• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kancing Baju Jenis Ceples, Paling Praktis untuk Lansia, Telaah di Pusat Kegiatan Lansia ‘Aisyiyah-Solo’ | Ir. Solichul Hadi Achmad Bakri, M.Erg 4A KANCING JOMPO

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Kancing Baju Jenis Ceples, Paling Praktis untuk Lansia, Telaah di Pusat Kegiatan Lansia ‘Aisyiyah-Solo’ | Ir. Solichul Hadi Achmad Bakri, M.Erg 4A KANCING JOMPO"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

K ancing B aj u J enis C eples, Paling Pr ak tis untuk L ansia,

T elaah di Pusat K egiatan L ansia ‘ A isyiyah-Solo’

S ol i chul H adi A chmad B ak ri

Mahasiswa Magister Pascasarjana Program S tudi E rgonomi F isiologi K erja, Universitas Udayana – B ali. E -mail: shadibakri@ yahoo.com

A bstr ak

Berumur panjang menjadi harapan banyak orang, tetapi memiliki umur panjang dan dapat

beraktivitas secara mandiri, tentunya lebih menyenangkan. Meningkatnya kualitas pelayanan kesehatan

masyarakat umum di Indonesia, berdampak terhadap peningkatan prosentase lansia (lanjut usia) dari

tahun ke tahun. T etapi di sisi lain banyak peralatan dan asesories pakaian yang kurang memperhatikan

batasan kemampuan dan kebolehan lansia. Observasi kesesuain kancing baju ini, dilakuan terhadap 9

lansia penghuni Pusat K egiatan L ansia ‘ Aisyiyah-Solo. D iawali dengan pengukuran antropometri,

pengukuran mikroklimat, kesan/respon fisiologis dan pengukuran waktu pasang dan buka uji coba

penggunaan sepuluh macam kancing. Adapun hasil yang diperoleh dalam observasi adalah: (1) kancing

baju bewarna cerah lebih menarik selera responden, (2) di siang hari pada saat observasi dilakukan,

C , (3) kancing yang dirasa paling nyaman dan sesuai dengan selera responden, berbentuk jamur dengan

warna merah cerah (16 %) , (4) kancing yang membutuhkan waktu buka dan pasang terlama, type A (3,26

menit), (5) type J , bentuk ceplesan memiliki tingkat kepraktisan tertinggi dan waktu tersingkat dalam buka

dan pasang (1,37 menit). Perancangan perkakas dengan pendekatan SHIP (‘ sistemic, holistic, inter

discipliner & partisipatory’) diperlukan bagi lansia Indonesia di waktu mendatang.

K ata kunci : L ansia, kancing baju, ergonomis.

A bstr act

Have a long age is blessing, but be active old man is more interesting. T he increasing of health

services and low birth rate effect of family planning program, make the aging of the population is a heavy

trend throughout Indonesia. In another hand, a lot of accessories and fashion items for aging people,

C ; (3) colourful mushroom button type is make respondent fell

comfort (16 %); (4) type A button need much time(3,26 minutes) to take off & on (5) type J push button

(snap) is most practically and only needs 1,37 minutes. In future Indonesian aging people needs

conseptual design, with sistemic, holistic, inter discipliner & partisipatory (SHIP) approach for

implements product.

K ey words: Aging people, button, ergonomics.

(2)

b

S uksesnya program keluarga berencana ( K B ) yang dimulai awal tahun 1970-an dan meningkatnya kualitas pelayanan kesehatan masyarakat umum di Indonesia, berdampak terhadap

peningkatan prosentase lansia (lanjut usia) dari tahun ke tahun. Umur harapan hidup penduduk

di Indonesia dari tahun ke tahun cenderung meningkat, pada tahun 1971 harapan hidup penduduk

lelaki 40 tahun dan 45 tahun untuk wanita. Pada tahun 1988 meningkat mencapai rerata 56,5 tahun untuk lelaki dan 60 tahun untuk wanita. D iperkirakan dekade tahun 2000-an harapan hidup

akan lebih dari 65 tahun [ 1] .

K ecenderungan ini juga terjadi pada penduduk tua dunia, pada tahun 1980-an warga yang berumur 65 tahun ke atas berjumlah 5,9 % penduduk dunia. D iperkirakan pada tahun 2010

persentasenya akan meningkat menjadi 7,4 % [ 2] .

Hasil sensus penduduk Indonesia pada tahun 1961, jumlah lansia sebesar 6,1 juta jiwa atau 6,39% dari jumlah penduduk. Pada tahun 1971 jumlahnya meningkat menjadi 7,3 juta

namun secara prosentasenya turun menjadi 6,17% dari jumlah penduduk. D i tahun 1980

jumlahnya meningkat cukup tajam mencapai 11,6 juta jiwa atau 7,91% dari jumlah penduduk.

Pada tahun 2000-an diperkirakan penduduk lansia akan mencapai 22,3 juta atau 9,99% dari jumlah penduduk [ 1] .

Perancangan perkakas yang disesuaikan peruntukannya bagi manula menjadi penting

karena secara alamiah, kemampuan fisiologis organ lansia telah mengalami penurunan fungsi. K esesuaian alat yang dipergunakan seharusnya didasarkan atas kemampuan, kebolehan dan

batasan yang dimiliki lansia. B atasan kemampuan fungsi fisiologis ini ternyata berdampak juga

pada pilihan jenis kancing baju yang dipergunakan. K eluhan yang sering ditemui adalah, beberapa jenis kancing baju yang tersedia di pasaran menyulitkan lansia untuk beraktivitas secara

mandiri. Pemilihan dan penggunaan bentuk yang lebih baru, terkadang kurang memperhatikan

tingkat kesesuaian dan batasan tersebut, sehingga kancing baju yang seolah berpenampilan lebih

modis sering menimbulkan hambatan baru bagi lansia.

D engan demikian perlu dipilih atau kalau mungkin disesuaikan jenis kancing baju yang

sesuai dengan menurunnya kemampuan fisiologis dan kebolehan l ansia. B erdasarkan

permasalahan tersebut di atas dibuat rumusan permasalahannya, “jenis kancing baju manakah yang memberikan kemudahan dan paling sesuai bagi lansia di Pusat K egiatan L anjut Usia

‘ A isyi yah, S olo ? ”

2. K aj ian Pustak a

Menua atau menjadi tua adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri, atau mengganti dan mempertahankan struktur dari

fungsi normalnya. D engan begitu manusia secara progresif akan kehilangan daya tahan terhadap

inveksi dan banyak distorsi metabolik maupun struktural, yang biasa disebut dengan penyakit degeneratif. A da yang menganalogikan makin tuanya manusia seperti ausnya suku cadang mesin

yang bekerjanya sangat kompleks, yang antar bagiannya saling mempengaruhi secara

fisik/somatik. T etapi sebenarnya proses penuaan merupakan kombinasi antar berbagai faktor yang saling berkaitan [ 3] .

K emampuan fisik optimal seseorang dicapai pada saat usianya antara 25-30 tahun, dan

kapasitas fisiologis seseorang akan menurun 1% per tahunnya setelah kondisi puncaknya

(3)

c

menurunnya waktu reaksi [ 4]. Manuaba (1998) menyatakan bahwa pada usia 60 tahun, kapasitas fisik seseorang akan menurun 25% yang ditandai dengan penurunan kekuatan otot, sedang

kemampuan sensoris dan motorisnya turun sebesar 60% [ 5] .

Makin berkurangnya kemampuan koordinasi tubuh akan mempersulit lansia dalam

melakukan koordinasi pekerjaan yang membutuhkan ketrampilan dengan muatan informasi yang kompleks [ 6] . B agi lansia yang mengalami kesulitan dalam mengoperasikan perkakas rumah

tangga, telah direkomendasikan bentuk rancangan khusus yang diperuntukkan baginya. S eperti

tuas dan handel bagi penderita arthritis, parkinson’s, dan muscular distrophy [ 7] .

R ancangan kancing baju yang mempertimbangkan batasan kemampuan lansia menjadi

penting, karena akan meningkatkan kemampuannya beraktifitas secara mandiri. B ebarapa

keluhan untuk memakai pakaian sehari-hari sering ditemui, karena alasan bentuk dan kesulitan penggunaan kancing baju.

3. M ater i dan M etode

3.1 M ater i

Penelitian dilakukan, pada lokasi Pusat K egiatan L anjut Usia A isyi yah, J alan Pajajaran Utara-S umber, S urakarta. R esponden ditetapkan dari populasi wanita yang telah menghuni

ataupun mengikuti kegiatan rutin di tempat tersebut minimal selama 1 (satu) tahun dan mampu

beraktifitas secara mandiri. Parameter pengukuran objektif meliputi pengukuran suhu kering, suhu basah, indeks suhu bola basah, antropometri, denyut nadi istirahat dan nadi kerja. Percobaan

kesesuaian bentuk kancing baju ini dilakukan terhadap 10 (sepuluh) jenis dan bentuk yang

berbeda dan diupayakan dari bentuk yang banyak diperdagangkan dan dipergunakan di S olo.

3.2 M etode Penelitian

Penelitian ini mempergunakan metode observasi dan dianalisis secara statistik. Pengumpulan berbagai data primer dilakukan dengan cara observasi, wawancara dan pengukuran

dari 9 responden wanita yang ditetapkan dari populasi penghuni yang masih aktif, di Pusat

K egiatan L anjut Usia A isyi yah, J alan Pajajaran Utara-Sumber, S olo. W awancara dilakukan untuk mengetahui keluhan subjektif penggunaan kancing baju, yang meliputi kesan terhadap

bentuk dan tampilan fisik dan respon fisik. Hal lain yang juga diobservasi adalah tingkat

kemudahan responden dalam mengoperasikan kancing baju, dengan menghitung waktu yang

dibutuhkan untuk membuka dan memasang berbagai jenis kancing baju tersebut.

4. H A S I L D A N PE M B A H A S A N

4.1 M ik r ok limat

Pada observasi ini dilakukan pengukuran mikroklimat dengan mempergunakan Quest-temp. Upaya ini dilakukan untuk mengetahui apakah pada saat dilakukannya percobaan, cuaca dan

keadaan alam dalam kondisi yang normal, sebagaimana keadaan keseharian yang menyertai para

penghuni sebagai responden. Pengukuran dilakukan di tujuh ruangan (titik ukur), yang sering

(4)

d

berpengaruh terhadap pembatasan kemampuan kerja seseorang. Pengendalian terhadap pengaruh

tekanan panas akan direspon oleh tubuh dengan naiknya suhu badan pada tingkat yang masih dapat ditolerir. Pada nilai IS B B tujuh titik pemeriksaan di tempat ini, menunjukan nilai rerata

24,01

O

C . Untuk jenis pekerjaan ringan, seperti membaca, menulis dan kegiatan personal

hyegine, lansia penghuni diperkenankan beraktifitas sampai dengan 100% [ 9, 10] .

T abel 1 Hasil Pengukuran Mikroklimat (S uhu K ering, Suhu B asah, S uhu R adiasi dan

IS B B .)

4.2 K ancing B aj u

C ontoh kancing baju yang dipergunakan dalam percobaan ini sebanyak 10 (sepuluh) jenis, masing-masing jenis terdiri dari 6 (enam) buah kancing. K ancing disusun pada kain putih, yang

dibuat mirip dengan keadaan pakaian/baju yang biasa responden kenakan dalam kehidupan

(5)

e

a. untuk wawancara dan pengisian kuesioner bagian-1, responden diminta melakukan pengamatan secara visual dan seksama, serta ditanyakan kesan terhadap bentuk dan

warna,

b. responden diminta mencoba membuka dan memasang, minimal satu kali untuk

keseluruhan kancing baju uji,

c. masing-masing responden membuka dan memasang kancing baju, waktu yang

dibutuhkan untuk membuka dan pemasangan setiap jenis kancing dicatat,

d. untuk butir pertanyaan bagian-2, responden ditanyakan kesan sebelum dan sesudah mencoba pempergunakan kancing dan pendapatnya diisikan ke dalam hasil wawancara.

S edangkan hasil pencatatan rerata waktu untuk masing-masing kancing uji, dapat dilihat pada tabel 3. Pada butir pertanyaan pertama perihal kesan model dan bentuk paling bagus,

sebelum responden mencobanya diperoleh hasil 16% memilih kancing baju jenis F , jenis E

(12,31%) dan jenis C (8,86%). J awaban responden perihal ukuran kancing yang paling sesuai,

34% pilihan pada jenis E , jenis F ( 25,4%) dan jenis B (12,15%). A spek kenyamanan penggunaannya, responden memilih jenis B (35,38%), jenis E (20,76%) dan jenis H (13,07%).

Hasil pencatatan waktu yang dibutuhkan untuk membuka kancing baju, jenis J (ceples)

hanya membutuhkan waktu rerata (0,49 + 0,46) menit, berikutnya jenis H (0,98 + 0,46) menit dan paling lama tipe A (1,36 + 0,76) menit.

dibutuhkan untuk buka pasang kancing, jenis J (ceples) paling sedikit membutuhkan waktu, yaitu hanya (1,37 + 0,50) menit, jenis B (2,33 + 0,71) menit, dan berikutnya jenis H (2,36 + 0,70).

4.3 Uk ur an T ubuh L ansia

D ari pengukuran anthropometri 13 responden wanita yang masih aktif diketahui bahwa

rerata tinggi badan (140,29 + 7,23) cm (T abel 1) dan hampir semua mengalami bungkuk

punggung yang disebabkan osteoporosis dan osteomalasi tulang, sedangkan hasil pengukuran

(6)

f

beraktivitas yang ada, menyebabkan responden lebih leluasa meletakkan kain coba di pangkuannya, saat membuka dan menutup kacing baju. S aat melakukan aktivitas ini diperlukan

koordinasi ibu jari (5,28 + 0,60) cm dengan telunjuk (6,48 + 0,62) cm., tetapi mengingat kondisi

tremor pada jari tangan agak menyulitkan koordinasi jemari di kedua tangan responden. Hal ini

terlihat pada jenis kancing pipih yang memiliki bentuk kecil (jenis A ), upaya untuk membuka dan menutup dibutuhkan waktu yang paling lama, dan respon kesan sulit yang disampaikan

responden.

G ambar 2 R esponden S edang Melakukan Uji C oba K ancing

Pada umumnya responden memulai membuka dan menutup kancing, dari yang terletak

paling atas. A ktivitas ini dilakukan bukan hanya dengan mengandalkan ketrampilan jemari,

tetapi juga dengan bantuan pangkal telapak tangan selebar (7,32 + 0,31) cm. untuk menekan kain coba.

T abel 3 Ukuran A nthropometri Manula.

No. A nthr opometr i satuan R er ata SD

1 B erat badan kg. 46.19 9,24

2 T inggi badan cm. 140.29 7,23

3 T inggi siku cm. 87.07 5,19

4 T inggi knuckle cm. 56.95 12,53

5 Panjang telapak tangan cm. 16.26 0,68

6 L ebar metacarpal cm. 7.32 0.31

7 Panjang telunjuk cm. 6.48 0,62

8 Panjang ibu jari cm. 5.28 0,60

9 D iameter genggaman inch 1.31 0,08

D alam melakukan penelitian pada lansia dibutuhkan sikap yang lebih sabar dan telaten,

(7)

g

percobaan yang membutuhkan gerakan pengulangan ( repetisi), diberikan istirahat beberapa saat sebelum dilanjutkan pada tahap berikutnya. Pada lansia sering dijumpai perasaan yang lebih

sensitif, cepat marah, mudah tersinggung, gugup dan jiwa yang kurang mantap. Gejala lain yang

juga dijumpai adalah perasaan lekas lelah ( fatigue), sulit tidur ( insomnia), sering pusing ( vertigo),

sakit kepala, juga sering merasa nyeri pada seluruh anggota tubuh terutama pinggang/pinggul dan jantungnya sering berdebar-debar ( palpitasi)[ 8] .

A pabila diamati dengan seksama ternyata kancing baju jenis ceples memiliki beberapa ciri kesesuaian dengan karakteristik responden lansia di antaranya adalah sebagai berikut,

a. Untuk membuka cukup dengan menarik kain coba dan pasang kancing hanya

dibutuhkan sedikit tekanan. T idak terlampau diperlukan ketrampilan jemari lansia, yang secara fisiologis telah banyak mengalami penurunan kemampuan.

b. Hanya diperlukan sedikit rabaan, untuk dapat memasangkan kancing jenis ceples ini.

T ajam pandang ( vicus) lansia yang melemah, akan terbantu dengan kancing jenis ini.

c. Modelnya yang berpasangan dan berada di dalam lapis kain, dari luar tidak menyolok sehingga berpenampilan lebih halus dari luar.

d. Hampir semua responden berkain panjang dan berkebaya, sehingga dari kebiasaan

sosial yang ada lebih merasa nyaman mempergunakan kancing jenis ini.

5. S I M PUL A N D A N S A R A N

5.1 S impulan

D ari pembahasan di atas, dapat disimpulkan sebagai berikut.

a. B entuk kancing baju yang sepintas terlihat bagus, belum tentu sesuai dan

memudahkan kegiatan sehari-hari lansia.

b. K ancing baju bentuk ceples, paling sesuai bagi lansia penghuni Pusat K egiatan L anjut Usia ( L ansia) A isyi yah, S urakarta.

5.2 S ar an

D engan mengamati kecenderungan makin meningkatnya jumlah lansia di Indonesia, perlu

dipersiapkan berbagai hal di antaranya adalah sebagai berikut,

a. Perhatian produsen peralatan rumah tangga untuk dapat menghasilkan peralatan yang

sesuai dipergunakan oleh manula.

b. Penelitian terapan dari dunia akademisi untuk lansia, perlu ditingkatkan.

c. Peran serta masyarakat untuk memberikan dukungan kepada manula, sehingga

penghargaan kepada manula lebih nyata. Hindarkan lansia dari stress, kesepian

(8)

h

6. D aftar K epustak aan

[ 1] A stawan, Made; W ahyuni, Mita (1988). Gizi dan K esehatan MANUL A (Manusia Usia

L anjut). PT . Mediyatama S arana Perkasa, J akarta, pp.2-15.

[ 2] K umashiro, Masaharu ( 2000), “E rgonomics S trategies and A ctions for A chieving

Productive Use of an A geing W ork Place”, E rgonomics, 2000. V ol.43, No.7, L ondon,

pp.1007-1018.

[ 3] D armojo, R .B oedhi (1999). Geriatri (Ilmu K esehatan Usia L anjut) “T eori Proses

Menua”, B alai Penerbit, F akultas K edokteran Universitas Indonesia, J akarta, pp. 2-9.

[ 4] K emper,H.C .G . (1994), Work and Aging a E uropean Perspective, “Physical W ork and the Physiological C onsequenses for the A ging W orkers”, T aylor & F rancis, L ondon,

pp.32-46.

[ 5] Manuaba, A . (1998). B unga R ampai E rgonomi V olume 1, K umpulan A rtikel, Universitas Udayana, D enpasar, pp. 24-25.

[ 6] A . K ok; L orist, M.M.; C remer, R & S nel, J . (1994). “A ge R elated D ifferences in

Mental W ork C apacity, E ffect of T ask C omplexity and S tressors on Performance”, Work and Aging a E uropean Perspective T aylor & F rancis, L ondon, pp.139-161.

[ 7] T illey, A .R . (1993). T he Measure af Man and Woman, Henry D reyfuss A ssociates,

New Y ork, pp. 33-50.

[ 8] Mardjikun, Prastowo (1993). S eminar S ehari, “Manusia L anjut Usia: R ealitas dan

Harapan”, IPA D I, Persiapan Menyongsong Manula dari S egi K esehatan, Y ogyakarta

R abu 16 J uni 1993, Y ogyakarta, pp. 9-10.

[ 9] D epartemen T enaga K erja, R epublik Indonesia, 1995. “S tandar Pengujian Iklim K erja

dengan Parameter IS B B ”, D epnaker, J akarta, pp. 6-7.

[ 10] S olichul Hadi, dkk. (2001), “T he Observation A bout Pleasant C ondition of R ental R oom in X -A rea, D enpasar”. Guide B ook E rgonomics and S port Physiology S eminar,

D enpasar 9-12 J uli 2001, Udayana University, D enpasar, pp. 16.

Gambar

Tabel 1 Hasil Pengukuran Mikroklimat (Suhu K ering, Suhu Basah, Suhu Radiasi dan ISBB.)
Tabel 2  Hasil Pendataan Waktu Pasang dan Buka Kancing Baju.
Gambar 2 Responden Sedang Melakukan Uji Coba Kancing

Referensi

Dokumen terkait

Studi kinetika fotoreduksi Cr(VI) terkatalisis TiO 2 pada penelitian ini didasarkan pada persamaan kinetika yang diturunkan dari persamaan Langmuir yang dimodifikasi

Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa siswa di SMA Negeri Kecamatan Tangerang Kota Tangerang memiliki kebutuhan yang tinggi akan layanan online self-help dengan menampilkan

Yaitu terdapat hubungan diantara anggota-anggota dari serangkaian pengamatan yang tersusun dalam rangkaian waktu atau yang tersusun dalam rangkaian ruang, penyimpangan ini

Bagi pelamar yang dinyatakan lulus Seleksi Administrasi WAJIB MEMBAWA ASLI Ijazah, ASLI Transkrip, ASLI Sertifikat ANT/ATT (bagi yang dipersyaratkan) dan Tanda Bukti Pendaftaran

Diantaranya adalah penelitian yang dilakukan oleh Bontis (1998, 2000) yang memiliki tujuan untuk menginvestigasi hubungan antara ketiga elemen intellectual capital

[r]

Berdasarkan studi pendahuluan pada bulan Maret minggu ke- 2, 8 dari 10 lansia tidak mengetahui tentang pengertian osteoporosis.Tujuan penelitian ini adalah mengetahui

(1) Peningkatan kualitas produksi kopi, (2) Penambahan volume penawaran ekspor kopi saat harga ekspor kopi Indonesia tinggi untuk meningkatkan pendapatan dari