PEMBERDAYAAN PETANI BERBASIS KELOMPOK WANITA TANI DARI RENDAHNYA PENDAPATAN SEKTOR PERTANIAN DI DUSUN BANARAN
DESA DEPOK KECAMATAN BENDUNGAN KABUPATEN TRENGGALEK
SKRIPSI
Diajukan Kepada Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan dalam Memperoleh
Gelar Sarjana Ilmu Sosial (S.Sos.)
Disusun Oleh :
Yusuf Auliyak B02213054
PRODI PENGEMBANGAN MASYARAKAT ISLAM FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
PEMBERDAYAAN PETANI BERBASIS KELOMPOK WANITA TANI DARI RENDAHNYA PENDAPATAN SEKTOR PERTANIAN DI DUSUN BANARAN
DESA DEPOK KECAMATAN BENDUNGAN KABUPATEN TRENGGALEK
SKRIPSI
Diajukan Kepada Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya
Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan dalam Memperoleh
Gelar Sarjana Ilmu Sosial (S.Sos.)
Disusun Oleh :
Yusuf Auliyak B02213054
PRODI PENGEMBANGAN MASYARAKAT ISLAM FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
ABSTRAK
Yusuf Auliyak, NIM B02213054, 2017: Pemberdayaan Petani Berbasis Kelompok Wanita Tani Dari Rendahnya Pendapatan Sektor Pertanian DI Dusun Banaran Desa Depok Kecamatan Bendungan Kabupaten Trenggalek.
Skripsi ini membahas tentang proses pendampingan masyarakat petani di Dusun Banaran Desa Depok yang mengalami ketergantungan dengan penggunaan pupuk kimia dan pestisida kimia. Akibat pola pertanian seperti ini, ekonomi mereka pada sektor pertanian tergolong rendah, selain itu jenis tanaman yang berkualitas rendah menjadikan hasil yang diperoleh juga rendah. Hal ini terjadi karena salah satu faktor minimnya keterampilan untuk memanfaatkan potensi alam disekitar mereka.
Pada kegiatan pendampingan ini, peneliti menggunakan metode penelitian Partcipatory Action Research (PAR). Metode pendekatan yang lebih mengedepankan partisipasi masyarakat sebagai subjek perubahan, awal kegiatan yaitu mulai dari pengolahan data, melakukan aksi perubahan sampai dengan evaluasi. Sehingga ketika pendamping sebagai fasilitator sudah tidak berada bersama mereka, diharapkan permasalahn-permasalahan yang terjadi dikalangan mereka dapat diselesaikan secara mandiri tanpa bergantung pada pihak luar.
Pendamping ingin membantu masyarakat petani untuk merubah pemikiran mereka yang menginginkan hasil pertanian tinggi tapi tidak melihat akibat dari penggunaan bahan kimia itu. Dan menyadarkan mereka bahwa selama ini ekonomi mereka telah diserap oleh pihak luar. Untuk memudahkan proses pendampingan, lembaga kelompok tani dilibatkan sebagai wadah berkumpulnya subjek pendampingan untuk proses belajar ini.
Kegiatan pemberdayaan dilakukan melalui pelatihan pembuatan pupuk dan pestisida dari bahan alami sebagai upaya memberikan pengetahuan dan keterampilan mereka, mulai pertemuan untuk belajar bersama mengetahui dari kegunaan potensi yang mereka punyai untuk keberlangsungan pertanian mereka. mulai dari kotoran kambing dan sapi diolah menjadi pupuk organik, dan tumbuhan-tumbuhan sekitar diolah menjadi pestisida alami. Dan hasilnya, masyarakat petani mulai memahami akibat dari penggunaan pupuk kimia, dan beralih dengan mengkombinasikan bahan alami sebagai upaya untuk menjaga kelangsungan pertanian mereka, dan meminimalisir pengeluaran sehingga pendapatan bisa lebih maksimal.
x
DAFTAR ISI
COVER DALAM ... i
PERSETUJUAN PEMBIMBING... ii
PENGESAHAN TIM PENGUJI ... iii
PERNYATAAN KEASLIAN... iv
PERSEMBAHAN ... v
MOTTO ... vi
KATA PENGANTAR ... vii
ABSTRAK ... ix
DAFTAR ISI ... x
DAFTAR TABEL... xiv
DAFTAR GAMBAR ... xvi
DAFTAR BAGAN ... xviii
DAFTAR DIAGRAM... xix
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah... 1
B. Rumusan Masalah ... 12
C. Tujuan Penelitian Untuk Pemberdayaan ... 13
D. Strategi Pemberdayaan... 13
E. Analisis Startegi Program ... 20
F. Sistematika Pembahasan ... 22
B. Konsep Produktivitas. ... 33
C. Konsep Pendapatan. ... 38
D. Pandangan Islam Tentang Pemberdayaan Ekonomi dan Merawat Lingkungan. ... 48
E. Penelitian Terdahulu yang Relevan. ... 51
BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian ... 55
B. Prosedur Penelitian di Lapangan... 60
C. Subjek Penelitian... 64
D. Teknik Pengolahan Data ... 65
E. Teknik Validasi Data... 67
F. Teknik Analisis Data... 69
G. Pihak yang Terlibat Pelatihan Pembuatan Pupuk dan Pestisida ... 71
BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENDAMPINGAN A. Geografis ... 75
B. Demografis ... 80
1. Sejarah Desa Depok... 80
2. Pemerintah dan Struktur Kelembagaan Desa ... 82
3. Jumlah Penduduk... 85
4. Ekonomi Masyarakat ... 88
5. Pendidikan Masyarakat... 97
6. Kesehatan Masyarakat ... 101
xii
BAB V MENEROPONG PERMASALAHAN RENDAHNYA EKONOMI
PETANI
A. Tingginya Ketergantungan Petani Terhadap Pupuk dan Pestisida
Kimia... 108
B. Kurang Efektifnya Peran Kelompok Wanita Tani Srikandi dalam Pemberdayaan Petani ... 133
C. Rendahnya Penguatan Pemerintah Terhadap Sektor Pertanian .. 136
BAB VI DINAMIKA PROSES PERUBAHAN (Proses Pendampingan untuk Memperkuat Ekonomi Petani) A. Dinamika Pengorganisiran ... 144
1. Inkulturasi bersama masyarakat ... 144
2. Langkahassessment... 148
3. Pengorganisiran masyarakat petani ... 159
BAB VII AKSI PERUBAHAN UNTUK PENINGKATAN EKONOMI PETANI A. Memperkuat Keahlian Petani Tentang Pupuk Organik dan Pestisida Nabati... 166
1. Proses pelatihan pembuatan pupuk dan pestisida... 166
2. Inisiasi ujicoba tanam singkong unggulan... 180
B. Mengefektifkan Peran Kelompok Wanita Tani Srikandi dalam Pemberdayaan Petani ... 184
D. Evaluasi Bersama Tentang Kegiatan yang Sudah Dilakukan ... 199
BAB VIII ANALISIS DAN REFLEKSI
A. Analisis Pendamping Tentang Anggota KWT Srikandi Sebagai
Subjek Dampingan. ... 207
B. Catatan Refleksi Proses Pendampingan Bersama Petani di Dusun
Banaran ... 227
BAB IX SIMPULAN
A. Kesimpulan ... 233
B. Rekomendasi ... 235
DAFTAR PUSTAKA... 237
1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Wilayah Kabupaten Trenggalek mempunyai luas 126.140 Ha pada tahun 2014,
dari luas lahan itu salah satunya terdiri dari tanah sawah seluas 12.160 Ha atau 9,64
persen dari total luas wilayah. Jumlah luas sawah tersebut hanya 18,45 persen dapat
ditanami padi satu kali dalam setahun yang tergolong wilayah pertanian lahan kering.
Sedangkan 77,18 persen sisanya dapat ditanami padi 2 kali atau lebih dalam
setahunnya yang tergolong tanah basah (sawah).1
Desa Depok merupakan salah satu desa di Kecamatan Bendungan Kabupaten
Trenggalek yang wilayahnya didominasi oleh lahan pertanian. Menurut data
kependudukan, Desa Depok mempunyai luas wilayah 1.410 ha yang digunakan
sebagai tempat tinggal oleh 4.628 jiwa. Dari total jumlah jiwa, terdapat sekitar 3.241
orang yang bekerja pada sektor pertanian dari kaum laki-laki dan kaum perempuan
dari golongan ibu-ibu. Komoditas tanaman yang digunakan oleh petani di Desa
Depok adalah singkong dan jagung, sedangkan untuk padi atau gogoh2 adalah
tanaman minoritas.
Dusun Banaran merupakan salah satu dusun dari Desa Depok Kecamatan
Bendungan Kabupaten Trenggalek. Kawasannya didominasi lahan kering milik
1
BPS Trenggalek, Kabupaten Trenggalek dalam Angka, (Trenggalek, BPS Kabupaten Trenggalek, 2015), hal. 223
2
2
perhutani sebagai tempat bercocok tanam para petani singkong dan jagung. Dari
jumlah kepala keluarga di Desa Depok, semua mendapatkan lahan dari perhutani
untuk hak kelola dengan luas rata-rata setiap kepala keluarga adalah 5 x 50 meter.
Kebijakan ini diperoleh dari pemerintah desa yang bekerja sama dengan pihak
perhutani untuk memberikan ruang para petani untuk bercocok tanam ini agar bisa
menjadi salah satu sumber penghasilan. Dengan syarat mereka boleh menggunakan
lahan ini untuk ditanami namun tidak boleh mengganggu tanaman milik perhutani.
Para petani juga harus bekerjasama dengan perhutani, ketika permintaan
penanaman pohon yang mereka butuhkan seperti pohon pinus, sengon, mahoni.
Ketika pihak perhutani tidak menanggung resiko jika tanaman para petani mengalami
kekurangan pupuk, karena jarak tanaman yang berdekatan dengan pohon milik
perhutani.
Wilayah petani yang berada di dataran tinggi ini lebih cocok dengan pertanian
dengan sistem berkembang, yaitu pertanian yang berada di lahan kering seperti
perkebunan (perkebunan rakyat maupun modern) dan tanaman keras atau
holtikultura.3 Apabila terdapat tanaman di lahan sawah, umumnya dengan sistem tadah hujan. Sebagai akibat rendahnya dari tingkat produktivitas ini, menjadikan
wilayah atas atau dataran tinggi umunya tidak padat penduduk.
Kondisi fisik lahan pertanian juga memberikan pengaruh terhadap sistem
pertanian itu sendiri, salah satunya tinggi-rendahnya letak lahan. Lahan yang berada
3
3
di ketinggian (atas) umunya akan ditandai oleh tingkat keasaman tanah yang cocok
digunakan untuk pertanian yang bersifat tidak intensif.4 Tanaman singkong
mendominasi komoditas yang ditanam oleh masyarakat, sedangkan untuk tanaman
jagung dan padi ini terbagi menurut wilayah. Di dusun Soko mayoritas adalah petani
singkong dan padi, hal ini dikarenakan geografis mereka lebih banyak didominasi
tanah basah (sawah). Sedangkan dusun yang memeiliki ketinggian hampir 900 mdpl
seperti Banaran, ini lebih banyak yang membudidayakan tanaman singkong dan
jagung. Seperti yang terletak pada RT 27 Dusun Banaran yang mayoritas adalah
petani singkong, dan jagung,selain bentuk geografis yang lebih cocok untuk tanaman
jagung, faktor lain yang menjadi pendorong mereka yaitu untuk dijual dan dapat
digunakan sebagai pakan ternak.
Perbandingan masa tanam dan masa panen antara tanaman jagung dan padi juga
sama yaitu sekitar 3 bulan, sedangkan untuk singkong bisa mencapai 10-12 bulan.
Para petani melakukan kegiatan menanam pada bulan November sampai dengan
Desember karena pada bulan ini musim penghujan mengalami intensitas hujan yang
sangat tinggidan persiapan memasuki musim kemarau. Para petani memanfaatkan air
hujan pada akhir pergantian musim ini untuk memberikan asupan air yang cukup
pada tanaman singkong dan gogoh mereka.
Faktor ini menjadi salah satu resiko yang harus ditanggung petani, karena
mereka harus memberikan pupuk pada tanaman agar bisa menghasilkan dengan
jumlah yang melimpah. Pembelian pupuk harus lebih banyak karena pupuk yang
4
diberikan ini juga terserap oleh tanaman milik perhutani. Menurut ilmu ekologi,
makhluk hidup merupakan kesatuan atau sistem didalam lingkungannya. Tanah
merupakan faktor utama dalam membentuk kondisi lingkungan pertanian, karena
tanah merupaka sumber nutrisi untuk semua komponen kehidupan. Namun fakta ini
masih belum sepenuhnya dipahami oleh pelaku usahatanai sehingga perilaku
kesehariannya lebih cenderung menyukai tindakan-tindakan yang praktis.5
Keinginan untuk mendapatkan hasil panen yang cepat dan melimpah, petani
rela mengeluarkan biaya untuk pembelian pupuk yang sebenarnya itu membuat
semakin ketergantungan. Para petani di Desa Depok, khususnya Dusun Banaran ini
sudah terbiasa menghadapi harga pupuk yang hampir menghabiskan separuh dari
perolehan hasil singkong dan padi. Hama yang menyerang pada tanaman padi juga
mengharuskan petani untuk selalu menyemprotkan pestisida kimia untuk mengurangi
resiko gagal panen. Hama yang mereka alami biasanya potong leher, wereng, dan
walang. Perilaku penggunaan bahan kimia berupa pupuk dan pestisida ini menjadi
salah satu indikator masih lemahnya pengetahuan mereka dalam pembuatan pupuk
dan pestisida secara alami. Aspek kesuburan lahan mereka yang semakin
membutuhkan asupan pupuk yang lebih, karena sifat tanah jika menggunakan pupuk
kimia dari musim tanam tahun lalu dengan musim tanam sekarang minimal harus
sama seperti panen sebelumnya, bahkan bisa sampai meningkat karena kondisi tanah
sudah mulai mengeras (nyengkar). Kebiasaan membeli pupuk kimia dan pestisida
5
5
yang tidak bisa mereka tinggalkan menjadi penyebab keuntungan yang diperoleh
pada saat musim panen tidak bisa maksimal, sehingga petani juga harus mencari
alternatif lain untuk menutupi biaya pembelian pupuk dan pestisida ini.6
Pola pertanian di Indonesia, para petani bercocok tanam hanya sebagai
pemenuhan kebutuhan pangan mereka untuk musim selanjutnya sehingga dapat
dikatakan tergolong masih dibawah garis sejahtera. Selain dikonsumsi, sebagian dari
hasil pertanian mereka jual kepada tengkulak. Harga yang diberikan juga tergolong
rendah, sehingga para petani sulit untuk mendapatkan keuntungan yang lebih. Harga
penjualan singkong dipasar juga tergolong rendah, komoditas ini sudah banyak yang
membudidayakannya sehingga diperlukan pengolahan singkong untuk meningkatkan
harga jual, dengan harapan keuntungan petani dapat lebih meningkat daripada dijual
secara mentah.
Masyarakat yang bekerja pada sektor pertanian merupakan salah satu
penyumbang angka kemiskinan yang ada di Indonesia. Jika melihat kondisi
perekonomian di Desa Depok ini juga masih tergolong dibawah garis kemiskinan.
Hal ini dikarenakan pendapatan yang mereka peroleh dari sektor pertanian singkong,
jagung dan gogoh masih belum bisa meningkatkan kesejahteraan mereka, dengan
keuntungan minim selain pengeluaran pembelian pupuk dan pestisida juga terdapat
biaya pengeluaran yang harus dipenuhi oleh mereka seperti biaya buruh panen, biaya
untuk pengangkutan hasil panen (ojek panen) yang diperoleh ini mengingat jarak
antara lahan mereka dengan rumah cukup jauh. Selain itu tanaman singkong juga
6
6
memiliki masa panen yang cukup lama sehingga mereka tidak dapat menikmati hasil
pertanian mereka secara langsung. Mereka dapat menikmati hasil panen jagung
setelah tiga bulan dari musim tanam.
Pengangguran musiman ini biasanya dialami oleh para petani, mereka hanya
sibuk pada musim tanam dan musim panen saja. Tuntutan keluarga yang selalu
mengeluarkan belanja keluarga membuat para petani ini harus mencari pendapatan
lain untuk menutup biaya tersebut. Biasanya disela musim tanam dan panen ini terjadi
pada bulan Juni sampai dengan Agustus, mereka ke kota untuk menjadi pekerja
sementara di proyek-proyek fisik, seperti pembuatan jalan, gorong-gorong, kuli
bangunan.7
Secara aksiomatik, manusia ingin agar harkat dan martabatnya dapat
dipertahankan dan sekaligus diakui dan dihormarti oleh orang atau pihak lain. Karena
mempertahankan harkat dan martabat merupakan kebutuhan secara mandiri, sehingga
ketika seseorang bergantung pada orang lain maka harkat dan martabatnya rendah
dihadapan orang lain. Para petani juga menginginkan mereka mempunyai harkat dan
martabat yang dapat diakui orang lain, dengan mereka berusaha untuk secara mandiri
dapat memepertahankan harkat dan martabat mereka sendiri.8Dalam kenyataanya, pada saat ini masih terus berkembang dikalangan masyarakat beberapa etos kerja
yang kurang menunjang pembangunan moral bangsa, diantara beberapa sikap tersbut
yang dikemukakan adalah :
7
Sondang P. Siagian, Administrasi Pembangunan: Konsep, Dimensi, dan Strateginya, (Jakarta, PT Bumi Aksara, 2009), hal. 26
8
7
1) Budaya konsumtif, munculnya masalah ini disebabkan sulitnya mengajak
masyarakat untuk dapat menginvestasikan kekayaannya untuk hal-hal yang produktif,
kurang adanya disiplin sosial menyebabkan budaya komsumtif sering sekali
berkembang menjadi persaingan gaya hidup.9
2) Sikapnrimo,mentalitas sikapnrimo(menerima) dengan kerja yang dibatasi untuk
sekedar memenuhi kebutuhan hidup dan hanya berorientasi untuk hari ini tanpa
memperhitungkan hari depannya.10
3) Sikap status Oriented, sikap terhadap kerja yang hanya ditujukan semata-mata
kepada kependudukan dan lambang-lambangnya, merasa mempunyai legliasasi
terhadap derajat atau gelar.11
4) Sikap pasif terhadap hidup, hidup dipandang penuh dengan kesusahan, penuh
kesukaran, gampang menyerah dan berkeluh kesah.12
Beberapa etos kerja yang menjadi salah satu ciri masyarakat petani di Desa
Depok ini adalah sikap fokus pada kelemahan mereka yang berupa status seorang
petani singkong dan jagung. Mereka hanya berasumsi bahwa mereka hanya orang
biasa yang sulit untuk menjadi orang kaya. Namun para petani ini mempunyai
semangat dalam memenuhi kebutuhan hidup, mereka memaksa untuk tetap
melakukan pengolahan lahan menjadi sumber penghasilan mereka. Dengan luas lahan
9
Muchdarsyah Sinungan,Produktivitas : Apa Dan Bagaimana, (Jakarta, Bumi Aksara, 2003), hal. 5 10
Ibid. 11
Ibid. 12
8
yang diberikan perhutani yaitu sekitar 5 x 50 m, petani mendapatkan hasil panen
dengan rata-rata 5 Kw Singkong, dan 3 Kw jagung.
Harga jual singkong yang relatif rendah yaitu Rp. 500 sampai dengan Rp. 1000
dalam kondisi mentah, sedangkan mayoritas warga mengolah singkong menjadi
tepung tapioka dengan cara mengambil patinya13. Jenis singkong yang mejadi komoditas di Desa Depok ini masih tergolong singkong yang mengandung racun atau
biasa disebut telo pait, seperti singkong andera, sehingga untuk dijual mentah akan
sulit untuk mendapatkan harga jual yang tinggi. Oleh karena itu petani mengolah
singkong ini menjadi tepung tapioka (tepung kanji). Jika diolah menjadi tepung
tapioka, 5 kw singkong mentah akan diperoleh 80 kg pati dengan harga perkilo
adalah Rp. 3.600 sampai dengan Rp. 6.000, dan akan diperoleh 10 kg ampas
singkong hasil dari penyaringan yang sudah dikeringkan dengan harga jual Rp.
2.000/kg. Jika diakumulasikan hasil dari singkong yang diolah menjadi tepung
tapioka petani mendapatkan Rp. 80 x Rp. 6000 = Rp. 480.000 dan 10 x Rp. 2.000 =
Rp. 20.000 total Rp. 500.000 dari satu kali panen (10 bulan).Selain itu ptani juga
mendapatkan keuntungan kulit singkong yang telah terkelupas bisa menjadi salah
satu sumber pakan untuk ternak mereka, dengan melalui proses fermentasi.
Pada hasil penjualan jagung kering, petani menghasilkan rata-rata per musim
panen 1.5 kw, dengan harga jual sekitar Rp. 2.500 sampai dengan Rp. 3.000. Jika
diakumulasikan dari sektor hasil jagung petani Desa Depok mendapatkan hasil sekitar
13
9
150 x Rp. 3.000 = Rp. 450.000 dalam satu kali panen panen yaitu sekitar 3 bulan.
Namun petani hanya bisa melakukan penanaman satu kali, karena tanah sudah fokus
untuk pertumbuhan umbi singkong sehingga tidak bisa digunakan untuk melakukan
pembibitan. Jadi dalam satu tahun para petani mendapatkan penghasilan Rp. 950.000,
sedangkan biaya yang dikeluarkan oleh para petani untuk merawat tanaman singkong
dan jagung ini hampir dari setengah biaya pendapatan mereka, pasalnya mereka
masih menggunakan pupuk yang disuplai oleh pemerintah yaitu pupuk kimia seperti
pupuk urea dengan harga Rp. 110.000, phonska dengan harga Rp. 135.000 ,TS
dengan harga Rp. 105.000. Jika ditotal dalam satu musim panen, petani mengeluarkan
biaya sekitar Rp. 470.000 untuk pembelian pupuk dan pestisida.
Tabel 1.1
Biaya Operasional Petani
Sumber:diolah dari hasil fokus group diskusi (FGD) dengan warga Dusun Banaran di kediaman
Bapak Puryanto (47 th), pada tanggal 9 November 2016, pukul 10.00 WIB.
Hasil analisa keuntungan yang diperoleh oleh petani dalam jangka waktu satu
bulan, mereka mendapatkan penghsilan Rp. 40.000 dari sektor pertanian singkong
dan jagung ini. Dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari, petani juga mengeluarkan
Jumlah pengeluaran operasional lahan 5 x 50 m / Tahun
Jenis barang Jumlah Harga Total
Pupuk phonska 1 sak Rp.135.000 Rp. 470.000
Pendapatan per
Pupuk urea 1 sak Rp.110.000
Pupuk TS I sak Rp.105.000
Bibit Jagung ¼kg Rp.15.000
Pestisida (sidapos) 1 botol Rp.55.000
10
biaya untuk membeli kebutuhan untuk keluarga seperti biaya untuk membeli
kebutuhan mandi, bayar listrik, uang saku untuk anak-anak mereka maupun untuk
pembelian lauk pauk. Biaya yang dikeluarkan dalam pemenuhan kebutuhan
sehari-hari jauh lebih besar daripada pendapatan yang diperoleh mereka dari sektor
pertanian, sehingga mereka rela menjadi tenaga kasar di luar kota bahkan pulau.
Seperti hasil wawancara dengan ibu Astuti istri bapak Gunawan (36 tahun) yang
hidup dengan kedua anaknya. Besarnya pengeluaran daripada pendapatan membuat
petani harus bekerja lebih keras mengahasilkan sumber pendapatan alternatif yang
dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari, dengan memanfaatkan waktu luang ketika
akan memasuki musim panen tanaman mereka
Tabel 1.2
Survei Belanja Rumah Tangga
Biaya pengeluaran perbulan Belanja pangan
1. Beras/jagung/umbi2an - - Sendiri
2. Lauk pauk (ikan, telur,
dll)
½
kg / hari 7000 210.000
3. Aneka sayur -/bulan - Sendiri
4. Bumbu masak -/bulan 20.000/mgu 80.000
5. Minyak goreng -/bulan 12.000/mgu 48.000
6. Gula -/bulan 6000/mgu 24.000
7. Susu -/bulan - 122.000
Belanja energi, pendidikan, kesehatan, dan sosial.
1. Gas -/bulan - 17.000
2. Bbm motor -/bulan - 35.000
3. Listrik -/bulan - 64.000
4. Uang saku sekolah -/bulan - 150.000
11
6. Pulsa HP -/bulan - 10.000
Total Rp. 810.000
Sumber:diolah dari hasil wawancara survey belanja rumah tangga dengan Astuti (34 th) di
kediamannya, pada tanggal 3 desember 2016, pukul 11.00 WIB.
Hasil wawancara dengan Astuti, dapat dilihat bahwa biaya yang mereka
keluarkan untuk mencukupi kebutuhan dalam satu bulan mencapai Rp. 810.000. Dari
beberapa pengeluaran, lauk pauk merupakan pembelian yang paling banyak
mengeluarkan biaya, yaitu mencapai Rp. 210.000/bulan. Sedangkan untuk uang saku
anak menempati urutan terbesar kedua yaitu mencapai angka Rp. 150.000/bulan. Dan
yang lain juga masih banyak seperti pembelian susu untuk anak, BBM untuk
kendaraan motor.
Besarnya pendapatan dalam suatu keluarga yang diperoleh dari usahatani
tergantung dari beberapa faktor yang mempengaruhinya, salah satu faktor itu adalah
luas lahan yang digunakan untuk memproduksi dalam kegiatan usahatani.14 Jika dibandingkan dengan lahan yang dimiliki oleh para petani di Desa Depok ini masih
tergolong kecil, karena lahan mereka 5 x 50 meter belum dikurangi dengan
keberadaan tanaman milik perhutani.
Menurut L. Greenberg yang dikutip oleh Muchdarsyah, bahwa yang dimaksud
dengan produktivitas yaitu suatu perbandingan antara totalitas pengeluaran pada
waktu tertentu di bagi totalitas masukan selama periode.15Hasil panen yang diperoleh oleh petani dalam menanam singkong dan jagung ini perlu dilihat keefektivitasanya,
14
Hernanto,Ilmu Usaha Tani, (Jakarta: Penebar Swadaya, 1994), hal. 84 15
12
dibagi dengan totalitas biaya pengeluaran selama periode panen tersebut. Selain itu,
produktivitas yang ideal juga harus mampu mengikutsertakan pendayagunaan secara
terpadu antara sumber daya manusia dan keterampilan, barang modal teknologi,
manajemen, informasi, energi dan sumber-sumber lain yang dapat mengembangkan
dan meningkatkan standart hidup untuk seluruh masyarakat.16
Langkah-langkah pemberdayaan masyarakat dapat dibenarkan dengan
memerlukan peningkatan efektivitas kerja, dan juga tambahan pengetahuan untuk
dapat memaksimalkan potensi yang dimiliki petani selama ini. Dengan menggunakan
pendekatan Participatory Action Research (PAR) yaitu dimana masyarakat sebagai
subjek perubahan mereka dilibatkan langsung mulai dari awal kegiatan, penentuan
masalah utama yang sedang mereka alami sampai dengan akhir kegiatan. Peneliti
bersama masyarakat menitik beratkan pada fokus permasalahan penggunakan pupuk
kimia dan pestisida sebagai salah satu permasalahan disektor pertanian mereka.
Minimnya pengetahuan petani tentang bahaya akibat penggunaan bahan kimia yang
berkelanjutan, dan informasi yang diperoleh tentang pertanian menjadi salah satu
faktor peneliti untuk terlibat aktif dalam proses pemberdayaan.
B. Rumusan Masalah
Petani singkong dan jagung yang berada di Desa Depok, khususnya Dusun
Banaran adalah sebagian kecil dari petani yang ada di Trenggalek yang mengalami
ketergantungan pada pembelian pupuk kimia untuk tanaman mereka, sedangkan
pendapatan mereka dari sektor pertanian tergolong masih sedikit. Dari uraian di atas,
16
13
maka perlu melakukan pendampingan agar mereka mampu keluar dari
ketergantungan itu. Sehingga untuk mengurai permasalahan yang terjadi, maka perlu
pertanyaan penelitian sebagai berikut:
1. Bagaimana kondisi perekonomian petani singkong dan padi di Dusun Banaran
Desa Depok ?
2. Faktor apa yang menyebabkan rendahnya penghasilan petani di Dusun Banaran
Desa Depok ?
3. Bagaimana strategi yang efektif untuk memberdayakan petani dari rendahnya
pendapatan di Dusun Banaran Desa Depok ?
C. Tujuan Penelitian untuk Pemberdayaan
Penelitian aksi yang difokuskan pada permasalahan yang dialami oleh para
petani singkong dan jagung ini diharapkan mereka memahami:
1. Permasalahan yang sedang mereka alami yaitu rendahnya penghasilan dari
sektor pertanian di Dususn Banaran Desa Depok.
2. Faktor apa saja yang menyebabkan rendahnya penghasilan dari sektor pertanian
di Dusun Banaran Desa Depok.
3. Strategi yang digunakan untuk memecahkan permasalahan rendahnya
penghasilan dari sektor pertanian di Dusun Banaran Desa Depok ini.
D. Strategi Pemberdayaan 1. Analisis Masalah
Proses pemberdayaan masyarakat diperlukan analisis yang digunakan untuk
14
rendahnya ekonomi pertanian petani singkong dan jagung di Dusun Banaran ini
digunakan analisis pohon masalah. Langkah ini digunakan untuk memahami lebih
detail bagaimana permasalahan utama itu terjadi, dan disebabakan oleh permasalahan
pendukung, sampai pada permasalahan inti yang kemudian dilanjutkan dengan proses
perencanaan program. Dari beberapa temuan problem di lapangan peneliti bersama
15
Bagan. 1.1
Pohon Masalah Rendahnya Penghasilan Petani dari Sektor Pertanian
Sumber:diolah dari hasil fokus group diskusi (FGD) dengan warga Dusun Banaran di kediaman
Puryanto (47th), pada tanggal 9 November 2016, pukul 11.10.
Dari tabel pohon masalah yang terdapat di atas, permasalahan mendasar yang
dialami oleh petani adalah rendahnya penghasilan sektor pertanian. Rendahnya
penghasilan pada sektor pertanian. Fakta yang menunjukkan bahwa masih rendahnya Bertambahnya kebiasaan
Rendahnya penghasilan petani dari sektor pertanian di Dusun Banaran Desa Depok Kecamatan Bendungan
Tingginya tingkat
ketergantungan petani pada pembelian pupuk kimia dan pestisida kimia
Belum efektifnya
kelompok wanita tani
(KWT) Srikandi
dalam pemberdayaan petani
Rendahnya penguatan
pemerintah Desa
Depok terhadap sektor pertanian pupuk dan pestisida dari bahan oorganik
Belum adanya
penguatan kepada
bagian pengurus KWT Srikandi
Belum adanya inisiasi penguatan pemerintah
Desa Depok pada
16
pendapatan dari tanaman singkong dan jagung ini dapat dilihat dari biaya yang
dikeluarkan petani untuk pengolahan, perawatan dan proses pemanenan. Sedangkan
untuk hasil panen sendiri, petani rata-rata mendapatkan penghasilan dalam bentuk
rupiah sekitar Rp. 970.000 belum dikurangi dengan biaya selama ini mereka
menanam sampai dengan memanen. Bagaimana antara pemasukan dengan
pengeluaran dalam fakta ini sangat jauh.
Dan terdapat dua dampak yang dari permasalahan rendahnya pendapatan petani
dari sektor pertanian di Dusun Banaran Desa Depok ini, yaitu:
a) Tingginya tingkat ketergantungan petani pada pembelian pupuk kimia dan
pestisida kimia.Tingginya tingkat kemiskinan. Rendahnya perekonomian para petani
singkong dan jagung ini menjadi salah satu indikator mereka masih dalam kondisi
digaris kemiskinan. Upaya yang dilakukan mereka seperti merantau keluar kota atau
pulau bahkan keluar negeri seperti Malaysia mereka gunakan untuk mencukupi
kebutuhan mereka ketika menunggu musim panen. Selanjutnya mereka bergantung
pad hasil pertanian mereka yang masih rendah ini.
b) Tingginya budaya merantau. Budaya merantau dikalangan keluarga petani
sudah menjadi kebiasaan yang dilakukan oleh mereka. Kegiatan merantau ini mereka
lakukan untuk mencukupi kebutuhan keluarga mereka. Biasanya para kepala keluarga
(suami) bekerja menjadi tenaga kasar untuk proyek-proyek yang pendapatannya
sekitar Rp.80.000 dalam perhari, mereka gunakan sebagaian untuk mencukupi
kebutuhan mereka disana sebagian lainnya mereka kirimkan kepada keluarga mereka
17
dengan bulan Agustus, setalah itu mereka kembali ke desa untuk persiapan memanen
tanaman singkong dan jagung mereka.
Selanjutnya terdapat tiga penyebab rendahnya pendapatan petani dari sektor
pertanian di Dusun Banaran Desa Depok Kecamatan Bendungan, yaitu:
a) Tingginya tingkat ketergantungan petani pada pembelian pupuk kimia dan
pestisida kimia. Para petani beranggapan bahwa pupuk kimia lebih cocok dengan
keinginan mereka yaitu hasil panen bisa lebih cepat. Namun masih jarang petani yang
mengakumulasi pengeluaran mereka untuk pembelian bahan-bahan ini. Masih
banyaknya pengeluaran pupuk dan pestisda kimai ini dipengaruhi oleh minimnya
pengetahuan petani tentang pengolahan sumber daya alam yang mereka miliki.
Belum adanya pelatihan tentang pembuatan pupuk organik dan pestisida nabati secara
mandiri menjadi penyebab inti dari sektor ini.
b) Belum efektifnya kelompok wanita tani (KWT) dalam pemberdayaan petani.
Penyebab inti yang kedua yaitu masih belum efektifnya kelompok wanita tani yang
merupakan subjek pendampingan. Fungsi sebuah kelompok tani diharapkan dapat
memberdayakan para anggotanya untuk bisa berkembang dalam bidang pertanian,
namun pada fakta di lapangan, masih minimnya kegiatan kelompok tani yang
bertujuan untuk mensejahterakan para petani. Faktor yang menyebabkan ini salah
satunya dari bagaimana kesadaran para pengurus kelompok wanita tani dalam
mengemban kewajiban mereka sebagai orang yang dipercaya untuk dapat melakukan
pemberdayaan melalui kelompok wanita tani. Dan minimnya kesadaran dari para
18
mereka dalam melakukan kewajiban sebagai pengurus, sehingga diperlukan
penguatan melalui para pengurus-pengurus kelompok tani ini.
c) Rendahnya penguatan pemerintah Desa Depok terhadap sektor pertanian.
Rendahnya penguatan pemerintah Desa Depok pada para petani ini dibuktikan
minimnya adanya kegiatan-kegiatan pemerintah dalam memberdayakan para petani di
Dusun Banaran, umunya di Desa Depok. Faktor yang menyebabkan rendahnya
penguatan pemerintah pada sektor pertanian ini karena beluam ada yang
mengadvokasi kebijakan pemerintah. Selama ini kelompok tani yang ada di Desa
Depok masih bergantung pada program yang diberikan oleh dinas pertanian seperti
pemberian bibit singkong atau jagung, dan kegiatan tahunan seperti simpan pinjam
pada kelompok tani yang biasanya dilakukan para petani satu tahun sekali. Belum ada
yang menginisiasi tentang kebijakan ini menjadi penyebab tidak adanya penguatan
dari pemerintah terhadap petani.
2. Analisis Tujuan
Analisis tujuan yang dilakukan pendamping bersama para petani, dengan
menjadikan permasalahan yang telah diketahui menjadi acuannya. Dari analisis
pohon maslahan dapat disimpulkan bahwa belum ada pihak-pihak yang melakukan
pendampingan pada para petani agar lebih meningkat dalam sektor penghasilannya.
Dan belum adanya pihak yang menginisiasi pemerintah desa untuk memberikan
penguatan pada sektor pertanian. Sehingga para petani bersama pendamping
melakukan upaya pemecahan permasalahan yang terjadi, adapaun uraianya adalah
19
Bagan. 1.2
Analisis Tujuan tentang Rendahnya Penghasilan Petani dari Sektor Pertanian
Sumber:diolah dari hasil fokus group diskusi (FGD) dengan warga Dusun Banaran di rumah Bapak
Puryanto (47th), pada tanggal 9 November 2016, pukul 11.20.
Adapun tujuan yang ingin dicapai oleh para petani bersama pendamping yaitu
berkurangnya jumlah kebiasaan merantau di kalangan keluarga petani, dan juga Berkurangnya kebiasaan
merantau di kalangan keluarga pertani
Berkurangnya jumlah
kemiskinan di kalangan petani
Tingginya penghasilan petani dari sektor pertanian di Dusun Banaran Desa Depok Kecamatan Bendungan
Depok terhadap sektor pertanian
20
berkurangnya jumlah kemiskinan di kalangan para petani. Untuk mencapai tujuan ini,
ditunjang dengan beberapa faktor tujuan mendasar yang lain yaitu:
a) Adanya pelatihan pembuatan pupuk organik dan pestisida nabati. Sebagai upaya
untuk meningkatkan sumber daya manusia para petani agar mempunyai keterampilan
dalam mengoptimalkanan pertanian mereka. faktor ini dianggap sangat memberikan
berperan penting dalam kemajuan sumber daya manusia para petani.
b) Adanya penguatan pada pengurus KWT Srikandi. Pada sektor lembaga
diharapkan kelompok wanita tani Srikandi yang merupakan subjek pendampingan
dapat lebih efektif dalam melakukan kegiatannya untuk membantu memberdayakan
para petani dari kaum wanita.
c) Adanya inisiasi penguatan pemerintah Desa Depok terhadap sektor pertanian.
Faktor ini juga diharapkan mampu memunculkan kebijakan yang dapat membantu
meningkatkan kesejahteraan para petani melalui kelompok-kelompok tani yang ada di
Desa Depok.
E. Analisis Startegi Program
Proses untuk mencapai tujuan diperlukan beberapa strategi yang terstruktur.
Pada kegiatan pemberdayaan para petani ini, untuk memperjelas alur pikiran peneliti
dalam mencapai tujuan-tujuan yang ada bersama mereka, berikut adalah kerangka
21
Bagan 1.3
Kerangka Berfikir dalam Pemberdayaan Petani dari
Rendahnya Penghasilan Sektor Pertanian
Sumber:diolah dari hasil fokus group diskusi (FGD) dengan anggota KWT Srikandi di kediaman
Bapak Sugeng (52th), pada tanggal 22 November 2016, pukul 10.30.
Tabel di atas menunjukan langkah-langkah pendamping bersama para petani
dalam melaksanakan program pendampingan. Berawal dari permasalahan kemudian
dilanjutkan dengan membuat harapan atau tujuan yang direalisasikan dengan
No. Masalah Harapan Proses Hasil
22
program. Dengan berpedoman tabel ini, diharapkan pendamping dan para petani
dapat melakukan program sesuia dengan permasalahan yang terjadi, dan lebih mudah
untuk melakukan evaluasi pada hasil yang dicapai, dan menjadikan hasil evaluasi
sebagai pedoman untuk langkah kedepannya.
F. Sistematika Pembahasan
Adapun pembahasan skripsi ini terdiri dari IX Bab yang mencakup dari awal
sampai dengan akhir laporan, dan diuraikan sebagai berikut:
BAB I Pendahuluan, pada bab ini yang menjelaskan tentang judul yang
digunakan dalam penelitian ini, dengan mencakup beberapa hal penting mengenai
latar belakang terjadinya masalah di Desa Depok yang merupakan lokasi penelitian,
tujuan dan strategi program yang dilakukannya dalam riset pendampingan. Serta
melihat sistematika pembahasan yang akan digunakan dalam laporan skripsi ini.
BAB II Kajian Teori dan Penelitian yang Relevan. Pada bab ini membahas
tentang teori yang digunakan dalam sebuah pemberdayaan self help dan penjelasan
dengan penelitian terdahulu yang relevan.
BAB III Metodologi Penelitian. Pada bab ini membahas tentang metode yang
digunakan, yaitu membahas tentang metode Participatory Action Research (PAR)
yang digunakan dalam riset, prosedur dalam penelitian, subjek pendampingan,
teknik-teknik dalam pendampingan, teknik pengumpulan data, teknik validasi data,
teknik analisa data dan analisa stakeholder atau pihak-pihak yang terkait dalam
23
BAB IV Gambaran Umum Lokasi Pendampingan. Membahas tentang
gambaran secara umum tentang lokasi yang digunakan pendampingan. Dengan
menjelaskan tentang profil Desa Depok secara geografis, demografis yang mencakup
jumlah penduduk, tingkat ekonomi, pendidikan, sosial budaya, agama dan
menjelaskan bagaimana pertanian singkong dan jagung di Desa Depok yang
merupakan komoditas tanaman mereka.
BAB V Temuan Problem. Pada bab membahas tentang analisa situasi
problematik yang terjadi di Desa Depok meliputi tingkat penggunaan pupuk kimia
dan pestisida pada pertanian singkong, padi dan jagung, kegiatan sehari-hari
masyarakat, analisis pengeluaran masyarakat tentang pertanian dan rendahnya
pemahaman tentang bahaya pengguanaan pupuk kimia dan pestisida disertai
minimnya keterampilan dalam mengoptimalkan potensi yang ada.
BAB VI Dinamika Aksi Perubahan. Pada bab ini membahas tentang proses
dalam melakukan pendekatan kepada pihak-pihak yang terkait dalam proses
pendampingan, dengan harapan dapat memberikan kontribusi yang diperlukan oleh
para petani.
BAB VII Aksi Perubahan Untuk Meningkatkan Ekonomi Petani. Bab ini
memberikan penjelasan tentang strategi yang akan digunakan sebagai alternatif untuk
memecahkan problem yang terjadi yaitu ketergantungan petani singkong dan jagung
terhadap pemakain pupuk kimia dan pestisida kimia. Dan memberikan pemahaman
kepada para petani tentang besarnya biaya operasional pemupukan dan pestisida
24
BAB VIII Analisis dan Refleksi.Pada bab ini membahas tentang analisis teori
dan refleksi metodologi yang telah digunakan pada aksi-aksi yang dilakukan.
BAB IX Simpulan. Pada bab ini membahas tentang kesimpulan dan
rekomendasi dari proses pendampingan bersama petani singkong dan jagung di Desa
Depok, Kecamatan Bendungan Kabupaten Trenggalek yang telah ditulis dalam
25
BAB II KAJIAN TEORI
A. Pengertian Pemberdayaan
Pengertian pemberdayaan yang dikemukakan oleh Mc. Ardle yang dikutip
oleh Harry Hikmat yaitu sebagai proses pengambilan keputusan orang-orang yang
secara konsekuen melaksanakan keputusan-keputusan yang telah diambil tersebut.
Orang-orang yang telah mencapai tujuan kolektif diberdayakan melalui
kemandiriannya, bahkan merupakan sebuah keharusan untuk lebih diberdayakan
melalui usaha mereka sendiri dan akumulasi pengetahuan, keterampilan dan
sumber daya lainnya. Hal itu dalam rangka mencapai tujuan mereka tanpa
bergantung pada pertolongan eksternal. Namun pengertian yang dikemukakan
oleh Mc. Ardle bukan bertujuan untuk mencapai sebuah tujuan semata, namun
lebih mementingkan makna sebuah proses dalam pengambilan keputusan sebagai
langkah untuk mencapai tujuan.17
Istilah lain keberdayaan dalam konteks pengembangan masyarakat adalah
kemampuan individu yang bersenyawa dengan invidu-individu lainnya dalam
masyarakat untuk membangun keberdayaan diri mereka yang bersangkutan.
Memberdayakan masyarakat adalah langkah atau proses mengupayakan
unsur-unsur keberdayaan dalam masyarakat sehingga mereka mampu meningkatkan
harkat dan martabat dan keluiar dari sebuah ketergantungan yang mengkondisikan
17
26
mereka dalam perangkap kemiskinan dan keterbelakangan, atau dengan istilah
lain memandirikan masyarakat.18
Menurut Parsons yang dikutip oleh Suharto, pemberdayaan yaitu sebuah
proses dengan mana orang menjadi cukup kuat untuk berpartisipasi dalam
berbagai pengontrolan atas, mempengaruhi terhadap kejadian-kejadian serta
lembaga-lembaga yang mempengaruhi kehidupannya. Pemberdayaan
menekankan bahwa orang memperoleh keterampilan-keterampilan, pengetahuan
dan kekuasaan yang cukup untuk mempengaruhi kehidupanya dan orang lain yang
menjadi perhatiannya. Sedangkan pendapat Ife yang dikutip oleh Suharto,
pemberdayaan bertujuan untuk meningkatkan kekuasaan orang-orang yang lemah
atau tidak beruntung. Para petani sebagai orang-orang yang lemah, diberdayakan
agar mereka mampu meningkatkan kekuasaan mereka atas potensi yang mereka
miliki. Kekuasaan mereka mampu keluar dari ketergantungan pada pupuk kimia
dan pestisida kimia.19
Pengertian lain, pemberdayaan atau pengembangan sumber daya manusia
adalah upaya memperluas pilihan bagi masyarakat, memberikan kemampuan pada
masyarakat untuk bisa memikir lebih baik untuk jangka panjang. Sehingga ini
dapat diartikan masyarakat diberdayakan untuk melihat dan memilih sesuatu yang
bermanfaat bagi dirinya. Belajar bersama mereka untuk belajar dengan
menyederhanakan sesuatu yang sulit mereka pahami, dengan memakai logika
mereka sendiri, sehingga dapat dikatakan bahwa masyarakat yang berdaya adalah
18
Anwar,Manajemen Pemberdayaan Perempuan(Bandung: Alfabeta, 2007), hal. 1 19
27
yang dapat memilih dan mempunyai kesempatan untuk mengadakan
pilihan-pilihan.20
Pemberdayaan sebagai sebuah proses masyarakat untuk melakukan
perubahan-perubahan yang telah terencana, seperti yang dirinci oleh Lippit dan
Riant dalam Mardikanto, yaitu langkah-langkah yang perlu dilakukan
pemberdayaan adalah sebagai berikut:
a) Penyadaran masyarakat, yaitu sebuah kegiatan untuk menyadarkan
masyarakat tentang keberlangsungan mereka yang bukan hanya sebagai makhluk
individu dan anggota masyarakat, namun juga kapasitas dalam lingkungan sosial,
budaya, dan ekonomi. Sehingga mereka mempunyai pemikiran yang lebih jauh
bagaimana dampak yang akan dihadapi mereka ketika sebuah permasalahan itu
terus berlangsung. Seperti yang dialami oleh para petani di Dusun Banaran yang
merupakan sebagian kecil petani dari Desa Depok yang telah merasa nyaman
dengan pemakaian pupuk dan pestisida kimia, dengan hasil pertanian yang instant
dan lebih mudah membentuk karakterisitik petani menjadi berubah dari yang
tradisional menjadi modern.21
b) Menunjukkan adanya masalah yang dialami oleh masyarakat. Proses ini
merupakan langkah yang bersamaan dengan langkah penyadaran masyarakat,
dengan menunjukkan permasalahan yang sebenarnya sedang mereka alami.
Permasalahan ini biasanya menyangkut pada sisi kelemahan petani salah satunya
20
Nanih Machendrawaty dkk,Pengembangan Masyarakat Islam,(Bandung: Remaja Rosdakarya, 1994) hal. 42
21
28
pada sumber daya manusia yang lemah, dan minimnya pemaksimalan kekuatan
yang mereka miliki.22
c) Membantu pemecahan masalah. Belajar bersama masyarakat untuk
menanalisa permasalahan yang sedang mereka hadapi, langkah ini perlu dilakukan
bersama mereka sehingga mereka juga akan belajar dalam memahami
permasalahan mereka. Melakukan analisis akar masalah, alternatif solusi, serta
pilihan alternatif paling mungkin.23
d) Menunjukkan pentingnya perubahan, bahwa mereka perlu melakukan
perubahan yang merupakan keniscayaan yang harus mereka antisipasi. Perubahan
yang mereka hadapi belum tentu kearah yang baik, namun jika sebuah
permasalahan sosial itu dibiarkan maka tidak menutup kemungkinan mereka akan
mengalami ketidakberdayaan.24
e) Melakukan pengujian dan demonstrasi. Kegiatan ini dilakukan untuk
mengetahui aktifitas pemberdayaan paling bermanfaat yang beresiko terkecil.
Sebuah pembelajaran bagi masyarakat untuk mendidik mereka dalam melakukan
perubahan kecil yang bisa memberikan dampak yang lebih baik bagi mereka. Uji
coba pupuk dan pestisida yang telah dibuat, diharapkan bisa menjadi tolak ukur
keberhasilan dalam pelatihannya.25
Pemberdayaan masyarakat juga harus mempunyai tahapan-tahapan yang
dapat dijadikan sebuah pedoman dalam proses pemberdayaan. Menurut Azis yang
22 Ibid. 23
Ibid. 24
Ibid. 25
29
dikutip oleh Alfitri dalam buku “Community Development Teori dan Aplikasi”
memberikan panduan tahapan pemberdayaan sebagai berikut:
1). Membantu masyarakat menemukan masalahnya26
2). Melakukan analisis masalah tersebut secara mandiri.27 3). Menentukan skala prioritas masalah.28
4). Mencari solusi atas masalah.29
5). Implementasi penyelesaian masalah.30 6). Evaluasi.31
Secara konseptual, Aziz juga menambahkan agar dalam proses
pemberdayaan masyarakat diharapkan mampu memenuhi beberapa hal berikut:
1. Learning by doing. Pemberdayaan adalah proses belajar, dan terdapat tindakan
konkrit yang kontinyu dan dampaknya apa terlihat. Proses belajar para petani
mulai dari kegiatan pengolahan data, sampai dengan evaluasi program diharapkan
bisa menjadi motivasi mereka untuk belajar terus. Dari pengalaman tersebut,
dampak apa yang dirasakan oleh para petani.32
2. Problem solving. Pemberdayaan harus memberikan pemecahan masalah
krusial pada waktu yang tepat. Kegiatan pemberdayaan yang dilakukan ini,
diharapkan bisa membantu para petani keluar dari permasalahan ketergantungan
pada pupuk dan pestisida kimia.33
26
30
3. Self evaluation. Pemberdayaan harus mampu mendorong masyarakat
melakukan evaluasi secara mandiri. Pada kegiatan evaluasi, para petani difasilitasi
oleh pendamping agar mereka mampu menilai hasil yang telah dicapai. Dengan
harapan mereka mampu menjadikan kegagalan yang ada sebagai panduan untuk
proses pemberdayaan kedepan.34
4. Self development and coordination. Pemberdayaan agar mendorong
pengembangan diri dan melakukan koordinasi dengan pihak lain secara luas.
Proses penguatan pada kelompok wanita tani, diharapkan para pengurus mampu
melakukan koordinasi dengan pihak-pihak lain yang dapat memberikan penguatan
pada para petani.35
5. Self selection. Pemberdayaan menumbuhkan kemandirian dalam menetapkan
langkah kedepan. Para petani mulai menunjukan langkah-langkah untuk
melakukan program ke depan, yaitu dengan mengusulkan kegiatan penanaman
sayuran sebagai pemanfaatan pupuk alami yang telah mereka hasilkan.36
Menurut Soetomo, dalam proses pemberdayaan masyarakat diperlukan
langkah-langkah pendekatan sebagai berikut, yaitu:
1. Sentralisasi menjadi desentralisasi. Desentralisasi dalam hal ini diarahkan
pada bentuk kewenangan masyarakat untuk melakukan kontrol terhadap
pengambilan keputusan dan sumber daya. Desentralisasi ini berarti mencakup
lapisan masyarakat miskin akar rumput, bukan semata berhenti pada elit lokal
setempat. Kekuasaan yang selama ini terpusat pada penyuplai pupuk kimia dan
34 Ibid. 35
Ibid. 36
31
pestisida kimia, diharapkan dapat dikuasai oleh masyarakat petani dengan
keterampilan yang mereka miliki.37
2. Top down menjadi bottom up. Pendekatan pemberdayaan cenderung
mengutamakan alur dari bawah ke atas. Proses dan mekanismenya dapat melalui
dua kemungkinan, yaitu identifikasi masalah dan kebutuhan masyarakat direspon
sendiri oleh masyarakat bersangkutan dalam bentuk program pembangunan yang
direncanakan dan sekaligus dilaksanakan oleh masyarakat. Kemudian identifikasi
masalah dan kebutuhan masyarakat diakomodir oleh pemerintah untuk
dimasukkan kedalam program pembangunan pemerintah. Pengadvokasian pada
penguatan kebijakan pemerintah Desa Depok dilakukan dengan menerima usulan
dari para petani.38
3. Uniformity menjadi variasi lokal. Pendekatan pemberdayaan sangat
memberikan toleransi kepada variasi lokal atau kearifan lokal, dengan demikian
program-program yang dirumuskan dan dilaksanakan sangat berorientasi pada
permasalahan dan kondisi serta potensi setempat.39
4. Sistem komando menjadi proses belajar. Pendekatan pemberdayaan
memosisikan masyarakat lebih berkedudukan sebagai subyek atau aktor, dalam
hal ini, proses belajar yang dilakukan untuk meningkatkan inisiatif merupakan
rangkaian pemantapan kapasitas. Peningkatan kapasitas ini bermakna pengakuan
akan kemampuan para petani untuk melakukan langkah-langkah menuju
keberdayaan atas sumber daya yang mereka miliki.40
37
Soetomo,Pemberdayaan Masyarakat, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2011), hal. 72 38
Ibid. 39
Ibid. 40
32
5. Ketergantungan menjadi keberlanjutan. Pemberian kewenangan kepada
masyarakat dalam pengelolaan pembangunan akan lebih mendorong tumbuh
kembangnya inisiatif dan kreatifitas yang memacu keberlanjutan. Pelatihan yang
dilakukan diharapkan bisa menjadi modal petani untuk menjaga keberlanjutan
kegiatan pemberdayaan ini.41
6. Social exclusion menjadi sosial inclution. Seluruh lapisan masyarakat
terutama lapisan bawah, mendapatkan peluang yang sama dalam berpartisipasi
pada semua proses kehidupan, dalam mengakses semua pelayanan, serta dalam
mengakses sumber daya dan informasi.42
Pemberdayaan petani dilakukan dengan menyentuh langsung pada
sektor-sektor yang penting. Dan dalam program peningkatan kesejahteraan petani,
terdapat beberapa sektor penting yang menjadi fokus revitalisasi, adapun sektor
itu adalah:
1. Revitalisasi sistem penyuluhan pertanian secara intensif perlu dikoordinasikan
dengan pemerintah daerah baik itu provinsi maupun kabupaten. Pada pihak
penyuluh lapangan Desa Depok, diharapkan mampu memberikan penguatan pada
para petani secara intensif. Sehingga para petani mempunyai keterampilan yang
lebih.43
2. Penumbuhan dan penguatan lembaga pertanian dan pedesaan untuk
meningkatkan posisi tawar petani. Lembaga kelompok tani di Desa Depok juga
41 Ibid. 42
Ibid. 43
33
diharapkan mampu memberikan penguatan pada hasil panen mereka, sehingga
harga panen mereka bisa berada dikondisi yang tinggi.44
3. Penyederhanan mekanisme dukungan kepada petani dan pengurangan
hambatan usaha tani. Pihak pemerintah Desa Depok diharapkan dapat
melancarkan kegiatan untuk penguatan petani.45
4. Perlindungan terhadap petani dari persaingan usaha yang tidak sehat dan
perdagangan yang tidak adil, pengembangan upaya pengentasan kemiskinan.
Permasalahan yang biasa dialami oleh petani, yaitu harga hasil panen mereka
mudah ditawar oleh para tengkulak. Lemahnya perlindungan petani pada sektor
hasil panen juga perlu dilakukan penguatan.46
B. Konsep Produktivitas
Secara umum produktivitas dapat diartikan sebagai hubungan hasil nyata
maupun fisik (barang-barang atau jasa) dengan masuknya yang sebenarnya.
Misalnya produktivitas adalah ukuran efesiensi produktif, jadi bagaimana kegiatan
sebuah produksi yang memiliki perhitungan waktu yang cukup efesien sehingga
dapat meningkatkan hasil dari produksi tersebut. Produktivitas juga dapat
diartikan sebagai cara pemanfaatan secara baik terhadap sumber-sumber daya
dalam memproduksi barang-barang.
Menurut L. Greenberg yang dikutip oleh Muchdarsyah, produktivitas
merupakan perbandingan antara totalitas pengeluaran pada waktu tertentu dibagai
44 Ibid. 45
Ibid. 46
34
totalitas masukan selama periode tersebut.47 Sedangkan pengertian produktivitas
menurut Hasibuan yaitu perbandingan antara hasil (output) dengan masukan
(input).48 Jika Produktivitas naik ini hanya dimungkinkan oleh adanya peningkatan efisiensi (waktu-bahan-tenaga) dan sistem kerja, teknik produksi dan
adanya peningkatan keterampilan dari tenaga kerjanya. Bagaimana suatu
peningkatan ekonomi pertanian didukung dengan adanya efesiensi bahan, jika
dilihat pada lingkungan Desa Depok, terdapat banyak sekali kotoran ternak yang
masih belum dimaksimalkan untuk menunjang pengeluaran dari pembelian pupuk
kimia yang selama ini mereka lakukan. Selain itu keefesiensian waktu juga
mendorong petani untuk mencari alternatif jenis singkong yang mampu
berkembang dengan waktu yang sama namun memberikan keuntungan yang lebih
besar.
Menurut Riyanto secara teknis produktivitas adalah suatu perbandingan
antara hasil yang dicapai (output) dengan keseluruhan sumber daya yang
diperlukan (input).49 Produktivitas mengandung pengertian perbandingan antara hasil yang dicapai dengan peran tenaga kerja persatuan waktu.
Ada tiga faktor produksi menurut ekonom klasik dalam pembangunan
ekonomi, yaitu: tanah, pekerja, dan modal. Menurut mereka, tanah terdapat dalam
jumlah yang tetap, tidak tergantung pada tingkat harganya. Artinya harga dapat
47
Muchdarsyah Sinungan,Produktivitas:Apa dan Bagaimana,(Jakarta: Bumi Aksara, 2003), hal. 12
48
Hasibuan Malayu Manajemen Dasar, Pengertian dan Masalah, (Jakarta: PT Toko Gunung Agung, 1996), hal.126
49
35
naik turun, tetapi jumlah tanah yang ditawarkan tidak akan berubah.50 Bahkan kualitas tanah juga akan mempengaruhi pada hasil yang akan diperoleh. Semakin
subur tanah yang digunakan, maka hasil yang diperoleh juga akan mengalami
peningkatan. Selain itu faktor tenaga kerja juga harus diperhatikan sebagai tenaga
kerja dengan modal, bagaimana kefektivitasan waktu tenaga yang mereka
keluarkan untuk mengolah modal dengan keuntungan yang mereka peroleh.
Faktor yang mempengaruhi pembangunan ekonomi di Indonesia salah
satunya adalah produktivitas yang rendah, dalam penjelasanya bahwa rendahnya
produktivitas dipengaruhi oleh kualitas manuisa dan sumber daya alam. Namun
yang lebih penting pada permasalahan di Desa Depok ini yaitu bagaimana
angkatan kerja sebagai petani ini mempunyai kualitas yang baik. Syarat yang
dibutuhkan untuk mencapai angkatan kerja yang mempunyai kualitas baik adalah
bila penduduk ini tidak buta huruf, sehat, cukup makan, kuat dan terlatih,
sehingga jika kualitas sumber daya manusia sudah baik, maka faktor sumber daya
alam tidak begitu penting dalam pembangunan ekonomi.51
Faktor lain yang mempengaruhi adalah jumlah kapital yang sedikit. Kapital
adalah semua bentuk kekayaan yang dapat digunakan, langsung maupun tidak
langsung, dalam produksi untuk menambahoutput, dengan kata lain kapital terdiri
dari barang-barang yang akan dibuat penggunaan produksi pada masa yang akan
datang yang meliputi pabrik-pabrik, bangunan-bangunan, dan alat-alat.52Sehingga kelangkaan kapital ini berarti mutlak dalam hubunganya dengan investasi yang
50
S. Mulyadi, Ekonomi Sumber Daya Manusia dalam Perspektif Pembangunan, (Jakarta: Rajagrafindo Persada, 2003), hal.194
51
Irawan, dkk.Ekonomika Pembangunan,(Yogyakarta: BPFE, 2002), hal. 286 52
36
menguntungkan. Karena produktivitas tenaga kerja di negara berkembang rendah,
berarti pendapatan negara tersebut juga rendah dan berdampak pada tabungan
sebagai pembentuk kapital yang rendah. Keadaan ini disebut dengan lingkaran
setan (vicious circle) yang dapat dilihat pada gambar di bawah ini53: Bagan. 2.1
Lingkaran Setan (vicious circle)
Dari gambar di atas dapat dilihat, bahwa rendahnya pendapatan disebabkan
oleh rendahnya tingkat produktivitas yang rendah. Sehingga mengakibatkan
tingkat konsumsi yang bergizi untuk masyarakat juga rendah, dengan kata lain
masyarakat hanya berputar dalam pemenuhan kebutuhan makanan saja sehingga
tabungan yang mereka miliki juga terbatas dikarenakan pemenuhan kebutuhan
hidup mereka sehari-hari. Hal ini yang mempengaruhi rendahnya investasi kapital
53
Ibid.hal. 288
Sumber daya alam belum banyak diolah: penduduk
37
dan kemanusiaan yang rendah. Dan berdampak pada sumber daya alam yang
kurang dimanfaatkan secara maksimal.
Siklus ini dapat digunakan untuk melihat bagaimana kehidupan masyakarat
di Desa Depok yang mempunyai pendapatan rendah, faktor yang
mempengaruhinya salah satunya yaitu tingkat produktivitas pertanian mereka
yang rendah.
Para ahli ekonomi di negara-negara maju atau belum maju mereka
berpendapat bahwa pertumbuhan ekonomi tidak hanya bersumber dari tingkat
kapital yang mereka miliki. Sumber-sumber kapital dapat diperoleh dari
penggunaan kelebihan tenaga kerja yang ada di dalam masyarakat, yaitu dengan
cara menggeser kelebihan tenaga kerja sektor pertanian pada sektor yang lain. Jadi
sumber fisik dapat diperoleh dari swadaya masyarakat, contohnya penggunaan
tenaga kerja yang kurang produktif dapat dialihkan untuk pembangunan
jalan-jalan desa, saluran air dipedesaan, dan sebagainya.54 Sebagai pemenuhan
produktivitas diperlukan sarana yang dapat meningkatkannya, sarana jalan Desa
Depok yang masih banyak belum dibangun untuk memudahkan akses menuju
lokasi lahan mereka. Kondisi geografis membuat para petani kesulitan
mengangkut hasil panen mereka. Sebagai contoh, ketika memanen hasil singkong
mereka tidak mengambil keseluruhan secara bersama, hal ini dikarenakan untuk
mengangkut singkong mereka harus berjalan kaki.
Faktor pemenuhan kapital dapat dilakukan dengan cara lain, yaitu
pemenuhan kapital dapat dilakukan dengan cara meningkatkan aspek wirausaha.
54
38
Pendapat Joan Robinson yang dikutip oleh Irawan bahwa dimana ada usaha
wiraswasta, maka dana (kapital) akan mengikutinya. Ketika keinginan untuk
berinvestasi sudah sangat kuat, namun kapital masih sangat rendah maka akan
ditemukan usaha-usaha yang akan dapat mengumpulkan kapital itu sendiri.55 Sebagian kecil dari masyarakat Desa Depok, ada yang bekerja sebagai wirausaha
penjual keripik. Mereka produksi dengan memanfaatkan hasil pertanian yang ada
di desa mereka, singkong yang diolah menjadi keripik dan tepung tapioka, jagung
yang diolah menjadi marning56, dan pisang yang diolah menjadi sale57 atau keripik, mereka menjual hasil produksi ini keluar desa sebagai pemenuhan
kebutuhan sehari-hari mereka, selain menunggu pertanian mereka panen.
C. Konsep Pendapatan
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) pendapatan adalah hasil
kerja (usaha atau sebagainya).58 Sedangkan pendapatan yang diterjemahkan oleh kamus manajemen adalah uang yang diterima oleh perorangan, perusahaan, dan
oraganisasi lain dalam bentuk upah, gaji, sewa, bunga, komisi, ongkos, dan laba.59 Pendapatan seseorang juga dapat didefinisikan sebagai banyaknya
penerimaan yang dinilai dengan satuan mata uang yang dapat dihasilkan
seseorang atau suatu bangsa dalam periode tertentu. Reksoprayitno
mendefinisikan bahwa pendapatan (revenue) dapat diartikan sebagai total
penerimaan yang diperoleh pada periode tertentu. Dengan demikian dapat
55
Ibid,hal. 127 56
Makanan ringan yang berasal dari jagung yang digoreng. 57
Pisang yang digoreng dengan dicampur gula. 58
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1998), hal. 185
59
39
disimpulkan bahwa pendapatan sebagai jumlah penghasilan yang diterima oleh
para anggota masyarakat untuk jangka waktu tertentu sebagai balas jasa atau
faktor-faktor produksi yang telah disumbangkan.60
David Ricardo di dalam masyarakat ekonomi dapat digolongkan menjadi 3,
yaitu kapitalis, buruh, tuan tanah. Golongan kapitalis merupakan pemegang peran
yang paling penting karena selalu mencari keuntungan dan menginvestasikan
kembali pendapatanya untuk akumulasi kapital yang mengakibatkan naiknya
pendapatan nasional. Sedangkan buruh merupakan golongan terbesar dan
tergantung dari kapitalis. Dan tuan tanah hanya menerima sewa dari golongan
kapitalis atas tanah yang disewakan. Namun keuntungan golongan kapitalis ini
tidak bisa terus menerus berkembang, karena dengan bertambahnya jumlah
penduduk dan akumulasi kapital yang terus menerus megakibatkan tanah yang
subur menjadi kurang jumlahnya atau semakin langka adanya.61Pendapatan yang
mereka terima juga berbeda-beda yaitu upah untuk golongan buruh, sedangkan
sewa untuk golongan tuan tanah dan keuntungan untuk golongan kapitalis. Dari
pembagian ini, agar diketahui pendapatan manakah yang mempunyai pengaruh
besar terhadap pembangunan ekonomi, jika pendapatan nasional berupa
keuntungan maka perkembangan ekonomi akan semakin pesat.
Masyarakat petani Desa Depok dapat dilihat sebagai golongan kapitalis dan
buruh, dan tuan tanah. Karena merekalah yang berperan untuk meningkatkan
pendapatan mereka selama ini. Mereka bekerja bertani untuk mencukupi
kebutuhan sehari-hari mereka, dengan mengajak anggota keluarga mereka yang
60
Rekso Prayitno,Sistem Ekonomi dan Demokrasi Ekonomi,(Jakarta: Bina Grafika, 2004), Hal. 79
61
40
lain untuk mengelola lahan. Sedangkan jika dilihat dari golongan tuan tanah,
masyarakat petani mengelola lahan yang didapatkan dari pihak perhutani tanpa
dipungut biaya sedikitpun.
Keterampilan dalam meningkatkan produksi juga diperlukan sebagai salah
satu cara untuk meningkatkan pendapatan. Adam Smith juga berpendapat bahwa
adanya spesialisasi atau pembagian kerja. Spesialisasi dalam proses produksi ini
akan dapat meningkatkan keterampilan tenaga kerja, dan ditemukannya alat-alat
yang akhirnya dapat mempercepat dan meningkatkan produksi.62 Keterampilan para petani dalam meningkatkan pendapatan masih tergolong tradisional, mereka
mengelola hasil pertanian mereka dengan pengetahuan yang diperoleh dari orang
tua. Sehingga pendapatan juga masih sama dengan keadaan orang tua mereka
dahulu, tanpa ada peningkatan.
Petani di pedesaan khususnya petani kecil sangat tergantung dari pendapatan
di sektor non pertanian sehingga kaitan keberhasilan sektor pertanian dan non
pertanian di pedesaan menjadi sangat kental. Soekartawi menjelaskan pendapatan
akan mempengaruhi banyaknya barang yang dikonsumsikan, bahwa sering kali
dijumpai dengan bertambahnya pendapatan, maka barang yang dikonsumsikan
bukan hanya bertambah, tapi juga harus memperhatikan kualitas produk.63
Keluarga pada umumnya terdiri dari seorang kepala keluarga dan beberapa
orang anggotanya. Kepala rumah tangga adalah orang yang paling
bertanggungjawab terhadap rumah tangga tersebut, sedangkan anggota keluarga
atau rumah tangga adalah mereka yang hidup dalam satu atap dan menjadi
62
Ibid,hal. 23 63
41
tanggungan kepala rumah tangga yang bersangkutan. Tingkat pendapatan rumah
tangga merupakan indikator yang penting untuk mengetahui tingkat hidup rumah
tangga. Umumnya pendapatan rumah tangga di pedesaan tidak berasal dari satu
sumber, tetapi berasal dari dua atau lebih sumber pendapatan. Tingkat pendapatan
tersebut diduga dipengaruhi oleh pemenuhan kebutuhan dasar rumah tangga
petani. Seperti yang dikemukakan oleh Toweulu bahwa untuk memperbesar
pendapatan, seseorang anggota dari keluarga dapat mencari tambahan pendapatan
dari sumber lain selain pertanian untuk membantu kepala keluarga sehingga
pendapatannya dapat bertambah.64
Tingkat pendapatan juga dipengaruhi oleh tingkat pendidikan. Pendapatan
petani dapat dikategorikan sesuai dengan umur dan jenis kelamin, sebagai contoh
seperti yang ditulis oleh Mulyadi dalam buku “Ekonomi Sumber Daya Manusia
dalam Perspektif Pembangunan”upah bersih pekerja sektor pertanian pada tahun
2000 dapat dilihat pada tabel di bawah ini:65 Tabel. 2.1
Upah Bersih Pekerja Sektor Pertanian Menurut Tingkat Pendidikan dan
Jenis Kelamin Tahun 2000
64
Sudarman Toweulu,Ekonomi Indonesia, (Jakarta: Raja Grafindo, 2001), hal. 3 65
S. Mulyadi, Ekonomi Sumber Daya Manusia dalam Perspektif Pembangunan, (Jakarta: Rajagrafindo Persada, 2003), hal. 215
No. Tingkat pendidikan Rata-rata upah bersih sebulan (Rp)
42
Pada tabel di atas menunjukkan bahwa rata-rata pendapatan atau upah yang
diperoleh oleh petani di kalangan orang tua yang berpendidikan rendah ialah
Rp.200.000. sedangkan untuk yang berpendidikan sampai Universitas mencapai
hampir Rp. 900.000. sehingga dapat dibenarkan bahwa tingkat pendidikan
mempunyai dampak pada pendapatan yang diperoleh seorang petani.
Pada tabel di atas juga dapat diketahui, bahwa usaha tani memberikan
penjelasan peran para petani. Para petani mempunyai peran di dalam usaha
taninya, beberapa diantaranya yaitu:
a) Sebagai produsen (petani subsistem), berusaha tani untuk menghasilkan
produksi yang setinggi-tingginya untuk kepentingan sendiri.66
b) Sebagai pengusaha, berusaha tani untuk mendapatkan keuntungan yang
setinggi-tingginya.67
c) Buruh tani, seseorang yang menyediakan jasa berupa tenaga kerja untuk
mendapatkan upah.68
Jika peran petani sebagai pengusaha, maka akan membantu meningkatkan
pendapatan nasional, sedangkan jika hanya menjadi produsen maka posisi mereka
akan mangalami satgnan. Dan ketika peran petani berposisi pada buruh, maka ini
indikator rendahnya kesejahteraan keluarga petani tersebut.
Petani diharapkan mampu melakukan analisa usaha tani yang mereka
lakukan, dengan cara menganalisa pada setiap komoditas tanaman yang mereka
66