• Tidak ada hasil yang ditemukan

7. Internalisasi Kecerdasan Emosional dalam Pendidikan Jasmani. Jurnal Pendidikan Jasmani Indonesia, 2009..

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "7. Internalisasi Kecerdasan Emosional dalam Pendidikan Jasmani. Jurnal Pendidikan Jasmani Indonesia, 2009.."

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

Volume 7, Nomor 1, April 2010

lurnal

Pendidikan

T1

.

rnoonesla

o

JAStnanl

Diterbitkan

oleh:

(2)

Jurnal

Pendidikan

Jasmani

Indonesia

rssN 0216-1699

Volume

7, Nomor 1, April 2010

Catatan Editorial . ' . . . . ' . . . ' ' . . . . ' . : Pembelajaran pendidikan Jasmani

ill

V

1 - 6 yang Efektif dan Berkualitas

Andun Sudijandoko, Universitas Negeri

Surabaya Internalisasi Kecerdasan

Emosional dalam pembelajaran

Pendidikan

Jasmani

oraniaga

la;?#l;1"rr

rri Ani

Hastuti,

universitis

il;j.i, i"Urlnarta

...

Penanaman Nilai Kesetiakawanan Sosial Metalui pendidikan Jasmani

O"n Of"fn"J" paiman, sekorah

Menengah pertami rvegeris

wates Dry ...

;;fr ?il3i:i8:i#nnBTJsahaKesehatansekorah(uKS)

Sriawan, Universitas Negeri yogyakarta Aktivitas Ritmik dalam pendidikan

Jasmani diSekolah Dasar

F.

Suharjana,

Universitas

Negeri

yogyakarta

Upaya

MengembanOkal

fglampuan

Motorik

Kasar

( Grsss

Mo'or

;flfl[:'ft!;3fiJtf.#

: ::

da

A

n

a

k Us

ia

3.

6 ra

h

u

n

[3111ny"n.Dasar

Bermain

Sepakbota

srswaKetas Vilf SMp N e pandaf< rrr Hermawan N dan soni Nopembri,

universitas Negeriyogyakarta

l::,lqn*l_Motivasi

dan

Keterampitan

Menc

sepak-bola

rrrreraiui?'ucing

Tikus

oacra

sio,^,.*9]',T,8:F

dalam

Pembelajaran

s.l. l l9,? rr,r

"

r

"

r

u

i r r J;;'i;fi ::;';1"1,ffi:

?n'''

n

n B

o

ra

da

ra

m pe

m

be

raja

ra

n

Sri

Widiastuti

o"n

ii* Bohmah

Mukria

ni ff

,ffi

:p_

G tagahombo

e i-"mp"r

SriWidjastuti dan Nur"_ ..rve Hqwq .-,uwa "",ff::p_Glagahombo e tempe

oan

un

ive

Jt:li"i!',',T,::3i:

M

uktia

n i, s D r.:

rasanom

bo

2 rempet

s teman

7 - 1 3

1 4 -2 1

2 2 - 2 7

2 8 - 3 5

3 6 - 4 0

4 1 - 4 6

lf]1?:if:ya

putrisMA

N 1 Jetis

Bantul

tr:glyl

:lstrarurirurer

Bora

Basket

Ernawati r"' man

in gsih d; M "

;;m id An wa r, Un iversitas Negeri yogyakarta

ldTtj$Tjf;lda an s€

lfl i

dfl

.prasa

ran

a pe

n did

ika

n J as

m

an

i

Dodisantosoo"nsrr,"ii]iffi

;#::'iiJ,iJlt1ff

:#l

47 -59

6 0 - 6 7

(3)

Jurnal Pendidikan Jasmanl lndonesia Volume 7, Nomor 1, April 2010

Diterbitkan Oteh: Jurusan Pendidikan Olahraga Fakultas llmu Keolahragaan Universitas Negeri Yogyakarta

I NTERNALISASI

KECERDASAN

EMOSIONAL

DALAM

PEMBELAJARAN

PENDIDIKAN

JASMANI

OLAHRAGA

DAN

KESEHATAN

oleh TriAni Hastuti

Universitas

Negeri

Yogyakarta

Abstract

There are many people opinionthat in orderto achieve higher learning required high intellectual quotient (lQ). However, according to latest research results in the field of psychology prove that lQ is not the only factor affecting someone learning achievement, but there are many other factors, one of them is emotional intelligence. Emotional intelligence is the ability to recognize the emotional self, managing emotions, motivating oneself, recognizing emotions of other people (empathy) and the ability to build relationships (cooperation) with another. Through physical, sports, and health education students can acquire and develop their emotional intelligence because they involved in teach i n g -l ea rn i n g d i rectly.

Keywords: emotional intelligence, teaching-learning with game in physical, sports, and health education

PENDAHULUAN

Pendidikan adalah suatu usaha atau kegiatan yang dijalankan dengan sengaja, teratur dan berencana dengan maksud mengubah atau mengembangkan perilaku yang diinginkan. Sekolah sebagai lembaga formal merupakan sarana dalam rangka pencapaian tujuan pendidikan tersebut. Melalui sekolah, siswa belajar berbagaimacam hal. Dalam pendidikan formal, belajar menunjukkan adanya perubahan yang sifatnya positif sehingga pada tahap akhir akan didapat keterampilan dan kecakapan.

Dari hasil survey 6esar-besaran di Amerika terhadap orang tua dan guru menunjukkan bahwa anak-anak generasi sekarang lebih sering mengalami masalah emosi daripada generasi terdahulu. Rata-rata, anak-anaksekarang tumbuh dalam kesepian dan

JPJI, Volume 7, Nomor 1, April 2010

depresi, lebih mudah marah dan lebih sulit diatur, lebih gugup dan cenderung cemas, lebih impulsive dan agresif. Tanda-tanda paling jelas mengenai penurunan initerlihat dari bertambahnya kasus kaum muda yang mengalami masalah-masalah seperti putus asa t e r h a d a p m a s a d e p a n d a n k e t e r k u c i l a n , p e n y a l a h g u n a a n o b a t b i u s , k r i m i n a l i t a s d a n kekerasan, depresi atau masalah rnakan, kehamilan tidak diinginkan, kenakalan dan putus sekolah

(Goleman,2001 :17).

Anak yang mendapatkan pendidikan emosi lebih mampu mengatasi masalah-masalah yang terjadi disekitar mereka dan mampu memenuhi tuntutan akademis disekolah. Kecerdasan emosi itu sendiri tidak diajarkan secara khusus di sekolah dan tidak tercatat dalam dokumen rapor, seperti nilai-nilai pelajaran ataupun keterampilan lainnya sehingga tidak a d a s u m b a n g a n s e c a r a la n g s u n g t e r h a d a p peningkatan prestasi belajar. Proses belajar di sekolah a d a l a h p r o s e s y a n g s i f a t n y e r k o m p l e k s d a n menyeluruh. Banyak orang yang berpendapat bahwa untuk meraih prestasi yang tinggi dalam belajar, seseorang harus memiliki lntelligence Quotient (lQ\ yang tinggi, karena inteligensi mqrupakan bekal potensial yang akan memudahkan dalam belajar dan pada gilirannya akan menghasilkan prestasi belajar yang optimal.

(4)

Tri Ani Hastuti

t i d a k d a p a t m e r a i h p r e s t a s i b e | a j a r y a n g s e t a r a dengan kemampuan inteligensinya' Ada siswa yang

mempunyai kemampuan inteligensi tinggi tetapi memperoleh prestasi belajar yang relatif rendah' namun ada siswa yang walaupun kemampuan inteligensinya relatif rendah' dapat meraih prestasi nelajar yang relatif tinggi' ltu sebabnya taraf inteligensi b u k a n m e r u p a k a n s a t u - s a t u n y a f a k t o r y a n g menentukan keberhasilan seseorang' karena ada faktor lain yang mempengaruhi' lvlenurut Goleman

(2000 : 44), kecerdasan intelektual (lQ) hanya menyumban g2O%bagi kesuksesan' sedangkan 80% adalah sumbangan faktor kekuatan-kekuatan lain' diantaranya adalah kecerdasan emosional atau E m o t i o n a l Q u o t i e n t ( E Q ) y a k n i k e m a m p u a n

memotivasidirisendiri,mengatasifrustasi'mengontrol desakan hati, mengatur suasana hati (mood)'

berempati serta kemampuan bekerja sama' Institut Teknologi Carneggie (Ary GinanjarAgustian' 2009:127)

dalam penelitian terhadap 10'OO0 orang sukses m e n y i m p u l k a n h a n y a 1 5 " / o y a n g m e n g a k u i kemampuan teknis menjadi penentu keberhasilan' 85% didominasi factor kepribadian' Dalam proses belajar siswa, kedua inteligensi itu sangat diperlukan' lQ tidak dapat berf ungsi dengan baik tanpa partisipasi penghayatan emosional terhadap mata pelajaran yang disamPaikan di sekolah'

P e n d i d i k a n d i s e k o l a h b u k a n h a n y a p e r l u mengemban gkan rationat intelligence yaitu model pemahaman yang lazimnya dipahami siswa saja' melainkan juga perlu mengembangkan emotional

intelligence siswa ' Hasil beberapa penelitian di University of Vermont mengenai analisis struktur neurologis otak manusia dan penelitian perilaku oleh LeDoux (1970) menuniukkan bahwa dalam peristiwa penting kehidupan seseorang' EQ selalu mendahului intelegensi rasional' EQ yang baikdapat menentukan k e b e r h a s i l a n i n d i v i d u d a | a m p r e s t a s i b e | a j a r membangun kesuksesan karir' mengembangkan hubungan suami-istri yang harmonis dan dapat mengurangi agresivitas, khususnya dalam kalangan remaja (Goleman, 2002:17)'

Kemunculan istilah kecerdasan emosional dalam pendidikan, bagi sebagian orang mungkin dianggap sebagai jawaban atas kejanggalan tersebut' Teori Daniel Goleman, sesuai dengan judul bukunya'

memberikan definisi baru terhadap kata ceroas' Walaupun EQ merupakan hal yang relatif baru dibandingkan lQ, namun beberapa penelitian telah mengisyaratkan bahwa kecerdasan emosional tidak kalah penting dengan lQ (Goleman,2002:44)'

M e n u r u t G o l e m a n ( 2 0 0 2 : 5 1 2 ) , k e c e r d a s a n emosional adalah kemampuan seseorang mengatur kehidupan emosinya dengan inteligensi (to manage ouremotional life with intelligence)'' menJaga k e s e l a r a s a n e m o s i d a n p e n g u n g k a p a n n y a ( t h e

app rop ri ate n ess of e m oti on an d its e xp re s s i o n) me I al ui keterampilan kesadaran diri, pengendalian diri' motivasi diri, empati dan keterampilan sosial' Menurut Goleman, khusus pada orang-orang yang murni hanya m e m i l i k i k e c e r d a s a n a k a d e m i s t i n g g i ' rn e r e k a cenderung memiliki rasa gelisah yang tidak beralasan' terlalu kritis, rewel, cenderung menarik diri' terkesan d i n g i n d a n c e n d e r u n g s u l i t m e n g e k s p r e s i k a n kekesalan dan kemarahannya secara tepat' Bila didukung dengan rendahnya taraf kecerdasan emosionalnya, maka orang-orang seperti ini sering menjadi sumber masalah' Karena sifat-sifat di atas' b i l a s e s e o r a n g m e m i l i k i l Q t i n g g i n a m u n t a r a f kecerdasan emosionalnya rendah maka cenderung akan terlihat sebagai orang yang keras kepala' sulit bergaul, mudah frustrasi, tidak mudah percaya kepada orang lain, tidak peka dengan kondisi lingkungan dan cenderung putus asa bila mengalamistress' Kondisi sebaliknya, dialami oleh orang-orang yang memiliki taraf lQ rata-rata namun memiliki kecerdasan emosionalYang tinggi'

PENGERTIAN EMOSI

Kata emosi berasal dari bahasa latin' yaitu emovere, yang berarti bergerak menjauh' Arti kata ini m e n y i r a t k a n b a h w a k e c e n d e r u n g a n ' b e r t i n d a k merupakan hal mutlak dalam emosi' Menurut Daniel Goleman (2002:411) emosi merujuk pada suatu perasaan dan pikiran yang khas' suatu keadaan b i o l o g i s d a n p s i k o l o g i s d a n s e r a n g k a i a n kecenderungan untuk befiindak' Emosi pada dasarnya adalah dorongan untuk bertindak' Biasanya emosl merupakan reaksiterhadap rangsangan dari luar dan

d a | a m d i r i i n d i v i d u ' s e b a g a i c o n t o h e m o s i g e m b i r a mendorong perubahan suasana hati seseorang'

s€

m

b(

as er m t n to at te (s ( k m (k G m t a m p( d i kt ti( rit p(

h i

(6 jiji kr

e l d(

itr be th s€ y e ke a l ke de de

S€

(5)

Internalisasi Kecerdasan Emosional Dalam pembelajaran Pendidikan Jasmani Olahraga Dan Kesehatan

sehingga secara fisiologi terlihat tertawa, emosi sedih mendorong seseorang berperilaku menangis.

Emosi berkaitan dengan perubahan fisiologis dan berbagai pikiran. Jadi, emosimerupakan salah satu aspek penting dalam kehidupan manusia, karena emosidapat merupakan motivator perilaku dalam arti meningkatkan, tapi juga dapat mengganggu perilaku intensional manusia. (Prawitasari, 1 995). Beberapa tokoh mengemukakan tentang macam-macam emosi, antara lain Descrates. Menurut Descrates, emosi terbagi atas : Desire (hasrat), hate (benci), Sorrow (sedih/duka), Wonder (heran), Lore (cinta) dan Joy ( k e g e m b i r a a n ) . S e d a n g k a n J B W a t s o n mengemukakan tiga macam emosi, yaitu : fear (ketakutan), Rage (kemarahan), Love (cinta). Daniel Goleman (2002:411) mengemukakan beberapa macam emosiyang tidak berbeda jauh dengan kedua t o k o h d i a t a s , y a i t u : ( 1 ) A m a r a h : b e r i n g a s , mengamuk, benci, jengkel, kesal hati, (2) Kesedihan: pedih, sedih, muram, suram, melankolis, mengasihi diri, putus asa, (3) Rasa takut: cemas, gugup, khawatir, was-was, perasaan takut sekali, waspada, tidak tenang, ngeri, (4) Kenikmatan: bahagia, gembira, riang, puas, riang, senang, terhibur, bangga, (5) Cinta: penerimaan, persahabatan, kepercayaan, kebaikan hati, rasa dekat, bakti, hormat, kemesraan, kasih, (6) Terkejut : terkesiap, terkejut, (7) Jengkel : hina, jijik, muak, mual, tidak suka, (8) malu : malu hati, kesal.

Sepertiyang telah diuraikan diatas, bahwa semua emosi menurut Goleman pada dasarnya adalah dorongan untuk bertindak. Jadi berbagai macam emosi itu mendorong individu untuk memberikan respon atau bertingkah laku terhadap stimulus yang ada. Dalam the Nicomachea Ethics pembahasan Aristoteles secara filsafat tentang kebajikan, karakter dan hidup y a n g b e n a r , t a n t a n g a n n y a a d a l a h m e n g u a s a i kehidupan emosional kita dengan kecerdasan. Nafsu, a p a b i l a d i l a t i h d e n g a n b a i k a k a n m e m i l i k i kebijaksanaan; nafsu membimbing pemikiran, nilai, dan kelangsungan hidup kita. Tetapi, nafsu dapat dengan mudah menjaditakterkendalikan, dan hal itu seringkali terjadi. Menurut Aristoteles, masalahnya b u k a n l a h m e n g e n a i e m o s i o n a l i t a s , m e l a i n k a n mengenai keselarasan antara emosi dan cara mengekspresikan (Goleman, 2002:xvi).

JPJI, Volume 7, Nomor 1, April 2010

M e n u r u t M a y e r (G o l e m a n , 2 0 0 2 : 6 5 ) o r a n g c e n d e r u n g m e n g a n u t g a y a - g a y a k h a s d a l a m menangani dan mengatasi emosi mereka, yaitu : sadar diri, tenggelam dalam permasalahan, dan pasrah. Dengan melihat keadaan itu maka penting bagisetiap i n d i v i d u m e m i l i k i k e c e r d a s a n e m o s i o n a l a g a r m e n j a d i k a n h i d u p le b i h b e r m a k n a d a n t i d a k menjadikan hidup yang di jatani menjadi sia-sia. Berdasarkan uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa emosi adalah suatu perasaan (afek) yang mendorong individu untuk merespon atau bertingkah laku terhadap stimulus, baik yang berasal dari dalam maupun dari luar diiny a.24

KECERDASAN EMOSIONAL

lstilah "kecerdasan emosional', pertama kali dilontarkan pada tahun 1990 oleh psikolog peter Salovey dari Harvard University dan John Mayer dari University of New Hampshire untuk menerangkan kualitas-kualitas emosional yang tampaknya penting bagi keberhasilan. Salovey dan Mayer mendefinisikan kecerdasan emosionalatau yang sering disebut Ee sebagai : "himpunan bagian dari kecerdasan sosial yang melibatkan kemampuan mennantau perasaan sosialyang melibatkan kemampuan pada orang lain, memilah-milah semuanya dan menggunakan informasi ini untuk membimbing pikiran dan tindakan" (Shapiro, 1998:8).

Kecerdasan emosional sangat dipengaruhi oleh lingkungan, tidak bersifat menetap, dapat berubah-ubah setiap saat. Untuk itu peranan lingkungan terutama orang tua pada masa kanak-kanak sangat mempengaruhi dalam pembentukan kecerdasan e m o s i o n a l . K e t e r a m p i l a n E Q b u k a n l a h l a w a n keterampilan lQ atau keterampilan kognitif, namun keduanya berinteraksi secara dinamis, baik pada tingkatan konseptual maupun didunia nyata. Selain i t u , E Q t i d a k b e g i t u d i p e n g a r u h i o l e h f a k t o r keturunan.(Shapiro, 1 998-1 0).

(6)

Tri Ani Hastuti

(Goleman, 2000:180). Gardner dalam bukunya yang berjudul Frame Of Mind (Goleman, 2000:50-53) m e n g a t a k a n b a h w a b u k a n h a n y a s a t u je n i s kecerdasan yang monolitikyang penting untuk meraih sukses dalam kehidupan, melainkan ada spektrum kecerdasan yang lebar dengan tujuh varietas utama y a i t u li n g u i s t i k , m a t e m a t i k a / l o g i k a , s p a s i a l , kinestetik, musik, interpersonal dan intrapersonal' Kecerdasan ini dinamakan oleh Gardner sebagai kecerdasan pribadi yang oleh Daniel Goleman disebut sebagai kecerdasan emosional.

Menurut Gardner, kecerdasan pribadi terdiri atas kecerdasan antar pribadi yaitu kemampuan untuk memahami orang lain, apayang memotivasi mereka, bagaimana mereka bekerja, bagaimana bekerja bahu m e m b a h u d e n g a n k e c e r d a s a n . S e d a n g k a n kecerdasan intra pribadi adalah kemampuan yang korelatif, tetapiterarah ke dalam diri' Kemampuan tersebut adalah kemampuan membentuksuatu model diri sendiri yang teliti dan mengacu pada diri serta kemampuan untuk menggunakan modal tadi sebagai alat untuk menempuh kehidupan secara efektif (Goleman, 2002:52\.

Dalam rumusan lain, Gardnermenyatakan bahwa i n t i k e c e r d a s a n a n t a r p r i b a d i i t u m e n c a k u p "kemampuan untuk membedakan dan menanggapi dengan tepat suasana hati, temperamen, motivasi dan hasrat orang lain". Dalam kecerdasan antar pribadi yang merupakan kunci menuju pengetahuan diri, Gardner mencantumkan bahwa "akses menuju perasaan-perasaan diri seseorang dan kemampuan untuk membedakan perasaan-perasaan tersebut serta memanfaatkannya untuk menuntun tingkah laku" (Goleman, 2002 : 53).

Berdasarkan kecerdasan yang dinyatakan oleh Gardner tersebut, Salovey dalam Goleman (2000:57) memilih kecerdasan interpersonal dan kecerdasan intrapersonal untuk dijadikan sebagai dasar untuk mengungkap kecerdasan emosional pada diri individu' M e n u r u t n y a k e c e r d a s a n e m o s i o n a l a d a l a h kemampuan seseorang untuk mengenali emosi diri, mengelola emosi, memotivasi diri sendiri, mengenali emosi orang lain (empati) dan kemampuan untuk membina hubungan (kerjasama) dengan orang lain' Menurut Goleman (2002:512),kecerdasan emosional adalah kemampuan seseorang mengatur kehidupan

emosinya dengan inteligensi (to manage our emotional life with intelligence); menjaga keselarasan emosi dan pen g u n g kapan nya (t h e app rop ri aleness of e m ot i on and its expression) melalui keterampilan kesadaran diri, pengendalian diri, motivasi diri, empati dan keterampilan sosial.

Berdasarkan pendapat tersebut diatas dapat d i s i m p u l k a n b a h w a y a n g d i m a k s u d d e n g a n kecerdasan emosional adalah kemampuan untuk m e n g e n a l i e m o s i d i r i , m e n g e l o l a e m o s i d i r i , memotivasi diri sendiri, mengenali emosi orang lain (empati) dan kemampuan untuk membina hubungan (kerjasama) dengan orang lain.

Faktor Kecerdasan Emosional

G o l e m a n ( 2 0 0 2 : 5 8 - 5 9 ) m e n g u t i p S a l o v e y menempatkan kecerdasan pribadi Gardner dalam definisi dasar tentang kecerdasan emosional yang dicetuskannya dan memperluas kemapuan tersebut menjadilima kemampuan utama, yaitu :

Mengenali Emosi Diri

Mengenali emosi diri sendiri merupakan suatu kemampuan untuk mengenali perasaan sewaktu perasaan itu terjadi. Kemampuan ini merupakan dasar dari kecerdasan emosional, para ahli psikologi menyebutkan kesadaran diri sebagai metamood, yakni kesadaran seseorang akan emosinya sendiri. Menurut Mayer (Goleman, 2002:64) kesadaran diri adalah waspadaterhadap suasana hati maupun pikiran tentang suasana hati, bila kurang waspada maka individu menjadi mudah larut dalam aliran emosidan dikuasai oleh emosi. Kesadaran diri memang belum menjamin penguasaan emosi, namun merupakan salah satu prasyarat penting untuk mengendalikan emosi sehingga individu mudah menguasai emosi. Mengelola Emosi

Mengelola emosi merupakan kelnampuan individu dalam menangani perasaan agar dapat terungkap dengan tepat atau selaras, sehingga tercapai keseimbangan dalam diri individu. Menjaga agar emosi yang merisaukan tetap terkendali merupakan kunci menuju kesejahteraan emosi. Emosi berlebihan, yang meningkat dengan intensitas terlampau lama akan mengoyak kestabi lan kita (Golem an, 2002:77 -7 8)' K e m a m p u a n i n i m e n c a k u p k e m a m p u a n u n t u k menghibur diri sendiri, melepaskan kecemasan,

(7)

I

- - J

Internalisasi Kecerdasan Emasional

Datam pembetajaran pendidikan Jasmani Otanrug" dikusehatan

kemurungan atau ketersinggungan

dan akibat-akibat yang ditimbulkannya serta kemampuan

untuk bangkit dari perasaan-perasaan yang menekan.

Memotivasi Diri Sendiri

Prestasi harus dilalui dengan dimilikinya motivasi dalam diri individu, yang berarti memiliki ketekunan u n t u k m e n a h a n d i r i t e r h a d a p k e p u a s a n

d a n mengendalikan dorongan hati,

serta mempunyai perasaan motivasi yang positif, yaitu

antusianisme, gairah, optimis dan keyakinan diri.

Mengenali Emosi Orang Lain

Kemampuan untuk mengenali emosi

orang lain disebut juga empati. Menurut Goleman

(2002:57) kemampuan seseorang untuk mengenali

orang lain a t a u p e d u l i , m e n u n j u k k a n k e m a m p u a n

e m p a t i seseorang. Individu yang memiliki kemampuan

empati lebih mampu menangkap sinyal-sinyal

sosial yang tersembunyi yang mengisyaratkan

apa_apa yang dibutuhkan orang lain sehingga

ia lebih mampu menerima sudut pandang orang lain, peka terhadap p e r a s a a n

o r a n g la i n dan lebih mampu untuk mendengarkan orang lain.

Orang-orang yang hebat dalam keterampitan membina hubungan ini akan sukses dalam bidang apapun. Orang berhasil dalam pergaulan

karena mampu berkomunikasiden

oran

s in

i popurer

.:ilTTffiffi:t ;l,H::;

teman yang menyenangkan

karena kemampuannya berkomunikasi (Goleman, 2002:59).

naman tamah, baik hati, hormat dan disukai o;";; tain dapat dijadikan petunjuk positif bagaimana

.L*" r"rp, membina hubungan dengan orang

lain. Sejauhmana kepribadian siswa berkembang

dilihat dari oanyaknya hubungan interpersonal yang

dilakukannya. PEMBELAJARAN PENDIDIKAN

JASMANI, OLAHRAGA DAN KESEHATAN

Pendidikan jasmani dan olahraga

merupakan salah satu matapelajran yang dilaksanakan

pada jenjang p e n d i d i k a n d a s a r , m e n e n g a h ,

b a h k a n p a d a p e n d i d i k a n t i n g g i . M e n u r u r

B S N p ( 2 ! 0 0 6 : 7 0 2 ) P e n d i d i k a n j a s m a n i , o l a h r a g a

d a n k e s e h a t a n m e r u p a k a n b a g i a n in t e g r a l

d a r i p e n d i d i k a n keseluruhan yang bertujuan

mengemOangtan aspek kebugaran jasmani, keterampilan gerak,

kJtranmpitan berf ikir kritis, keterampilan social, p1

n.,"r*, stabilitas emosional, tindakan moral, aspek

pola hidup sehat dan pengenalan lingkungan bersih

melalui aktifitas jasmani, olahraga

dan kesehat"n Vung dipilih direncanakan secara sistematis

Oalam rangka mencapai tujuan pendidikan nasional.

Rosenthal datam penelitiannya

menunjukkan bahwa orang-orang yang mampu membaca perasaan dan isyarat non verbal lebih mampu

menyesuiakan diri secara emosional, lebih populer, lebih mudah beraul, dan lebih peka (Goleman,2002:136).

Nowicki, ahli psikologi menjelaskan bahwa

anak_anak yang tidak mampu membaca atau mengungkapkan

emosi dengan baik akan terus menerr. ,Lr"r" frustasi (Goleman, ZOO2:172). Seseorang

yang mampu membaca emosi orang lain juga memiliki

kesadaran diri yang tinggi. Semakin mampu terbuka pada emoslnya sendiri, mampu mengenaldan

mengakui emosinya sendiri, maka orang tersebut mempunyai kemampuan untuk membaca perasaan

orang lain. Membina Hubungan

K e m a m p u a n d a l a m m e m b i n a h u b u n g a n merupakan suatu keterampilan

yang menunjang popularitas, kepemimpinan

dan keberhasilan antar pribadi (Goleman, 2002:59).

Keterampilan dalam berkomunikasi merupakan kemampuan

dasar dalam keberhasilan membina hubungan.

Individu sulit untuk mendapatkan apa yang diinginkannya

dan sutit juga memahami keinginan serta kemauan

orang lain. JPJI, Volunne 7, Nomor 1, April 2010

Melalui proses tersebut, memberikan

kontribusi t e r h a d a p p e r k e m b a n g a n

a n a k y a n g Oersifat menyeluruh bukan partialatau berat

seOea-n , meliputi perkembangan psikomotorik,

pengetahuan dan penataran (kognitif), watak

serta kepribadian (afektif). Pembekalan pengalaman belajar

tersebut diarahkan untuk membina sekaligus membentuk

gaya hidup sehat dan aktif sepanjang hayat. Nilaiinitai yang terkandun g didaram pemberajaran

penjasorkes antara lain : kejujuran, keadili

mensharsai

dun,"*ffi

[',l1]

lil?1ffi

"l]i;

peraturan dan kewenangan,

fairplay, disiplin, empati, kepemimpinan, kerja sama,

dan lain_lain. Ruang lingkup pendidikan jasmani, olahraga

dan k e s e h a t a n d a p a t d i b a g i menjadi

" r p u t , y " i t , pembentukan gerak nreliputi:

memahami keinginan gerak, menghayati ruang, waktu,

irama dan bentuk.

(8)

Tri Ani Hastuti

m e n g e n a l k e m u n g k i n a n g e r a k s e n d i r i , m e m i l i k i keyakinan gerak dan perasaan gerak (kinestetik)' memperkaya kemampuan gerak' Pembentukan prestasi, meliputi : mengembangkan kemampuan kerja optimal, mengarahkan diri untuk berprestasi dengan keuletan, konsentrasi, menguasai emosi, m e n g e n a l k e t e r b a t a s a n d a n k e m a m p u a n d i r i , membentuk sikap yang tepat terhadap nilai yang terdapat dalam kehidupan sehari-hari. Pembentukan Sosial, meliputi : mengakui dan menerima peraturan dan norma bersama, belajar bekerja sama menerima pimpinan dan memimpin, belajar bertanggungjawab, b e r k o r b a n , d a n m e m b e r i k a n p e r t o l o n g a n , mengembangkan pengakuan terhadap orang lain, sebagai diri pribadi dan rasa hidup di masyarakat dan belajar mengenal dan menguasai kegiatan waktu luang. Pertumbuhan, meliputi: meningkatkan saraf u n t u k m a m p u b e r g e r a k b a i k d a n b e r p r e s t a s i , meningkatkan kesehatan atau kesegaran jasmani termasuk kemampuan bertan ggungjawab terhadap kesehatan pribadi dan kebiasaan hidup sehat.

KETERKAITAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DAN PEMBELAJARAN PENJASORKES

Pendidikan jasmani bukan hanya merupakan aktifitas fisik secara sempit atau terisolasi melainkan berada pada konteks pendidikan secara menyeluruh yaitu untuk membentuk manusia yang seutuhnya. Melalui pendidikan jasmani yang teratur, terencana, terbimbing, terarah diharapkan dapat tercapai nilai-nilaiyang ada dalam seperangkat tujuan yang meliputi pembentukan dan pembinaan perkembangan jasmani dan rokhani sehingga terwujud keseimbangan yang s i n e r g i s a n t a r a d o m a i n k o g n i t i f , a f e k t i f d a n psikomotoriknya. Keseimbangan yang sinergis ini akan membantu anak didik untuk memiliki kecerdasan emosional yang memadai dikarenakan didalam penjasorkes anak mendapatkan kesempatan untuk terlibat secara langsung dan seluas-luasnya untuk berinteraksi dengan lingkungannya, memecahkan m a s a l a h - m a s a l a h y a n g s i f a t n y a s i t u a s i o n a l , mengekpresikan diri dan mengaktualisasikan dirinya.

KESIMPULAN

Keterampilan dasar emosional tidak dapat dimiliki secara tiba-tiba, tetapi membutuhkan proses dalam mempelajarinya dan lingkungan yang membentuk kecerdasan emosional tersebut besar pengaruhnya. H a l p o s i t i f a k a n d i p e r o l e h b i l a a n a k d i a j a r k a n keterampilan dasar kecerdasan emosional, secara emosional akan lebih cerdas, penuh pengertian, mudah menerima perasaan-perasaan dan lebih b a n y a k p e n g a l a m a n d a l a m m e m e c a h k a n permasalahannya sendiri, sehingga pada saat remaja akan lebih banyak sukses disekolah dan dalam berhubungan dengan rekan-reka sebaya serta akan terlindung dari resiko-resiko seperti obat-obat terlarang, kenakalan, kekerasan serta seks yang tidak aman.

P e n d i d i k a n d i s e k o l a h b u k a n h a n y a p e r l u mengembangkan rational intelligence yaitu model pemahaman yang lazimnya dipahami siswa saja, melainkan juga perlu mengembangkan emotional intelligence siswa . Hasil beberapa penelitian mengenai analisis struktur neurologis otak manusia dan penelitian perilaku menunjukkan bahwa dalam peristiwa penting kehidupan seseorang, EQ selalu mendahului intelegensi rasional. EQ yang baik dapat menentukan keberhasilan individu dalam prestasi b e l a j a r m e m b a n g u n k e s u k s e s a n k a r i r , mengembangkan hubungan suami-istri yang harmonis dan dapat mengurangi agresivitas, khususnya dalam k a l a n g a n r e m a j a . U n t u k m e n g e m b a n g k a n d a n m e n g o p t i m a l k a n k e c e r d a s a n e m o s i o n a l y a n g berperan dalam keberhasilan siswa baik disekolah maupun di lingkungan sekitarnya, maka disarankan kepada pihak sekolah terutama guru-guru pengajar agar memasukkan unsur-unsur kecerdasan emosioal dalam menyampaikan materi serta melibatkan emosi siswa dalam proses pembelajaran.

DAFTAR PUSTAKA

Ary Ginanjar Agustian. (2009). Mengapa ESQ. Jakarta: PT ARGA Publishing.

BSNP.2006. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan Sekolah Dasar dan Madrasah lbtidaiyah. Jakarta : BNSP

Gol ( t Gol,

I I Got

Mor

I {

sap

I Sarl

l lrwt

(9)

Internallsasl Kecerdasan Emosional Datam pembelajaran Pendidikan Jasmani Olahraga Dan Kesehatan

Goleman, Daniel. (2002). Emotional lntelligence (terjemahan). Jakata : PT Gramedia Pustaka Utama.

Goleman, Daniel. (2000). Working With Emotional lntelligence (terjemahan). Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.

Gottman, John. (2001). Kiat-kiat Membesarkan Anak yang Memiliki Kecerdasan Emosional (terjemahan). Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama.

lrwanto. (1997). Psikologi Umum. Jakarta : pT. Gramedia Pustaka Utama.

Morgan, Clifford T, King, R.AWeizz, JR, Schopler. J, 1986. lntroduction of Psychology, (7th ed\, Singapore : Mc Graw Hil Book Company

Saphiro, Lawrence E. (1998). Mengajad<an Emotionat lntelligence Pada Anak. Jakarta : Gramedia. Sarlito Wirawan. (1 997). Psikologi Remaja. Jakarla :

PT. RajaGrafindo Persada.

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa suplementasi minyak ikan sebagai sumber vitamin-mineral pada level 100 ml dalam ransum babi landrace fase

produk tas tiruan di Kota Denpasar. Pengetahuan produk akan menentukan keputusan pembelian dan secara tidak langsung berpengaruh juga nantinya pada intensitas pembelian.

Persaingan yang tidak terlalu ketat pada jarak tanam sedang, memungkinkan tanaman memanfaatkan faktor tumbuh selain unsur hara seperti cahaya dan air semaksimal

Seseorang berpikiran bahwa mengingat peristiwa tentang emosi negatif lima kali lebih kuat dari pada mengingat peristiwa yang positif Sehingga seseorang akan lebih mudah

Keywords : Environmental awareness, Public participation, Simplify environmental monitoring tool, Strategic environmental assessment, Water

Berdasarkan hasil analisis data tersebut dapat dikatakan bahwa terdapat kontribusi yang signifikan kemampuan verbal dan kemampuan membaca pemahaman secara

Perihal : Undangan Pembuktian Kualifikasi untuk paket pekerjaan Pembuatan DED Puskesmas, Poskesdes, dan Puskesmas Pembantu di Dinas Kesehatan Kabupaten Muara Enim.. Dengan

Berkenaan dengan hal tersebut diatas, diharapkan agar Saudara dapat hadir tepat waktu dengan membawa dokumen asli dan 1 (satu) rangkap fotocopy untuk setiap data yang telah