• Tidak ada hasil yang ditemukan

MODEL PENGINJILAN RASUL PAULUS DITINJAU

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "MODEL PENGINJILAN RASUL PAULUS DITINJAU"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

MODEL PENGINJILAN RASUL PAULUS DITINJAU DARI II KORINTUS 5:

18-21) DAN PENERAPANNYA PADA MASA KINI

Paper

Di serahkan kepada

Bapak. Jaem Runut M.Th

Untuk memenuhi persyaratan mata kuliah

Strategi Pelayanan Kota Dan Desa

Di Susun Oleh

Perianus Tafonao

Nim

SEKOLAH TINGGI TEOLOGI LINTAS BUDAYA BATAM

(2)

Daftar Isi

BAB I PENDAHULUAN

BAB II LANDASAN TEORI DAN KENSEPTUALISASI

Pengertian Penginjilan

Kendalan dalam penginjilan……… 6

Defenisi Penginjilan

Manfaat Penginjilan

BAB III APLIKASI INJIL KEPADA MASA KINI

Metode Penginjilan

Penerapan Model Penginjilan Yesus Berdasarkan Injil Matius Pada Masa Kini

BAB IV KESIMPULAN

(3)

BAB I

PENDAHULUAN

Sesuai dengan perintah yang diberikan Tuhan Yesus kepada murid-murid-Nya pada waktu naik ke sorga yaitu “Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka melakukaan segala sesuatu yang

telah kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai akhir zaman.” (Matius 28:19-20). Amanat Agung Tuhan Yesus Kristus ini diperuntukkan, agar semua orang percaya pergi ke seluruh dunia untuk memberitakan Injil kepada segala makhluk bukan merupakan suatu tantangan, melainkan suatu perintah, amanat ini merupakan suatu tanggung jawab yang harus dipikul. Setiap orang percaya mengemban amanat untuk membaktikan diri dalam membuat Injil menjadi perhatian seluruh umat manusia, ini merupakan tanggung jawab yang tidak dapat diabaikan. Penginjilan itu lebih dari sekedar metode, penginjilan adalah sebuah berita Keselamatan. Berita tentang kasih Allah, tentang dosa manusia, tentang kematian Kristus, tentang

penguburan-Nya, dan kebangkitan-Nya. Penginjilan adalah berita tentang pengampunan dosa dari Allah, yang menuntut suatu tanggapan menerima Injil itu dengan iman, lalu menjadi murid Yesus. Penginjilan bukan hanya menyampaikan kabar baik dengan penuh kesetiaan tapi juga menuntut keberhasilan membawa jiwa-jiwa baru bagi Tuhan.

Oleh karena itu penulis akan menguraikan penjelasan beberapa hal dan maksud, dari judul yang sedang dibahas. Dengan tujuan agar setiap orang boleh memahami injil sebagai dan berguna dalam pelayanan bahkan bagi pertumbuhan iman orang percaya kepada Kristus.

TUJUAN

Ada pun tujuan dalam pembuatan makalah ini yakni, :Memberikan wawasan kepada pembaca. Mengingatkan pula kepada umat Kristen agar lebih menjaga kitab-kitab Allah

(4)

BAB II

LANDASAN TEORI DAN KENSEPTUALISASI

1. Pengertian Injil

Injil berasal dari kata Yunani “Eanggelion” yang artinya kabar sukacita. Disebut kabar sukacita karena berita yang dibawa melalui Injil tersebut adalah berita yang menyelamatkan manusia. Jelas bahwa inilah Firman Tuhan yang disampaikan oleh para Rasul pada zaman dahulu kala, ini juga pesan yang dikabarkan kepada gereja-gereja mula-mula. “Bahkan sampai kepada gereja Tuhan zaman sekarang ini. Maka hal yang penting di sadari ialah bahwa Injil adalah kekuatan Tuhan, yang menyelamatkan manusia. Injil yang adalah berita kabar baik atau kabar sukacita, mengandung isi tentang pengampunan dosa dan pertobatan (Mat 28:19-20, Luk, 16:15-16 )”1. Orang yang berada di

dalam Kristus akan mengalami pembaharuan hidup ketika Berita Injil masuk ke dalam dirinya, dia akan tahu bagaimana dia harus hidup di hadapan Tuhan sedangkan orang yang di luar Berita Injil akan menegakkan otoritas diri, kembali kepada setan, dan akhirnya hidup berputar di dalam dosa. “Orang yang hidup di dalam dosa akan mengumbar seluruh nafsu diri dan tidak lagi memikirkan bagaimana dia harus hidup suci, hidup benar, mengejar kualitas hidup yang tinggi mereka hidup semakin rendah dan di dalam kebohongan. Kalau kita hidup dalam kebohongan, bagaimana mungkin kita dapat bersukacita. Sukacita sejati dapat terjadi pada waktu hidup kita bersih”2.

Dari teks ini kita dapat mengetahui bahwa isi dari Injil yang disampaikan kepada segala bangsa ialah dalam Yesus ada pengampunan dan juga berita kelepasan.Tentang berita pengampunan dosa, Alkitab memberikan hal-hal yang praktis bagaimana kita mengalami pengampunan, bagaimana kita menerima kelepasan.

2. Defenisi Penginjilan

Injil merupakan salah satu kabar yang membawa kabar baik atau kabar sukacita tentang kerajaan Allah. “Dimana dalam Penginjilan ini adalah berita anugerah bahwa ada pengampunan

1 Y. Tomatala, “Penginjilan Masa Kin”i (Malang: Gandum Mas, 2004) hal. 8.

(5)

dosa oleh Allah melalui Yesus yang mati di kayu salib”3. “Edmund Woga mengutip D. Senior dalam

bukunya menganilisa bahwa Matius memiliki kecenderungan membagi sejarah penyelamatan Allah dalam tiga periode yakni “masa Israel” yang merupakan kurun waktu antara masa Abraham sampai masa Yohanes Pembaptis. Yang kemudian beralih dengan datangnya Yesus ke dunia yang dibuatnya sebagai periode sentral yakni “masa Yesus” dan periode ketiga ialah “masa Gereja” dimana gerak Injil mulai beralih, yang awalnya keselamatan itu seolah-olah hanya kepada Israel Yahudi pada masa ini beralih kepada orang-orang non Yahudi”4.

Misi dan penginjilan merupakan sebuah tugas esensial gereja, tugas yang khusus, yang harus dilaksanakan dengan khusus pula mengingat bahwa tugas itu ialah perintah dari Yesus sendiri. "Injil adalah kabar baik rencana kekal Sang Pencipta untuk berbagi kehidupan dan kasihNya dengan umat manusia yang berdosa dengan mengutus PutraNya, Yesus Kristus, satu-satunya Juruselamat dunia. Sebagai kuasa Allah yang menyelamatkan, Injil berpusat pada kehidupan, kematian, kebangkitan dan kedatangan kembali Yesus dan memimpin ke dalam suatu kehidupan yang kudus, bertumbuh dalam anugerah dan berisikan pengharapan meskipun ada harga mahal yang harus dibayar dalam pemuridan. Injil meliputi pemberitahuan tentang kemenangan Yesus atas kuasa kegelapan dalam ke-Tuhan-anNya yang tertinggi atas semesta"5.

3. Manfaat Penginjilan

Bagi penulis lebih mengetahui dan memahami model penginjilan Yesus menurut Injil Matius dan dapat menerapkannya ketika masuk dalam pelayanan. Menurut P. Agusman dalam bukunya mengatakan : “Penginjilan yang berhasil tidak pernah bergantung pada debatan-debatan yang hebat atau teknik-teknik yang diterapkan secara sempurna. Berpikir dan belajar secara cermat tentang begaimana memberitakan Injil secara lebih baik tetap merupakan hal yang penting. Jika tidak demikian, pasti kita tidak buku-buku seperti ini. Namun betapapun menariknya kesaksian kita ini

(6)

tidak akan berguna jika hidup kita tidak mencerminkan kepribadian Kristus”.6 Jadi penulis kira ini

sangatlah berguna dan bermanfaat bagi para penginjil agar teliti dan memperhatikan petunjuk yang sebaiknya.

4. Kendala Dalam Proses Penginjilan

“Dalam proses penginjilan, kita harus memahami situasi sosial, ekonomi, budaya, strategis, dan lain-lain”7. Dengan arti, dalam penginjilan kita akan menemui beberapa kendala, adapun

beberapa kendala dalam penginjilan, anatara lain.

1. Blindness (Kebutaan Budaya), hal ini akan menjadikan kita menjadi komunikator yang tidak efektif

dalam konteks asing. Bahkan membuat kita berasumsi bahwa masalahnya terletak pada orang lain dan bukan pada kita.

2. World View yang sempit, hal ini akan membuat kita salah dalam konsep berpikir.

Selain kedua hal diatas, masih ada beberapa hal yang menjadi penghambat dalam proses penginjilan, dan penghambat itu berasal dari diri kita sendiri, antara lain.

1. Kesuam-suam kukuan kita dalam pelayanan.

2. Sifat yang berubah-ubah, atau tidak benar-benar menetapkan hati.

3. Ketidaksiapan pikiran dan hati.

4. Memiliki rasa takut yang berlebihan.

5. Kita tidak siap untuk melawan musuh kita, yakni iblis dan penguasa-penguasa di udara.

5. Strategi Yang Baik Dalam Proses Penginjilan

Berikut ini adalah langkah-langkah dalam proses penginjilan, antara lain :

Merencanakan, Mendoakan, Menjajaki (orangnya, wilayahnya, pendekatannya, dll), Menginjili, Membimbing.

6 P. Agusman “Sedapat Mungkin Aspek-Aspek Komunikasi Lintas Budaya” (Jokja, Jawa. 1996). Hal 8.

(7)

1) Merencanakan, melalui perencanaan dalam penginjilan akan melatih diri kita dalam membenahi

kepribadian sebagai seorang Kristen yang benar.

2) Mendoakan, kita harus meminta hikmat dan kuasa Tuhan untuk menjamah hati orang-orang yang

akan kita injili. (Yoh. 6:44). Berdoa secara khusus meminta hikmat dari Tuhan tentang cara dan kata-kata yang tepat dari Tuhan.

3) Menjajaki, melalui penjajakan kita akan berusaha menjadikan orang yang akan kita injili menjadi

teman kita. Kita akan mengadakan pengenalan, kemudian berteman lalu menginjili.

4) Meminta bimbingan dari para mentor.

Selain langkah-langkah tersebut diatas, kita juga perlu memperhatikan hal-hal yang dibutuhkan oleh seorang penginjil, supaya proses penginjilan dapat berjalan dengan baik, antara lain:

1) Mengenal dan menerima Yesus Kristus sebagai Juruselamat pribadi.

2) Memiliki keyakinan kepastian akan keselamatan kekal.

3) Memiliki tujuan hidup yang seperti kehendak Allah.

4) Rela berkorban demi kehendak Allah yang berlaku dalam hidupnya.

5) Mengasihi Allah dan Firman-Nya (Yoh. 13:14-17, 34-35).

6) Siap melayani Tuhan dalam segala kondisi (2 Tim. 4:1-5).

7) Mempercayai Allah untuk keberhasilan pelaksanaan pelayanan-Nya.

8) Siap bekerja sama dengan semua orang (1 Kor. 3:6-9; Rom. 8:28).

9) Mengasihi sesama dalam kata dan perbuatan (Rom. 12:9-21).

10) Mampu bertahan dan menang terhadap dosa dan godaan (Ayb. 28:28).

11) Mendisiplinkan diri untuk hidup takut akan Allah (1 Kor. 9:24-27).

12) Memiliki keberanian karena sesungguhnya ia dipimpin oleh Roh Kudus (2 Tim. 1:7-12; Kis. 1:8;

(8)

BAB III

APLIKASI INJIL KEPADA MASA KINI

1. Metode Penginjilan

Pendekatan yang alkitabiah ada cara yang benar da nada juga cara yang salah untuk melakukan segala sesuatu. Pendekatan yang alkitabiah untuk menyaampaikan kabar baik ialah hidup berdampingan dengan orang-orang yang belum mendengarnya, kemudian ceritakan Injil kepadanya. Yesus memakai cara ini di jalan ke Emaus (Lukas 24:13-35). Dia berjalan berdampingan dengan dua orang yang sedang berjalan dan berbicara tentang arti penyliban Yesus dan tentang kebangkitan-Nya. Dia ikut berbicara degan mereka. Dia mengarahkan percakapan mereka pada pesan nabi-nabi di dalam firman Allah. Beberapa waktu kemudian, mereka mengerti apa yang Yesus jelaskan kepada mereka. Begitulah cara Yesus berkomunikasi dari waktu ke waktu.

Filipus, si penginjil pun, melakukan hal yang serupa (Kis 8:26-40). Allah memanggil dia untuk pergi ke Padang Gurun dekat Gaza. Ketika sedang berjalan, filipun mendekati seseorang yang berada di dalam kereta. Maka Filipus berlari-lari disampingnya, orang itu sedang membaca dari kita Nabi Yesaya dan mempunyai beberapa pertanyaan, dia mengundang Filipus mengambil kesempatan itu untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan orang tersebut. Lalu dia mengarahkan percakapan itu kepada kebar baik. Namun secara kiasan, aturan yang sama tetap berlaku. Kita harus berjalan ke arah yang sama dengan orang itu. Kita melakukan hal itu sambil berusaha mengetahui bagaimana ia berpikir. Kita harus memasuki dialog ( percakapan dua arah dengan dia), atau memberi ceramah.

2. Penerapan Model Penginjilan Yesus Berdasarkan Injil Matius Pada Masa Kini

(9)

mengundang agar orang mau menerima Kristus, kita tidak boleh menyembunyikan hal-hal yang seharusnya dilakukan oleh seorang murid Yesus. Hasil dari penginjilan mencakup hidup patuh kepada Kristus, menggabungkan diri dengan gereja-Nya, dan melayani Tuhan dengan penuh tanggung jawab di dunia. dimengerti sebagai "completeness, wholeness, unified, danentirety", semuanya merujuk pada keutuhan”8.

Keutuhan yang dimaksud adalah keutuhan dari seluruh aspek kehidupan, terutama antara perkataan dan perbuatan. Yakobus mendefinisikan integritas sebagai "sempurna dan utuh dan tak kekurangan suatu apa pun" (Yakobus 1:4). Iman dan perbuatan adalah satu. Bahkan dari perbuatannya, orang lain dapat melihat imannya (Yakobus 2:8). istilah etika, moralitas, dan integritas digunakan secara bergantian untuk menunjukkan maksud yang sama. Padahal ketiganya memiliki perbedaan. Etika adalah standar tentang mana yang baik dan jahat, benar dan salah. Sedangkan moralitas adalah tindakan actual tentang hal yang baik dan jahat, benar dan salah. Secara sederhana, etika adalah teoretikanya, sedang moralitas adalah praktikanya. Integritas adalah integrasi antara etika dan moralitas. Semakin keduanya terintegrasi, semakin tinggi integritas yang ada. Sebagai seorang penginjil, intergritas merupakan sesuatu yang mutlak harus ada, karena jika tidak, akan menjadi batu sandungan bagi berita Injil itu sendiri. Paulus adalah salah seorang penginjil yang mempunyai integritas yang tinggi.

BAB IV

(10)

KESIMPULAN

Setelah penulis membahas topic tentang Model Penginjilan Yesus Ditinjau Dari Injil Matius Dan Penerapannya Pada Masa Kini, penulisan makalah ini merupakan salah satu tugas yang diberikan edalam mata kuliah “Strategi Pelayanan Kota Dan Desa”, dalam penulisan makalah ini penulis merasa masih banyak kekurangan baik pada teknis maupun materi, mengingat akan kemampuan yang penulis miliki. Untuk itu, kritik dan saran dari semua pihak pembaca. Penulis sangat mengharapkan demi penyempurnaannya agar setiap orang pembaca atau dosen yang memberikan tugas kepada pihak penulis supaya setiap kata yang kurang menyempurnakan dihati agar dimaklumi. Dalam penulisan makalah ini penullis menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada pihak-pihak pembaca dalam menyelesaikan makalah ini, khususnya kepada dosen yang telah memberikan tugas dan petunjuk, kepada pembuat makalah. Sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini tanpa banyak alasan. Untuk mendukung dan menyelesaikan makalah ini, penulis memakai buku-buku di perpustaka untuk menyelesaikan tugas yang diberikan dan sebgai pendukung judul yang telah diberikan.

DAFTAR PUTAKA

(11)

2. Murray W. Downey, “Cara-cara Memenangkan Jiwa” (Bandung: Kalam Hidup, 1957) hal. 5.

3. Billy Graham, Beritakan Injil, ( Bandung : Yayasan Baptis Indonesia 1992 ) hal, 17.

4. Edmond Woga Dasar-Dasar Misiologi ( Yogyakarta : Kanisius, 2002 ),hal 85.

5. Amsterdam "Satu Iman" (Jakarta: Gunung Mulia 2000). hal. 6.

6. P. Agusman “Sedapat Mungkin Aspek-Aspek Komunikasi Lintas Budaya” (Jokja, Jawa. 1996). Hal 8.

7. H. Venema. “Injil Untuk Semua Orang”, Yayasan Komunikasi Bina Kasih, Jakarta, 2006, Hal. 79.

Referensi

Dokumen terkait