HUBUNGAN KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN PARTISIPASI BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI
(Study Deskriptif Pada Siswa Kelas 7 SMP IT As-Syifa Subang)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Dari Syarat untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan
Oleh
M. Afdhaluddin Hafizh 0901529
PRODI PENDIDIKAN JASMANI KESEHATAN DAN REKREASI FAKULTAS PENDIDIKAN OLAHRAGA DAN KESEHATAN
HUBUNGAN KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN
PARTISIPASI BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN
PENDIDIKAN JASMANI
(Study Deskriptif Pada Siswa Kelas 7 SMP IT As-Syifa Subang)
Oleh:
M. AFDHALUDDIN HAFIZH
Sebuah Skripsi Yang Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Fakultas Pendidikan Olahraga dan Kesehatan
© M. Afdhaluddin Hafizh 2014 Universitas Pendidikan Indonesia
Februari 2014
Hak Cipta dilindungi Undang-undang.
MUHAMMAD AFDHALUDDIN HAFIZH
HUBUNGAN KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN PARTISIPASI BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI
(Study Deskriptif Pada Siswa Kelas 7 SMP IT As-Syifa Subang)
DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH
PEMBIMBING :
Pembimbing I
Dr. Bambang Abduljabar, M.Pd NIP. 196509091991021001
Pembimbing II
Dr. Nuryadi, M.Pd NIP. 197101171998021001
Mengetahui,
Ketua Program Studi Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi
Hubungan Kecerdasan Emosional Dengan Partisipasi Belajar Siswa
Dalam Pembelajaran Pendidikan Jasmani
(Study Deskriptif pada Siswa Kelas 7 SMP IT As-Syifa Subang)
Muhammad Afdhaluddin Hafizh
Bambang Abduljabar
1Nuryadi
2PROGRAM STUDI PENDIDIKAN JASMANI KESEHATAN DAN REKREASI FAKULTAS PENDIDIKAN OLAHRAGA DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
muhammadafdhol20@ymail.com
ABSTRAK
Kurangnya kecerdasan emosional siswa dalam pembelajaran pendidikan jasmani mengindikasikan rendahnya partisipasi belajar gerak siswa. Pentingnya melibatkan kesadaran diri, pengendalian diri, motivasi, empati serta keterampilan sosial dalam proses pembelajaran pendidikan jasmani.
Suatu study deskriptif dengan metode survey serta menggunakan teknik kuisioner/angket dalam pengumpulan data. Disebar pada 104 orang siswa di SMP IT As-Syifa Subang.
Data hasil penyebaran angket dan analisis Pearson Correlation dan Koefisien Korelasi (Uji R2) dengan menggunakan bantuan program komputer SPSS 21, diperoleh hasil besaran korelasi 0,787 dengan rtabel 0,189112 (df=102 dan taraf signifikan α=0,05).
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa, Pertama, hubungan kecerdasan emosional dengan partisipasi belajar siswa kelas 7 SMP IT As-Syifa Subang adalah positif. Kedua, terdapat bukti-bukti bahwa kecerdasan emosional dapat ditingkatkan melalui partisipasi belajar siswa kelas 7 SMP IT As-Syifa Subang. Ketiga, terdapat interaksi guru dan siswa kelas 7 SMP IT As-Syifa Subang ketika kecerdasan emosional dikaitkan dengan partisipasi belajar.
Muhammad Afdhaluddin Hafizh, 2014
Hubungan Kecerdasan Emosional Dengan Partisipasi Belajar Siswa Dalam Pembelajaran Pendidikan Jasmani
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Relationship between Emotional Intelligence and Student
Participation in Learning Physical Education
(Descriptive Study in the 7th Grade of Islami Junior High School
As-Shifa Subang)
Muhammad Afdhaluddin Hafizh
Bambang Abduljabar
1Nuryadi
2PROGRAM STUDY PHYSICAL EDUCATION AND RECREATION FACULTY OF PHYSICAL EDUCATION AND HEALTH
INDONESIAN UNIVERSITY OF EDUCATION
muhammadafdhol20@ymail.com
ABSTRACT
Lack of students emotional intelligence in teaching physical education indicates low student's participation in motion study. The importance of involving self-awareness, self-control, motivation, empathy and social skills in the learning process of physical education.
A descriptive study using survey method and questionnaire techniques/questionnaires in data collection. Distributed to 104 students in the 7th grade of islami junior high school As-Shifa Subang.
Data from questionnaire and analysis Pearson Correlation and Coefficient of Correlation (R2 Test) by using the computer program SPSS 21, the amount of correlation results obtained 0.787 with rtabel 0.189112 (df = 102, and the significant level α = 0.05).
These results of research indicate that, first, the relationship between emotional intelligence and student's participation in the 7th grade of islami junior high school As-Shifa Subang is positive. Second, there are evidences that emotional intelligence can be enhanced by student's participation in the 7th grade of islami junior high school As-Shifa Subang. Third, there is teachers and students interaction in the 7th grade of islami junior high school As-Shifa Subang when emotional intelligence is associated with learning participation.
DAFTAR ISI
ABSTRAK………... ... i
KATA PENGANTAR. ... ii
UCAPAN TERIMA KASIH ... iii
DAFTAR ISI………. ... iv
DAFTAR TABEL…….. ... vi
DAFTAR GAMBAR…. ... vii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1.Latar Belakang ... 1
1.2.Rumusan Masalah ... 6
1.3.Tujuan Penelitian ... 7
1.4.Manfaat penelitian ... 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 9
2.1.Tinjauan Pustaka ... 9
2.1.1.Profil SMP IT As-Syifa Subang ... 9
2.1.2.Konsep Pendidikan Jasmani ... 10
2.1.3.Konsep Kecerdasan Emosional ... 12
2.1.4.Konsep Partisipasi Belajar Siswa ... 18
2.1.5.Keterkaitan antara Kecerdasan Emosional dengan Partisipasi Belajar Siswa ... 22
2.2.Penelitian Terdahulu ... 25
2.3.Hipotesis ... 26
BAB III METODE PENELITIAN... 27
3.1.Objek Penelitian ... 27
3.2.Metode Penelitian ... 27
3.3.Populasi dan Sampel Penelitian ... 27
3.3.1. Populasi ... 27
3.3.2. Sampel ... 28
3.4.Operasional Variabel ... 30
3.5.Teknik Pengumpulan Data ... 31
v
Muhammad Afdhaluddin Hafizh, 2014
Hubungan Kecerdasan Emosional Dengan Partisipasi Belajar Siswa Dalam Pembelajaran Pendidikan Jasmani
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
3.6.1. Analisis Instrumen ... 32
3.6.2. Teknik Analisis Data ... 35
3.6.3Uji Hipotesis ... 36
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 39
4.1.Deskripsi Objek Penelitian ... 39
4.2.Profil Sampel ... 40
4.3.Gambaran Umum Variabel Penelitian ... 43
4.4.Hasil Penelitian ... 50
4.5.Pembahasan Hasil Penelitian ... 54
4.6.Implikasi Pendidikan ... 57
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 62
5.1.Kesimpulan ... 62
5.2.Saran ... 64
DAFTAR PUSTAKA ... 66
DAFTAR TABEL
1.1 Nilai Rata-Rata Akhir Semester Mata Pelajaran Pendidikan Jasmani
Kelas 7 SMP IT As-Syifa Subang... 3
2.1 Penelitian Terdahulu ... 25
3.1 Data Siswa Kelas 7 SMP IT As-Syifa Subang ... 28
3.2 Daftar Sampel Siswa Kelas 7 SMP IT As-Syifa Subang ... 29
3.3 Tabel Operasional Variabel... 30
3.4 Hasil Uji Validitas Instrumen... 33
3.5 Hasil Uji Reliabilitas Instrumen ... 34
4.1 Data Siswa Kelas 7 SMP IT As-Syifa Subang ... 40
4.2 Daftar Sampel Siswa Kelas 7 SMP IT As-Syifa Subang ... 40
4.3 Karakteristik Sampel Berdasarkan Kelas Belajar ... 41
4.4 Karakteristik Sampel Berdasarkan Golongan Umur ... 42
4.5 Klasifikasi Skor Standar Per Item ... 44
4.6 Klasifikasi Jumlah Skor Standar Kecerdasan Emosional Siswa ... 45
4.7 Klasifikasi Skor Kecerdasan Emosional Siswa Kelas 7 SMP IT As-Syifa Subang ... 45
4.8 Klasifikasi Jumlah Skor Standar Partisipasi Belajar Siswa ... 48
4.9 Klasifikasi Skor Partisipasi Belajar Siswa Kelas 7 SMP IT As-Syifa Subang ... 49
4.10 Correlations ... 51
4.11 Correlations ... 52
vii
DAFTAR GAMBAR
1.1 Kecerdasan Emosional Siswa Kelas 7 SMP IT As-Syifa Subang ... 4
1.2 Kecerdasan Emosional yang Kurang Dimiliki Siswa Kelas 7 SMP IT As-Syifa Subang ... 5
2.1 Cakupan Ranah dari Pendidikan Jasmani ... 11
2.2 Variabel-Variabel yang Mempengaruhi Belajar Keterampilan Gerak ... 22
3.1 Gambar Persamaan Arah Korelasi ... 37
4.1 Peta Kabupaten Subang... 39
4.2 Karakteristik Sampel Berdasarkan Kelas Belajar ... 41
4.3 Karakteristik Sampel Berdasarkan Golongan Umur ... 42
4.4 Gambar Arah Korelasi ... 53
BAB I
PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
Indonesia memerlukan sumber daya manusia dalam jumlah dan mutu yang memadai sebagai pendukung utama dalam pembangunan.Untuk memenuhi sumber daya manusia tersebut, pendidikan memiliki peran yang sangat penting. Hal ini sesuai dengan UU No 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Menurut dokumen SISDIKNAS 2003 Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual, keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, ahlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk karakter serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Pendidikan nasional bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Pendidikan jasmani sebagai komponen pendidikan secara keseluruhan telah disadari oleh banyak kalangan. Namun, dalam pelaksanaannya pengajaran pendidikan jasmani berjalan belum efektif seperti yang diharapkan.Pembelajaran pendidikan jasmani cenderung tradisional. Pengertian pendidikan jasmani sering dikaburkan dengan konsep lain, yaitu menyamakan pendidikan jasmani dengan olahraga kecabangan tertentu. Pengertian itu memberikan pandangan yang sempit dan menyesatkan arti pendidikan jasmani yang sebenarnya.Walaupun memang benar olahraga kecabangan itu mempunyai tujuan tertentu, namun karena tidak dikaitkan dengan tujuan pendidikan, maka kegiatan itu tidak mengandung unsur-unsur pedagogi.
2
Muhammad Afdhaluddin Hafizh, 2014
Hubungan Kecerdasan Emosional Dengan Partisipasi Belajar Siswa Dalam Pembelajaran Pendidikan Jasmani
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
keterampilan motorik, pengetahuan dan perilaku hidup sehat, aktif, sikap sportif, dan kecerdasan emosi. Lingkungan belajar diatur secara seksama untuk meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan seluruh ranah, jasmani, psikomotorik, kognitif, dan afektif setiap siswa.
Pendidikan jasmani memiliki tujuan: (a) meletakkan landasan karakter moral, (b) membangun landasan kepribadian yang kuat, sikap cinta damai, sikap sosial dan toleransi, (c) menumbuhkan kemampuan berfikir kritis, (d) mengembangkan sikap sportif, jujur, disiplin, bertanggung jawab, kerjasama, percaya diri, dan demokratis, mengembangkan kemampuan gerak dan keterampilan berbagai macam permainan dan olahraga, (e) mengembangkan keterampilan mengelola diri dalam pemeliharaan kebugaran (Depdiknas; 2003).
Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) disebutkan bahwa pendidikan jasmani adalah suatu proses pendidikan melalui aktivitas jasmani yang didesain untuk meningkatkan kebugaran jasmani, mengembangkan keterampilan motorik, pengetahuan dan perilaku hidup sehat dan aktif, sikap sportif, dan kecerdasan emosi. Lingkungan belajar diatur secara seksama untuk meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan seluruh ranah, jasmani, psikomotorik, kognitif, dan afektif setiap siswa.
3
Tabel 1.1
Nilai Rata-Rata Akhir Semester Mata Pelajaran Pendidikan Jasmani Kelas 7 SMP IT As-Syifa Subang
Semester Ganjil dan Genap
Kelas
Tahun Ajaran
2010-2011 2011-2012 2012-2013
Ganjil Genap Ganjil Genap Ganjil
Berdasarkan tabel 1.1, nilai rata-rata mata pelajaran pendidikan jasmani kelas 7 pada tahun ajaran 2010-2012 mengalami peningkatan. Namun pada tahun ajaran 2012-2013 semester ganjil nilai rata-rata mata pelajaran pendidikan jasmani mengalami penurunan drastis.
Masalah diatas tentu saja tidak bisa dibiarkan karena berkaitan dengan kualitas sumber daya manusia yang pada akhirnya akan menentukan arah pembangunan suatu bangsa.
Untuk mencapai tujuan pendidikan jasmani bukan hal mudah, salah satu syarat diperlukan adanya partispasi atau keikutsertaan siswa terhadap pembelajaran pendidikan jasmani di sekolah. Partisipasi siswa dalam pembelajaran sangat penting untuk menciptakan pembelajaran yang aktif, efektif, kreatif, dan menyenangkan. Partisipasi merupakan keikutsertaan siswa dalam suatu kegiatan untuk mencapai tujuan dari kegiatan tersebut. Dalam hal ini, dengan berpartisipasi siswa terhadap pembelajaran pendidikan jasmani, maka tujuan dari pendidikan jasmani itu sendiri dapat tercapai. Partispasi siswa di dalam proses pembelajaran pendidikan jasmani dapat dilihat dari tingkat kehadiran yang baik, keterlibatan dalam proses pembelajaran cukup aktif serta bagaimana keseriusan dalam mengikuti proses pembelajaran pendidikan jasmani.
4
Muhammad Afdhaluddin Hafizh, 2014
Hubungan Kecerdasan Emosional Dengan Partisipasi Belajar Siswa Dalam Pembelajaran Pendidikan Jasmani
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
internal. Salah satu faktor internal manusia adalah kecerdasan emosional atau
Emotional Quotient (EQ).
Menurut Baharuddin dan Nur Wahyuni Esa (2007:158):
Kecerdasan emosional adalah suatu kemampuan untuk mengendalikan, mengorganisasi, dan mempergunakan emosi ke arah kegiatan yang mendatangkan hasil optimal. Emosi yang dikendalikan ini merupakan dasar bagi otak untuk dapat berfungsi dengan baik. Dengan demikian, kecerdasan emosi tidak mengabaikan kecerdasan intelektual, tetapi melengkapinya agar menjadi suatu kekuatan intern dalam diri sesorang.
Adapun ciri-ciri kecerdasan emosional menurut Baharudin dan Nur Wahyuni Esa (2007:158-160) yaitu kesadran awarenes, pengaturan
diri/self-regulation, motivasi/motivation, empati/emphaty, dan keterampilan sosial/social
skill.
Berdasarkan hasil pra penelitian penulis, yang dilakukan pada 61 siswa kelas 7 SMP IT As-Syifa Subang ternyata setengah siswa memilki kecerdasan emosional yang dianggap kurang. Hal tersebut dapat dilihat pada Gambar 1.1 dibawah ini
Gambar 1.1
Kecerdasan Emosional Siswa Kelas 7 SMP IT As-Syifa Subang (Sumber: Murid SMP IT As-Syifa)
5
Gambar 1.2
Faktor Emosional yang Kurang Dimilki Siswa Kelas 7 SMP IT As-Syifa Subang
(Sumber: Murid SMP IT As-Syifa)
Dalam pembelajaran pendidikan jasmani kecerdasan emosional dapat menjadi pengendali siswa dalam aktivitas pendidikan jasmani, dimana pembelajaran pendidikan jasmani memerlukan kesadaran dan pengaturan diri, motivasi, empati, serta keterampilan sosial dari dalam diri siswa. Sebagai contoh, ketika dalam melakukan tugas belajar berupa gerak ataupun bentuk permainan siswa seharus mempunyai kesadaran diri berupa keyakinan atas kemampuan dirinya. Jika tidak maka siswa tersebut akan memiliki sifat rendah diri atau minder, yang itu merupakan suatu sikap yang tidak baik bagi masa perkembangan siswa. Masih berhubungan dengan rendahnya tingkat kesadaran diri siswa, ada siswa enggan untuk melakukan tugas gerak atau permainan dengan serius ataupun sungguh-sungguh karena berlebihnya ketakutan yang akan menyebabkan badannya lelah, capek serta mengantuk yang membuat dirinya tidak fokus lagi untuk belajar mata pelajaran selajutnya setelah pelajaran pendidikan jasmani berakhir.
Contoh selanjutnya , sikap empati, motivasi dan keterampilan sosial dalam pendidikan jasmani yaitu, jika ada siswa yang belum mampu melaksanakan tugas gerak ataupun melakukan kesalahan dalam permainan, ada sebagian siswa yang menjadikanya sebuah lelucon ataupun bahan ejekan. Jika sikap empati, motivasi dan keterampilan sosial nya telah ada dalam diri siswa, siswa tersebut tidak akan melakukan hal kurang baik itu, akan tetapi sebaliknya akan memberikan support atau dukungan, baik berupa ucapan verbal atau tindakan. Masih berhubungan
6
Muhammad Afdhaluddin Hafizh, 2014
Hubungan Kecerdasan Emosional Dengan Partisipasi Belajar Siswa Dalam Pembelajaran Pendidikan Jasmani
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
dengan contoh lain siswa yang kurang memliki keterampilan sosial, siswa tersebut enggan bekerja sama dengan teman yang lainya karena menggangap dirinyalah yang paling hebat (overconfiden).
Salah satu partisipasi belajar siswa dalam pendidikan jasmani selain keseriusan belajar teori adalah belajar gerak. Belajar gerak dalam pengajaran pendidikan jasmani tidak hanya melibatkan motorik siswa, akan tetapi juga kognisi dan afeksi siswa. Gerak (tubuh) yang ditampilkan siswa akan selalu terkait dengan persepsi siswa tentang gerak (kognisi), dan begitu juga dengan
mood, perasaan atau emosi siswa. Gerak (tubuh) tidak bisa menjadi tunggal, tetapi
perlu dimanfaatkan dalam pengembangan kognisi dan afeksi siswa. Manakala siswa melakukan tugas belajar gerak, pada saat yang sama seorang guru pendidikan jasmani, perlu menggugah rasa dan fikiran siswa. Karena itu pendidikan jasmani menjadi sangat uniq dalam pengajaranya. Fisik dikembangkan, tetapi bersamaan dengan itu emosi dapat dikembangkan pula.
Dengan demikian pengajaran pendidikan gerak, aktivitas jasmani ataupun olahraga akan selalu terkait dengan kecerdasan emosional siswa. Terlepas dari realita negatif tersebut, tak sedikit juga siswa yang telah mengetahui, memahami dan menyadari keistimewaan pembelajaran pendidikan jasmani untuk dunia pendidikan.
Berdasarkan uraian diatas penulis merasa tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul : Hubungan Kecerdasan Emosional Dengan Partisipasi Belajar
Siswa Dalam Pembelajaran Pendidikan Jasmani (Study Deskriptif pada
Siswa Kelas 7 SMP IT As-Syifa Subang)
1.2Rumusan Masalah
7
keterlibatan, spontanistas, dengan kesadaran disertai tanggung jawab diri untuk mencapai tujuan.
Jadi penelitian ini akan membahas keterkaitan dimensi emosi dengan dimensi gerak tubuh dalam wujud partisipasi belajar gerak siswa dalam pembelajaran pendidikan jasmani.
Atas dasar latar belakang masalah dan identifikasi masalah diatas dapat dimunculkan pertanyaan penelitian sebagai berikut :
1. Bagaimana hubungan antara kecerdasan emosional dengan partisipasi belajar siswa kelas 7 SMP IT As-Syifa Subang dalam pembelajaran pendidikan jasmani?
2. Bagaimana kecerdasan emosional dapat ditingkatkan melalui partisipasi belajar siswa ?
3. Bagaimana interaksi guru dan siswa ketika kecerdasan emosional dikaitkan dengan partispasi belajar siswa ?
1.3Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian merupakan pegangan/pedoman bagi peneliti dalam melaksanakan penelitianya. Adapun tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui :
1. Hubungan antara kecerdasan emosional dengan partisipasi belajar siswa kelas 7 SMP IT As-Syifa Subang dalam pembelajaran pendidikan jasmani. 2. Mendapatkan bukti-bukti kecerdasan emosional dapat ditingkatkan melalui
partisipasi belajar siswa.
3. Mengetahui interaksi guru dan perilaku siswa dalam meningkatkan kecerdasan melalui partisipasi belajar siswa.
1.4Manfaat Penelitian
8
Muhammad Afdhaluddin Hafizh, 2014
Hubungan Kecerdasan Emosional Dengan Partisipasi Belajar Siswa Dalam Pembelajaran Pendidikan Jasmani
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
1. Manfaat Ilmiah
Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat menambah khasanah ilmu pengetahuan dan untuk memberikan sumbangan ilmu pengetahuan dan pemikiran mengenai kecerdasan emosional terhadap partisipasi belajar siswa dalam pembelajaran pendidikan jasmani.
2. Manfaat Praktis
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1Objek Penelitian
Menurut Sutrisno Hadi yang dikutip oleh Arikunto (2010: 159), mendefinisikan bahwa variabel sebagai gejala yang bervariasi. Kemudian Arikunto (2010:161) menegaskan bahwa variabel adalah objek penelitian, atau apa yang menjadi titik perhatian suatu penelitian.
Berdasarkan penjelasan tersebut maka yang menjadi objek dalam penelitian ini terdiri dari variabel bebas yaitu kecerdasan emosional serta variabel terikatnya adalah partisipasi belajar siswa dalam pendidikan jasmani. Dan unit analisisnya adalah siswa kelas 7 SMP IT As-Syifa Subang.
3.2Metode Penelitian
Menurut Sugioyono (2010:6), metode penelitian dapat diartikan sebagai cara ilmiah untuk mendapatkan data yang valid dengan tujuan dapat ditemukan, dikembangkan, dan dibuktikan, suatu pengetahuan tertentu sehingga pada gilirannya dapat digunakan untuk memahami, memecahakan, dan mengantisipasi masalah. Oleh karena itu, metode penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah dengan metode penelitian deskriptif dengan pendekatan survey. Pendekatan survey adalah suatu pendekatan yang pada umumnya digunakan untuk mengumpulan data yang luas dan banyak (Arikunto, 2010: 156). Menurut Van Dalen yang dikutip oleh Arikunto (2010:156) mengatakan bahwa, survey merupakan bagian dari studi deskriptif yang bertujuan untuk mencari kedudukan (status) fenomena (gejala) dan menentukan kesamaan status dengan cara membandingkannya dengan standar yang sudah ditentukan.
3.3Populasi dan Sampel Penetilian
3.3.1 Populasi
28
Muhammad Afdhaluddin Hafizh, 2014
Hubungan Kecerdasan Emosional Dengan Partisipasi Belajar Siswa Dalam Pembelajaran Pendidikan Jasmani
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
wilayah penelitian, maka penelitiannya merupakan penelitian populasi.Studi atau penelitiannya juga disebut studi populasi atau studi sensus.
Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah seluruh siswa laki-laki /ikhwan kelas 7 SMP IT Syifa Subang. Adapun data dari kelas 7 SMP IT As-Syifa tersebut sebagai berikut:
Tabel 3.1
Data Siswa Kelas 7 SMP IT As-Syifa Subang
No Kelas Jumlah Siswa
Sumber: Data SMP IT As-Syifa Subang
3.3.2 Sampel
Setelah memperolah jumlah populasi yang akan diteliti, maka langkah selanjutnya adalah menentukan jumlah sampel siswa untuk seluruh sampel. Adapun jumlah siswa secara keseluruhan sebanyak 136 siswa. Untuk penarikan sampel siswa, penulis menggunakan rumus pengambilan sampel dengan metode Solvin sebagai berikut: (www.analisis-statistika.blogspot.com)
Dimana
n : jumlah sampel N : jumlah populasi
E : batas toleransi kesalahan (error tolerance)
Dengan menggunakan rumus tersebut, didapat sampel siswa kelas 7 SMP IT Subang sebagai berikut :
29
Dari rumus diatas dapat diketahui bahwa ukuran sampel yang diambil yaitu, 101 siswa kelas 7 SMP IT As-syifa Subang, selanjutnya menentukan jumlah sampel dari masing-masing kelas. Untuk menentukan jumlah sampel dilakukan secara proportional random sampling dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
Keterangan :
Spl : Jumlah sampel pada tiap-tiap sub populasi n : Jumlah sampel dalam sub populasi
N : Jumlah sampel dalam populasi js : Jumlah sampel yang dibutuhkan
Dari hasil perhitungan dari rumus diatas diperoleh sebaran sampel untuk siswa kelas 7 SMP IT As-syifa Subang sebagai berikut :
Tabel 3.2
Daftar Sample Siswa Kelas 7 SMP IT As-Syifa Subang
No Kelas Populasi Sampel
1 Ibnu Sina 34
2 Al Biruni 34
3 Al Khawrijmi 34
4 Ibnu Khaldun 34
Jumlah 136 104
30
Muhammad Afdhaluddin Hafizh, 2014
Hubungan Kecerdasan Emosional Dengan Partisipasi Belajar Siswa Dalam Pembelajaran Pendidikan Jasmani
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
3.4Operasionalisasi Variabel
Untuk menghindari terjadinya kekeliruan didalam menafsirkan permasalahan yang penulis teliti, maka berikut ini buat penjabaran konsep yang dapat dijadikan pedoman dalam menemukan aspek-aspek yang diteliti, adapun tabel operasional variabel sebagai berikut:
Tabel 3.3
Tabel Operasional Variabel
Variabel Sub Variabel Indikator Skala
Partisipasi Belajar Siswa
(Y)
Partisipasi Pikiran Kemauan siswa memberikan pendapat dalam kegiatan mata pelajaran pendidikan jasmani
Ordinal
Partisipasi Tenaga 1. Keterlibatan siswa dalam kegiatan mata Motivasi/motivation 1. Memiliki dorongan
untuk menjadi lebih baik
31
Empati/emphaty 1. Mengindra perasaan dan perspektif orang
Pengumpulan data dengan teknik tertentu sangat diperlukan dalam pengujian anggapan dasar dan hipotesis karena teknik tersebut dapat menentukan lancar tidaknya suatu penelitian.Pengumpulan data yang diperlukan untuk menguji anggapan dasar dan hipotesis. Untuk mendapatkan data yang diperlukan, maka teknik pengumpulan data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah:
1) Angket, yaitu daftar pertanyaan yang diberikan kepada orang lain bersedia memberikan respons (sampel) sesuai dengan permintaan pengguna.
2) Wawancara, yaitu dengan bertanya pada nara sumber yang sesuai dengan kebutuhan data untuk penelitian.
3) Studi dokumentasi, yaitu ditujukan untuk memperoleh data langsung dari tempat penelitian, meliputi buku-buku yang relevan, peraturan- peraturan, laporan kegiatan, foto-foto, dan data yang relevan.
3.6Teknik Pengolahan Data
32
Muhammad Afdhaluddin Hafizh, 2014
Hubungan Kecerdasan Emosional Dengan Partisipasi Belajar Siswa Dalam Pembelajaran Pendidikan Jasmani
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
3.6.1 Analisis Instrumen
Agar hasil penelitian tidak bias dan diragukan kebenarannya maka alat ukur tersebut harus valid dan reliable. Untuk itulah terhadap kuesioner yang diberikan kepada sampel dilakukan 2 macam tes yaitu tes validitas dan tes reliabilitas.
1) Tes Validitas
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrument (Arikunto, 2010:211). Untuk menguji validitas instrumen, digunakan teknik Korelasi Product Momentdari Pearson dengan rumus dibawah ini:
√{ } { }
( Arikunto, 2010:213) Keterangan:
rxy = koefisien validitas yang dicari
X = skor yang diperoles dari subjek tiap item Y = skor total item instrumen
33
tabel nilai r dengan derajat kebebesan (N-2) dimana N menyatakan jumlah baris atau banyak sampel.
Jika ryx> r 0,05 maka valid, dan jika rxy< r 0,05 maka tidak valid.
Adapun hasil dari uji validitas instrumen adalah sebagai berikut:
Tabel 3.4
Hasil Uji Validitas Instrumen
Item
Soal Validitas Keterangan
Item
Soal Validitas Keterangan
1 0,4961 Valid 19 0,5252 Valid
Dari hasil perhitungan setiap item soal kuesioner diperoleh nilai ttabel
dengan menggunakan taraf signifikan α = 0,05 dan derajat kebebasan 104 -2, yaitu 0,2941. Dengan demikian semua item kuesioner dalam penelitian ini valid.
2) Tes Reabilitas
Reabilitas menunjukan pada satu pengertian bahwa suatu istrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik (Arikunto, 2010:221).
34
Muhammad Afdhaluddin Hafizh, 2014
Hubungan Kecerdasan Emosional Dengan Partisipasi Belajar Siswa Dalam Pembelajaran Pendidikan Jasmani
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
⁄ ⁄
Selanjutnya dengan taraf signifikansi α = 0,05, nilai reabilitas yang diperoleh dari hasil perhitungan dibandingkan dengan nilai dari tabel korelasi nilai r dengan derajat kebebasan (N-2) dimana N menyatakan jumlah baris atau banyak sampel.
Jika r11> rtabel maka reabel, dan jika r11< rtabel maka tidak reabel.
Adapun hasil dari uji reliabilitas instrumen adalah sebagai berikut:
Tabel 3.5
Hasil Uji Reliabilitas Instrumen
Item
Soal Validitas Keterangan
Item
Soal Validitas Keterangan
35
Dari hasil perhitungan setiap item soal kuesioner diperoleh nilai ttabel
dengan menggunakan taraf signifikan α = 0,05 dan derajat kebebasan 104 -2, yaitu 0,2941. Dengan demikian semua item kuesioner dalam penelitian ini reliabel.
3.6.2 Teknik Analisis data
Analisis data dilakukan dengan pendekatan kuantitatif yang dilakukan melalui analisis statistik.Statistik yang digunkan dalam penelitian ini adalah statistik parametrik dimana data yang digunakan adalah data-data berskala minimal interval.Mengingat skor yang diperoleh dari variabel bebas mempunyai tingkat pengukuran ordinal, maka perlu ditingkatkan menjadi interval melalui MSI (Methods of Succesive Interval).
Adapun langkah-langkah untuk melakukan transformasi data melalui MSI adalah :
1. Hitung frekuensi masing-masing kategori sampel.
2. Tentukan nilai proporsi untuk masing-masing kategori sampel.
3. Jumlah nilai proporsi menjadi proporsi kumulatif untuk masing-masing kategori sampel.
4. Diasumsikan proporsi kumulatif (PK) mengikuti distribusi normal baku, maka untuk setiap nilai PK (untuk masing kategori masing-masing sampel) akan didapat nilai Z (dari tabel normal baku).
5. Hitung nilai densitas (Z) untuk masing-masing nilai Zi
6. Hitung SV (Skala Velue) untuk masing-masing kategori sampel, secara umum rumus yang digunakan sebagai berikut :
36
Muhammad Afdhaluddin Hafizh, 2014
Hubungan Kecerdasan Emosional Dengan Partisipasi Belajar Siswa Dalam Pembelajaran Pendidikan Jasmani
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
3.6.3 Uji Hipotesis
Selanjutnya uji hipotesis, maka penulis menggunkan Uji Pearson Correlation dan Uji Koefisien Determinasi Majemuk (R2).
1. Uji Pearson Correlation
Uji hipotesis dengan Uji Pearson Correlation adalah teknik statistik untuk menguji ada tidaknya hubungan serta arah hubungannya dari dua variabel.
Besarnya koefisien korelasi antara -1 0 +1. Besaran koefisien -1 dan +1 adalah koefisien yang sempurna, namun jika koefisioen korelasi 0 atau mendekati 0 maka dianggap tidak berhubungan antara dua variabel yang diuji.
Arah hubungan:
Positif (Koefisien 0 s/d 1) Negatif (Koefisien 0 s/d -1)
37
Gambar 3.1
Gambar Persamaan Arah Korelasi
Untuk pengambilan keputusan statistik digunakan dua cara:
1) Koefisien korelasi dibanduingkan dengan nilai rtabel (korelasi tabel):
Apabila koefisien korelasi > rtabel, maka ada korelasi yang
signifikan (Ha diterima)
Apabila koefisien korelasi < rtabel, maka tidak ada korelasi
yang signifikan (Ho diterima)
2) Melihat Sig.
Apabila nilai Sig. < 0,05 , maka ada korelasi yang signifikan (Ha diterima)
Apabila nilai Sig. > 0,05 , maka tidak ada korelasi yang signifikan (Ho diterima)
Interpretasi arah hubungan dilihat dari tanda koefisian korelasi: Tanda (-) berarti apabila variabel X tinggi, maka varaibel Y
rendah.
Tanda (+) berarti apabila variabel X tinggi, maka Y juga tinggi.
2. Koefisien Korelasi (R2)
Koefisien kolerasi (R2) dalam hal ini mengukur seberapa besar proporsi variansi variabel dependen dijelaskan oleh semua variabel independen. R2 dinamakan koefisien determinasi atau koefisien penentu. Dinamakan demikian oleh karena 100 R2 % dari pada variasi yang terjadi dalam variabel tak bebas Y dapat dijelaskan oleh variabel bebas X dengan adanya regresi linier Y atas X (Sudjana, 2005:368).
Formula untuk menghitung koefisien determinasi (R2) adalah sebagai berikut:
∑ ̂∑
38
Muhammad Afdhaluddin Hafizh, 2014
Hubungan Kecerdasan Emosional Dengan Partisipasi Belajar Siswa Dalam Pembelajaran Pendidikan Jasmani
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Nilai R2 berkisar antara 0 dan 1 (0 < R2< 1), dengan ketentuan sebagai berikut:
Jika R2 semakin mendekati angka 1, maka hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat semakin erat atau dekat, atau dengan kata lain lain model tersenut dapat dinilai baik.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan analisis data dan pembahasan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut :
1. Hasil uji person correlation diperoleh besar korelasi yaitu 0,787. Jika di bandingkan dengan rtabel 0,189112 (df=102 dan taraf signifikan α=0,05), maka
koefisien korelasi > rtabel yaitu 0,787 > 0,189112. Artinya terdapat korelasi
yang signifikan antara variabel X (kecerdasan emosional) dan variabel Y (partisipasi belajar siswa). Selanjutnya dengan melihat nilai signifikan, diketahui tingkat signifikan adalah 0,000. Maka nilai signifikan < 0,05, yaitu 0,000 < 0,05. Artinya terdapat korelasi yang signifikan antara variabel X (kecerdasan emosional) dan variabel Y (partisipasi belajar siswa). Dari perhitungan statistik yang telah dilakukan maka hipotesis yang menyatakan terdapat hubungan positif antara kecerdasan emosional dengan partisipasi belajar siswa kelas 7 SMP IT As-Syifa Subang diterima, itu berarti Ha di
terima. Sedangkan Pada uji r2, keeratan hubungan antara variabel independen (kecerdasan emosional siswa) dan variabel dependen (partisipasi belajar siswa) yang di peroleh dari hasil penelitian ini adalah sebesar 0,787. Artinya bahwa garis korelasi mampu menjelaskan sebesar 78,7% terhadap fakta dan sisanya sebesar 21,3% dijelaskan oleh variabel lain.
2. Kecerdasan emosional siswa kelas 7 SMP IT As-Syifa Subang dapat ditingkatkan melalui partisipasi belajar siswa dengan hal-hal berikut:
1) Menyediakan sarana prasarana dan media pembelajaran yang lengkap. Jika sarana prasarana dan media pembelajaran yang lengkap membuat siswa lebih percaya diri untuk menunjukan kemampuan yang terbaik dalam diri siswa tersebut.
63
Muhammad Afdhaluddin Hafizh, 2014
Hubungan Kecerdasan Emosional Dengan Partisipasi Belajar Siswa Dalam Pembelajaran Pendidikan Jasmani
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
3) Menciptakan kondisi pembelajaran lebih menarik untuk siswa serta membuat inovasi baru dalam pembelajaran sehingga membuat siswa lebih antusias lagi.
4) Selalu mengingatkan murid untuk lebih menghargai (respect) temannya. karena pada hakikatnya pendidikan jasmani mengajarkan kita untuk bersikap respect pada sesama. Karena pendidikan jasmani harus memberikan sumbangsih pada lingkungan sosialnya.
5) Memberikan tugas kelompok baik tugas teori berkelompok atau tugas gerak yang berkelompok seperti olahraga permain. Hal tersebut dilakukan untuk menumbuhkan keterampilan sosial bagi siswa.
Berdasarkan hasil tersebut dapat kita simpulkan bahwa dalam pembelajaran ini mencakup kegiatan pengembangan kognitif-reflektif,
afektif-emosional, dan pengembangan keterampilan sosial siswa/social skill.
Pengembangan ini mencakup tumbuhnya sikap intern dalam diri siswa. Karena pada dasarnya pembelajaran tersebut dapat menumbuhkan keberhasilan gerak siswa agar terbangun kepercayaan diri siswa, sehingga kemudian terbentuk pula sebuah penghargaan terhadap diri/self esteem dan terbentuknya konsep dalam dirinya/self concept, dan kemudian siswa tumbuh menjadi mandiri yang pandai dalam membawakan dirinya dengan penuh kepercayaan. Ataupun bukti lainya mampu megembangkan daya tarik tubuh siswa, membuat sisi maskulin siswa laki-laki. Dalam hal ini menyentuh pada pengembangan feeling/mood untuk terlibat pada tugas gerak, dan karena keterlibatan itu mampu untuk menumbuhkan motivasi/motivated, percaya diri/self confiden, dan lebih mampu dalam pengelolaan dirinya/self regulated. 3. Suatu pembelajaran harus menumbuhkan interaksi dan komunikasi dari
64
hal tersebut diarahkan kepada motivasi dirinya/self motivated untuk lebih baik lagi dalam pelaksanaan pembelajaran pendidikan jasmani. Seiring dengan itupun diharapkan adanya keterlibatan emosi siswanya. Salah satu cara untuk terciptanya keterlibatan emosi dalam diri siswa dengan cara dihadapkan kepada tantangan baru ataupun inovasi/ being innovated dalam proses pembelajaran pendidikan jasmani.
Pembelajaran ini mencakup kegiatan yang lebih berfokus pada tumbuhnya perasaan dan sikap internal siswa/afektif-emosional. Terciptanya situasi diatas mampu menciptakan pembelajaran lebih membuat siswa penuh dengan jiwa
humanistik, aktif inovatif, kreatif dan menyenangkan. Tentunya dalam situasi
belajar yang kondusif dan efisien. Interaksi guru dan siswa kelas 7 SMP IT As-Syifa Subang ketika kecerdasan emosional dikaitkan dengan partisipasi belajar terjalin sebelum proses pembelajaran dimulai, saat proses pembelajaran berlangsung, dan setelah pembelajaran berlangsung.
5.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, penulis mengajukan saran-saran sebagai berikut :
1. Berdasarkan hasil penelitian, bahwa siswa kelas 7 SMP IT As-Syifa Subang secara umum telah memiliki kecerdasan emosional, tetapi hal ini harus dijadikan faktor pendorong bagi guru untuk dapat mempertahankan bahkan meningkatkan kecerdasan emosional dan partisipasi belajar siswa.
2. Memberikan batas waktu dalam hal pengumpulan tugas atau pekerjaan rumah disertai reward atau hukuman, hal ini dilakukan agar siswa mempunyai motivasi dalam belajar yang merupakan salah satu unsur dalam pengaturan diri
3. Mengajarkan siswa untuk lebih menghargai usaha dan prestasi yang telah dilakukan oleh orang lain dengan cara memberikan teladan dalam pergaulan serta sopan santun yang berlaku di lingkungan sekolah
65
Muhammad Afdhaluddin Hafizh, 2014
Hubungan Kecerdasan Emosional Dengan Partisipasi Belajar Siswa Dalam Pembelajaran Pendidikan Jasmani
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
DAFTAR PUSTAKA
Dari Buku Teks :
Abduljabar, Bambang. 2010. Landasan Ilmiah Pendidikan Intelektual Dalam
Pendidikan Jasmani. Bandung. Rizqi Press.
Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta. .RinekaCipta.
Baharuddin, dan EsaNurwahyuni. 2007. Teori Belajar & Pembelajaran. Jogjakarta. Ar-Ruzz Media.
Cooper, Robert K dan AymanSawaf. 1998. Kecerdasan Emosional dalam
Kepemimpinan dan Organisasi. Jakarta. Gramedia Pustaka Utama.
Goleman, Daniel. 1996. Emitional Intelligence (Terjemahan). Jakata. Gramedia Pustaka Utama.
Hidayat, Yusuf. 2008. Psikologi Olahraga. Bandung. CV BintangWarlika.
Jensen, Eric. 2011. Pembelajaran Berbasis Otak. Jakarta Barat.Indeks.
Kusnadi, dan Hendar. 1999. Ekonomi koperasi Untuk Perguruan Tinggi. Jakarta. Lembaga Penerbit FE-UI.
Lutan, Rusli. 2001. Asas-Asas Pendidikan Jasmani. Jakarta. Depdiknas.
Mulyasa, E. 2003.Kurikulum BerbasisKompetensi. Bandung: PT.Remaja Rosdakarya.
Najat, Utsman. 2003. Belajar EQ dan SQ dari Sunnah Nabi.Jakarta Selatan.Hikmah.
Sastropoetro, Santoso. 1986. Partisipasi, Komunikasi, Persuasi dan Disiplin
67
Muhammad Afdhaluddin Hafizh, 2014
Hubungan Kecerdasan Emosional Dengan Partisipasi Belajar Siswa Dalam Pembelajaran Pendidikan Jasmani
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-Faktor Yang mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.
Sugiyono . 2011. Metode penelitian Kuantitatif dan kualitatif. Bandung. Alfabeta.
Sukintaka. 2004. Filosofi, Pembelajaran, dan Masa Depan Teori Pendidikan
Jasmani. Bandung. Nuansa.
Dari Jurnal Penelitian, Skripsi atau Tesis :
Firmansyah, Helmy. Hasil Belajar Pendidikan Jasmani. Jurnal.
Ernita. 2009. Partisipasi Anggota Sebagai Indikator Keberhasilan Kooperasi. Jurnal.
Hayati, Nor. 2001. Analisis Faktor-faktor yang Menyebabkan Kurangnya
Partisipasi Mahasiswa Malaysia dalam Kegiatan Kokurikuler dan Ekstrakurikuler di Universitas Negeri Semarang. UNNES: Skripsi
YuliaWidiastuti, Fitria. Hubungan Hasil Belajar dengan Partisipasi Belajar
dalam Pembelajaran PKN. Jurnal.
Internet dan lain-lain :
Undang-Undang SISDIKNAS No.20 tahun 2003.
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
Pengertian Kecerdasan Emosional pada
68
Ciri-ciri kecerdasan enosional pada
http://media.kompasiana.com/buku/2013/05/01/tahukah-anda-tentang-ciri-ciri-kecerdasan-emosional-556353.html yang diunduh tanggal 29 Mei 2013
Peta Kabupaten Subang pada http://id.wikipedia.org/wiki/Kabupaten_Subang yang di
Muhammad Afdhaluddin Hafizh, 2014
Hubungan Kecerdasan Emosional Dengan Partisipasi Belajar Siswa Dalam Pembelajaran Pendidikan Jasmani
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu