• Tidak ada hasil yang ditemukan

06.POTENSI ENDAPAN BATUBARA DAERAH JANGKANG DAN SEKITARNYA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "06.POTENSI ENDAPAN BATUBARA DAERAH JANGKANG DAN SEKITARNYA"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

POTENSI ENDAPAN BATUBARA DAERAH JANGKANG DAN SEKITARNYA KABUPATEN KAPUAS, PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

Deddy Amarullah

Kelompok Program Penelitian Energi Fosil

S A R I

Dalam rangka pembaharuan dan melengkapi data pada Bank data Pusat Sumber Daya Geologi, Badan Geologi, pada tahun anggaran 2010 telah melakukan penyelidikan endapan batubara di daerah Jangkang dan sekitarnya Kabupaten Kapuas

Secara geologi daerah Jangkang utara termasuk kedalam pinggiran Cekungan Barito bagian Utara yang terbentuk pada Awal Tersier yang berbatasan dengan Cekungan Hulu Mahakam dan Cekungan Kutai. Formasi pembawa batubara di daerah Jangkang adalah Formasi Tanjung yang berumur Eosen Akhir dan Formasi Montalat yang berumur Oligosen Akhir. Endapan batubara dikelompokan menjadi 5 (lima) blok, yaitu Blok Jangkang, Blok Tumbangnusa, Blok Tambaan, Blok Blok Kuatan, Blok Ringin dan Blok Mohon.

Batubara di Blok Jangkang terdapat dalam Formasi tanjung dan Montalat terdiri dari 3 seam, tebalnya berkisar antara 1,60 m – 4,30 m. Di Blok Tumbangnusa terdiri dari 7 seam, tebalnya berkisar antara 0,50 m – 3,00 m. Di Blok Tambaan terdiri dari 4 seam, tebalnya berkisar antara 0,50 m – 4,80 m. Di Blok Kuatan terdiri dari 3 (tiga) seam, tebalnya berkisar antara 0,65 m – 2,50 m. Di Blok Ringin terdiri dari 2 seam, tebalnya 0,50 m dan di Blok Mohon terdiri dari satu seam tapi tebalnya belum diketahui. Nilai kalori pada kelima blok tersebut berkisar antara 5714 – 7091 cal/gr (adb), sedangkan nilai reflektan vitrinitnya berkisar antara 0.36 – 0.59 %. Total sumberdaya batubara dari lima blok sekitar 29 juta ton (hipotetik).

PENDAHULUAN

Dalam rangka menunjang kebijakan pemerintah dan untuk meningkatkan kegiatan pendataan mengenai potensi sumberdaya energi, Pusat Sumberdaya Geologi Badan Geologi, pada tahun anggaran 2010 telah melakukan penyelidikan endapan batubara di daerah Jangkang dan sekitarnya, Kabupaten Kapuas, Provinsi Kalimantan Selatan.

Maksud dari penyelidikan adalah untuk mendapatkan data batubara yang meliputi jurus kemiringan lapisan, tebal lapisan, sebaran, kualitas dan sumberdaya. Tujuannya adalah untuk mengevaluasi potensi endapan batubara

sehingga neraca sumber daya batubara di Pusat Sumber Daya, Badan Geologi semakin berkembang, selain itu diharapkan batubara daerah Jangkang mempunyai prospek yang baik untuk dimanfaatkan.

Daerah penyelidikan termasuk dalam wilayah Kecamatan Kapuas Tengah, Kabupaten Kapuas bagian utara, yang terletak diantara koordinat koordinat 1000’00,00” - 1010’00” Lintang Selatan dan 114000’00” – 114020’00” Bujur Timur. Lokasi tersebut terletak sekitar 200 km. sebelah utara Palangkaraya.

(2)

GEOLOGI UMUM

Secara geologi Kabupaten Kapuas bagian utara termasuk kedalam pinggiran Cekungan Barito bagian Utara yang terbentuk pada Awal Tersier yang berbatasan dengan Cekungan Hulu Mahakam dan Cekungan Kutai. Batuan dasar cekungan terdiri dari batuan beku, metamorf dan meta sedimen yang berumur Pra Tersier.

Supriatna S. dkk. (1995) dan Sutrisno dkk (1994) telah menyusun stratigrafi sedimen Tersier Cekungan Barito bagian Utara sebagai berikut.

Formasi Tanjung merupakan batuan Tersier paling tua dan sebagai formasi pembawa batubara. Fm. Tanjung seumur dengan Fm. Batu Kelau dan Batupasir Haloq yang terdapat di bagian Utara Kab. Barito Utara, yaitu Eosen Akhir. Selain itu terdapat batuan berumur Eosen Akhir namun terletak diatas Fm. Tanjung, Batu Kelau dan Batupasir Haloq yang dinamakan Fm. Batu Ayau. Selaras diatas Fm. Batu Ayau terdapat Fm. Ujohbilang yang berumur Oligosen Awal.

Diatas Fm. Ujohbilang adalah Fm. Berai yang menjari jemari dengan Fm. Montalat, Karamuan dan Purukcahu, berumur Oligosen Akhir. Didalam Fm. Karamuan terdapat Anggota Batugamping Jangkan, didalam Fm. Purukcahu terdapat Anggota Batugamping Penuut. Kedudukan ketiga formasi tersebut dengan formasi dibawahnya (Fm.Ujohbilang) adalah tidak selaras, tetapi di wilayah Kab. Barito Utara bagian Selatan dan di Kab. Barito Selatan menunjukan kontak selaras, dan tidak ditemukan endapan Fm. Karamuan, Purukcahu, Ujohbilang, Batu Kelau dan Batupasir Haloq.

Diatas Fm. Berai dan Montalat terdapat Fm. Warukin sebagai formasi pembawa batubara, berumur Miosen

Tengah-Akhir. Di bagian utara diendapkan Fm. Kelinjau yang seumur dengan Fm. Warukin. Kontak antara Fm. Warukin dengan formasi dibawahnya tidak selaras.

Secara tidak selaras diatas Fm. Warukin terdapat Fm. Dahor yang berumur Plio-Plistosen. Endapan yang paling atas adalah Aluvium yang terdiri dari karakal, kerikil dan pasir.

Terobosan batuan beku bersifat andesitik dan dioritik yang terjadi pada Miosen Awal, dinamakan Intrusi Sintang.

Secara umum perlapisan batuan di Kabupaten Kapuas membentuk perlipatan yang berarah baratdaya-timurlaut sampai selatan utara. Di beberapa tempat perlipatan-perlipatan tersebut mengalami penunjaman dan pencuatan, bahkan ada yang tergeserkan akibat pengaruh sesar.

GEOLOGI DAERAH PENYELIDIKAN

Morfologi, daerah penyelidikan dibedakan menjadi 2 (dua) satuan morfologi, yaitu Satuan Pedataran dan Satuan Perbukitan. Satuan Pedataran menempati sepanjang pinggiran Sungai Kapuas dan Sungai Kuatan, luas satuan ini sekitar 45 %. Satuan Perbukitan menempati bagian selatan dan utara Sungai Kapuas, luasnya sekitar 55 %.

Berdasarkan formasi batuan yang tersingkap stratigrafi daerah penyelidikan diawali oleh batuan volkanik, oleh Soetrisno dkk (1994) dinamakan Batuan Volkanik Kasale yang berumur Kapur Akhir, dan merupakan salahsatu batuan dasar Cekungan Barito.

(3)

batupasir, batulanau, batugamping dan batubara. Menurut Soetrisno dkk. (1994) formasi ini berumur Eosen, terletak tidak selaras diatas batuan berumur Pra Tersier, tersebar dibagian utara wilayah Jangkang.

Selaras diatas Fm. Tanjung adalah Fm. Berai yang menjemari dengan Fm. Montalat. Fm. Berai terdiri dari batugamping berlapis, batulempung dan napal, mengandung limonit, berumur Oligosen Tengah-Akhir (Soetrisno dkk., 1994). Fm. Montalat merupakan formasi pembawa batubara, terdiri dari batupasir kuarsa dengan sisipan batulanau, serpih dan batubara, berumur Oligosen (Soetrisno dkk., 1994). Fm. Berai tersingkap didaerah Sungai Ringin, sedangkan Fm. Montalat tersingkap secara memanjang dari barat ke timur di bagian selatan Formasi Tanjung.

Selaras diatas Fm. Berai dan Montalat adalah Fm. Warukin, merupakan formasi pembawa batubara, terdiri dari batupasir berbutir kasar-sedang sebagian konglomeratan bersisipan batulanau, serpih dan batubara, berumur Miosen Tengah-Miosen Atas (Soetrisno dkk., 1994). Fm. Warukin tersingkap di bagian selatan daerah penyelidikan. Stratigrafi daerah Jangkang dapat dilihat pada gambar 2.

Dari hasil pengamatan lapangan dan pengukuran jurus kemiringan perlapisan batuan, daerah penyelidikan khususnya Fm. Tanjung membentuk perlapisan yang arah jurusnya sangat bervariasi, namun sudut kemiringan lapisannya tidak terlalu besar, yaitu berkisar antara 5o-15o. Di daerah Mamput sudut kemiringan perlapisan batuan relatif besar yaitu berkisar antara 33o-37o. Sudut kemiringan disebelah utara Tambaan mencapai 78o, diperkirakan didaerah tersebut telah tersesarkan dengan arah sesar adalah baratdaya-timurlaut.

ENDAPAN BATUBARA

Berdasarkan singkapan batubara yang ditemukan dan hasil korelasi, endapan batubara daerah Jangkang dikelompokan menjadi 6 (enam) kelompok atau blok, yaitu Blok Jangkang, Blok Tumbangnusa, Blok Tambaan, Blok Kuatan, Blok Mohon dan Blok Ringin.

Blok Jangkang terletak dibagian selatan daerah penyelidikan, ditemukan 3 (tiga) seam batubara yang arah umum penyebarannya adalah baratdaya-timurlaut (N60oE-N70oE), kemiringan lapisan kearah tenggara dengan sudut kemiringan berkisar antara 10o-12o. Lapisan paling atas dinamakan Seam J-1, diperkirakan termasuk kedalam Formasi Montalat, berwarna hitam kecoklat-coklatan, kusam atau dull

(4)

Blok Tumbangnusa terletak disebelah utara Blok Jangkang, lapisan batubara yang ditemukan diperkirakan sebanyak 7 (tujuh) seam dengan arah umum penyebaran adalah baratdaya-timurlaut (N50oE-N60oE), kemiringan lapisan kearah tenggara dengan sudut kemiringan berkisar antara 5o-13o. Seam paling atas dinamakan Seam TN-1 tebalnya sekitar 1,50 m, litologi diatas dan dibawah batubara adalah batulempung, panjang sebaran kearah jurus diperkirakan sekitar 500 m. Lapisan kedua dinamakan Seam TN-2, tebal lapisan 0,50 m, litologi diatas dan dibawah batubara adalah batulempung, panjang sebaran kearah jurus sekitar 300 m, tebal interseam antara TN-1 dan TN-2 sekitar 2,60 m. Lapisan ketiga dinamakan Seam TN-3, tebal lapisan sekitar 3,00 m, litologi diatas dan dibawahnya batulempung, panjang sebaran kearah jurus diperkirakan sekitar 500 m, tebal interseam antara TN-2 dengan TN-3 sekitar 1,50 m. Lapisan keempat dianamakan Seam TN-4, tebal lapisan 0,50 m – 0,70 m, litologi diatas dan dibawah batubara adalah batulempung, panjang sebaran ke arah jurus sekitar 4.000 m, tebal interseam sekitar 1,50 m. Lapisan kelima dinamakan Seam TN-5, tebal lapisan 1,60 m, litologi diatas dan dibawah batubara adalah batulempung, panjang sebaran kearah jurus sekitar 4.000 m, tebal interseam antara TN-4 dan TN-5 sekitar 3,60 m. Lapisan keenam dinamakan Seam TN-6, tebal lapisan 0,80 m – 1,50 m, litologi diatas dan dibawah batubara adalah batulempung, panjang sebaran kearah jurus sekitar 4.000 m, tebal interseam antara TN-5 dengan TN-6 sekitar 0,70 m. Lapisan ketujuh dinamakan Seam TN-7, tebal lapisan sekitar 2,00 m, litologi diatas dan dibawahnya batulempung, panjang sebaran kearah jurus sekitar 500 m,

tebal interseam antara Seam TN-6 dengan TN-7 sekitar 130 m.

Blok Tambaan terletak sebelah utara Blok Tumbangnusa, lapisan batubara yang ditemukan cukup banyak namun yang tebalnya diatas 0,40 m diperkirakan hanya 4 (empat) seam dengan arah umum penyebaran adalah baratlaut-tenggara (N140oE-N170oE), kemiringan lapisan kearah baratdaya dengan sudut kemiringan berkisar antara 3o-78o. Diperkirakan lapisan batubara yang sudut kemiringan lapisannya terjal (75o-78o) adalah yang tersesarkan dengan arah sesar baratdaya timurlaut. Lapisan paling atas di blok ini dinamakan Seam TB-1, tebal lapisan 0,50 m, litologi diatas dan dibawahnya adalah batulempung, panjang sebaran diperkirakan 300 m. Lapisan kedua dinamakan Seam TB-2, tebal lapisan 3,00 m didalamnya terdapat sisipan batulempung karbonan 0,30 m, litologi diatasnya batulempung karbonan dan dibawahnya adalah batulempung, panjang sebaran kearah jurus sekitar 3.000 m, tebal interseam antara TB-1 dan TB-2 sekitar 100 m. Lapisan ketiga dinamakan TB-3, tebal lapisan belum diketahui, panjang sebaran kearah jurus sekitar 300m, tebal interseam antara TB-2 dengan TB-3 sekitar 100 m. Lapisan keempat dinamakan Seam TB-4, tebal lapisan mencapai 4,80 m, litologi diatas dan dibawah batubara kurang jelas, panjang sebaran kearah jurus sekitar 1.000 m, tebal interseam antara TB-3 dengan TB-4 sekitar 100 m.

(5)

m, litologi diatasnya adalah batulempung karbonan dan dibawahnya batulempung, panjang sebaran kearah jurus sekitar 2.500 m. Lapisan kedua dinamakan Seam K-2, tebal lapisan 2,50 m, litologi diatasnya adalah batulempung dan dibawahnya adalah batupasir halus, panjang sebaran sekitar 2.500 m, interseam antara lapisan K-1 dan K-2 berkisar antara 2,50 m – 5,00 m. Lapisan ketiga dinamakan Seam K-3, tebal lapisan 0,50 m – 0,80 m, litologi diatasnya batulempung dan dibawahnya batupasir halus, panjang sebaran kearah jurus sekitar 2.500 m, interseam antara lapisan K-2 dengan K-3 berkisar antara 3,00 m – 10,00 m.

Blok Ringin terletak disebelah barat Blok Jangkang, batubara yang ditemukan hanya 2(dua) seam. Arah umum penyebaran adalah baratlaut-tenggara (N118oE-N140oE), kemiringan lapisan kearah baratdaya dengan sudut kemiringan berkisar antara 8o-15o. Lapisan paling atas dinamakan Seam R-1, tebal lapisan 0,50 m, litologi diatasnya batulempung dan dibawahnya adalah batulempung karbonan, panjang sebaran kearah jurus sekitar 500 m, seam ini diperkirakan termasuk kedalam Formasi Montalat. Lapisan kedua dinamakan Seam R-2, tebal lapisan 0,25 m – 0,50 m, lapisan diatas dan dibawahnya batulempung, panjang sebaran kearah jurus sekitar 500 m, tebal interseam sekitar 300 m.

Blok Mohon terletak disebelah utara Blok Ringin, endapan batubara yang ditemukan hanya satu seam yang arah perlapisannya barat-timur (N90oE), kemiringan lapisan kearah selatan dengan sudut kemiringan sekitar 30o, namun ketebalannya masih belum jelas.

Rangkuman endapan batubara di daerah Jangkang dapat dilihat pada tabel 1.

KUALITAS BATUBARA

Kualitas batubara dapat diketahui berdasarkan pengamatan secara megaskopis dan mikroskopis, serta berdasarkan analisis laboratorium. Secara megaskopis batubara daerah Jangkang terdiri dari perselingan antara batubara mengkilap dan batubara kusam, yang biasa disebut bright banded dull. Di beberapa tempat terlihat juga batubara yang umumnya kusam atau

dull, dan batubara yang umumnya mengkilap atau bright.

Analisis batubara di laboratorium dilakukan terhadap 15 (lima belas) contoh batubara. Dari hasil analisis, terdapat 5 (lima) contoh yang kandungan abunya cukup tinggi yaitu berkisar antara 28,79 % - 41,22 %, oleh karena itu contoh yang kandungan abunya tinggi tidak dirata-ratakan dengan contoh yang lainnya karena dianggap tidak mencerminkan karakter batubara yang sebenarnya. Kualitas yang ditunjukan dari hasil analisis ini belum mewakili tiap seam batubara tapi hanya mewakili 5 (lima) blok batubara, yaitu Blok Jangkang, Tumbangnusa, Kuatan dan Ringin, dari Blok Mohon tidak diambil contoh batubara, sehingga tidak ada hasil analisisnya. Kualitas batubara berdasarkan hasil analisis di laboratorium dapat dilihat pada table 2.

(6)

daerah penyelidikan tidak tinggi, dari pengamatan secara megaskopis juga jarang terlihat mineral pirit . Dari analisis HGI (hardgrove index) menunjukan bahwa batubara daerah penyelidikan termasuk kedalam batubara yang tidak keras.

Sifat fisik batubara berdasarkan pengamatan secara mikroskopis (petrografi organik) dapat dilihat pada tabel 4.

Dari tabel 4 terlihat bahwa batubara yang mempunyai komposisi maseral vitrinit rendah (70.1 % - 84.5 %) adalah yang mempunyai kandungan mineral lempung tinggi (10.7 % - 19.7 %), sedangkan nilai mean reflektan vitrinitnya (Rvmax) tidak terlalu rendah ( 0.41 % - 0.58 %). Di tabel 4 terlihat ada dua contoh (JG-02 dan JG-24) yang mempunyai Rvmax rendah (0.37 & 0.32) padahal kandungan mineral lempungnya tidak terlalu tinggi. Hal ini menunjukan bahwa peringkat batubara (coal rank) JG-02 dan JG-24 tidak sama dengan contoh batubara yang lainnya. Oleh karena itu formasi pembawa batubara untuk contoh JG-02 dan JG-24 diperkirakan tidak sama dengan formasi pembawa batubara untuk contoh-contoh yang lainnya. Jadi formasi pembawa batubara untuk contoh JG-02 dan JG-24 adalah formasi yang lebih muda dari Formasi Tanjung, yaitu Formasi Montalat.

Kualitas rata-rata batubara pada empat blok berdasarkan analisis petrografi organik dapat dilihat pada tabel 5.

Dari tabel 5 terlihat bahwa nilai Rvmax yang paling tinggi adalah pada Blok Tambaan yaitu 0.59 %, jadi secara umum kualitas batubara yang paling baik di daerah penyelidikan adalah dari Blok Tambaan.

SUMBERDAYA BATUBARA

Sumberdaya batubara di daerah penyelidikan diestimasi dengan menggunakan metoda cross section

yaitu yang ditentukan oleh segmen-segmen diantara dua penampang. Tebal lapisan batubara yang diestimasi untuk sumberdaya adalah ≥0,50 m, jadi lapisan batubara yang tebalnya kurang dari 0,50 m tidak dihitung. Lebar lapisan batubara yang dihitung kearah kemiringan dibatasi sampai kedalaman 100 m. Estimasi sumberdaya batubara di Blok Mohon tidak dilakukan karena data batubaranya kurang jelas.

Dari hasil estimasi, sumberdaya batubara Blok Jangkang sebanyak 6.012.720 ton, Blok Tumbangnusa 12.886.135 ton, Blok Tambaan 7.107.408 ton, Blok Kuatan 3.071.0 ton, dan Blok Ringin 310.080 ton. Sehingga total sumberdaya batubara daerah Jangkang sebanyak 29.387.375 ton.

Berdasarkan “Klasifikasi Sumberdaya dan Cadangan Batubara”

Standar Nasional Indonesia Amandemen 1-SNI 13-5014-1998, sumberdaya batubara yang dihitung tersebut termasuk kedalam sumberdaya hipotetik .

KESIMPULAN

Dari pembahasan diatas, dapat dibuat beberapa kesimpulan sebagai berikut :

1. Secara geologi daerah Jangkang termasuk kedalam pinggiran Cekungan Barito

bagian utara.

1. Formasi Pembawa batubara di daerah penyelidikan adalah Formasi Tanjung yang berumur Eosen Akhir dan Formasi Montalat yang berumur Oligosen Akhir. 2. Endapan batubara daerah Jangkang

(7)

karena itu untuk membahas sebarannya dikelompokan menjadi Blok Jangkang, Blok Tumbangnusa, Blok Tambaan, Blok Blok Kuatan, Blok Ringin dan Blok Mohon.

3. Batubara yang ditemukan di Blok Jangkang terdapat dalam Formasi tanjung dan Montalat terdiri dari 3 seam, tebalnya berkisar antara 1,60 m – 4,30 m. Di Blok Tumbangnusa terdiri dari 7 seam, tebalnya berkisar antara 0,50 m – 3,00 m. Di Blok Tambaan terdiri dari 4 seam, tebalnya berkisar antara 0,50 m – 4,80 m. Di Blok Kuatan terdiri dari 3 seam, tebalnya berkisara antara 0,65 m – 2,50 m. Di Blok Ringin terdiri dari 2 seam, tebalnya 0,50 m dan di Blok Mohon terdiri dari satu seam tapi tebalnya belum diketahui.

(8)

DAFTAR PUSTAKA

- A. D. Tarsis, dkk, 1996: Penyelidikan Pendahuluan Endapan Batubara di daerah Pendreh, Kabupaten Barito Utara, Kalimantan Tengah, Proyek Eksplorasi Bahan Galian Mineral Indonesia, Direktorat Sumber daya Mineral, laporan.

- Cahyono Y. A. E. dkk, 1992 : Penyelidikan Pendahuluan Endapan Batubara di daerah Lahai, Kabupaten Barito Utara, Kalimantan Tengah, Proyek Esplorasi Bahan Galian Industri dan Batubara, Direktorat Sumberdaya Mineral, laporan.

- Badan Standarisasi Nasional, 1998 ; Klasifikasi Sumberdaya dan Cadangan Batubara, Amandemen 1 – SNI 13-5014 -1998

- Data Base Subdit Batubara,2002: Peta Sebaran Bahan Galian Mineral Logam dan bukan Logam Kabupaten Barito Selatan dan Barito Utara, Direktorat Inventarisasi Sumber Daya Mineral.

- Deddy Amarullah, Ugan M., Saksosno, Nandang P., Priono, Sudiro, 2002 : Inventarisasi dan Evaluasi Endapan Batubara Kabupaten Barito Selatan dan Barito Utara Provinsi Kalimantan Tengah, Proyek Inventarisasi dan Evaluasi Bahan Galian Mineral Indonesia, Direktorat Inventarisasi Sumber Daya Mineral, Laporan.

- Dinas Pertambangan & Energi Provinsi Kalimantan Tengah, 2000 : Data Bahan Galian Golongan A dan B Provinsi Kalimantan Tengah.

- Rukmana N. Adhi, 1999 ; Perhitungan Sumber Daya Batubara dengan Berbagai Metoda Estimasi, Publikasi Khusus, Direktorat Sumberdaya Mineral, Dit. Jen. Geologi dan Sumberdaya Mineral, DEPTAMBEN, No. 98, ISSN. 0216-0765.

- Soetrisno, Supriatna S., Rustandi E., Sanyoto P., Hasan K., 1994 : Peta Geologi Lembar Buntok, PPPG, Peta Geologi.

- Sumaatmaja E. R. dkk, 1982 : Penyelidikan Endapan Batubara di daerah Buntok dan Muara Teweh, Kalimantan Tengah, Proyek Inventarisasi dan Eksplorasi Batubara, Direktorat Sumberdaya Mineral, laporan.

(9)
(10)

Gambar 2. Stratigrafi Daerah Jangkang

Tabel 1. Endapan Batubara Yang ditemukan di Daerah Jangkang

Blok

Seam Batubara

Atap

Seam

Lantai

Seam Keterangan Nama

Tebal

rata-rata

(m)

Pan

jang

(m)

Kemi

ring

an

(..o)

Sisipan

Jangkang

J-1 1,60 500 10 - - -

J-2 4,30 1.000 10 - - -

J-3 1,60 500 12 btlmp btlemp

karb.

Tumbang

nusa

TN-1 1,50 500 9 - btlmp btlmp

TN-2 0,50 300 9 - btlmp btlmp

TN-3 3,00 500 10 - btlmp btlmp

TN-4 0,60 4.000 15 - btlmp btlmp

TN-5 1,60 4.000 10 - btlmp btlmp

TN-6 1,15 4.000 10 - btlmp btlmp

TN-7 2,00 500 10 - btlmp btlmp

TB-1 0,50 300 30 - btlmp btlmp

TB-2 3,00 3.00 15 Btlmp

karb

Btlmp

karb

btlmp

DAERAH KEGIATAN

(11)

Tambaan TB-3 - - 16 singkapan kurang

jelas

TB-4 4,80 1.000 15 - - -

Kuatan

K-1 1,90 2.500 35 - Btlmp

karb

btlmp

K-2 2,50 2.500 35 - btlmp btpsr

K-3 0,65 2.500 35 - btlmp btpsr

Ringin R-1 0,50 500 15 - btlmp btlmp R-2 0,50 500 11 - btlmp btlmp

Mohon M-1 - - 30 - - - singkapan kurang

jelas

Tabel 2. Kualitas Batubara Hasil Analisis di Laboratorium

Kode

Contoh

Parameter Analisis

FM TM M VM FC Ash TS HGI SI RD CV

(%)

ar

(%) ar

(%) adb

(%) adb

(%) adb

(%) adb

(%) adb

(Cal/gr) adb

JG-01

32.22 38.98 9.97 46.08 40.84 3.11 0.26 48 1/2 1.40 5870

JG-02

29.50 37.35 11.14 41.50 42.49 4.87 0.44 74 0 1.40 5558

JG-05

29.54 35.72 8.77 41.27 41.72 8.24 0.66 70 0 1.43 5635

JG-7

13.91 17.65 4.35 36.18 27.37 32.10 0.42 69 0 1.54 4531

JG-7B

19.62 25.91 7.83 41.59 46.33 4.25 0.25 52 0 1.34 6467

JG-08

17.96 21.79 4.67 31.88 28.67 34.78 0.51 62 0 1.62 4240

JG-09

9.57 13.77 4.64 42.80 47.77 4.79 0.26 53 1 1.32 7091

JG-14

12.25 17.05 5.47 42.46 46.35 5.72 0.35 52 1 1.36 6573

JG-14B 13.52 18.35 5.58 37.28 42.55 14.59 0.53 54 0 1.44 5777

JG-14C 12.16 15.72 4.05 29.95 24.78 41.22 0.42 75 0 1.71 3695

JG-14D 12.10 16.10 4.55 31.40 27.62 36.43 0.27 66 0 1.62 4048

JG-15

13.33 17.56 4.88 40.42 44.45 10.25 0.28 49 1 1.37 6506

JG-20

8.04 11.86 4.15 33.94 33.12 28.79 1.76 58 0 1.56 4923

JG-22

24.34 29.72 7.11 58.13 32.58 2.18 0.70 85 1 1.29 6704

(12)

Tabel 3. Kualitas Rata-Rata Batubara Hasil Analisis Laboratorium Pada 5 (Lima) Blok

Parameter

Analisis

Unit Basis

Blok

Jangkang Tumbang

nusa

Kuatan Tambaan Ringin

Free Moisture % ar 30.86 24.58 13.03 9.57 29.46

Total Moisture

% ar 38.17 30.82 17.65 13.77 35.34

Moisture % adb 10.56 8.30 5.31 4.64 8.44

Volatile Matter

% adb 43.79 41.43 40.05 42.80 50.39

Fixed Carbon % adb 41.65 44.03 44.45 47.77 38.90

Ash % adb 3.99 6.25 10.19 4.79 2.28

Total Sulphur % adb 0.35 0.46 0.39 0.26 0.49

HGI adb 61 61 52 53 71

SI adb 1/2 0 1 1 1

RD adb 1.40 1.39 1.39 1.32 1.36

Calorific Value

Cal/gr adb 5714 6051 6285 7091 6231

Tabel 4. Kualitas Batubara Hasil Analisis Petrografi Organik

N0. Contoh

Mean Reflektan Vitrinit (%Rvmax)

Kisaran Reflektan Vitrinit (%)

Komp. Maseral (%) Kand. Mineral (%)

Vitrinit Inertinit Liptinit Clay Oksida

Besi Pirit

JG-01 0.50 0.45-0.55 96.3 1.6 1.0 0.9 0.1 0.1

JG-02 0.37 0.34-0.43 88.5 1.5 0.5 6.7 2.4 0.1

JG-05 0.46 0.41-0.49 95.0 2.4 0.9 1.5 0.1 0.1

JG-7 0.42 0.36-0.46 75.5 1.5 0.5 18.7 3.4 0.1

JG-7B 0.56 0.49-0.62 95.8 2.1 1.0 0.9 0.1 0.1

JG-08 0.41 0.33-0.45 81.8 1.5 0.5 12.7 3.1 0.1

JG-09 0.60 0.50-0.68 96.7 1.6 1.0 0.5 0.1 0.1

JG-14 0.57 0.54-0.59 95.0 3.1 0.4 1.1 0.1 0.1

JG-14B 0.47 0.39-0.53 95.7 1.9 0.3 1.8 0.2 0.1

JG-14C 0.51 0.49-0.56 70.1 3.5 0.7 19.7 4.6 0.1

JG-14D 0.52 0.44-0.55 73.8 1.8 0.6 17.0 5.4 0.1

JG-15 0.57 0.48-0.61 93.9 3.3 0.4 1.6 0.3 0.2

JG-20 0.58 0.48-0.65 84.5 1.6 0.4 10.7 2.4 0.1

JG-22 0.40 0.37-0.43 95.0 3.1 0.4 1.1 0.1 0.1

(13)

Tabel 5. Kualitas Rata-Rata Batubara pada 5 (lima) Blok

Berdasarkan Analisis Petrografi

Blok

Mean Reflektan Vitrinit (%Rvmax)

Kisaran Reflektan Vitrinit (%)

Komp. Maseral (%) Kand. Mineral (%)

Vitrinit Inertinit Liptinit Clay Oksida Besi Pirit

Jangkang 0.44 0.34-0.55 92.4 1.6 0.8 3.8 1.3 0.1

Tumbang

nusa 0.46 0.33-0.49 87.0 1.9 0.7 8.5 1.7 0.1

Tambaan 0.59 0.48-0.68 90.6 1.6 0.7 5.6 1.3 0.1

Kuatan 0.53 0.39-0.61 85.7 2.7 0.5 8.2 2.1 0.1

(14)

Gambar

Gambar 2. Stratigrafi Daerah Jangkang
Tabel 2. Kualitas Batubara Hasil Analisis di Laboratorium
Tabel 3. Kualitas Rata-Rata Batubara Hasil Analisis Laboratorium Pada 5 (Lima) Blok Blok
Tabel 5. Kualitas Rata-Rata Batubara pada 5 (lima) Blok  Berdasarkan Analisis Petrografi  Mean Kisaran Komp

Referensi

Dokumen terkait

Bagi Penyedia Barang dan Jasa yang berkeberatan atas hasil pengumuman ini diberikan kesempatan untuk mengajukan sanggahan melalui website LPSE (alamat website :

20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang menetapkan kurikulum pendidikan tinggi wajib memuat. menetapkan kurikulum pendidikan tinggi wajib

pada variabel nyeri menunjukkan hasil statistik diperoleh nilai p value sebesar 0,031 maka dapat disimpulkan ada perbedaan proporsi terapy dzikir antara pasien yang

Melakukan kegiatan yang menunjukkan anak mampu menggunakan tangan kanan dan kiri dalam berbagai aktivitas ( anak mampu memetik daun bayam ) Observasi melalui Video

Penelitian ini bertujuan Untuk mengetahui perilaku konsumen dalam memilih barbershop di Surabaya Timur. Jenis Penelitian ini adalah kualitatif. Populasi dalam penelitian ini

Pelaksanaan Dana Desa yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas layanan publik serta pemerataan hasil-hasil pembangunan, langsung pada tingkat desa. Terbitnya

Proses pengeringan bahan pertanian dengan pengering menggunakan rak statis umumnya mengalami permasalahan pada distribusi suhu yang tidak seragam. Kondisi ini

Penelitian bertujuan untuk : (1) Menentukan nilai optimal RWC untuk induksi pembungaan Jeruk Siam Jember berdasarkan gejala kelayuan visual sebagai respons