• Tidak ada hasil yang ditemukan

Aditya Purnomo 1815163151 Program Pendid (1)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Aditya Purnomo 1815163151 Program Pendid (1)"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

Apresiasi Bahasa dan Sastra Indonesia

Program Pendidikan Bagi Anak Autisme

Diajukan untuk Memenuhi Ujian Tengah Semester Apresiasi Bahasa dan

Sastra Indonesia

Oleh :

Aditya Purnomo (1815163151)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA

(2)

Abstrak

Pendidikan merupakan hak setiap warga Negara, tanpa ada pengecualian. Pendidikan merupakan suatu wadah bagi setiap individu dalam proses belajar, untuk mengembangkan IQ, EQ, SQ, maupun skill serta potensi yang ada dalam dirinya. Belajar merupakan proses penting dalam pembentukan kepribadian dan kedewasaan seseorang. Dalam penjelasan Undang-undang RI nomor 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas dapat dipahami bahwa setiap anak berhak untuk meningkatkan segala potensi yang ada dalam dirinya melalui pendidikan. Akan tetapi tidak semua anak terlahir dalam kondisi normal dan sempurna. Tidak sedikit kita jumpai anak-anak yang lahir dengan kondisi yang kurang normal, yang memiliki gangguan pada perkembangan fisik dan mentalnya. Anak Layanan Khusus (ALK) merupakan istilah lain untuk menggantikan kata “Anak Luar Biasa” (ALB) yang menandakan adanya kelainan khusus. Anak berkebutuhan khusus mempunyai karakteristik yang berbeda antara satu dan yang lainnya. Anak Layanan Khusus yaitu; Anak yang mengalami penurunan fungsi nilai / ketidak normalan (impairment) penglihatan (tunanetra), Anak dengan impairment pendengaran dan bicara (tunarungu wicara), Anak dengan impairment perkembangan kemampuan (tunagrahita), Anak dengan impairment kondisi fisik atau motorik (tunadaksa), Anak dengan impairment perilaku maladjustment, Anak dengan impairment autism (autism children), Anak dengan impairment hiperaktif (attention deficit disorder with hyperactive), Anak dengan impairment belajar (learning disability atau specific learning disability). Anak dengan impairment kelainan perkembangan ganda (multihanddicapped and developmentally disabled children).

PENDAHULUAN

Pendidikan merupakan suatu wadah bagi setiap individu dalam proses belajar. Belajar merupakan proses penting dalam pembentukan kepribadian dan kedewasaan seseorang. Dalam penjelasan Undang-undang RI nomor 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas dapat dipahami bahwa setiap anak berhak untuk meningkatkan segala potensi yang ada dalam dirinya melalui pendidikan. Akan tetapi tidak

(3)

permasalahan pendidikan untuk anak autisme.

Istilah Autistik berasal dari “autos” yang berarti “diri sendiri” dan “isme” yang berarti “aliran”. Autis berarti suatu paham yang tertarik atau hanya pada dunianya sendiri. Berikut beberapa pendapat tentang autisme menurut ahli

Autistik merupakan gangguan pervasif yang mencakup gangguan-gangguan dalam komunikasi verbal dan non verbal, interaksi sosial, perilaku, emosi, dan pengulangan perilaku yang terjadi dalam kontinum ringan sampai parah (Sugiarto, dkk, 2004; Gunawidjaja, 2007).

Autistik merupakan gangguan perkembangan pervasif pada anak yang ditandai adanya gangguan dalam bidang kognitif, bahasa, perilaku, komunikasi dan interaksi sosial. Gangguan perkembangan pada fungsi otak yang kompleks ini disertai dengan kurangnya intelektual dan perilaku dalam rentang dan keparahan yang luas (Wong, 2009).

Autistik dapat terjadi pada seluruh anak dari berbagai tingkat sosial dan kultur. Hasil survei yang diambil dari beberapa negara menunjukkan bahwa 2-4 anak per 10.000 anak berpeluang menyandang autime dengan rasio 3 : 1 untuk anak laki-laki dan perempuan. Dengan kata lain,

anak laki-laki lebih rentan

menyandang autisme

dibandingkan anak perempuan (Wijayakusuma, 2004).

autistik merupakan gangguan

perkembangan yang

mempengaruhi beberapa aspek bagaimana anak melihat dunia dan belajar dari pengalamannya. Anak-anak dengan gangguan autistik biasanya kurang dapat merasakan kontak sosial. Mereka cenderung menyendiri dan menghindari kontak dengan orang lain Yuwono (2009:15). Hal yang sama dijelaskan oleh Sunu (2012:7) autisme merupakan salah satu bentuk gangguan tumbuh kembang, berupa sekumpulan gejala akibat adanya kelainan syaraf tertentu yang menyebabkan fungsi otak tidak bekerja secara normal sehingga mempengaruhi tumbuh kembang, kemampuan komunikasi, dan kemampuan interaksi sosial seseorang. Anak autis mempunyai tiga karakteristik yang mendasar, yang biasa disebut trias autis yakni mengalami hambatan dalam berkomunikasi, gangguan perilaku yang terbatas serta kesulitan dalam interaksi sosial.

(4)

belum tentu berintelegensi rendah. Adanya keterlambatan dalam perolehan berbahasa dan perilaku bahasanya yang demikian maka dikatakan bahasanya ”bahasa planet”. Selain itu anak autisme juga mengalami gangguan komunikasi, berperilaku khusus, dan gangguan interaksi sosial dan autisme dapat dikatakan sebagai gangguan yang terjadi pada fungsi otak manusia karena terdapat kelainan syaraf tertentu,

sehingga mengalami

penghambatan dalam

berkomunikasi, kesulitan dalam interaksi sosial, prilaku dan autisme lebih banyak terjadi pada anak laki – laki di bandingkan anak perempuan, dengan perbandingan 3 : 1 .

Secara pasti belum ditemukan penyebab dari autisme tapi berdasarkan kajian terhadap berbagai literaturilmiah, dapat diketahui bahwa faktor penyebab gangguan autis adalah genetik (keturunan), virus (seperti toksoplasmosis, rubella, toxo, herpes, candida, jamur) , nutrisi yang buruk pada makanan, obat-obatan, usia orang tua. pada masa kehamilan yang dapat menghambat pertumbuhan sel otak yang menyebabkan fungsi otak bayi yang dikandung terganggu terutama fungsi pemahaman,komunikasi, dan interaksi. Berikut adalah

faktor-faktor yang diduga kuat sebagai penyebab anak autisme :

1. Genetik

Ada bukti kuat yang menyatakan perubahan dalam gen berkontribusi pada terjadinya autisme. Menurut National Institute of Health, keluarga yang memiliki satu anak autisme memiliki peluang 1-20 kali lebih besar untuk melahirkan anak yang juga autisme. Penelitian pada anak kembar menemukan, jika salah satu anak autis, kembarannya kemungkinan besar memiliki gangguan yang sama. Secara umum para ahli mengidentifikasi 20 gen yang menyebabkan gangguan spektrum autisme. Gen tersebut berperan penting dalam

perkembangan otak,

pertumbuhan otak, dan cara sel-sel otak berkomunikasi.

2. Makanan

(5)

mereka yang punya bakat autisme.

3. Obat-obatan

Bayi yang terpapar obat-obatan tertentu ketika dalam kandungan memiliki risiko lebih besar mengalami autisme. Obat-obatan tersebut termasuk valproic dan thalidomide. Obat thalidomide sendiri di Amerika sudah dilarang beredar karena banyaknya laporan bayi yang lahir cacat. Namun, obat ini kini diresepkan untuk mengatasi gangguan kulit dan terapi kanker. Sementara itu, valproic acid adalah obat yang dipakai untuk penderita gangguan mood dan bipolar disorder.

4. Usia orangtua

Makin tua usia orangtua saat memiliki anak, makin tinggi risiko si anak menderita autisme. Penelitian yang dipublikasikan tahun 2010 menemukan, perempuan usia 40 tahun memiliki risiko 50 persen memiliki anak autisme dibandingkan dengan perempuan berusia 20-29 tahun. "Memang belum diketahui dengan pasti hubungan usia orangtua dengan autisme. Namun, hal ini diduga karena terjadinya faktor mutasi gen," kata Alycia Halladay, Direktur Riset Studi Lingkungan Autism Speaks.

5. Perkembangan otak yang tidak baik akibat virus

Area tertentu di otak, termasuk serebal korteks dan cerebellum yang bertanggung jawab pada konsentrasi, pergerakan dan pengaturan mood, berkaitan

dengan autisme.

Ketidakseimbangan

neurotransmiter, seperti dopamin dan serotonin, di otak juga dihubungkan dengan autisme. Dari beberapa penyebab yang telah di paparkan diatas, dapat di ambil kesimpulan bahwa penyebab dari autisme yang pertama ada faktor genetik, karena genetik adalah turunan dari kedua orangtuanya. Yang kedua ada faktor makanan, dimana bahan makanan yang terkena logam berbahaya dan zat kimia yang berlebih dapat memicu autisme pada manusia yang memiliki bakat autisme. Yang ketiga ada faktor obat-obatan, obat-obatan yang berbahaya yang di komsumi ketika ibu sedang hamil dapat mempengaruhi perkembangan janin tersebut. Yang ke empat ada faktor usia, dimana perempuan yang hamil saat berusia diatas 40 tahun lebih berisiko memiliki anak dengan gangguan autisme dibandingkan perempuan usia dibawah 40 tahun. Yang ke lima otak manusia, yaitu Ketidakseimbangan

neurotransmiter, seperti dopamin dan serotonin yang disebabkan oleh virus

Dalam bidang psikologi dikenal beberapa penyebab autisme sebagai berikut.

(1) Refrigerator Mother Buten (2004)

(6)

disebabkan oleh pengasuhan ibu yang tidak hangat.

(2) Mindblindness Theory (BaronCohen, 2005) / Mentalizing (Frith, 2003)

Berdasarkan pengamatan terhadap anak-anak autisme, tiga kelompok gangguan tingkah laku yang tampak pada mereka (interaksi sosial, komunikasi, dan imajinasi) disebabkan oleh kerusakan pada kemampuan dasar manusia untuk “membaca pikiran”.

Jadi kesimpulan mengenai beberapa penyebab autisme dalam bidang psikologi yang telah di paparkan diatas yaitu. Yang pertama disebabkan oleh pola asuh ibu yang kurang meberikan rasa hangat (kasih sayang, perhatian, dll) sehingga membuat anak menarik dirinya dari kehidupan sosial dan sibuk dengan dunianya sendiri sehingga mengalamai keruskan emosional (ego). Yang keuda disebabkan oleh kerusakan pada kemampuan dasar manusia untuk “membaca pikiran”. Pada anak-anak normal, sejak usia empat tahun umumnya mereka sudah mengerti bahwa semua orang memiliki pikiran dan perasaan yang akan mengarahkan tingkah laku, Sebaliknya, anak-anak autisme memiliki kesulitan untuk mengetahui pikiran dan perasaan orang lain yang berakibat mereka tidak mampu memprediksi tingkah laku orang tersebut.

ISI

Dalam UU RI No.20 tahun 2003, disebutkan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalaian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara. Selanjutnya dalam pasal 5 disebutkan bahwa: Setiap warga Negara mempunyai hak yang sama untuk memperoleh pendidikan yang bermutu (ayat 1); Warga Negara yang memiliki kelainan fisik, emosional, mental dan/atau social berhak memperoleh pendidikan khusus (ayat 2); Warga Negara yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa berhak memperoleh pendidikan khusus (ayat 3). Jadi berdasarkan Undang-undang tersebut dapat dipahami bahwa setiap anak berhak untuk meningkatkan segala potensi yang ada dalam dirinya melalui pendidikan tanpa terkecuali (termasuk Anak Layanan Khusus).

(7)

kemampuan dan perkembangan belajar anak dalam hal penguasaan bahasa dan membantu anak autisme agar mampu bersosialisasi serta beradaptasi di lingkungan sosialnya. Tujuan ini dapat tercapai dengan baik melalui suatu program pendidikan dan pengajaran yang menyeluruh (holistik) dan bersifat individual, di mana anak autisme diberikan pendidikan khusus dan diberikan terapi sehingga menjadi satu kesatuan komponen yang penting dalam program pendidikan bagi anak autisme. Melalui terapi secara rutin dan terpadu, diharapkan apa yang menjadi kekurangan anak secara bertahap akan dapat terpenuhi. terapi tersebut akan membantu “menyembuhkan” anak autisme dengan cara menekan gejala-gejala yang dialami menjadi tidak ketara lagi, sehingga anak mampu hidup dan berbaur secara normal dalam masyarakat.

Tingkatan Autisme

Berdasarkan tingkat kecerdasan (IQ), autisme dibagi menjadi tiga tingkatan, yaitu (Pusponegoro dan Solek, 2007):

1. Low Functioning (IQ rendah).

Apabila penderitanya masuk ke dalam kategori low functioning (IQ rendah), maka di kemudian hari hampir dipastikan penderita

ini tidak dapat diharapkan untuk hidup mandiri, sepanjang hidup penderita memerlukan bantuan orang lain.

2. Medium Functioning (IQ sedang).

Apabila penderita masuk ke dalam kategori medium functioning (IQ sedang), maka di kemudian hari masih bisa hidup bermasyarakat dan penderita ini masih bisa masuk sekolah khusus yang memang dibuat untuk anak penderita autis. c. High Functioning (IQ tinggi). Apabila penderitanya masuk ke dalam kategori high functioning (IQ tinggi), maka di kemudian hari bisa hidup mandiri bahkan mungkin sukses dalam pekerjaannya, dapat juga hidup berkeluarga.

Menurut Childhood Autism Rating Scale (CARS), autisme dibagi menjadi tiga tingkatan, yaitu (Mujiyanti, 2011):

1. Autis Ringan. Pada kondisi ini anak autisme masih menunjukkan adanya kontak mata walaupun tidak berlangsung lama. Anak autisme ini dapat memberikan sedikit respon ketika dipanggil namanya, menunjukkan ekspresi-ekspresi muka, dan dalam berkomunikasi dua arah meskipun terjadinya hanya sesekali.

(8)

sedikit kontak mata namun tidak memberikan respon ketika namanya dipanggil. Tindakan agresif atau hiperaktif, menyakiti diri sendiri, acuh, dan gangguan motorik yang stereopik cenderung agak sulit untuk dikendalikan tetapi masih bisa dikendalikan.

3. Autis Berat. Anak autismme yang berada pada kategori ini menunjukkan tindakan-tindakan yang sangat tidak terkendali. Biasanya anak autisme memukul-mukulkan kepalanya ke tembok secara berulang-ulang dan terus menerus tanpa henti. Ketika orang tua berusaha mencegah, namun anak tidak memberikan respon dan tetap melakukannya, bahkan dalam kondisi berada di pelukan orang tuanya, anak autisme tetap memukul-mukulkan kepalanya. Anak baru berhenti setelah merasa kelelahan kemudian langsung tertidur.

BERBAGAI JENIS TERAPI

Terapi yang diajarkan secara terpadu mencakup

(1) terapi medikamentosa (terapi dalam obat-obatan),

(2) terapi wicara (membantu anak melancarkan otot-otot mulut sehingga membantu anak berbicara lebih baik)

(3) Terapi perilaku

(4) Terapi okupasi (terapi untuk melatih motorik halus anak agar meningkatkan kemandirian

individu pada aktivitas kehidupan sehari-hari)

(5) terapi musik (Musik klasik dapat menstimulasi gelombang otak yang digunakan agar otak mudah memasuki kondisi konsentrasi dan fokus yang optimal, Bagi anak autisme musik klasik juga dapat membantu memberikan ketenangan dan membuat anak merasa nyaman dalam melakukan aktifitasnya sehari-hari),

(6) terapi diet GLUTEN FREE CASEIN FREE (menjaga pola makan dan pantangan makan dari sumber makanan/minuman yang mengandung kasein dan gluten).

Keberhasilan proses pendidikan dan terapi bagi anak autisme sangat dipengaruhi oleh banyak faktor, seperti : usia anak pada waktu mulai dididik dan diterapi, berat ringannya derajat autisnya, tingkat kecerdasan anak, dan intensitas terapi.

Pada ranah pendidikan, anak autisme yang telah diterapi dengan baik dan memperlihatkan

keberhasilan yang

(9)

Pada saat ini anak sebaiknya mulai diperkenalkan untuk masuk ke dalam kelompok anak-anak normal, sehingga ia (yang sangat bagus dalam meniru/imitating) dapat mempunyai figur/role model anak normal dan meniru tingkah laku anak normal seusianya.

BERIKUT ADALAH MODEL PELAYANAN PENDIDIKAN BAGI ANAK AUTISME YANG ADA DI INDONESIA

Pendidikan untuk anak autisme usia sekolah bisa dilakukan di berbagai penempatan. Berbagai model antara lain:

1. Kelas transisi

Kelas ini diperuntukkan bagi anak autisme yang telah diterapi memerlukan layanan khusus termasuk anak autisme yang telah diterapi secara terpadu atau struktur. Kelas transisi sedapat mungkin berada di sekolah reguler, sehingga pada saat tertentu anak dapat bersosialisasi dengan anak lain. Kelas transisi merupakan kelas persiapan dan pengenalan pengajaran dengan acuan kurikulum SD dengan dimodifikasi sesuai kebutuhan anak.

Kelas transisi ditujukan untuk anak autisme dalam rangka kelas persiapan dan pengenalan akan pengajaran dengan kurikulum sekolah biasa, tetapi melalui tata cara pengajaran untuk anak autisme ( kelas kecil dengan jumlah guru besar, dengan alat visual/gambar/kartu, instruksi

yang jelas, padat dan konsisten, dsb).

2. Program Pendidikan Inklusi Program ini dilaksanakan oleh sekolah reguler yang sudah siap memberikan layanan bagi anak autisme. Untuk dapat membuka program ini sekolah harus memenuhi persyaratan antara lain:

1. Guru terkait telah siap menerima anak autisme 2. Tersedia ruang khusus

(resourse room) untuk penanganan individual 3. Tersedia guru pembimbing

khusus dan guru pendamping.

4. Dalam satu kelas sebaiknya tidak lebih dari 2 (dua) anak autisme.

5. Dan lain-lain yang dianggap perlu.

3. Pragram Pendidikan Terpadu Program Pendidikan Terpadu dilaksanakan disekolah reguler. Dalam kasus/ waktu tertentu, anak-anak autisme dilayani di kelas khusus untuk remedial atau layanan lain yang diperlukan. Keberadaan anak autisme di kelas khusus bisa sebagian waktu atau sepanjang hari tergantung kemampuan anak.

(10)

sekelasnya. Prasyarat yang diperlukan dalam hal ini

(a) diperlukan guru SD dan terapis sebagai pendamping, sesuai dengan keperluan anak didik (terapis perilaku, terapis bicara, terapis okupasi dsb);

(b) kurikulum masing-masing anak dibuat melalui pengkajian oleh satu team dari berbagai bidang ilmu (psikolog, pedagog, speech patologist, terapis, guru dan orang tua/relawan);

(c) Kelas ini berada dalam satu lingkungan sekolah reguler untuk memudahkan proses transisi dilakukan (misal mulai latihan bergabung dengan kelas reguler pada saat olahraga atau istirahat atau prakarya dsb).

4. Sekolah Khusus Autistik

Sekolah ini diperuntukkan khusus bagi anak autisme terutama yang tidak memungkinkan dapat mengikuti pendidikan di sekolah reguler. Anak di sekolah ini sangat sulit untuk dapat berkonsentrasi dengan adanya distraksi sekeliling mereka. Pendidikan di sekolah difokuskan pada program fungsional seperti bina diri, bakat, dan minat yang sesuai dengan potensi mereka.

5. Program Sekolah di Rumah Program ini diperuntukkan bagi anak autisme yang tidak mampu

mengikuti pendidikan di sekolah khusus karena keterbatasannya. Anak-anak autistik yang non verbal, retardasi mental atau mengalami gangguan serius motorik dan auditorinya dapat mengikuti program sekolah di rumah. Program dilaksanakan di rumah dengan mendatangkan guru pembimbing atau terapis atas kerjasama sekolah, orangtua dan masyarakat.

6. Panti (griya) Rehabilitasi Autistik.

Anak autisme yang kemampuannya sangat rendah, gangguannya sangat berat dapat mengikuti program di panti (griya) rehabilitasi autistik. Program dipanti rehabilitasi lebih terfokus pada pengembangan:

(1) Pengenalan diri

(2) Sensori motor dan persepsi (3) Motorik kasar dan halus (4) Kemampuan berbahasa dan komunikasi

(5) Bina diri, kemampuan sosial (6) Ketrampilan kerja terbatas sesuai minat, bakat dan potensinya.

Dari beberapa model layanan pendidikan yang ada di indonesia di atas, yang sudah banyak di adakan adalah Kelas transisi, sekolah khusus autistik dan panti rehabilitas

KESIMPULAN

Pendidikan merupakan hak setiap warga Negara, tanpa ada

(11)

belajar, untuk mengembangkan IQ, EQ, SQ, maupun skill serta potensi yang ada dalam dirinya. Belajar merupakan proses penting dalam pembentukan kepribadian dan kedewasaan seseorang. Dalam penjelasan Undang-undang RI nomor 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas dapat dipahami bahwa setiap anak berhak untuk meningkatkan segala potensi yang ada dalam dirinya melalui pendidikan.

Bagi anak yang mengalami autistik juga berhak mendapatkan

program pendidikan yang layak, Dalam program pendidikan bagi anak autisme, berupa terapi dan pendidikan yang kurikulumnya tepat atau sesuai dengan kemampuan masing-masing tingkatan anak autisme. Dalam melaksanakan program pendidikan bagi anak autisme, peranan orangtua dari anak tersebut juga diperlukan, seperti menjaga pola komunikasi yang baik dan orang tua rutin dalam membimbing anaknya dalam melaksanakan terapi.

Daftar Pustaka

Wahyu, Ratna Widuri. 2013. Penaganan Kemampuan Interaksi Sosial Anak Autis. Surabaya : Universitas Negeri Surabaya

Ahmadi, Abu. 1988. Pskologi sosial. Surabaya : Bina Ilmu

Delphie, Bandi. 2009. Pendidikan Anak Autistik. Sleman : KTSP

Handojo. 2006. Autisma. Jakarta : Bhuana Ilmu Populer

Patilima, Hamid. 2005. Metodelogi Penelitian Kualitatif. Bandung : Alfabeta

Peeters, Theo. 2009. Panduan Autisme Terlengkap. Jakarta : Dian Rakyat

Pendit, I.N.R dan Sudarta, Tata. 2004. Psychology Of Service. Yogyakarta: Graha Ilmu

Sulistyo, Desi Wardani. 2009. STRATEGI COPING ORANG TUA MENGHADAPI ANAK AUTIS Indigenous, Jurnal Ilmiah Berkala Psikologi Vol. 11, No. 1, Mei 2009. Surakarta : Universitas Muhammadiyah Surakarta

Indirawati, Emma. (2006). Hubungan Antara Kematangan

Beragama dengan

Kecenderungan Strategi Koping Jurnal Psikologi Indirawati, Emma. (2006). Hubungan Antara Kematangan Beragama dengan Kecenderungan Strategi Koping. Jurnal Psikologi Universitas Diponegoro. Vol 3. no: 2.69-92. Semarang : Universitas Diponegoro.

(12)

Surakarta: Fakultas Psikologi UMS.

Bektiningsih, Kurniana . PROGRAM TERAPI ANAK AUTIS DI SLB NEGERI SEMARANG . Semarang : Universitas Negeri Semarang

Widihastuti, Setiati. (2007). Pola pendidikan anak autis. Yogyakarta CV. Datamedia.

Tobing, Lumban. S.M. (2001). Anak dengan mental terbelakang. Jakarta : Balai Penerbit FKUI

Depdiknas. (2002). Pedoman pelayanan pendidikan bagi anak autistik. Jakarta: Depdiknas.

Baron-Cohen, S dan Bolton, P. (1996). Autism the facts. New York: Oxfort University Press.

Connor, Patrick, E.(1994). Study guide management organization. 2nd Edition. Atlanta: Honghton Mifflin Co.

Dawson, G dan Castelloe, F. (1985). Autism. New York : Wiley and Sons

Maulana, Mirza. (2007). Anak autis. mendidik anak autis dan gangguan mental lain menuju anak cerdas dan sehat. Yogyakarta : AR. Russ Media Group.

Nuri Firdausiyah dan Wiwik Widajati. TERAPI MUSIK KLASIK

TERHADAP PERILAKU

HIPERAKTIF PADA ANAK AUTIS. Surabaya : UNESA

Djohan. 2006. Terapi Musik. Yogyakarta: Galangpress (Anggota IKAPI)

Fauzia Wardani, Yurike, dkk. 2009. Apa dan Bagaimana Autisme, Terapi Medis dan Alternatif. Jakatra: Lembaga Penerbit FE UI

Nuraini, Fauziah Kurdi. STRATEGI DAN TEKNIK PEMBELAJARAN PADA ANAK DENGAN AUTISME. Palembang : Universitas Sriwijaya

Dikdasmen Depdiknas, 2004.

Frith, U. 2003. Autism. Explaining the enigma. 2nd ed. Carlton : Blackwell Publishing. Ginanjar, A.S. 2009. Penanganan terpadu bagi anak autis. Majalah Ilmu Kesehatan Com

Lindsley, O.R. 2008. The four operant freedom. in Effective Practices for Children With Autism, Educational and Behavioral Support Interventions. New York: Oxford University Press, Inc.

Rydeen, K. 2001. Integration of

Sensorimotor and

(13)

Dalam R.A. Huebner (Ed). Autism. A Sensorimotor Approach to Management. Gaithersburg: An Aspen Publication. Vintage Books.

Salim, Sitriah Utina. 2014.

PENDIDIKAN ANAK

BERKEBUTUHAN KHUSUS. Gorontalo : IAIN Sultan Amai Gorontalo

E, Kosasih. 2012 . Anak

Berkebutuhan Khusus.

Bandung:Yrama Widya

https://lifestyle.kompas.com/read/ 2011/01/11/09501535/Lima.Fakto r.Penyebab.Autisme (Diakses Pada tanggal 1 mei 2018, jam 18.20)

http://nationalgeographic.co.id/be rita/2015/07/pembangunan- sekolah-khusus-anak-autisme-di-indonesia (Diakses pada tanggal 30 april 2018 jam 13.10)

Prasetyono. 2008. Serba-Serbi Anak Autis. Jogjakarta: DIVA press.

Santrock, John (2009), Psikologi Pendidikan, Educational Psychology, Jakarta, Salemba Humanika

Referensi

Dokumen terkait

Senada dengan pendapat di atas, Thulus Hidajat dan Djono R (1987: 70-73) menyatakan aspek-aspek bimbingan karir diberikan melalui: (1) pengajaran unit,

Melalui pembacaan komparatif dari beberapa karya generasi kedua di mana transmisi terjadi antara ayah dan anak laki-lakinya seperti Maus karya Art Spiegelman, ayah dan anak

Menurut Umi Kholidah (2011 : 16) “Pelayanan dan bimbingan yang diberikan selama 24 jam, akan diperoleh penjadwalan pembelajaran yang lebih leluasa dan

Oleh karena itu, penulis mencoba memberikan penyampaian yang selain bersifat pengajaran terhadap anak dan juga mengurangi rasa tertekan dalam hal belajar Bahasa Mandarin

Pengajaran al-Qur’an melalui permainan puzzle elektronik diharapkan dapat memberikan kemudahan, menumbuhkan kemandirian dan menarik minat anak dibandingkan

Prinsip-prinsip perkembangan peserta didik meliputi perkembangan adalah proses yang tak berakhir, setiap anak bersifat individual dan berkembang sesuai

Yang dimaksud dalam pendidikan menurut penulis disini adalah pengajaran yang diberikan oleh orang tua melalui bimbingan, arahan, keteladanan, pembiasaan, nasehat

Dengan memberikan jasa layanan melalui program perpustakaan dan les privat yang diberikan kepada anak-anak untuk lebih meningkatkan minat literasi kepada anak-anak di Desa Lubai Persada