• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penyelidikan Batubara Daerah Ransiki Dan Sekitarnya Kabupaten Manokwari, Provinsi Papua Barat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Penyelidikan Batubara Daerah Ransiki Dan Sekitarnya Kabupaten Manokwari, Provinsi Papua Barat"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

PENYELIDIKAN BATUBARA DAERAH RANSIKI

DAN SEKITARNYA KABUPATEN MANOKWARI,

PROVINSI PAPUA BARAT

Dede Ibnu Suhada KPP Energi Fosil

ABSTRACT

Administratively the Ransiki area inclusive in Manokwari Regency Papua Barat Province,

bordered by coordinate 133o39’24.27 “ - 133 o57 ‘0” Longitude and 1 o15‘0 “-1 o30’0 “ Latitude.

Startigraficaly consist of metamorphic and sedimentary rocks pre-Tertiary to Quaternary. From

old to young there are Kemum Formation, Tipuma Fm, Jass Fm, Faumai , Sirga Fm, Kais

Limestone, Lake deposit. There are two coal bearing formation, Tipuma Fm (TRjt) and Lake

Deposit (Ql)

Lignite from Anggi Block have 3 meter thickness with 3880 cal/gram for calories, in Gunung

Miseda Block consist of thin layer of coal from 0.01 meter to 0.4 meter, the calorie rank from

6403 cal/gram to 7635 cal/gram. Laboratory result show that coal from Gunung Miseda is a

Coking Coal.

Hypothetical resources total 4,029,400 ton consist of Anggi block is 3,82,400 ton and 208,000

(2)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Pusat Sumber Daya Geologi yang mempunyai visi menjadi institusi terdepan dalam bidang penelitian, penyelidikan, dan pelayanan data dan informasi sumber daya geologi Indonesia tahun 2009, salah satu misinya yaitu mendorong kegiatan eksplorasi untuk penemuan daerah potensi baru sumber daya mineral, batubara, gambut, bitumen padat, panas bumi serta minyak dan gas bumi untuk kelangsungan ketersediaan sumber daya geologi di Indonesia (Renstra PMG 2006-2009).

Sejalan dengan tupoksi diatas maka Pusat Sumber Daya Geologi berencana untuk melakukan kegiatan berupa penyelidikan batubara di daerah Ransiki Kabupaten Manokwari Provinsi Papua Barat.

Pemilihan daerah tersebut di atas juga dalam rangka menunjang program pemerintah untuk pengembangan kawasan Indonesia Timur khususnya daerah Papua, dimana dalam hal ini sektor pertambangan dan energi khususnya batubara diharapkan memberikan sumbangan yang penting, untuk meningkatkan pendapatan asli daerah (PAD) sesuai dengan era otonomi daerah dewasa ini.

Maksud dan Tujuan

Maksud dari kegiatan ini adalah untuk mengetahui potensi endapan batubara berumur Pra Tersier yang antara lain meliputi lokasi, jurus dan kemiringan,

ketebalan, penyebaran serta kualitas dari batubara.

Tujuan kegiatan ini adalah untuk penyediaan data potensi sumber daya batubara baik bagi pemerintah maupun swasta dalam rangka pengembangan potensi lebih lanjut.

Lokasi Daerah Penyelidikan

Secara administratif daerah penyelidikan termasuk kedalam lima distrik, yaitu : Distrik Anggi, Anggidida, Taige, Sururei, Catubou, dan Didaho. Kabupaten Manokwari Propinsi Papua Barat. Kesampaian daerah dapat dilalui melalui dua jalan, pertama dari Manokwari ke arah SP melaui Minyambou - Anggi dan lokasi. Kedua dari Manokwari melalui Oransbari – Ransiki – Tombrok - Lokasi. Dilanjutkan dengan berjalan kaki sekitar delapan jam.

GEOLOGI UMUM

Menurut Pieters drr. (1983) dalam Peta Geologi Lembar Ransiki, wilayah ini mempunyai lima mandala geologi utama yaitu Bongkah Blok Kemun, Bongkah Blok Arfak, Ranah (Mintabat) Leher Burung (Lajur Lipatan Lengguru), Cekungan Bintuni dan Sistem Sesar Ransiki.

Stratigrafi

(3)

dan sedikit dekatan Formasi Kemun (SDk) yang telah terlipat, termalihkan, dan diterobos oleh granit yang berumur Karbon dan Perem Atas sampai Trias, masing-masing Granit Warjori (Cw) dan Granit Anggi (Tra).

Blok Arfak terbentuk dari batuan gunungapi busur-kepulauan dan batuan dalam yang bersusunan mafik sampai menengah dan bersifat toleit sampai kalsium – alkali, yang berumur Eosen Atas hingga Miosen Bawah, dan batuan curah (volkanik klastika), yang membentuk Batuan Gunungapi Arfak (Tema).

Batuan tertua di Ranah Leher Burung adalah bagian dari Komplek Mawi (PKm), satuan yang mencakup beberapa jenis endapan yang tercampur secara tektonik; ketiadaan fosil, tidak memungkinkannya mengkorelasikan dengan endapan yang sudah ada.

Sistem Sesar Ransiki meliputi Bancuh (RFx) yang tersusun dari bermacam-macam batuan endapan dan batuan beku. Silika gampingan, batugamping dan batuan gunungapi bersusunan mafik sampai menengah membentuk masadasar dan juga kepingan tektonik; kepingan batuan pindahan meliputi sedimen malih, granitoid, diorit, batuan gunungapi gabro dan piroksenit terserpentinkan, sebagian besar berasal dari mandala geologi yang berdampingan.

Cekungan Bintuni terisi sebagian besar oleh Formasi Steenkool (TQs, TQss, TQsm) yang berumur Miosen paling akhir sampai Plistosen yang tersusun oleh

klastika delta dan paralik yang bersentuhan secara berangsur dengan Formasi Klasafet di bawahnya menuju ke arah tengah cekungan. Keterdapatan lapisan tipis-tipis lignit yang pertama, atau perubahan fauna mikro, menandai batas antara kedua formasi tersebut. Ke arah tepi utara dan timur, sentuhannya tidak selaras, dan Formasi Steenkool ini bertumpang tindih dengan formasi yang lebih tua Bongkah Kemun dan Ranah Leher Burung. Formasi Steenkool tertindih tak selaras oleh Batupasir Tusuawai (Qpt) darat yang berumur Plistosen.

Struktur Geologi

Struktur yang berkembang di daerah penyelidikan berupa sesar dan lipatan. Sesar mendatar sinistral Ransiki ini merupakan kelanjutan dari Sesar Sorong, setelah membelok ke selatan di Ransiki, sesar ini menyebrang ke Pulau Yapen dan terus ke timur menuju Jayapura.

Sistem Sesar Ransiki adalah suatu ketidaksinambungan struktur utama yang berarah utara-baratlaut, selebar 100 m sampai 3 km, yang memisahkan Bongkah Kemun dari Bongkah Arfak. Ke arah utara di Manokwari, sistem ini bersambung dengan Sistem Sesar Sorong yang berarah timur-barat.

Indikasi Endapan Batubara

(4)

tercenanga oleh lipatan. Tidak diketahui lamparannya, karena tertutup oleh penutup bahan rombakan.

Lignit dan lapisan batubara muda sampai tebal 1 meter dilaporkan dari Formasi Steenkool (Visser & Hermes, 1962). Di dekat Kampung Horna di sepanjang Sungai Isai, pada kaki Kepala Burung bagian tengah, sebuah lapisan batubara muda sudah diketahui sejak 1903 dan tebalnya sekitar 90 sampai 120 cm dan dapat ditelusuri sejauh 875 meter.

HASIL PENYELIDIKAN

Geologi Daerah Penyelidikan Morfologi

Sebagian besar morfologi daerah penyelidikan adalah Morfologi Pegunungan Curam dimana faktor struktur sangat dominan dalam pembentukannya. Secara morfografi bentuk lahan daerah penyelidikan adalah pegunungan, dicirikan dengan elevasi mulai dari 1700 meter dpl sampai 2660 meter dpl, dimana elevasi tertinggi adalah Gunung Maut. Kemiringan lerengnya curam sampai dengan terjal yaitu berkisar dari 20o sampai lebih dari 65o, seperti yang tampak pada Foto 3.1.

Lembah-lembahnya berbentuk V tajam, dengan bentuk punggungan pararel. Sebagian besar pola pengalirannya berupa subtrellis sampai trellis, pola ini mencirikan daerah yang terlipat atau terpengaruh oleh struktur dan juga merupakan ciri dari batuan metamorf.

Dibagian barat daya, mulai dari Kampung Darmo ke arah selatan pola pengalirannya berubah pararel dengan kemiringan lereng sedang sampai agak curam. Struktur geologi seperti lipatan masih berpengaruh pada pola ini dan perbedaan pola pengaliran ini mengindikasikan adanya perbedaan batuan dari pola sebelumnya.

Stratigrafi

Secara Stratigrafi daerah penelitian sebagian besar didominasi oleh Formasi Kemum yang juga merupakan batuan tertua berumur Silur sampai Devon. Formasi ini tersebar di bagian utara sampai bagian timur ke arah selatan. Terdiri dari batuan metasedimen tingkat rendah seperti batusabak, serpih sabakan, argilit, batulanau berlapis dengan batupasir dan konglomerat. Batuan malihan tingkat menengah sampai tinggi seperti batusabak, filit, batutanduk, batupasir malih, kuarsit, konglomerat malih, sekis, dan genes. Diatas formasi Kemum diendapkan secara tidak selaras yaitu Formasi Tipuma (Trjt). Formasi ini tersebar mulai dari bagian barat yaitu Kampung Darmo sampai ke bagian tenggara Distrik Sururei. Penyebarannnya diperkirakan menerus ke arah barat yaitu Kampung Testega sampai dengan perbatasan Kabupaten Teluk Bintuni. Batuannya terdiri dari Batulumpur, batulanau, batupasir, konglomerat, batubara dan batugamping. berumur Trias sampai Jura bagian bawah.

(5)

batulanau, sedikit batunapal, kalsilutit, Kalkarenit pasiran, konglomerat. Diatasnya diendapkan secara selaras Batugamping Faumai (Tef), terdiri dari biokalkarenit, biokalsilutit, serpih gampingan, batugamping dolomitan, dengan penyebaran berada di sebelah selatan daerah penyelidikan.

Formasi Sirga diendapkan pada Oligosen bagian atas sampai Miosen bagian bawah, penyebarannya berada disebelah selatan, terdiri dari Batupasir kuarsa, batulumpur dan kalkarenit. Kemudian diendapkan Batugamping Kais (Tmka) secara setempat.

Batugamping Kais penyebarannya hanya setempat-setempat yaitu di Tiraga dan Siahara atau disebelah baratdaya daerah penyelidikan. Terdiri dari biokalsilutit, biokalkarenit dan batugamping terumbu. Penyebaran yang luas berada di sebelah selatan dari lokasi penyelidikan, dimana termasuk kedalam Cekungan Bintuni.

Batuan termuda berada dibagian timur yaitu endapan danau yang berumur Quarter, penyebaran tidak terlalu luas sekitar, di distrik Anggi sebelah timurlaut daerah peyelidikan, dicirikan dengan lumpur, pasir dan kerikil, sisa tumbuhan, gambut, lignit dan batuan konglomerat danau dengan komponennya merupakan rombakan dari batuan metasedimen. Satuan ini mumpunyai hubungan yang tidak selaras dengan Formasi Kemum dibawahnya.

Struktur Geologi

Secara umum daerah penyelidikan termasuk kedalam sistem Sesar Ransiki, sesar aktif ini berada di timur daerah penyelidikan berarah relatif utara-selatan. Kemunculan dua danau kembar (danau Anggi Gigi dan Anggi Gida) diperkirakan bagian dari depresi sesar ini. Bagian lain dari sesar ini dimulai dari Sungai Prafi di Manokwari kemudian ke Manyambouw lalu menerus melalui Sungai Warjori dan memotong Danau Anggi Gigi.

Di bagian barat, Distrik Didohu dan Catubou sesar muncul berarah relatif barat timur, menyebabkan longsoran pada daerah sekitanya.

Potensi Endapan Batubara Lokasi dan sebaran batubara

Dari hasil penyelidikan ditemukan sepuluh singkapan batubara, yang terbagi menjadi dua blok, yaitu batubara muda endapan danau berumur Plistosen dan batubara tua berumur Trias. Batubara muda endapan danau berada di Sungai Irai, Distrik Anggi dengan ciri makroskopis berwarna coklat tua sampai hitam, kilap kusam, rapuh, mengotori tangan, unsur akar tumbuhan

(rootlet) masih terlihat. Ketebalan dari

singkapan ANG-1 0,15 meter sedangkan ANG-2 lebih dari 3 meter. Lapisan pengapit bagian atas adalah Batulempung karbonan dan lapisan bawah adalah batupasir, penyebaran tidak terlalu luas, sekitar Sungai Irai kemungkinan kurang dari 1 km.

(6)

Didohu. Ciri makroskopis dari batubara ini adalah berwarna hitam, kilap terang, padu, ringan, tidak mengotori tangan. Secara regional batubara ini berada pada Formasi Tipuma (Trjt) yang berumur Trias.

Sebagian singkapan berada pada zona hancuran dan juga deformasi yang menyebabkan arah lapisan berubah-ubah dengan kemiringan hampir tegak seperti pada singkapan DRM-2 dan DRM-4.

Di lokasi DMR-7 dan DMR-9, dalam satu singkapan terdapat beberapa lapisan tipis batubara mulai dari 2 centimeter sampai 10 centimeter dengan lapisan pengapitnya batupasir cukup keras. Penyebaran batubara antara DRM-3 dengan DMR-8 sejauh lima kilometer, kemungkinan menerus ke arah barat Kampung Testega.

Kualitas Batubara

Hasil Analisis laboratorium (Tabel 3.2) didapatkan nilai untuk batubara di Sungai Irai termasuk kedalam batubara muda atau lignit dengan nilai kalori 3880 kal/gr. Nilai lainnya seperti kandungan air melekat (M) adalah 8,18 %, zat terbang (VM) 42,61 %, karbon tetap (FC) 23,14 %, kandungan abu (Ash) 26,07 %, Sulpur 2,67 %, dan HGI sebesar 53.

Pengujian laboratorium dari batubara di Gunung Miseda menunjukkan batubara kalori sangat tinggi dengan nilai kalori mulai dari 6403 sampai 7635 kal/gr dengan rata-rata 7323 kal/gr. Nilai lainnya seperti kandungan air melekat (M) berkisar dari 3,43 % – 5,13 %, zat terbang (VM) 39,99 %

- 48,83 %, karbon tetap (FC) 39,45 % - 50,46 %, kandungan abu (ash) 0,49 % - 17,44 %, Sulpur 0,99 % - 2,85 %, dan HGI berkisar 21 – 32.

Dari hasil analisis laboratorium ada beberapa conto batuan yang merupakan termasuk kedalam batubara jenis coking

(coking coal). Dilihat dari nilai FSI nya (Free

Sweeling Index) nilainya bervariasi antara 1 ½ sampai 7. Didaerah Gunung Miseda seperti singkapan DRM-2 dan DRM-7 nilai SI nya kecil sedangkan tiga singkapan yang lainnya DRM-3, DRM-4 dan DRM-9 cukup tinggi.

Hasil analisis petrografi yang terdiri dari tiga kelompok maseral; vitrinit, inertinit dan liptinit. Vitrinit merupakan maseral yang dominan, diikuti inertinit dan sedikit liptinit. Inertinit hadir sekitar 3% sampai 5%, nilai ini agak tinggi bila dibandingkan rata-rata batubara Indonesia. Nilai reflektan vitrinit batubara Didohu berkisar 0,39 % sampai 0,54 %.

Sumberdaya batubara

Penghitungan sumber daya batubara dilakukan dengan beberapa kriteria yang mengacu kepada klasifikasi SNI, sehingga hanya batubara yang mempunyai ketebalan 1 meter saja untuk kalori rendah dan 0,4 m untuk batubara kalori tinggi yang bisa dihitung dengan kedalaman 100 meter.

(7)

mulai dari 2 centimeter sampai 40. Dengan asumsi kalori tinggi maka hanya ada satu seam utama saja yang dapat dihitung dengan penyebaran sepanjang 2 kilometer.

Dari hasil perhitungan didapatkan sumberdaya batubara Daerah Ransiki, untuk batubara kalori rendah sekitar 3.821.400 ton dan 208.000 ton untuk batubara kualitas tinggi. Sedangkan total keseluruhan berjumlah 4.029.400 ton dengan klasifikasi sumberdaya hipotetik.

Prospek Pemanfaatan dan Pengembangan

Dilihat dari kualitas fisiknya baik itu nilai kalori dan jenisnya yang termasuk kedalam

coking coal, batubara daerah Gn. Miseda

Kampung Darmo mempunyai potensi untuk dikembangkan. Diperlukan penelitian lanjut untuk mengetahui apakah adanya penyebaran batubara kearah barat yaitu Kampung Testega.

Prasarana jalan pada saat penyelidikan ini sudah sampai pada pembukaan jalan dari Gunung Maut sampai ke Sungai Didohu Kampung Dibetik, pembangunan jalan diperkirakan melewati lokasi singkapan Gn. Miseda dilihat dari patok-patok rencana jalan. Dari informasi aparat pemerintahan, jalan ini direncanakan akan menerus ke Daerah Horna yang menghubungkan Kabupaten Manokwari dengan Kabupaten Teluk Bintuni.

KESIMPULAN DAN SARAN

Dari hasil penyelidikan dapat disimpulkan bahwa;

1. Terdapat dua batuan pembawa

batubara di Daerah Ransiki yaitu, Endapan Danau (QL) yang berumur Plistosen dan Formasi Tipuma (Trjt) yang berumur Trias.

2. Satu lapisan batubara muda dengan

ketebalan sekitar 3 meter berada di Blok Anggi, dan satu lapisan batubara berumur Trias di Blok Gunung Miseda sekitar 0,4 meter. 3. Batubara di Gunung Miseda

merupakan batubara Coking Coal.

4. Sumberdaya di Blok Anggi sebanyak

3.821.400 ton, di blok Gn.Miseda sebanyak 208.000 ton dengan total keseluruhan sebanyak 4.029.400 ton.

Saran yang dapat diberikan adalah penelitian lebih lanjut pada Blok Gunung Miseda ke arah barat karena dilihat dari kualitas fisik batubara dan rencana pengembangan jalan blok ini mempunyai potensi untuk dikembangkan.

DAFTAR PUSTAKA

BSN, 1998, Klasifikasi Sumberdaya dan

Cadangan Batubara, Badan Standarisasi

Nasional, Jakarta.

BPS, 2007, Manokwari dalam Angka Tahun 2007, Badan Pusat Statistik, Jakarta

Chishitsuchosajo, , The Coal Resources of the East Indian Archipelago V. Coal

Resources of Celebes, Moluccas and New

Guinea, Bandung.

C.J. Pigram & U. Sukanta 1989; Geologi

(8)

Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi, Bandung.

Hutagalung J.S.O., 1974, Report No.112 Notes on a Visit to the Bintuni - Horna

Coalfield VogelkopIrian Jaya, PT Riotinto

Bethlehem Indonesia, Jakarta

(9)

Foto 3.1 MMorfologi peg Danau Ang

gunungan de ggi Gigi, gam

engan kemiri bar diambil d

ngan lereng dari lereng G

yang terjal d Gunung Maut

(10)
(11)
(12)

Tabel 3.1 Tatanan Stratigrafi daerah Ransiki

(13)

Gambar

Gambar 1. Peta Geologi Daerah Ransiki dan sekitarnya.
Tabel 3.1 Tatanan Stratigrafi daerah Ransiki
Tabel 3.2 Hasil Analisis Proksimat dan Ultimat conto batubara

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian menunjukkan bahwa literasi keuangan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap perilaku keuangan mahasiswa akan tetapi gender, usia, kemampuan akademis

Sepengetahuan Kepala Kejaksaan Negeri/asisten Tindak Pidana Umum Jaksa Penuntut Umum yang bersangkutan segera membina koordinasi dan kerja sama dengan Penyidik guna mengarahkan

PENGEMBANGAN Dan PENGELOLAAN JARINGAN IRIGASI, RAWA Dan JARINGAN PENGAIRAN LAINNYA PENGGUNAAN DANA SISA TENDER PENINGKATAN JARINGAN IRIGASI SUMBER DANA ALOKASI KHUSUS (DAK)

Berdasarkan arah kebijakan pembangunan nasional dan visi serta kondisi yang ingin dicapai dalam lima tahun kedepan dalamdalam rangka peningkatan pengeloalaan

ditawarkan ( Estron ) : 12 November 2015 dan Vyex Forte kadaluarsa : Juni 2012 sementara dipersyaratkan untuk masa kadaluarsa minimal 1 tahun dari serah terima barang. 6

Pencatatan dan pelaporan data obat di Instalasi Farmasi Kabupaten/Kota merupakan rangkaian kegiatan dalam rangka penatausahaan obat-obatan secara tertib baik

Sektor pertanian selama tahun 2014 menghasilkan nilai tambah terbesar dalam struktur perekonomian Kabupaten Solok yang dipresentasikan melalui PDRB Atas dasar Harga