• Tidak ada hasil yang ditemukan

Mahasiswa PGSD FKIP UNS Jurnal Didaktika

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Mahasiswa PGSD FKIP UNS Jurnal Didaktika"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN TERHADAP KEMAMPUAN MEMAHAMI

CERITA ANAK DITINJAU DARI MOTIVASI BELAJARPADA SISWA KELAS V

SEKOLAH DASAR

1) 2) 3)

Anggit Ernawan ,St. Y. Slamet ,Kuswadi

PGSD FKIP Universitas Sebelas Maret, Jalan Slamet Riyadi 449 Surakarta. e-mail:

1) anggit.ernawan@student.uns.ac.id 2) slametsty@yahoo.com

3) Drs.kuswadi@yahoo.com

Abstract:This research is intended to find 1) the different of understanding children stories ability of student that teached by Jigsaw teaching model within Student Teams Achievement Division (STAD) teaching model; 2)the different of understanding childrenstories ability of student that have the high studied motivation and low studied motivation; (3) the interaction between teaching model and studied motivation on the understanding of children stories ability.This study was a Quasi Experimental research methode design by 2 × 2 factorial design. Population of the research are all student at 5thgrade of elementaryschool in Laweyan district Surakarta in the academic year

of 2016/2017. Samples were taken by cluster random sampling technique. The selected sample are Djama’atul Ichwan elementary schooldan Muhammadiyah 16 Karangasem Elementary School. Thedata collectingtechnique understanding of children stories ability uses test in the form of multiple choice task and studied motivation with non test technique in form of questionaire. This research usedTwo WaysAnavadata analysistechniqueand used

Scheffemethod as a further testing after twoways anova with 5% of significance level. Based on data analysis, the result are as follow 1) there was a differentof understanding children stories ability of student that teached by Jigsawteaching modelwithin StudentTeams Achievement Division(STAD) teachingmodel withFAvalue =

16,37 > F0,05;1;72= 3,98; (2) there was a different of understanding childrenstories ability of student that have the

high studied motivation and low studied motivation with FBvalue = FB= 22,56 > F0,05;1;72= 3,98; (3) there was an

interaction between teaching model and studied motivation on the understanding of children storiesability with FABvalue = 6,53 > F0,05;1;72 = 3,98.The further result shows 1) FA1B1–A2B1= 1,6851 < 3,455;2) FA1B2–A2B2=

0,0003 < 3,4553)FA1B1–A2B1= 0,0044 < 3,455 and 4)FA1B2–A2B2= 0,0948 < 3,455

Abstrak: Tujuan penelitian ini adalah untuk 1) mengetahui perbedaan kemampuan memahami cerita anak antara siswa yang diajar dengan model pembelajaran Jigsaw dan siswa yang diajar dengan model pembelajaran Student

Teams Achievement Division (STAD); 2) mengetahui perbedaan kemampuan memahami cerita anak antara siswa

yang memiliki motivasi belajar tinggi dan siswa yang memilki motivasi belajar rendah; 3) mengetahui interaksi antara model pembelajaran dan motivasi belajar terhadap kemampuan memahami cerita anak. Penelitian ini menggunakan metode penelitian Quasi Eksperimental desain 2 × 2 faktorial. Populasi penelitian ini adalah seluruh peserta didik kelas V SD Se-Kecamatan Laweyan Surakarta tahun ajaran 2016/2017. Sampel diambil dengan teknik cluster random sampling. Sampel yang terpilih adalah SD Djama’atul Ichwan dan SD Muhammadiyah 16 Karangasem. Teknik pengumpulan data kemampuan memahami cerita anak dengan teknik tes dalam bentuk soal pilihan ganda dan motivasi belajar dengan teknik non tes dalam bentuk soal angket. Teknik analisis data yang digunakan yaitu Analisis Varian Dua Jalan (Two Ways Anava) dan uji pasca Anava (Metode Scheffe) dengan taraf signifikansi 5%. Berdasarkan analisis data dapat disimpulkan bahwa (1) terdapat perbedaan kemampuan memahami cerita anak antara siswa yang diajar dengan model pembelajaran Jigsaw dengan siswa yang diajar dengan model pembelajaran Student Teams Achievement Division (STAD) dengan nilai FA = 16,37 > F0,05;1;72 =

3,98; (2) terdapat perbedaan kemampuan memahami cerita anak antara siswa yang memiliki motivasi belajar tinggi dan motivasi belajar rendah dengan nilai FB = 22,56 > F0,05;1;72 = 3,98; (3) terdapat interaksi antara model

pembelajaran dan motivasi belajar terhadap kemampuan memahami cerita anak dengan nilai FAB = 6,53 > F0,05;1;72

= 3,98. Hasil uji lanjut menunjukkan 1) FA1B1 – A2B1 = 1,6851 < 3,455; 2) FA1B2 – A2B2 = 0,0003 < 3,455 3) FA1B1 – A2B1 = 0,0044 < 3,455 and 4) FA1B2 – A2B2 = 0,0948 < 3,455

Kata kunci: Jigsaw, Student Teams Achievement Division, motivasi belajar, kemampuan memahami cerita anak

Bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan intelektual, sosial, dan emosi-onal peserta didik dan merupakan penunjang keberhasilan dalam mempelajari semua bidng studi. Pembelajaran Bahasa Indonesia diarah-kan untuk meningkatdiarah-kan kemampuan peserta

(2)

Jurnal Didaktika Dwija Indria ISSN: 2337-8786 satu tujuan mata pelajaran Bahasa Indonesia

yaitu menghargai dan membanggakan sastra Indonesia sebagai khazanah budaya dan inte-lektual manusia Indonesia (BSNP, 2006: 120). Materi pembelajaran tentang sastra anak ter-tuang dalam SK. 5 Memahami cerita tentang suatu peristiwa dan cerita pendek yang disam-paikan secara lisan dan KD 5.2. Mengiden-tifikasi unsur-unsur cerita (tokoh, tema, latar, amanat). Materi pemahaman cerita anak ini sangat penting untuk dikuasai karena materi ini berguna untuk belajar dalam bagaimana cara mengapresiasi cerita-cerita khazanah bu-daya Indonesia. Kegiatan belajar mengajar di SD saat ini berdasarakan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan seharusnya dilandasi oleh prinsip bahwa pembelajaran berpusat pada siswa (Trianto, 2014: 26).

Salah satu faktor yang diduga mempe-ngaruhi keberhasilan pembelajaran pemaham-an cerita pemaham-anak di SD adalah model pembela-jaran yang digunakan guru. Beberapa model pembelajaran yang inovatif memilik karakter-istik yang berbeda dan memiliki keunggulan kelemahan masing-masing. Model pembelaja-ran yang inovatif dapat berupa model pembe-lajaran Jigsaw dan model pembelajaran Stude-nt Teams AchievemeStude-nt Division (STAD)

Tarm dan Akdemiz (Sengul dan Katranci 2013: 341) menyatakan bahwa varia-si metode dalam pembelajaran diperlukan un-tuk meningkatkan pendekatan dan membuat pembelajaran lebih efisien. Model pembelaja-ran Jigsaw merupakan salah satu tipe pembe-lajaran kooperatif yang mendorong siswa aktif dan saling membantu dalam menguasai materi pembelajaran untuk mencapai prestasi yang maksimal. Zuo dan Sarobol (Esnawy, 2016: 98) menyatakan Jigsaw adalah teknik dalam metode kooperatif yang efektif dan dapat me-ningkatkan motivasi, sosial, dan linguistik sis-wa. Model pembelajaran kooperatif Student Teams Achievement Division merupakan mo-del pembelajaran kerjasama kelompok yang mempunyai kemampuan campuran yang me-libatkan pengakuan tim dan tanggung jawab kelompok bagi pembelajaran masing-masing orang.

Selain model pembelajaran, motivasi belajar juga merupakan salah satu faktor yang

mempengaruhi keberhasilan siswa dalam bel-ajar baik dari dalam diri maupun dari luar siswa. Faktor lain yang mempengaruhi keber-hasilan belajar adalah motivasi belajar. Moti-vasi belajar merupakan dorongan dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar a-gar tujuan tercapai (Sadirman, 2014: 75). Mo-tivasi belajar penting dalam proses belajar sis-wa, karena motivasi belajar dapat mendorong, menggerakkan, dan mengarahkan siswa ke dalam kegiatan belajar (Hamalik, 2014: 156). Motivasi belajar akan mempengaruhi daya ta-ngkap siswa dalam memahami materi suatu mata pelajaran. Jika motivasi belajar tinggi, maka siswa akan memiliki keinginan untuk mempelajari cerita anak, sehingga akan mem-pengaruhi kemampuan memahami cerita an-ak. Oleh sebab itu, dalam kegiatan pembela-jaran Bahasa Indonesia motivasi belajar sa-ngat diperlukan. Tujuan penelitian ini antara lain untuk mengetahui: (1) perbedaan kemam-puan memahami cerita anak antara siswa yang diajar dengan model pembelajaran Jigsaw dan siswa yang diajar dengan model pembelajaran Student Teams Achievement Division; (2) per-bedaan kemampuan memahami cerita anak antara siswa yang memiliki motivasi belajar tinggi dan siswa yang memiliki motivasi be-lajar rendah; (3) mengetahui interaksi antara model pembelajaran dan motivasi belajar ter-hadap kemampuan memahami cerita anak.

METODE

Penelitian ini merupakan penelitian ku-antitatif eksperimental dengan desain 2×2 fak-torial. Populasi dalam penelitian ini yaitu selu-ruh siswa kelas V SD di Kecmatan Laweyan Kota Surakarta Tahun Pelajaran 2016/2017. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah cluster random sampling. Sugiyono (2015: 122) menyatakan bahwa cluster ran-dom sampling digunakan jika populasi tidak terdiri dari individu-individu, melainkan ter-diri dari kelompok individu. Sampel

peneli-tian ini yaitu SD Djama’atul Ichwan sebagai

(3)

Jurnal Didaktika Dwija Indria dengan sel tak sama pada tingkat signifikansi

5%. Menurut Budiyono (2016: 206) tujuan analisis variansi dua jalan adalah untuk menguji signifikansi efek dua variabel bebas terhadap satu variabel terikat. Uji prasayarat analisis menggunakan uji normalitas dengan uji Liliefors dan uji homogenitas dengan uji Bartlett, serta uji keseimbangan dengan uji-t tipe Polled Varian. Uji lanjut pasca Anava dengan uji Scheffe untuk mengetahui peng-aruh variabel yang lebih baik.

HASIL

Sebelum uji analisis data terlebih dahulu dilakukan uji prasyarat analisis yaitu uji nor-malitas dan uji homogenitas, sedangkan untuk menguji keseimbangan kemampuan awal an-tara kelompok eksperimen dan kelompok kon-trol menggunakan uji-t tipePolled Varian. Uji keseimbangan kemampuan awal kedua sam-pel samaatau tidak. Uji keseimbanagn ini di-ambil dari nilai prettes.

Tabel 1. Rataan dan Variansi Data Pretest Kelompok Jumlah

Siswa X S

Eksperimen 34 88,23 11,4

Kontrol 39 88,97 10,2

Berdasarkan Tabel 1 diketahui bahwa kelompok eksperimen memperoleh rata-rata skor 88,23 dengan standar deviasi sebesar 11,4; sedangkan untuk kelompok kontrol memperoleh rata-rata skor 88,97 dengan stan-dar deviasi sebesar 10,2.

Tabel 2. Statistik Uji Normalitas Data Pretest

Sampel Lmaks Ltabel Keputusan

Uji

Eksperimen 0,1511 0,1519 H0 diterima

Kontrol 0,1016 0,1418 H0 diterima

Berdasarkan dari tabel 2 diketahui harga Lhitung untuk masing-masing sampel tidak me-lebihi harga Ltabel sehingga H0 diterima yang berarti sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal.

Hasil uji homogenitas dengan uji Bart-lett dengan statistik uji Chi-kuadrat (χ2) dan ti-ngkat signifikansi 0,05 diperoleh nilai statistik uji dari kelompok eksperimen dan kontrol

ad-alah χ2hitung = 0,450 dan χ2

tabel adalah 3,841. Hasil perhitungan Uji Chi-kuadrat diperoleh χ2

hitung = 0,450 < χ2tabel(0,05;1) maka

H0 diterima. Hal ini berarti kedua kelompok homogen.

Sampel penelitian berasal dari populasi yang berdistribusi normal dan variansinya ho-mogen maka selanjutnya dilakukan uji-t. Pe-nelitian ini memiliki jumlah siswa (n) dari masing-masing kelas berbeda. Jika jumlah (n) berbeda maka rumus uji-t menggunakan rum-us Polled Varians. Hasil uji keseimbangan de-ngan uji-t diperoleh thitung = - 0,047 Berda-sarkan perhitungan, thitung = 0,047 ∉ DK = {t |

t < −1,99 atau t > 1,99} atau thitung bukan anggota daerah kritis, maka H0 diterima. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa kemam-puan awal kedua sampel penelitian tersebut dalam keadaan seimbang atau kedua sampel penelitian mempunyai kemampuan awal yang sama.

Tabel 3. Statistik Uji Normalitas

Sumber Lmaks Ltabel Keputusan

Uji

Kelompok

Eksperimen 0,1449 0,1519 H0 diterima Kelompok

Kontrol 0,0781 0,1418 H0 diterima Motivasi

Belajar Tinggi

0,1134 0,1292 H0 diterima

Motivasi Belajar Rendah

0,1057 0,1772 H0 diterima

Berdasarakan tabel 3 dapat dilihat bah-wa harga L = maks{|F (zi) – S (zi)|} pada ke-lompok eksperimen, keke-lompok kontrol, moti-vasi belajar tinggi serta motimoti-vasi belajar

ren-dah tidak melebihi harga Ltabel sehingga H0

di-terima. Hal ini berarti sampel penelitian bera-sal dari populasi yang berdistribusi normal.

Tabel 4. Hasil Analisis Uji Homogenitas Sumber χ2

hitung χ2 tabel Keputusan

Uji

Kelompok Eksperimen dan Kontrol

3,519 3,841 H0 diterima

Motivasi Belajar Tinggi dan Rendah

0,106 3,841 H0 diterima

Antar Sel 4,192 7,815 H0 diterima

Berdasarkan tabel data hasil analisis uji homogentias pada Tabel 4 diperoleh harga

χ2

(4)

ren-Jurnal Didaktika Dwija Indria ISSN: 2337-8786 dah, serta antar sel tidak melebihi harga χtabel

sehingga H0 diterima. Hal ini berarti data ketiga kelompok memiliki varians yang sama atau kelompok data homogen.

Pengujian hipotesis penelitian diguna-kan Analisis Variansi Dua Jalan dengan sel

tak sama pada tingkat signifikansi α = 5%. Be

-rikut ini adalah hasil perhitungan analisis vari-ansi dua jalan dengan sel tak sama yang te-rangkum pada Tabel 5 berikut:

Tabel 5. Hasil Analisis Variansi Dua jalan dengan Sel Tak Sama

S JK DK RJK Fhit Ftabel

Berdasarkan data tabel 5 menunjukkan bahwa; (1) terdapat perbedaan kemampuan memahami cerita anak antara siswa yang di-ajar dengan model pembeldi-ajaran Jigsaw deng-an siswa ydeng-ang diajar dengdeng-an model pembe-lajaran Student Teams Achievement Division (STAD) dengan nilai FA = 16,37 > F0,05;1;72 = 3,98; (2) terdapat perbedaan kemampuan mahami cerita anak antara siswa yang me-miliki motivasi belajar tinggi dan motivasi belajar rendah dengan nilai FB = 22,56 > F0,05;1;72 = 3,98; (3) terdapat interaksi antara model pembelajaran dan motivasi belajar ter-hadap kemampuan memahami cerita anak de-ngan nilai FAB = 6,53 > F0,05;1;72 = 3,98

Berdasarkan hasil perhitungan Analisis Variansi Dua Jalan dengan sel tak sama ko-efisien FA, FB, dan FAB menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan, sehingga perlu di-lakukan uji lanjut pasca Anava. Teknik uji lanjut Scheffe untuk mengetahui pengaruh va-riabel manakah yang lebih baik.

Hipotesis pertama dan kedua tidak perlu dilakukan uji lanjut karena hanya mempunyai dua kategori. Selanjutnya, untuk mengetahui manakah hasilnya yang lebih baik cukup de-ngan membandingkan jumlah rataan marginal dari masing-masing variabel. Uji hipotesis ke-tiga perlu dilakukan uji lanjut untuk menge-tahui manakah yang lebih baik. Uji lanjut dihi-tung dari rata-rata marginal setiap sel. Hasil

rata-rata marginal setiap sel dapat dilihat dalam tabel 6 berikut.

Tabel 6. Rataan Masing-masing Sel Model

Pembelajaran

Motivasi Belajar X

Tinggi (B1) Rendah sehingga diperoleh rataan marginal baris A1 (82,25) lebih kecil daripada rataan marginal baris A2 (83,15) yang berarti bahwa kemam-puan memahami cerita anak siswa yang diajar dengan model pembelajaran Jigsaw tidak lebih baik daripada siswa yang diajar dengan model pembelajaran Student Teams Achieve-ment Division (STAD).

Hasil hipotesis kedua (H0B) ditolak se-hingga diperoleh jumlah rataan marginal ko-lom B1 (83,33) lebih besar daripada rataan ma-rginal kolom B2 (82,07) yang berarti bahwa kemampuan memahami cerita anak siswa yang memiliki motivasi belajar tinggi lebih baik daripada siswa yang memiliki motivasi belajar rendah.

Hasil hipotesis ketiga (H0AB) ditolak, sehingga perlu dilakukan uji lanjut pasca Ana-va antar sel. Hasil uji lanjut pasca AnaAna-va de-ngan uji Scheffe terangkum dalam tabel 7.

Tabel 7. Hasil Uji Lanjut (Uji Scheffe)

Komparasi Fhit Ftabel

A1B1 - A2B1 1,6851 3,455

A1B2 - A2B2 0,0003 3,455

A1B1 - A1B2 0,0044 3,455

A2B1 - A2B2 0,0948 3,455

(5)

de-Jurnal Didaktika Dwija Indria ngan model pembelajaran Jigsaw dan

memi-liki motivasi belajar rendah tidak lebih baik dari pada siswa yang diajar dengan model pembelajaran Student Teams Achievement Di-vision (STAD) dan memiliki motivasi belajar rendah; (3) Komparasi rataan antar sel (A1B1 - A1B2), H0 diterima hal ini berarti kemam-puan memahami cerita anak siswa yang diajar dengan model pembelajaran Jigsaw dan me-miliki motivasi belajar tinggi tidak lebih baik dari pada siswa yang diajar dengan model pembelajaran Jigsaw dan memiliki motivasi belajar tinggi; dan (4) Komparasi rataan antar sel (A2B1 - A2B2), H0 diterima hal ini berarti kemampuan memahami cerita anak siswa yang diajar dengan model pembelajaran Stu-dent Teams Achievement Division (STAD) dan memiliki motivasi belajar rendah tidak lebih baik dari pada siswa yang diajar dengan model pembelajaran Student Teams Achiev-ement Division (STAD) dan memiliki moti-vasi belajar rendah.

PEMBAHASAN

Hasil dari statistik uji hipotesis me-nggunakan Analisi Variansi Dua Jalan dengan sel tak sama diperoleh hipotesis pertama H0A ditolak, H0B ditolak, dan H0AB ditolak.

Hipotesis pertama, hasil Anava dua ja-lan dengan sel tak sama diketahui bahwa H0A ditolak karena FA = 16,37 > F0,05;1;72 = 3,98. Hal ini berarti ada perbedaan kemampuan me-mahami cerita anak antara siswa yang diajar dengan model pembelajaran Jigsaw dan siswa yang diajar dengan model pembelajaran Stu-dent Teams Achievement Division (STAD). Hasil dari rataan marginalnya, kelompok

sis-wa yang diajar dengan model Jigsaw

mem-punyai jumlah rata-rata nilai yang lebih ren-dah dibandingkan dengan siswa yang diajar

dengan model pembelajaran Student Teams

Achievement Division (STAD) yaitu 82,25 < 83,15. Hal ini tersebut menunjukkan bahwa kemampuan memahami cerita anak yang

di-ajar dengan model pembeldi-ajaran Jigsaw tidak

lebih baik daripada siswa yang diajar dengan

model pembelajaran Student Teams

Achieve-ment Division (STAD).

Penerapan model pembelajaran Student

Teams Achievement Division (STAD)

menga-rahkan siswa untuk bekerja secara kooperatif atau secara kelompok dalam mencari solusi sebuah masalah yang ditemuinya dalam

lem-bar kerja. Model pembelajaran tipe Student

Teams Achievement Division (STAD) meru-pakan model pembelajaran kerjasama kelom-pok yang mempunyai kemampuan campuran yang melibatkan pengakuan tim dan tanggung jawab kelompok pada pembelajaran siswa ke-lompok (Slavin, 2011: 23). Model pembelaja-ran tersebut menekankan pada kerjasama tim dalam menemukan solusi untuk masalah yang ditemukan oleh siswa didalam kelompoknya.

Hipotesis kedua, hasil Anava dua jalan dengan sel tak sama diketahui bahwa H0B di-tolak karena FB = 22,56 > F0,05;1;72 = 3,98. Hal ini berarti ada perbedaan kemampuan mema-hami cerita anak antara siswa yang memiliki motivasi belajar tinggi dan motvasi belajar rendah. Dapat dilihat dari rataan marginalnya, kelompok siswa yang memiliki motivasi be-lajar tinggi mempunyai rataan marginal kolom yang lebih tinggi dibandingkan dengan siswa yang memiliki motivasi belajar rendah yaitu 83,33 > 82,07. Hal ini berarti kemampuan me-mahami cerita anak yang memiliki motivasi belajar tinggi lebih baik daripada siswa yang memiliki motivasi belajar rendah.

Sesuai pendapat dari Suprijono (2009: 182) motivasi belajar bertalian erat dengan tu-juan belajar. Terkait dengan hal tersebut bah-wa motivasi mempunyai fungsi: (1) mendo-rong peserta didik untuk berbuat; (2) nentukan arah kegiatan pembelajaran; (3) me-nyelidiki kegiatan pembelajaran. Motivasi belajar perlu ditingkatkan karena dapat mem-pengaruhi aktivitas siswa dalam belajar.

(6)

Jurnal Didaktika Dwija Indria ISSN: 2337-8786 memiliki kemampuan memahami cerita anak

lebih baik daripada kelompok siswa dengan motivasi belajar rendah.

Berdasarkan uji hipotesis ketiga dan uji lanjut Anava dengan uji Scheffe diperoleh em-pat keputusan uji. Pertama, hasil perhitungan menunjukkan FA1B1 – A2B1 = 1,6851 < 3,455 sehingga H0 diterima, dengan demikian ke-mampuan memahami cerita anak siswa yang diajar dengan model pembelajaran Jigsaw dan memiliki motivasi belajar tinggi tidak lebih baik dari pada siswa yang diajar dengan model pembelajaran Student Teams Achievement Di-vision (STAD) dan memiliki motivasi belajar tinggi. Kedua, hasil perhitungan FA1B2 – A2B2 = 0,0003 < 3,455 sehingga H0 diterima, dengan demikian kemampuan memahami cerita anak siswa yang diajar dengan model pembelajaran Jigsaw dan memiliki motivasi belajar rendah tidak lebih baik dari pada siswa yang diajar dengan model pembelajaran Student Teams Achievement Division (STAD) dan memiliki motivasi belajar rendah. Ketiga, hasil perhi-tungan FA1B1 – A2B1 = 0,0044 < 3,455 sehingga H0 diterima, dengan demikian kemampuan memahami cerita anak siswa yang diajar de-ngan model pembelajaran Jigsaw dan memi-liki motivasi belajar tinggi tidak lebih baik

da-ri pada siswa yang diajar dengan model pem-belajaran Jigsaw dan memiliki motivasi bela-jar tinggi. Keempat, hasil perhitungan FA1B2 – A2B2 = 0,0948 < 3,455, sehingga H0 diterima, dengan demikian kemampuan memahami ce-rita anak siswa yang diajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Division (STAD) dan memiliki motivasi belajar rendah tidak lebih baik dari pada siswa yang diajar dengan model pembe-lajaran Student Teams Achievement Division (STAD) dan memiliki motivasi belajar ren-dah.

SIMPULAN

Kesimpulan yang dapat ditarik pada pe-nelitian ini antara lain: (1) Ada perbedaan ke-mampuan memahami cerita anak antara siswa yang diajar dengan model pembelajaran Jig-saw dan siswa yang diajar dengan model pem-belajaran Student Teams Achievement Divi-sion (STAD); (2) Ada perbedaan kemampuan memahami cerita anak antara siswa yang me-miliki motivasi belajar tinggi dan siswa yang memiliki motivasi belajar rendah; (3) Ada in-teraksi antara model pembelajaran dan moti-vasi belajar terhadap kemampuan memahami cerita anak.

DAFTAR PUSTAKA

BSNP. (2006). Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah: Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar. Jakarta: Depdiknas.

Budiyono. (2009). Statistika untuk Penelitian. Surakarta: UNS Press.

Esnawy, S. (2016). EFL/EAP Reasing and Research Essay Writting Using Jigsaw. Procedia - Sosial and Behavioral Science, 232, 98-191. Dipetik 14 Maret, 2017, dari www.sciencedirect.com

Hamalik, O. (2014). Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.

Sadirman, M. A. (2014). Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Rajawali Press. Sengul, S., & Katranci, Y. (2013). Effect of Jigsaw Technique on Seventh Grade Primary

School Students' Attituden Towards Mathematics. Procedia-Sosial and Bahvioral Science, 116, 339-244. Dipetik 14 Maret, 2017, dari www.scincedirect.com

Slavin, R. E. (2011). Cooperative Learning: Teori dan Praktik. Bandung: Nusa Media. Sugiyono. (2015). Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan

R&D. Bandung: Alfabeta.

Suprijono. (2014). Cooperative Learning: Teori dan Aplikasi Paikem. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset.

(7)

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Keberadaan Indonesia di pusat baru gravitasi ekonomi global, yaitu kawasan Asia Timur dan Asia Tenggara, mengharuskan Indonesia mempersiapkan diri lebih baik lagi untuk

Skripsi Berjudul: Analisis Usahatani Minapadi dan Non Minapadi serta Prospek Pengembangan Usahatani Minapadi Di Desa Lembengan Kecamatan Ledokombo Kabupaten Jember

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa karya tulis ilmiah yang berjudul: ” Analisis Usahatani Perkebunan Kopi Rakyat Di Desa Gombengsari Kecamatan

[r]

Divisi Noodle Semarang ” sebagai bahan bahasan dalam laporan ini karena penulis ingin mengetahui proses dan prosedur pengawasan mutu finished goods serta

Faktor penting lain yang menjadi penghambat kegiatan usaha agroindustri perikanan yang dihadapi oleh wirausaha wanita di Kecamatan Cisolok dan Kecamatan Palabuhan Ratu

bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 7 ayat (3) dan Pasal 19 ayat (1) Peraturan Daerah Kota Bandung Nomor 03 Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Perparkiran, Pengelolaan tempat