Un d a n g - Un d a n g N o. 4 4 Pr p . Ta h u n 1 9 6 0
Te n t a n g : Pe r t a m b a n g a n M in y a k D a n Ga s Bu m i
Presiden Republik I ndonesia
Menim bang :
a. Bahw a m inyak dan gas bum i m em punyai fungsi yang am at pent ing unt uk
pem bangunan m asyarakat adil m akm ur, dibandingkan dengan bahan-bahan galian yang lain;
b. Bahwa produksi m inyak dan gas bum i m erupakan cabang- cabang
produksi yang am at pent ing bagi negara dan m enguasai haj at hidup orang banyak baik langsung m aupun t idak;
c. Bahw a m inyak dan gas bum i m em punyai art i yang khusus unt uk
pert ahanan nasional;
d. Bahwa persoalan- persoalan m engenai m inyak dan gas bum i m engandung
aspek- aspek int ernasional;
e. Bahw a berhubung dengan hal- hal t ersebut diat as, pert am bangan m inyak
dan gas bum i perlu diat ur dalam suat u perat uran t ersendiri;
f. Bahwa perat uran pelaksanaan daripada Dekrit Presiden t anggal 5 Juli
1959, ket ent uan dalam pasal 33 undang- Undang Dasar dan Manifest o Polit ik Republik I ndonesia, sebagai yang dit egaskan dalam pidat o Presiden t anggal 17 Agust us 1960;
g. Bahwa karena keadaan m em aksa soal t ersebut perlu diat ur dengan
perat uran pem erint ah penggant i undang- undang;
Mengingat :
1. Pasal 33 ayat 2 dan 3 Undang- Undang Dasar;
2. Pasal 9 Perat uran Pem erint ah Penggant i Undang- Undang t ent ang
pert am bangan No. 37 t ahun 1960 ( Lem baran Negara t ahun 1960 No. 119) ;
3. I ndische Mij nw et st bl. 1899 No. 214 j o St bl. 1906 No. 434
Mendengar :
Musyawarah Kabinet Kerj a pada t anggal 18 Okt ober 1960;
Cat at an :
Dengan UU No. 1/ 1961 sem ua UU Darurat dan Perat uran Pem erint ah Penggant i Undang- Undang dit et apkan j adi Undang- Undang. Unt uk set erusnya peraat uran ini dibaca dengan Undang- Undang No. 44 Prp t ahun 1960.
Mem ut uskan : Menet apkan :
BAB I I STI LAH- I STI LAH
Pasal 1
Dalam Perat uran Pem erint ah Penggant i Undang- Undang ini yang dim aksud dengan :
a. m inyak dan gas bum i :
bahan- bahan galian m inyak bum i, aspal, lilin bum i, sem ua j enis bit um en baik yang padat m aupun yang cair dan sem ua gas bum i sert a sem ua hasil- hasil pem urnian dan pengolahan bahan- bahan galian ant rasit dan segala m acam bat u bara, baik yang t ua m aupun yang m uda;
b. hak t anah :
hak at as sebidang t anah sepert i yang dim aksudkan dalam Undang-Undang No. 5 t ahun 1960 t ent ang pokok- Pokok Agraria;
c. ekplorasi :
segala cara penyelidikan geologi pert am bangan unt uk m enet apkan adanya dan keadaan bahan- bahan galian m inyak dan gas bum i;
d. eksploit asi :
pekerj aan pert am bangan dengan m aksud unt uk m enghasilkan bahan-bahan galian m inyak dan gas bum i dengan j alan yang lazim ;
e. pem urnian dan pengolahan :
usaha unt uk m em pert inggi m ut u dan unt uk m em peroleh bagian- bagian bahan- bahan galian m inyak dan gas bum i yang dapat dipergunakan;
f. pengangkut an :
segala usaha pem indahan bahan- bahan galian m inyak dan gas bum i dari daerah- daerah eksploit asi at au t em pat - t em pat pem urnian dan pengolahan;
g. penj ualan :
segala usaha penj ualan bahan- bahan galian m inyak dan gas bum i dan hasil- hasil pem urnian dan at au pengolahan;
h. kuasa pert am bangan :
wewenang yang diberikan kepada Perusahaan Negara unt uk m elaksanakan usaha pert am bangan m inyak dan gas bum i;
i. Ment eri :
Ment eri yang lapangan t ugasnya m eliput i urusan pert am bangan m inyak dan gas bum i;
j . Wilayah hukum pert am bangan I ndonesia :
Seluruh kepulauan I ndonesia, t anah dibawah perairan I ndonesia, m enurut perat uran pem erint ah penggant i undang- undang no. 4 t ahun 1960 dan daerah- daerah kont inent al dari kepulauan I ndonesia;
k. Perusahaan Negara :
BAB I I
KETENTUAN- KETENTUAN UMUM
Pasal 2
Segala bahan galian m inyak dan gas bum i yang ada di dalam wilayah hukum pert am bangan I ndonesia m erupakan kekayaan nasional yang yang dikuasai oleh negara.
Pasal 3
( 1)Menyim pang dari ket ent uan- ket ent uan sepert i yang t erm akt ub dalam
pasal 4 Undang- undang t ent ang Pert am bangan, m aka pert am bangan m inyak dan gas bum i hanya diusahakan oleh negara;
( 2)Usaha pert am bangan m inyak dan gas bum i dilaksanakan oleh Perusahaan
Negara sem at a- m at a.
Pasal 4
Usaha pert am bangan m inyak dan gas bum i dapat m eliput i : a. eksplorasi;
b. eksplot asi;
c. pem urnian dan pengolahan;
d. pengangkut an;
e. penj ualan;
BAB I I I
KUASA PERTAMBANGAN
Pasal 5
( 1)Kuasa pert am bangan dit et apkan dan diat ur dalam perat uran yang
m endirikan perusahaan it u.
( 2)Penunj ukan bat as bat as wilayah kuasa pert am bangan besert a syarat
-syarat nya dit et apkan oleh pem erint ah at as usul m ent eri.
Pasal 6
( 1)Ment eri dapat m enunj uk pihak lain sebagai kont rakt or unt uk perusahaan
negara apabila diperlukan unt uk m elaksanakan pekerj aa- pekerj aan yang belum at au t idak dapat dilaksanakan sendiri oleh perusahaan negara yang bersangkut an selaku pem egang kuasa pert am bangan.
( 2)Dalam m engadakan perj anj ian karya dengan kont rakt or sepert i yang
dim aksud dalam ayat 1 diat as Perusahaan Negara harus berpegang pada pedom an pedom an , pet unj uk pet unj uk dan syarat - syarat yang diberikan.
( 3)Perj anj ian karya yang t ersebut pada ayat 2 diat as m ulai berlaku sesudah
Pasal 7
( 1) Kuasa pert am bangan t idak m eliput i hak t anah at as perm ukaan
bum i.
( 2) Pekerj aan kuasa pert am bangan t idak boleh dilakukan di wilayah
yang dit ut up unt uk kepent ingan um um .
( 3) Lapangan pekerj aan kuasa pert am bangan t idak m eliput i :
a. t em pat - t em pat kuburan, t em pat - t em pat yang dianggap suci,
pekerj aan- pekerj aan um um , um pam anya j alan- j alan um um , j alan keret a api, saluran air, list rik gas dan sebagainya.
b. Lapangan t anah sekit ar lapangan- lapangan dan
bangunan-bangunan pert ahanan.
c. Tem pat t em pat pekerj aan usaha pert am bangan lain;
d. Bangunan- bangunan, rum ah- rum ah t em pat t inggal at au
pabrik-pabrik besert a t anah- t anah pekarangan sekit arnya, kecuali dengan ij in yang berkepent ingan.
( 4) Dengan t idak m engurangi ket ent uan- ket ent uan yang dim aksud
dalam ayat 3 pasal ini, m aka dalam hal ini dianggap sangat perlu unt uk kepent ingan pekerj aan pem egang kuasa pert am bangan, pem indahan bangunan- bangunan pekerj aan um um dapat dilakukan at as beban pem egang kuasa pert am bangan set elah diperoleh ij in dari yang berw aj ib.
BAB I V
PENGEMBALI AN WI LAYAH KUASA PERTAMBANGAN
Pasal 8
( 1)Pem egang kuasa pert am bangan dapat m enyerahkan kem bali sebagian
at au seluruh wilayah pert am bangannya dengan pernyat aan t ert ulis kepada m ent eri.
( 2)Pernyat aan t ert ulis yang dim aksud dalam ayat 1 diat as disert ai dengan
alasan- alasan yang cukup apa sebabnya pernyat aan it u disam paikannya
( 3)Pengem balian wilayah pert am bangan yang dim aksud dalam ayat 1 pasal
ini baru sah set elah diset uj ui oleh m ent eri.
Pasal 9
Pasal 10
Apabila sebagian at au seluruh wilayah pert am bangan dibalikkan m aka perusahaan negara yang bersangkut an m enyerahkan kepada m ent eri sem ua klise dan bahan- bahan pet a, gam bar- gam bar ukuran t anah dan sebagainya yang bersangkut an dengan pelaksanaan usaha pert am bangan.
BAB V
HUBUNGAN KUASA PERTAMBANGAN DENGAN HAH- HAK TANAH
Pasal 11
Mereka yang berhak at as t anah diwaj ibkan m em perkenankan pekerj aan pem egang kuasa pert am bangan at as t anah yang bersangkut an, j ika kepadanya :
a. sebelum pekerj aan dim ulai dengan diperlihat kannya surat kuasa
pert am bangan at au salinan yang sa, diberit ahukan t ent ang m aksud dan t em pat pekerj aan “ pekerj aan it u dilakukan” ;
b. diberi gant i kerugian at au j am inan akan penggant ian kerugian it u t erlebih
dahulu.
Pasal 12
( 1)apabila ada hak yang bukan hak negara at as sebidang t anah yang
bersangkut an, dengan wilayah/ kuasa pert am bangan m aka kepada yang berhak diberikan gant i kerugian dan at au sum bangan yang j um lahnya dit ent ukan oleh m ent eri, unt uk penggant ian sekali dan at au unt uk selam a hak it u t idak dapat dipergunakan.
( 2)Apabila yang bersangkut an t idak dapat m enerim a penunt ut an m ent eri
yang dim aksud dalam ayat 1 pasal ini, m aka sum bangan dan at au gant i kerugian it u dit ent ukan oleh pengadilan negeri.
( 3)Sum bangan dan at au gant i kerugian yang dim aksud dalam pasal ini
besert a segala biaya yang berhubungan dengan it u dibebankan pada pem egang kuasa pert am bangan yang bersangkut an.
Pasal 13
Kewaj iban unt uk m em beri sum bangan at aupun gant i kerugian t idak berlaku t erhadap m ereka yang yang m endirikan bangunan- bangunan, m enanam t um buh- t um buhan dan lain- lain diat as t anah yang t erm asuk w ilayah pert am bangan pert am bangan m inyak dan gas bum i, dengan m aksud m em peroleh uang sum bangan dan at au gant i kerugian.
Pasal 14
at au bagian bagiannya t idak dapat diberikan hak t anah kecuali dengan perset uj uan m ent eri.
BAB VI
PUNGUTAN- PUNGUTAN NEGARA
Pasal 15
( 1)Pem egang kuasa pert am bangan m em bayar kepada negara iuran past i,
iuran eksplorasi dan at au eksploit asi dan at au pem bayaran- pem bayaran lainnya yang berhubungan pem berian kuasa pert am bangan dengan pem berian kuasa pert am bangan.
( 2)Perincian dan besarnya pungut an- pungut an negara yang t ersebut dalam
ayat 1 diat as diat ur dengan Perat uran Pem erint ah.
BAB VI I I
PENGAWASAN PERTAMBANGAN MI NYAK DAN GAS BUMI
Pasal 16
Tat a usaha dan pengawasan pekerj aan- pekerj aan dan pelaksanaan usaha pert am bangan m inyak dan gas bum i dipusat kan pada depart em en yang lapngan t ugasnya m eliput i pert am bangan m inyak dan gas bum i.
Pasal 17
( 1)Depart em en yang dim aksuda dalam pasal 16 t ersebut diat as m elakukan
pengawasan dan penelit ian begit u pula m enent ukan syarat - syarat dan ij in penem pat an t erhadap t enaga- t enaga ahli asing yang akan dipekerj akan dalam perusahaan m inyak dan gas bum i dengan t idak m engurangi t ugas dari lain j aw at an/ inst ansi.
( 2)Syarat - syarat dan ij in penem pat an t erhadap t enaga- t enaga t ersebut
dalam ayat 1 pasal ini, diberikan dengan m em perhat ikan keadaan dan keahliannya sert a sem angat dan cit a- cit a nasional unt uk m enduduki j abat an- j abat an pent ing dalam perusahaan m inyak dan gas bum i sesuai dengan rencana pendidikan kej uruan dan keadaan yang nyat a dalan m asyarakat .
( 3)Dalam m elakukan t ugas t ersebt u dalam pasal 1 dan ayat 2 pasal ini,
BAB VI I I
KETENTUAN- KETENTUAN PI DANA
Pasal 18
( 1)Dihukum dengan hukum an penj ara selam a- lam anya 10 t ahun dan at au
dendaset inggi- t ingginya lim a rat us ribu rupiah barang siapa yang t idak m em punyai kuasa pert am bangan m elaksanakan usaha pert am bangan sepert i dim aksud dalam pasal 4 perat uran pem erint ah penggant i undang – undang ini.
( 2)Dihukum dengan hukum an kurungan selam a- lam anya sat u t ahun dan
at au dengan denda set inggi- t ingginya lim apuluh ribu rupiah barang siapa yang m elaksanakan usaha pert am bangan m inyak dan gas bum i sebelum m em enuhi kewaj iban- kewaj iban t erhadap yang berhak at as t anah m enurut perat uran pem erint ah penggant i undang – undang ini.
Pasal 19
Dihukum dengan hukum an kurungan selam a- lam anya t iga bulan dan at au dengan denda set inggi- t ingginya sepuluh ribu rupiah barang siapa yang berhak at as t anah m erint angi at au m engganggu pelaksanaan usaha pert am bangan m inyak dan gas bum i yang sah.
Pasal 20
Dihukum dengan hukum an kurungan selam a- lam anya t iga bulan dan at au dengan denda set inggi- t ingginya sepuluh ribu rupiah :
a. pem egang kuasa pert am bangan yang t idak m em enuhi syarat syarat yang
berlaku m enurut m enurut perat uran pem erint ah penggant i undang – undang ini dan at au surat keput usan m ent eri yang diberikan berdasarkan m enurut perat uran pem erint ah penggant i undang – undang ini.
b. Pem egang usaha pert am bangan yang t idak m elakukan perint ah-
perint ah dan at au pet unj uk- pet unj uk yang berwaj ib berdasarkan m enurut perat uran pem erint ah penggant i undang – undang ini.
Pasal 21
( 1) Jikalau pem egang kuasa pert am bangan at au wakilnya adalah suat u
badan hukum , m aka hukum an t erm aksud dalam pasal 18, 19, dan 20 perat uran ini dij at uhkan kepada para anggot a pengurus.
( 2) Tindak pidana yang dim aksud dalam pasal 18 ayat 1 perat uran ini
BAB I X
KETENTUAN- KETENTUAN PERALI HAN
Pasal 22
( 1) Sem ua hak- hak pert am bangan perusahaan- perusahaan m inyak
dan gas bum i yang bukan perusahaan negara, yang diperoleh berdasarkan perat uran- perat uran yang ada sebelum perat uran pem erint ah penggant i undang- undang ini m em punyai kuasa hukum , t et ap dapat dij alankan unt uk suat u t enggang wakt u yang sesingkat - singkat nya.
( 2) Pem egang hak- hak pert am bangan berdasarkan perat
uran-perat uran yang t ersebut dalam ayat 1 diat as didahulukan dalam pert im bangan penunj ukan sebagai kont rakt or yang dim aksud dalam pasal 6 perat uran pem erint ah penggant i undang- undang ini unt uk w ilayah- w ilayah pert am bangan m ereka sekarang.
( 3) Perat uran- perat uran yang dim aksud dalam ayat 1 diat as dicabut
pada saat berakhirnya t enggang wakt u yang dim aksud dalam ayat t ersebut .
( 4) Hak- hak pert am bangan perusahaan negara yang m asih ada pada
saat berlakunya perat uran pem erint ah penggant i undang- undang inim enj adi kuasa –kuasa pert am bangan m inyak dan gas bum i yang bersangkut an pada saat - saat perat uran- perat uran dikeluarkan unt uk it u m asing- m asing sepert i yang dim aksud dalam pasal 5 perat uran pem erint ah penggant i undang- undang ini.
BAB X
KETENTUAN- KETENTUAN PENUTUP
Pasal 23
Perat uran pem erint ah penggant i undang- undang ini dapat disebut “ PERATURAN PERTAMBANGAN MI NYAK DAN GAS BUMI ” .
Pasal 24
perat uran pem erint ah penggant i undang- undang ini m ulai berlaku pada hari diundangkan.
Dit et apkan di Jakart a
pada t anggal 26 Okt ober 1960
t t d
SOEKARNO
Dium um kan pada t anggal 26 Okt ober 1960 Sekret aris Negara
Tt d TAMZI L
PENJELASAN ATAS UNDANG- UNDANG No. 44 TAHUN 1960 TENTANG PERTAMBANGAN MI NYAK DAN GAS BUMI
UMUM
1. Hubungan bum i dan air wilayah I ndonesia dengan bangsa I ndonesia
adalah abadi.
Bangsa I ndonesia t idak dapat dipisahkan daripada wilayah. Bum i dan air I ndonesia adalah sat u dengan bangsa I ndonesia.
Kekayaan alam yang t erkandung di dalam bum i dan air w ilayah I ndonesia adalah hak bangsa I ndonesia dan m erupakan kekayaan nasional.
Dengan ayat 3 pasal 33 undang- undang dasar Republik I ndonesia, m aka bangsa I ndonesia m em beri kekuasaan kepada Negara Republik I ndonesia unt uk m engat ur, m em elihara dan m enggunakan kekayaan nasional t ersebut sebaik- baiknya agar t ercapai m asyarakat I ndonesia yang adil dan m akm ur. Adapun wewenang negara unt uk m enguasai it u m eliput i penguasaan, walaupun dem ikian t idak m elayani, apabila negara m enyerahkan pelaksanaan kekuasaan it u kepada yang dapat m enj alankannya, asalkan negara dapat m enj am in hubungan bangsa I ndonesia dengan wilayah yang abadi it u sert a kedudukan Negara Republik I ndonesia yang diberikan hak m enguasai kekayaan nasional t ersebut .
2. Penyerahan pelaksanaan kekuasaan negara at as kekayaan nasional
galian m aka dalam dalam perat uran pem erint ah penggant i undang-undang t ent ang Pert am bangan Minyak dan Gas Bum i ini pelaksanaan kekuasaan negara it u disebut pengusahaan, dan yang m enj alankan pengusahaan it u pelaksanan pengusahaan.
3. Bahan galian m inyak dan gas bum i bukan saj a m em punyai sifat - sifat
khusus, akan t et api hasil- hasil pem urnian dan pengolahannya adalah pent ing bagi haj at hidup orang banyak dan pert ahanan nasional. I t u sebabnya dit ent ukan, bahwa pengusahaan m inyak dan gas bum i hanya dapat diselenggarakan oleh negara dan pelaksanaan pengusahaan it u hanya dilakukan oleh Perusahaan Negara, agar kem anfaat an bahan galian m inyak dan gas bum i dapat t erj am in dalam rangka penyusunan m asyarakat I ndonesia yang adil dan m akm ur dan dalam pem bangunan Negara Republik I ndonesia yang j aya, lagi kuat .
4. Berhubung Negara Republik I ndonesia m em punyai hak m enguasai,
m aka t idaklah dapat diberikan kepada Perusahaan Negara hak- hak lain yang lebih daripada m enguasai it u. I t u sebabnya, didalam perat uran pem erint ah penggant i undang- undang t ent ang Pert am bangan Minyak dan Gas Bum i ini, yam g dapat diberikan kepada Perusahaan Negara adalah kuasa usaha pert am bangan at au secara ringkas disebt u kuasa pert am bangan. Dengan dem ikian, m aka dapat lah dinyat akan, bahwa sungguh- sungguh hak konsesi dan hak-hak lain at as wilayah pert am bangan m inyak dan gas bum i berdasarkan “ I ndische m ij nwet ” . St bl. 1899 No. 214 j o 1906 No. 434, sebagaim ana diubah dan dit am bah t idak berlaku lag, oleh karena hak-hak it u sepert i yang yang t ersebut dalam Manifest o Polit ik t idak sesuai lagi dengan alam pikiran bangsa I ndonesia.
5. Perusahaan asing selam a ini m em peroleh hak- hak konsesi at as
unt uk m em peroleh dan m enarik m odal yang cukup dalam t araf perindust rian m inyak dan gas bum i pada dewasa ini, m aka perj anj ian karya t ersebut harus disahkan dengan undang- undang sebelum nya dapat berlaku.
6. Perat uran pem erint ah penggant i undang- undang ini t idak m em uat
ket ent uan- ket ent uan t ent ang isi perj anj ian ant ara perusahaan negara dengan perusahaan asing sebagai kont rakt or it u, oleh karena syarat -syarat yang yang diperlukan dalam hubungan ini pokoknya akan t ergant ung pada berbagai m acam fakt a yang ada pada ket ika perj anj ian it u m asing- m asing dibuat , m isalnya pot ensi wilayah pert am bangan yang hendak dikerj akan, kem anapun perusahaan asing yang bersangkut an unt uk m enyediakan keahlian dan m odal yang diperlukan sert a penj ualan m inyak dan gas bum i yang akan dihasilkan. Berhubung dengan it u, oleh perat uran ini diserahkan seluruhnya kepada pem erint ah bagaim ana m enurut kebij aksanaan isi t iap- t iap perj anj ian karya set elah pert im bangan penawaran-penawaran berbagai perusahaan- perusahaan asing t erhadap suat u w ilayah pert am bangan yang t ert ent u besert a sem au fakt a- fakt a yang ada.
7. Kuasa pert am bangan yang dapat diberikan t idak m eliput i hak- hak
t anah perm ukaan bum i yang bersangkut an hukum agraria nasional. Akan t et api t idak akan j arang t erj adi bahwa kuasa pert am bangan yang t ert ent u,s sehingga perlu diat ur hubungan ant ar kedua it u. Penyelesaian yang diberikan oleh perat uran m inyak dan gas bum i ini adalah bahwa hak t anah t idak t erhapus oleh adanya kuasa pert am bangan at as sebidang t anah yang bersangkut an, akan t et api
m engingat pent ingnya pert am bangan yang hendak dilakukan,
perat uran ini m enghendaki agar pem egang hak t anah j angan m em akai hak t anahnya selam a kuasa pert am bangan dij alankan pada t anah yang bersangkut an. Kerugian yang diderit a oleh pem egang hak t anah karenanya, harus digant i oleh pem egang kuasa pert am bangan yang berkepent ingan berupa gant i rugi kerugian dan at au sum bangan yang dapat dit ent ukan oleh m ent eri secara yang seadil adilnya berdasarkan keadaan t iap soal khusus dan apabila yang m enderit a kerugian t idak puas akan penent uan m ent eri m aka pengadilan negerilah yang m em beri put usan yang m enent ukan. Dengan dem ikian m aka hak m em pergunakan t anah it u akan hidup kem bali sepenuhnya, j ika pert am bangan t idak dilakukan lagi pada t anah yang bersangkut an. Dalam pada it u hendaknya diperhat ikan bahwa hak- hak yang diperoleh at as sebidang t anah yang dit am bang berdasarkan suat u kuasa pert am bangan hanyalah dapat t erj adi, apabila dipert im bangkan lebih dulu oleh pem erint ah.
8. Perat uran pem erint ah penggant i undang- undang ini m engandung j iwa
yang sam a sekali berlainan dengan asas- asas yang m enj adi pokok-pokok pikiran daripada “ I ndische Mij nwet ” besert a perat uran-perat uran lain yang berlaku selam a ini. Perat uran pem erint ah
penggant i undang- undang ini m eninggalkan pandangan yang
m encapai kem akm uran yang adil bagi bangsa I ndonesia. Perat uran ini t idak m em benarkan bahwa kebagiaan orang seorang dapat t ercapai oleh orang seorang sendiri denga hak- haknya secara yang adil, dan t idak dapat m enerim a, bahwa kekayaan seorang warga negara yang dapat dikum pulkannya bersandarkan kebebasan yang penuh benar-benar j uga berart i kekayaan nasional. Bagi perat uran ini cara unt uk m em peroleh m asyarakat I ndonesia yang m akm ur dan adil bukan dengan j alan yang m elalui dan m engut am akan orang seorang akan t et api dengan usaha yang t erut am a diwaj ibkan pada negara republik I ndonesia sepert i yang dikem ukakan oleh ayat 3 dan ayat 2 pasal 33 UUD 1945 dengan pengert ian “ dikuasai oleh negara” it u. I t u sebabnya perat uran “ Mij nordonannt ie” dan yang t im bul dari alam pikiran yang liberalist is, kapit alis dan individualist is it u secapat - cepat nya harus dihilangkan, agar dalam pem baharua hidup bangsa I ndonesia j angan t erdapat dua alam pikiran yang saling bert ent angan. Akan t et api unt uk m enj am in j angan sam pai perindust rian m inyak dan gas bum i I ndonesia m engalam i st agnasi yang t idak diinginkan m aka perat uran ini diberikan wakt u peralihan yang dit ent ukan dengan Perat uran Pem erint ah.
9. Perusahaan negara yang t elah m elaksanakan kuasa pert am bangan
t idak dapat dikat akan m elakukan pekerj aan- pekerj aan pert am bangan sebagai pem ilik wilayah pert am bangan yang bersangkut an, sehingga t erhadap sem ua hasil pekerj aan pert am bangannya harus ada ket ent uan –ket ent uan lebih dulu at au sesudahnya dari pem erint ah t ent ang bagaim ana bent uk dan besarnya penggant ian j asa yang t elah disum bangkannya kepada negara RI dan bangsa I ndonesia. Penggant ian j asa t erhadap pekerj aan eksplorasi dan at au pem urnian dan pengolahan at aupun dengan penj ualan inilah yang baru m enj adi m ilik perusahaan negara. Pengert ian ini dikehendaki oleh Perat uran pem erint ah penggant i undang- undang ini berhubung it u adalah sebagai akibat yang seharusnya daripada ket ent uan bahwa bahan – bahan galian bum i I ndonesia adalah hak bangsa dan m erupakan kekayaan nasional.
10. Agar perindust rian m inyak dan gas bum i I ndonesia sungguh- sungguh
berart i bagi haj at hidup orang banyak sepert i yang dikem ukakan oleh ayat 2 pasal 22 UUD, m aka perat uran pem erint ah penggant i undang-undang ini m engisyafi, bahw a sat u- sat unya j alan unt uk it u adalah m em perbesar produksi perindust rian m inyak dan gas bum i I ndonesia secepat - cepat nya agar supaya :
a. Dapat diat asi pert am bahan kebut uhan m inyak bum i unt uk konsum si dalam negeri sebagai akibat pert am bahan penduduk dan pelaksanaan indust rialisasi dalam pem bangunan sem est a I ndonesia ( perubahan st rukt ur ekonom i I ndonesia) ;
b. Kebut uhan I ndonesia akan devisen unt uk Pem bangunan Sem est a dapat dipenuhi;
c. Dapat diadakan perim bangan yang m engunt ungkan ant ara konsum si dalam negeri I ndonesia dari ekspor I ndonesia;
e. Pendapat an negara yang berasal dari perusahaan perusahaan m inyak dapat diperbesar;
f. Persoalan pengangguran dapat dipecahkan;
g. Pendapat an nasional dan incom e per capit a I ndonesia yakni st andar of living di I ndonesia dapat dinaikkan.
Akan t et api cara m elakukan pengusahaan m inyak dan gas bum i I ndonesia haruslah disandarkan pada ayat 3 pasal 33 UUD dan pada m anifest o polit ik. Cara inilah yang diat ur dalam perat uran pem erint ah penggant i undang-undang ini dengan t idak m elupakan bahwa produksi m inyak dan gas bum i I ndonesi harus diperbesar selekas- lekasnya. Dengan dem ikian m aka perusahaan negara nant i akan m em peroleh m asing- m asing kuasa pert am bangan m inyak dan gas bum i pada beberapa wilayah pert am bangan yang t ert ent u m enurut kuasa pert am bangan it u m asing- m asing sert a perusahaan m inyak asing hanya dapat m em punyai st at us kont rakt or saj a berdasarkan suat u at au beberapa perj anj ian karya dengan perusahaan negara yang bersangkut an
PASAL DEMI PASAL
Pasal 1
Mengenai apa yang t ersebut dengan huruf j dicat at disini bahwa dat aran kont inent al yang diart ikan oleh dunia int ernasional ialah sem ua daerah dibawah perm ukaan air dari pant ai kearah laut yang m ungkin m engandung kekayaan alam
Pasal 2 dan 3
Cukup j elas dalam penj elasan um um
Pasal 4
Cukup j elas
Pasal 5 dan 6
Cukup j elas dalam penj elasan um um
Pasal 7
Ket ent uan ket ent uan di dalam pasal ini adalah pem bat asan- pem bat asan t erhadap pem berian wilayah kuasa pert am bangan berhubung dengan hak-hak agraria nasional dan unt uk m enj am in kepent ingan – kepent ingan um um yang erat bersangkut paut dengan lapangan- lapangan t anah.
Cukup j elas
Pasal 11 dan 12
Dalam pasal- pasal ini dit egaskan kewaj iban m ereka yang berhak at as t anah unt uk m em perkenankan pekerj aan pem egang kuasa pert am bangan at as t anah yang bersangkut an, dan sekaligus dit egaskan pula kewaj iban pem egang kuasa pert am bangan unt uk m enggant ikan kerugian dan t au sum bangan kepada m ereka yang berhak at as t anah sebagai perim bangan.
Pasal 13 dan 14
Cukup j elas dalam penj elasan um um
Pasal 15
Dengan dit ent ukannya penent uan lebih lanj ut t ent ang pungut an Net ah, m aka akan lebih m udah dan lebih cepat dapat diat ur apabila diperlukan suat u perubahan dalam pungut an negara it u.
Pasal 16
Cukup j elas
Pasal 17
Pasal 18 dan 19
Cukup j elas
Pasal 20
Ket ent uan ini diperlukan, agar pelanggaran t erhadap Keput usan Pem erint ah dapat dihukum , karena Keput usan Pem erint ah t idak dapat m em uat ancam an hukum an
Pasal 21
Cukup j elas
Pasal 22
Perusahaan- perusahaan m inyak dan gas bum i yang bukan Perusahaan Negara dan yang t elah ada di I ndonesia ini sebelum perat uran ini berlaku dapat diut am akan daripada perusahaan- perusahaan asing lainnya unt uk m engadakan “ perj anj ian karya” dengan perusahaan negara. Dan dalam pasal ini dit ent ukan, bahwa hubungan perusahaan negara yang t elah ada sebelum perat uran ini berlaku, denah wilayah- wilayah pert am bangannya harus segera disesuaikan dengan ket ent uan- ket ent uan perat uran ini.
Pasal 23 dan 24
Cukup j elas