungan. Dengan demikian, untuk merangkai materi-materi pelajaran tersebut agar saling berhubungan, seorang siswa membutuhkan kemampuan menyerap informasi dengan baik dan tepat. Kemampuan menyerap informasi dalam diri siswa akan memberikan peluang kepada siswa tersebut untuk

membentuk atau melakukan pengolahan informasi dan pengetahuan siswa, yang pada gilirannya akan tiba pada pengertian yang mendalam. Selanjutnya, dengan kemampuan menyerap informasi tersebut, proses penyampaian suatu pesan atau pertukaran informasi oleh seseorang kepada orang lain akan dapat mengubah sikap, pendapat, atau perilaku seseorang baik langsung, maupun tak langsung

Siswa yang memiliki gaya belajar auditori dalam menangani masalah berpijak pada prosedur, memperdebatkan masalah, mengatasi solusi verbal, berbicara dengan kecepatan sedang. Suka berbicara bahkan didalam kelas. Mengedepankan komunikasi verbal, cenderung mengingat lebih baik dan menghafal kata-kata dan gagasan-gagasan yang pernah diucapkan. Merespon lebih bagus ketika mendengar informasi dari pada membaca.

Gaya belajar auditorial adalah belajar dengan berbicara dan mendengar. Pikiran auditori seseorang lebih kuat dari pada yang ia sadari. Telinga manusia akan terus menangkap dan menyimpan informasi auditori, bahkan tanpa disadari. Ketika seseorang membuat suara sendiri dengan berbicara, maka beberapa area penting dalam otak akan menjadi aktif. Bangsa Yunani

kuno dalam filosofinya mengemukakan bahwa ”jika kita mau belajar lebih banyak tentang apa

(11)

bagi semua masyarakat sejak awal sejarah. Gaya belajar ini mengakses segala jenis bunyi dan kata yang diciptakan maupun diingat. Musik, nada, irama, dialog internal dan suara menonjol di sini. Seseorang yang sangat auditorial akan memiliki ciri-ciri antara lain: perhatiannya mudah terpecah, berbicara dengan pola berirama, belajar dengan cara mendengarkan, menggerakkan bibir atau bersuara saat membaca.

Sebaliknya Siswa yang memiliki gaya belajar visual belajar dengan melihat, mengamati dan memperhatikan. Ketajaman visual, meskipun lebih menonjol pada sebagian orang, namun sangat kuat dalam diri setiap orang. Alasannya adalah bahwa dalam otak terdapat lebih banyak perangkat untuk memproses informasi visual daripada semua indera yang lain. Gaya belajar ini mengakses citra visual yang diciptakan maupun diingat. warna, hubungan ruang, potret mental dan gambar. Seseorang yang sangat visual akan memiliki ciri khusus, diantaranya: teratur, mengingat dengan gambar, lebih suka membacadaripada dibacakan, serta lebih mengingat apa yang dilihat dari pada yang didengar.

Sedangkan pembelajaran Al-Qur’an dan Hadist dengan menggunakan strategi pembelajaran ekspositori, memiliki langkah-langkah pembelajaran sebagai berikut; (1) apersepsi pada pendahuluan; (2) kegiatan pokok yaitu uraian materi di mana kegiatan guru biasanya dilakukan dengan metode ceramah; (3) penutup dengan mengadakan rangkuman, kesimpulan, penilaian, dan tindak lanjut terhadap mata pelajaran yang telah diberikan. Pada pembelajaran eksposiori, proses pembelajaran hanya disajikan di dalam kelas, dilaksanakan kepada kelompok sebagai keseluruhan dan siswa belajar melalui pemahaman, sehingga sulit mengidentifikasi bakat, minat, dan kemampuan siswa. Hal ini senada dengan yang dikemukakan Strategi pembelajaran ekspositori merupakan pendekatan pembelajaran yang berorientasi pada guru, artinyu guru merupakan satu-satunya sumber informasi dan pengetahuan siswa (teacher centre). Strategi pembelajaran ini berorientasi pada guru dan biasanya ceramah menjadi pilihan utama metode pembelajarannya. Kondisi seperti ini akan mengakibatkan siswa kurang diberdayakan dalam menemukan ilmu pengetahuan yang dibutuhkannya, sebab siswa memperoleh ilmu dan pengetahuan tersebut berdasarkan apa yang disampaikan oleh gurunya saja. Senada dengan hal itu Dick and Carey (1990) mengemukakan bahwa strategi pembelajaran ekspositori cenderung menggunakan hapalan-hapalan dan lebih mengarah ke aspek memorization, yang menitikberatkan unsur ingatan, sehingga siswa memperoleh pengetahuan dan keterampilan dangan cara menghubungkan kata-kata dengan subjek secara berulang-ulang, yang pada akhirnya bila siswa belum hapal dengan sempurna, maka materi tersebut tidak dapat diteruskan atau ditambah. Dalam strategi ini, guru yang lebih banyak berperan artinya siswa tidak terlibat secara langsung dalam mencari dan menemukan materi-materi penting pembelajaran, sehingga pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh tidak mampu meningkatkan retensi dan daya ingat siswa atau hanya berada dalam memori ingatan jangka pendek saja. Akhirnya, keberhasilan siswa dalam belajar amat tergantung pada penyampaian guru, kemampuan, dan pengalaman guru saja. Pembelajaran seperti ini akan berpotensi untuk memberikan perolehan hasil belajar yang kurang maksimal. Jadi, jelaslah bahwa strategi pembelajaran ekspositori merupakan strategi yang digunakan guru untuk menyampaikan materi pelajaran secara lisan tentang fakta-fakta, teori atau prinsip pada siswa, tanpa ikut melibatkan siswa dalam kegiatan aktif. Siswa bertindak sebagai pihak yang pasif, hanya mendengarkan ceramah guru, sehingga komunikasi hanya merupakan komunikasi satu arah.

(12)

modalitas ini pada tahapan tertentu, kebanyakan orang lebih cenderung pada salah satu di antara ketiganya. Faktor yang menyebabkan mengapa gaya belajar layak diketahui, salah satunya adalah karena cara guru memperlakukan siswa mempengaruhi perilaku dan motivasi belajar siswa. Terkadang guru cenderung mengarahkan siswa untuk menggunakan gaya belajar yang dimilikinya, sehingga proses pembelajaran akan berlangsung dengan gaya belajar guru yang mempengaruhi gaya belajar siswa.

Hasil belajar siswa dipengaruhi oleh kualitas pembelajaran dan karakteristik siswa yang belajar. Dengan demikian, guru sebagai orang yang bertanggungjawab dalam berhasilnya proses pembelajaran harus memperhatikan satu aspek yakni karakteristik siswa yang diajarnya. Sesuai dengan hasil penelitian, bahwa siswa yang memiliki gaya belajar visual lebih tinggi hasil belajarnya jika diajar dengan strategi pembelajaran berbasis quantum learning dibandingkan jika diajar dengan strategi pembelajaran ekpositori, dan siswa yang memiliki gaya belajar auditori lebih tinggi hasil belajarnya jika diajar dengan strategi pembelajaran ekpositori dibandingkan diajar dengan strategi pembelajaran berbasis quantum learning.

Tujuan umum pembelajaran Al-Qur’an dan Hadist adalah untuk mengerti tentang kandungan Al

-Qur’an baik itu tajwid, maupun kandungan dalam ayat-ayat Al-Qur’an juga didukung oleh Hadis yang tidak lain juga bersumber dari Al-Qur’an, sehingga diharapkan mampu membentuk sikap yang baik. Unsur utama pembelajaran Al-Qur’an dan Hadist adalah penalaran deduktif yang bekerja atas dasar asumsi, yaitu kebenaran suatu konsep atau pernyataan diperoleh sebagai akibat logis dari kebenaran sebelumnya. Sehingga kaitan antara konsep atau pernyataan dalam

Al-Qur’an dan Hadist merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan, yaitu materi Al-Qur’an dan Hadist dipahami melalui penalaran dan sebaliknya penalaran dipahami dan dilatih melalui kegiatan belajar Al-Qur’an dan Hadist. Dengan demikian, pembelajaran Al-Qur’an dan Hadist akan memberikan perolehan hasil belajar yang lebih baik melalui belajar bermakna, yakni pembelajaran yang mengaitkan antara kesiapan struktur kognitif atau pengalaman belajar dengan pengetahuan baru yang akan diterima siswa dengan cara menciptakan lingkungan belajar yang merangsang untuk pembelajaran kreatif.

Untuk siswa yang memiliki gaya belajar visual, akan memberikan hasil belajar yang lebih baik jika diajarkan dengan strategi pernbelajaran berbasis quantum learning, sebab gaya belajar visual yang dimiliki siswa akan membantu siswa tersebut menjawab persoalan-persoalan belajarnya. Artinya, Siswa yang memiliki gaya belajar visual belajar dengan melihat, mengamati dan memperhatikan. Ketajaman visual, meskipun lebih menonjol pada sebagian orang, namun sangat kuat dalam diri setiap orang. Alasannya adalah bahwa dalam otak terdapat lebih banyak perangkat untuk memproses informasi visual daripada semua indera yang lain. Gaya belajar ini mengakses citra visual yang diciptakan maupun diingat. warna, hubungan ruang, potret mental dan gambar.

(13)

(50%), menyajikan presentasi (70%), bermain peran, melakukan simulasi dan mengerjakan hal nyata (90%). sehingga informasi itu sulit hilang dari ingatan dan suatu saat yang diperlukan akan muncul sendiri serta dapat bermanfaat untuk menghadapi persoalan-persoalan belajar siswa. Siswa dengan gaya belajar visual memperoleh hasil belajar Al-Qur’an dan Hadist yang lebih baik jika dibelajarkan dengan strategi pembelajaran berbasis quantum learning dibandingkan dengan stategi pembelajaran ekspositori. Gaya belajar visual menekankan pada penglihatan, artinya siswa belajar sembari melihat materi atau objek. Misalnya saat belajar Al-Qur’an Hadis tentang mencintai Al-Qur’an Hadist, siswa akan lebih paham jika menggunakan mp3 Al-Qur’an ditambah buku. Tentunya untuk mencintai Al-Qur’an harus bisa membaca Al-Qur’an dengan tajwid yang benar. Disamping karena dalam tiap materinya terdapat ayat Al-Qur’an yang akan dibahas. Dengan menggunakan indra penglihatannya selama belajar. Siswa yang memiliki gaya belajar visual akan jauh lebih memahami sesuatu, selain itu juga lebih menggembirakan. Siswa dengan gaya belajar visual akan kesulitan mengikuti penjelasan guru yang telalu teoritis. Ini disebabkan si visual learner jarang mengoptimalkan imajinasinya untuk mendapatkan informasi, memahami atau mengingat, mereka akan lebih mudah jika dapat melihat objeknya.

Dengan demikan, pada saat dibelajarkan dengan strategi pembelajaran berbasis quantum learning, siswa akan siswa telah memperoleh informasi terlebih dahulu apa yang akan dipelajari sebelum memperoleh nama untuk apa yang mereka pelajari. Ini diilhami bahwa otak akan berkembang pesat jika adanya rangsangan yang kompleks selanjutnya akan menggerakkan rasa keingintahuan, dan ransangan tersebut merupakan peluang sekaligus merupakan motivasi bagi siswa yang memiliki gaya belajar visual untuk memberikan dan menampilkan kinerja terbaiknya. Selain itu, proses pemercepatan pembelajaran yang dibutuhkan siswa, secara tidak langsung siswa juga sudah melakukan semacam evaluasi suatu materi pelajaran yang mampu meningkatkan retensi siswa terhadap materi pelajaran, dan dari evaluasi itu siswa melakukan

feed back dalam rangka pengoptimalan pencapaian hasil belajar sesuai dengan tujuan instruksional yang telah ditetapkan.

Pemberian strategi pembelajaran berbasis quantum learning kepada siswa yang memiliki gaya belajar auditori akan mengakibatkan siswa tersebut merasa kesulitan dalam memecahkan masalah-masalah pembelajarannya, sebab siswa dengan gaya belajar auditori kesulitan dalam membentuk atau membangun ilmu pengetahuan dan keterampilan Al-Qur’an dan Hadist yang dibutuhkannya, sebab siswa siswa yang memiliki gaya belajar auditori biasanya ditandai dengan kecenderungan : (1) perhatiannya mudah pecah. (2) Kurang tertarik memperhatikan hal baru dilingkungan. (3) Mudah terganggu oleh keributan

Slavin (2009) menyatakan bahwa komponen pertama dari sistem memori yang dijumpai oleh informasi yang masuk adalah registrasi pengindraan. registrasi pengindraan menerima sejumlah besar informasi dari indra. Semakin banyak panca indra yang terlibat semakin besar stimulus yang dihasilkan. Demikian halnya dengan gaya belajar visual dan auditori yang melibatkan panca indra, siswa dapat melihat dan mendengar materi pelajaran yang disampaikan.

Siswa dengan gaya belajar auditori memiliki tingkat kecepatan yang rendah dalam memahami, dan memaknai materi-materi esensial pelajaran Al-Qur’an dan Hadist, karena struktur kognitif siswa dengan gaya belajar auditori membutuhkan waktu dan proses pembelajaran yang lebih lama untuk mencerna suatu materi pelajaran Al-Qur’an dan Hadist yang disajikan. Siswa dengan gaya belajar auditori akan mengalami kesulitan-kesulitan dalam menyelesaikan soal-soal

Al-Qur’an dan Hadist yang dihadapinya, sebab siswa tersebut mudah terganggu oleh keributan dan

(14)

Bagi siswa dengan gaya belajar visual, jika diajar dengan strategi pembelajaran ekspositori akan memperoleh hasil belajar yang kurang maksimal, sebab pembelajaran berbasis ekspositori berpusat pada guru (teacher centered), di mana guru berfungsi sebagai sumber utama pembelajaran. Dick and Carey (2006) mengemukakan bahwa pada pembelajaran ekspositori tekanan utama pembelajaran untuk seluruh anggota kelas. Guru mengajar kepada seluruh siswa tanpa memandang aspek individual, biologis, intelektual, dan psikologis siswa. Guru bertindak sebagai satu-satunya sumber belajar dan sekaligus sebagai penyaji isi pelajaran. Kerjasama siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran tidak dibutuhkan. Siswa belajar menurut kapasitasnya masing-masing. Siregar (2011) mengemukakan bahwa pembelajaran ekspositori kurang memberdayakan siswa dalam mengamati dan mengenali wajah-wajah, benda-benda, bentuk-bentuk, warna-warna, detail-detail, dan pemandangan-pemandangan, serta kurang mampu untuk mengarahkan siswa ke benda-benda secara efektif dalam ruangan, sehingga siswa tidak merasakan dan tidak menghasilkan bayangan-bayangan mental dan visualisasi detail dalam benaknya. Dengan demikian, tujuan pembelajaran Al-Qur’an dan Hadist yang sudah ditetapkan oleh guru tidak dapat berjalan dengan efektif, dan tidak sesuai dengan tujuan intruksional yang telah ditetapkana.13

Daftar pustaka

Iriani Takaria, “Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan dalam Pembelajaran Karakter Bidang Studi IPS di SMP Negeri 1 Nglames Madiun,” Jurnal Kebijakan dan Pengembangan Pendidikan 1, no. 1 (2013): 18.

Nasri Kurnialloh, “Nilai-Nilai Spiritualitas dalam Pembelajaran PAI Pada Kurikulum 2006 dan

Kurikulum 2013,” Insania, 19, no. 1 (2014): 135.

Haiatin Chasanatin, pengembangan kurikulum (stain jurai siwo metro, 2015).

Endang Mulyani, “Kurikulum 2004: Penerapannya dalam Bahan Ajar dan Lks,” Jurnal Ekonomi & Pendidikan 2, No. 3 (2005): 29.

Dedi Wahyudi And Habibatul Azizah, “Strategi Pembelajaran Menyenangkan dengan Konsep

Learning Revolution,” Attarbiyah 26 (2016): 1–28.

Siti Halimah, “Strategi Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI),” Miqot Xxxiii, No. 1 (2009): 127.

Nandang Sarip Hidayat, “Problematika Pembelajaran Bahasa Arab,” Aninda’ 37, no. 1 (2012): 82–88.

muzakkir, “Keutamaan Belajar dan Mengajarkan Al-Qur’an: Metode Maudhu’i dalam

Perspektif Hadis,” Lentera Pendidikan 18, no. 1 (2015): 107–8.

durotun Nafisah , “Istri Ideal dalam Perspektif Hadis (Telaah Sanad dan Matan),” Yinyang 5, no. 2 (2010).

13

Sahat Siagian And Others, “Pengaruh Strategi Pembelajaran dan Gaya Belajar Terhadap Hasil Belajar Al-Qur’an Hadist,” Jurnal Teknologi Pendidikan (JTP) 8, no. 2 (2015),

(15)

Kamarudin, “Urgensi Ulum Al-Hadis dalam Memahami Al-Qur’an dan Status Hadis,”

Jurnal Hunafa 1, No. 2 (2005): 39.

Kamaruddin Kamaruddin, “Urgensi Ulum Al-Hadis dalam Memahami Al-Qur’an dan Status

Referensi

Dokumen terkait

Dalam Standar Nasional Pendidikan, penjelasan Pasal 28 ayat 3 butir d, dikemukakan bahwa yang dimaksud dengan kompetensi sosial adalah kemampuan guru sebagai

Untuk menguji pengaruh positif persepsi wajib pajak tentang sanksi. perpajakan secara parsial terhadap kepatuhan wajib pajak

Adanya brand equity membuat sebuah merek menjadi kuat dan dapat dengan mudah untuk menarik minat pelanggan potensial, sehingga hal ini dapat memberikan kepercayaan,

1) Setiap orang yang namanya tercantum dalam daftar gaji harus memiliki surat keputusan pengangkatan sebagai karyawan perusahaan yang ditandatangani oleh Direktur Utama. 2)

Kesimpulan dari penelitian yang dilakukan yaitu fraksi etil asetat lidah buaya, kulit batang krangean, daun sembung, dan biji kopi tidak memiliki efek sinergisme terhadap

Apakah terdapat Drug Therapy Problems (DTPs) penggunaan obat pada pasien pediatri dengan diagnosa asma yang meliputi obat yang tidak dibutuhkan (unneccessary

‘I want you to know, Doctor,’ said the Master of the Land of Fiction, his voice now seeming to come from everywhere as his unreal body vanished along with its surroundings, ‘that