• Tidak ada hasil yang ditemukan

contoh proposal penelitian skripsi gerak

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "contoh proposal penelitian skripsi gerak"

Copied!
27
0
0

Teks penuh

(1)

1. Judul Penelitian : Perjuangan Komite Nasional Pendidikan dalam Gerakan Perlawanan Terhadap

Rancangan Undang-Undang Pendidikan

Tinggi Tahun 2011 di Indonesia

2. Ruang Lingkup : Gerakan Sosial Politik

3. Latar Belakang Masalah :

Tolok ukur kemajuan suatu negara diukur melalui dinamika

pendidikannya. Dalam hal ini, pendidikan merupakan sebuah proses individu

mengenal pengetahuan. Selain itu, pendidikan juga sebagai proses perolehan

individu dari tidak tahu menjadi tahu. Dewasa ini, pendidikan mempunyai

signifikansi yang besar terhadap status sosial dan status ekonomi individu. Oleh

karena itu, penyelenggaraan pendidikan di suatu negara harus ditangani secara

serius karena menyangkut hajat hidup orang banyak.

Berbicara mengenai pendidikan tentunya tidak terlepas dari dinamika

politik pendidikan yang berlangsung. Dalam hal ini, tingkat kesadaran politik

masyarakat dipengaruhi dari pendidikan yang telah diraihnya. Semakin tinggi

tingkat pendidikan yang diraihnya, maka semakin tinggi pula tingkat kesadaran

kritis individu dalam mengikuti, mengkritisi, dan mengevaluasi suatu kebijakan.

Secara lebih jelasnya berikut definisi dari politik pendidikan. Politik pendidikan

(2)

atau bisa disebut juga sebagai studi ilmiah pendidikan tentang kebijaksanaan

pendidikan.1

Di Indonesia, pengelolaan penyelenggaraan pendidikan ditangani oleh

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud). Otoritas dari

Kementerian Pendidikan Kebudayaan (Kemendikbud) mencakup pendidikan dari

tingkat Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), Sekolah

Menengah Umum/Kejuruan (SMU/SMK), dan Perguruan Tinggi (PT). Dalam

menghadapi tantangan era globalisasi dan informatika, akses untuk mengenyam

pendidikan di perguruan tinggi harus dikelola secara maksimal demi kemajuan

bangsa dan negara. Pengelolaan pendidikan pada tingkat perguruan tinggi di

Indonesia dinilai masih belum maksimal. Hal ini terlihat dari survey yang

menyebutkan bahwa dari 200 juta lebih penduduk Indonesia, hanya 6.172.977

jiwa yang bisa mengakses pendidikan di perguruan tinggi. Seperti pada tabel

berikut ini :2

TABEL I. Data Statistik Peserta didik dan Jenjang Pendidikan Tahun 2009/2010

Jenjang Laki-Laki % Perempuan % Jumlah

TK 1.943.537 50,32 1.918.971 49,68 3.862.508

SD 15.313.867 50,47 15.027.954 43,00 30.341.821

SMP 5.941.631 50,37 5.855.214 49,63 11.796.845

SMA 4.195.694 51,62 3.983.377 48,70 8.179.071

Perg.Tinggi 2.443.237 49,06 2.444.496 49,08 4.980.331 Sumber : “statistik pendidikan tinggi,”datastatistikindonesia.com

Sampai dengan saat ini, regulasi penyelenggaraan pendidikan perguruan

tinggi di Indonesia sudah mengalami beberapa fase dan tahapan yang kompleks.

11. SuhartonoSuparlan, “Wawasan Pendidikan. Sebuah Pengantar Pendidikan”, (Yogyakarta : Ar-Ruzz Media, 2008), 103

22. Beni Suryono, “statistik pendidikan tinggi,”datastatistikindonesia.com, Diakses

(3)

Kompleksitas tersebut terjadi ketika Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2009

tentang Badan Hukum Pendidikan yang disahkan oleh DPR (Dewan Perwakilan

Rakyat) pada tanggal 17 Desember 2008.3 UU BHP dinilai tidak mencerminkan

pendidikan yang manusiawi. Hal itu dikarenakan konten dari UU BHP yang

bersifat neo liberalisasi dan cenderung kepada komersialisasi pendidikan.

Kemudian pada tahun 2010 penetapan dari UU BHP telah dihapuskan sesuai

dengan Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 11-14-21-126-136/PUU-VII/2009

tanggal 31 Maret 2010 yang membatalkan Undang-Undang Nomor 9 Tahun

2009.4

Kemudian dalam menanggapi kompleksitas penyelenggaraan pendidikan

perguruan tinggi, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan membuat sebuah

rancangan baru bernama Rancangan Undang-Undang Pendidikan Tinggi (RUU

PT).RUU PT adalah rancangan undang-undang yang mengatur tentang

penyelenggaraan pendidikan perguruan tinggi di Indonesia. Pada awal

pempublikasiannya RUU ini telah menuai berbagai pendapat dari publik.

Sebagian besar masyarakat Indonesia ada yang setuju dan ada yang tidak setuju.

Pihak pemerintah sebagai kalangan yang menyatakan setuju terhadap RUU ini

menilai bahwa melalui UU ini akan secara jelas memberikan kuota 20 persen

calon mahasiswa yang tidak mampu dijamin mendapatkan pendidikan tinggi oleh

UU.5 Seperti yang tertulis dalam pasal 41 ayat 2 yang menyebutkan “mengenai

33. “Badan Hukum Pendidikan,” wikipedia.com, Diakses Tanggal 4 Januari, 2013,

http://id.wikipedia.org/wiki/Badan_hukum_pendidikan

44. “Badan Hukum Pendidikan,” wikipedia.com, Diakses Tanggal 4 Januari, 2013,

http://id.wikipedia.org/wiki/Badan_hukum_pendidikan

55. Muhamad Iqbal, “Kemendikbud: RUU Perguruan Tinggi Segera Disahkan,” detiknews.com, Diakses Tanggal 4 Januari, 2013,

(4)

pinjaman dana pendidikan dengan bunga rendah tanpa agunan”.6 Maksud dari

pasal tersebut adalah bagi calon mahasiswa yang kurang mampu akan diberikan

pinjaman dana dari pemerintah untuk dapat mengakses perguruan tinggi dalam

bentuk pinjaman tanpa bunga, dan pinjaman tersebut wajib dikembalikan oleh

calon mahasiswa yang bersangkutan setelah lulus dan bekerja. Sementara itu

pihak yang tidak setuju dan menentang RUU PT menilai bahwa rancangan

tersebut merupakan reinkarnasi dari UU BHP yang sebelumnya telah dibatalkan.

Wacana mengenai RUU PT telah menuai banyak reaksi dari berbagai

pihak dan elemen masyarakat. Terutama pihak-pihak yang merasa dirugikan atas

rancangan undang-undang tersebut. Dalam hal ini bentuk resistensi diwujudkan

dengan berbagai macam cara, salah satunya adalah dengan gerakan sosial politik.

Gerakan sosial politik merupakan suatu gerakan yang didasari oleh kesamaan

pandangan untuk mencapai tujuan bersama dengan melakukan berbagai macam

tindakan perlawanan dan dilakukan secara kolektif. Gerakan sosial politik juga

sebagai wadah upaya penolakan atau perlawanan yang merupakan cerminan dari

tindakan politik suatu masyarakat. Seperti yang dikatakan oleh John McCharty

dan Mayer Zald dalam buku “Gerakan Sosial Islam” karya Quintan Wictorowictz

menjelaskan bahwa gerakan sosial adalah upaya yang terorganisisir untuk

mengadakan perubahan di dalam distribusi hal-hal apapun yang bernilai secara

sosial untuk kelompok tersebut.7

66.Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dalam Ramadhani, “Rancangan

Undang-Undang Republik Indonesia Tahun 2012 Tentang Pendidikan Tinggi,”slideshare.net, Diakses Tanggal 4 Januari, 2013, http://www.slideshare.net/ramadhanipratama/draft-ruu-pt-4-april-2012

77. Quintan Wictorowictz, “Gerakan Sosial Islam: Teori, Pendekatan dan Studi Kasus”,

(5)

Mengenai isu Rancangan Undang-Undang Pendidikan Tinggi di Indonesia

terdapat berbagai macam kelompok-kelompok kepentingan yang menentang dan

menolak RUU PT.Kelompok tersebut antara lain PSHK(Pusat Studi Hukum dan

Kebijakan), LBH (Lembaga Bantuan Hukum) Jakarta, PPUI (Paguyuban Pekerja

Universitas Indonesia), FMUIJ (Front Mahasiswa Universitas Islam Jakarta),

FMPP (Forum Mahasiswa Peduli Pendidikan) Bina Sarana Informatika, FMN

(Front Mahasiswa Nasional), Formasi IISIP, SMI (Serikat Mahasiswa Indonesia),

LAPAM (Lembaga Advokasi Pendidikan Anak Marjinal), FGII (Federasi Guru

Independen Indonesia), PGSI (Persatuan Guru-Swasta Seluruh Indonesia), IPM

(Ikatan Pelajar Muhammadyah), LBHP (Lembaga Bantuan Hukum Pendidikan),

SPI (Serikat Perempuan Indonesia), PRP (Perhimpunan Rakyat Pekerja), (EF)

Education Forum, ISSI (Institut Sejarah Sosial Indonesia), IHCS (Indonesian

Human Rights Committee Social Justice), LBH (Lembaga Bantuan Hukum)

Semarang, BEM UI, BEM Fisip UI, BEM UNJ, dan BEM FHUI.

Secara garis besar berbagai macam kelompok kepentingan tersebut

mempunyai tujuan yang sama dalam menanggapi RUU PT. Melalui dasar

kesamaan pandangan dan tujuan akhirnya mereka membuat suatu gerakan

persatuan dalam mengontrol dan mengawasi pendidikan di Indonesia yang

dinamakan sebagai KNP (Komite Nasional Pendidikan). Dengan demikian,

penelitian yang akan dilakukan ini menarik untuk dikaji dan dianalisis terkait

dengan gerakan sosial politik yang diwadahi melalui Komite Nasional

Pendidikan. Selain itu, dalam penelitian ini akan melihat potensi-potensi yang

(6)

dinamika gerakan tersebut dalam memperjuangkan hak pendidikan untuk semua

kalangan.

4. Perumusan Masalah

Berdasarkan dari latar belakangnya, maka perumusan masalah dalam

penelitian ini adalah:

1) Bagaimanakah perjuangan Komite Nasional Pendidikan dalam gerakan

perlawananterhadap Rancangan Undang-Undang Pendidikan Tinggi Tahun

2011 ?

2) Faktor-faktor kontekstual apa sajakah yang mendorong dan menghambat

gerakan perlawanan Komite Nasional Pendidikan dalam menentang

Rancangan Undang-Undang Perguruan Tinggi tahun 2011 ? mengapa ?

5. Pembatasan Masalah

Berdasarkan perumusan masalahnya, maka penelitian ini akan dibatasi

pada perjuangan Komite Nasional Pendidikan dalam gerakan perlawanan terhadap

Rancangan Undang-Undang Pendidikan Tinggi pada tahun 2011, dan

faktor-faktor kontekstual yang mendorong dan menghambatnya.

6. Tujuan Penelitian

Berdasarkan kepada pembatasan masalahnya, maka tujuan dari penelitian

(7)

1) memahami dan mendeskripsikan perjuangan Komite Nasional Pendidikan

dalam gerakan perlawanan terhadap Rancangan Undang-Undang Pendidikan

Tinggi tahun 2011

2) mengetahui dan menjelaskan faktor-faktor kontekstual yang mendorong dan

menghambat gerakan perlawanan Komite Nasional Pendidikan terhadap

Rancangan Undang-Undang Perguruan Tinggi tahun 2011

7. Manfaat penelitian 7.1 Manfaat Teoritis

Dengan adanya penelitian ini diharapkan akan dapat memberikan

informasi (data) tentang perjuangan Komite Nasional Pendidikan dalam gerakan

perlawanan terhadap Rancangan Undang-Undang Pendidikan Tinggi tahun 2011,

dan untuk memperkaya khazanah serta perkembangan ilmu politik pada umumnya

dan gerakan sosial politik secara khusus.

7.2 Manfaat Praktis

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang

metode dan model gerakan sosial politik di Indonesia dengan melihat perjuangan

Komite Nasional Pendidikan dalam gerakan perlawanan terhadap Rancangan

Undang-Undang Pendidikan Tinggi pada tahun 2011.

8. Tinjauan Pustaka

Penelitian ini bertujuan untuk memahami dan mendeskripsikan tentang

(8)

Rancangan Undang-Undang Pendidikan Tinggi tahun 2011. Berdasarkan kepada

penelitian tersebut, maka dibutuhkan referensi terkait mengenai konsep yang

berhubungan dengan tema atau judul yang diangkat dalam penelitian ini.

Penggunaan konsep-konsep tersebut diharapkan berguna untuk membantu dan

mempermudah dalam dinamika proses penelitian. Beberapa konsep terkait dengan

penelitian ini yaitu; konsep gerakan sosial politik, perlawanan, kebijakan publik,

penyusunan agenda, formulasi kebijakan, kelompok kepentingan, organisasi dan

lembaga. Tinjauan atas beberapa pustaka terdahulu akan membahas mengenai

gerakan sosial politik di berbagai daerah di Indonesia. Tinjauan pustaka

diharapkan dapat membimbing arah penelitian ini sekaligus menunjukan

orisinalitas penelitian ini yaitu membahas gerakan politik Komite Nasional

Pendidikan dalam menentang Rancangan Undang-Undang Pendidikan Tinggi

tahun 2011.

8.1 Landasan Teori dan Kerangka Pemikiran Penelitian

Hampir di setiap negara pasti pernah mengalami gejala dan dinamika

gerakan sosial politik. Keterkaitan antara negara dengan gerakan sosial politik

terletak pada penyelenggaraan pemerintah suatu negara. Negara, pemerintah, dan

gerakan sosial politik merupakan elemen-elemen yang saling bersinergi dalam

suatu negara. Setiap negara tentunya mempunyai runutan panjang sejarah dari

dinamika gerakan sosial politik. Seperti contoh negara-negara di kawasan benua

Afrika yaitu negara Afrika Selatan tentang politik apartheid pada abad 20.

(9)

berdasarkan suku, agama, dan ras. Tidak hanya di benua Afrika, negara-negara di

benua Asia pun mempunyai runutan sejarah yang hampir sama, seperti di

Indonesia gerakan mahasiswa pada tahun 1960an tentang demonstrasi mengenai

tritura (tiga tuntutan rakyat), dan gerakan-gerakan sosial politik lainnya yang

menyangkut isu-isu perekonomian, sosial, budaya, politik, lingkungan dan

sebagainya.

Gerakan sosial politik merupakan sebuah wadah tindakan sosial politik

suatu masyarakat dalam menyikapi suatu permasalahan bersama yang dilakukan

secara kolektif dan mempunyai tujuan-tujuan tertentu. Dalam sebuah gerakan

sosial politik terdapat strategi-strategi pergerakan yang terencana dengan tujuan

untuk mencapai tujuan-tujuan yang diinginkan. Dalam kamus besar bahasa

Indonesia, gerakan sosial politik diartikan sebagai tindakan atau agitasi terencana

yang dilakukan sekelompok masyarakat yang disertai program terencana dan

ditujukan pada suatu perubahan atau sebagai gerakan perlawanan untuk

melestarikan pola-pola dan lembaga masyarakat yang ada.8

Berbicara mengenai gerakan sosial politik, tentu tidak terlepas dari konsep

perjuangan dan perlawanan. Dalam hal ini, perjuangan dan perlawanan

merupakan implementasi suatu gerakan sosial politik. Perjuangan dan perlawanan

merupakan bentuk dari resistensi atas sebuah fenomena sosial yang dinilai

meresahkan masyarakat. Dalam perjuangan dan perlawanan, wujud tindakan yang

umum dilakukan adalah seperti menentang, mencegah atau menampik sesuatu

yang tidak sesuai dengan kehendak dalam masyarakat atau sebuah kelompok.

88. Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi ke Dua, (Jakarta : Departemen Pendidikan dan

(10)

Perjuangan dan perlawanan biasa dilakukan secara kolektif atau secara

individu dalam menentang sebuah kondisi yang tidak sesuai dengan kondisi ideal

yang diharapkan, seperti rezim otoritarian, atau kebijakan publik yang dinilai

tidak pro terhadap kepentingan rakyat. Menurut James C.Scott perlawanan adalah

segala tindakan yang dilakukan oleh kaum subordinat atau sebuah kelompok yang

ditujukan untuk mengurangi atau menolak klaim yang dibuat oleh pihak atau

kelompok superordinat terhadap mereka. Aksi-aksi perlawanan dalam bentuk

protes atau demonstrasi merupakan representasi dari sebuah perlawanan sikap

politik kepada pihak yang mendominasi atau pihak yang berkuasa dan ini

merupakan salah satu bentuk perlawanan terbuka.9

Dalam suatu gerakan sosial politik tentu mempunyai analisis hubungan

dengan kebijakan publik. Hal itu dikarenakan keresahan publik akan suatu

permasalahan mempunyai relevansi yang kuat dengan kebijakan publik yang

ditetapkan. Sebuah permasalahan sosial yang menyangkut hajat hidup orang

banyak tidak terlepas dari peran pemerintah sebagai pemegang wewenang

pengaturan masyarakat. Dalam hal ini kebijakan publik mempunyai andil yang

cukup besar dalam menentukan stabil atau tidaknya pemerintahan suatu negara.

Secara umum kebijakan publik dapat diartikan sebagai keputusan bersama

yang menyangkut pengaturan dinamika kehidupan masyarakat suatu negara.

Sementara menurut David Easton kebijakan adalah pengalokasian nilai-nilai

kepada seluruh masyarakat secara keseluruhan.10 Langkah-langkah prosedural

99. James C.Scott, “Senjatanya Orang-Orang Yang Kalah”, (Jakarta: Yayasan Obor

Indonesia, 2000),51.

1010. David Easton, “Public Policy Theory”, Ratu Agung (blog), 4 Januari, 2013 (16:40

(11)

dalam sebuah kebijakan publik terdiri dari beberapa tahapan-tahapan dan proses

sampai pada akhirnya dibuat sebagai sebuah kebijakan publik.

Secara teoritis runutan dalam proses kebijakan publik yang pertama adalah

penyusunan agenda. Dalam penyusunan agenda dilakukan perumusan masalah

dengan memahami dan menganalisis sebuah permasalahan. Tahapan selanjutnya

adalah formulasi kebijakan, adopsi kebijakan, implementasi kebijakan, dan

evaluasi kebijakan.11Hasil dari kebijakan publik disebut sebagai undang-undang.

Sebelum sampai kepada tahapan pengesahan undang-undang, maka hasil dari

kebijakan publik tersebut disebut sebagai Rancangan Undang-Undang. Sementara

itu dalam Rancangan Undang-Undang terdapat sistematika berupa tahapan

persiapan, teknik penyusunan, dan perumusan. Sistematika dari tahapan-tahapan

tersebut disebut sebagai perancangan undang-undang. Regulasi dalam pengaturan

tahapan undang-undang tersebut diatur dalam Perpres No. 68/2005.12

Relasi antara gerakan sosial politik dengan kebijakan publik tentu tidak

terlepas dari peran kelompok kepentingan atau interest group.Dalam hal ini,

kelompok kepentingan mempunyai peran sebagai wadah pergerakan sosial politik

yang menuntut adanya perubahan suatu kebijakan publik. Kelompok kepentingan

mempunyai berbagai jenis didalamnya, tergantung dari tujuan kelompok tersebut

dalam mengorganisir kepentingannya. Jenis dari kelompok kepentingan tersebut

bisa berupa organisasi ataupun komite.

1111. William Dunn (1999), dalam J.E Hosio, “Kebijakan Publik dan desentralisasi”, ed.

Mahmud Samsuri, (Yogyakarta: Laksbang, 2006), 20.

(12)

Dalam suatu organisasi tentu mempunyai struktur, tujuan dan visi misi di

dalamnya. Tujuan-tujuan praktis suatu organisasi ditentukan dari landasan dasar

atau ideologi suatu organisasi tersebut. Organisasi merupakan perkumpulan

individu-individu masyarakat yang mempunyai visi, misi dan tujuan yang sama.

Sementara itu komite merupakan sejumlah orang yg ditunjuk untuk melaksanakan

tugas tertentu (terutama hubungan dengan pemerintah). Komite biasanya terdiri

dari perwakilan-perwakilan organisasi ataupun kelompok yang berbeda tetapi

dalam satu bingkai tujuan yang sama.

8.2 Penelitian Terdahulu

Dalam meneliti suatu fenomena atau keadaan sosial, diperlukan referensi

terkait untuk dikomparasikan dalam penelitian. Kegunaan dari penelitian

terdahulu pemetaan bagaimana posisi penelitian yang dilakukan dengan penelitian

sebelumnya. Dalam penelitian ini, penelitian terdahulu dilakukan dengan mencari

dan menelusuri hasil-hasil penelitian sebelumnya yang berhubungan atau relevan

dengan sasaran penelitian. Dengan demikian penelitian terdahulu dianggap

penting dilakukan dalam sebuah penelitian.

Terdapat dua penelitian terdahulu sebagai bahan referensi. Pertama,

penelitian terdahulu yang membahas tentang “Peran Serikat Buruh Dalam

Memperjuangkan Hak Upah dan Politik (Serikat Buruh Medan Independen)”.

Penelitian tersebut dilakukan oleh Ganda Syahputra S. merupakan mahasiswa

Universitas Sumatera Utara. Penelitian tersebut bertujuan untuk mengetahui

(13)

Hasil dari penelitian ini adalah gerakan sosial buruh di Medan yang diwadahi oleh

Serikat Buruh Medan Independen (SBMI) dalam upaya memperjuangkan hak

upah dan Politik belum menuai hasil yang baik. Seperti contoh SBMI belum

berhasil memasukan agenda perburuhan.dalam proses pengambilan

kebijakan-kebijakan di Sumatera Utara khususnya pada penetapan upah yang layak.

Kedua, penelitian yang dilakukan oleh Teguh Purnomo pada tahun 2005.

Teguh Purnomo adalah mahasiswa yang sedang menyelesaikan program

Pascasarjana di Universitas Muhammadiyah Surakarta. Penelitian ini berjudul

“Hukum dan Sengketa Pertanahan Studi Kasus Gerakan Organisasi Petani

SeTAM (Serikat Tani Merdeka) dalam Proses Reklaiming di Desa Mulyadadi

Kecamatan Cipari Kabupaten Cilacap”. Penelitian tersebut bertujuan untuk

mengatahui bagaimana gerakan organisasi serikat tani merdeka dalam proses

reklaiming di desa Mulyadadi, Cilacap. Penelitian tersebut melihat pada proses

gerakan perlawanan SeTAM atas sengketa lahan atau tanah dalam perspektif

hukum. Hasil dari penelitian tersebut adalah gerakan SeTAM memperjuangkan

kembali tanah-tanah yang berada di Desa Mulyadadi Kecamatan Cipari

Kabupaten Cilacap melalui proses reklaiming.

TABEL II. Matriks Penelitian Terdahulu

Peneliti dan Judul Penelitian

Metode Penelitian

Persamaan Yang Diteliti

(14)

Peran Serikat

Dari deskripsi tentang perbedaan penelitian terdahulu jelas terlihat bahwa

penelitian ini perlu untuk dilakukan untuk menambah ruang-ruang pengetahuan

dalam khazanah ilmu politik, khususnya gerakan sosial politik. Hal ini juga

(15)

tentang perjuangan Komite Nasional Pendidikan dalam Gerakan Perlawanan

Terhadap Rancangan Undang-Undang Pendidikan Tinggi Tahun 2011.

9. Metodologi Penelitian

Penelitian ini akan menggunakan perspektif pasca strukturalis yaitu pusat

perhatian pada tingkah laku politik hubungan antar individu dan masyarakat

dalam lembaga pemerintahan dimana satu sama lainnya saling mempengaruhi.

Dalam hal ini, gerakan perlawanan Komite Nasional Pendidikan mempunyai andil

besar dalam mempengaruhi suatu kebijakan publik, yaitu kebijakan mengenai

penyelenggaraan pendidikan tinggi. Sedangkan paradigma yang akan digunakan

adalah paradigma non positivisme. Paradigma nonpostivism adalah cara pandang

yang menitik beratkan pada pemaknaan setiap fenomena sosial yang terjadi di

tengah masyarakat. Paradigma ini memandang realitas merupakan suatu fenomena

yang terjadi karena adanya interaksi antar anggota sosial. Dalam penelitian yang

akan dilakukan ini, Komite Nasional Pendidikan selaku Perjuangan Komite

Nasional Pendidikan dalam Gerakan Perlawanan Terhadap Rancangan

Undang-Undang Pendidikan Tinggi Tahun 2011, sebagai suatu representasi dari

masyarakat dalam mengawasi penyelenggaraan pendidikan di Indonesia,

khususnya perguruan tinggi.

(16)

Metode Penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah

metode penelitian kualitatif. Metode penelitian kualitatif merupakan prosedur

penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan

dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.13 Selain itu metode penelitian

kualitatif merupakan suatu tradisi yang khas dalam ilmu pengetahuan sosial yang

secara fundamental bergantung pada pengamatan manusia dalam kawasannya

sendiri dan berhubungan dengan orang-orang tersebut dalam bahasannya dan

dalam peristilahannya. Dalam hal ini, penelitian mengenai gerakan perlawanan

komite nasional pendidikan dalam menentang RUU PT, mempunyai tujuan untuk

mendeskripsikan gerakan perlwanannya serta faktor-faktor kontekstual yang

mendorong dan menghambat pergerakannya.

9.2 Pendekatan Penelitian

Penelitianini akan menggunakan pendekatan fenomenologi. Fenomenologi

merupakan pendekatan yang berusaha memahami arti peristiwa dari sebuah

realitas yang terjadi. Pendekatan fenomenologi tidak berasumsi bahwa peneliti

mengetahui arti sesuatu bagi orang-orang yang ditelitinya. Pendekatan

fenomenologi mencoba masuk ke dalam dunia konseptual para subyek yang

ditelitinya sedemikian rupa sehingga mereka mengerti apa dan bagaimana suatu

pengertian yang dikembangkan oleh mereka di sekitar peristiwa dalam

kehidupannya sehari-hari. Dengan demikian, penelitian ini akan

menginterpretasikan lebih dalam pada perjuangan Komite Nasional Pendidikan

1313. Bodgan dan Taylor (1990), Dalam Lexy Moleong.”Metode Penelitian Kualitatif”,

(17)

dalam Gerakan Perlawanan Terhadap Rancangan Undang-Undang Pendidikan

Rancangan Undang-Undang Pendidikan Tinggi Tahun 2011 di Indonesia.

TABEL III. Matriks Fokus Kajian Penelitian

Fokus Kajian Penelitian

(18)

dari masyarakat Indonesia

Deskripsi perlawanan Komite Nasional Pendidikan Terhadap RUU Perguruan Tinggi

Deskripsi faktor-faktor penyebab munculnya gerakan perlawanan Komite Nasional Pendidikan sebagai sebuah gerakan sosial politik.

9.4 Lokasi Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan di Provinsi DKI Jakarta, Indonesia. Lokasi ini

merupakan situs yang menjadi daerah penelitian. Selain itu, situs ini merupakan

pusat terjadinya gerakan perlawanan dalam menentang RUU PT.

9.5 Sasaran Penelitian

Sasaran penelitian dalam penelitian ini adalahperjuangan Komite Nasional

Pendidikan dalam Gerakan Perlawanan Terhadap Rancangan Undang-Undang

Pendidikan Tinggi Tahun 2011, yaitu sebagai berikut :

1. Ketua dan pengurus harian Komite Nasional Pendidikan selaku wadah

pergerakan dalam menentang RUU PT.

2. Humas Kemendikbud Republik Indonesia selaku pemangku kepentingan

(19)

3. Bagian humas Dewan Perwakilan Rakyat, komisi 3 selaku bagian

kepengurusan yang menangani hubungan antar masyarakat.

4. Tokoh masyarakat atau pemerhati pendidikan selaku representasi dari

masyarakat dalam melihat fenomena pendidikan di Indonesia.

9.6 Teknik Pemilihan Informan

Tehnik pemilihan informan yang pertama akan dilakukan dengan

menggunakan purposive sampling. Tehnik purposive sampling merupakan tehnik

pemilihan informan dengan pertimbangan tertentu. Gootz dan Le

Comtememberikan pengertian bahwa purposive sampling merupakan tehnik yang

memberikan data secara maksimal.14 Dalam hal ini, sampling akan dilakukan

kepada ketua Komite Nasional Pendidikan, pengurus harian Komite Nasional

Pendidikan, Humas Kemendikbud, anggota komisi 3 DPR RI, dan tokoh

masyarakat pemerhati pendidikan Indonesia

Tehnik pemilihan informan dalam penelitian ini juga akan dilakukan dengan

menggunakan teknik snowball sampling. Teknik snowball sampling akan

dilakukan dengan mengambil sample secara berantai yang pada akhirnya menjadi

mata rantai sampai kepada informasi yang dirasa cukup.

9.7 Jenis dan Sumber Data

Jenis data dalam penelitian ini terdiri atas data primer dan data sekunder.

Data primer diperoleh dari sumber utama melalui prosedur dan tehnik

pengambilan data yang berupa wawancara langsung dengan para informan,

(20)

melalui observasi, maupun penggunaan instrumen khusus yang dirancang sesuai

dengan tujuannya. Sedangkan data sekunder diperoleh dari sumber tidak langsung

yang biasanya berupa data dokumentasi atau arsip resmi yang berkaitan dengan

penelitian ini.15

Sumber data utama dalam penelitian ini atau penelitian kealitatif adalah

kata-kata, tindakan informan, dokumen dan foto. Menurut lofland, sumber data

dalam penelitian kualitatif adalah :

1) Kata-kata dan tindakan orang yang diamati atau diwawancarai

2) Sumber berupa buku, arsip, majalah ilmiah, dokumen pribadi, dan

dokumen resmi.

3) Foto yang dihasilkan oleh orang dan dihasilkan oleh peneliti.

9.8 Teknik Pengumpulan Data

Tehnik pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan di Komite

Nasional Pendidikan sebagai representasi dari kelompok kepentingan di Indonesia

beserta beberapa masyarakat yang terkait di dalamnya sebagai objek penelitian.

Dengan melakukan observasi sebagai pengumpulan data. Pengumpulan

data dilakukan dengan 2 cara yaitu data primer dan data sekunder. Data primer

mencakup wawancara mendalam dan observasi melalui pengamatan langsung,

data sekunder dihasilkan melalui dokumentasi dan sumber-sumber pustaka.berikut

merupakan deskripsi tentang wawancara mendalam, pengamatan, dan studi

dokumentasi.

(21)

1) Wawancara mendalam yaitu pertemuan dua orang atau lebih untuk bertukar

informasi dan ide melalui tanya jawab sehingga dapat dikonstruksikan makna

salam suatu topik tertentu.16 Dalam konteks penelitian ini, wawancara

mendalam ditujukan kepada informan kunci yaitu pengurus komite nasional

pendidikan, pemerintah daerah setempat, pemerintah provinsi, dan masyarakat

sebagai seseorang yang dianggap mengerti terkait dengan fenomena yang

terjadi pada tahun 2011.

2) Pengamatan (observasi) diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan secara

sistematik terhadap gejala yang tampak pada obyek penelitian (Mamam:

1999)17

3) Studi dokumentasi adalah mengumpulkan data melalui peninggalan tertulis,

seperti arsip-arsip dan termasuk juga buku-buku tentang pendapat, teori, dalil

atau hukum-hukum dan lain-lain yang berhubungan dengan masalah penelitian.

9.9 Teknik Analisis Data

Penelitian ini ingin memperlihatkan bagaimana Komite Nasional

Pedidikan sebagai gerakan sosial politik di dalam perlawanan terhadap kebijakan

RUU Pendidikan Tinggi Tahun 2011. Analisis data akan dilakukan dengan

menggunakan paradigma non positivism melalui pendekatan fenomenologi.

Untuk melihat lebih dekat terkait dengan fenomena yang terjadi pada perjuangan

1616. Esterberg, (2002), dalam Sugiono, “memahami Penelitian Kualitatif”, (Bandung:

Alfabeta, 2008), 72.

1717. Maman Rachman,”Strategi dan Langkah-langkah Penelitian”, (Semarang: IIKIP

(22)

Komite Nasional Pendidikan dalam gerakan perlawanan terhadap RUU

Pendidikan Tinggi.

Analisis data dalam penelitian ini menggunakan model analisis interaktif.

Model analisis interaktif dimulai dari wawancara observasi, mengedit,

mengklasifikasi, mereduksi, dan selanjutnyaaktifitas penyajian data serta

menyimpulkan data.

Miles dan Huberman (1992) mengemukakan ada tiga jalur analisis data

kualitatif yaitu reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan. Berikut ini

merupakan penjelasan mengenai reduksi data, penyajian data, dan verifikasi data.

1) Reduksi data adalah proses pemilihan, pemusatan perhatian, penyederhanaan

pengabstrakan, dan transformasi data kasar yang muncul dari catatan yang

tertulis di lapangan. Dalam reduksi data-data hasil penelitian dipilah dan

difokuskan terhadap hal-hal yang dianggap penting dan berhubungan dengan

bahasa penelitian. Reduksi data dalam penelitian ini diambil dari hasil

wawancara mendalam terhadap informan terkait perjuangan Komite Nasional

Pendidikan dalam gerakan perlawanan terhadap RUU Pendidikan Tinggi

Tahun 2011. Reduksi data juga diambil dari kumpulan data-data sekunder yang

mendukung dari tema bahasan. Reduksi data dilakukan secara terus menerus

selama proses penelitian ini berlangsung sehingga, data yang telah direduksi

merupakan data yang telah disederhanakan untuk memudahkan penyajian data

penarikan kesimpulan awal.

2) Penyajian data dilakukan untuk mempermudah peneliti di dalam melihat

(23)

perlawanan terhadap RUU Pendidikan Tinggi tahun 2011. Penyajian data

dilakukan dengan memilah kembali data-data hasil penelitian termasuk data

penarikan kesimpulan awal pada reduksi dengan mengelompokan atau

mengkategorisasi terhadap bahasan-bahasan yang sesuai dengan tema

penelitian.

3) Penarikan kesimpulan (verifikasi) sama halnya dengan tahapan reduksi data

dan penyajian data, penarikan kesimpulan juga dilakukan secara terus menerus

selama proses penelitian berlangsung. Penarikan kesimpulan pada penelitian

Perjuangan Komite Nasional Pendidikan dalam Gerakan Perlawanan Terhadap

Rancangan Undang-Undang Pendidikan Tinggi Tahun 2011, dilakukan dengan

mencoba menganalisis dan mencari makna dari data yang dikumpulkan. Pada

penarikan kesimpulan dilakukan dengan menari pola-pola atau hubungan

terhadap teama bahasan yang nantinya ditarik menajadi kesimpulan yang

bersifat tentative atau belum pasti.

Ketiga tahapan tersebut merupakan sebuah alur di dalam proses analisis

data. Ketiga komponen tersebut terus berinteraksi hingga dihasilkan kesimpulan.

Penarikan kesimpulan melalui tahap reduksi kemudian penyajian melalui

kategorisasi data yang kemudian dilakukan secara terus menerus melalui tahapan

verifikasi pada akhirnya akan menghasilkan kesimpulan yang grounded. Dengan

kata lain bahwa setiap penarikan kesimpulan pada proses penelitian tentunya

melibatkan peneliti melalui interpretasi peneliti. Ketiga tahapan dalam analisis

(24)

terkait dengan perjuangan Komite Nasional Pendidikan dalam gerakan

perlawanan terhadap rancangan undang-undang pendidikan tinggi tahun 2011.

9.10 keabsahan data

Di dalam penelitian kualitatif, dikenal istilah validitas data atau keabsahan

data, yaitu standarisasi derajat kepercayaan atau kebenaran terhadap hasil

penelitian. Penelitian ini menggunakan dengan metode triangulasi. Triangulasi

adalah tehnik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu lain di

luar data itu untuk keperluan atau sebagai perbandingan-perbandingan terhadap

hal itu.18 Metode triangulasi digunakan untuk mengecek keabsahan data hasil

penelitian. Triangulasi pada hakekatnya adalah metode pendekatan yang

dilakukan peneliti pada saat mengumpulkan dan menganalisis data. Pada

penelitian ini, metode triangulasi dilakukan dengan membandingkan hasil

penelitian atau dengan data penilaian yang didapatkan oleh penelitidengan

mengulang kembali wawancara dan observasi pad obyek penelitian Komite

Nasional Pendidikan dan tokoh yang terkait Rancangan Undang-Undang,

pemerintah daerah atau masyarakat yang terkait didalamnya melalui orang lain

(orang kedua) agar didapatkan data yang valid dengan perbandingan data peneliti

awal dengan peneliti kedua.

Triangulasi data dalam penelitian ini juga dilakukan melalui perbandingan

hasil wawancara dengan observasi terhadap dokumen-dokumen atau data

sekunder terkait dengan fenomena yang terjadi pada masyarakat Indonesia

khususnya Jakarta sebagai tempat berlangsungnya gerakan. Selain itu juga

(25)

kelompok kepentingan dalam perlawanan kebijakan pemerintah berupa RUU

pendidikan tinggi tahun 2011. Data berupa dokumen dan hasil data sekunder

lainnya dapat menambah keleluasaan peneliti di dalam menelaah permasalahan

serta lebih komprehensif integralistik.

Selain menggunakan peneliti kedua dan perbandingan hasil data primer

dan sekunder, triangulasi data dalam penelitian ini juga dilakukan dengan

menggunakan triangulasi teori. Triangulasi teori dilakukan dengan

membandingkan hasil rumusan informasi terhadap perspektif teori yang relevan

dengan konsep gerakan sosial politik untuk menghindari bias individual peneliti

atas temuan atau kesimpulan yang dihasilkan dari hasil penelitian. Perbandingan

dengan menggunakan teori yang relevan dapat mendukung terciptanya data yang

valid.

DAFTAR PUSTAKA

(26)

B. Miles, Matthew dan a. Michael Huberman. “analisis data Kualitatif: Buku Sumber Tentang Metode-Metode Baru”. Jakarta: UI Press, 1992.

“Badan Hukum Pendidikan,” wikipedia.com, Diakses Tanggal 4 Januari, 2013, http://id.wikipedia.org/wiki/Badan_hukum_pendidikan

“Badan Hukum Pendidikan,” wikipedia.com, Diakses Tanggal 4 Januari, 2013, http://id.wikipedia.org/wiki/Badan_hukum_pendidikan

Beni Suryono, “statistik pendidikan tinggi,”datastatistikindonesia.com, Diakses Tanggal 4 Januari, 2013,

http://www.datastatistik-indonesia.com/portal/index.php?

option=com_content&task=view&id=721&Itemid=721&limit=1&limitst art=2

Bodgan dan Taylor (1990). Dalam Lexy Moleong”. Metode Penelitian Kualitatif”. Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2002.

Budiardjo, Miriam.”Dasar-Dasar Ilmu Politik”. Jakarta: Rajawali Pers, 2003.

Bungin, Burhan, “Analisa Data Penelitian Kualitatif”, Jakarta: Rajawali Press, 2003.

Draft Rancangan Undang-Undang Pendidikan Tinggi Tahun 2011 tentang Penyelenggaraan Pendidikan Perguruan Tinggi.

Draft Undang-Undang Badan Hukum Pendidikan Tahun 2009 tentang Dasar Hukum Pendidikan.

Dunn, William. “Pengantar Kebijakan Publik dan Desentralisasi”. Diedit oleh Mahmud Lamsuri. Yogyakarta: Laksbang, 2006.

Esteberg. (2002) Dalam Sugiono. “Memahami Penelitian Kualitatif”, Bandung: Alfabeta, 2008.

“Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi ke Dua”. Jakarta: Depdikbud dan Balai Pustaka, 1991.

“Kebijakan Publik: Teori dan Proses”, Jakarta: PT Buku Kita.

(27)

Moleong, Lexy J, “Metodologi Penelitian Kualitatif”. Semarang: IIKIP Semarang Press, 1999.

Mas’oed, Mohtar, dan Colin Mc Andrews. “Perbandingan Sistem Politik”. Yogyakarta: Gajahmada University Press, 1993.

Muhamad Iqbal, “Kemendikbud: RUU Perguruan Tinggi Segera Disahkan,” detiknews.com, Diakses Tanggal 4 Januari, 2013, http://news.detik.com/read/2012/05/08/175225/1912379/10/kemendikbu d-ruu-perguruan-tinggi-segera-disahkan

Rachman, Maman. “Strategi dan Langkah-Langkah Penelitian”. Semarang: IIKIP Semarang Press, 1999.

Scott, James C. “Senjatanya Orang-Orang yang Kalah”. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2000.

Singarimbun, Masri dan Sofyan Efendi.”Understanding Practice and Analysis”. New York: Random house, 1976.

Gambar

TABEL I. Data Statistik Peserta didik dan Jenjang Pendidikan Tahun 2009/2010
TABEL III. Matriks Fokus Kajian Penelitian

Referensi

Dokumen terkait