• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bab III RKPD

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan " Bab III RKPD"

Copied!
30
0
0

Teks penuh

(1)

.

BAB III

RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

Perubahan Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) Kota Tebing Tinggi Tahun 2012 merupakan implementasi dari Rencana Kerja Pemerintah (RKP) di daerah termasuk kebutuhan untuk menghadapi tantangan pembangunan Nasional dan memberikan arah yang lebih jelas dalam rangka pencapaian sasaran pembangunan pada tahun 2012.

3.1 ARAH KEBIJAKAN EKONOMI DAERAH

Arah kebijakan ekonomi daerah yang akan dilakukan oleh Pemerintah Kota Tebing Tinggi sebagaimana yang tertuang dalam RPJMD Kota Tebing Tinggi tahun 2011-2016 adalah mewujudkan pencapaian misi keempat dan misi keenam.

Dalam mewujudkan Misi Keempat: Melanjutkan pembangunan Kota Tebing Tinggi sebagai Kota Jasa yang memiliki produktivitas, inovasi, kreativitas, dengan berorientasi pada pemberdayaan ekonomi kerakyatan, maka strategi pembangunan kota yang akan dilaksanakan tahun 2011-2016 adalah sebagai berikut :

1) Kebijakan pada Kota Jasa;

Strategi pembangunan Kota Tebing Tinggi Tahun 2011-2016 pada misi keempat, akan mengefektifkan arah kebijakan yang ditetapkan pada misi keempat, sebagai berikut : 1. Merencanakan dan melaksanakan kawasan pergudangan dan kawasan industri yang

berada dekat dengan akses jalan tol;

2. Merealisasikan pembangunan terminal peti kemas dalam mengantisipasi terwujudnya jalan Tol Medan – Kuala Namu – Tebing Tinggi;

2) Kebijakan pada Kota Jasa;

Strategi pembangunan Kota Tebing Tinggi Tahun 2011-2016 pada misi keempat, akan mengefektifkan arah kebijakan yang ditetapkan pada misi keempat, sebagai berikut :

1. Kebijakan pengembangan pertanian rakyat, perikanan, peternakan dan usaha mikro kecil dan menengah yang berdaya saing, melalui urusan pertanian yaitu pengembangan pertanian tanaman pangan yaitu ketersediaan bahan pangan pokok dan strategis, intensifikasi dan ekstensifikasi tanam hortikutura selain padi. Urusan perindustrian yang meliputi penataan struktur industri, persaingan usaha, pengamanan perdagangan dan perlindungan konsumen, dan juga pengembangan distribusi barang; 2. Meningkatkan kapasitas usaha dan keterampilan pengelola usaha serta se

Peningkatan akses permodalan untuk pengembangan usaha ekonomikaligus mendorong adanya kepastian, perlindungan, dan pembinaan usaha;

(2)

.

3) Meningkatkan pertumbuhan pada sektor-sektor yang menyerap tenaga kerja dan efektif menurunkan kemiskinan;

Strategi pembangunan Kota Tebing Tinggi Tahun 2011-2016 pada misi keempat, akan mengefektifkan arah kebijakan yang ditetapkan pada misi keempat, sebagai berikut : 1. Meningkatkan pertumbuhan ekonomi yang mengikutsertakan dan dapat dinikmati

sebanyak-banyaknya masyarakat terutama masyarakat miskin (pro poor growth); 2. Mendorong pertumbuhan yang pro-rakyat miskin dengan memberi perhatian khusus

pada usaha-usaha yang melibatkan orang-orang miskin;

4) Kebijakan pada Kota Jasa;

Strategi pembangunan Kota Tebing Tinggi Tahun 2011-2016 pada misi keempat, akan mengefektifkan arah kebijakan yang ditetapkan pada misi keempat, sebagai berikut : 1. Menata kembali Terminal-terminal pembantu dan pengumpan serta melakukan

penataan terhadap izin-izin trayek maupun kondisi sarana angkutan.

5) Melakukan penegakan Peraturan Daerah untuk menata Pedagang Kaki Lima

Strategi pembangunan Kota Tebing Tinggi Tahun 2011-2016 pada misi keempat, akan mengefektifkan arah kebijakan yang ditetapkan pada misi keempat, sebagai berikut : 1. Melakukan penataan terhadap pasar-pasar tradisional agar terciptanya lingkungan pasar

yang bersih, nyaman dan asri dengan mengakomodasi seluruh kepentingan Stake Holder, Masyarakat, Pedagang, Pedagang Kaki Lima dan Pemerintah;

6) Peningkatan efektivitas pelaksanaan dan koordinasi penanggulangan kemiskinan

Strategi pembangunan Kota Tebing Tinggi Tahun 2011-2016 pada misi keempat, akan mengefektifkan arah kebijakan yang ditetapkan pada misi keempat, sebagai berikut : 1. Jaminan ketersediaan pupuk dan pengembangan pupuk organik melalui perbaikan

mekanisme subsidi pupuk;

7) Peningkatan efektivitas pelaksanaan dan koordinasi penanggulangan kemiskinan

Strategi pembangunan Kota Tebing Tinggi Tahun 2011-2016 pada misi keempat, akan mengefektifkan arah kebijakan yang ditetapkan pada misi keempat, sebagai berikut : 1. Stabilisasi harga bahan pangan dalam negeri

8) Melengkapi dan menyempurnakan kebijakan penanggulangan kemiskinan, terutama yang berkaitan dengan pemenuhan hak masyarakat miskin, perlindungan sosial, dan pemberdayaan masyarakat

Strategi pembangunan Kota Tebing Tinggi Tahun 2011-2016 pada misi keempat, akan mengefektifkan arah kebijakan yang ditetapkan pada misi keempat, sebagai berikut : 1. Meningkatkan kualitas kebijakan dan program penanggulangan kemiskinan melalui

kebijakan afirmatif/keberpihakan;

9) Peningkatan efektivitas pelaksanaan dan koordinasi penanggulangan kemiskinan

Strategi pembangunan Kota Tebing Tinggi Tahun 2011-2016 pada misi keempat, akan mengefektifkan arah kebijakan yang ditetapkan pada misi keempat, sebagai berikut : 1. Meningkatkan peran kelembagaan dalam penanggulangan kemiskinan;

2. Peningkatan koordinasi dan penguatan kapasitas lembaga penanggulangan kemiskinan

10) Kebijakan pada Kota Jasa;

(3)

.

1. Melakukan pengawasan mutu dan keamanan pangan terhadap pangan olahan dan pangan segar;

11) Kebijakan pada Kota Jasa;

Strategi pembangunan Kota Tebing Tinggi Tahun 2011-2016 pada misi keempat, akan mengefektifkan arah kebijakan yang ditetapkan pada misi keempat, sebagai berikut : 1. Pemantapan cadangan pangan pemerintah dan percepatan penganekaragaman konsumsi

pangan masyarakat;

12) Kebijakan pada sektor Pertanian;

Strategi pembangunan Kota Tebing Tinggi Tahun 2011-2016 pada misi keempat, akan mengefektifkan arah kebijakan yang ditetapkan pada misi keempat, sebagai berikut : 1. Pelaksanaan perluasan lahan pertanian, dan perikanan sesuai dengan kaidah

pembangunan berkelanjutan dan tata ruang;

2. Perbaikan dan pembangunan infrastruktur pertanian dan perikanan khususnya jaringan irigasi serta jalan usaha tani dan produksi di daerah sentra produksi;

3. Penyediaan benih/bibit unggul dan dukungan terhadap pengembangan industri hilir pertanian dan perikanan hasil inovasi penelitian dan pengembangan dalam rangka meningkatkan kualitas dan produktivitas hasil pertanian.

13) Peningkatan Penelitian, Pengembangan dan Penerapan Iptek;

Strategi pembangunan Kota Tebing Tinggi Tahun 2011-2016 pada misi keempat, akan mengefektifkan arah kebijakan yang ditetapkan pada misi keempat, sebagai berikut : 1. Meningkatkan kapasitas dan kapabilitas sumber daya iptek untuk menghasilkan

produktivitas litbang yang berdayaguna bagi sektor produksi dan meningkatkan budaya inovasi serta kreativitas nasional;

2. Meningkatkan kreativitas dan produktivitas litbang untuk ketersediaan teknologi yang dibutuhkan oleh industri dan masyarakat serta menumbuhkan budaya kreativitas masyarakat;

14) Strategi pengembangan ekonomi kerakyatan berbasis lingkungan dan peningkatan daya tarik iklim investasi daerah melalui pertumbuhan ekonomi daerah dan pemerataan hasil pembangunan;

Strategi pembangunan Kota Tebing Tinggi Tahun 2011-2016 pada misi keempat, akan mengefektifkan arah kebijakan yang ditetapkan pada misi keempat, sebagai berikut : 1. Kebijakan peningkatan promosi sektor-sektor unggulan daerah;

2. Meningkatkan kompetensi melalui perkuatan kewirausahaan dan produktivitas;

Dalam mewujudkan Misi Keenam: Melaksanakan Pembinaan UMKM (Usaha Mikro Kecil dan Menengah) secara terpadu menyeluruh dan mensejahterakan masyarakat melalui pemanfaatan usaha yang memiliki prospek, maka strategi pembangunan kota yang akan dilaksanakan tahun 2011-2016 adalah sebagai berikut :

1) Kebijakan pada Kota Jasa;

Strategi pembangunan Kota Tebing Tinggi Tahun 2011-2016 pada misi keenam, akan mengefektifkan arah kebijakan yang ditetapkan pada misi keenam, sebagai berikut : 1. Pemerintahan melalui proses konsolidasi struktural dan peningkatan kapasitas

(4)

.

pemerintah khususnya yang menangani bidang keberdayaan UMKM, dan penataan ruang bagi kepentingan rakyat;

2. Peningkatan Daya Tarik Investasi;

3. Peningkatan kapasitas usaha skala mikro dan kecil melalui penguatan kelembagaan;

2) Kebijakan pada Kota Jasa

Strategi pembangunan Kota Tebing Tinggi Tahun 2011-2016 pada misi keenam, akan mengefektifkan arah kebijakan yang ditetapkan pada misi keenam, sebagai berikut : 1. Meningkatkan kualitas usaha mikro kecil dan menengah untuk memproduksi

barang-barang hasil olahan barang-barang kerajinan tangan maupun industri Rumah Tangga lainnya, melalui pembinaan UMKM;

2. Membentuk Badan Layanan Umum Daerah (BLUD) untuk memfasilitasi penyaluran dana bergulir;

3) Kebijakan pada Kota Jasa

Strategi pembangunan Kota Tebing Tinggi Tahun 2011-2016 pada misi keenam, akan mengefektifkan arah kebijakan yang ditetapkan pada misi keenam, sebagai berikut : 1. Peningkatan Produktivitas dan Akses UKM kepada Sumber Daya Produktif;

4) Kebijakan pada Kota Jasa

Strategi pembangunan Kota Tebing Tinggi Tahun 2011-2016 pada misi keenam, akan mengefektifkan arah kebijakan yang ditetapkan pada misi keenam, sebagai berikut : 1. Mengadakan pelatihan-pelatihan untuk meningkatkan kualitas bagi pengusaha UMKM

sesuai dengan bidang usaha masing-masing secara kontinyu dan berkesinambungan; 2. Peningkatan Produktvitas dan Kompetensi Tenaga Kerja;

5) Kebijakan pada Kota Jasa

Strategi pembangunan Kota Tebing Tinggi Tahun 2011-2016 pada misi keenam, akan mengefektifkan arah kebijakan yang ditetapkan pada misi keenam, sebagai berikut : 1. Peningkatan Dukungan Ilmu Pengetahuan dan Transfer Teknologi (IPTEK) bagi daya

saing ekonomi baik di daerah guna meningkatkan kualitas dan pemasaran produk; 2. Kebijakan penanggulangan kemiskinan melalui urusan sosial dan jaminan

kesejahteraan sosial, pelayanan dan rehabilitasi sosial, pemberdayaan kelembagaan kesejahteraan sosial, penelitian dan pengembangan kesejahteraan sosial, pengembangan sistem perlindungan sosial, serta peningkatan kualitas;

6) Kebijakan pada Kota Jasa

Strategi pembangunan Kota Tebing Tinggi Tahun 2011-2016 pada misi keenam, akan mengefektifkan arah kebijakan yang ditetapkan pada misi keenam, sebagai berikut : 1. Merencanakan dan membangun pasar kerajinan yang dikhususkan untuk pemasaran

hasil produksi para pengusaha UMKM Kota Tebing Tinggi;

2. Peningkatan investasi infrastruktur melalui Kerjasama Pemerintah;

3. Mendirikan sarana prasarana untuk pemasaran hasil home industri di Terminal Bandar Kajum.

(5)

.

7) Kebijakan pada Kota Jasa

Strategi pembangunan Kota Tebing Tinggi Tahun 2011-2016 pada misi keenam, akan mengefektifkan arah kebijakan yang ditetapkan pada misi keenam, sebagai berikut : 1. Mendirikan klinik-klinik bisnis atau usaha yang bertugas dan berfungsi sebagai

advisor dan supervisor bagi para pengusaha UMKM untuk meningkatkan kualitas produksi, memperlancar produksi dan membantu pemasaran;

8) Pemenuhan kebutuhan pokok masyarakat (strategy basic need);

Strategi pembangunan Kota Tebing Tinggi Tahun 2011-2016 pada misi keenam, akan mengefektifkan arah kebijakan yang ditetapkan pada misi keenam, sebagai berikut : 1. Memperkuat kapasitas organisasi serikat pekerja dan asosiasi pengusaha;

2. Memberdayakan Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen (BPSK);

3.1.1. Kondisi Ekonomi Daerah Tahun 2011 dan Perkiraan Tahun 2012 KONDISI EKONOMI TAHUN 2011 DAN PERKIRAAN TAHUN 2012 Ekonomi Makro Tebing Tinggi

Berdasarkan perkembangan internal dan dinamika ekonomi global yang terjadi beberapa tahun terakhir perkembangan ekonomi Kota Tebing Tinggi tetap dihantui berbagai tantangan yang memerlukan respon yang komprehensif melalui aksi nyata yang mencakup : Pertama

meningkatkan pertumbuhan ekonomi.

Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu ukuran dari hasil pembangunan yang dilaksanakan. Pertumbuhan ekonomi merupakan rangkuman laju pertumbuhan dari semua sektor ekonomi yang menggambarkan tingkat perubahan ekonomi yang terjadi. Pertumbuhan ekonomi yang positif menunjukkan peningkatan perekonomian dan sebaliknya pertumbuhan ekonomi yang negative menunjukkan penurunan perekonomian.

Pertumbuhan ekonomi Kota Tebing Tinggi pada tahun 2010 sebesar 6,07 mengalami sedikit kenaikan dibandingkan tahun 2009 sebesar 5,95. Kenaikan pertumbuhan ekonomi ini disebabkan karena kenaikan pertumbuhan dari sektor pengangkutan dan komunikasi (7,31), perdagangan, hotel dan restoran (6,81), bangunan (6,11), industri pengolahan (5,78), jasa-jasa (5,46), listrik gas dan air bersih (5,30), pertambangan dan penggalian (4,71), keuangan, persewaan dan jasa perusahaan (4,49), pertanian (1,55).

Dalam kurun waktu 2006-2010 rata-rata pertumbuhan ekonomi Kota Tebing Tinggi mencapai 5,87 persen per tahun. Pertumbuhan tertinggi terjadi pada tahun 2010 yaitu sebesar 6,07 persen. Sedangkan yang terendah terjadi pada tahun 2006 yang hanya sebesar 5,33 persen. Pada tahun 2012 diharapkan pertumbuhan ekonomi Kota Tebing Tinggi tumbuh menjadi 6,32 % seiring dengan membaiknya perekonomian nasional

Pertumbuhan ekonomi yang kuat juga perlu didukung kelembagaan yang memadai terutama yang berkaitan dengan (1) Konsistensi antara regulasi dengan implementasi di lapangan, (2) Peraturan Daerah (Perda) yang mendukung pembangunan ekonomi, (3) Pelayanan Publik yang maksimal, (4) Koordinasi dan sinergitas seluruh pihak yang terkait.

(6)

.

Pertumbuhan Ekonomi Kota Tebing Tinggi Tahun 2006-2010 (persen)

Tabel 3.1

Pertumbuhan Ekonomi Kota Tebing Tinggi Tahun 2006-2010 (persen)

Lapangan Usaha 2006 2007 2008 2009 2010 *

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

1. Pertanian -2,16 -1,11 0,48 2,36 1,55

2. Pertambangan dan Penggalian 4,46 4,05 4,44 5,12 4,71

3. Industri Pengolahan 3,30 4,34 4,83 4,51 5,78

(7)

.

Lapangan Usaha 2006 2007 2008 2009 2010 *

5. Bangunan 7,54 7,16 7,34 7,40 6,11

6. Perdagangan, Hotel & Restoran 6,06 7,32 8,28 6,14 6,81

7. Pengangkutan dan Komunikasi 6,82 5,66 6,52 6,71 7,31

8. Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan 8,10 11,87 6,92 5,95 4,49

9. Jasa-jasa 3,72 3,84 3,64 5,89 5,46

PDRB 5,33 5,98 6,04 5,95 6,07

Sumber : BPS Kota Tebing Tinggi Catatan : *) angka sementara

Pada tahun 2010, semua lapangan usaha mengalami pertumbuhan ekonomi yang positif. Pertumbuhan ekonomi yang tertinggi yaitu lapangan usaha pengangkutan dan komunikasi dengan pertumbuhan sebesar 7,31 persen. Tingginya pertumbuhan lapangan usaha tersebut terutama disebabkan karena meningkatnya pertumbuhan sub sektor angkutan jalan raya. Hal ini terlihat dari semakin banyaknya konsumen menggunakan kenderaan roda dua baik sebagai alat angkut pribadi maupun sebagai sumber mata pencaharian. Mudahnya persyaratan dan harga yang semakin terjangkau membuat konsumen lebih memilih jenis angkutan ini daripada jenis angkutan lainnya seperti angkutan umum lainnya.

Kedua; tingkat pengangguran atau pertambahan lapangan kerja. Meskipun pertumbuhan ekonomi relatif kecil, namun demikian pertumbuhan tersebut diharapkan mampu mendorong peningkatan lapangan kerja. Sektor ketenagakerjaan merupakan salah satu sektor penting bagi pembangunan nasional dan daerah, khususnya dalam upaya untuk mengurangi jumlah penduduk miskin. Demikian juga dengan program yang bertujuan meningkatkan ketrampilan, perluasan kesempatan kerja dan berusaha serta produktivitas bagi mereka yang berpenghasilan rendah.

Berdasarkan data BPS, pada tahun 2010 Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Kota Tebing Tinggi sebesar 9,54 persen, mengalami penurunan dibanding tahun 2009 yang sebesar 11,47 persen. Diharapkan pada tahun 2012 Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Kota Tebing Tinggi menurun seiring dengan membaiknya pertumbuhan ekonomi daerah.

(8)

.

Ketiga, jumlah penduduk miskin Kota Tebing Tinggi pada tahun 2008 sebesar 23.070 jiwa atau 16.50 % dari jumlah penduduk Kota Tebing Tinggi, hal ini meningkat dari tahun 2007 yang sebesar 13.400 jiwa atau 9.67 %. Pada tahun 2009 jumlah penduduk miskin Kota Tebing Tinggi sebanyak 20.530 jiwa atau 14,58 % dari total jumlah penduduk. Tahun 2010 jumlah penduduk miskin menurun menjadi 18.900 jiwa atau sebesar 13.06 %. Menurunnya jumlah penduduk miskin ini mengindikasikan dampak dari program pengentasan kemiskinan yang dilakukan pemerintah cukup berperan dalam menurunkan penduduk miskin di daerah.

Dengan melihat ketiga indikator makro ekonomi tersebut di atas, keberhasilan dan kelemahan kegiatan ekonomi tahun 2010 masih menunjukkan pencapaian yang positif. Secara umum beberapa kondisi yang perlu diwaspadai pada tahun 2012 ini adalah harga minyak dunia yang diperkirakan akan menembus US$ 100 per barel, masalah politik dan hukum yang dapat mempengaruhi tingkat kepercayaan masyarakat internasional.

Membaiknya perekonomian global akan menyebabkan persaingan di pasar internasional semakin ketat. Namun kondisi tersebut juga merupakan peluang yang harus segera direspon oleh Pemerintah Pusat dan Daerah dan para pelaku usaha di Indonesia untuk meningkatkan daya saing nya dan upaya-upaya untuk menciptakan iklim usaha yang kondusif bagi peningkatan kegiatan ekspor.

(9)

.

Perkembangan Indikator Makro Ekonomi Kota Tebing Tinggi Tahun 2006 sampai dengan Tahun 2010.

Tabel 3.2

PDRB Per Kapita Kota Tebing Tinggi Tahun 2006-2010 (Juta Rupiah)

PDRB Per Kapita 2006 2007 2008 2009 2010

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

Atas Dasar Harga Berlaku 10,27 11,55 12,93 14,24 15,80

Atas Dasar Harga Konstan 6,69 7,02 7,35 7,70 8,03

Sumber : BPS Kota Tebing Tinggi

Tabel 3.3

PDRB Kota Tebing Tinggi Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha Tahun 2006-2010 (juta rupiah)

Lapangan Usaha 2009 2010 * 2011* 2012* 2013*

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

1. Pertanian 33.090,68 36.753,34 41.347 46.309,18 49.518

2. Pertambangan dan

Penggalian 1.550,76 1.732,82 1.941 2.173,65 2.324

3. Industri Pengolahan 398.529,59 451.399,16 507.824 568.762,63 608.177

4. Listrik, Gas, dan Air

Bersih 10.492,97 11.307,43 12.721 14.247,35 15.234

5. Bangunan 192.048,19 227.141,64 255.534 286.198,31 306.031

6. Perdagangan, Hotel

& Restoran 457.856,81 517.438,37 582.118 651.971,99 697.153

7. Pengangkutan dan

Komunikasi 303.047,06 331.245,15 372.651 417.368,66 446.292

8. Keuangan,

Persewaan & Jasa Perusahaan

246.048,99 275.551,58 309.995 347.194,80 371.255

9. Jasa-jasa 390.211,98 442.397,97 497.697 557.421,14 596.050

PDRB 2.032.877,02 2.294.967,45 2.581.837,00 2.904.567,00 3.105.853

Sumber : BPS Kota Tebing Tinggi Catatan : *) angka sementara

Tabel 3.4

(10)

.

Lapangan Usaha 2009 2010* 2011* 2012* 2013 *

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

1. Pertanian 17.905,98 18.183,77 19.274 20.450 21.867

2. Pertambangan dan

Penggalian 948,20 992,88 1.053 1.117 1.194

3. Industri Pengolahan 158.650,29 167.818,61 178.057 188.919 202.011

4. Listrik, Gas, dan Air

Bersih 4.549,69 4.790,99 5.082 5.392 5.765

5. Bangunan 93.447,61 99.153,85 105.203 111.620 119.355

6. Perdagangan, Hotel &

Restoran 279.849,53 298.899,57 317.136 336.481 359.799

7. Pengangkutan dan

Komunikasi 191.812,23 205.829,46 218.378 231.699 247.755

8. Keuangan, Persewaan

& Jasa Perusahaan 106.856,89 111.654,18 118.466 125.693 134.403

9. Jasa-jasa 245.218,42 258.609,58 274.387 291.125 311.299

PDRB 1.099.238,84 1.165.932,09 1.237.054 1.312.514 1.403.471

Sumber : BPS Kota Tebing Tinggi Catatan : *) angka sementara

3.1.2. Tantangan dan Prospek Perekonomian Daerah Tahun 2011 dan Tahun 2012 PROYEKSI EKONOMI MAKRO KOTA TEBING TINGGI TAHUN 2012

1. PERTUMBUHAN EKONOMI

Pertumbuhan ekonomi Kota Tebing Tinggi tahun 2010 tumbuh lebih baik dibandingkan pada tahun 2009 yakni 5,95 % - 6,07 %. Salah satu sumber kontribusi yang diharapkan meningkatkan pertumbuhan ekonomi yaitu dari sektor perdagangan, hotel dan restaurant serta jasa, dimana pemerintah harus membuat suatu kebijakan yang dapat meningkatkan pendapatan dan belanja daerah yang mampu menopang pertumbuhan sektor tersebut. Selain itu pemerintah daerah juga didorong agar dapat menggerakkan investasi swasta dalam rangka membuka lapangan kerja yang bertujuan peningkatan pertumbuhan ekonomi.

Pertumbuhan ekonomi pada tahun 2012 diperkirakan berada pada kisaran 6,32% dapat tercapai. Asumsi pertumbuhan ekonomi tersebut diikuti oleh asumsi pertumbuhan konsumsi masyarakat, konsumsi pemerintah daerah dan investasi. Konsumsi masyarakat terus didorong dengan meningkatkan daya beli masyarakat melalui upaya mengendalikan inflasi dan menjaga ketersediaan bahan pokok. Upaya untuk mendorong investasi dilakukan dengan peningkatan harmonisasi kebijakan dan penyederhanaan prosedur perijinan investasi dan peningkatan fasilitas investasi. Sementara di sisi produksi, upaya mendorong pertumbuhan industri pengolahan dilakukan dengan kebijakan penumbuhan populasi usaha industri, penguatan struktur industri, dan peningkatan produktivitas usaha industri.

(11)

.

Perkiraan Pertumbuhan Ekonomi Kota Tebing Tinggi Tahun 2010 - 2011

Tahun Pertumbuhan ekonomi (%)

2010 6,07

2011 6,19*

2012 6,32*

*Angka perkiraan

2. Inflasi

Inflasi merupakan fenomena ekonomi yang selalu menarik untuk dibahas terutama oleh Pemerintah berkaitan dengan dampaknya yang luas terhadap makro ekonomi. Tingkat inflasi 0 % (nol) persen bukanlah tujuan utama kebijakan pemerintah karena hal itu sukar untuk dicapai, yang paling penting adalah menjaga agar tingkat inflasi rendah. Secara umum inflasi adalah kenaikan tingkat harga secara umum dari barang atau komoditas dan jasa selama satu periode tertentu. Inflasi diukur dengan tingkat inflasi ( rate of inflation) yaitu tingkat perubahan dari tingkat harga secara umum.

Menjelang akhir tahun 2011 kondisi perekonomian Indonesia mengalami tantangan dengan naiknya beberapa harga bahan pangan, seperti beras, minyak goreng, gula dan lain sebagainya yang disebabkan oleh perubahan iklim yang sangat ekstrem. Kekhawatiran terhadap ancaman krisis pangan dan krisis energi tak bisa dipungkiri membayangi perekonomian di tahun 2012. Inflasi dalam negeri lebih berat juga karena cuaca ekstrem bisa membuat suplai pangan terganggu dan produksi tidak sebaik biasanya, ini sangat sensitif terhadap inflasi. Untuk terciptanya keseimbangan antara produksi dan daya beli masyarakat perlu dilakukan kebijakan yang terarah dalam menjaga stabilitas harga untuk mencegah kemungkinan adanya kenaikan harga-harga barang yang tidak terkendali. Inflasi yang tinggi tentunya dapat membawa akibat buruk, dimana salah satunya adalah menurunkan taraf kesejahteraan masyarakat, terutama pada kelompok masyarakat yang berpenghasilan tetap.

Berdasarkan data PDRB dapat diperoleh indikator tingkat inflasi. Inflasi yang diperoleh dari data PDRB merupakan inflasi tingkat produsen. Pada tahun 2010, inflasi tingkat produsen di Kota Tebing Tinggi mencapai 6,43 persen, lapangan usaha yang mengalami kenaikan harga tinggi adalah lapangan usaha bangunan (11,47 persen), pertambangan dan penggalian (6,71 persen), jasa-jasa (7,50 persen), industri pengolahan (7,08 persen), pertanian (9,37 persen), keuangan, persewaan dan jasa perusahaan (7,18 persen), perdagangan, hotel dan restoran (5,81 persen), listrik, gas dan air bersih (2,33 persen), serta pengangkutan dan komunikasi (1,82 persen). Inflasi tingkat produsen tahun 2010 sebesar 6,43 persen lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2009 sebesar 5,21persen.

Tabel 3.6

(12)

.

Tahun 2006-2010 (persen)

Lapangan Usaha 2006 2007 2008 2009 2010*

1. Pertanian 5,43 7,72 6,65 6,23 9,37

2. Pertambangan dan Penggalian 10,42 6,67 7,81 7,97 6,71

3. Industri Pengolahan 12,16 12,79 11,07 6,44 7,08

4. Listrik, Gas dan Air Bersih 0,19 1,90 2,27 2,60 2,33

5. Bangunan 12,78 8,41 8,52 8,11 11,47

6. Perdagangan, Hotel, dan Restoran 5,58 8,40 6,64 3,48 5,81

7. Pengangkutan dan Komunikasi 1,55 0,93 1,10 1,76 1,82

8. Keuangan, Persewaaan, dan Jasa

Perusahan 11,11 4,60 5,41 5,23 7,18

9. Jasa-Jasa 4,89 6,94 7,89 7,86 7,50

Inflasi Tingkat Produsen 7,11 7,27 6,81 5,21 6,43

Catatan :* Angka Sementara

Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Tebing Tinggi

Tingkat inflasi pada tahun 2010 meningkat berkisar menjadi 6,43 persen, angka-angka inflasi tersebut meningkat akibat dampak kebijakan kenaikan TDL dan LPG. Kenaikan kedua komoditas tersebut mempunyai efek pengganda yang tinggi karena TDL dan gas 12 kg yang dinaikkan mempunyai pangsa konsumen yang sangat besar di Kota Tebing Tinggi, bukan hanya untuk kepentingan rumah tangga tetapi juga industri kecil dan menengah yang banyak berkembang di Kota Tebing Tinggi. Kenaikan kedua komoditas tersebut di atas pada akhirnya meningkatkan harga kebutuhan pokok maupun produk-produk yang lain.

3. Ketenagakerjaan

Sektor tenaga kerja merupakan salah satu faktor penting bagi pembangunan nasional dan daerah khususnya dalam upaya pemerintah untuk mengurangi jumlah penduduk miskin. Masalah ketenagakerjaan, akhir-akhir ini diperkirakan akan semakin kompleks dan membutuhkan perhatian yang cukup serius dari berbagai pihak yang terkait, baik dari pemerintah, pengusaha maupun tenaga kerja itu sendiri. Indikasi ini terlihat dari penambahan penduduk usia kerja setiap tahunnya, masih banyaknya pengangguran terbuka maupun terselubung, lapangan pekerjaan yang sangat terbatas karena situasi perekonomian yang belum membaik serta semakin menumpuknya pengangguran terdidik, banyaknya sarjana dan tenaga kerja yang tidak produktif sebagai konsekuensi dari peningkatan taraf pendidikan masyarakat. Penurunan angka pengangguran berbanding lurus dengan pertumbuhan ekonomi. Jika pertumbuhan ekonomi kian tinggi maka angka pengangguran kian rendah,

Tingkat partisipasi angkatan kerja (TPAK) dapat menggambarkan partisipasi penduduk usia 15 tahun keatas kedalam pasar kerja. Semakin tinggi TPAK berarti semakin besar keterlibatan mereka.

(13)

.

Tabel Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) dan Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) di Kota Tebing Tinggi Tahun 2004, 2006, 2008, dan 2009

Kriteria 2007 2008 2009 2010

(1) (2) (3) (4) (5)

TPAK 55,99 57,64 60,37 65,78

TPT 11,66 11,51 11,47 9,54

Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Tebing Tinggi .

Dari data Badan Pusat Statistik Kota Tebing Tinggi terlihat bahwa tingkat partisipasi angkatan kerja (TPAK) Kota Tebing Tinggi mengalami peningkatan yaitu dari 60,37 % pada tahun 2009 menjadi 65,78 % pada tahun 2010. Masalah ketenagakerjaan yang sangat serius belakangan ini adalah masalah pengangguran. Untuk melihat gambaran tentang pengangguran dapat digunakan data tingkat pengangguran terbuka (TPT). Data TPT di Negara berkembang belum dapat memberikan gambaran sebenarnya mengenai pemanfaatan Sumber Daya Manusia (SDM). Menurut data Badan Pusat Statistik Kota Tebing Tinggi data TPT di Kota Tebing Tinggi mengalami penurunan sejak tahun 2007 sebesar 11,66 % menjadi 9,54 % pada tahun 2010.

3.2. ARAH KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Kota Tebing Tinggi Tahun anggaran 2011 adalah rencana keuangan baik dari sisi pendapatan yang diperoleh maupun belanja yang akan digunakan pemerintah Kota Tebing Tinggi dalam melakukan tugas, fungsi dan kewenangan daerah dalam rangka mendukung penyelenggaraan otonomi daerah dan pelayanan umum selama tahun 2011. Sisi pendapatan direncanakan diperoleh dari :

1. Pendapatan Asli Daerah (PAD)

2. Dana perimbangan ( Dana Bagi Hasil, Dana Alokasi Umum (DAU), Dana Alokasi Khusus (DAK)

3. Lain-lain pendapatan yang sah.

Berdasarkan pendekatan kinerja, alokasi dikaitkan dengan rencana out put dan tingkat pelayanan ataupun hasil yang diharapkan dapat diwujudkan oleh sebab itu kinerja pemerintah Kota Tebing Tinggi tahun anggaran 2011 dapat diukur.

3.2.1. Proyeksi Keuangan Daerah dan Kerangka Pendanaan

Hasil analisis kondisi ekonomi daerah dan kajian terhadap tantangan dan prospek perekonomian daerah, selanjutnya dilakukan analisis dan proyeksi sumber-sumber pendapatan daerah dituangkan kedalam tabel Realisasi dan Proyeksi/Target Pendapatan Daerah, sebagai berikut:

(14)

.

1.1 Pendapatan asli daerah 26.272.468.555,83 21.662.905.491.59 37.832.354.720,04 45.398.825.664,47 54.478.590.797,37 1.1.1 Pendapatan Pajak daerah 5.805.996.811,00 2.475.688.075,00 8.360.635.407,84 10.032.762.489,41 12.039.314.987,29 1.1.2 Pendapatan Retribusi daerah 9.625.203.917,12 3.011.595.916,59 13.860.293.640,65 16.632.352.368,78 19.958.822.842,54 1.1.3 Pendapatan Hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan 5.152.936.446,00 2.867.275.000.- 7.420.228.482,24 8.904.274.178,69 10.685.129.014,43 1.1.4 Lain-lain pendapatan asli daerah yang sah 5.688.331.381,71 13.308.346.500.- 8.191.197.189,66 9.829.436.627,59 11.795.323.953,11

1.2 Dana perimbangan 271.044.256.935,00 303.026.902.000.- 327.963.550.891,35 360.759.905.980,49 396.835.896.578,53

1.2.1 Dana bagi hasil pajak/Bagi hasil bukan pajak 25.179.049.935,00 18.809.157.000.- 30.466.650.421,35 33.513.315.463,49 36.864.647.009,83 1.2.2 Dana alokasi umum 228.057.807.000,00 262.130.545.000.- 275.949.946.470,00 303.544..941.117,00 333.899.435.228,70 1.2.3 Dana alokasi khusus 17.807.400.000,00 22.087.200.000.- 21.546.954.000,00 23.701.649.400,00 26.071.814.340.00

1.3 Lain-lain pendapatan daerah yang sah 49.328.837.566,00 10.782.653.699,00 55.812.427.454,86 59.548.210.200,35 63.657.571.220,38

1.3.1 Pendapatan Hibah 0,00 0.00 0.00 0.00 0.00

1.3.2 Dana Darurat 0.00 0.00 0.00 0.00

1.3.3

Dana Bagi Hasil Pajak dari Propinsi dan Pemerintah Daerah Lainnya

9.453.878.366,00 8.269.034.800.- 11.439.192.822,86 12.583.112.105,15 13.841.423.315,66

1.3.4 Dana Penyesuaian dan Otonomi Khusus 15.520.999.200,00 12.938.375.000.- 18.780.409.032,00 20.658.449.935,20 22.724.294.928,72 1.3.5 Bantuan Keuangan dari provinsi dan pemerintah daerah lainnya 5.899.360.000,00 0.00 7.138.225.600,00 7.852.048.160,00 8.637.252.976,00

1.3.6 Dana Percepatan Pembangunan Infrastruktur Pendidikan 1.000.000.000.00 0.00 0.00 0.00 0.00

1.3.7

Dana Penguatan Desentralisasi Fiskal dan Percepatan Pembangunan Daerah

0.00 0.00 0.00 0.00 0.00

1.3.8 Dana Penguatan Infrastruktur dan Prasarana Daerah 17.454.600.000,00 5.940.000.000,00 18.454.600.000,00 18.454.600.000,00 18.454.600.000,00

JUMLAH PENDAPATAN

DAERAH (1.1 +1.2+1.3) 346.645.563.056,83 351.837.417.291.- 421.608.333.066,61 465.706.941.845,31 514.972.058.596,28

(15)

.

Arah kebijakan pendapatan daerah adalah dengan mengoptimalkan sumber daya manusia dan prasarana dalam proses pemungutan dan pengelolaan pendapatan asli daerah agar sesuai dengan potensi yang dimiliki, peningkatan upaya untuk mendapatkan bagian yang lebih besar dari dana perimbangan dan dana lainnya dari pemerintah pusat.

3.2.2.2 ARAH KEBIJAKAN BELANJA DAERAH

Belanja daerah dibedakan dalam belanja tidak langsung dan belanja langsung. Belanja tidak langsung adalah belanja yang dianggarkan tidak berkaitan secara langsung dengan pelaksanaan program dan kegiatan. Belanja langsung adalah belanja yang dianggarkan terkait secara langsung dengan pelaksanaan program dan kegiatan. Dalam rangka mengoptimalkan pencapaian sasaran dan tujuan anggaran pemerintah Kota Tebing Tinggi tahun anggaran 2013, ditetapkan kebijakan anggaran belanja daerah yang didasarkan kepada prinsip-prinsip anggaran pembangunan dan kesinambungan, dengan demikian setiap alokasi penganggaran pada berbagai program dan kegiatan yangdirenanakan senantiasa memperhatikan masukan, keluaran dan hasil yang ditimbulkan dalam pelaksanaannya.

Sesuai dengan sistem, prosedur dan tata cara penyusunan anggaran yang ditetapkan disamping menggunakan pendekatan kinerja, pengelompokan belanja juga didasarkan kepada bidang kewenangan daerah otonom yang diselenggarakan pemerintah Kota Tebing Tinggi. Oleh sebab itu, klasifikasi belanja dalam menerima APBD tahun anggaran 2013 juga disusun berdasarkan Urusan Wajib dan Urusan Pilihan yang dikelola yaitu:

Tabel 3.9

(16)

.

2.1 Belanngja Tidak Langsung 207.285.495.487,00 43.426.980.964,00 247.908.631.000 2.1.1

. Belanja Pegawai 196.718.203.855,00 42.105.348.014,00 239.608.631.000

2.1.2

. Belanja Bunga 0.00 0.00 0.00 2.2.3 Belanja Subsidi 0.00 0.00 0.00

2.2.4 Belanja Hibah 7.779.538.232,00 729.943.750,00 1.500.000.000

2.2.5 Belanja Bantuan Sosial 2.713.228.400,00 591.689.200,00 5.000.000.000 2.2.6 Belanja bagi Hasil kepada prop/kab/kota dan desa 0,00 0.00 2.2.7 Belanja bantuan keuangan kepada prop/kab/kota dan desa 0,00 0.00 2.2.8 Belanja Tidak Terduga 74.525.000,00 0,00 800.000.000

2.2.9 Lain-Lain 0.00 0.00 0.00

BELANJA TIDAK LANGSUNG 207.285.495.487,00 43.426.980.964,00 247.908.631.000

2.2 Belanja Langsung 108.145.197.137,00 17.646.595.796,00 308.652.916.797 2.2.1

. Belanja Pegawai 20.562.904.521,00 1.992.865.988,00 16.000.000.000

2.1.2

. Belanja Barang dan Jasa 44.405.821.716,00 14.336.891.683,00 105.519.907.808

2.2.3 Belanja Modal 43.176.470.900,00 1.316.838.125,00 187.133.008.989

BELANJA LANGSUNG 108.145.197.137,00 17.646.595.796,00 308.652.916.797

TOTAL JUMLAH BELANJA

(2.1 + 2.2) 315.430.692.624,00 61.073.576.760,00 556.561.547.797

3.2.2.3 ARAH KEBIJAKAN PEMBIAYAAN DAERAH

Beberapa permasalahan utama berkaitan dengan pembiayaan dalam peyusunan rencana APBD Tahun Anggaran 2010 adalah sebagai berikut:

(17)

.

a. Penerimaan pembiayaan diupayakan berasal dari jenis penerimaan yang tidak membebani daerah

b. Pengeluaran pembiayaan diupayakan dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan pendapatan daerah dan meningkatkan kemampuan keuangan daerah.

Tabel 3.10

3.1 Penerimaan Pembiayaan Daerah 57.562.136.974,25 57.340.347.145,54 86.727.715.578,37 84.061.547.797 3.1.1

Untuk mendapatkan nilai dana yang akan digunakan dalam penghitungan pagu indikatif, atas kapasitas keuangan riil yang telah dihitung diatas, dikurangkan dengan kebutuhan dana bagi program/kegiatan wajib/mengikat yang harus diselenggarakan karena beberapa alasan:

a. Menyangkut pelayanan dasar wajib yang diamanatkan oleh peraturan perundang-undangan;

(18)

.

Tabel 3.11

Penghitungan Kebutuhan Belanja Langsung: Wajib/Mengikat dan Prioritas

Pemerintah Kota Tebing Tinggi honorarium PNS khusus untuk guru dan tenaga medis.

0.00

2. Program/kegiatan yang menampung Belanja

Beasiswa Pendidikan PNS 185.000.000

3.

Program/kegiatan yang menampung Belanja Jasa Kantor

(khusus tagihan bulanan kantor seperti listrik, air, telepon dan sejenisnya )

10.261.452.300

4.

Program/kegiatan yang menampung Belanja sewa gedung kantor

(yang telah ada kontrak jangka panjangnya)

0.00

5.

Program/kegiatan yang menampung Belanja sewa perlengkapan dan peralatan kantor (yang telah ada kontrak jangka panjangnya)

0.00

TOTAL BELANJA LANGSUNG WAJIB DAN

MENGIKAT

10.446.452.300.-*) Sesuaikan atau diisi dengan nama provinsi/kabupaten/kota.

Total pengeluaran wajib dan mengikat diatas menjadi dasar dalam menentukan kebutuhan anggaran belanja yang tidak dapat dihindari dan tidak dapat ditunda dalam rangka penghitungan kapasitas riil keuangan daerah untuk analisis kerangka pendanaan.

Dengan demikian, ketersediaan dana untuk mendanai program dan kegiatan tahun rencana, yaitu:

a. Total penerimaan daerah (I) :

473.300.000.000.-b. Total Pengeluaran belanja wajib/mengikat (II)

:..556.561.547.797.-... (-) Kapasitas keuangan daerah riil(III) : (83.261.547.797,-)

Dengan demikian, ketersediaan dana untuk/sebagai pagu indikatif tahun rencana adalah: a. Kapasitas keuangan daerah riil (III) :...

b. Total Dana Program/kegiatan wajib(IV) :... (-) Total dana pagu indikatif :...

Dari total dana pagu indikatif yang ada dialokasikan keberbagai program/kegiatan sesuai urutan prioritas.Prioritas program/kegiatan dipisahkan menjadi prioritas I dan prioritas II dimana prioritas I mendapatkan prioritas pertama sebelum prioritas II.

Prioritas I:

(19)

.

(program pembangunan daerah) dan amanat/kebijakan nasional yang definitif harus dilaksanakan oleh daerah pada tahun rencana, termasuk untuk prioritas pendidikan 20% (duapuluh persen) yang terangkum dalam prioritas dan sasaran pembangunan tahunan. Suatu prioritas I harus berhubungan langsung dengan kepentingan publik, bersifat monumental, berskala besar, dan memiliki kepentingan yang tinggi, memberikan dampak luas pada masyarakat dengan daya ungkit yang tinggi pada capaian visi dan misi kepala daerah dan wakil kepala daerah. Di samping itu, prioritas I juga diperuntukkan bagi prioritas belanja yang wajib oleh peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Prioritas II:

Prioritas II merupakan prioritas program ditingkat SKPD yang berhubungan dengan pencapaian prioritas dan sasaran pembangunan daerah yang didalamnya telah mengandung penghitungan alokasi pagu kewilayahan dan dengan memperhatikan prioritas I yang berhubungan dengan SKPD terkait. Suatu prioritas II berhubungan dengan tema/program/kegiatan unggulan SKPD yang paling berdampak luas pada masing-masing segmentasi masyarakat yang dilayani.

Prioritas III:

Prioritas III merupakan prioritas yang dimaksudkan untuk alokasi belanja tidak langsung, seperti: tambahan penghasilan PNS, belanja hibah, belanja bantuan sosial organisasi kemasyarakatan, belanja bantuan keuangan kepada provinsi dan kabupaten/kota dan pemerintahan desa, serta belanja tidak terduga.

1. Analisis penerimaan pembiayaan daerah

(20)

.

Tabel : 3.12

Proyeksi Penerimaan Pembiayaan Daerah Kota Tebing Tinggi Tahun 2012*)

Tabel 3.13

Proyeksi/Target Penerimaan Daerah Pemerintah Kota Tebing Tinggi

Dalam ribuan

No Uraian Proyeksi Tahun n 2013(Rp)

1 Sisa Lebih Perhitungan Anggaran Tahun Anggaran Sebelumnya 1.1 Pelampauan penerimaan PAD

1.2 Pelampauan penerimaan Dana Perimbangan

1.3 Pelampauan penerimaan Lain-lain Pendapatan Daerah Yang Sah 1.4 Sisa Penghematan Belanja atau akibat lainnya

1.5 Kewajiban kepada pihak ketiga sampai dengan akhir tahun belum terselesaikan 1.6 Kegiatan lanjutan

2 Pencairan Dana Cadangan 2.1 Pencairan Dana Cadangan

3 Hasil PenjualanKekayaan Daerah yang Dipisahkan 3.1 Hasil penjualan perusahaan milik daerah/BUMD

3.2 Hasil penjualan aset milik pemerintah daerah yang dikerjasamakan dengan pihak ketiga 4 Penerimaan Pinjaman Daerah

4.1 Penerimaan Pinjaman Daerah dari Pemerintah

4.2 Penerimaan Pinjaman Daerah dari pemerintah daerah lain 4.3 Penerimaan Pinjaman Daerah dari lembaga keuangan bank 4.4 Penerimaan Pinjaman Daerah dari lembaga keuangan bukan bank 4.5 Penerimaan hasil penerbitan Obligasi daerah

5 Penerimaan Kembali Pemberian Pinjaman 5.1 Penerimaan Kembali Penerimaan Pinjaman 6 Penerimaan Piutang Daerah

6.1 Penerimaan piutang daerah dari pendapatan daerah 6.2 Penerimaan piutang daerah dari pemerintah

(21)

.

No Uraian Proyeksi RPJMDtahun rencana

(Rp) 2011-2015

1.1. Pendapatan Asli Daerah 45,398,825,664.47

Pajak Daerah 10,032,762,489.41

Retribusi Daerah 16,632,352,368.78

Hasil pengelolaan keuangan Daerah Yang Dipisahkan 8,904,274,178.69

Lain-Lain PAD yang sah 9,829,436,627.59

1.2. Dana Perimbangan 360,759,905,980.49

Dana Bagi Hasil Pajak / Bagi Hasil Bukan Pajak 33,513,315,463.49

Dana Alokasi Umum 303,544,941,117.00

Dana Alokasi Khusus 23,701,649,400.00

1.3. Lain-Lain Pendapatan Daerah yang Sah 59,548,210,200.35

Hibah -

Dana Darurat -

Dana Bagi Hasil Pajak dari Provinsi dan Pemerintah

Daerah Lainnya 12,583,112,105.15

Dana Penyesuaian dan Otonomi Khusus 20,658,449,935.20

Bantuan Keuangan dari Provinsi atau Pemerintah

Daerah Lainnya 7,852,048,160.00

Dana penguatan infrastruktur dan prasarana daerah 18,454,600,000.00

Total Pendapatan (a) 465,706,941,845.31

2 Penerimaan Pembiayaan

-Kewajiban kepada pihak ketiga sampai dengan akhir tahun yang belum terselesaikan

-

Kegiatan lanjutan -

Jumlah (c)

-Jumlah Kapasitas Keuangan Daerah (a) + (b) + (c) 465,706,941,845.31

Hasil analisis terhadap belanja dan pengeluaran pembiayaan daerah tahun rencana kemudian dituangkan dalam tabel berikut.

Tabel 3.14

(22)

.

2. Belanja Penerimaan Anggota dan Pimpinan DPRD serta Operasional KDH/WKDH

3. Belanja Bunga

4. Belanja Bagi Hasil

5. Belanja Bantuan kepada Desa *) 6. Belanja Bantuan Partai Politik digunakan sebagai salah satu input utama untuk membuat analisis keuangan daerah. Penentuan kemampuan keuangan daerah sangat terkait dengan kemampuan daerah untuk memperkirakan jumlah penerimaan yang akan diterima sehingga kemampuan pendanaan pembangunan daerah pada tahun rencana dapat diketahui. Penghitungan kapasitas keuangan daerah dan kerangka pendanaan pada dasarnya dilakukan dengan menganalisis sejauh mana kebijakan pengelolaan keuangan daerah dan analisis kerangka pendanaan yang telah dibuat dalam RPJMD masih relevan atau dapat dipakai pada tahun rencana. Perhitungan kapasitas keuangan daerah beserta kerangka pendanaan dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut :

1.Evaluasi atas Hasil Perhitungan Kapasitas Keuangan Daerah RKPD tahun rencana

Evaluasi atas hasil perhitungan ini dimaksudkan untuk mengetahui amanat dari RPJMD dalam menentukan kapasitas keuangan daerah serta hasilnya. Selain itu juga untuk mengetahui bagaimana dasar-dasar perhitungan dilakukan untuk tahun rencana. Evaluasi dilakukan dengan mempelajari dokumen RPJMD pada bagian kerangka pendanaan/penghitungan kapasitas keuangan daerah. Pemahaman atas perhitungan kapasitas keuangan daerah ini menjadi dasar penentuan dan perhitungan kapasitas keuangan daerah tahun rencana.

Tabel 3.15

(23)

.

No Uraian Proyeksi RPJMDtahun 2013

(Rp)

Proyeksi RPJMD tahun rencana

2014 (Rp)

(1) (2) (3) (5)

1 PENDAPATAN

1.1. Pendapatan Asli Daerah 45,398,825,664.47 54,478,590,797.37

Pajak Daerah 10,032,762,489.41 12,039,314,987.29

Retribusi Daerah 16,632,352,368.78 19,958,822,842.54

Hasil pengelolaan keuangan Daerah Yang Dipisahkan 8,904,274,178.69 10,685,129,014.43

Lain-Lain PAD yang sah 9,829,436,627.59 11,795,323,953.11

1.2. Dana Perimbangan 360,759,905,980.49 396,835,896,578.53

Dana Bagi Hasil Pajak / Bagi Hasil Bukan Pajak 33,513,315,463.49 36,864,647,009.83

Dana Alokasi Umum 303,544,941,117.00 333,899,435,228.70

Dana Alokasi Khusus 23,701,649,400.00 26,071,814,340.00

1.3. Lain-Lain Pendapatan Daerah yang Sah 59,548,210,200.35 63,657,571,220.38

Hibah - -

Dana Darurat - -

Dana Bagi Hasil Pajak dari Provinsi dan Pemerintah Daerah Lainnya 12,583,112,105.15 13,841,423,315.66

Dana Penyesuaian dan Otonomi Khusus 20,658,449,935.20 22,724,294,928.72

Bantuan Keuangan dari Provinsi atau Pemerintah Daerah Lainnya 7,852,048,160.00 8,637,252,976.00

Dana Penguatan Infrastruktur dan Prasarana Daerah 18,454,600,000.00 18,454,600,000.00

Total Pendapatan (a) 465,706,941,845.31 514,972,058,596.28

2 Pencairan Dana Cadangan (b) -

-3 Sisa Lebih Riil Perhitungan Anggaran -

-Saldo kas neraca daerah -

-Dikurangi: -

-Kewajiban kepada pihak ketiga sampai dengan akhir tahun yang

belum terselesaikan -

-Kegiatan lanjutan -

-Jumlah (c) -

-Jumlah proyeksi penerimaan riil (a+b+c) 465,706,941,845.31 514,972,058,596.28

2. Penghitungan Kapasitas Keuangan Daerah

Penghitungan dilakukan dengan menggunakan data dan informasi yang dapat digambarkan secara ringkas sebagai berikut:

(24)

.

Untuk mendapatkan pemahaman yang baik tentang berbagai komponen pembentuk kapasitas keuangan daerah dan bagaimana komponen-komponen tersebut saling mempengaruhi maka beberapa langkah perhitungan berikut perlu dilakukan.

Tahap I: Analisis dan perhitungan penerimaan daerah

1.Menghitung rata-rata pertumbuhan pendapatan, belanja tidak langsung, pembiayaan, dan neraca daerah:

a) Menghitung rata-rata pertumbuhan realisasi pendapatan daerah, dengan mengisi tabel sebagai berikut:

(25)

.

Rata-Rata Pertumbuhan Realisasi Pendapatan Daerah Pemerintah Kota Tebing Tinggi

Tahun 2009 s/d 2011 (Tw-I)

1.1. Pendapatan Asli Daerah 31,526,962,267.00 37,832,354,720.40 45,398,825,664.47

1.1.1. Pajak Daerah 6,967,196,173.20 8,360,635,407.84 10,032,762,489.41

1.1.2. Retribusi Daerah 11,550,244,700.54 13,860,293,640.65 16,632,352,368.78

1.1.3. Hasil pengelolaan keuangan Daerah Yang Dipisahkan

6,183,523,735.20 7,420,228,482.24 8,904,274,178.69 1.1.4. Lain-Lain PAD yang sah 6,825,997,658.05 8,191,197,189.66 9,829,436,627.59

1.2. Dana Perimbangan 298,148,682,628.50 327,963,550,891.35 360,759,905,980.49

1.2.1. Dana Bagi Hasil Pajak / Bagi Hasil Bukan Pajak

27,696,954,928.50 30,466,650,421.35 33,513,315,463.49

1.2.2. Dana Alokasi Umum 250,863,587,700.00 275,949,946,470.00 303,544,941,117.00

1.2.3. Dana Alokasi Khusus 19,588,140,000.00 21,546,954,000.00 23,701,649,400.00 1.3. Lain-Lain Pendapatan Daerah yang Sah 52,416,261,322.60 55,812,427,454.86 59,548,210,200.35 1.3.1 Hibah - - - 1.3.2 Dana Darurat - - - 1.3.3 Dana Bagi Hasil Pajak dari Provinsi dan Pemerintah Daerah Lainnya

10,399,266,202.60 11,439,192,822.86 12,583,112,105.15 1.3.4 Dana Penyesuaian dan Otonomi Khusus

17,073,099,120.00 18,780,409,032.00 20,658,449,935.20 1.3.5 Bantuan Keuangan….. dari Provinsi atau Pemerintah Daerah Lainnya

6,489,296,000.00 7,138,225,600.00 7,852,048,160.00 1.3.6 Dana Percepatan Desentralisasi Fiskal dan Percepatan Pembangunan Daerah

18,454,600,000.00 18,454,600,000.00 18,454,600,000.00 1.3.7 Dana Percepatan Perkembangan Infrastruktur Pendidikan

- -

-*) Sesuaikan atau diisi dengan nama provinsi/kabupaten/kota. **) Diisi sesuai dengan ketersediaan data.

b) Menghitung rata-rata pertumbuhan realisasi belanja tidak langsung daerah, dengan mengisi tabel sebagai berikut:

(26)

.

Rata-rata Pertumbuhan Realisasi Belanja Tidak Langsung Daerah Pemerintah Kota Tebing Tinggi Tahun 2010 s/d 2012 (Tw-I)

No. Uraian (n-3)(%)

7. Belanja Bantuan Keuangan Kepada Pemerintahan Desa

8. Belanja Tidak Terduga 74,53

Jumlah Belanja Tidak Langsung

*) Sesuaikan atau diisi dengan nama provinsi/kabupaten/kota. **) Diisi sesuai dengan ketersediaan data.

c) Menghitung rata-rata pertumbuhan harta dan kewajiban daerah,dengan mengisi tabel sebagai berikut :

Tabel 3.18

Rata-rata Pertumbuhan Neraca Daerah

No. Uraian (n-3)Tahun 2009(Rp) (n-2) Tahun2010 (%)

. Peralatan dan Mesin 251.619.941.974 25.62

1.2.3

. Gedung dan Bangunan 630.732.529.400 28.82

1.2.4

. Jalan, irigasi, dan Jaringan 368.243.817.366 22.93

1.2.5

. Aset Tetap Lainnya 81.487.237.829 (6.88)

1.2.6

. Konstruksi Dalam Pengerjaan 3.789.997.000 (47.54)

1.2.7

. dst……….

(27)

.

. Tagihan Penjualan Angsuran 273.96

1.3.2

Utang Perhitungan Pihak

Ketiga (34.10)

2.1.2

. Uang Muka Dari Kas Daerah 0.00

2.1.3

. Diinvestasikan Dalam Asettetap 17.59

3.2.2

. Diinvestasikan Dalam AsetLainnya 49.98

3.2.3

. Diinvestasikan dalam investasijangka panjang 8.75

JUMLAH KEWAJIBAN DAN

EKUITAS DANA 15.20

*) Sesuaikan atau diisi dengan nama provinsi/kabupaten/kota. **) Diisi sesuai dengan ketersediaan data.

(28)

.

Sumber pendapatan daerah mencakup: pendapatan asli daerah, dana perimbangan dan lain-lain pendapatan yang sah. Metode perhitungan pendapatan (PAD) dalam RKPD pada prinsipnya sama dengan perhitungan yang ada di RPJMD, namun disesuaikan dengan kondisi riil daerah dengan mempertimbangkan indikator makro ekonomi daerah tahun rencana sebagaimana yang telah dianalisis sebelumnya.

Analisis pendapatan daerah dilakukan melalui tahapan :

a. Analisis Sumber Pendapatan Daerah

Analisis ini dilakukan untuk memperoleh gambaran proporsi dari setiap sumber pendapatan daerah yang paling dominan kontribusinya yang dilakukan dengan cara menghitung persentase dari setiap objek pendapatan daerah dalam satu tahun anggaran, dibandingkan dengan total realisasi pendapatan daerah pada tahun anggaran berkenaan, dengan cara mengisi tabel dibawah ini:

Tabel 3.19

Prosentase Sumber Pendapatan Daerah

Pemerintah Kota Tebing Tinggi Tahun 2009 s/d 2011

No Uraian

1.1.3. Hasil pengelolaan keuangan Daerah Yang Dipisahkan 257,65

-1.1.4. Lain-Lain PAD yang sah 269,59 23,16

1.2. Dana Perimbangan

1.2.1. Dana Bagi Hasil Pajak / Bagi Hasil Bukan Pajak 118,06 6,71

1.2.2. Dana Alokasi Umum 100,00 33,33

1.2.3. Dana Alokasi Khusus 100,00 30,00

1.3. Lain-Lain Pendapatan Daerah yang Sah

1.3.1 Hibah -

-1.3.2 Dana Darurat -

-1.3.3 Dana Bagi Hasil Pajak dari Provinsi dan Pemerintah Daerah Lainnya 98,95 19,45

1.3.4 Dana Penyesuaian dan Otonomi Khusus 100,64 25,00

1.3.5 Bantuan Keuangan….. dari Provinsi atau Pemerintah Daerah Lainnya 99,85

-1.3.6 Dana Pungut Desentralisasi Fiskal dan Percepatan Pembangunan Daerah 90,00 -1.3.7 Dana Percepatan Pembangunan Infrastruktur Pendidikan

JUMLAH PENDAPATAN DAERAH

*) Sesuaikan atau diisi dengan nama provinsi/kabupaten/kota. **) Diisi sesuai dengan ketersediaan data.

(29)

.

Analisis ini dilakukan untuk mengetahui perkembangan realisasi setiap objek pendapatan daerah yaitu dengan membandingkan antara yang dianggarkan dalam perubahan APBD dengan realisasi pendapatan daerah pada tahun anggaran berkenaan. Analisis dilakukan dengan mengisi tabel kinerja realisasi pendapatan dibawah ini.

Tabel 3.20

1.1.1. Pajak Daerah 20% OT 10%UT 100% E

1.1.2. Retribusi Daerah

1.1.3. Hasil pengelolaan keuangan Daerah Yang Dipisahkan 1.1.4. Lain-Lain PAD yang sah

1.2. Dana Perimbangan

1.2.1. Dana Bagi Hasil Pajak / Bagi Hasil Bukan Pajak 1.2.2. Dana Alokasi Umum

1.2.3. Dana Alokasi Khusus

1.3. Lain-Lain Pendapatan Daerah yang Sah

1.3.1 Hibah

1.3.2 Dana Darurat

1.3.3 Dana Bagi Hasil Pajak dari Provinsi dan Pemerintah Daerah Lainnya 1.3.4 Dana Penyesuaian dan Otonomi Khusus

1.3.5 Bantuan Keuangan….. dari Provinsi atau Pemerintah Daerah Lainnya

*) Sesuaikan atau diisi dengan nama provinsi/kabupaten/kota. **) Diisi sesuai dengan ketersediaan data.

***) Pada baris setiap kolom objek pendapatan daerah dalam tahun anggaran berkenaan diisi dengan besarnya prosentase selisih antara realisasi dengan anggaran.

Setelah mencantumkan persentase diikuti dengan keterangan kinerja realisasi pendapatan, sebagai berikut:

 Dalam hal pelampauan target pendapatan atau over target diisi dengan (OT),

 Dalam hal tidak mencapai target yang ditetapkan atau under target diisi dengan (UT),

 Dalam hal mencapai target yang ditetapkan atau equal diisi dengan (E).

c. Analisis proyeksi pendapatan daerah

Analisis ini dilakukan untuk mendapatkan perhitungan kapasitas pendapatan daerah tahun rencana.

Analisis dilakukan berdasarkan pada data dan informasi yang dapat mempengaruhi pertumbuhan pendapatan daerah, antara lain:

(30)

.

2. Asumsi indikator makro ekonomi (PDRB/laju pertumbuhan ekonomi, inflasi dan lain-lain)

3. Kebijakan intensifikasi dan ekstensifikasi pendapatan daerah, khususnya untuk masing-masing komponen PAD.

4. Kebijakan dibidang keuangan negara.

Proyeksi pendapatan dilakukan dengan mengisi tabel sebagai berikut.

Tabel 3.21

Proyeksi Pendapatan Daerah Pemerintah Kota Tebing Tinggi

No Uraian Proyeksi Tahun n 2013(Rp)

1 PENDAPATAN

1.1. Pendapatan Asli Daerah 45.398.825.664,47

1.1.1. Pajak Daerah 10.032.762.489,41

1.1.2. Retribusi Daerah 16.632.352.368,78

1.1.3. Hasil pengelolaan keuangan Daerah Yang Dipisahkan 8.904.274.178,69

1.1.4. Lain-Lain PAD yang sah 9.829.436.627,59

1.2. Dana Perimbangan 360.759.905.980,49

1.2.1. Dana Bagi Hasil Pajak / Bagi Hasil Bukan Pajak 33.513.315.463,49

1.2.2. Dana Alokasi Umum 303.544.941.117,00

1.2.3. Dana Alokasi Khusus 23.701.649.400,00

1.3. Lain-Lain Pendapatan Daerah yang Sah 59.548.210.200,35

1.3.1 Hibah 0.00

1.3.2 Dana Darurat 0.00

1.3.3 Dana Bagi Hasil Pajak dari Provinsi dan Pemerintah Daerah Lainnya 12.583.112.105,15

1.3.4 Dana Penyesuaian dan Otonomi Khusus 20.658.449.935,20

1.3.5 Bantuan Keuangan….. dari Provinsi atau Pemerintah Daerah Lainnya 7.852.048.160,00

Gambar

Tabel 3.1Pertumbuhan Ekonomi Kota Tebing Tinggi Tahun 2006-2010 (persen)
Tabel 3.3PDRB Kota Tebing Tinggi Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha
Tabel 3.5
Tabel 3.6Tabel Inflasi Tingkat Produsen Kota Tebing Tinggi Menurut Lapangan Usaha
+7

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huruf c, perlu menetapkan Peraturan Menteri Keuangan tentang Perubahan Kedua atas Peraturan

Dalam normalitas harga RV dipilih E24 atau E48 Dengan harga tahanan depan yang tinggi, maka hilang daya pada tahanan depan dan dioda zener akan menjadi

Retribusi terminal yang selanjutnya dapat disebut retribusi adalah pembayaran atas pelayanan penyediaan tempat parkir untuk kendaraan penumpang dan bus umum, tempat

[r]

Bentuk Outline Tugas Akhir Perancangan Program/Web Design Jenjang Diploma Tiga (D.III) AMIK BSI.. Lembar Judul

Bentuk Outline Tugas Akhir Animasi Interaktif Jenjang Diploma III (D.3) AMIK BSI.. Berorientasi Pada 2D

Apabila sampai dengan batas waktu yang telah ditetapkan sebagaimana tersebut diatas, saudara tidak dapat hadir atau tidak dapat menunjukkan dokumen asli untuk melakukan

Pada penelitian ini diperoleh hasil bahwa pola asuh praktik pemberian makan merupakan faktor risiko stunting , dapat dilihat pada tabel 1 yang menyatakan bahwa pada