PROPOSAL PENELITIAN
“Pengaruh Ekstrak Daun Pepaya (
Carica papaya
) Terhadap
Dismenore Mahasiswa Prodi Pendidikan Biologi FKIP Unpas
Setelah Pemberian Rutin Selama 3 Bulan”
Dosen Mata Kuliah: Ida Yayu Nurul Hizqiyah.,S.pd.,M.Si.Ketua Kelompok 6
Dede Najmudin NPM 135040122
Dosen Pembimbing
Ida Yayu Nurul Hizqiyah, S.Pd.,M.Si. NIP
Ketua Program Studi
Dr. H. Uus Toharudin, M.Pd. NIPY 196210171988031
Kata Pengantar
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan segala rahmat dan hidayahnya, kami dapat menyelesaikan proposal penelitian ini dengan baik. Proposal penelitian ini mengulas tentang Pengaruh Ekstrak Daun Pepaya (Carica papaya) Terhadap Dismenore Mahasiswa Prodi Pendidikan Biologi FKIP Unpas Setelah Pemberian Rutin Selama 3 Bulan . Tidak lupa kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu Ida Yayu Nurul Hizqiyah, S.Pd.,M.Si. Selaku Dosen Mata Kuliah Fisiologi Tumbuhan atas bimbingan beliau kepada kami.
Mudah-mudahan karya tulis ini dapat bermanfaat serta dapat memberi pengetahuan bagi pembaca. Kami menyadari bahwa proposal penelitian ini jauh dari kesempurnaan. Pada kesempatan ini kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberi bantuan dalam melengkapi teori untuk menyelesaikan penulisan proposal penelitian ini.
Penulis
Daftar Isi
Lembar Persetujuan……… 2
Kata Pengantar………..…….. 3
DAFTAR ISI………...…… 4
BAB I PENDAHULUAN……… 5
1.1 Judul Penelitian………..………… 5
1.2 Latar Belakang………..………. 5
1.3 Rumusan Masalah……….. 6
1.4 Tujuan Penelitian………... 6
1.5 Manfaat Penelitian………. 6
1.6 Batasan Masalah...………... 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA………. 8
2.1 Kajian Pustaka……… 8
BAB III METODOLOGI PENELITIAN………. 17
3.1Variabel ……….……… 17
3.2 Waktu dan Tempat Penelitian... 17
3.3 Alat dan Bahan ……….. 17
3.4 Hipotesis……… 18
3.5 Cara Kerja……….……… 18
3.6 Jadwal Penelitian……….. 19
3.7 Biaya Penelitian……… 19
BAB IV PENUTUP………..……… 20
DAFTAR PUSTAKA………...………..……….. 21
PENDAHULUAN 1.1 Judul Penelitian
“Pengaruh Ekstrak Daun Pepaya (Carica papaya) Terhadap Dismenore Mahasiswa Program Studi Pendidikan Biologi FKIP Unpas Setelah Pemberian Rutin Selama 3 Bulan”
1.2Latar Belakang
Indonesia kaya akan ragam budaya. Dari ujung paling timur Indonesia, Sabang sampai ujung paling barat Indonesia, Merauke, terhampar keindahan alam, keanekaragaman hayati dan kekayaan budaya. Kekayaan ini meliputi adat istiadat, budaya, bahasa, busana, cita rasa kuliner dan juga pengobatan tradisional.
Sejak dahulu kala masyarakat Indonesia telah mengenal pengobatan tradisional. Pengobatan ini mengoptimalkan sumber daya alam, terutama tumbuh-tumbuhan di sekitar lingkungan masyarakat. Dari bahan-bahan yang mudah di cari tersebut dapat diperoleh berbagai obat untuk mengobati masyarakat.
Pepaya (Carica papaya) adalah tumbuhan yang sering dijumpai masyarakat Indonesia. Tanaman ini sudah dikenal sejak dahulu dan sangat dekat dengan kehidupan masyarakat. Semua bagian dari tanaman ini dapat dimanfaatkan. Salah satu bagian dari tumbuhan ini yang sering dimanfaatkan adalah daunnya.
Daun pepaya banyak digunakan dalam pengobatan tradisional. Salah satunya sebagai obat sakit menstruasi (dismenore) saat wanita mengalami menstruasi. Daun pepaya dipercaya dapat meredakan gejala dismenore.
Dalam penelitian ini kami mencoba untuk meneliti pengaruh apa yang ditimbulkan setelah pemberian ekstrak daun pepaya secara rutin selama 3 bulan terhadap sakit menstruasi (dismenore).
2. Apakah ekstrak daun pepaya dapat meringankan sakit menstruasi (dismenore) setelah pemberian secara rutin selama 3 bulan pada Mahasiswa angkatan 2013 Program Studi Pendidikan Biologi FKIP Unpas?
3. Apakah pemberian secara rutin ekstrak daun pepaya saat menstruasi selama 3 bulan dapat menghilangkan sakit menstruasi (dismenore) setelah pemberian secara rutin selama 3 bulan pada Mahasiswa angkatan 2013 Program Studi Pendidikan Biologi FKIP Unpas? 4. Apakah terdapat efek samping dari pemberian secara rutin ekstrak
daun pepaya saat menstruasi selama 3 bulan pada Mahasiswa angkatan 2013 Program Studi Pendidikan Biologi FKIP Unpas?
1.4Tujuan Penelitian
2. Untuk mengetahui apakah ekstrak daun pepaya dapat meringankan sakit menstruasi (dismenore) setelah pemberian secara rutin selama 3 bulan
3. Untuk mengetahui apakah ekstrak daun pepaya dapat menghilangkan sakit menstruasi (dismenore) setelah pemberian secara rutin selama 3 bulan
4. Untuk mengetahui apakah terdapat efek samping dari pemberian secara rutin ekstrak daun pepaya saat menstruasi selama 3 bulan
1.5Manfaat Penelitian
2. Pembaca dapat menggunakan ekstrak daun Pepaya sebagai alternatif pengobatan untuk mengurangi gejala sakit menstruasi 3. Pembaca dapat menggunakan estrak daun pepaya selama 3 bulan
secara rutin untuk menghilangkan sakit menstruasi
1.6 Batasan Masalah
Penelitian ini dilakukan sejak bulan September 2015 hingga Desember 2015. Penelitian hanya dilakukan terhadap Mahasiswa Angkatan 2013 Pendidikan Biologi FKIP Unpas dengan kisaran usia 19-21 tahun.
BAB II
2.1 DAUN TANAMAN PEPAYA (Carica papaya L.)
Daun pepaya merupakan daun tunggal, berukuran besar, dan bercangap, juga mempunyai bagian-bagian daun lengkap (falicum completum) berupa pelepah atau upih daun (vagina), tangkai daun (petiolus), dan helaian daun (lamina). Dilihat dari susunan tulang daunnya, daun pepaya termasuk daun- daun yang bertulang menjari (palmineruis). Daun pepaya mempunyai bangun bulat
(orbicularis), ujung daun yang meruncing, tangkai daun yang panjang dan
berongga.
2.1.3 NAMA-NAMA DAERAH
- Pepaya (ind), gedang (Sunda), gandul (Jawa).
2.1.4 HABITAT
Pepaya merupakan tanaman buah berupa herba dari family caricaceae yang berasal dari Amerika Tengah dan Hindia Barat bahkan kawasan sekitar meksiko dan Coasta Rica. Tanaman pepaya bnayak ditanam orang, baik di daerah tropis maupun sub tropis, di daerah- daerah basah maupun daerah kering, atau di daerah dataran dan pegunungan ( sampai 100 mdpl).
Berdasarkan penelitian para ahli, daun pepaya diketauhi mengandung 35 mg/100 mg tocophenol. Sementara itu, daun papaya muda juga diketahui mengandung zat bernama alkaloid juga enzim papain. Enzim ini identik dengan getah berwarna putih kental. Fungsi dari enzim ini sendiri adalah untuk memecah protein sebab bersifat proteolitik. Sedangkan pada daun papaya yang sudah tua, senyawa yang dominan adalah fenolik. Secara umum, daun papaya mengandung 3 varian enzim yakni papain sebanyak 10%, khimoprotein sebanyak 45%, dan juga lisozim sebanyak 20% per 100%. Enzim khimoprotein sendiri berfungsi sebagai katalisator dalam reaksi hidrolisis antara protein dengan polipeptida. Sementar itu enzim lisozim berperan sebagai anti-bakteri dan bekerja dengan cara memcah dinding sel bakteri.
Rasa pahit pada daun pepaya disebabkan oleh kandungan senyawa alkaloid karpain (C14H25NO2). Zat ini sangat ampuh untuk menurunkan demam,nyeri saat
menstruasi, mereduksi tekanan darah, dan membunuh mikroba seperti amuba. Sementara itu, kandungan enzim papain pada daun papaya khususnya yang masih muda dapat melembutkan daging dan ampun digunakan sebagai pemulih jaringan kulit yang luka.
2.1.6 EKSTRAKSI DAUN PEPAYA
Daun pepaya yang telah diambil dikeringkan dalam oven dengan suhu 370C selama ± 5 hari. Daun pepaya yang telah kering kemudian dihaluskan dengan blender sampai didapatkan tepung daun pepaya. Tepung daun pepaya ditimbang 500 gram , kemudian di rendam dengan air sekitar 1000 ml dalam panci dan tambahkan 10 gram asam jawa dan 10 gram garam lalu rebus air daun pepaya , dan didihkan tanpa di tutup sampai air rebusan berkurang setengahnya. Saring cairan, kemudian minum dalam keadaan dingin sebanyak 20 ml setiap kali minum . Ekstrak daun pepaya ini dapat disimpan dan didinginkan dalam lemari es selama 3-4 hari.
Panjang siklus menstruasi rata-rata 28 + 3 hari dan durasi rata-rata hari menstruasi 5 + 2 hari dengan total kehilangan darah kurang lebih 130 ml (Berkow,1987). Siklus menstruasi dapat dibagi menjadi 2 fase yaitu fase folikular dan fase luteal, yang merupakan interaksi kompleks antara hipotalamus, hipofise, dan ovarium. Siklus ini membutuhkan kerjasama yang serasi antara kelenjar-kelenjar tersebut, yang melibatkan hormon-hormon seperti gonadotropin releasing hormone (GnRH), follicle stimulating hormone
(FSH), luteinizing hormone (LH), estrogen, dan progesterone (Cunningham dkk, 2001). Hubungan antar hormon ini saling tergantung satu sama lainnya, di mana hormon estrogen dan progesteron akan memberikan umpan balik negatif dan positif terhadap sekresi LH dan FSH. Sekresi LH dan FSH yang berasal dari kelenjar hipofise sangat tergantung dari sekresi GnRH dari hipotalamus yang dicetuskan oleh efek umpan balik dari estrogen dan progesteron. Hormon-hormon ini dilepaskan seperti lonjakan singkat dalam waktu 1-3 jam, sehingga kadar konstan tidak dapat terdeteksi di dalam sirkulasi. Frekuensi dan lonjakan tersebut dicetuskan oleh variasi hormon estrogen dan progesteron selama siklus menstruasi. Ada tiga tahapan yang terjadi pada endometrium, yaitu:
1. Fase proliferatif atau fase estrogen, kira-kira 5 hari setelah menstruasi, dan berlangsung selama 11 hari. Estrogen disekresikan oleh ovarium untuk merangsang pertumbuhan endometrium yang berefek pada sel-sel stroma dan epitelial endometrium tumbuh dengan cepat, kelenjar-kelenjar pada lapisan endometrium tumbuh dan memanjang, dan arteri-arteri juga bertambah untuk memberikan nutrisi pada dinding endometrium yang menebal. Peningkatan estrogen akan mencetuskan lonjakan LH pada pertengahan siklus yang kemudian akan merangsang terjadinya ovulasi. Saat ovulasi terjadi, ketebalan endometrium mencapai 3-4 mm. Pada saat ini, kelenjar-kelenjar endometrium akan mensekresikan mukus yang tipis dan berserabut, yang akan melindungi dan menggiring sperma masuk ke dalam uterus.
sejumlah besar progesteron dan sedikit estrogen. Estrogen menyebabkan proliferasi sel di endometrium, sedangkan progesterone menyebabkan penebalan pada endometrium dan mengubahnya menjadi jaringan yang aktif mensekresi lendir. Progesteron juga menghambat kontraksi otot polos uterus dan dalam jumlah besar dapat melawan rangsangan dari estrogen dan prostaglandin. Tebal endometrium mencapai kira-kira 5-6 mm seminggu setelah ovulasi. Tujuannya untuk menyiapkan dinding rahim untuk implantasi ovum jika terjadi fertilisasi.
3. Fase menstruasi, yaitu fase peluruhan endometrium yang disebabkan oleh kadar hormon estrogen dan progesteron yang menurun tiba-tiba, sehingga membuat korpus luteum menjadi regresi. Luruhnya lapisan endometrium, karena tidak didukung oleh kadar estrogen dan progesterone yang tiba-tiba mengalami penurunan. Keadaan inilah yang menyebabkan konstriksi pembuluh darah uterus yang menyebabkan menurunnya asupan oksigen dan makanan ke miometrium. Setelah mengalami konstriksi pembuluh darah, arteriol-arteriol endometrium akan melebar yang menyebabkan perdarahan melalui dinding kapiler. Aliran darah menstruasi tersebut terdiri dari darah yang tercampur dengan lapisan fungsional dari endometrium.
2.2.2 Patofisiologi Nyeri Menstruasi Primer
nyeri menstruasi. Disebabkan oleh adanya kelainan alat-alat kandungan, misalnya :
endometriosis, peradangan di daerah panggul, tumor kandungan, dan sebagainya.
Etiologi nyeri menstruasi primer belum jelas tetapi umumnya berhubungan dengan siklus ovulatorik. Beberapa faktor yang berperan dalam timbulnya nyeri menstruasi primer yaitu:
1. Prostaglandin
Penyelidikan dalam tahun-tahun terakhir menunjukkan bahwa peningkatan kadar prostaglandin penting peranannya sebagai penyebab terjadinya nyeri menstruasi. Terjadinya spasme miometrium dipacu oleh zat dalam darah menstruasi, mirip lemak alamiah yang kemudian diketahui sebagai prostaglandin, kadar zat ini meningkat pada keadaan nyeri menstruasi dan ditemukan di dalam otot uterus (Dawood, 2006).
Ditemukan kadar PGE2 dan PGF2α sangat tinggi dalam endometrium, miometrium dan darah menstruasi wanita yang menderita nyeri menstruasi primer (Pickles dkk, 1975).
Prostaglandin menyebabkan peningkatan aktivitas uterus dan serabut. Serabut saraf terminal rangsang nyeri. Kombinasi antara peningkatan kadar Myometrium contraction, Altered blood flow Uterine ischemia.
2. Hormon steroid seks
Nyeri menstruasi primer hanya terjadi pada siklus ovulatorik. Nyeri menstruasi hanya timbul bila uterus berada di bawah pengaruh progesteron. Sedangkan sintesis prostaglandin berhubungan dengan fungsi ovarium. Kadar progesteron yang rendah akan menyebabkan terbentuknya prostaglandin dalam jumlah yang banyak. Kadar progesteron yang rendah akibat regresi korpus luteum menyebabkan terganggunya stabilitas membran lisosom dan juga meningkatkan pelepasan enzim fosfolipase-A2 yang berperan sebagai katalisator dalam sintesis prostaglandin melalui perubahan fosfolipid menjadi asam arakhidonat. Kadar estradiol wanita yang menderita dismenore lebih tinggi dibandingkan wanitanormal (Ahrendt dkk, 2007). Peningkatan kadar estradiol dalam darah vena uterina dan vena ovarika disertai juga dengan peningkatan kadar PGF2a yang tinggi dalam endometrium (Harel, 2006)
3. Sistem saraf
Uterus dipersarafi oleh sistem saraf otonom (SSO) yang terdiri dari sistim saraf simpatis dan parasimpatis. Nyeri menstruasi ditimbulkan oleh ketidakseimbangan pengendalian SSO terhadap miometrium. Pada keadaan ini terjadi perangsangan yang berlebihan oleh saraf simpatik sehingga serabut-serabut sirkuler pada ismus dan ostium uteri internum menjadi hipertonik (Akhtar, 2001).
4. Psikis
(perkawinan dan melahirkan) membawa perubahan fisiologik pada genitalia maupun perubahan psikik (Latthe dkk, 2006).
2.2.3 Peranan Prostaglandin Pada Nyeri Menstruasi Primer
Prostaglandin adalah komponen mirip hormon yang berfungsi sebagai mediator dari berbagai respon fisiologis seperti inflamasi, kontraksi otot, dilatasi pembuluh darah, dan agregasi platelet. Prostaglandin terbentuk dari asam lemak tak jenuh yang disintesis oleh seluruh sel yang ada dalam tubuh (Fortier dkk,2008). Setelah ovulasi terjadi penumpukan asam lemak pada bagian fosfolipid dalam sel membran. Tingginya asupan asam lemak omega 6 pada diet menyebabkan meningkatnya kadar asam lemak omega 6 pada bagian fosfolipid dinding sel (Simopolous, 1991). Pada saat kadar progesteron menurun sebelum menstruasi, asam lemak omega 6 tersebut yaitu asam arakhidonat dilepaskan dan mengalami reaksi berantai menjadi prostaglandin dan leukotrin, yang diawali di uterus. Prostaglandin dan leukotrin menyebabkan respon inflamasi, yang akan menimbulkan spasme otot uterus dan keluhan sistemik seperti mual, muntah, perut kembung dan sakit kepala. PGF2α merupakan hasil metabolisme dari asam arakhidonat oleh enzim siklooksigenase, menyebabkan vasokontriksi dan kontraksi dari miometrium, yang menyebabkan iskemik dan rasa nyeri (Fortier dkk, 2008).
Sebuah studi menunjukkan berbagai variasi kadar prostaglandin pada saluran reproduksi wanita mempengaruhi regresi korpus luteum dan peluruhan endometrium. Prostaglandin juga mempengaruhi efek LH saat ovulasi (Cunningham dkk, 2001).
vasokontriksi dan vasodilatasi (Clark and Myatt, 2008). Pemberian PGF2α merangsang kontraksi uterus selama seluruh fase siklus menstruasi, sedangkan PGE2 menghambat kontraktilitas miometrium selama menstruasi dan merangsangnya saat fase proliferatif dan fase luteal.
Dawood dan Dawood (2007) melakukan penelitian mengukur kadar PGF2α pada darah menstruasi yang terdapat dalam tampon, mendapatkan bahwa kadar PGF2α dua kali lebih tinggi pada wanita yang mengalami nyeri menstruasi dibandingkan dengan yang tidak mengalami nyeri menstruasi. Lundstrom and Green(1978) melakukan penelitian pada sediaan endometrium wanita dengan nyeri menstruasi yang tidak menjalani pengobatan, diperoleh kadar PGF2α empat kali lebih tinggi dibandingkan dengan wanita tanpa nyeri menstruasi saat hari pertama menstruasi.
Begitu pula pada penelitian lain yang memberikan NSAIDs seperti ibuprofen pada saat menstruasi membuat kadar prostaglandin dalam darah menstruasi wanita dengan nyeri menstruasi menjadi menurun hampir sama dengan kadar prostaglandin pada wanita tanpa nyeri menstruasi (Daniels dkk, 2002). Wanita dengan nyeri menstruasi menunjukkan peningkatan konsentrasi PGF2α dan metabolitnya dalam darah menstruasi dan sirkulasi perifer (Milne, dkk, 2003).
Hal ini semakin memperkuat hipotesis bahwa nyeri menstruasi berhubungan dengan hipertonisitas dari miometrium yang disertai dengan iskemia uteri yang disebabkan pelepasan lokal prostaglandin. Lepasnya prostaglandin dari uterus ke sirkulasi sistemik mengakibatkan efek sistemik seperti gangguan gastrointestinal, lesu, pusing dan sakit kepala.
Teori tersebut didukung oleh beberapa penemuan yaitu:
2. Tingginya kadar prostaglandin dan rasio PGF2α/PGE2 yang ditemukan dalam endometrium dan darah menstruasi wanita dengan nyeri menstruasi (Dawood, 2006)
3. Pemberian prostaglandin menimbulkan keluhan yang sama dengan nyeri menstruasi (Daniels, 2002)
4. Pemberian penghambat prostaglandin dapat mengurangi keluhan nyeri menstruasi (Daniels, 2002).
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Waktu: September 2015 sampai dengan Desember 2015
Tempat: Laboratorium Biologi FKIP Unpas
3.2. Populasi dan Sampel
3.2.1. Populasi: Mahasiswa Angkatan 2013 Prodi Biologi FKIP Unpas. Catatan: Mahasiswa putri sebanyak 110 orang
3.2.2. Sampel: 10 orang berusia 19 tahun, 10 orang berusia 20 tahun dan 10 orang berusia 21 tahun.
3.3. Variabel
3.3.1. Variabel Bebas: Usia sampel
Usia sampel berkisar 19-21 tahun. Dengan rincian; 10 orang 19 tahun, 10 orang 20 tahun dan 10 orang 21 tahun.
3.3.2. Variabel Kontrol: Dosis ekstrak daun pepaya, waktu pemberian ekstrak daun pepaya
3.3.3. Variabel Terikat: Gejala sakit mesntruasi
2. Asam jawa 3. Garam 4. Air
3.5. Hipotesis
Ekstrak daun pepaya dapat menghilangkan sakit haid dan gejala sakit menstruasi setelah pemberian rutin selama 3 bulan.
3.6. Langkah Kerja
1. Keringkan daun pepaya di dalam oven dengan suhu 370C selama ± 5 hari.
2. Daun pepaya yang telah kering di haluskan dengan blender sampai menjadi ttepung daun pepaya.
3. Tepung daun pepaya ditimbang sebanyak 500gram
4. Rendam dengan air sekitar 1000ml dalam panci dan tambahkan 10 gram asam jawa dan 10 gram garam
5. Rebus sampai air rebusan tinggal setengahnya. 6. Saring cairan
7. Dosis untuk 1 orang sebanyak 20ml, sisanya dapat disimpan di dalam lemari es, bisa bertahan hingga 3 hari.
3.7. Jadwal Penelitian
Waktu Kegiatan
pengambilan sampel September 2015 Minggu ke-2 sampai
Desember 2015 Minggu ke-2
Penelitan dan pengambilan data
Desember 2015 Minggu ke-3 Pengolahan data Desember 2015 Minggu ke-4 Penyusunan laporan
penelitian
3.8. Biaya Penelitian
Biaya sepenuhnya ditanggung sepenuhnya oleh pihak peneliti.
BAB IV PENUTUP
Demikianlah proposal penelitian “Pengaruh Ekstrak Daun Pepaya (Carica
Unpas Setelah Pemberian Rutin Selama 3 Bulan” ini kami buat untuk di pertimbangkan sebagai mana mestinya. Kami mohon maaf apabila dalam proposal ini masih memiliki banyak kekurangan.
BAB V
Akhtar, Begum K. 2011. Review Article: Dysmenorrhea And Pelvic Pain: A Common
Adolescent Reproductive Heatlth Problem. The ORION Vol.10, September
Antao, V., Black, A., Burnett, M., Feldman, K., R. Robert, M. 2005. Primary dysmenorrheal on Hispanic Female Adolescent, Arch PediatrAdolese Med;154;1226-1229
Cunningham, Gary., Gant, Norman., Leveno, Kenneth. 2001. Obsterics: International Edition. Mc-Graw-Hill
Dawood, M. 2006. Primary Dysmenorhhea in Pathogenesis and Management.
Journal Obstetric and Gynaecology. Vol. 108, No.2, August, Published by
Lippincott Williams & Walkins. ISSN: 0029-7844/06
Eby, George. 2006. Zink Treartment Prevents Dysmenorrhea. Medical Hypotheses
(2007);69;297;3D1. Elsevier.