KESENIAN JARANAN DI KELURAHAN BANJARAN KEDIRI
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana dalam Program Strata Satu (S
Pada Jurusan Sejarah dan Kebudayaan Islam (SKI)
FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)
SUNAN AMPEL SURABAYA
KESENIAN JARANAN DI KELURAHAN BANJARAN KEDIRI
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana dalam Program Strata Satu (S-1) Pada Jurusan Sejarah dan Kebudayaan Islam (SKI)
Oleh:
Pety Novita Ekasari NIM: A0.22.12.091
FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)
SUNAN AMPEL SURABAYA
2016
KESENIAN JARANAN DI KELURAHAN BANJARAN KEDIRI
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh
ABSTRAK
Skripsi ini berjudul “Kesenian Jaranan Di Kelurahan Banjaran Kediri”. Adapun masalah yang diteliti dalam skripsi ini adalah (1) Bagaimana kondisi Kelurahan Banjaran Kediri? (2) Bagaimana prosesi kesenian jaranan di Kelurahan Banjaran Kediri? (3) Apa nilai-nilai Islam yang terkandung dalam kesenian jaranan?
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode penelitian kualitatif dengan pendekatan antropologi. Sesuai dengan metode kualitatif yakni, pengamatan dan wawancara. Sumber-sumber yang digunakan adalah pengamatan secara langsung terhadap kegiatan kesenian jaranan dan wawancara dengan pihak-pihak yang terlibat dalam kesenian jaranan Ki Wanoro Seto Kelurahan Banjaran Kediri. Dalam penelitian ini penulis menggunakan teori Instrumental. Teori ini berpijak pada pemikiran bahwa seni mempunyai tujuan tertentu dan bahwa fungsi dan aktivitas seni sangat menentukan dalam suatu karya seni.
ABSTRACT
The tittle of tesis is "Art Jaranan In the village Banjaran Kediri". The problems examined in this paper are (1) What is the condition Banjaran village Kediri? (2) How procession jaranan art in Sub Banjaran Kediri? (3) What are the values of Islam contained in art jaranan?
In this study, the authors used qualitative research methods with anthropological approach. In accordance with the qualitative method, observation and interviews. The sources used are direct observation of the artistic activity jaranan and interviews with the parties involved in the arts jaranan Wanoro Ki Seto village Banjaran Kediri. In this study the author uses the theory Instrumental. This theory rests on the idea that art has a specific purpose and that the functions and activities of the art is very decisive in a work of art.
DARTAF ISI
HALAMAN JUDUL ... i
PERNYATAAN KEASLIAN ... ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii
PENGESAHAN TIM PENGUJI ... iv
PEDOMAN TRANSLITERASI ... v
MOTTO ... vi
PERSEMBAHAN ... vii
ABSTRAK ... viii
KATA PENGANTAR ... x
DAFTAR ISI ... xii
BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1
B. Rumusan Masalah ... 8
C. Tujuan Penelitian ... 8
D. Kegunaan Penelitian ... 9
E. Pendekatan dan Kerangaka Teoritik ... 9
F. Penelitian Terdahulu ... 11
G. Metode Penelitian ... 12
H. Sistematika Pembahasan ... 15
A. Profil Kelurahan Banjaran ... 17 B. Kebudayaan di Kelurahan Banjaran ... 21 C. Tradisi Kupat Luwar ... 28
BAB III : PROSESI KESENIAN JARANAN
A. Kesenian Jaranan ... 31 B. Sejarah Kesenian Jaranan Di Kelurahan Banjaran ... 38 C. Pementasan Kesenian Jaranan ... 40
BAB IV : NILAI-NILAI ISLAM DALAM KESENIAN JARANAN
A. Alat Musik ... 54 B. Lagu ... 55 C. Tarian ... 59
BAB V : PENUTUP
A. Kesimpulan ... 62 B. Saran ... 63
DAFTAR PUSAKA ... 65 DAFTAR INFORMAN
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia adalah negara yang memiliki banyak kebudayaan dilihat
dari banyaknya kesenian yang lahir dan berkembang di Indonesia.
Kebudayaan adalah suatu serangkaian kegiatan yang dilakukan manusia
sebagai bentuk hasil cipta, rasa dan karsa manusia yang berguna untuk
mencapai pemenuhan kehidupan manusia, baik untuk dirinya sendiri atau
untuk manusia-manusia pada umumnya yang berupa bahasa, ilmu
pengetahuan, perilaku dan kebiasaan adat istiadat, norma-norma, religi,
mata pencaharian, peralatan-peralatan perkakas yang merupakan
kebutuhan hidup manusia yang dapat digunakan untuk memenuhi
kebutuhan hidupnya. Menurut Koentjaraningrat kebudayaan manusia
terdiri dari unsur universal yaitu sistem religi dan upacara keagamaan,
sistem dan organisasi kemasyarakatan, sistem pengetahuan, bahasa dan
kesenian.1
Indonesia adalah negara yang terdiri dari banyak pulau, dimana
setiap pulau memiliki suku bangsa yang berbeda-beda. Hal ini membuat
Indonesia memiliki kebudayaan yang beranekaragam. Keanekaragaman
budaya tersebut merupakan salah satunya adalah keanekaragaman seni
tradisi. Kesenian merupakan unsur kebudayaan yang universal dan
2
dipandang dapat menonjolkan sifat dan mutu.2 Kesenian adalah bagian
dari budaya dan merupakan sarana yang digunakan untuk
mengekspresikan rasa keindahan dari dalam jiwa manusia. Definisi
kesenian diambil dari kata Seni yang berarti Proses dari manusia
(menciptakan) atau intisari ekspresi dari kreativitas yang mengandung
unsur keindahan dan keelokan, orang yang menciptakan sebuah kreativitas
seni disebut Seniman. Pengertian seni menurut kuntjaraningrat, kesenian
ialah kompleks dari berbagai ide-ide, norma-norma, gagasan, nilai-nilai,
serta peraturan dimana komplek aktivitas dan tindakan tersebut berpola
dari manusia itu sendiri dan pada umumnya berwujud berbagai
benda-benda hasil ciptaan manusia.
Kesenian merupakan salah satu bentuk aktifitas manusia yang
dalam kehidupannya (kesenian) selalu tidak dapat berdiri sendiri.
Pertumbuhan dan perkembangan kesenian rakyat dapat dipisahkan dari
warna ciri warna kehidupan masyarakat itu sendiri sebagai pendukungnya.
Hampir disetiap daerah di Indonesia mempunyai bentuk kesenian yang
menggambarkan daerah setempat, yang tentu saja setiap kesenian daerah
mempunyai latar belakang sejarah dan sosial yang berbeda.3
Perbedaan karya seni manusia purba dengan modern yaitu terletak
pada tujuan penciptaan seni tersebut. Manusia purba membentuk karya
seni atau penanda kebudayaan yang sangat dipengaruhi
2 Koentjaraningrat, Pengantar Ilmu Antropologi (Jakarta: Rineka Cipta, 1990), 202.
3
kekuatan yang ada di sekitarnya. Sedangkan karya seni manusia modern
membentuk karya seni yang digunakan hanya untuk kepuasan pribadi serta
menggambarkan kondisi di lingkungannya. Dengan kata lain, manusia
modern merupakan sosok yang mempunyai keinginan untuk menemukan
hal-hal baru serta memiliki cakrawala berfikir yang lebih luas
dibandingkan dengan manusia purba.
Secara umum, segala sesuatu yang indah dan berkesan adalah seni.
Cara menangkap kesan dan penghasilan kesan tersebut yang membedakan
seni itu sendiri dan membuat beberapa macam seni yaitu:
1. Seni Rupa
Pengertian seni rupa adalah hasil ciptaan kualitas, hasil ekspresi,
atau alam keindahan atau segala hal yang melebihi keasliannya serta
klasifikasi objek-objek terhadap kriteria tertentu yang diciptakan
menjadi suatu struktur sehingga dapat dinikmati menggunakan indra
mata dan peraba.
2. Seni Musik
Seni musik adalah hasil ciptaan manusia yang menghasilkan
bunyi ritme dan harmoni yang indah bagi pendengar. Bunyi yang
dihasilkan oleh seni musik dapat merupakan hasil dari suara manusia
contohnya menyanyi atau dapat dihasilkan dari alat bantu seperti alat
musik contohnya gitar, piano dan alat musik lainnya.
4
Seni tari adalah hasil ciptaan manusia yang mengkreasikan
gerakan tubuh dalam menghasilkan keindahan bagi yang melihatnya.
Dengan seni tari, manusia menggunakan bagian-bagian tubuhnya dalam
mengkomunikasikan ekspresi rasa dan bentuk keindahan. Keindahahan
seni tari terletak pada bentuk kepuasan, kebahagiaan, baik dari peraga
dan penikmat atau penonton. Seni tari sering digabungkan dengan
dengan seni musik dan seni rupa untuk melengkapi penyampaian rasa
yang ada.
4. Seni Teater
Seni teater adalah hasil ciptaan manusia dalam
mengvisualisasikan imajinasi atau gambaran yang ada dalam pikirannya
yang berhubungan dengan tingkah laku manusia baik sebagai individu,
kelompok ataupun bermasyarakat. Seni teater layaknya seni tari sering
diisi oleh seni rupa dan musik, bahkan seni teater juga bisa digabungkan
dengan seni musik dan seni tari sehingga pesan yang diinginkan dapat
tersampaikan kepada penikmat seni itu sendiri.
5. Seni Sastra
Seni sastra adalah segala bentuk hasil daya kreasi manusia yang
dinikmati dari segi visual dan makna yang dimilikinya. Hal ini
dikarenakan seni sastra menggambarkan keindahan dalam bentuk kata,
baik itu ditulikan ataupun disuarakan. Contohnya tulisan, puisi dan
5
Dalam berkembangnya kesenian tersebut menjadi sebuah identitas
khas yang bersifat tradisional yang dimiliki oleh bangsa Indonesia.
Kebudayaan yang berupa kesenian di Indonesia tumbuh dalam lingkungan
yang didalamnya adat secara turun temurun diwariskan dari nenek moyang
terdahulu. Keunikan yang menjadi daya tarik di dalam pertunjukan seni
tersebut sangat banyak ragamnya. Pada saat ini banyak kesenian-kesenian
yang dimiki pada daerah-daerah di Indonesia seperti seni tari yang
memiliki keunikan tersendiri dalam setiap daerah. Hampir semua daerah di
Indonesia memiliki kesenian tari yang berbeda-beda seperti kesenian tari
jaranan yang terletak di daerah kediri.
Kesenian adalah salah satu unsur kebudayaan yang sangat
diperlukan manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.4 Kesenian
merupakan yang hidup senafas dengan mekarnya rasa keindahan yang
tumbuh dalam sanubari manusia dari masa ke masa dan hanya dapat
dinilai dengan ukuran rasa seni yang diciptakan untuk melahirkan rasa
keindahan dan merupakan kreasi bentuk simbolis dari perasaan manusia.
Dengan kata lain seni merupakan kegiatan manusia yang
dihubungkan dengan keindahan, sedangkan kesenian sendiri merupakan
usaha membentuk kesenangan melalui sebuah ekspresi yang dirasakan,
baik dalam bentuk gerak (tari). Meskipun demikian suatu kegiatan akan
membangkitkan perasaan keindahan apabila diwujudkan melalui proses
yang memenuhi persyaratan teknis tertentu, sehingga tercapai nilai puncak
6
dalam kegiatan itu. C Geertz berpendapat bahwa sebagai sub kesenian
merupakan perwujudan nilai-nilai yang menjadi pedoman bagi pola
tingkah laku masyarakat pendukungnya. Tari adalah satu dari
benang-benang kesinambungan yang paling kokoh pada kebudayaan Indonesia.5
Bentuk seni yang akan dipaparkan dalam skripsi adalah Kesenian
Jaranan Di Kelurahan Banjaran Kediri. Kesenian jaranan di Kelurahan
Banjaran ini memiliki nama Ki Wanoro Seto yang artinya dari kata Ki
yaitu “Mbah” sedangkan Wanoro adalah “Ketek atau biasa disebut Kera”
dan Seto yaitu “Putih”, jadi artinya adalah “Mbah Ketek Putih”.6 Yang
didirikan oleh bapak Sujarwo pada tanggal 10 pebruari 1994. Kesenian
jaranan adalah salah satu kesenian khas dari Kabupaten Kediri, atau lebih
dikenal dengan nama Kuda Lumping. Ciri khas dari kesenian ini adalah
terdapat beberapa penari yang menunggangi kuda-kudaan yang terbuat
dari anyaman bambu yang dihias sedemikian rupa. Dicat warna-warni
dengan lukisan stilasi bentuk kuda dengan jambul dan ekor dari sisiran tali
rafia.7
Dalam aksinya, jaranan selalu membawa sebuah kesan religius dan
sakral. Terlihat dari make up dari penari yang tegas memberikan kesan
garang atau menakutkan. Beberapa asesoris yang dipakai oleh pemain
begitu khas seperti udeng-udeng yang dipakai di kepala dan krincing yang
5Claire Holt, Melacak Jejak Perkembangan Seni Di Indonesia, Diterjemahkan oleh Seodarsono
(Bandung: Arti Line, 2000), 124.
6 Sujarwo, Wawancara, Banjaran Kediri, 5 Maret 2016.
7
dipakai di kaki seperti gelang yang ditaruh di kaki dan dipasangi beberapa
klinting atau bel kecil.
Dalam perkembangannya kesenian jaranan mengalami pasang
surut. Hal ini disebabkan kondisi sosial masyarakat yang sudah berubah
dalam memaknai dan mengembangkan jaranan. Dari tahun ke tahun
jaranan mulai berubah dari yang sifatnya tuntutan menjadi tontonan.
Kesenian jaranan pada tahun 60an sudah digemari
masyarakat.bahkan di kediri pada saat itu sudah berdiri beberapa
kelompok jaranan. Kelompok jaranan ini banyak digawangi oleh
orang-orang yang berada di lembaga kesenian seperti Lekra, Lesbumi, LKN
ketiga lembaga kesenian yang berada di tingkat bawah. Ketiga lembaga
kesenian yang ada, semuanya memiliki kesenian sendiri-sendiri yang
sesuai dengan misinya masing-masing.
Pada tahun 60an itu masing-masing kelompok jaranan bersaing
dengan sehat. Walaupun mereka berasal dari lembaga kesenian yang
berbeda, tetapi pada saat itu masih bisa berbagi ruang dan menampilkan
pertunjukkannya masing-masing. Mereka saling mendukung dan
mengembangkan kreatifitasnya dalam berkesenian. Jaranan pada saat itu
masih tampil dengan polos sekali. Pemainnya hanya mengenakan celana
kombor dan tanpa menggunakan make up. Tidak ada batas antara pemain,
penabuh gamelan, dan penonton. Mereka sama-sama berada ditanah.
Berbeda dengan sekarang, saat ini alat musik gamelan ditaruh diatas
8
Yang unik dari kesenian jaranan ini adalah dari alat yang
digunakan oleh penari jaran kepang yang terbuat dari anyaman bambu
tidak seperti seni jaran di daerah lain yang menggunakan kuda. Oleh
karena itu penulis ingin meneliti kesenian ini dan dari kesenian ini penulis
sangat penasaran mengenai tarian-tarian yang ada di kesenian jaranan,
tariannya adalah seperti jaran kepang, ganongan dan barongan yang
menurut penulis sangat unik dan juga bagus, apalagi dalam kesenian
ganongan yang diberi lelucon-lelucon antar pemain untuk menghibur
penonton.
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas rumusan masalah yang akan dibahas
adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana kondisi Kelurahan Banjaran Kediri?
2. Bagaimana prosesi kesenian jaranan di Kelurahan Banjaran Kediri?
3. Apa nilai-nilai Islam yang terkandung dalam kesenian jaranan?
C. Tujuan Penelitian
Dalam penelitian ini tentunya mempunyai maksud dan tujuan yang
penulis harapkan, adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui kondisi di Kelurahan Banjaran Kediri.
2. Untuk mengetahui prosesi kesenian jaranan di Kelurahan Banjaran
Kediri.
3. Untuk mengetahui apa saja nilai-nilai Islam yang terkandung dalam
9
D. Kegunaan Penelitian
Dalam penelitian ini penulis mengharapkan agar bisa bermanfaat
dan berguna bagi semua yang membaca dan mengetahui kesenian jaranan
yang ada di Kelurahan Banjaran Kediri. Manfaat atau kegunaan adalah
sebagai berikut:
1. Sebagai bahan wacana dan menambah pengetahuan bagi semua yang
membaca dan bisa bermanfaat bagi semua orang.
2. Dapat menjadikan masukan bagi masyarakat yang mencintai
kebudayaan. Dan menjadi masukan bagi intelektual muda dalam
mengembangkan kebudayaan Indonesia dalam bentuk yang lebih baik.
3. Untuk menambah khazanah keilmuan khususnya dalam bidang
kesenian Indonesia.
4. Secara Ilmiah hasil penelitian ini diharapkan sebagai bahan
pertimbangan untuk penelitian lebih lanjut dalam kajian yang sama
untuk mengembangkan ilmu pengetahuan, dan dapat dijadikan sebagai
sumber pengetahuan dan kebudayaan.
E. Pendekatan dan Kerangka Teori
Pendekatan yang digunakan dalam skripsi ini yaitu menggunakan
pendekatan antropologi. Antropologi berasal dari kata “anthropos” yang
berarti manusia, dan “logos” yang berarti ilmu. Antropologi diartikan
sebagai ilmu tentang manusia, khususnya tentang asal-usul, adat istiadat
dan kepercayaan. Menurut Koentjaraningrat antropologi adalah ilmu yang
10
dihasilkan oleh manusia tersebut. Pengertian antropologi secara sederhana
adalah sebuah ilmu yang mempelajari tentang manusia dari segi
keanekaragaman fisik serta kebudayaan yang dihasilkannya seperti
tradisi-tradisi, nilai-nilai dan kesenian yang dihasilkan dari kebudayaan manusia.
Secara singkat, dalam pendekatan ini sistem kebudayaan memfokuskan
perhatian kepada hubungan antara masyarakat pendukungnya dengan
lingkungan dimana mereka hidup8.
Pendekatan antropologi dapat diartikan sebagai sudut pandang atau
cara melihat dan memperlakukan sesuatu gejala yang menjadi perhatian
terkait bentuk fisik dan kebudayaan sebagai hasil cipta, karsa dan rasa
manusia.
Dalam penelitian ini penulis menggunakan teori Instrumental.
Teori ini berpijak pada pemikiran bahwa seni mempunyai tujuan tertentu
dan bahwa fungsi dan aktivitas seni sangat menentukan dalam suatu karya
seni. Misalnya fungsi-fungsi propaganda, relegius dan sebagainya. Cabang
lain dari teori ini adalah sebagai sarana penyampaian perasaan, emosi, dan
lain sebagainya. Seni adalah sarana kita untuk mengadakan kontak dengan
pribadi si seniman ataupun bagi seniman untuk berkomunikasi dengan
kita. Koentjaraningrat menyatakan bahwa penelitian-penelitian yang
menyangkut proses sosial akan terjadi bila manusia dalam suatu
masyarakat dengan suatu kebudayaan tertentu dipengaruhi oleh
unsur-unsur dari suatu kebudayaan asing yang sedemikian berbeda sifatnya,
8 M. Deden Ridwan, Tradisi Barau Penelitian Agama Islam (Bandung: Komplek Psirjati, 2001),
11
sehingga unsur-unsur kebudayaan tadi lambat laun diakomondasikan dan
diintegrasikan ke dalam kebudayaan itu sendiri tanpa kehilangan
kepribadian dari kebudayaan sendiri9.
F. Penelitian Terdahulu
Kesenian jaranan merupakan kajian yang menarik untuk dibahas,
seperti yang dilakukan oleh penulis yang sengaja mengambil judul
“Kesenian Jaranan Di Kelurahan Banjaran Kediri”.
Adapun penelitian terdahulu mengenai kesenian yang pernah
dilakukan:
1. Kesenian Jaran Jenggo Di Solokuro Kabupaten Lamongan. Ditulis oleh
Ismawati Fakultas Adab Dan Humaniora Jurusan Sejarah dan
Kebudayaan Islam Tahun 2014.Dalam skripsi tersebut
membahaskesenian jaran jenggo atau jaran bergoyang yang berada di
daerah Solokuro Lamongan.
2. Sejarah Pertumbuhan dan Perkembangan Kesenian Wayang Kulit di
Desa Karangrejo Kecamatan Gempol Kabupaten Pasuruan. Ditulis oleh
Istiqomah, Fakultas Adab Jurusan Sejarah Peradaban Islam IAIN Sunan
Ampel Surabaya Tahun 2006. Skripsi tersebut membahas tentang
sejarah pertumbuhan dan perkembangan kesenian wayang kulit yang
ada di Desa Karangrejo Kecamatan Gempol Kabupaten Pasuruan.
3. Perkembangan Kesenian Tari Muang Sangkal di Kabupaten Sumenep
(Studi Tentang Nilai-nilai Islam Dalam Seni Tari). Ditulis oleh Suhaira
12
Fakultas Adab Jurusan Peradaban Islam IAIN Sunan Ampel Surabaya
Tahun 2007. Dalam Skripsi Ini membahas tentang perkembangan
kesenian Tari Muang Sangkal di Sumenep yang dikhususkan tentang
nilai-nilai Islam dalam seni tari.
4. Tari Muang Sangkal Karya Taufiqurrahman Di Kabupaten Sumenep.
Ditulis oleh Diha Sari Nugraheni, Skripsi tahun 2003. Yang membahas
tentang Bapak Taufiqurrahman sebagai pencipta tari muang sangkal
yang diperintah langsung oleh bupati Sumenep karena pada waktu itu di
Sumenep tidak mempunyai tari wajib waktu menyambut tamu agung
yang datang ke Kabupaten Sumenep.
5. Peranan Kesenian Rakyat, yang ditulis oleh Clifford Geertz dalam
bukunya yang berjudul Abangan, Santri, Priyayi Dalam Masyarakat
Jawa, 1981.
6. Kebudayaan Dalam Perspektif Strukturslisme, yang ditulis oleh Nur
Syam dalam bukunya Madzhab-madhzab Antropologi, 2007.
G. Metode Penelitian
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode yang dalam
pembahasan memperoleh kebenaran secara ilmiah. Dalam penelitian ini
penulis menggunaka metode penelitian kualitatif. Metode penelitian
13
dialami subyek penelitian misalnya prilaku, persepsi serta tindakan secara
holistik dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa.
Metode penelitian kualitatif merupakan pengamatan, wawancara
atau penelaah dokumen. Metode kualitatif ini digunakan karena memiliki
beberapa pertimbangan. Menyesuaikan metode kualitatif lebih mudah
apabila kita berhadapan dengan kenyataan. Dengan menggunakan metode
kualitatif ini dapat menyajikan secara langsung hakekat antara peneliti dan
responden. Metode kualitatif lebih peka dan lebih dapat menyesuaikan diri
dengan banyak penajaman pengaruh bersama dan terhadap pola nilai yang
dihadapi.
Dalam rangka memperoleh data yang otentik, maka penulis
melakukan penelitian dengan menggunakan metode kualitatif dengan
langkah-langkah sebagi berikut:
1. Metode pengumpulan data dalam penelitian kualitatif
a. Metode Pengamatan
Pengamatan atau observasi merupakan cara yang sangat baik
untuk meneliti tingkah laku manusia. Dalam melakukan
pengamatan sebaiknya peniliti sudah memahami terlebih dahulu
pengertian-pengertian umum dari objek penelitiannya. Apabila
tidak maka hasil pengamatannya menjadi tidak tajam.
Pengamatan terhadap suatu situasi tertentu harus dijabarkan
14
atau aktor, dan kegiatan atau aktifitasnya. Kemudian ketiga elemen
tersebut harus diuraikan lebih terperinci lagi.
Terdapat beberapa pengamatan berdasarkan dimensinya yaitu
pengamatan berperan serta dan pengamatan tertutup, pengamatan
pada latar ilmiah dan pengamatan eksperimental dan pengamatan
on-eksperimental.
b. Metode wawancara
Wawancara merupakan teknik komunikasi antar pelaku dengan
penulis. Terdapat beberapa syarat bagi seorang penulis untuk
mewawancarai pelaku yaitu harus responsive, tidak subjektif,
menyeuaikan diri dengan yang di wawancarai dan pembicaraannya
harus terarah. Di samping itu terdapat beberapa hal yang harus
dilakukan ketika melakukan wawancara yaitu jangan memberikan
kesan negatif, mengusahakan pembicara bersifat kontinyu, jangan
mengajukan pertanyaan yang mengandung banyak hal.
c. Metode Dokumenter
Metode atau teknik dokumenter adalah teknik pengumpulan
data dan informasi melalui pencarian dan penemuan bukti-bukti.
Foto merupakan salah satu bahan dokumenter. Foto bermanfaat
sebagai sumber informasi karena foto mampu membekukan dan
menggambarkan peristiwa yang terjadi.
15
a. Seleksi dan klasifikasi yaitu memiliki data yang ada kemudian
disesuaikan dengan bahasan dan dibutuhkan dalam penulisan skrisi
diatas.
b. Komperatif yaitu usaha untuk mengambil dengan proses
membandingkan data yang semacam dari berbagai sumber yang
sudah dikumpulkan untuk masalah diatas.
c. Pengambilan analisis yaitu mengambil kesimpulan berdsarkan
keterkaitan data yang terkumpul kemudian disusun dan dijelaskan
selanjutnya dianalisis.
3. Penyajian Tulisan
a. Diskriptif yaitu penyajian tulisan sesuai dengan kenyataan yang
ada pada penelitian lapangan.
b. Interpretasi yaitu menyajikantulisan yang sudah melalui dengan
penafsiran terlebih dahulu terhadap data yang ada.
H. Sistematika Pembahasan
Pembahasan dalam kajian ini diuraikan menjadi beberapa bab serta
sub bab untuk memudahkan dalam penulisan dan mudah untuk dipahami
secara runtut kerangka penulisannya tersistematika sebagai berikut:
Bab pertama pendahuluan, meliputi latar belakang yang merupakan
deskrisi singkat dari penelitian ini, rumusan masalah, tujuan penelitian,
kegunaan penelitian, pendekatan dan kerangka teoritik, penelitian
16
Bab kedua menerangkan tentang profil dan kebudayaan kelurahan
Banjaran yang terdiri dari kondisi kelurahan, kebudayaan yang ada di
Kelurahan Banjaran Kediri.
Bab ketiga menjelaskan tentang prosesi kesenian jaranan yang
meliputi sejarah kesenian jarang yang ada di Kelurahan Banjaran dan
bagaimana model pertunjukkan dalam pementasan kesenian jaranan ini.
Bab keempat memberikan penjelasan tentang nilai-nilai yang
terkandung dalam kesenian jaranan seperti alat musik, lagu-lagu, dan
tarian yang ada pada kesenian jaranan.
Bab kelima merupakan bab terakhir sebagai bab penutup yang
BAB II
KONDISI KELURAHAN BANJARAN KEDIRI
A. Profil Kelurahan Banjaran
Kelurahan Banjaran merupakan salah satu wilayah yang terletak di
bagian Kota Kediri. Luas wilayah keseluruhan kelurahan Banjaran adalah
195.821,81 Ha yang berupa pemukiman, persawahan, perkebunan,
pekarangan dan kuburan. Suhu rata-rata kelurahan Banjaran adalah 30 C.
Kawasan Kelurahan Banjaran terletak pada kawasan perkantoran,
pertokoan atau bisnis dan ada tempat untuk kawasan pariwisata.1
Kelurahan Banjaran terletak di sebelah selatan Kecamatan Pesantren
Kediri. Batas Kelurahan Banjaran adalah di sebelah utara Kelurahan
Ngadirejo, di sebeleh selatan berbatasan dengan Kelurahan Jamsaren,
sebelah timur berbatasan dengan Kelurahan Burengan dan di sebelah barat
berbatasan dengan Kelurahan Kemasan.2
Letak wilayah Kelurahan Bnajaran dari pusat pemerintahan
Kecamatan adalah berjarak 1 Km. Dan jarak Kelurahan Banjaran ke
Kabupaten atau Kota Kediri adalah 5 Km. Sedangkan jarak Kelurahan
Banjaran ke Ibu Kota Provinsi Jawa Timur adalah 140 Km bisa di tempuh
18
menggunakan kendaraan bermotor yang menghabiskan waktu sekitar 3-4
jam.3
Sebagai daerah yang terletak di tengah-tengah kota kediri, penduduk
Kelurahan Banjaran juga ada yang memiliki area persawahan dan
perkebunan yang biasa di tanami tanaman padi atau tanaman-tanaman
yang biasa di jual di pasar seperti sayuran dan buah-buahan ada juga yang
memiliki tanaman tebu.
Selain bertani penduduk Kelurahan Banjaran banyak yang bekerja di
pabrik seperti pabrik yang sangat besar di Kota Kediri yaitu pabrik rokok
Gudang Garam. Penduduk Kelurahan Banjaran juga banyak yang menjadi
pegawai negeri dan berdagang dan banyak yang menjadi seniman seperti
seniman kesenian jaranan.
Penduduk Kelurahan Banjaran ada 6.275 orang, dengan
perbandingan jenis kelamin laki-laki sebanyak 3.364 orang dan yang
berjenis kelamin perempuan sebanyak 2.911 orang. Dari jumlah penduduk
sebanyak 6.275 orang, penduduk Kelurahan Banjaran terdiri dari 2.436
kepala keluarga4.
Kesejahteraan keluarga Kelurahan Banjaran dikategorikan menjadi 5
kategori atau tingkatan yaitu:
1. Jumlah keluarga prasejahtera: 259 keluarga
2. Jumlah keluarga sejahtera 1: 700 keluarga
3 Data Potensi Kelurahan Banjaran, Profil Kelurahan Dalam Angka 2014-2016, 3.
19
3. Jumlah keluarga sejahtera 2: 1.001 keluarga
4. Jumlah keluarga sejahtera 3: 176 keluarga
Total semua jumlah keluarga ada 2.436 kepala keluarga.5
Dalam segi kepercayaan yang dianut oleh masyarakat sekitar
mayoritas penduduk beragama Islam. Jumlah penduduk Kelurahan
Banjaran yang beragama Islam ada 5.864 orang, yang laki-laki sebanyak
3.164 orang dan yang perempuan sebanyak 2.700 orang. Tetapi ada juga
yang berbeda agama. Meskipun ada yang berbeda agama tetapi kerukunan
mereka tetap terjalin dan hidup rukun berdampingan antar umat
beragama.6
Dari segi kesehatan di Kelurahan Banjaran terdapat 16 unit posyandu
dan pembina yang membina posyandu ada 50 orang. Dan ada 85 orang
kader yang bertugas di posyandu dan dibagi di masing-masing posyandu.
Dari posyandu tersebut masyarakat bisa berkonsultasi tentang
masalah-masalah kesehatan dan ada beberapa jenis kegiatan rutin dalam posyandu
seperti bina keluarga balita, pengobatan gratis, pemberantasan sarang
nyamuk dan kegiatan pembersihan lingkungan yang bekerja sama dengan
perangkat desa.7
Untuk mengukur tinggi rendahnya kemajuan suatu masyarakat
adalah tergantung dari tinggi dan rendahnya pendidikan yang dimilikioleh
5 Ibid., 1.
6 Data Potensi Kelurahan Banjaran, Profil Kelurahan Dalam angka 2014-2016, 7.
20
masyarakat. Semakin tinggi pendidikan suatu masyarakat, maka semakin
baik pula tatanan kehidupan masyarakat tersebut. Dari sudut pendidikan,
masyarakat kelurahan Banjaran yang mencapai sarjana mencapai 600
orang itu terdiri dari lulusan D-1 sederajat sampai S-2.
Lulusan D-1 dan D-2 ada 264 orang sudah termasuk laki-laki dan
perempuan, yang lulusan D-3 ada 261 orang yang laki-laki ada 175 orang
dan yang perempuan ada 86 orang, lulusan S-1 ada 39 orang sarjana
laki-laki dan ada 25 orang sarjana perempuan, kemudian yang lulusan S-2 ada
11 orang itu sudah termasuk laki-laki dan perempuan. Dan masih banyak
juga yang masyarakatnya hanya lulusan SMA sederajat dan SMP
sederajat. Yang lulusan SMA sederajat mencapai 1823 laki-laki dan 1220
perempuan kemudian yang lulusan SMP sederajat mencapai 644 laki-laki
dan 509 perempuan bahkan ada yang masyarakatnya hanya lulusan SD
saja. Tetapi jika dilihat dari sudut pendidikan kelurahan Banjaran sudah
baik karena masyarakatnya sudah banyak yang menjadi sarjana atau masih
dalam jenjang pendidikan kuliah.8
Dalam bidang pembangunan pendidikan ada yang negeri dan ada
yang swasta. Lembaga pendidikan Play Group sebanyak 3 gedung,
pendidikan TK sebanyak 7 gedung, pendidikan SMP ada 1 gedung, dan
lembaga pendidikan tingkat SMA sebanyak 4 gedung. Di Kelurahan
Banjaran juga ada lembaga kursus ketrampilan ada 6 unit.
21
Dari Segi politik masyrakat Banjaran sangat antusias dan
berpartisipasi dalam semua hal seperti pemilihan kepala daerah atau
pemilihan presiden dan wakil presiden. Jumlah penduduk yang memiliki
hak pilih sebanyak 4333 orang. Dan masyarakat kelurahan Banjaran
sangat antusias alam semua pemilihan yang diadakan oleh pemerintah.
Ada 6 partai yang mempunyai kantor di wilayah kelurahan Banjaran.
Penentuan kepala desa atau lurah dan perangkat desa kelurahan
Banjaran. Dalam penentuan jabatan kepala desa, Kelurahan Banjaran
ditunjuk oleh pemerintah tinggkat atas. Untuk sekertaris desa diangkat
oleh Bupati atau Walikota. Sedangkan untuk penentuan perangkat desa
termasuk kepala dusun ditunjuk, diangkat dan ditetapkan oleh Camat atau
Kepala Distrik.9
B. Kebudayaan Di Kelurahan Banjaran
Kebudayaan masyarakat Kelurahan Banjaran banyak yang di
pengaruhi oleh masalah-masalah keagamaan. Seperti yang biasanya
dilakukan oleh masyarakat Kelurahan Banjaran seperti upacara-upacara
adat perkawinan, upacara kelahiran dan upacara kematian.10 Upacara adat
tersebut tentu dilakukan oleh semua masyarakat yang ada di kelurahan
Banjaran.
Dalam upacara adat perkawinan bagi masyarakata yang beragama
Islam, harus diadakan pertemuan antara kedua keluarga. Dari pertemuan
9 Hepi, Wawancara, Banjaran Kediri, 7 April 2016
22
itu kedua keluarga harus menentukan kapan akan dilaksanakan akad dan
upacara perkawinan, menentukan tanggal dan hari seperti perkawinan pada
umumnya. Setelah di tentukan tanggal dan harinya, jika sudah mendekati
hari pernikahan calon pengantin tidak boleh ketemu dalam waktu
seminggu. Dalam waktu pernikahan atau hari pernikahan pengantin dan
kedua orang tua tidak boleh mandi karena ditakutkan akan terjadi hal-hal
yang tidak diinginkan seperti tiba-tiba turun hujan, apalagi untuk
pengantin perempuan tidak boleh masuk dalam dapur atau mereka biasa
menyebut dengan sebutan (pawon) ditakutkan jika pengantin perempuan
masuk ke dapur riasan yang di gunakan akan jelek dan tidak terlihat
cantik. Uapacara adat seperti ini dilakukan oleh keluarga yang masih
kental adat jawanya atau kejawen tapi bagi keluarga yang modern tidak
terlalu memikirkan adat yang seperti itu.11
Salah satu masa peralihan terpenting dalam kehidupan manusia,
adalah peralihan dari masa remaja menuju masa dewasa dan berkeluarga
yang ditandai dengan perkawinan. Dibanding dengan masa peralihan
lainnya dalam kehidupan manusia, perkawinan merupakan fase yang
banyak memperoleh perhatian antropolog. Perkawinan sebagai bagian
unsur budaya yang universal ditemukan diseluruh kehidupan sosial.
Menurut Keontjaraningrat Perkawinan dipandang dari sudut kebudayaan,
perkawinan merupakan pengatur kelakuan manusia yang bersangkut paut
23
dengan kehidupan seksnya, ialah kelakuan-kelakuan seks, terutama
persetubuhan.12
Perkawinan merupakan bentuk kontras sosial antara laki-laki dan
perempuan untuk hidup bersama. Kontras sosial tersebut bisa saja
disyahkan oleh kebiasaan atau adat, oleh agama, oleh negara atau
ketiga-tiganya. Pada masyarakat modern Indonesia, perkawinan banyak
dipengaruhi oleh tradisi, agama dan negara.13
Pada masyarakat tradisional yang belum mengenal agama medern
dan belum terpengaruhi oleh intervensi negara, perkawinan dilakukan
secara adat. Perkawianan cukup disyahkan oleh ketua adat dan disaksiakn
oleh kerabat laki-laki dan kerabat perempuan. Bagi masyarakat tradisional
di Indonesia yang beragama Islam, maka tata cara perkawinannya harus
mengikuti ketentuan-ketentuan yang dibakukan dalam agama Islam.
Misalnya, membaca dua kalimat syahadat sebelum membaca ijab dan
qobul dihadapan penghulu yang disaksikan oleh orang tua atau wali dari
kedua mempelai, adanya seorang wali diperbolehkannya dia menikah,
membayar mas kawin atau mahar. Dan biasanya untuk menambah
kesalehan perkawinan dilaksanakan di masjid tapi juga ada yang
dilaksanakan di rumah mempelai perempuan. Apabila persyaratan tersebut
sudah terpenuhi, maka secara agama perkawinan tersebut sudah syah.
12 Sugeng Pujileksono, Petualang Antropologi Sebuah Pengantar Ilmu Antropologi (Malang: UMM Press, 2006), 42.
24
Dalam upacara adat kelahiran Kelurahan Banjaran masyarakatnya
mengadakan upacara selametan tujuh bulan usia kehamilan dan aqiqah
untuk anaknya. Upacara selametan tujuh bulan ini dilakukan oleh calon
ibu dan ayah untuk mendoakan calon anaknya agar kandungan yang sudah
mencapi tujuh bulan itu aman dilindungi oleh Allah dan proses
kelahirannya lancar. Dalam upacara tersebut keluarga mengundang
tetangga-tetangga untuk mendoakan calon anak dan keduaorang tuanya.
Dan tidak dilupakan dalam selametan tersebut harus ada rujak manisnya
yang terbuat dari buah-buahan. Sedangakan upacara aqiqah dilaksanakan
ketika kelahiran anak tersebut atau tujuh hari setelah anak dilahirkan.
Seperti dalam Islam binatang yang di sembelih jika laki-laki 2 ekor
kambing dan jika perempuan satu ekor kambing.
Dalam upacara adat kematian masyarakat Kelurahan Banjaran
mengadakan pembacaan talqin pada waktu penguburan mayat, tahlilan
dari malam pertama meninggal sampai 7 hari setelah meninggal, kemudian
ada selametan hari ke-40 setelah kematian, selametan hari ke-100 setelah
kematian, dan hari ke 1000 setelah kematian setelah itu dilakukan
selametan satu tahun atau (mendak). Mendak bisa dilakukan ketika satu
tahun dan tahun-tahun selanjutkan pas tanggal kematian dan tanggalnya itu
harus sesuai dengan kalender jawa.
Jenis upacara atau kebudayaan tersebut sebenarnya tidak terdapat
dalam ajaran Islam dan pada masa-masa Nabi. Tetapi masyarakat
25
warisan dari nenek oyang mereka. Upacara selametan seperti upacara
kelahiran dan upacara pernikahan dipandang sebagai perwujudan rasa
syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala karunianya.14 Dan
diharapkan bisa menanbah kerukunan antar masyarakat karena dengan
adanya selametan tersebut masyarakat bisa berkumpul dalam satu acara
dan bisa saling mengobrol itu bisa menanbaha kerukunan di antara
mereka.
Perkembangan peradaban agama Islam berlangsung pasang surut
darai tahun ke tahun. Berbagai permasalahan kadang muncul dikarenakan
faktor-faktor perbedaan pendapan antar umat Islam sendiri. Namun pada
saat ini perbedaan tersebut tidak mempengaruhi pandangan dari
masing-masing aliran dalam agama Islam. Dan meraka saat ini sangat menghargai
adanya perbedaan-perbedaan tersebut yang terpenting agama mereka tetap
sama yaitu agama Islam. Yang dimaksud dengan agama adalah suatu
sistem yang intinya pada kepercayaan akan kebenaran-kebenaran yang
mutlak, disertai dengan perangkat yang terintegrasi di dalamnya, meliputi
tata peribadatan, tata peran para perilaku, dan tata benda yang diperlukan
untuk mewujudkan agama tersebut. 15
Semua masyarakat Kelurahan Banjaran yang beragama Islam
melalui jalan damai, seperti melalui pernikahan, media sosial budaya, ilmu
pengetahuan dan dakwah. Sehingga dalam bermasyarakat orang-orang
26
sangat menghargai agama lain. Hubungan antar umat beragama ditandai
dengan tumbuhnya sikap saling menghargai dan saling menghormati.
Sikap toleransi antar umat beragama juga sangat diterapkan dalam
masyarakat kelurahan Banjaran. Banyaknya bangunan masjid dan mushola
di kelurahan Banjaran juga menandakan bahwa ajaran agama Islam sangat
kental di kelurahan tersebut.
Perkembangan Islam di Kelurahan Banjaran tidak hany mengurus
soal ibadah dan akhiratnya saja, tetapi juga membawa perbaikan-perbaikan
dalam masyarakat. Masyarakat Kelurahan Banjaran juga mengadakan
pengajian rutin ibu-ibu dan bapak-bapak. Sebagai ajang perkumpulan
masyarakat yang beragama Islam untuk memupuk rasa persaudaraan
didalam pengajian tersebut juga ada ceramah yang dipimpin oleh ketua
perkumpulan tersebut. Dalam pengajian tersebut juga ada pengurus untuk
mengatur agar pengajian tersebut tidak bubar, maka dibuatlah pengurus
pengajian seperti ketua, sekertaris dan bendahara.
Dalam bidang seni kebudayaan, masyarakat Kelurahan Banjaran
memiliki banyak kesenian yang merupakan perpaduan dari berbagai
budaya. Kesenian tersebut diantaranya kesenian jaranan, kesenian reog
kesenian kentrung. Kesenian jaranan ini menggabungkan antara seni
musik, seni tari, dan religi. Kesenian reog juga hampir sama dengan
kesenian jaranan juga menggabungkan antara seni musik, seni tari dan seni
religi yang membedakan hanya alat yang digunakan untuk menari saat
27
oleh orang-orang tertentu untuk berkeliling dengan menyanyi dan
nyanyian yang digunakan bisa terserah penonton jika penonton ingin
mendengarkan lagu jawa mereka menyanyikan lagu jawa, jika penonton
ingin mendengarkan lagu dangdut mereka menyanyikan lagu dangdut.
Dalam kebudayaan sedekah bumi juga masih dilakukan oleh
masyarakat Kelurahan Banjaran. Sebagai wujud rasa syukur kepada Tuhan
Yang Maha Esa karena sudah diberi rezki yang berkah bisa menghidupi
semua keluarga. Di Kelurahan Banjaran juga melakukan tradisi megengan
untuk menyambut bulan suci ramadhan. Biasanya mereka melakukan
budaya megengan di masjid-masjid. Dan orang-orang yang tinggal di
sekitar masjid datang dan membawa makanan untuk di doakan oleh imam
masjid kemudian dimakan bersama-sama.
Kebudayaan di Kelurahan Banjaran sangat beragam dan banyak.
Kebiasaan-kebiasaan individu yang dimiliki oleh sebagian besar warga
masyarakat dan menjadi kebiasaan social, maka hal tersebut dapat
dikatakan sebagai kebudayaan. Para antropolog berpendapat bahkan suatu
kelompok masyarakat dapat dikatakan memiliki kebudayaan , bilamana
terdapat pola pikir dan pola tindak/ perilaku yang dimiliki secara
bersama-sama yang diperoleh melalui proses belajar. Oleh karena itu kebudayaan
dapat diartikan sebagai seperangkat kepercayaan, nilai-nilai dan cara
berperilaku atau kebiasaan yang dipelajari dan dimiliki secara
bersama-sama oleh kelompok masyarakat.16
28
C. Tradisi Kupat Luwar
Tradisi ini dilakukan pada saat kesenian jaranan Ki Wanoro Seto
pentas pada tanggal 3 April 2016. Karena yang memiliki acara mereka
berjanji jika mau mengundang jaranan. Tradisi Kupat Luwar adalahorang
yang mempunyai janji. Janji dalam tradisi kupat luwar dan orang Jawa
biasa disebut engan ujar atau nazar. Janji adalah sebuah perkataan yang
sangat mudah diucapkan, namun terkadang sulit menepatinya.Untuk
mendorong konsistensi terhadap janji itulah nenek moyang terdahulu
mempunyai tradisi bdaya yang unik disebut dengan kupat luwar.
Tradisi ini dipimpin oleh pawang jaranan dan tokoh masyarakat
daerah setempat. Alat yang digunakan dalam tradisi kupat luwar adalah
anyaman dari daun kelapa yang dibentuk menjadi kupat, tetapi cara
menganyam kupat ini beda dengan kupat-kupat lainnya. Anyaman kupat
luwar dilakukan oleh tokoh masyarakat atau sesepuh daerah Banjaran.
Karena tidak biasa menganyam kutupat luwar, maka sebelumnya ketupat
itu sudah dianyamkan oleh sesupuh desa. Ketupat tersebut yang berisi
beras kuning, campuran bunga dan uang recehan atau uang logam.
Bahan yang dibutuhkan dalam kupat luwar adalah beras kuning,
bunga seperti kenanga, mawar dan kanthil, dan uang koin. Beras kuning,
bunga dan uang koin tersebut di campur di taruh di sebuah tempat. Dan
isinya yang terdapat dalam kupat luwarnya sendiri adalah hanya beras
29
Orang yang berjanji, pawang jaranan dan tokoh masyarakat
berkumpul di tengah-tengah masyarakat yang menyaksikan tradisi ini.
Kemudian orang yang berjanji memegang ujung ketupat dan ujung yang
satunya di pegang oleh tokoh masyarakat kemudian mereka menarik
secara bersama-sama. Setelah ketupat di tarik pawang jaranan melempat
beras kuning yang bercampur dengan bunga dan uang koin tersebut.
Meraka menarik ujung ketupat hingga udhar (terurai) yang membuat beras
kuning, campuran bungan dan uang koin tersebut tumpah di tengah-tengan
orang yang menyaksikan. Banyak anak kecil dan orang-orang yang
berlarian dan berebut uang koin tersebut.
Dalam tradisi kupat luwar ini terjadi karena orang tersebut berjanji
jika anaknya mau di sunat atau dikhitan maka akan mengundang jaranan.
Tradisi ini tidak semata-mata yang terjadi dalam kesenian jaranan tetapi
terserah orang yang berjanji, mereka berjanji akan melakukan apa.
Setelah tradisi ini selesai dilaksanakan berarti gugurlah janji yang
diucapkan oleh orang yang berjanji. Karena berjanji merupakan nazar
yang harus ditepati dan dilaksakan. Dalam agama Islam juga ada istilah
seperti membayar janji disebut dengan nazar.17
BAB III
PROSESI KESENIAN JARANAN
A. Kesenian Jaranan
Kesenian berasal dari kata dasar seni (art) yang berarti penggunaan
imajinasi dan kreatifitas manusia dalam menerangkan, memahami dan
menikmati kehidupan. Kesenian merupakan salah satu cara manusia
memandang dunianya. Pandangan dunia dapat diartikan sebagai konsepsi
yang eksplisit maupun implicit, suatu masyarakat atau individu tentang
batas-batas serta tata kerja dunia seseorang. Dari sudut pandang cara
kesenian sebagai ekspresi hasrat manusia akan keindahan.1
Seni dalam pengertiannya yang paling dasar berarti kemahiran atau
kemampuan. Definisi ini memang benar untuk kata asal latin “ars”. Seni
adalah jenis produk perilaku manusia yang khusus menggunakan imajinasi
secara kreatif untuk membantu kita menerangkan, memahami, dan
menikmati hidup.2
Kesenian adalah salah satu unsur kebudayaanyang keberadaannya
sangat diperlukan manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.
Kesenian merupakan yang hidup senafas dengan mekarnya rasa keindahan
yang tumbuh pada manusia dari masa ke masa dan hanya dapat dinilai
dengan ukuran rasa seni yang diciptakan untuk melahirkan keindahan dan
merupakan kreasi bentuk-bentuk simbolis dari perasaan manusia.3
1 Pujileksono, Petualang Antropologi Sebuah pengantarIlmu Antropologi, 147. 2 William A Haviland, Antropologi (Jakarta: Erlangga, 1993), 224.
32
Setiap daerah di Indonesia mempunyai kesenian rakyat yang
berbeda-beda. Seperti kesenian jaranan yang berasal dari daerah Kediri,
meskipun banyak kesenian jaranan yang berasal dari daerah lain tetapi
kesenian jaranan dari kediri ini memiliki cerita yang berbeda dari yang
lainnya. Di daerah lain kesenian jaranan juga di kenal dengan sebutan kuda
lumping yaitu suatu tarian yang menggambarkan gerakan-gerakan kuda.
Kesenian jaranan atau tarian jaranan ini terkenal di daerah Jawa Timur,
mulai dari Ponorogo, Kediri, Tulungangung, Nganjuk, Malang bahkan
sampai Banyuwangi. Beberapa diantarannya memang mirip namun tentu
saja masih ada beberapa perbedaannya.
Seni tari merupakan perpaduan dari seni gerak, seni musik, seni
suara dan seni rias. Perpaduan dari beberapa jenis kesenian tersebut
melahirkan sebuah gerakan yang berirama, teratur, dan indah. Secara
universal, seni tari lahir dari tradisi untuk menyambut tamu, upacara religi,
ungkapan kegembiraan, ekspresi kesedihan, bahkan ungkapan saling
bermusuhan (perang). Secara umum, gerakan-gerakan dalam seni tari ada
yang dinamis-statis, lembut-aktratif, variatif-monoton atau perpaduan dari
unsur-unsur tersebut. Seni tari tradisional pada umumnya telah memiliki
gerakan-gerakan yang telah dibakukan, sehingga penari tidak boleh
melakukan gerakan diluar gerakan yang telah ditentukan. Hal ini
dikarenakan tarian apapun memiliki banyak makna dan fungsi. berbeda
dengan tari modern-kontemporer yang sangat inovatif dalam
33
menentang tabu serta tidak terikat oleh nilai-nilai tradisi. Pda akhirnya taro
modern-kontemporer bisa dengan mudah menemukan gerakan-gerakan,
model, jenis yang baru.4
Kesenian jaranan adalah tarian yang gerakannaya menirukan gerakan
kuda dengan iringan musik gamelan. Kesenian ini di mainkan oleh 4 atau
6 penari bahkan bisa lebih dari 6 orang penari. Peralatan yang dibutuhkan
untuk memainkan jaranan adalah anyaman yang terbuat dari bambu
berbentuk kuda, seperangkat gamelan wajib yang terdiri dari kenong
kethuk, gong kempul, kendang dan terompet yang berasal dari bambu, dan
sesaji. Keberadaan sesaji mengisyaratkan mistisnya tarian jaranan dan
benar saja di setiap jaranan para penari selalu mengalami kesurupan.
Kesenian jaranan memiliki arti penting bagi masyarakat Kediri. Selain dari
nilai historis, sakralis, dan kekhasannya, jaranan mengajarkan kepada
pemain dan masyarakat akan beberapa nilai kehidupan.
Tari jaranan merupakan kesenian yang memiliki asal beragan dan
sejarah yang cukup panjang. Kesenian ini lahir saat kerajaan kuno Jawa
Timur berdiri sehingga dapat dikatakan bahwa kesenian ini adalah tradisi
leluhur dari masyarakat Jawa Timur. Di era modern ini masih ada
masyarakat yang melestarikan kesenian daerah yang sudah berumur
ratusan tahun untuk mengingat sejarah dan asal-ususl kita. Kita Ptut
berbangga tentang hal ini, saat banyak orang lain melupakan kesenian ini,
kita masih berkesempatan mengenalnya.
34
Sejarah kelam memang pernah menimpa kesenian jaranan. Kesenian
ini dilarang tampil atau pentas oleh pemerintahan orde baru pada saat
seusai pemberontakan PKI. Hal ini dikarenakan adanya isu yang
menyatakan bahwa para seniaman pelaku jaranan terlibat dalam organisasi
internal PKI, padahal saat itu PKI dianggap sebagai musuh dan
pengkhianatan negara. Banyak diantara seniaman jaranan yang ditangkap
dan menjadi tahanan politik di masa itu. Beberapa diantaranya dibuang ke
pulau buru. Akan tetapi kini kesenian ini sedah bebas dipentaskan. Bahkan
departemen pariwisata dan industri kreatif memberikan apresiasi yang
baik.5
Kesenian memang pada mulanya memiliki nilai-nilai spiritual
masyarakat Jawa. Kesenian ini menampilkan lenggak lenggok penari
diatas kuda yang disebut dengan “jaran kepang”. Jaran artinya kuda,
sedangkan kepang artinya anyaman. Tarian yang diiringi dengan berbagai
instrumen gamelan seperti gong, kendang, terompet dan lain sebagainya.
Terdapat pula pawang yang mengamankan kesenian ini, mengatasi
penunggang kuda yang sekaligus penari tersebut jika kesurupan atau
dirasuki oleh roh halus. Namun dalam perkembangannya, kesenian ini
kemudian mengalami desakralisasi dengan bertambahnya variasi musik
pengiring yakni samroh, dangdut atau campursari.
Kesenian jaranan di Kediri ini memiliki sejarah tersendiri yang
menyebabkan adanaya kesenian ini. Raja Airlangga memiliki seorang putri
35
yang bernama Dewi Sangga Langit. Dia adalah orang Kediri yang sangat
cantik. Ketika usianya sudah waktunya menikah, banyak sekali yang
melamar dan menginginkan untuk menjadi suami Dewi Sangga Langit.
Maka Dewi Sangga Langit mengadakan sayembara. Para pelamar-pelamar
semua sakti dan memiliki kelebihan sendiri-sendiri. Mereka sama-sama
memiliki kekuatan yang tinggi Dewi Sangga Langit sebenarnya tidak mau
menikah dan dia ingin menjadi petapa saja. Tetapi Raja Airlangga
memaksa Dewi Sangga Langit untuk menikah. Akhirnya dia mau menikah
dengan satu permintaan. Barang siapa yang bisa membuat kesenian yang
belum ada di Pulau Jawa dia yang akan dipilih untuk jadi suaminya.
Ada beberapa orang yang ingin melamar Dewi Sangga Langit.
Diantaranya adalah Klono Sewandono dari Wengker, Toh Bagus utusan
Singo Barong dari Blitar, Kalawraha seorang adipati dari pesisir kidul, dan
4 prajurit yang berasal dari Blitar. Para pelamar bersama-sama mengikuti
sayembara yang diadakan oleh Dewi Sangga Langit. Mereka berangkat
dari tempatnya masing-masing ke Kediri untuk melamar Dewi Sangga
Langit.
Dari beberapa pelamar itu mereka bertemu dijalan dan bertengkar
dahulu sebelum mengikuti sayembara di Kediri. Dalam peperangan itu
dimenangkan oleh Klono Sewandono atau Pujangganong. Dalam
peperangan itu Pujangganong atau Klono Sewandono menang dan Singo
Ludoyo atau Toh Bagus utusan Singo Barong kalah. Pada saat kekalahan
36
Pujangganong. Singo Ludoyo meminta jangan dibunuh. Pujangganong
rupanya menyepakati kesepakatan itu. Akan tetapi Pujangganong memiliki
syarat yaitu Singo Barong harus mengiringi temantennya dengan Dewi
Sangga Langit ke Wengker.
Iring-iringan temanten itu harus diiringi oleh jaran-jaran dengan
melewati bawah tanah dengan diiringi oleh alat musik yang berasal dari
bambu dan besi. Pada zaman sekarang bambu menjadi terompet dan
jaranan, sedangkan besi menjadi kenong. Dalam perjalanan mengiringi
temantennya Dewi Sangga Langit dengan Pujangganong itu, Singo
Ludoyo beranggapan bahwa dirinya sudah sampai di Wengker, tetapi
ternyata dia masih di Gunung Liman. Dia marah-marah sehingga pada
waktu itu dia mengobrak-abrik Gunung Liman dan sekarang tempat itu
menjadi Simoroto. Gunung Liman terletah diantara dua Kabupaten yaitu
Kabupaten Ponorogo dan Kabupaten Nganjuk. Akhirnya sebelum dia
sampai di tanah Wengker dia kembali lagi ke Kediri. Dia keluar digoa
Selomangkleng.
Setelah Dewi Sangga Langit diboyong ke Wengker oleh
Pujangganong dan Pujangganong tidak mau menjadi raja di Kediri,
kekuasaan di Kediri diberikan kepada kedua adiknya yang bernama
Lembu Amiluhut dan Lembu Amijaya. Dewi Sangga Langit mengubah
nama wengker manjadi Ponorogo. Jaranan muncul di Kediri untuk
menggambarkan boyongnya Dewi Sangga Langit dari Kediri menuju
37
oleh Singo Barong. Pengarakan dilakukan dengan menerobos dari dalam
tanah sambil berjoget.
Untuk mengenang sayembara yang diadakan oleh Dewi Sangga
Langit dan pernikahannya dengan Klana Sewandono atau Pujangganong
inilah masyarakat Kediri membuat Kesenian Jaranan. Sedangkan di
Ponorogo muncul Kesenian Reog. Dua kesenian ini sebenarnya memiliki
akar historis yang hampir sama. Kesenian Jaranan ini diturunkan secara
turun temurun hingga sekarang ini.6
Dalam perkembangannya kesenian jaranan mengalami pasang surut.
Hal ini disebabkan kondisi social masyarakat yang sudah berubah dalam
memaknai dan mengembangkan kesenian jaranan. Dari tahun ke tahun
jaranan mulai berubah dari yang sifatnya tuntutan menjadi tontonan.
B. Sejarah Kesenian Jaranan Di Kelurahan Banjaran
Kelurahan Banjaran Kediri memiliki kesenian jaranan yang di beri
nama Ki Wanoro Seto. Arti dari kesenian jaranan ini adalah Ki yaitu
“Mbah”, sedangkan Wanoro yaitu “Ketek” atau biasa disebut Kera, dan
Seto yaitu “Putih”. Ki Wanoro Seto adalah “Mbah Ketek Putih”.7
Kesenian jaranan yang ada di Kelurahan Banjaran ini di pimpin oleh bapak
Sujarwo didirikan pada tanggal 10 Pebruari 1994.8
Pada tahun 1990 di kelurahan Banjaran juga sudah berdiri kesenian
jaranan tepatnya sebelum Ki Wanoro Seto berdiri. Kesenian jaranan
6Suhardi, Wawancara, Banjaran Kediri, 7 April 2016. 7 Sujarwo, Wawancara, Banjaran Kediri, 5 Maret 2016.
8 Dokumen Pendirian dan Nomer Induk Jaranan Ki Wanoro Seto, Pemerintah Kota Kediri Dinas
38
tersebut memiliki nama Sardulo Seto yang dipimpin oleh bapak Gatot.
Kesenian tersebut dulunya sangat terkenal dan sering memenangkan
perlombaan antar kesenian jaranan yang ada di Kediri. Setelah pemimpin
kesenian jaranan Sardulo Seto meninggal yaitu bapak Gatot meninggal.
Kesenian tersebut diwariskan kepada teman seperjuangannya yaitu bapak
Parni. Bapak Parni juga ikut andil dan ikut memperkenalkan kesenian
jaranan Sardulo Seto kepada masyarakat karena ketatnya persaingan antar
grup kesenian jaranan. Tetapi ketika bapak Gatot meninggal dunia
kesenian ini tidak sering tampil lagi untuk menghibur masyarakat karena
bapak Parni sudah tidak sesemangat dulu ketika masih ada bapak Gatot.
Kemudian atas persetujuan pemain kesenian Jaranan Sardulo seto di ambil
alih atau di jual kepada orang Cina yaitu bapak Roksin. Tetapi ada juga
pemain yang tidak setuju jika kesenian jaranan Sardulo Seto dijual apalagi
ketangan orang Cina. Meskipun ada yang tidak setuju tetapi kesenian
jaranan Sardulo Seto tetap di jual kepada bapak Roksin orang Cina
tersebut.9
Kekecewaan pemain yang tidak menyetujui jika kesenian jaranan
Sardulo Seto di jual mengakibatkan banyak pertentangan yang
mengakibatkan terpecah belahnya para pemain kesenian jaranan Sardulo
Seto tersebut. Banyak pemain yang mengundurkan diri sebagai pemain
atau penari dalam kesenian jaranan Sardulo Seto. Kurangnya pemain
menyebabkan tidak adanya job atau tawaran untuk pentas.
39
Dari ketidak kompakkan pemain mengakibatkan bapak Roksin tidak
mau mengurusi kesenian Jaranan Sardulo Seto, kemudia bapak Roksin
mengundurkan diri sebagai pemimpin atau ketua kesenian jaranan Sardulo
Seto. Dan dari pengunduran diri pemimpin tersebut banyak pemain yang
memilih bekerja di luar kota atau luar Jawa dari pada meneruskan kesenian
Jaranan tersebut.
Kemudian pada tahun 1993 akhir bapak Sujarwo berinisiatif atau
mempunyai angan-angan untuk melanjutkan kesenian jaranan Sardulo
Seto. Tetapi teman-temannya tidak ada yang mau mengambil surat yang
dibawa oleh bapak Roksin. Karena jika ingin melanjutkan lagi harus ada
surat resmi atau nomer induk kesenian yang dulu pernah ada.
Dari persetujuan bersama dengan orang-orang penting atau
seniman-seniman yang dulu ikut mendirikan kesenian jaranan Sardulo
Seto dan dari rapat-rapat yang mereka lakukan kemudian mereka sepakat
untuk mendirikan kesenian jaranan lagi di Kelurahan Banjaran. Setelah
mendapat izin dari badan pariwisata Kediri mereka mendirikan kesenian
jaranan yang diberi nama Ki Wanoro Seto, yang ditunjuk untuk menjadi
ketua tau pemimpin adalah bapak Sujarwo.10
Dan sampai sekaranglah kesenian jaranan Ki Wanoro Seto berhasil
mengambil hati para penontonya dan mendapat tawaran untuk
mementaskan kesenian jaranan tersebut di beberapa desa yang ada di
Kediri. Dan dari perjuangan bapak Sujarwo untuk mendirikan kesenian
40
jaranan kembali. Kini kesenian jaranan Ki Wanoro Seto banyak yang
mengundang mengisi acara-acara seperti karnaval, sunatan dan
pernikahan.
C. Pementasan Kesenian Jaranan
Dalam pementasan atau pertunjukan kesenian jaranan Ki Wanoro
Seto Yang berada di Kelurahan Banjaran terdapat beberapa elemen
pertunjukan diantaranya sebagai berikut:
1. Tarian
Pada kesenian jaranan Ki Wanoro Seto memiliki beberapa tarian
yaitu tari kepang, tari ganongan, tari celeng atau perang celeng, tari
barongan atau bisa disebut dengn rampokan.11
Yang pertama yaitu tari kepang pada kesenian jaranan Ki Wanoro
Seto biasanya ditarikan oleh pemail yang sudah hafal gerakannya dan
bisa menyesuaikan dengan lagu atau nyanyian yang di nyanyikan oleh
sinden. Jumlah penari kepang pada kesenian jaranan Ki Wanoro Seto
berjumlah 4 sampai 8 penari tergantung lokasi bisa menampung berapa
penari. Alat atau perlengkapan yang harus digunakan pada tari kepang
adalah kuda atau jaran yang terbuat dari bambu kemudian di anyam
menyerupai kuda dan diberi beberapa hiasan agar bisa terlihat seperti
kuda sungguhan seperti di beri rambut pada kepala dan ekor kuda.
Kemudian kuda tersebut dinaiki oleh penari ketika menari.12
41
Dalam sejarahnya tarian kepang atau kuda ini termasuk para
prajurit dari Pujangganong yang pada waktu ikut perang membantu
Pujangganong dalam merebutkan Dewi Sangga Langit dan membantu
melawan Singo Barong. Dan pada akhirnya dari para prajurit
Pujangganong bisa menang melawan pasukan dari Singo Barong.
Prajurit kepang adalah prajurit yang tangguh, berani, tidak takut mati
dan setia kepada Pujangganong.
Kedua, tari ganongan. Tari ganongan dalam kesenian jaranan Ki
Wanoro Seto adalah tarian yang didalamnya terdapat para penari yang
memakai topeng dan clana pendek yang dihias dengan benang-benang
pada seluruh sisi clana. Tarian ini tidak dibatasi harus berapa yang
menari karena pada tarian ini yang menari dari anak-anak sampai
dewasa.13
Tarian ganongan adalah sosok jenaka penghibur penonton, untuk
mencairkan suasana, bertingkah kocak sesuka hati. Saat ini tarian
ganongan dikembangkan dan ditambah dengan akrobatik, lari kesana
kesini tetapi lelucon yang digunakan dalam tarian ganongan yang ada
pada kesenian jaranan Ki Wanoro Seto menggunakan lelucon yang bisa
diambil hikmahnya bagi yang menonton karena leluconnya itu
menyuruh orang-orang agar berbuat baik dan selalu mengingat kepada
sang pencipta.14
42
Secara fisik cenderung buruk rupa, tapi mempunyai kwalitas yang
tinggi dan sangat cerdas. Fisik yang buruk itu dikarenakan memakai
topeng yang jelek. Tarian ini tidak sekedar tontonan yang atraktif tapi
keteladanannya mengandung tuntunan yang luhur, bahwa kwalitas
seseorang tidak bisa dilihat atau di ukur dari penampilan fisik semata.
Ketiga, Tari celeng atau perang celeng. Tarian ini adalah tarian
yang dilakukan oleh beberapa penari dan ada dua jenis penari.
Penarinya ada yang berhias seperti tari kepang dan berhias dengan
menggunakan anyaman yang terbuat dari bambu yang dibentuk
menyerupai celeng atau babi. Penari Celeng kadang juga ada yang
perempuan, sekarang ini penari celeng malah kebanyakan perempuan
kemudian menari bersama dengan para kepang. Tariannya seperti orang
atau prajurit yang sedang berperang.
Tari perang celeng mengisyaratkan pada waktu dulu terjadi
perang yang dilakukan oleh prajurit kepang dengan para celeng. Para
celeng itu tadi yang membantu Singo Barong dalam melawan
punjangganong tetapi, dimenangkan oleh prajurit kepang dan
pujangganong. Para celeng adalah anak buah Singo Barong yang
akhirnya ikut mengiringi pernikahan Dewi Sangga Langit dengan
Pujangganong.
Dan yang terakhir yaitu tari barongan atau rampokan. Tarian ini
menggunakan peralatan yang terbuat dari kayu yang di tatah menjadi
43
dan bagus. Tarian ini adalah tarian terakhir dalam kesenian jaranan Ki
Wanoro Seto. Penari dalam tarian ini berjumlah 6 atau lebih bisa
sampai 15 penari juga.15
Dalam cerita sejarahnya tarian ini mengisahkan tentang Singo
Barong yang akan melamar Dewi Sangga Langit yang kemudian di
tengah-tengah perjalanan Singo Barong berperang dengan
pujangganong. Singo Barong kalah dan tidak mau dibunuh lalu berjanji
kepada Pujangganong akan mengarak pernikahannya sampai ke
Wengker yang sekarang menjadi Ponorogo.
2. Iringan Musik
Dalam sebuah pertunjukan seni tradisional tidak lengkap tanpa
adanya iringan musik. Sehingga musik juga penting untuk menambah
suasana meriah dalam sebuah pertunjukan terutama dalam kesenian
jaranan. Iringan musik yang digunakan dalam kesenian jaranan Ki
Wanoro Seto adalah gamelan yang terdiri kenong, gong, saron, demong
dan kendang. Terompet atau suling juga digunakan dalam kesenian
jaranan Ki Wanoro Seto. Alat musik rebana digunakan jika yang
mengundang kesenian ini meminta untuk diadakan tahlilan dan diiringi
dengan lagu-lagu Islami, maka sebelum pentas diadakan tahlilan
terlebih dahulu dan alat musik rebana yang digunakan untuk mengiring
lagu-lagu Islami tersebut.
44
Gamelan adalah produk budaya untuk memenuhi kebutuhan
manusia akan kesenian. Gamelan dapat dimainkan sebagai sebuah
pertujukan musik maupun untuk mengiringi tarian. Seperangkat
gamelan jawa terdiri dari beberapa alat musik.16 Berikut alat-alatmusik
yang terdapat dalam seperangkat gamelan:
a. Kendang adalah sebuah alat musik yang digunakan untuk
mengimbangi alat musik lain atau mengatur irama. Alat musik ini
dibunyikan dengan tangan, tanpa alat bantu. Fungsinya untuk
mengatur tempo atau irama.
b. Demung adalah alat musik yang berukuran besar dan beroktaf
tengah. Demung sebagai kerangka dari suatu gendhing yang
dimainkan, alat musik ini juga merupakan instrumen melodi dasar,
pemainnya harus mempunyai insting yang kuat.
c. Saron adalah alat musik yang berukuran sedang dan beroktaf tinggi.
Satu set gamelan biasanaya ada 4 saron. Saron menghasilkan nada 1
oktaf lebih tinggi dari demung.
d. Gong adalah sebuah alat musik yang sangat terkenal. Gong
digunakan untuk alat musik tradisional. Gong menandai permulaan
dan akhiran gendhing dan memberi rasa keseimbangan setelah
berlalunya kalimat lagu gendhing yang panjang.