• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pemberdayaan petani berbasis kelompok wanita tani dari rendahnya pendapatan sektor pertanian di Dusun Banaran Desa Depok Kecamatan Bendungan Kabupaten Trenggalek.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pemberdayaan petani berbasis kelompok wanita tani dari rendahnya pendapatan sektor pertanian di Dusun Banaran Desa Depok Kecamatan Bendungan Kabupaten Trenggalek."

Copied!
251
0
0

Teks penuh

(1)

PEMBERDAYAAN PETANI BERBASIS KELOMPOK WANITA TANI DARI RENDAHNYA PENDAPATAN SEKTOR PERTANIAN DI DUSUN BANARAN

DESA DEPOK KECAMATAN BENDUNGAN KABUPATEN TRENGGALEK

SKRIPSI

Diajukan Kepada Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan dalam Memperoleh

Gelar Sarjana Ilmu Sosial (S.Sos.)

Disusun Oleh :

Yusuf Auliyak B02213054

PRODI PENGEMBANGAN MASYARAKAT ISLAM FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

(2)

PEMBERDAYAAN PETANI BERBASIS KELOMPOK WANITA TANI DARI RENDAHNYA PENDAPATAN SEKTOR PERTANIAN DI DUSUN BANARAN

DESA DEPOK KECAMATAN BENDUNGAN KABUPATEN TRENGGALEK

SKRIPSI

Diajukan Kepada Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya

Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan dalam Memperoleh

Gelar Sarjana Ilmu Sosial (S.Sos.)

Disusun Oleh :

Yusuf Auliyak B02213054

PRODI PENGEMBANGAN MASYARAKAT ISLAM FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

(3)
(4)
(5)
(6)
(7)

ABSTRAK

Yusuf Auliyak, NIM B02213054, 2017: Pemberdayaan Petani Berbasis Kelompok Wanita Tani Dari Rendahnya Pendapatan Sektor Pertanian DI Dusun Banaran Desa Depok Kecamatan Bendungan Kabupaten Trenggalek.

Skripsi ini membahas tentang proses pendampingan masyarakat petani di Dusun Banaran Desa Depok yang mengalami ketergantungan dengan penggunaan pupuk kimia dan pestisida kimia. Akibat pola pertanian seperti ini, ekonomi mereka pada sektor pertanian tergolong rendah, selain itu jenis tanaman yang berkualitas rendah menjadikan hasil yang diperoleh juga rendah. Hal ini terjadi karena salah satu faktor minimnya keterampilan untuk memanfaatkan potensi alam disekitar mereka.

Pada kegiatan pendampingan ini, peneliti menggunakan metode penelitian Partcipatory Action Research (PAR). Metode pendekatan yang lebih mengedepankan partisipasi masyarakat sebagai subjek perubahan, awal kegiatan yaitu mulai dari pengolahan data, melakukan aksi perubahan sampai dengan evaluasi. Sehingga ketika pendamping sebagai fasilitator sudah tidak berada bersama mereka, diharapkan permasalahn-permasalahan yang terjadi dikalangan mereka dapat diselesaikan secara mandiri tanpa bergantung pada pihak luar.

Pendamping ingin membantu masyarakat petani untuk merubah pemikiran mereka yang menginginkan hasil pertanian tinggi tapi tidak melihat akibat dari penggunaan bahan kimia itu. Dan menyadarkan mereka bahwa selama ini ekonomi mereka telah diserap oleh pihak luar. Untuk memudahkan proses pendampingan, lembaga kelompok tani dilibatkan sebagai wadah berkumpulnya subjek pendampingan untuk proses belajar ini.

Kegiatan pemberdayaan dilakukan melalui pelatihan pembuatan pupuk dan pestisida dari bahan alami sebagai upaya memberikan pengetahuan dan keterampilan mereka, mulai pertemuan untuk belajar bersama mengetahui dari kegunaan potensi yang mereka punyai untuk keberlangsungan pertanian mereka. mulai dari kotoran kambing dan sapi diolah menjadi pupuk organik, dan tumbuhan-tumbuhan sekitar diolah menjadi pestisida alami. Dan hasilnya, masyarakat petani mulai memahami akibat dari penggunaan pupuk kimia, dan beralih dengan mengkombinasikan bahan alami sebagai upaya untuk menjaga kelangsungan pertanian mereka, dan meminimalisir pengeluaran sehingga pendapatan bisa lebih maksimal.

(8)

x

DAFTAR ISI

COVER DALAM ... i

PERSETUJUAN PEMBIMBING... ii

PENGESAHAN TIM PENGUJI ... iii

PERNYATAAN KEASLIAN... iv

PERSEMBAHAN ... v

MOTTO ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

ABSTRAK ... ix

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL... xiv

DAFTAR GAMBAR ... xvi

DAFTAR BAGAN ... xviii

DAFTAR DIAGRAM... xix

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Rumusan Masalah ... 12

C. Tujuan Penelitian Untuk Pemberdayaan ... 13

D. Strategi Pemberdayaan... 13

E. Analisis Startegi Program ... 20

F. Sistematika Pembahasan ... 22

(9)

B. Konsep Produktivitas. ... 33

C. Konsep Pendapatan. ... 38

D. Pandangan Islam Tentang Pemberdayaan Ekonomi dan Merawat Lingkungan. ... 48

E. Penelitian Terdahulu yang Relevan. ... 51

BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian ... 55

B. Prosedur Penelitian di Lapangan... 60

C. Subjek Penelitian... 64

D. Teknik Pengolahan Data ... 65

E. Teknik Validasi Data... 67

F. Teknik Analisis Data... 69

G. Pihak yang Terlibat Pelatihan Pembuatan Pupuk dan Pestisida ... 71

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENDAMPINGAN A. Geografis ... 75

B. Demografis ... 80

1. Sejarah Desa Depok... 80

2. Pemerintah dan Struktur Kelembagaan Desa ... 82

3. Jumlah Penduduk... 85

4. Ekonomi Masyarakat ... 88

5. Pendidikan Masyarakat... 97

6. Kesehatan Masyarakat ... 101

(10)

xii

BAB V MENEROPONG PERMASALAHAN RENDAHNYA EKONOMI

PETANI

A. Tingginya Ketergantungan Petani Terhadap Pupuk dan Pestisida

Kimia... 108

B. Kurang Efektifnya Peran Kelompok Wanita Tani Srikandi dalam Pemberdayaan Petani ... 133

C. Rendahnya Penguatan Pemerintah Terhadap Sektor Pertanian .. 136

BAB VI DINAMIKA PROSES PERUBAHAN (Proses Pendampingan untuk Memperkuat Ekonomi Petani) A. Dinamika Pengorganisiran ... 144

1. Inkulturasi bersama masyarakat ... 144

2. Langkahassessment... 148

3. Pengorganisiran masyarakat petani ... 159

BAB VII AKSI PERUBAHAN UNTUK PENINGKATAN EKONOMI PETANI A. Memperkuat Keahlian Petani Tentang Pupuk Organik dan Pestisida Nabati... 166

1. Proses pelatihan pembuatan pupuk dan pestisida... 166

2. Inisiasi ujicoba tanam singkong unggulan... 180

B. Mengefektifkan Peran Kelompok Wanita Tani Srikandi dalam Pemberdayaan Petani ... 184

(11)

D. Evaluasi Bersama Tentang Kegiatan yang Sudah Dilakukan ... 199

BAB VIII ANALISIS DAN REFLEKSI

A. Analisis Pendamping Tentang Anggota KWT Srikandi Sebagai

Subjek Dampingan. ... 207

B. Catatan Refleksi Proses Pendampingan Bersama Petani di Dusun

Banaran ... 227

BAB IX SIMPULAN

A. Kesimpulan ... 233

B. Rekomendasi ... 235

DAFTAR PUSTAKA... 237

(12)

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Wilayah Kabupaten Trenggalek mempunyai luas 126.140 Ha pada tahun 2014,

dari luas lahan itu salah satunya terdiri dari tanah sawah seluas 12.160 Ha atau 9,64

persen dari total luas wilayah. Jumlah luas sawah tersebut hanya 18,45 persen dapat

ditanami padi satu kali dalam setahun yang tergolong wilayah pertanian lahan kering.

Sedangkan 77,18 persen sisanya dapat ditanami padi 2 kali atau lebih dalam

setahunnya yang tergolong tanah basah (sawah).1

Desa Depok merupakan salah satu desa di Kecamatan Bendungan Kabupaten

Trenggalek yang wilayahnya didominasi oleh lahan pertanian. Menurut data

kependudukan, Desa Depok mempunyai luas wilayah 1.410 ha yang digunakan

sebagai tempat tinggal oleh 4.628 jiwa. Dari total jumlah jiwa, terdapat sekitar 3.241

orang yang bekerja pada sektor pertanian dari kaum laki-laki dan kaum perempuan

dari golongan ibu-ibu. Komoditas tanaman yang digunakan oleh petani di Desa

Depok adalah singkong dan jagung, sedangkan untuk padi atau gogoh2 adalah

tanaman minoritas.

Dusun Banaran merupakan salah satu dusun dari Desa Depok Kecamatan

Bendungan Kabupaten Trenggalek. Kawasannya didominasi lahan kering milik

1

BPS Trenggalek, Kabupaten Trenggalek dalam Angka, (Trenggalek, BPS Kabupaten Trenggalek, 2015), hal. 223

2

(13)

2

perhutani sebagai tempat bercocok tanam para petani singkong dan jagung. Dari

jumlah kepala keluarga di Desa Depok, semua mendapatkan lahan dari perhutani

untuk hak kelola dengan luas rata-rata setiap kepala keluarga adalah 5 x 50 meter.

Kebijakan ini diperoleh dari pemerintah desa yang bekerja sama dengan pihak

perhutani untuk memberikan ruang para petani untuk bercocok tanam ini agar bisa

menjadi salah satu sumber penghasilan. Dengan syarat mereka boleh menggunakan

lahan ini untuk ditanami namun tidak boleh mengganggu tanaman milik perhutani.

Para petani juga harus bekerjasama dengan perhutani, ketika permintaan

penanaman pohon yang mereka butuhkan seperti pohon pinus, sengon, mahoni.

Ketika pihak perhutani tidak menanggung resiko jika tanaman para petani mengalami

kekurangan pupuk, karena jarak tanaman yang berdekatan dengan pohon milik

perhutani.

Wilayah petani yang berada di dataran tinggi ini lebih cocok dengan pertanian

dengan sistem berkembang, yaitu pertanian yang berada di lahan kering seperti

perkebunan (perkebunan rakyat maupun modern) dan tanaman keras atau

holtikultura.3 Apabila terdapat tanaman di lahan sawah, umumnya dengan sistem tadah hujan. Sebagai akibat rendahnya dari tingkat produktivitas ini, menjadikan

wilayah atas atau dataran tinggi umunya tidak padat penduduk.

Kondisi fisik lahan pertanian juga memberikan pengaruh terhadap sistem

pertanian itu sendiri, salah satunya tinggi-rendahnya letak lahan. Lahan yang berada

3

(14)

3

di ketinggian (atas) umunya akan ditandai oleh tingkat keasaman tanah yang cocok

digunakan untuk pertanian yang bersifat tidak intensif.4 Tanaman singkong

mendominasi komoditas yang ditanam oleh masyarakat, sedangkan untuk tanaman

jagung dan padi ini terbagi menurut wilayah. Di dusun Soko mayoritas adalah petani

singkong dan padi, hal ini dikarenakan geografis mereka lebih banyak didominasi

tanah basah (sawah). Sedangkan dusun yang memeiliki ketinggian hampir 900 mdpl

seperti Banaran, ini lebih banyak yang membudidayakan tanaman singkong dan

jagung. Seperti yang terletak pada RT 27 Dusun Banaran yang mayoritas adalah

petani singkong, dan jagung,selain bentuk geografis yang lebih cocok untuk tanaman

jagung, faktor lain yang menjadi pendorong mereka yaitu untuk dijual dan dapat

digunakan sebagai pakan ternak.

Perbandingan masa tanam dan masa panen antara tanaman jagung dan padi juga

sama yaitu sekitar 3 bulan, sedangkan untuk singkong bisa mencapai 10-12 bulan.

Para petani melakukan kegiatan menanam pada bulan November sampai dengan

Desember karena pada bulan ini musim penghujan mengalami intensitas hujan yang

sangat tinggidan persiapan memasuki musim kemarau. Para petani memanfaatkan air

hujan pada akhir pergantian musim ini untuk memberikan asupan air yang cukup

pada tanaman singkong dan gogoh mereka.

Faktor ini menjadi salah satu resiko yang harus ditanggung petani, karena

mereka harus memberikan pupuk pada tanaman agar bisa menghasilkan dengan

jumlah yang melimpah. Pembelian pupuk harus lebih banyak karena pupuk yang

(15)

4

diberikan ini juga terserap oleh tanaman milik perhutani. Menurut ilmu ekologi,

makhluk hidup merupakan kesatuan atau sistem didalam lingkungannya. Tanah

merupakan faktor utama dalam membentuk kondisi lingkungan pertanian, karena

tanah merupaka sumber nutrisi untuk semua komponen kehidupan. Namun fakta ini

masih belum sepenuhnya dipahami oleh pelaku usahatanai sehingga perilaku

kesehariannya lebih cenderung menyukai tindakan-tindakan yang praktis.5

Keinginan untuk mendapatkan hasil panen yang cepat dan melimpah, petani

rela mengeluarkan biaya untuk pembelian pupuk yang sebenarnya itu membuat

semakin ketergantungan. Para petani di Desa Depok, khususnya Dusun Banaran ini

sudah terbiasa menghadapi harga pupuk yang hampir menghabiskan separuh dari

perolehan hasil singkong dan padi. Hama yang menyerang pada tanaman padi juga

mengharuskan petani untuk selalu menyemprotkan pestisida kimia untuk mengurangi

resiko gagal panen. Hama yang mereka alami biasanya potong leher, wereng, dan

walang. Perilaku penggunaan bahan kimia berupa pupuk dan pestisida ini menjadi

salah satu indikator masih lemahnya pengetahuan mereka dalam pembuatan pupuk

dan pestisida secara alami. Aspek kesuburan lahan mereka yang semakin

membutuhkan asupan pupuk yang lebih, karena sifat tanah jika menggunakan pupuk

kimia dari musim tanam tahun lalu dengan musim tanam sekarang minimal harus

sama seperti panen sebelumnya, bahkan bisa sampai meningkat karena kondisi tanah

sudah mulai mengeras (nyengkar). Kebiasaan membeli pupuk kimia dan pestisida

5

(16)

5

yang tidak bisa mereka tinggalkan menjadi penyebab keuntungan yang diperoleh

pada saat musim panen tidak bisa maksimal, sehingga petani juga harus mencari

alternatif lain untuk menutupi biaya pembelian pupuk dan pestisida ini.6

Pola pertanian di Indonesia, para petani bercocok tanam hanya sebagai

pemenuhan kebutuhan pangan mereka untuk musim selanjutnya sehingga dapat

dikatakan tergolong masih dibawah garis sejahtera. Selain dikonsumsi, sebagian dari

hasil pertanian mereka jual kepada tengkulak. Harga yang diberikan juga tergolong

rendah, sehingga para petani sulit untuk mendapatkan keuntungan yang lebih. Harga

penjualan singkong dipasar juga tergolong rendah, komoditas ini sudah banyak yang

membudidayakannya sehingga diperlukan pengolahan singkong untuk meningkatkan

harga jual, dengan harapan keuntungan petani dapat lebih meningkat daripada dijual

secara mentah.

Masyarakat yang bekerja pada sektor pertanian merupakan salah satu

penyumbang angka kemiskinan yang ada di Indonesia. Jika melihat kondisi

perekonomian di Desa Depok ini juga masih tergolong dibawah garis kemiskinan.

Hal ini dikarenakan pendapatan yang mereka peroleh dari sektor pertanian singkong,

jagung dan gogoh masih belum bisa meningkatkan kesejahteraan mereka, dengan

keuntungan minim selain pengeluaran pembelian pupuk dan pestisida juga terdapat

biaya pengeluaran yang harus dipenuhi oleh mereka seperti biaya buruh panen, biaya

untuk pengangkutan hasil panen (ojek panen) yang diperoleh ini mengingat jarak

antara lahan mereka dengan rumah cukup jauh. Selain itu tanaman singkong juga

6

(17)

6

memiliki masa panen yang cukup lama sehingga mereka tidak dapat menikmati hasil

pertanian mereka secara langsung. Mereka dapat menikmati hasil panen jagung

setelah tiga bulan dari musim tanam.

Pengangguran musiman ini biasanya dialami oleh para petani, mereka hanya

sibuk pada musim tanam dan musim panen saja. Tuntutan keluarga yang selalu

mengeluarkan belanja keluarga membuat para petani ini harus mencari pendapatan

lain untuk menutup biaya tersebut. Biasanya disela musim tanam dan panen ini terjadi

pada bulan Juni sampai dengan Agustus, mereka ke kota untuk menjadi pekerja

sementara di proyek-proyek fisik, seperti pembuatan jalan, gorong-gorong, kuli

bangunan.7

Secara aksiomatik, manusia ingin agar harkat dan martabatnya dapat

dipertahankan dan sekaligus diakui dan dihormarti oleh orang atau pihak lain. Karena

mempertahankan harkat dan martabat merupakan kebutuhan secara mandiri, sehingga

ketika seseorang bergantung pada orang lain maka harkat dan martabatnya rendah

dihadapan orang lain. Para petani juga menginginkan mereka mempunyai harkat dan

martabat yang dapat diakui orang lain, dengan mereka berusaha untuk secara mandiri

dapat memepertahankan harkat dan martabat mereka sendiri.8Dalam kenyataanya, pada saat ini masih terus berkembang dikalangan masyarakat beberapa etos kerja

yang kurang menunjang pembangunan moral bangsa, diantara beberapa sikap tersbut

yang dikemukakan adalah :

7

Sondang P. Siagian, Administrasi Pembangunan: Konsep, Dimensi, dan Strateginya, (Jakarta, PT Bumi Aksara, 2009), hal. 26

8

(18)

7

1) Budaya konsumtif, munculnya masalah ini disebabkan sulitnya mengajak

masyarakat untuk dapat menginvestasikan kekayaannya untuk hal-hal yang produktif,

kurang adanya disiplin sosial menyebabkan budaya komsumtif sering sekali

berkembang menjadi persaingan gaya hidup.9

2) Sikapnrimo,mentalitas sikapnrimo(menerima) dengan kerja yang dibatasi untuk

sekedar memenuhi kebutuhan hidup dan hanya berorientasi untuk hari ini tanpa

memperhitungkan hari depannya.10

3) Sikap status Oriented, sikap terhadap kerja yang hanya ditujukan semata-mata

kepada kependudukan dan lambang-lambangnya, merasa mempunyai legliasasi

terhadap derajat atau gelar.11

4) Sikap pasif terhadap hidup, hidup dipandang penuh dengan kesusahan, penuh

kesukaran, gampang menyerah dan berkeluh kesah.12

Beberapa etos kerja yang menjadi salah satu ciri masyarakat petani di Desa

Depok ini adalah sikap fokus pada kelemahan mereka yang berupa status seorang

petani singkong dan jagung. Mereka hanya berasumsi bahwa mereka hanya orang

biasa yang sulit untuk menjadi orang kaya. Namun para petani ini mempunyai

semangat dalam memenuhi kebutuhan hidup, mereka memaksa untuk tetap

melakukan pengolahan lahan menjadi sumber penghasilan mereka. Dengan luas lahan

9

Muchdarsyah Sinungan,Produktivitas : Apa Dan Bagaimana, (Jakarta, Bumi Aksara, 2003), hal. 5 10

Ibid. 11

Ibid. 12

(19)

8

yang diberikan perhutani yaitu sekitar 5 x 50 m, petani mendapatkan hasil panen

dengan rata-rata 5 Kw Singkong, dan 3 Kw jagung.

Harga jual singkong yang relatif rendah yaitu Rp. 500 sampai dengan Rp. 1000

dalam kondisi mentah, sedangkan mayoritas warga mengolah singkong menjadi

tepung tapioka dengan cara mengambil patinya13. Jenis singkong yang mejadi komoditas di Desa Depok ini masih tergolong singkong yang mengandung racun atau

biasa disebut telo pait, seperti singkong andera, sehingga untuk dijual mentah akan

sulit untuk mendapatkan harga jual yang tinggi. Oleh karena itu petani mengolah

singkong ini menjadi tepung tapioka (tepung kanji). Jika diolah menjadi tepung

tapioka, 5 kw singkong mentah akan diperoleh 80 kg pati dengan harga perkilo

adalah Rp. 3.600 sampai dengan Rp. 6.000, dan akan diperoleh 10 kg ampas

singkong hasil dari penyaringan yang sudah dikeringkan dengan harga jual Rp.

2.000/kg. Jika diakumulasikan hasil dari singkong yang diolah menjadi tepung

tapioka petani mendapatkan Rp. 80 x Rp. 6000 = Rp. 480.000 dan 10 x Rp. 2.000 =

Rp. 20.000 total Rp. 500.000 dari satu kali panen (10 bulan).Selain itu ptani juga

mendapatkan keuntungan kulit singkong yang telah terkelupas bisa menjadi salah

satu sumber pakan untuk ternak mereka, dengan melalui proses fermentasi.

Pada hasil penjualan jagung kering, petani menghasilkan rata-rata per musim

panen 1.5 kw, dengan harga jual sekitar Rp. 2.500 sampai dengan Rp. 3.000. Jika

diakumulasikan dari sektor hasil jagung petani Desa Depok mendapatkan hasil sekitar

13

(20)

9

150 x Rp. 3.000 = Rp. 450.000 dalam satu kali panen panen yaitu sekitar 3 bulan.

Namun petani hanya bisa melakukan penanaman satu kali, karena tanah sudah fokus

untuk pertumbuhan umbi singkong sehingga tidak bisa digunakan untuk melakukan

pembibitan. Jadi dalam satu tahun para petani mendapatkan penghasilan Rp. 950.000,

sedangkan biaya yang dikeluarkan oleh para petani untuk merawat tanaman singkong

dan jagung ini hampir dari setengah biaya pendapatan mereka, pasalnya mereka

masih menggunakan pupuk yang disuplai oleh pemerintah yaitu pupuk kimia seperti

pupuk urea dengan harga Rp. 110.000, phonska dengan harga Rp. 135.000 ,TS

dengan harga Rp. 105.000. Jika ditotal dalam satu musim panen, petani mengeluarkan

biaya sekitar Rp. 470.000 untuk pembelian pupuk dan pestisida.

Tabel 1.1

Biaya Operasional Petani

Sumber:diolah dari hasil fokus group diskusi (FGD) dengan warga Dusun Banaran di kediaman

Bapak Puryanto (47 th), pada tanggal 9 November 2016, pukul 10.00 WIB.

Hasil analisa keuntungan yang diperoleh oleh petani dalam jangka waktu satu

bulan, mereka mendapatkan penghsilan Rp. 40.000 dari sektor pertanian singkong

dan jagung ini. Dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari, petani juga mengeluarkan

Jumlah pengeluaran operasional lahan 5 x 50 m / Tahun

Jenis barang Jumlah Harga Total

Pupuk phonska 1 sak Rp.135.000 Rp. 470.000

Pendapatan per

Pupuk urea 1 sak Rp.110.000

Pupuk TS I sak Rp.105.000

Bibit Jagung ¼kg Rp.15.000

Pestisida (sidapos) 1 botol Rp.55.000

(21)

10

biaya untuk membeli kebutuhan untuk keluarga seperti biaya untuk membeli

kebutuhan mandi, bayar listrik, uang saku untuk anak-anak mereka maupun untuk

pembelian lauk pauk. Biaya yang dikeluarkan dalam pemenuhan kebutuhan

sehari-hari jauh lebih besar daripada pendapatan yang diperoleh mereka dari sektor

pertanian, sehingga mereka rela menjadi tenaga kasar di luar kota bahkan pulau.

Seperti hasil wawancara dengan ibu Astuti istri bapak Gunawan (36 tahun) yang

hidup dengan kedua anaknya. Besarnya pengeluaran daripada pendapatan membuat

petani harus bekerja lebih keras mengahasilkan sumber pendapatan alternatif yang

dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari, dengan memanfaatkan waktu luang ketika

akan memasuki musim panen tanaman mereka

Tabel 1.2

Survei Belanja Rumah Tangga

Biaya pengeluaran perbulan Belanja pangan

1. Beras/jagung/umbi2an - - Sendiri

2. Lauk pauk (ikan, telur,

dll)

½

kg / hari 7000 210.000

3. Aneka sayur -/bulan - Sendiri

4. Bumbu masak -/bulan 20.000/mgu 80.000

5. Minyak goreng -/bulan 12.000/mgu 48.000

6. Gula -/bulan 6000/mgu 24.000

7. Susu -/bulan - 122.000

Belanja energi, pendidikan, kesehatan, dan sosial.

1. Gas -/bulan - 17.000

2. Bbm motor -/bulan - 35.000

3. Listrik -/bulan - 64.000

4. Uang saku sekolah -/bulan - 150.000

(22)

11

6. Pulsa HP -/bulan - 10.000

Total Rp. 810.000

Sumber:diolah dari hasil wawancara survey belanja rumah tangga dengan Astuti (34 th) di

kediamannya, pada tanggal 3 desember 2016, pukul 11.00 WIB.

Hasil wawancara dengan Astuti, dapat dilihat bahwa biaya yang mereka

keluarkan untuk mencukupi kebutuhan dalam satu bulan mencapai Rp. 810.000. Dari

beberapa pengeluaran, lauk pauk merupakan pembelian yang paling banyak

mengeluarkan biaya, yaitu mencapai Rp. 210.000/bulan. Sedangkan untuk uang saku

anak menempati urutan terbesar kedua yaitu mencapai angka Rp. 150.000/bulan. Dan

yang lain juga masih banyak seperti pembelian susu untuk anak, BBM untuk

kendaraan motor.

Besarnya pendapatan dalam suatu keluarga yang diperoleh dari usahatani

tergantung dari beberapa faktor yang mempengaruhinya, salah satu faktor itu adalah

luas lahan yang digunakan untuk memproduksi dalam kegiatan usahatani.14 Jika dibandingkan dengan lahan yang dimiliki oleh para petani di Desa Depok ini masih

tergolong kecil, karena lahan mereka 5 x 50 meter belum dikurangi dengan

keberadaan tanaman milik perhutani.

Menurut L. Greenberg yang dikutip oleh Muchdarsyah, bahwa yang dimaksud

dengan produktivitas yaitu suatu perbandingan antara totalitas pengeluaran pada

waktu tertentu di bagi totalitas masukan selama periode.15Hasil panen yang diperoleh oleh petani dalam menanam singkong dan jagung ini perlu dilihat keefektivitasanya,

14

Hernanto,Ilmu Usaha Tani, (Jakarta: Penebar Swadaya, 1994), hal. 84 15

(23)

12

dibagi dengan totalitas biaya pengeluaran selama periode panen tersebut. Selain itu,

produktivitas yang ideal juga harus mampu mengikutsertakan pendayagunaan secara

terpadu antara sumber daya manusia dan keterampilan, barang modal teknologi,

manajemen, informasi, energi dan sumber-sumber lain yang dapat mengembangkan

dan meningkatkan standart hidup untuk seluruh masyarakat.16

Langkah-langkah pemberdayaan masyarakat dapat dibenarkan dengan

memerlukan peningkatan efektivitas kerja, dan juga tambahan pengetahuan untuk

dapat memaksimalkan potensi yang dimiliki petani selama ini. Dengan menggunakan

pendekatan Participatory Action Research (PAR) yaitu dimana masyarakat sebagai

subjek perubahan mereka dilibatkan langsung mulai dari awal kegiatan, penentuan

masalah utama yang sedang mereka alami sampai dengan akhir kegiatan. Peneliti

bersama masyarakat menitik beratkan pada fokus permasalahan penggunakan pupuk

kimia dan pestisida sebagai salah satu permasalahan disektor pertanian mereka.

Minimnya pengetahuan petani tentang bahaya akibat penggunaan bahan kimia yang

berkelanjutan, dan informasi yang diperoleh tentang pertanian menjadi salah satu

faktor peneliti untuk terlibat aktif dalam proses pemberdayaan.

B. Rumusan Masalah

Petani singkong dan jagung yang berada di Desa Depok, khususnya Dusun

Banaran adalah sebagian kecil dari petani yang ada di Trenggalek yang mengalami

ketergantungan pada pembelian pupuk kimia untuk tanaman mereka, sedangkan

pendapatan mereka dari sektor pertanian tergolong masih sedikit. Dari uraian di atas,

16

(24)

13

maka perlu melakukan pendampingan agar mereka mampu keluar dari

ketergantungan itu. Sehingga untuk mengurai permasalahan yang terjadi, maka perlu

pertanyaan penelitian sebagai berikut:

1. Bagaimana kondisi perekonomian petani singkong dan padi di Dusun Banaran

Desa Depok ?

2. Faktor apa yang menyebabkan rendahnya penghasilan petani di Dusun Banaran

Desa Depok ?

3. Bagaimana strategi yang efektif untuk memberdayakan petani dari rendahnya

pendapatan di Dusun Banaran Desa Depok ?

C. Tujuan Penelitian untuk Pemberdayaan

Penelitian aksi yang difokuskan pada permasalahan yang dialami oleh para

petani singkong dan jagung ini diharapkan mereka memahami:

1. Permasalahan yang sedang mereka alami yaitu rendahnya penghasilan dari

sektor pertanian di Dususn Banaran Desa Depok.

2. Faktor apa saja yang menyebabkan rendahnya penghasilan dari sektor pertanian

di Dusun Banaran Desa Depok.

3. Strategi yang digunakan untuk memecahkan permasalahan rendahnya

penghasilan dari sektor pertanian di Dusun Banaran Desa Depok ini.

D. Strategi Pemberdayaan 1. Analisis Masalah

Proses pemberdayaan masyarakat diperlukan analisis yang digunakan untuk

(25)

14

rendahnya ekonomi pertanian petani singkong dan jagung di Dusun Banaran ini

digunakan analisis pohon masalah. Langkah ini digunakan untuk memahami lebih

detail bagaimana permasalahan utama itu terjadi, dan disebabakan oleh permasalahan

pendukung, sampai pada permasalahan inti yang kemudian dilanjutkan dengan proses

perencanaan program. Dari beberapa temuan problem di lapangan peneliti bersama

(26)

15

Bagan. 1.1

Pohon Masalah Rendahnya Penghasilan Petani dari Sektor Pertanian

Sumber:diolah dari hasil fokus group diskusi (FGD) dengan warga Dusun Banaran di kediaman

Puryanto (47th), pada tanggal 9 November 2016, pukul 11.10.

Dari tabel pohon masalah yang terdapat di atas, permasalahan mendasar yang

dialami oleh petani adalah rendahnya penghasilan sektor pertanian. Rendahnya

penghasilan pada sektor pertanian. Fakta yang menunjukkan bahwa masih rendahnya Bertambahnya kebiasaan

Rendahnya penghasilan petani dari sektor pertanian di Dusun Banaran Desa Depok Kecamatan Bendungan

Tingginya tingkat

ketergantungan petani pada pembelian pupuk kimia dan pestisida kimia

Belum efektifnya

kelompok wanita tani

(KWT) Srikandi

dalam pemberdayaan petani

Rendahnya penguatan

pemerintah Desa

Depok terhadap sektor pertanian pupuk dan pestisida dari bahan oorganik

Belum adanya

penguatan kepada

bagian pengurus KWT Srikandi

Belum adanya inisiasi penguatan pemerintah

Desa Depok pada

(27)

16

pendapatan dari tanaman singkong dan jagung ini dapat dilihat dari biaya yang

dikeluarkan petani untuk pengolahan, perawatan dan proses pemanenan. Sedangkan

untuk hasil panen sendiri, petani rata-rata mendapatkan penghasilan dalam bentuk

rupiah sekitar Rp. 970.000 belum dikurangi dengan biaya selama ini mereka

menanam sampai dengan memanen. Bagaimana antara pemasukan dengan

pengeluaran dalam fakta ini sangat jauh.

Dan terdapat dua dampak yang dari permasalahan rendahnya pendapatan petani

dari sektor pertanian di Dusun Banaran Desa Depok ini, yaitu:

a) Tingginya tingkat ketergantungan petani pada pembelian pupuk kimia dan

pestisida kimia.Tingginya tingkat kemiskinan. Rendahnya perekonomian para petani

singkong dan jagung ini menjadi salah satu indikator mereka masih dalam kondisi

digaris kemiskinan. Upaya yang dilakukan mereka seperti merantau keluar kota atau

pulau bahkan keluar negeri seperti Malaysia mereka gunakan untuk mencukupi

kebutuhan mereka ketika menunggu musim panen. Selanjutnya mereka bergantung

pad hasil pertanian mereka yang masih rendah ini.

b) Tingginya budaya merantau. Budaya merantau dikalangan keluarga petani

sudah menjadi kebiasaan yang dilakukan oleh mereka. Kegiatan merantau ini mereka

lakukan untuk mencukupi kebutuhan keluarga mereka. Biasanya para kepala keluarga

(suami) bekerja menjadi tenaga kasar untuk proyek-proyek yang pendapatannya

sekitar Rp.80.000 dalam perhari, mereka gunakan sebagaian untuk mencukupi

kebutuhan mereka disana sebagian lainnya mereka kirimkan kepada keluarga mereka

(28)

17

dengan bulan Agustus, setalah itu mereka kembali ke desa untuk persiapan memanen

tanaman singkong dan jagung mereka.

Selanjutnya terdapat tiga penyebab rendahnya pendapatan petani dari sektor

pertanian di Dusun Banaran Desa Depok Kecamatan Bendungan, yaitu:

a) Tingginya tingkat ketergantungan petani pada pembelian pupuk kimia dan

pestisida kimia. Para petani beranggapan bahwa pupuk kimia lebih cocok dengan

keinginan mereka yaitu hasil panen bisa lebih cepat. Namun masih jarang petani yang

mengakumulasi pengeluaran mereka untuk pembelian bahan-bahan ini. Masih

banyaknya pengeluaran pupuk dan pestisda kimai ini dipengaruhi oleh minimnya

pengetahuan petani tentang pengolahan sumber daya alam yang mereka miliki.

Belum adanya pelatihan tentang pembuatan pupuk organik dan pestisida nabati secara

mandiri menjadi penyebab inti dari sektor ini.

b) Belum efektifnya kelompok wanita tani (KWT) dalam pemberdayaan petani.

Penyebab inti yang kedua yaitu masih belum efektifnya kelompok wanita tani yang

merupakan subjek pendampingan. Fungsi sebuah kelompok tani diharapkan dapat

memberdayakan para anggotanya untuk bisa berkembang dalam bidang pertanian,

namun pada fakta di lapangan, masih minimnya kegiatan kelompok tani yang

bertujuan untuk mensejahterakan para petani. Faktor yang menyebabkan ini salah

satunya dari bagaimana kesadaran para pengurus kelompok wanita tani dalam

mengemban kewajiban mereka sebagai orang yang dipercaya untuk dapat melakukan

pemberdayaan melalui kelompok wanita tani. Dan minimnya kesadaran dari para

(29)

18

mereka dalam melakukan kewajiban sebagai pengurus, sehingga diperlukan

penguatan melalui para pengurus-pengurus kelompok tani ini.

c) Rendahnya penguatan pemerintah Desa Depok terhadap sektor pertanian.

Rendahnya penguatan pemerintah Desa Depok pada para petani ini dibuktikan

minimnya adanya kegiatan-kegiatan pemerintah dalam memberdayakan para petani di

Dusun Banaran, umunya di Desa Depok. Faktor yang menyebabkan rendahnya

penguatan pemerintah pada sektor pertanian ini karena beluam ada yang

mengadvokasi kebijakan pemerintah. Selama ini kelompok tani yang ada di Desa

Depok masih bergantung pada program yang diberikan oleh dinas pertanian seperti

pemberian bibit singkong atau jagung, dan kegiatan tahunan seperti simpan pinjam

pada kelompok tani yang biasanya dilakukan para petani satu tahun sekali. Belum ada

yang menginisiasi tentang kebijakan ini menjadi penyebab tidak adanya penguatan

dari pemerintah terhadap petani.

2. Analisis Tujuan

Analisis tujuan yang dilakukan pendamping bersama para petani, dengan

menjadikan permasalahan yang telah diketahui menjadi acuannya. Dari analisis

pohon maslahan dapat disimpulkan bahwa belum ada pihak-pihak yang melakukan

pendampingan pada para petani agar lebih meningkat dalam sektor penghasilannya.

Dan belum adanya pihak yang menginisiasi pemerintah desa untuk memberikan

penguatan pada sektor pertanian. Sehingga para petani bersama pendamping

melakukan upaya pemecahan permasalahan yang terjadi, adapaun uraianya adalah

(30)

19

Bagan. 1.2

Analisis Tujuan tentang Rendahnya Penghasilan Petani dari Sektor Pertanian

Sumber:diolah dari hasil fokus group diskusi (FGD) dengan warga Dusun Banaran di rumah Bapak

Puryanto (47th), pada tanggal 9 November 2016, pukul 11.20.

Adapun tujuan yang ingin dicapai oleh para petani bersama pendamping yaitu

berkurangnya jumlah kebiasaan merantau di kalangan keluarga petani, dan juga Berkurangnya kebiasaan

merantau di kalangan keluarga pertani

Berkurangnya jumlah

kemiskinan di kalangan petani

Tingginya penghasilan petani dari sektor pertanian di Dusun Banaran Desa Depok Kecamatan Bendungan

Depok terhadap sektor pertanian

(31)

20

berkurangnya jumlah kemiskinan di kalangan para petani. Untuk mencapai tujuan ini,

ditunjang dengan beberapa faktor tujuan mendasar yang lain yaitu:

a) Adanya pelatihan pembuatan pupuk organik dan pestisida nabati. Sebagai upaya

untuk meningkatkan sumber daya manusia para petani agar mempunyai keterampilan

dalam mengoptimalkanan pertanian mereka. faktor ini dianggap sangat memberikan

berperan penting dalam kemajuan sumber daya manusia para petani.

b) Adanya penguatan pada pengurus KWT Srikandi. Pada sektor lembaga

diharapkan kelompok wanita tani Srikandi yang merupakan subjek pendampingan

dapat lebih efektif dalam melakukan kegiatannya untuk membantu memberdayakan

para petani dari kaum wanita.

c) Adanya inisiasi penguatan pemerintah Desa Depok terhadap sektor pertanian.

Faktor ini juga diharapkan mampu memunculkan kebijakan yang dapat membantu

meningkatkan kesejahteraan para petani melalui kelompok-kelompok tani yang ada di

Desa Depok.

E. Analisis Startegi Program

Proses untuk mencapai tujuan diperlukan beberapa strategi yang terstruktur.

Pada kegiatan pemberdayaan para petani ini, untuk memperjelas alur pikiran peneliti

dalam mencapai tujuan-tujuan yang ada bersama mereka, berikut adalah kerangka

(32)

21

Bagan 1.3

Kerangka Berfikir dalam Pemberdayaan Petani dari

Rendahnya Penghasilan Sektor Pertanian

Sumber:diolah dari hasil fokus group diskusi (FGD) dengan anggota KWT Srikandi di kediaman

Bapak Sugeng (52th), pada tanggal 22 November 2016, pukul 10.30.

Tabel di atas menunjukan langkah-langkah pendamping bersama para petani

dalam melaksanakan program pendampingan. Berawal dari permasalahan kemudian

dilanjutkan dengan membuat harapan atau tujuan yang direalisasikan dengan

No. Masalah Harapan Proses Hasil

(33)

22

program. Dengan berpedoman tabel ini, diharapkan pendamping dan para petani

dapat melakukan program sesuia dengan permasalahan yang terjadi, dan lebih mudah

untuk melakukan evaluasi pada hasil yang dicapai, dan menjadikan hasil evaluasi

sebagai pedoman untuk langkah kedepannya.

F. Sistematika Pembahasan

Adapun pembahasan skripsi ini terdiri dari IX Bab yang mencakup dari awal

sampai dengan akhir laporan, dan diuraikan sebagai berikut:

BAB I Pendahuluan, pada bab ini yang menjelaskan tentang judul yang

digunakan dalam penelitian ini, dengan mencakup beberapa hal penting mengenai

latar belakang terjadinya masalah di Desa Depok yang merupakan lokasi penelitian,

tujuan dan strategi program yang dilakukannya dalam riset pendampingan. Serta

melihat sistematika pembahasan yang akan digunakan dalam laporan skripsi ini.

BAB II Kajian Teori dan Penelitian yang Relevan. Pada bab ini membahas

tentang teori yang digunakan dalam sebuah pemberdayaan self help dan penjelasan

dengan penelitian terdahulu yang relevan.

BAB III Metodologi Penelitian. Pada bab ini membahas tentang metode yang

digunakan, yaitu membahas tentang metode Participatory Action Research (PAR)

yang digunakan dalam riset, prosedur dalam penelitian, subjek pendampingan,

teknik-teknik dalam pendampingan, teknik pengumpulan data, teknik validasi data,

teknik analisa data dan analisa stakeholder atau pihak-pihak yang terkait dalam

(34)

23

BAB IV Gambaran Umum Lokasi Pendampingan. Membahas tentang

gambaran secara umum tentang lokasi yang digunakan pendampingan. Dengan

menjelaskan tentang profil Desa Depok secara geografis, demografis yang mencakup

jumlah penduduk, tingkat ekonomi, pendidikan, sosial budaya, agama dan

menjelaskan bagaimana pertanian singkong dan jagung di Desa Depok yang

merupakan komoditas tanaman mereka.

BAB V Temuan Problem. Pada bab membahas tentang analisa situasi

problematik yang terjadi di Desa Depok meliputi tingkat penggunaan pupuk kimia

dan pestisida pada pertanian singkong, padi dan jagung, kegiatan sehari-hari

masyarakat, analisis pengeluaran masyarakat tentang pertanian dan rendahnya

pemahaman tentang bahaya pengguanaan pupuk kimia dan pestisida disertai

minimnya keterampilan dalam mengoptimalkan potensi yang ada.

BAB VI Dinamika Aksi Perubahan. Pada bab ini membahas tentang proses

dalam melakukan pendekatan kepada pihak-pihak yang terkait dalam proses

pendampingan, dengan harapan dapat memberikan kontribusi yang diperlukan oleh

para petani.

BAB VII Aksi Perubahan Untuk Meningkatkan Ekonomi Petani. Bab ini

memberikan penjelasan tentang strategi yang akan digunakan sebagai alternatif untuk

memecahkan problem yang terjadi yaitu ketergantungan petani singkong dan jagung

terhadap pemakain pupuk kimia dan pestisida kimia. Dan memberikan pemahaman

kepada para petani tentang besarnya biaya operasional pemupukan dan pestisida

(35)

24

BAB VIII Analisis dan Refleksi.Pada bab ini membahas tentang analisis teori

dan refleksi metodologi yang telah digunakan pada aksi-aksi yang dilakukan.

BAB IX Simpulan. Pada bab ini membahas tentang kesimpulan dan

rekomendasi dari proses pendampingan bersama petani singkong dan jagung di Desa

Depok, Kecamatan Bendungan Kabupaten Trenggalek yang telah ditulis dalam

(36)

25

BAB II KAJIAN TEORI

A. Pengertian Pemberdayaan

Pengertian pemberdayaan yang dikemukakan oleh Mc. Ardle yang dikutip

oleh Harry Hikmat yaitu sebagai proses pengambilan keputusan orang-orang yang

secara konsekuen melaksanakan keputusan-keputusan yang telah diambil tersebut.

Orang-orang yang telah mencapai tujuan kolektif diberdayakan melalui

kemandiriannya, bahkan merupakan sebuah keharusan untuk lebih diberdayakan

melalui usaha mereka sendiri dan akumulasi pengetahuan, keterampilan dan

sumber daya lainnya. Hal itu dalam rangka mencapai tujuan mereka tanpa

bergantung pada pertolongan eksternal. Namun pengertian yang dikemukakan

oleh Mc. Ardle bukan bertujuan untuk mencapai sebuah tujuan semata, namun

lebih mementingkan makna sebuah proses dalam pengambilan keputusan sebagai

langkah untuk mencapai tujuan.17

Istilah lain keberdayaan dalam konteks pengembangan masyarakat adalah

kemampuan individu yang bersenyawa dengan invidu-individu lainnya dalam

masyarakat untuk membangun keberdayaan diri mereka yang bersangkutan.

Memberdayakan masyarakat adalah langkah atau proses mengupayakan

unsur-unsur keberdayaan dalam masyarakat sehingga mereka mampu meningkatkan

harkat dan martabat dan keluiar dari sebuah ketergantungan yang mengkondisikan

17

(37)

26

mereka dalam perangkap kemiskinan dan keterbelakangan, atau dengan istilah

lain memandirikan masyarakat.18

Menurut Parsons yang dikutip oleh Suharto, pemberdayaan yaitu sebuah

proses dengan mana orang menjadi cukup kuat untuk berpartisipasi dalam

berbagai pengontrolan atas, mempengaruhi terhadap kejadian-kejadian serta

lembaga-lembaga yang mempengaruhi kehidupannya. Pemberdayaan

menekankan bahwa orang memperoleh keterampilan-keterampilan, pengetahuan

dan kekuasaan yang cukup untuk mempengaruhi kehidupanya dan orang lain yang

menjadi perhatiannya. Sedangkan pendapat Ife yang dikutip oleh Suharto,

pemberdayaan bertujuan untuk meningkatkan kekuasaan orang-orang yang lemah

atau tidak beruntung. Para petani sebagai orang-orang yang lemah, diberdayakan

agar mereka mampu meningkatkan kekuasaan mereka atas potensi yang mereka

miliki. Kekuasaan mereka mampu keluar dari ketergantungan pada pupuk kimia

dan pestisida kimia.19

Pengertian lain, pemberdayaan atau pengembangan sumber daya manusia

adalah upaya memperluas pilihan bagi masyarakat, memberikan kemampuan pada

masyarakat untuk bisa memikir lebih baik untuk jangka panjang. Sehingga ini

dapat diartikan masyarakat diberdayakan untuk melihat dan memilih sesuatu yang

bermanfaat bagi dirinya. Belajar bersama mereka untuk belajar dengan

menyederhanakan sesuatu yang sulit mereka pahami, dengan memakai logika

mereka sendiri, sehingga dapat dikatakan bahwa masyarakat yang berdaya adalah

18

Anwar,Manajemen Pemberdayaan Perempuan(Bandung: Alfabeta, 2007), hal. 1 19

(38)

27

yang dapat memilih dan mempunyai kesempatan untuk mengadakan

pilihan-pilihan.20

Pemberdayaan sebagai sebuah proses masyarakat untuk melakukan

perubahan-perubahan yang telah terencana, seperti yang dirinci oleh Lippit dan

Riant dalam Mardikanto, yaitu langkah-langkah yang perlu dilakukan

pemberdayaan adalah sebagai berikut:

a) Penyadaran masyarakat, yaitu sebuah kegiatan untuk menyadarkan

masyarakat tentang keberlangsungan mereka yang bukan hanya sebagai makhluk

individu dan anggota masyarakat, namun juga kapasitas dalam lingkungan sosial,

budaya, dan ekonomi. Sehingga mereka mempunyai pemikiran yang lebih jauh

bagaimana dampak yang akan dihadapi mereka ketika sebuah permasalahan itu

terus berlangsung. Seperti yang dialami oleh para petani di Dusun Banaran yang

merupakan sebagian kecil petani dari Desa Depok yang telah merasa nyaman

dengan pemakaian pupuk dan pestisida kimia, dengan hasil pertanian yang instant

dan lebih mudah membentuk karakterisitik petani menjadi berubah dari yang

tradisional menjadi modern.21

b) Menunjukkan adanya masalah yang dialami oleh masyarakat. Proses ini

merupakan langkah yang bersamaan dengan langkah penyadaran masyarakat,

dengan menunjukkan permasalahan yang sebenarnya sedang mereka alami.

Permasalahan ini biasanya menyangkut pada sisi kelemahan petani salah satunya

20

Nanih Machendrawaty dkk,Pengembangan Masyarakat Islam,(Bandung: Remaja Rosdakarya, 1994) hal. 42

21

(39)

28

pada sumber daya manusia yang lemah, dan minimnya pemaksimalan kekuatan

yang mereka miliki.22

c) Membantu pemecahan masalah. Belajar bersama masyarakat untuk

menanalisa permasalahan yang sedang mereka hadapi, langkah ini perlu dilakukan

bersama mereka sehingga mereka juga akan belajar dalam memahami

permasalahan mereka. Melakukan analisis akar masalah, alternatif solusi, serta

pilihan alternatif paling mungkin.23

d) Menunjukkan pentingnya perubahan, bahwa mereka perlu melakukan

perubahan yang merupakan keniscayaan yang harus mereka antisipasi. Perubahan

yang mereka hadapi belum tentu kearah yang baik, namun jika sebuah

permasalahan sosial itu dibiarkan maka tidak menutup kemungkinan mereka akan

mengalami ketidakberdayaan.24

e) Melakukan pengujian dan demonstrasi. Kegiatan ini dilakukan untuk

mengetahui aktifitas pemberdayaan paling bermanfaat yang beresiko terkecil.

Sebuah pembelajaran bagi masyarakat untuk mendidik mereka dalam melakukan

perubahan kecil yang bisa memberikan dampak yang lebih baik bagi mereka. Uji

coba pupuk dan pestisida yang telah dibuat, diharapkan bisa menjadi tolak ukur

keberhasilan dalam pelatihannya.25

Pemberdayaan masyarakat juga harus mempunyai tahapan-tahapan yang

dapat dijadikan sebuah pedoman dalam proses pemberdayaan. Menurut Azis yang

22 Ibid. 23

Ibid. 24

Ibid. 25

(40)

29

dikutip oleh Alfitri dalam buku “Community Development Teori dan Aplikasi”

memberikan panduan tahapan pemberdayaan sebagai berikut:

1). Membantu masyarakat menemukan masalahnya26

2). Melakukan analisis masalah tersebut secara mandiri.27 3). Menentukan skala prioritas masalah.28

4). Mencari solusi atas masalah.29

5). Implementasi penyelesaian masalah.30 6). Evaluasi.31

Secara konseptual, Aziz juga menambahkan agar dalam proses

pemberdayaan masyarakat diharapkan mampu memenuhi beberapa hal berikut:

1. Learning by doing. Pemberdayaan adalah proses belajar, dan terdapat tindakan

konkrit yang kontinyu dan dampaknya apa terlihat. Proses belajar para petani

mulai dari kegiatan pengolahan data, sampai dengan evaluasi program diharapkan

bisa menjadi motivasi mereka untuk belajar terus. Dari pengalaman tersebut,

dampak apa yang dirasakan oleh para petani.32

2. Problem solving. Pemberdayaan harus memberikan pemecahan masalah

krusial pada waktu yang tepat. Kegiatan pemberdayaan yang dilakukan ini,

diharapkan bisa membantu para petani keluar dari permasalahan ketergantungan

pada pupuk dan pestisida kimia.33

26

(41)

30

3. Self evaluation. Pemberdayaan harus mampu mendorong masyarakat

melakukan evaluasi secara mandiri. Pada kegiatan evaluasi, para petani difasilitasi

oleh pendamping agar mereka mampu menilai hasil yang telah dicapai. Dengan

harapan mereka mampu menjadikan kegagalan yang ada sebagai panduan untuk

proses pemberdayaan kedepan.34

4. Self development and coordination. Pemberdayaan agar mendorong

pengembangan diri dan melakukan koordinasi dengan pihak lain secara luas.

Proses penguatan pada kelompok wanita tani, diharapkan para pengurus mampu

melakukan koordinasi dengan pihak-pihak lain yang dapat memberikan penguatan

pada para petani.35

5. Self selection. Pemberdayaan menumbuhkan kemandirian dalam menetapkan

langkah kedepan. Para petani mulai menunjukan langkah-langkah untuk

melakukan program ke depan, yaitu dengan mengusulkan kegiatan penanaman

sayuran sebagai pemanfaatan pupuk alami yang telah mereka hasilkan.36

Menurut Soetomo, dalam proses pemberdayaan masyarakat diperlukan

langkah-langkah pendekatan sebagai berikut, yaitu:

1. Sentralisasi menjadi desentralisasi. Desentralisasi dalam hal ini diarahkan

pada bentuk kewenangan masyarakat untuk melakukan kontrol terhadap

pengambilan keputusan dan sumber daya. Desentralisasi ini berarti mencakup

lapisan masyarakat miskin akar rumput, bukan semata berhenti pada elit lokal

setempat. Kekuasaan yang selama ini terpusat pada penyuplai pupuk kimia dan

34 Ibid. 35

Ibid. 36

(42)

31

pestisida kimia, diharapkan dapat dikuasai oleh masyarakat petani dengan

keterampilan yang mereka miliki.37

2. Top down menjadi bottom up. Pendekatan pemberdayaan cenderung

mengutamakan alur dari bawah ke atas. Proses dan mekanismenya dapat melalui

dua kemungkinan, yaitu identifikasi masalah dan kebutuhan masyarakat direspon

sendiri oleh masyarakat bersangkutan dalam bentuk program pembangunan yang

direncanakan dan sekaligus dilaksanakan oleh masyarakat. Kemudian identifikasi

masalah dan kebutuhan masyarakat diakomodir oleh pemerintah untuk

dimasukkan kedalam program pembangunan pemerintah. Pengadvokasian pada

penguatan kebijakan pemerintah Desa Depok dilakukan dengan menerima usulan

dari para petani.38

3. Uniformity menjadi variasi lokal. Pendekatan pemberdayaan sangat

memberikan toleransi kepada variasi lokal atau kearifan lokal, dengan demikian

program-program yang dirumuskan dan dilaksanakan sangat berorientasi pada

permasalahan dan kondisi serta potensi setempat.39

4. Sistem komando menjadi proses belajar. Pendekatan pemberdayaan

memosisikan masyarakat lebih berkedudukan sebagai subyek atau aktor, dalam

hal ini, proses belajar yang dilakukan untuk meningkatkan inisiatif merupakan

rangkaian pemantapan kapasitas. Peningkatan kapasitas ini bermakna pengakuan

akan kemampuan para petani untuk melakukan langkah-langkah menuju

keberdayaan atas sumber daya yang mereka miliki.40

37

Soetomo,Pemberdayaan Masyarakat, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2011), hal. 72 38

Ibid. 39

Ibid. 40

(43)

32

5. Ketergantungan menjadi keberlanjutan. Pemberian kewenangan kepada

masyarakat dalam pengelolaan pembangunan akan lebih mendorong tumbuh

kembangnya inisiatif dan kreatifitas yang memacu keberlanjutan. Pelatihan yang

dilakukan diharapkan bisa menjadi modal petani untuk menjaga keberlanjutan

kegiatan pemberdayaan ini.41

6. Social exclusion menjadi sosial inclution. Seluruh lapisan masyarakat

terutama lapisan bawah, mendapatkan peluang yang sama dalam berpartisipasi

pada semua proses kehidupan, dalam mengakses semua pelayanan, serta dalam

mengakses sumber daya dan informasi.42

Pemberdayaan petani dilakukan dengan menyentuh langsung pada

sektor-sektor yang penting. Dan dalam program peningkatan kesejahteraan petani,

terdapat beberapa sektor penting yang menjadi fokus revitalisasi, adapun sektor

itu adalah:

1. Revitalisasi sistem penyuluhan pertanian secara intensif perlu dikoordinasikan

dengan pemerintah daerah baik itu provinsi maupun kabupaten. Pada pihak

penyuluh lapangan Desa Depok, diharapkan mampu memberikan penguatan pada

para petani secara intensif. Sehingga para petani mempunyai keterampilan yang

lebih.43

2. Penumbuhan dan penguatan lembaga pertanian dan pedesaan untuk

meningkatkan posisi tawar petani. Lembaga kelompok tani di Desa Depok juga

41 Ibid. 42

Ibid. 43

(44)

33

diharapkan mampu memberikan penguatan pada hasil panen mereka, sehingga

harga panen mereka bisa berada dikondisi yang tinggi.44

3. Penyederhanan mekanisme dukungan kepada petani dan pengurangan

hambatan usaha tani. Pihak pemerintah Desa Depok diharapkan dapat

melancarkan kegiatan untuk penguatan petani.45

4. Perlindungan terhadap petani dari persaingan usaha yang tidak sehat dan

perdagangan yang tidak adil, pengembangan upaya pengentasan kemiskinan.

Permasalahan yang biasa dialami oleh petani, yaitu harga hasil panen mereka

mudah ditawar oleh para tengkulak. Lemahnya perlindungan petani pada sektor

hasil panen juga perlu dilakukan penguatan.46

B. Konsep Produktivitas

Secara umum produktivitas dapat diartikan sebagai hubungan hasil nyata

maupun fisik (barang-barang atau jasa) dengan masuknya yang sebenarnya.

Misalnya produktivitas adalah ukuran efesiensi produktif, jadi bagaimana kegiatan

sebuah produksi yang memiliki perhitungan waktu yang cukup efesien sehingga

dapat meningkatkan hasil dari produksi tersebut. Produktivitas juga dapat

diartikan sebagai cara pemanfaatan secara baik terhadap sumber-sumber daya

dalam memproduksi barang-barang.

Menurut L. Greenberg yang dikutip oleh Muchdarsyah, produktivitas

merupakan perbandingan antara totalitas pengeluaran pada waktu tertentu dibagai

44 Ibid. 45

Ibid. 46

(45)

34

totalitas masukan selama periode tersebut.47 Sedangkan pengertian produktivitas

menurut Hasibuan yaitu perbandingan antara hasil (output) dengan masukan

(input).48 Jika Produktivitas naik ini hanya dimungkinkan oleh adanya peningkatan efisiensi (waktu-bahan-tenaga) dan sistem kerja, teknik produksi dan

adanya peningkatan keterampilan dari tenaga kerjanya. Bagaimana suatu

peningkatan ekonomi pertanian didukung dengan adanya efesiensi bahan, jika

dilihat pada lingkungan Desa Depok, terdapat banyak sekali kotoran ternak yang

masih belum dimaksimalkan untuk menunjang pengeluaran dari pembelian pupuk

kimia yang selama ini mereka lakukan. Selain itu keefesiensian waktu juga

mendorong petani untuk mencari alternatif jenis singkong yang mampu

berkembang dengan waktu yang sama namun memberikan keuntungan yang lebih

besar.

Menurut Riyanto secara teknis produktivitas adalah suatu perbandingan

antara hasil yang dicapai (output) dengan keseluruhan sumber daya yang

diperlukan (input).49 Produktivitas mengandung pengertian perbandingan antara hasil yang dicapai dengan peran tenaga kerja persatuan waktu.

Ada tiga faktor produksi menurut ekonom klasik dalam pembangunan

ekonomi, yaitu: tanah, pekerja, dan modal. Menurut mereka, tanah terdapat dalam

jumlah yang tetap, tidak tergantung pada tingkat harganya. Artinya harga dapat

47

Muchdarsyah Sinungan,Produktivitas:Apa dan Bagaimana,(Jakarta: Bumi Aksara, 2003), hal. 12

48

Hasibuan Malayu Manajemen Dasar, Pengertian dan Masalah, (Jakarta: PT Toko Gunung Agung, 1996), hal.126

49

(46)

35

naik turun, tetapi jumlah tanah yang ditawarkan tidak akan berubah.50 Bahkan kualitas tanah juga akan mempengaruhi pada hasil yang akan diperoleh. Semakin

subur tanah yang digunakan, maka hasil yang diperoleh juga akan mengalami

peningkatan. Selain itu faktor tenaga kerja juga harus diperhatikan sebagai tenaga

kerja dengan modal, bagaimana kefektivitasan waktu tenaga yang mereka

keluarkan untuk mengolah modal dengan keuntungan yang mereka peroleh.

Faktor yang mempengaruhi pembangunan ekonomi di Indonesia salah

satunya adalah produktivitas yang rendah, dalam penjelasanya bahwa rendahnya

produktivitas dipengaruhi oleh kualitas manuisa dan sumber daya alam. Namun

yang lebih penting pada permasalahan di Desa Depok ini yaitu bagaimana

angkatan kerja sebagai petani ini mempunyai kualitas yang baik. Syarat yang

dibutuhkan untuk mencapai angkatan kerja yang mempunyai kualitas baik adalah

bila penduduk ini tidak buta huruf, sehat, cukup makan, kuat dan terlatih,

sehingga jika kualitas sumber daya manusia sudah baik, maka faktor sumber daya

alam tidak begitu penting dalam pembangunan ekonomi.51

Faktor lain yang mempengaruhi adalah jumlah kapital yang sedikit. Kapital

adalah semua bentuk kekayaan yang dapat digunakan, langsung maupun tidak

langsung, dalam produksi untuk menambahoutput, dengan kata lain kapital terdiri

dari barang-barang yang akan dibuat penggunaan produksi pada masa yang akan

datang yang meliputi pabrik-pabrik, bangunan-bangunan, dan alat-alat.52Sehingga kelangkaan kapital ini berarti mutlak dalam hubunganya dengan investasi yang

50

S. Mulyadi, Ekonomi Sumber Daya Manusia dalam Perspektif Pembangunan, (Jakarta: Rajagrafindo Persada, 2003), hal.194

51

Irawan, dkk.Ekonomika Pembangunan,(Yogyakarta: BPFE, 2002), hal. 286 52

(47)

36

menguntungkan. Karena produktivitas tenaga kerja di negara berkembang rendah,

berarti pendapatan negara tersebut juga rendah dan berdampak pada tabungan

sebagai pembentuk kapital yang rendah. Keadaan ini disebut dengan lingkaran

setan (vicious circle) yang dapat dilihat pada gambar di bawah ini53: Bagan. 2.1

Lingkaran Setan (vicious circle)

Dari gambar di atas dapat dilihat, bahwa rendahnya pendapatan disebabkan

oleh rendahnya tingkat produktivitas yang rendah. Sehingga mengakibatkan

tingkat konsumsi yang bergizi untuk masyarakat juga rendah, dengan kata lain

masyarakat hanya berputar dalam pemenuhan kebutuhan makanan saja sehingga

tabungan yang mereka miliki juga terbatas dikarenakan pemenuhan kebutuhan

hidup mereka sehari-hari. Hal ini yang mempengaruhi rendahnya investasi kapital

53

Ibid.hal. 288

Sumber daya alam belum banyak diolah: penduduk

(48)

37

dan kemanusiaan yang rendah. Dan berdampak pada sumber daya alam yang

kurang dimanfaatkan secara maksimal.

Siklus ini dapat digunakan untuk melihat bagaimana kehidupan masyakarat

di Desa Depok yang mempunyai pendapatan rendah, faktor yang

mempengaruhinya salah satunya yaitu tingkat produktivitas pertanian mereka

yang rendah.

Para ahli ekonomi di negara-negara maju atau belum maju mereka

berpendapat bahwa pertumbuhan ekonomi tidak hanya bersumber dari tingkat

kapital yang mereka miliki. Sumber-sumber kapital dapat diperoleh dari

penggunaan kelebihan tenaga kerja yang ada di dalam masyarakat, yaitu dengan

cara menggeser kelebihan tenaga kerja sektor pertanian pada sektor yang lain. Jadi

sumber fisik dapat diperoleh dari swadaya masyarakat, contohnya penggunaan

tenaga kerja yang kurang produktif dapat dialihkan untuk pembangunan

jalan-jalan desa, saluran air dipedesaan, dan sebagainya.54 Sebagai pemenuhan

produktivitas diperlukan sarana yang dapat meningkatkannya, sarana jalan Desa

Depok yang masih banyak belum dibangun untuk memudahkan akses menuju

lokasi lahan mereka. Kondisi geografis membuat para petani kesulitan

mengangkut hasil panen mereka. Sebagai contoh, ketika memanen hasil singkong

mereka tidak mengambil keseluruhan secara bersama, hal ini dikarenakan untuk

mengangkut singkong mereka harus berjalan kaki.

Faktor pemenuhan kapital dapat dilakukan dengan cara lain, yaitu

pemenuhan kapital dapat dilakukan dengan cara meningkatkan aspek wirausaha.

54

(49)

38

Pendapat Joan Robinson yang dikutip oleh Irawan bahwa dimana ada usaha

wiraswasta, maka dana (kapital) akan mengikutinya. Ketika keinginan untuk

berinvestasi sudah sangat kuat, namun kapital masih sangat rendah maka akan

ditemukan usaha-usaha yang akan dapat mengumpulkan kapital itu sendiri.55 Sebagian kecil dari masyarakat Desa Depok, ada yang bekerja sebagai wirausaha

penjual keripik. Mereka produksi dengan memanfaatkan hasil pertanian yang ada

di desa mereka, singkong yang diolah menjadi keripik dan tepung tapioka, jagung

yang diolah menjadi marning56, dan pisang yang diolah menjadi sale57 atau keripik, mereka menjual hasil produksi ini keluar desa sebagai pemenuhan

kebutuhan sehari-hari mereka, selain menunggu pertanian mereka panen.

C. Konsep Pendapatan

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) pendapatan adalah hasil

kerja (usaha atau sebagainya).58 Sedangkan pendapatan yang diterjemahkan oleh kamus manajemen adalah uang yang diterima oleh perorangan, perusahaan, dan

oraganisasi lain dalam bentuk upah, gaji, sewa, bunga, komisi, ongkos, dan laba.59 Pendapatan seseorang juga dapat didefinisikan sebagai banyaknya

penerimaan yang dinilai dengan satuan mata uang yang dapat dihasilkan

seseorang atau suatu bangsa dalam periode tertentu. Reksoprayitno

mendefinisikan bahwa pendapatan (revenue) dapat diartikan sebagai total

penerimaan yang diperoleh pada periode tertentu. Dengan demikian dapat

55

Ibid,hal. 127 56

Makanan ringan yang berasal dari jagung yang digoreng. 57

Pisang yang digoreng dengan dicampur gula. 58

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1998), hal. 185

59

(50)

39

disimpulkan bahwa pendapatan sebagai jumlah penghasilan yang diterima oleh

para anggota masyarakat untuk jangka waktu tertentu sebagai balas jasa atau

faktor-faktor produksi yang telah disumbangkan.60

David Ricardo di dalam masyarakat ekonomi dapat digolongkan menjadi 3,

yaitu kapitalis, buruh, tuan tanah. Golongan kapitalis merupakan pemegang peran

yang paling penting karena selalu mencari keuntungan dan menginvestasikan

kembali pendapatanya untuk akumulasi kapital yang mengakibatkan naiknya

pendapatan nasional. Sedangkan buruh merupakan golongan terbesar dan

tergantung dari kapitalis. Dan tuan tanah hanya menerima sewa dari golongan

kapitalis atas tanah yang disewakan. Namun keuntungan golongan kapitalis ini

tidak bisa terus menerus berkembang, karena dengan bertambahnya jumlah

penduduk dan akumulasi kapital yang terus menerus megakibatkan tanah yang

subur menjadi kurang jumlahnya atau semakin langka adanya.61Pendapatan yang

mereka terima juga berbeda-beda yaitu upah untuk golongan buruh, sedangkan

sewa untuk golongan tuan tanah dan keuntungan untuk golongan kapitalis. Dari

pembagian ini, agar diketahui pendapatan manakah yang mempunyai pengaruh

besar terhadap pembangunan ekonomi, jika pendapatan nasional berupa

keuntungan maka perkembangan ekonomi akan semakin pesat.

Masyarakat petani Desa Depok dapat dilihat sebagai golongan kapitalis dan

buruh, dan tuan tanah. Karena merekalah yang berperan untuk meningkatkan

pendapatan mereka selama ini. Mereka bekerja bertani untuk mencukupi

kebutuhan sehari-hari mereka, dengan mengajak anggota keluarga mereka yang

60

Rekso Prayitno,Sistem Ekonomi dan Demokrasi Ekonomi,(Jakarta: Bina Grafika, 2004), Hal. 79

61

(51)

40

lain untuk mengelola lahan. Sedangkan jika dilihat dari golongan tuan tanah,

masyarakat petani mengelola lahan yang didapatkan dari pihak perhutani tanpa

dipungut biaya sedikitpun.

Keterampilan dalam meningkatkan produksi juga diperlukan sebagai salah

satu cara untuk meningkatkan pendapatan. Adam Smith juga berpendapat bahwa

adanya spesialisasi atau pembagian kerja. Spesialisasi dalam proses produksi ini

akan dapat meningkatkan keterampilan tenaga kerja, dan ditemukannya alat-alat

yang akhirnya dapat mempercepat dan meningkatkan produksi.62 Keterampilan para petani dalam meningkatkan pendapatan masih tergolong tradisional, mereka

mengelola hasil pertanian mereka dengan pengetahuan yang diperoleh dari orang

tua. Sehingga pendapatan juga masih sama dengan keadaan orang tua mereka

dahulu, tanpa ada peningkatan.

Petani di pedesaan khususnya petani kecil sangat tergantung dari pendapatan

di sektor non pertanian sehingga kaitan keberhasilan sektor pertanian dan non

pertanian di pedesaan menjadi sangat kental. Soekartawi menjelaskan pendapatan

akan mempengaruhi banyaknya barang yang dikonsumsikan, bahwa sering kali

dijumpai dengan bertambahnya pendapatan, maka barang yang dikonsumsikan

bukan hanya bertambah, tapi juga harus memperhatikan kualitas produk.63

Keluarga pada umumnya terdiri dari seorang kepala keluarga dan beberapa

orang anggotanya. Kepala rumah tangga adalah orang yang paling

bertanggungjawab terhadap rumah tangga tersebut, sedangkan anggota keluarga

atau rumah tangga adalah mereka yang hidup dalam satu atap dan menjadi

62

Ibid,hal. 23 63

(52)

41

tanggungan kepala rumah tangga yang bersangkutan. Tingkat pendapatan rumah

tangga merupakan indikator yang penting untuk mengetahui tingkat hidup rumah

tangga. Umumnya pendapatan rumah tangga di pedesaan tidak berasal dari satu

sumber, tetapi berasal dari dua atau lebih sumber pendapatan. Tingkat pendapatan

tersebut diduga dipengaruhi oleh pemenuhan kebutuhan dasar rumah tangga

petani. Seperti yang dikemukakan oleh Toweulu bahwa untuk memperbesar

pendapatan, seseorang anggota dari keluarga dapat mencari tambahan pendapatan

dari sumber lain selain pertanian untuk membantu kepala keluarga sehingga

pendapatannya dapat bertambah.64

Tingkat pendapatan juga dipengaruhi oleh tingkat pendidikan. Pendapatan

petani dapat dikategorikan sesuai dengan umur dan jenis kelamin, sebagai contoh

seperti yang ditulis oleh Mulyadi dalam buku “Ekonomi Sumber Daya Manusia

dalam Perspektif Pembangunan”upah bersih pekerja sektor pertanian pada tahun

2000 dapat dilihat pada tabel di bawah ini:65 Tabel. 2.1

Upah Bersih Pekerja Sektor Pertanian Menurut Tingkat Pendidikan dan

Jenis Kelamin Tahun 2000

64

Sudarman Toweulu,Ekonomi Indonesia, (Jakarta: Raja Grafindo, 2001), hal. 3 65

S. Mulyadi, Ekonomi Sumber Daya Manusia dalam Perspektif Pembangunan, (Jakarta: Rajagrafindo Persada, 2003), hal. 215

No. Tingkat pendidikan Rata-rata upah bersih sebulan (Rp)

(53)

42

Pada tabel di atas menunjukkan bahwa rata-rata pendapatan atau upah yang

diperoleh oleh petani di kalangan orang tua yang berpendidikan rendah ialah

Rp.200.000. sedangkan untuk yang berpendidikan sampai Universitas mencapai

hampir Rp. 900.000. sehingga dapat dibenarkan bahwa tingkat pendidikan

mempunyai dampak pada pendapatan yang diperoleh seorang petani.

Pada tabel di atas juga dapat diketahui, bahwa usaha tani memberikan

penjelasan peran para petani. Para petani mempunyai peran di dalam usaha

taninya, beberapa diantaranya yaitu:

a) Sebagai produsen (petani subsistem), berusaha tani untuk menghasilkan

produksi yang setinggi-tingginya untuk kepentingan sendiri.66

b) Sebagai pengusaha, berusaha tani untuk mendapatkan keuntungan yang

setinggi-tingginya.67

c) Buruh tani, seseorang yang menyediakan jasa berupa tenaga kerja untuk

mendapatkan upah.68

Jika peran petani sebagai pengusaha, maka akan membantu meningkatkan

pendapatan nasional, sedangkan jika hanya menjadi produsen maka posisi mereka

akan mangalami satgnan. Dan ketika peran petani berposisi pada buruh, maka ini

indikator rendahnya kesejahteraan keluarga petani tersebut.

Petani diharapkan mampu melakukan analisa usaha tani yang mereka

lakukan, dengan cara menganalisa pada setiap komoditas tanaman yang mereka

66

Gambar

Tabel di atas menunjukan langkah-langkah pendamping bersama para petani
Tabel. 2.1
Tabel 4.1
  Gambar 4.2Topografi Desa Depok
+7

Referensi

Dokumen terkait

Ka pānui ana i tēnā kōrero, ko ngā pātai ka rere, pēnā rā ko te tirohanga Māori tētahi tino kaupapa me mātua kite i runga i a Whakaata Māori, he aha i kore ai e kitea mahatia

Bengkulu, Banten, Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur, Gorontalo, Sulawesi Tengah, Sulawesi Barat, Sulawesi

Riwayat tentang apakah pasien pernah mendapat anestesia sebelumnya sangatlah penting untuk mengetahui apakah ada hal-hal yang perlu mendapat perhatian khusus, misalnya

Hal ini tergambar dari hasil penelitian yang didapatkan bahwa 90% staf perawat memiliki motivasi kerja rendah dengan gaya kepemimpinan otoriter dan 10% staf perawat

Bentuk dasar bangunan pada perancangan pesantren lansia ini menggunakan bentukan-bentukan geometri yang sifatnya sederhana dan dinamis. Bentukan geometri sendiri memiliki

Sebagai contoh dapat kita lihat adanya kegiatan seperti: Provinsi Sumatera Selatan telah mencanangkan “ Visit Musi 2008”; Daerah Khusus Jakarta dengan programnya “ Enjoy

Dalam penelitian ini dilakukan analisa untuk menunjukkan sifat fisikokimia dari surimi meliputi kadar protein, water holding capacity, gelasi, kapasitas emulsi,