• Tidak ada hasil yang ditemukan

2013. Des. Jurnal Penelitian Pertanian. Faktor faktor yang mempengaruhi Pendapatan Usahatani Padi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "2013. Des. Jurnal Penelitian Pertanian. Faktor faktor yang mempengaruhi Pendapatan Usahatani Padi"

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENDAPATAN USAHATANI

PADI DAN USAHA PENGGEMUKAN SAPI POTONG

(Studi Kasus : Kecamatan Purwodadi Kabupaten Grobogan)

Albina br Ginting

Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas HKBP Nommensen, Jalan Sutomo 4-A, Telp. 061-4545411, 4522922, Fax. 061-4571426, Medan 20234,

Indonesia. Email :Albinaginting@yahoo.com

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan : 1). untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan usahatani padi, 2). untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan usaha penggemukan sapi potong. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Purwodadi Kabupaten Grobogan dengan pengambilan sampel pada kelompok tani ternak sapi penggemukan. Untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan dikaji dengan menggunakan analisis regresi linear berganda yang diestimasi dengan teknikOrdinary Least Squares(OLS). Hasil analisis data menunjukkan: 1). faktor-faktor yang berpengaruh terhadap pendapatan usahatani padi adalah harga bibit, harga pupuk, upah tenaga kerja, dan harga padi. 2). faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan usaha penggemukan sapi potong adalah harga sapi, harga pakan konsentrat, harga obat-obatan, dan upah tenaga kerja.

Kata Kunci: Harga, Pendapatan

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tingkat pendapatan petani yang rendah tidak terlepas dari kesempatan kerja yang tersedia di pedesan dan fenomena seperti itu merupakan kendala bagi proses pembangunan yang merata. Kondisi ini merupakan akibat dari pengaruh pertumbuhan penduduk yang semakin tinggi semantara luas lahan garapan makin sempit dan di tambah lagi masih ada diterapkannya sistem warisan yang terus berkembang di daerah pedesan yang mengakibatkan luas lahan garapan semakin berkurang, maka pendapatan yang diperoleh dari sektor pertanian khususnya tanaman pangan berkurang dan kurang memadai.

(4)

Usaha peternakan menjadi salah satu sumber pendapatan petani di samping tanaman pangan. Dari usaha ternak tersebut dapat diperoleh tambahan pendapatan keluarga, di mana pendapatan keluarga dari usaha ternak adalah pendapatan bersih usaha ternak ditambah dengan nilai input bidang lain yang diusahakan sendiri oleh peternak. Pendapatan total keluarga petani adalah pendapatan yang dipreroleh dari usahatani, usaha ternak sapi potong dan non usahatani dan ternak sapi potong, serta usaha lain.

Menyadari bahwa; (a) petani harus mandiri di masa depan (b) keterbatasan lapangan kerja di pedesaan (c) kepemilikan lahan yang sempit, dan (d) pendapatan petani (tanaman pangan) yang tidak mencukupi kebutuhan keluarga, maka pengembangan sistem agribisnis pola integrasi padi-ternak berpeluang sangat baik untuk diterapkan. Dengan pola ini diharapkan petani akan memperoleh sumber pendapatan dari dua komoditas yang diusahakan dan menurunkan biaya produksi baik pada usaha ternak maupun usahatani padi dengan munculnya kondisi saling menunjang antara kedua komoditas tersebut.

1.2 Perumusan Masalah

1. Apakah faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan usahatani padi di Kecamatan Purwodadi?

2. Apakah faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan usaha penggemukan sapi potong di Kecamatan Purwodadi?

1.3 Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan usahatani padi di Kecamatan Purwodadi.

2. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan usaha penggemukan sapi potong di Kecamatan Purwodadi.

1.4 Hipotesis Penelitian

1. Diduga faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan usahatani padi adalah harga padi, harga benih, harga pupuk, harga pestisida, dan upah tenaga kerja. 2. Diduga faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan usaha penggemukan

(5)

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sistem Pertanian Terpadu

Berkaitan dengan kebijakan pengembangan usaha ternak sapi potong pada dasarnya juga mempunyai hubungan yang sinergis dengan usaha pertanian khususnya tanaman pangan di mana hubungan tersebut selain memberikan manfaat ekonomi, juga memberikan keuntungan dalam konversi lahan dan meningkatkan produktivitas lahan (Ekowati, 2011).

Sistem pertanian (farming system) adalah pengaturan usaha tani yang stabil, unik dan layak yang dikelola menurut praktek yang dijabarkan sesuai lingkungan fisik, biologis dan sosio ekonomi menurut tujuan, preferensi dan sumber daya rumah tangga. Usaha tani dapat berupa usaha bercocok tanam atau memelihara ternak. Usaha tani yang baik adalah bersifat produktif dan efisien yaitu memiliki produktivitas atau produksi per satuan lahan yang tinggi (Swandi, 2005).

Sistem pertanian terpadu (integrated farming system) merupakan salah satu kegiatan diversifikasi komoditas yang dapat dilakukan guna mengimbangi kebutuhan akan produk pertanian ( terutama tanaman pangan) yang terus meningkat melalui pemanfaatan hubungan sinergis antar komoditas yang diusahakan, tanpa harus merusak lingkungan serta serapan tenaga kerja yang tinggi. Penerapan sistem usahatani terpadu merupakan pilihan yang tepat dalam upaya meningkatkan pendapatan petani dan sekaligus memanfaatkan sumberdaya pertanian secara optimal.

Dalam rangka memacu pertumbuhan produksi, peternakan rakyat dengan skala usaha kecil turut berperan. Pergeseran skala usaha dari peternakan rakyat ke industri peternakan dapat dibagi menjadi tipe-tipe : sambilan, cabang usaha, usaha pokok, dan industri peternakan.

Menurut Soehadji dalam Saragih ( 2001), tipologi usaha tersebut dibagi berdasarkan skala usaha dan tingkat pendapatan peternak, dan diklasifikasikan ke dalam 4 kelompok, yaitu

(1) Peternakan sebagai usaha sambilan

Petani yang mengusahakan berbagai macam komoditi pertanian terutama tanaman pangan, di mana ternak sebagai usaha sambilan untuk mencukupi kebutuhan sendiri (subsistence), dengan tingkat pendapatan dari ternak kurang dari 30 %.

(6)

Petani peternak yang mengusahakan pertanian campuran (mixed farming) dengan ternak sebagai cabang usaha tani dengan tingkat pendapatan dari budidaya peternakan 30-70% (semi komersial atau usaha terpadu).

(3) Peternakan sebagai usaha pokok

Peternak mengusahakan ternak sebagai usaha pokok dan komoditi pertanian lainnya sebagai usaha sambilan (single commodity) dengan tingkat pendapatan dari ternak sekitar 70% sampai 100%.

(4) Peternakan sebagai usaha industri

Peternak sebagai usaha industri, mengusahakan komoditas ternak secara khusus (specialized farming) dengan tingkat pendapatan 100% dari usaha peternakan (komoditi pilihan).

Terkait dengan padi dan sapi, pemerintah melakukan terobosan melalui berbagai program dalam kebijakan pembangunan pertanian yang terdapat dalam sistem usahatani terpadu tersebut. Salah satu bagian dari program tersebut adalah program Sistem Integrasi Padi-Ternak (SIPT) atau yang lazimnya disebut juga dengan Crop Livestock system (CLS). Program ini mengupayakan peningkatan produksi pangan melalui kegiatan pemeliharaan sapi pada areal lahan tanaman pangan sekaligus peningkatan produksi daging ternak sapi potong. Keterpaduan padi-ternak ini diharapkan dapat menghemat penggunaan pakan ternak, pupuk, dan lahan, serta biaya semurah mungkin sehingga produksi ternak sapi dan padi yang dihasilkan lebih meningkatkan pendapatan petani.

2.2. Fungsi Produksi Cobb-Douglas

Fungsi produksi Cobb-Douglas merupakan salah satu macam fungsi produksi yang sering dipakai. Fungsi produksi Cobb-Douglas menjadi terkenal setelah diperkenalkan oleh Cobb, C. W. dan Douglas, P. H. pada tahun 1928 melalui artikelnya yang berjudul A Teory of Production. Sejak itu fungsi Cobb-Douglas dikembangkan oleh para peneliti sehingga namanya bukan saja fungsi produksi, tetapi juga fungsi biaya Cobb-Douglas dan fungsi keuntungan Cobb-Douglas. Hal ini menunjukan indikasi bahwa Fungsi Cobb-Douglas memang dianggap penting. Secara matematis Fungsi Cobb-Douglas dirumuskan (Soekartawi, 1994) :

Y = a X1b1X2b2eu……….1) Catatan :

Y = Output X = Input

(7)

Untuk mempermudah pendugaan, persamaan tersebut diubah menjadi bentuk liner berganda dengan cara logaritmakan persamaan tersebut. Ada beberapa syarat yang harus dipenuhi sebelum menggunakan Cobb-Douglas, yaitu:

1. Tidak ada pengamatan bernilai nol.

2. Dalam fungsi produksi, perlu asumsi bahwa tidak ada perbedaan teknologi pada setiap pengamatan (non neutral different in the respective technologis).

3. Tiap variabel X adalahperfect competition.

4. Perbedaan lokasi (pada fungsi produksi) seperti iklim adalah sudah tercakup dalam faktor kesalahan, u.

Hasil logaritma dari fungsi Cobb-Douglas adalah (Soekartawi, 1994) :

Log Y = log a + b1log X1+ b2log X2+ u……….………. 2) Dengan basis logaritma natural (e = 2,718), persamaan tersebut dapat ditulis sebagai berikut :

Ln Y = ln a + b1ln X1+ b2 ln X2+ u……….3) Alasan digunakannya Cobb-Douglas dengan pertimbangan bahwa fungsi produksi tersebut bekerja pada tahap yang rasional. Tiap operasional mempunyai elastisitas antara 0 dan 1. Jika elastisitas yang terdapat pada model fungsi produksi Cobb-Douglas dijumlahkan, secara teknis dapatlah diketahui adanya skala kenaikan hasil yang telah dicapai karena jumlah melebihi 1. Jika bi=1 dapat dikatakan skala kenaikan hasil yang tetap, jika bi >1 adalah skala kenaikan hasil yang semakin bertambah, dan jika bi < 1 adalah skala kenaikan hasil yang semakin berkurang. Selain itu juga disebabkan karena fungsi Cobb- Douglas ini dapat diketahui beberapa aspek produksi yaitu : marginal produk, average produk, kemampuan batas mensubtitusi (marginal rate of subtitution), efisiensi produk.

2.3. Teori Biaya Produksi

Biaya adalah pengorbanan sumber ekonomi, yang diukur dalam satuan uang yang telah terjadi atau kemungkinan akan terjadi untuk mencapai tujuan tertentu. Sumber ekonomi mengandung pengertian suatu sumber merupakan sumber ekonomis jika memiliki sifat adanya kelangkaan.

(8)

ekonomis akan dikorbankan untuk mencapai tujuan tertentu merupakan biaya masa yang akan datang. Biaya produksi dapatlah didefinisikan sebagai semua pengeluaran yang dilakukan oleh firma untuk memperoleh faktor-faktor produksi dan bahan-bahan mentah yang akan digunakan untuk menciptakan barang-barang yang diproduksi firma tersebut (Sukirno, 1994).

Biaya produksi yang dikeluarkan firma dapat dibedakan dua jenis biaya, yaitu biaya eksplisit dan biaya tersembunyi. Biaya eksplisit adalah pengeluaran-pengeluaran perusahaan yang berupa pembayaran dengan uang untuk mendapatkan faktor-faktor produksi dan bahan mentah yang dibutuhkan firma. Sedangkan biaya tersembunyi adalah taksiran pengeluaran keatas faktor-faktor produksi yang dimiliki firma itu sendiri. Pengeluaran seperti antara lain adalah pembayaran untuk keahlian produsen, modalnya sendiri yang digunakan dalam perusahaan, dan pembangunan perusahaan yang dimilikinya.

Cara menaksirkan pengeluaran seperti itu adalah dengan melihat pandapatan yang paling tinggi yang diperoleh apabila produsen itu bekerja di perusahaan lain, modalnya dipinjamkan atau diinvestasikan dalam kegiatan lain dan bangunan yang dimilikinya disewakan kepada pihak lain.

Dari definisi diatas, maka biaya produksi dapatlah didefinisikan sebagai semua pengeluaran yang dilakukan oleh petani, perusahaan untuk memperoleh faktor produksi yang akan digunakan untuk menghasilkan output.

2.3.1. Penerimaan

Penerimaan pada dasarnya dibedakan menjadi dua jenis yaitu penerimaan bersih dan penerimaan kotor. Pengertian penerimaan kotor adalah penerimaan yang berasal dari penjualan hasil produksi yaitu dengan cara harga jual dikalikan hasil produksi usaha. Sementara penerimaan bersih adalah penerimaan yang berasal dari penjualan hasil produksi setelah dikurangi dengan biaya total usaha.

Konsep – Konsep Penerimaan

b. Total Penerimaan (TR)

Adalah penerimaan total produsen dari hasil penjualan output dikalikan dengan harganya. Secara matematika dinotasikan :

TR = Q . Pq………4) Catatan :

(9)

c. Penerimaan Rata – Rata (AR)

Adalah penerimaan produsen per unit output yang dijual. Secara matematika dinotasikan :

Q

TR

AR

d. Penerimaan Marjinal (MR)

Adalah kenaikkan dari penerimaan total (TR) yang disebabkan oleh tambahan penjualan 1 unit output. Secara matematika dinotasikan :

Q

Produsen dianggap akan selalu memilih tingkat output (Q) dimana keuntungan yang diperoleh adalah maksimum. Posisi tersebut dinyatakan sebagai posisi equilibrium, karena pada posisi tersebut tidak ada kecenderungan bagi produsen untuk mengubah output (dan harga outputnya). Bila produsen mengurangi (atau menambah) volume outputnya (penjualan)nya, maka keuntungan justru menurun.

Secara matematis :

Tanaman padi merupakan tanaman semusim termasuk golongan rumput-rumputan. Padi selain merupakan tanaman termuda yaitu tanaman yang biasanya berumur pendek, kurang dari satu tahun dan hanya satu kali berproduksi, setelah berproduksi akan mati atau dimatikan. Tanaman padi dapat digolongkan menjadi beberapa golongan :

a. Menurut keadaan berasnya dibedakan: 1). Padi biasa

(10)

b. Menurut cara dan tempat bertanam dibedakan: 1). Padi sawah

Adalah tanaman padi yang di tanam di tanah sawah atau tanah basah. 2). Padi gogo

Adalah padi yang di tanam pada tanah tegalan. 3). Padi gogorancah

Adalah padi yang di tanam pada tanah sawah atau tanah tadah hujan. Semula tanaman padi ini di garap dengan cara padi gogo, tetapi setelah ada hujan dikerjakan seperti padi sawah.

4). Padi lebak

Adalah padi yang di tanam di daerah rawa yang rendah ( lembah) dinamakan padi lebah.

c. Menurut umur tanaman padi 1). Padi ganjah

2). Padi tengahan 3). Padi dalam

2.4.2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pendapatan Usahatani Padi

a. Luas lahan

Luas lahan yang di tanami padi berpengaruh terhadap keuntungan usahatani. Secara teori semakin luas lahan garapan semakin tinggi keuntungan yang diterima. Tetapi keuntungan yang diterima petani padi juga dipengaruhi faktor yang lain seperti komoditi yang di tanam, penerapan teknologi, kesuburan tanah dan lain sebagainya.

b. Jumlah bibit

Bibit padi adalah gabah yang di hasilkan dengan cara dan tujuan khusus untuk disemaikan menjadi pertanaman. Kualitas benih itu sendiri akan ditentukan dalam proses perkembangan dan kemasakan benih. Berdasarkan mutu benih padi dibagi :

1) Bibit bersertifikasi (yang dibeli)

Sistem perbenihan yang mendapatkan pemeriksaan lapangan dan pengujian laboratoris dari instansi yang berwenang memenuhi standar yang telah ditentukan..

2) Bibit tak bersertifikasi ( bibit yang dibuat sendiri)

(11)

gabah dari petani yang lain untuk bibit. Bibit yang dibuat petani kurang berkualitas dan kadang hasil produksinya kurang standar(jika dilihat dari luas lahan).

c. Jumlah pupuk

Unsur hara yang terkandung pada setiap bahan untuk melengkapi unsur hara yang ada pada tanah yang diperlukan tanaman, dinamakan pupuk. Tujuan penggunaan pupuk adalah untuk mencukupi kebutuhan makanan (hara). Pupuk yang biasanya digunakan oleh petani berupa :

1) Pupuk alam ( pupuk organik)

Pupuk alam meliputi pupuk yang berasal dari kotoran hewan dan sisa-sisa tanaman, baik yang berasal dari sisa tanaman padi seperti jerami maupun bahan yang berasal dari tanaman lain, misalnya pupuk hijau.

2). Pupuk buatan ( pupuk anorganik)

Pupuk buatan ini memang sengaja dibuat dari bahan-bahan kimia guna menambah atau menggantikan unsur hara yang hilang terserap oleh pertanaman sebelumnya, pupuk buatan juga dapat berfungsi menambah hara pada lahan miskin hara, terutama unsur hara pokok yang biasanya diserap tanaman dalam jumlah besar.

d. Jumlah tenaga kerja

Tenaga kerja merupakan faktor produksi kedua setelah tanah. Tenaga kerja yang digunakan di daerah penelitian menggunakan tenaga kerja manusia dan mekanik. Di mana tenaga kerja manusia dapat diperoleh dari dalam keluarga dan dari luar keluarga. Tenaga kerja dalam keluarga adalah jumlah tenaga kerja potensial yang tersedia pada satu keluarga petani. Sedang tenaga kerja luar keluarga diperoleh dengan cara upahan.

e. Pestisida

(12)

III. METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Metode Dasar

Penelitian ini dianalisis dengan metode analisis deskriptif dalam bentuk studi kasus. Metode survai deskriptif merupakan metode penelitian yang mengambil sampel dari suatu populasi dengan wawancara sebagai alat pengumpulan data. Setelah data diperoleh kemudian hasilnya diolah dan dipaparkan secara deskriptif dan dianalisis untuk menguji hipotesis (Riduwan, 2008).

Adapun pendekatan studi kasus dimaksudkan untuk memperoleh informasi yang lebih rinci mengenai suatu obyek tertentu selama kurun waktu tertentu dengan cukup mendalam dan menyeluruh, termasuk lingkungan internal dan eksternal yang mempengaruhinya (Nazir, 2005).

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di wilayah Kecamatan Purwodadi Kabupaten Grobogan Jawa Tengah. Pemilihan lokasi ini dilakukan dengan pertimbangan peneliti bahwa yang dijadikan sebagai lokasi penelitian adalah salah satu Kecamatan yang masuk dalam urutan 5 besar rata-rata produksi padi tertinggi dari 19 Kecamatan yang ada di Kabupaten Grobogan. Purwodadi menjadi Kecamatan 3 besar yang memiliki rata-rata produksi padi tertinggi di Kabupaten Grobogan, sehingga Kecamatan Purwodadi menjadi pilihan peneliti untuk dijadikan lokasi penelitian ini. Rata-rata produksi padi di 5 Kecamatan di Kabupaten Grobogan Tahun 2010 dapat dilihat pada Tabel 3.1

Tabel 3.1. Rata-rata Produksi Padi di 5 Kecamatan di Kabupaten Grobogan Tahun 2010.

Kecamatan Rata-rata Produksi

1. Kradenan 2. Gabus 3. Purwodadi 4. Tanggungharjo 5. Karang Rayung

---(Kw/Ha)---68,90 68,30 66,26 64,25 63,97 Sumber : Kabupaten Grobogan Dalam Angka 2011

(13)

Grobogan mempunyai usaha sapi potong yang dijadikan sebagai usaha sampingan di luar usahataninya dan menjadi salah satu sumber pendapatan untuk keluarga petani. Jumlah ternak Sapi potong di 5 Kecamatan di Kabupaten Grobogan Tahun 2010 dapat dilihat pada Tabel 3.2.

Tabel 3.2. Jumlah Ternak Sapi Potong di 5 Kecamatan di Kabupaten Grobogan Tahun 2010

No. Kecamatan Jumlah Ternak Sapi Potong

1. Sumber : Kabupaten Grobogan Dalam Angka 2011

Data pada Tabel 3.2. menjelaskan bahwa jumlah ternak sapi potong terbesar di Kabupaten Grobogan adalah terdapat di Kecamatan Gabus yaitu 20.981 ekor. Di Kecamatan Purwodadi memiliki jumlah ternak sapi potong sebesar 12.744. Penelitian ini dilakukan pada bulan Februari-Maret 2012.

3.3. Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer merupakan data yang diperoleh secara langsung dari sumbernya baik data/fakta lapangan maupun berupa pendapat/pandangan, serta analisis dari narasumber. Pengumpulan data primer ini dilakukan dengan wawancara langsung ke petani di lapangan. Sedangkan data sekunder merupakan data yang diperoleh dari instansi yang terkait dengan penelitian ini seperti lembaga tingkat desa hingga kecamatan, Dinas Pertanian dan Peternakan, kantor Badan Pusat Statistik (BPS) dan instansi terkait lain.

3.4. Metode Pengambilan Sampel

Responden diambil dengan menggunakan metodeQuota Sampling, yaitu untuk menentukan jumlah sampel yang dipilih tanpa harus menghitung jumlah populasi sebagai sample frame. Quota Sampling merupakan metode pengambilan sampel berdasarkan jatah (kuota) tertentu, di mana cara ini dilaksanakan berdasarkan purposive/kesengajaan (Soekartawi, 1995).

(14)

pada kelompok tani ternak sapi penggemukan yang ada di Kecamatan Purwodadi. Jumlah kelompok tani ternak sapi penggemukan yang ada di Kecamatan Purwodadi adalah 7 kelompok tani ternak.

Sampel yang diambil adalah sebanyak 10 petani peternak dari setiap kelompok, sehingga dapat diketahui jumlah keseluruhan sampel adalah sebanyak 70 responden. Adapun jumlah kelompok dan anggota kelompok tani ternak yang dijadikan sebagai sampel dapat dilihat pada Tabel 3.3

Tabel 3.3. Data Kelompok Tani-Ternak Penggemukan Sapi Potong di Kecamatan Purwodadi Tahun 2010

Data pada Tabel 3.3. menjelaskan bahwa kelompok tani-ternak penggemukan sapi potong yang dijadikan sebagai sampel adalah yaitu Lembu Karya, LM3 AL Ihsan, Karya Simental, Sido Dadi, Ngudi Rahayu, Lembu Super, dan Mina Sejahtera.

3.5. Metode Pengolahan dan Analisis Data

1. Hipotesis 1 dianalisis dengan menggunakan regresi linear berganda yang diestimasi dengan teknik Ordinary Least Squares (OLS). Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan usahatani padi menggunakan persamaan berikut : 1.1. Persamaan identitas pendapatan usahatani padi

PUD = PNUD – BPUD………..6) PNUD = PROD x HPUD………..7) di mana

(15)

1.2. Persamaan pendapatan usahatani padi

PUD = b0+ b1HB + b2HPK + b3HO + b4UTK + b5HPUD ………8) di mana :

PUD = Pendapatan usahatani padi (Rp/tahun) HB = Harga benih yang dinormalkan(Rp/kg) HPK = Harga pupuk yang dinormalkan(Rp/kg)

HO = Harga obat-obatan yang dinormalkan(Rp/liter) UTK = Upah tenaga kerja (Rp/HOK)

HPUD = Harga produksi padi yang dinormalkan(Rp/kg)

2. Hipotesis 2 juga dianalisis dengan menggunakan regresi linear berganda dan diestimasi dengan teknik Ordinary Least Squares (OLS) . Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan usaha sapi potong menggunakan persamaan berikut :

2.1. Persamaan identitas pendapatan usaha sapi potong

PUSP = PNSP – BPSP……….9) PNSP = PROS x HSP………..10) di mana :

PUSP = Pendapatan usaha sapi potong (Rp/tahun) PNSP = Penerimaan usaha sapi potong (Rp/tahun) BPSP = Biaya produksi sapi potong (Rp/tahun) PROS = Produksi usaha sapi potong (Kg BB/tahun) HSP = Harga sapi potong (Rp/Kg BB)

2.4. Persamaan pendapatan usaha sapi potong

PUSP = d0+ d1HPKH + d2HPKK + d3UTK + d4HOS

+ d4HSP ………11) di mana :

PUSP = Pendapatan usaha sapi potong (Rp/tahun) HPKH = Harga pakan hijaun yang dinormalkan (Rp/kg) HPKK = Harga pakan konsentrat yang dinormalkan (Rp/kg) HOS = Harga obat-obatan yang dinormalkan (Rp/unit) UTK = Upah tenaga kerja (Rp/tahun)

(16)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pendapatan Usahatani padi

Bagian ini menjelaskan analisis pendapatan usahatani padi yaitu harga produksi, harga benih, harga pupuk, harga obat-obatan, dan upah tenaga kerja. Model yang dibangun adalah model sesuai dengan kriteria ekonomi dan statistik. Kriteria statistik dilihat dari nilai koefisien determinasi (R2) dan uji t statistik.

Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi produksi usahatani padi digunakan analisis linear berganda yang diestimasi dengan metode Ordinary Least Square. Sebelum membuat model persamaan regresi linear berganda harus dilakukan

beberapa pengujian asumsi klasik sebagai berikut : 1. Uji Multikolonieritas

Tabel nilai tolerance ( Tabel Coefficients a ) menunjukkan adanya variabel independen yang memiliki nilai Tolerance yang kurang dari 0,10 ( variabel independen > 0,10 ) maka tidak ditemukan adanya multikolinieritas.

Cara lain yang dapat digunakan dalam uji Multikolinieritas adalah dengan melihat besaran nilai Variance Inflation Factor ( VIF ). Hasil perhitungan nilai VIF juga menunjukan tidak ada variabel independen yang memiliki nilai VIF lebih dari 10 ( Variabel Independen < 10 ).

2. Uji Autokorelasi

Pengujian Autokorelasi dilakukan dengan membandingkan nilai DW dengan nilai tabel Durbin Watson dengan menggunakan nilai signifikansi 5 %. Jumlah sampel 70 ( n = 70 ) dan jumlah variabel independen 5 variabel (k=5).

Berdasarkan nilai DW = 2,273. Oleh karena nilai DW 2,273 di mana nilai dl =1,313 dan du =1,611 yang menunjukkan bahwa du ≤ d ≤ 4 - du berarti tidak ada outokorelasi positif dan negatif

3. Uji Heterokedastisitas

(17)

Berdasarkan hasil scatterplot dapat diketahui bahwa variabel independen bersifat homokedastisitas sehingga tidak ada gejala heterokedastisitas karena adanya titik-titik yang menyebar di bawah dan di atas angka 0 pada sumbu Y.

4. Uji Normalitas

(18)

Berdasarkan tampilan grafik histogram, dapat diketahui bahwa residual terdistribusi secara normal. Hal ini dapat diketahui dari tampilan grafik, di mana apabila dibagi dua akan mempunyai bagian yang sama.

Setelah melewati beberapa pengujian asumsi klasik maka dapat dilihat model persamaan regresi tentang faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan usahatani padi yang dapat dilihat pada persamaan 12. Hasil analisis faktor-faktor yang mempengaruhi produksi usahatani padi di Kecamatan Purwodadi dapat dilihat pada Tabel 4.1.

Tabel 4.1. Hasil Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pendapatan Usahatani Padi di Kecamatan Purwodadi.

Variabe l

Koefisien Prob Prop. F-hit R-squared Adjusted R-squared Interse

Keterangan : *signifikan pada α =10%; ** signifikan pada α =5%; ***signifikan pada α =1%;

Hasil analisis berdasarkan Tabel 4.1 dengan menggunakan SPSS 16 untuk hipotesis pertama terlihat bahwa hasil regresi antara variabel dependen dan variabel independen diperoleh model persamaan regresi sebagai berikut:

PUD = -3,57 - 12,24 HB - 1736,90 HPK - 1122,65 UTK + 2205,46 HO + 4340,577 HPUT ……….12) di mana :

PUD = Pendapatan usahatani padi HB = Harga benih

HPK = Harga pupuk UTK = Upah tenaga Kerja HO = Harga obat-obatan HPUD = Harga produksi Padi

(19)

1. Nilai Probabilitas Sig. t pada variabel harga benih = 0,000 ( < 0,05 ) dengan koefisien -12,24 maka H0 ditolak dan H1 diterima, yang berarti variabel harga benih berpengaruh nyata negatif terhadap Pendapatan Padi. Semakin meningkat harga benih sebesar 1 satuan akan mengurangi pendapatan sebesar 12,24.

Harga benih padi berpengaruh negatif terhadap pendapatan yang dihasilkan yang berarti semakin tinggi harga benih padi maka semakin tinggi pula biaya yang dikeluarkan petani untuk pembelian benih, dengan demikian hal ini akan mengurangi pendapatan.

2. Nilai Probabilitas Sig. t pada variabel harga pupuk = 0,001 ( < 0,05 ) dengan jumlah koefisien sebesar -1.736,9 maka H0 ditolak dan H1 diterima, yang berarti harga pupuk berpengaruh nyata negatif terhadap pendapatan padi. Apabila harga pupuk naik sebesar 1 satuan akan menurunkan pendapatan sebesar 1.736,9.

Harga pupuk berpengaruh negatif terhadap pendapatan karena kebutuhan akan pupuk pada dasarnya sangat banyak untuk usahatani sehingga kenaikan harga pupuk akan meningkatkan biaya yang harus dikorbankan petani untuk membeli pupuk. Hal tersebut sudah barang tentu menurunkan pendapatan.

3. Nilai Probabilitas Sig. t pada variabel upah tenaga kerja = 0,038 ( < 0,05 ) dengan koefisien sebesar -1.122,655 maka H0 ditolak dan H1 diterima, yang berarti variabel upah tenaga kerja berpengaruh nyata negarif terhadap pendapatan. Kenaikan upah tenaga kerja sebesar 1 satuan akan mengurangi pendapataan sebesar 1.122,655.

Upah tenaga kerja berpengaruh negatif terhadap pendapatan yang artinya semakin tinggi upah maka semakin besar pula biaya yang dikeluarkan oleh petani untuk biaya tenaga kerja. Pada dasarnya jumlah tenaga kerja juga sangat besar dibutuhkan untuk pengelolaan usahatani mulai dari pengolahan lahan, penanaman, pemeliharaan sampai ke pemanenan.

4. Nilai Probabilitas Sig. t pada variabel harga produksi = 0,07 ( < 0,1 ) dengan koefisien 4.340,577 maka H0 ditolak dan H1 diterima, yang berarti variabel harga produksi berpengaruh nyata positif terhadap pendapatan usahatani padi.

(20)

5. Nilai Probabilitas Sig. t pada variabel harga obat-obatan = 0,645 ( > 0,05 ) maka H0 diterima dan H1 ditolak, yang berarti variabel harga obat-obatan tidak berpengaruh nyata terhadap pendapatan.

Harga obat-obatan tidak berpengaruh nyata terhadap pendapatan karena sifat dari obat-obatan adalah hanya dipakai pada saat tanaman terserang hama dan penyakit. Kebutuhan akan obat-obatan tidak sebanyak kebutuhan akan bibit, pupuk dan tenaga kerja sehingga kenaikan harga obat-obatan tidak berpengaruh terhadap peningkatan biaya produksi. Di samping itu juga, kenaikan harga obat-obatan tidak akan menurunkan pendapatan apabila produksi dan harga produksi mengalami kenaikan. Pendapatan usahatani sangat dipengaruhi oleh jumlah produksi. Walaupun harga input produksi yang digunakan untuk usahatani naik tidak semata-mata akan mengurangi pendapatan apabila jumlah produksi meningkat. Dan juga berlaku sebaliknya apabila harga input produksi yang digunakan untuk usahatani menurun, tidak semata-mata akan meningkatkan pendapatan apabila jumlah produksinya menurun.

Harga obat-obatan yang tidak signifikan ini juga disebabkan karena tidak menunjukkan adanya perbedaan harga yang sangat jauh di tingkat petani. Pada dasarnya harga yang berlaku adalah sama dalam satu daerah atau Kecamatan, namun faktor jarak dan perbedaan tempat pembelian input produksi yang menyebabkan adanya variasi harga. Namun walaupun demikian perbedaannya tidak berpengaruh terhadap tingkat produksi dan pendapatan.

4.2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pendapatan Usaha Penggemukan Sapi

Potong

Bagian ini menjelaskan analisis pendapatan usaha sapi potong yaitu harga sapi, harga pakan hijauan, harga pakan konsentrat, harga obat-obatan, dan upah tenaga kerja. Model yang dibangun adalah model sesuai dengan kriteria ekonomi dan statistik. Kriteria statistik dilihat dari nilai koefisien determinasi (R2) dan uji t statistik

Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan usaha sapi potong digunakan analisis linear berganda dan diestimasi dengan metode Ordinary Least Square (OLS). Sebelum membuat model persamaan regresi linear berganda harus dilakukan beberapa pengujian asumsi klasik sebagai berikut :

(21)

Berdasarkan tabel nilai tolerance ( Tabel Coefficientsa ) menunjukkan tidak adanya variabel independen yang memiliki nilai Tolerance yang kurang dari 0,10 ( variabel independen > 0,10 ) sehingga hal ini menunjukkan bahwa tidak ada variabel independen yang multikolinieritas.

Cara lain yang dapat digunakan dalam uji Multikolinieritas adalah dengan melihat besaran nilaiVariance Inflation Factor ( VIF ). Hasil perhitungan nilai VIF juga menunjukan hal yang sama, yaitu tidak ada variabel independen yang memiliki nilai VIF lebih dari 10 ( Variabel Independen < 10 ) sehingga tidak ditemukan multikolinieritas.

2.

Uji Autokorelasi

Pengujian Autokorelasi dapat dilakukan dengan membandingkan nilai DW dengan nilai tabel Durbin Watson dengan menggunakan nilai signifikansi 1 %, Jumlah sampel 70 ( n = 70 ) dan Jumlah variabel independen adalah 5 (k=5).

Berdasarkan nilai DW dalam Tabel Summary, nilai DW = 1,476. Oleh karena nilai DW 1,476 di mana nilai dl =1,464 dan du =1,768 yang menunjukkan bahwa dl ≤ d ≤ du berarti tidak ada outokorelasi positif.

3.

Uji Heterokedastisitas

Pengujian heterokedastisitas dilakukan dengan melihat grafik scatterplot berikut :

(22)

dapat dikatakan bahwa variabel bersifat homokedastisitas dan tidak ada variabel yang bersifat heterokedastisitas.

4.

Uji Normalitas

Pengujian normalitas data dilakukan dengan cara menganalisis grafik normal plot berikut :

Hasil analisis berdasarkan tampilan Normal P-P Plot Residual dapat dilihat bahwa titik-titik mengikuti arah garis diagonal sehingga dapat diketahui residual terdistribusi secara normal.

Setelah melewati pengujian asumsi klasik maka dapat diperoleh persamaan regresi pada persamaan 13.

Hasil analisis faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan usaha sapi di Kecamatan Purwodadi dapat dilihat pada Tabel 4.2.

Tabel 4.2. Hasil Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pendapatan Usaha Sapi di Kecamatan Purwodadi.

No Variabel Koefisien Prob Prop. F-hit

R-squared Adjusted R-squared 1. Intersep

HSP HPKH HPKK HOS UTK

1.01 0.94*** -902.94 -106.07** -130.51** -1367.92**

0.00 0.226 0.047 0.011 0.047

0.000 0.624 0.594

(23)

Hasil analisis berdasarkan Tabel 4.2. dapat diperoleh model persamaan regresi linear berganda sebagai berikut :

PUSP = 1.01 + 0,94HSP – 902,94 HPKH – 106,07HPKK

−130,51HOS –1367,92UTK.……….13) di mana :

PUSP = Pendapatan usaha Sapi HSP = Harga sapi

HPKH = Harga pakan hijauan HPKK = Harga pakan konsentrat HOS = Harga obat-obatan UTK = Upah tenaga kerja

Hasil analisi berdasarkan Tabel 4.2. menunjukkan besarnya nilai adjusted R2 sebesar 0,594 yang artinya adalah bahwa sebesar 59,4 % variabel pendapatan usaha sapi dapat dijelaskan oleh variabel harga sapi, harga pakan hijauan, harga pakan konsentrat, harga obat-obatan, dan upah tenaga kerja sedangkan sisanya sebesar 40,6 % dijelaskan oleh sebab-sebab lain di luar model, dengan demikian model dikatakan cocok.

Secara serempak (uji F) diperoleh probabilitas 0,000 yang menunjukkan bahwa secara serempak variabel independen harga sapi, harga pakan hijauan, harga pakan konsentrat, harga obat-obatan, dan upah tenaga kerja berpengaruh signifikan atau berpengaruh nyata terhadap variabel dependen pendapatan.

Namun pengaruh secara parsial pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen dapat dilihat sebagai berikut :

1. Nilai Probabilitas Sig. t pada variabel harga sapi = 0,000 ( < 0,05 ) dengan jumlah koefisien 0,947 maka H0 ditolak dan H1 diterima, yang berarti variabel harga sapi berpengaruh nyata positif terhadap pendapatan, yang artinya setiap peningkatan harga sapi 1 satuan akan meningkatkan pendapatan sebesar 0,947.

Harga sapi adalah harga penjualan sapi per kg bobot badan. Semakin tinggi harga sapi per kg bobot badan maka akan semakin tinggi pendapatan yang diperoleh dari hasil penggemukan sapi.

(24)

Harga pakan konsentrat bepengaruh negatif terhadap pendapatan di mana semakin tinggi harga pakan konsentrat maka akan menyebabkan semakin tingginya biaya yang dikeluarga untuk pembelian konsentrat, dengan demikian akan menurunkan pendapatan dari usaha penggemukan sapi.

3. Nilai Probabilitas Sig. t pada variabel harga obat-obatan = 0,011 ( < 0,05 ), maka H0 ditolak dan H1 diterima, yang berarti harga obat-obatan berpengaruh nyata negatif terhadap pendapatan, yang artinya setiap kenaikan harga obat-obatan 1 satuan akan menurunkan pendapatan sebesar 130,51.

Harga obat-obatan berpengaruh negatif di mana semakin tinggi harga obat-obatan maka semakin tinggi biaya yang harus dikeluarkan petani untuk membeli obat-obatan. Kenyataan di lapangan penyakit yang sering terjadi pada sapi adalah kembung dan masuk angin. Beberapa petani mengeluhkan tentang penyakit sapi yang tiba-tiba muncul yaitu kelumpuhan pada sapi. Penyakit yang berbeda menyebabkan harga obat-obatan yang berbeda, sehingga mempengaruhi pendapatan.

4. Nilai Probabilitas Sig. t pada variabel upah tenaga kerja = 0,047 ( < 0,05 ), maka H0 ditolak dan H1 diterima, yang berarti harga pakan konsentrat berpengaruh nyata negatif terhadap pendapatan, yang artinya setiap kenaikan upah tenaga kerja 1 satuan akan menurunkan pendapatan 1.367,92 .

Upah tenaga kerja berpengaruh negatif di mana semakin tinggi upah tenaga kerja maka semakin tinggi pula biaya yang dikeluarkan oleh petani untuk tenaga kerja, sehingga akan menurunkan pendapatan. Berdasarkan kenyataan di lapangan bahwa tenaga kerja yang digunakan untuk usaha ternak sapi adalah tenaga dalam kerja keluarga

5. Nilai Probabilitas Sig. t pada variabel harga pakan hijauan = 0,22 ( > 0,1 ), maka H0 diterima dan H1 ditolak, yang berarti harga pakan hijauan tidak berpengaruh nyata terhadap pendapatan.

(25)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

1. Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap pendapatan usahatani padi adalah harga benih, harga pupuk, upah tenaga kerja, dan harga produksi padi.

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan usaha penggemukan sapi potong adalah harga sapi potong, harga pakan konsentrat, harga obat-obatan, dan upah tenaga kerja.

5.2 Saran

- Petani perlu menambah pemberian pakan hijauan untuk menaingkatkan produksi sapi potong.

- Petani perlu mengurangi pemberian konsentrat untuk mengurangi biaya produksi sapi potong.

DAFTAR PUSTAKA

Ekowati. T. 2011. Analisis Pengembangan Usaha Ternak Sapi Potong Berbasis Agribisnis Di Jawa Tengah. Program Pascasarjana Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.

Ghozali. I. 2009. Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS. Universitas Diponegoro. Semarang.

Nazir. M. 2005.Metode Penelitian. Ghalia Indonesia. Jakarta.

Riduwan. 2008.Metode dan Teknik Menyusun Tesis. Alfabeta. Bandung. Saragih. B, 2001.Agribisnis Berbasis Peternakan. Institut Pertanian Bogor. Sarwoko. 2005.Dasar-Dasar Ekonometrika.ANDI. Yogyakarta.

Soekartawi. 1994.Teori Ekonomi Produksi. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta. Soekartawi. 1995.Analisis Usahatani. Universitas Indonesia (UI-Press). Jakarta. Sukirno.S. 1994.Pengantar Teori Ekonomi Mikro. PT. Rajawali Grafindo

Persada. Jakarta.

Swandi. 2005. Keberlanjutan Usahatani Pola Padi Sawah-Sapi Potong Terpadu di Kabupaten Sragen: Pendekatan RAP-CLS. Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Gambar

Tabel 3.2. Jumlah Ternak Sapi Potong di 5 Kecamatan di KabupatenGrobogan Tahun 2010
Tabel 3.3.  Data Kelompok Tani-Ternak Penggemukan Sapi Potong di KecamatanPurwodadi Tahun 2010
Tabel 4.1. Hasil Analisis Faktor-Faktor yang MempengaruhiPendapatanUsahatani Padi di Kecamatan Purwodadi.
Tabel 4.2. Hasil Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi PendapatanUsaha Sapi di Kecamatan Purwodadi.

Referensi

Dokumen terkait

menunjukkan hasil tertinggi kesukaan panelis terhadap mie basah ditinjau dari rasa, aroma, warna, dan tekstur pada P0 tanpa penambahan tepung kulit pisang

Syukur alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan petunjuk dan kemudahan bagi penulis sehingga dapat menyelesaikan tesis dengan judul

Banyak para peneliti telah melakukan berbagai upaya untuk meningkatkan popularitas dari serangga sebagai sumber makanan pengganti karena dibandingkan dengan hewan

Guru mempersiapkan kelas agar lebih kondusif dan menyenangkan untuk proses belajar-mengajar; kerapian dan kebersihan ruang kelas, presensi (kehadiran, agenda

• Fasilitas yankes yang menyelenggarakan Jampersal: – Pemerintah: Puskesmas dan rumah sakit pemerintah – Swasta: klinik, rumah bersalin, bidan praktek swasta,. Poskesdes/Polindes,

Mata kuliah pengantar ilmu ekonomi merupakan pengetahuan dasar yang perlu dipahami oleh mahasiswa Ilmu hubungan internasional sebelum mempelajari mata kuliah wajib dan pilihan

Berdasarkan analisa pada penelitian ini didapatkan bahwa rasio prevalensi variabel kadar albumin darah adalah 1,3, sedangkan rentang kepercayaannya adalah 1,09 s/d 1,7 (melebihi

Berdasarkan hasil analisis data terhadap penerapan metode eksperimen berpengaruh terhadap hasil belajar dan aktivitas siswa pada materi elastisitas bahan di kelas