• Tidak ada hasil yang ditemukan

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Persepsi Siswa Kelas X Terhadap Peranan Guru BK di SMA Negeri 2 Salatiga Tahun Ajaran 2012/2013 T1 132009042 BAB II

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Persepsi Siswa Kelas X Terhadap Peranan Guru BK di SMA Negeri 2 Salatiga Tahun Ajaran 2012/2013 T1 132009042 BAB II"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

1.1. Peranan Guru BK

Pada dasarnya layanan bimbingan dan konseliing dalam seting sekolah,

ditujuhkan pada semua siswa, baik yang sifatnya preventif, kuratif maupun

pengembangan. Prinsip ini diajukan atas asumsi bahwa setiap individu pada dasarnya

mempunyai masalah haya saja perbedaannya terletak pada besar atau kecil, berat atau

ringan masalah tersebut. Namun demikian prioritas bantuan diberikan pada siswa

yang menunjukan gejala perilaku salah suai baik dalam belajar, hubungan sosial

maupun dalam penyesuaian diri secara umum dengan tuntutan sekolah. Yang menjadi

kendalah adalah kebanyakan siswa yang bermasalah tidak menunjukan bahwa dirinya

bermasalah. Itulah sebabnya seorang guru BK harus bisa menunjukan perannya yang

baik yang bisa mempengaruhi siswa untuk bisa dengan sukarelah datang kepada guru

BK untuk mengungkapkan permasalahan yang dialaminya. Sehubungan dengan hal

itu, guru BK harus bekerja sama dengan guru mata pelajaran untuk memahami

masalah-masalah yang muncul dalam diri siswa terkait dengan masalah belajar di

kelas.

Selain itu Guru BK juga harus bisa bekerja sama dengan kepala sekolah selaku

penanggung jawab seluruh penyelenggaraan pendidikan di sekolah sehingga dalam

pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling, kepala sekolah dapat mengkoordinir

(2)

pengawasan dan pembinaan terhadap perencanaan dan pelaksanaan program,

penilaian dan upaya tindak lanjut pelayanan bimbingan dan konseling, serta

menyediakan fasilitas untuk menunjang pelaksanaan layanan bimbingan dan

konseling.

Dalam pembahasan berikut ini akan dibahas tentang peranan guru BK menurut

beberapa ahli berikut ini:

Menurut Winkel dan Hastuti (2004) Peranan Guru BK di sekolah adalah:

1. Memberikan pelayanan kepada semua siswa secara merata, dan tidak hanya memberikan perhatian kepada siswa yang merupakan suatu kasus atau kepada siswa yang memberikan tanggapan positif kepadanya.

2. Sebagai administrasi, melakukan bimbingan kelompok dan bimbingan klasikal, melakukan konseling kelompok dan konseling individual.

3. Menciptakan variasi saluran untuk bekerja sama dengan staf pengajar.

4. Mengembangkan dedikasi aktif terhadap profesinya sendiri.

Menurut Wrenn, (dalam Roosdi, 1988) Peranan Guru BK di sekolah adalah;

“Memberikan konseling kepada siswa dalam hal: (1) Pemahaman diri, pembuatan

keputusan dan perencanaan dengan menggunakan interviu dan situasi-situasi

kelompok; (2) Memberikan konsultasi kepada staf pengajar dan orang tua siswa,

mengenai pertanyaan-pertanyaan yang berkenaan dengan pemahaman dan

penanganan siswa; (3) Mempelajari perubahan-perubahan sifat-sifat keseluruhan

siswa serta menginterpretasikan informasi tentang siswa itu kepada administrator dan

komisi pengembangan kurikulum; dan (4) Menampilkan fungsi sebagai perantara

dengan lain-lain sekolah dan sumber-sumber konseling dalam masyarakat, serta

(3)

I. Jumhur dan Moh. Surya (dalam blog.elearning.unesa.ac.id 2012) mengatakan

bahwa peranan guru BK yang paling utama di sekolah adalah memperlancar

usaha-usaha sekolah dalam mencapai tujuan pendidikan. Usaha untuk pencapaian tujuan ini

sering mengalami hambatan, dan ini terlihat pada anak-anak didik. Mereka tidak bisa

mengikuti program-program pendidikan di sekolah disebabkan karena mereka

mengalami berbagai masalah, kesulitan, ataupun rasa ketidakpastian. Disinilah letak

peranan Guru BK, yaitu memberikan bantuan untuk mengatasi masalah tersebut

sehingga anak-anak lebih berhasil. Suatu program bimbingan yang efektif

menghendaki pelayanan suatu anggota staf yang cakap dan berwewenang disamping

guru-guru biasa. Anggota staf yang dimaksud itu adalah guru penyuluhan atau

Kounselor. Sikap yang ramah dan terbuka yang yang mendasari relasi konselor dan

konseli akan menimbulkan suasana yang baik dan memberikan gambaran yang jelas

kepada anak apa yang dapat diharapkannya dari konselor dari proses konseling.

H. Mohamad Surya (2008) Menjelaskan bahwa dalam keseluruhan kegiatan pendidikan khususnya pada tatanan persekolahan, layanan bimbingan dan konseling mempunyai posisi dan peran yang cukup penting dan strategis. Bimbingan dan Konseling berperan untuk memberikan layanan kepada siswa agar dapat berkembang secara optimal melalui proses pembelajaran secara efektif. Dalam kaitan ini para pembimbing diharapkan mampu:

1. Mengenal dan memahami setiap siswa baik secara individual maupun kelompok.

2. Memberikan informasi-informasi yang diperlukan dalam proses belajar.

3. Memberi kesempatan yang memadai agar setiap siswa dapat belajar sesuai dengan karakteristik pribadinya.

4. Membantu setiap siswa dalam menghadapi masalah-masalah pribadi yang dihadapinya.

5. Menilai keberhasilan setiap langkah kegiatan yang telah dilakukan.

(4)

a. Mengadakan inventarisasi masalah dan kebutuhan siswa-siswa sekolah yang bersangkutan. Kemudian menentukan prioritas masalah/kebutuhan yang akan dilayani.

b. Mengadakan inventarisasi fasilitas yang ada disekolah, yang meliputi: tenaga yang ada yang dapat menjadi pemikir atau pelaksana program bimbingan, ruang yang dapat dikembangkan, pelayanan bimbingan yang sudah ada dan yang mungkin dapat dikembangkan, keuangan dan alat-alat lain yang dibutuhkan.

c. Mempertimbangkan sifat-sifat kas sekolah: tingkat atau jenis sekolah, ukuran sekolah, lingkungan, sejarah dan tujuan pendidikan sekolah.

d. Menentukan program kerja (program bimbingan atas dasar masalah-masalah yang perlu segera ditangani program kerja ini akan mencakup rumusan tujuan bimbingan yang ingin dicapai.

e. Menentukan personalia dan pembagian tugas dan tanggung jawab dibuat merata dengan mempertimbangkan minat, kesempatan dan kemampuan yang dimiliki oleh setiap petugas yang ada.

f. Peranannya sebagai Administrator Bimbingan.

Perlu diingat bahwa dalam rangka menolong dibutuhkan data dari siswa. Data

yang dicatat adalah data yang mutlak diperlukan, misalnya untuk informasi dan

follow-up dalam bimbingan kelak.

1. Peranannya sebagai Penasehat.

Sehubungan dengan peranan ini pembimbing perlu memikirkan masalah-masalah tentang:

a. Kapan nasehat akan diberikan dan kepada siapa (siswa)

b. Isi nasehat yang akan diberikan dan bagaimana nasehat akan diberikan

c. Tujuan yang ingin dicapai melalui pemberian nasehat

d. Akibat-akibat yang mungkin timbul dengan pemberian nasihat.

Selanjutnya dalam pemberian nasehat, hendaknya:

1. Pembimbing aktif untuk berpikir untuk mencari, menemukan pemecahan masalah/pemenuhan kebutuhan siswa.

2. Pembimbing mendorong siswa untuk turut aktif dalam proses pemberian nasehat.

(5)

Dalam peranan ini pembimbing mungkin berkonsultasi dengan guru, orang tua

atau petugas (ahli) dari bidang yang berlainan dalam rangka menolong siswa.

Sehubungan dengan peranan ini agar pertolongan berhasil maka pembimbing perlu:

1. Mengidentifikasi masalah/kebutuhan siswa yang akan dikonsultasi

2. Mengidentifikasi kesulitan yang dialaminya dalam menolong siswa.

3. Membuat program bersama untuk menolong sampai pelaksanaannya

4. Mengadakan evaluasi atas dasar hasil yang diperoleh dari pelaksanaan program yang sudah ditentukan.

5. Mengembangkan program dan tindak lanjut

4. Pembimbing sebagai Pemberi Informasi (informan)

Tugas utama pembimbing dalam peranan ini adalah memberikan informasi.

Informasi tersebut diberikan kepada siswa dengan cara wawancara, ditulis (dalam

buletin, majalah, surat kabar) dan dikusi. Sehununagan dengan peranan ini,

pembimbing dalam rangka menolong siswa perlu:

a. Mencari/mengumpulkan informasi yang diperlukan siswa dan menyimpannya. b. Menyeleksi informasi yang sesuai dengan masalah atau kebutuhan siswa. c. Memberikan informasi kepada siswa pada waktu yang tepat dan dengan cara

yang terbaik dan atas dasar pemikiran bahwa siswa mampu mengambil keputusan sendiri (jika tidak perlu diadakan diskusi dengan pembimbing) d. Menerbitkan informasi untuk kepentingan umum.

5. Pembimbing sebagai Tester.

Salah satu teknik pengumpulan data dalam rangka memahami siswa adalah

testing, khususnya tes psikologi yang mencakup tes bakat, minat, kecerdasan dan

kepribadian. Sehubungan dengan peranan ini pembimbing haruslah:

(6)

b. Memiliki ketrampilan yang diperlukan untuk mengadakan atau menyelenggarakan tes.

c. Menyediakan alat-alat tes yang sesuai dengan kebutuhan dalam rangka menolong siswa.

6. Pembimbing sebagai penatar bimbingan dan penyuluhan (Trainer).

7. Pembimbing Sebagai Konselor/Penyuluh

Sehubungan dengan peranan ini, tugas pembimbing adalah mengadakan konseling. Agar ia berhasil, maka dalam konseling haruslah ia melakukan

a. Untuk persiapan: menyiapkan tempat, berusaha memahami kesulitan/masalah siswa dan mempelajari data sisaw.

b. Untuk menciptakan hubungan yang baik dengan siswa: mengadakan perkenalan dengan siswa, menanyakan hal-hal yang bersifat identitas dan tidak berbicara langsung kepada persoalan siswa

c. Selama proses konseling berlangsung (isi konseling): memikirkan inti masalah siswa, selalu melihat hubungan antara yang dibicarakan dengan inti masalah, menghubungkannya jika pembicaraan siswa terlalu menyimpang.

d. Menutup konseling pada saat yang tepat, merangkum keputusan-keputusan/kesimpulan-kesimpulan yang ditemukan dan membuat rencana bagi langkah selanjutnya.

Yusuf dan Juntika (2008), menerangkan tentang kekeliruan menafsirkan arti

bimbingan adalah sebagai berikut:

a. Bimbingan Identik dengan Pendidikan.

b. Bimbingan hanya untuk Siswa-siswa yang salah suai (maladjusted).

c. Bimbingan berarti bimbingan jabatan/pekerjaan.

d. Bimbingan diperuntukan bagi siswa sekolah lanjutan.

e. Bimbingan adalah usaha untuk memberikan nasehat.

f. Bimbingan menghendaki keputusan dalam tingkah laku.

(7)

Menurut Jeanette (2005) peran guru BK adalah sebagai berikut

a. Sebagai konselor ; untuk mencapai sasaran intrapersonal dan interpersonal, mengatasi defisit pribadi dan kesulitan perkembangan, membuat keputusan dan memikirkan rencana tindakan untuk perubahan dan pertumbuhan, meningkatkan kesejahteraan dan kesehatan.

b. Sebagai konsultan; agar mapu bekerja sama dengan orang lain yang mempengaruhi kesehatan mental klien.

c. Sebagai agen pengubah; mempunyai dampak/pengaruh atas lingkungan untuk meningkatkan berfungsinya klien

d. Sebagai agen prevensi primer; mencega kesulitan dalam perkembangan dan

coping sebelum terjadi.

e. Sebagai manajer; untuk mengelola program pelayanan multifaset yang berharap dapat memenuhi berbagai macam ekspektasi peranan.

Dari berbagai literature di atas, maka penulis menarik suatu kesimpulan bahwa peranan Guru BK di Sekolah adalah

a. Menyusun program Bimbingan dan Konseling bersama kepala sekolah.

b. Memberikan garis-garis kebijaksanaan umum mengenai kegiatan Bimbingan dan Konseling.

c. Mengkoordinasikan laporan kegiatan pelaksanaan program sehari-hari.

d. Membantu untuk memahami dan mengadakan penyesuaian kepada diri sendiri, lingkungan sekolah, dan lingkungan sosial yang makin lama makin berkembang.

e. Menerima dan mengklasifikasikan informasi pendidikan dan informasi lainnya yang diperoleh dan menyimpannya sehingga menjadi catatan kumulatif siswa.

f. Menganalisis dan menafsirkan data siswa untuk menetapkan suatu rencana tindakan positif terhadap siswa.

g. Melaksanakan bimbingan kelompok dan konseling individual.

h. Memberikan informasi pendidikan dan jabatan kepada siswa-siswa dan menafsirkannya untuk keperluan pendidikan dan jabatan.

(8)

j. Bersama guru membantu siswa memilih pengalaman atau kegiatan-kegiatan kurikuler yang sesuai dengan minat, sifat, bakat dan kebutuhannya.

k. Membantu guru menyusun pengalaman belajar dan membuat penyesuaian metode mengajar yang sesuai dengan dan dapat memenuhi sifat masalah masing-masing siswa.

l. Mengadakan konsultasi dengan orang tua siswa mengadakan kunjungan rumah (home visit).

1.2. Persepsi Siswa terhadap Peranan Guru BK

Persepsi dapat didefinisikan sebagai suatu proses dimana individu-individu

mengorganisasikan dan menafsirkan kesan inderanya agar memberi makna kepada

lingkungannya. Persepsi tersebut seringkali berbeda dengan kenyataan yang

sesungguhnya. Hal ini karena perilaku manusia seringkali didasarkan pada persepsi

terhadap kenyataan, bukan mengenai kenyataan itu sendiri. Untuk itu, dapat dipahami

bahwa pada objek yang sama persepsi dan perilaku seorang siswa akan berbeda-beda.

Persepsi dapat mengalami perbedaan dan penyimpangan dari objek yang

sebenarnya. Hal ini dipengaruhi oleh kondisi subjek dan objek yang terkait dengan

stimulus atau informasi yang diterima seseorang. Demikian juga siswa dalam menilai

peranan guru BK, tentu saja akan berbeda antara siswa satu dengan yang lain.

Persepsi negatif siswa terhadap guru BKmerupakan pandangan atau pendapat

siswa yang negatif terhadap konselor sekolah. Yang menentukan persepsi bukan jenis

atau bentuk stimuli, tetapi karakteristik orang yang memberikan stimuli itu. Artinya

bahwa seseorang mengorganisasikan stimuli dengan melihat konteksnya. Walaupun

stimuli yang diterima itu tidak lengkap, orang akan mengisinya dengan interpretasi

(9)

Persepsi terjadi karena adanya rangsangan (stimulus) yang diterima oleh panca

indera individu. Dari persepsi akan dinalar dan kemudian akan muncul suatu

tanggapan (respon) dari individu tersebut terhadap objek yang diamati. Persepsi

positif timbul karena adanya stimulus positif yang diterima oleh panca indera

individu. Misalnya, seseorang yang murah senyum dan ramah, akan dipersepsi

sebagai orang yang baik. Sedangkan persepsi negatif terjadi karena adanya stimulus

yang negatif (kurang baik) yang diterima atau ditangkap oleh panca indera individu.

Misalnya, seseorang yang cemberut dan berbicara dengan nada suara yang agak

tinggi, maka orang itu akan dipersepsikan sebagai orang yang galak.

Dalam pembahasan selanjutnya dibahas pengertian persepsi menurut para ahli,

adalah sebagai berikut:

Persepsi adalah “suatu proses pengenalan atau identifikasi sesuatu dengan

menggunakan panca indera (Sasanti, 2003). Kesan yang diterima individu sangat

tergantung pada seluruh pengalaman yang telah diperoleh melalui proses berpikir dan

belajar, serta dipengaruhi oleh faktor yang berasal dari dalam diri individu.

Walgito (2001) mengemukakan bahwa persepsi merupakan suatu proses yang

didahului oleh penginderaan. Penginderaan diartikan sebagai suatu proses

diterimanya stimulus oleh individu melalui alat penerima yaitu alat indera. Sehingga

dapat disimpulkan bahwa proses persepsi tidak dapat lepas dari proses penginderaan

dan proses penginderaan merupakan proses yang mendahului terjadinya persepsi.

Menurut Desideranto dalam psikologi komunikasi Jalaluddin Rahmat (2003) persepsi

(10)

pengalaman hidup seseorang yang melakukan penafsiran itu.Dengan demikian dapat

dikatakan juga bahwa persepsi adalah hasil pikiran seseorang dari situasi tertentu.

Berdasarkan berbagai pandangan dari beberapa tokoh diatas, maka penulis

menyimpulkan bahwa yang dimaksud dengan persepsi adalah hasil dari seseorang

individu menilai atau mengorganisasi dan menafsirkan maksud-maksud informasi

untuk memberi makna atau arti tentang suatu objek, benda, orang, atau kejadian yang

dialami sehari-hari sehingga berpengaruh terhadap cara berpikir dan perilakunya.

Sehingga dapat dijelaskan bahwa persepsi adalah sebagai proses mental pada individu

dalam usahanya mengenal sesuatu iyang meliputi aktifitas mengolah suatu stimulus

yang ditangkap indera dari suatuobjek, sehingga didapat pengertian dan pemahaman

tentang stimulus tersebut. Persepsi merupakan dinamika yang terjadi dalam diri

individu saat menerima stimulus dari lingkungannnya.

1.3. Proses Terjadinya Persepsi

Proses terjadinya persepsi pada diri individu tidak berlangsung begitu saja,

tetapi melalui suatu proses. Proses persepsi adalah peristiwa dua arah yaitu sebagai

hasil aksi dan reaksi.

Menurut Walgito (2002), terjadinya persepsi melalui suatu proses, yaitu melalui

(11)

1. Suatu objek atau sasaran menimbulkan stimulus, selanjutnya stimulus tersebut

ditangkap oleh alat indera.Proses ini berlangsung secara alami dan berkaitan

dengan segi fisik. Prosestersebut dinamakan proses kealaman.

2. Stimulus suatu objek yang diterima oleh alat indera, kemudian disalurkan ke

otak melalui syaraf sensoris. Proses pentransferan stimulus ke otak disebut

proses psikologis, yaitu berfungsinya alat indera secara normal, dan otak

selanjutnya memproses stimulus hingga individu menyadari objek yang

diterima oleh alat inderanya. Proses ini juga disebut proses psikologis. Dalam

hal ini terjadilah adanya proses persepsi yaitu suatu proses dimana individu

mengetahui dan menyadari suatu objek berdasarkan stimulus yang mengenai

alat inderanya

Proses persepsi individu akan mengadakan penyeleksian apakah stimulus itu

berguna atau tidak baginya, serta menentukan apa yang terbaik untuk dilakukan.

Berdasarkan atas pengertian dan faktor-faktor yang mempengaruhinya,maka persepsi

berkaitan dengan tingkah laku. Oleh sebab itu individu (siswa)yang persepsinya

positif tentang objek, ia akan bertingkah laku positif tentang objek itu. Persepsi siswa

tentang peranan guru BK di sekolah akan mempengaruhi kepribadian siswa di

sekolah, apabila siswa memiliki persepsi yang positif atau baik terhadap peranan guru

Bk di sekolah tersebut, maka siswa akan memiliki motivasi untuk bisa terbuka

(12)

Proses persepsi menurut Mar’at (dalam Sunarti 2011) adanya dua komponen

pokok yaitu seleksi dan interpretasi. Seleksi yang dimaksud adalah proses

penyaringan terhadap stimulus pada alat indera. Stimulus yang ditangkap oleh indera

terbatas jenis dan jumlahnya, karena adanya seleksi. Hanya sebagian kecil saja yang

mencapai kesadaran pada individu. Individu cenderung mengamati dengan lebih teliti

dan cepat terkena hal-hal yang meliputi orientasi mereka.

Interpretasi sendiri merupakan suatu proses untuk mengorganisasikan

informasi, sehingga mempunyai arti bagi individu. Dalam melakukan interpretasiitu

terdapat pengalaman masa lalu serta sistem nilai yang dimilikinya. Sistem nilai di sini

dapat diartikan sebagai penilaian individu dalam mempersepsi suatu objek yang

dipersepsi, apakah stimulus tersebut akan diterima atau ditolak. Apabila stimulus

tersebut menarik atau ada persesuaian maka akan dipersepsi positif, dan demikian

sebaliknya, selain itu adanya pengalaman langsung antara individudengan objek yang

dipersepsi individu, baik yang bersifat positif maupun negatif.

2.4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Persepsi

Proses pembentukan persepsi dijelaskan oleh Feigi (dalam Sunarti 2011)

sebagai pemaknaan hasil pengamatan yang diawali dengan adanya stimuli. Setelah

mendapat stimuli, pada tahap selanjutnya terjadi seleksi yang berinteraksi dengan

“interpretation”, begitu juga berinteraksi dengan “closure”. Proses seleksi terjadi

pada saat seseorang memperoleh informasi, maka akan berlangsung proses

penyeleksian pesan tentang mana pesan yang dianggap penting dan tidak penting.

(13)

yang berurutan dan bermakna, sedangkan interpretasi berlansung ketika yang

bersangkutan memberi tafsiran atau makna terhadap informasi tersebut secara

menyeluruh.

Siagian, (1994) mengemukakan bahwa komponen-komponen yang

mempengaruhi persepsi ada tiga faktor , yang meliputi:

1) Pelaku persepsi

Apabila seorang individu memandang suatu objek dan mencoba menafsirkan

apa yang dilihatnya, penafsiran itu sangat dipengaruhi oleh karakteristik pribadi

dan pelaku persepsi individu itu, seperti sikap, motif, kepentingan minat,

pengalaman dan pengharapan.

2) Sasaran/objek

Karakteristik dari target yang akan diamati dapat mempengaruhi apa yang

dipersepsikan, sasaran itu mungkin berupa orang, benda, atau peristiwa.

3) Situasi

Unsur lingkungan sekitarnya bisa mempengaruhi persepsi kita. Jadi persepsi

harus dilihat secara kontekstual, artinya dalam situasi mana persepsi itu timbul

perlu mendapat perhatian.

Mencermati ketiga faktor yang mempengaruhi persepsi, dapat ditarik

kesimpulan bahwa faktor yang lebih dominan berpengaruh terhadap persepsi adalah

(14)

individu dalam memberikan persepi terhadap sesuatu hal itu sangat bergantung pada

masing-masing individu.

2.5. Hasil Penelitian yang Relevan

Berikut ini akan disajikan beberapa Penelitian yang relevan yang berhubungan

dengan persepsi siswa terhadap peranan guru BK, yakni sebagai berikut.

Penelitian Hera, (2007) tentang persepsi siswa terhadap peranan guru BK

dalam mengembangkan life skills SMK Surakarta, menyimpulkan bahwa guru BK

belum memaksimalkan peranannya sebagai seorang konselor yang dapat

meningkatkan life skills SMK sehingga banyak siswa SMK yang tidak memiliki daya

saing di dunia kerja dan sulit mendapatkan kerja sesuai bidangnya.

Penelitian Ismunandar, (2009) tentang persepsi siswa terhadap peran guru BK dalam meningkatkan motivasi berlajar siswa kelas III di SMP MA’ Arif Sultan Agung, Seyengan, Sleman Yogyakarta, menyimpulkan bahwa peran guru BK dalam

meningkatkan motivasi belajar siswa kelas III sudah baik, dengan ditandai

peningkatan para siswa terutama siswa kelas III kembali bersemangat dalam belajar.

Penelitian Devina tentang Persepsi siswa terkahadap Peranan guru BK dalam

melaksanakan bimbingan belajar di SMAN 2 Semarang, menyimpulkan bahwa

peranan Guru BK dalam melaksanakan perannya sudah baik, yakni 80% siswa

menyatakan bahwa guru BK sudah melaksananperanannya dengan baik.

2.6. Hipotesis Penelitian

Hipotesis yang dirumuskan dalam penelitian ini bahw persepsi siswa terhadap

peranan guru BK di SMAN 2 Salatiga adalah sebagai berikut.

a. Persepsi siswa terhadap peranan guru BK dalam bekerja sama dengan guru

(15)

b. Persepsi siswa terhadap peranan guru BK dalam bekerja sama dengan kepala

sekolah adalah baik

c. Persepsi siswa terhadap peranan guru BK Sebagai seorang Konselor adalah baik

d. Persepsi siswa terhadap peranan guru BK sebagai perancang Program Bimbingan

dan Konseling adalah baik

e. Persepsi siswa terhadap peranan guru BK sebagai Penasehat adalah baik

f. Persepsi siswa terhadap peranan guru BK sebagai Konsultan adalah baik

Referensi

Dokumen terkait

1 Pembangunan Perpustakaan MTsN Karanggede Rp 126,000,000.00 Karanggede Pengadaan Langsung Kecil Mei APBN Tahun Anggaran 2013. KEPALA MTsN KARANGGEDE

Perihal : Rencana Umum Pengadaan (RUP) Anggaran Tahun 2013. NO Nama Paket

Persiapan area perawatan, persiapan terapis, dan persiapan klien yang disiapkan sesuai dengan prinsip kebersihan dan kesehatan.. Kulit yang akan dirawat harus tidak boleh

Sehubungan dengan Evaluasi Penawaran, Kami Panitia Pelelangan mengundang Saudara untuk dapat menghadiri Ferifikasi dan Klarifikasi terhadap Perusahaan pada

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa karya ilmiah yang berjudul Analisis Perbedaan Kinerja Keuangan, Tingkat Kemahalan Harga Saham, Return Saham, dan Likuiditas Saham Perusahaan

Sanggahan disampaikan kepada Pokja 3 Pekerjaan Konstruksi ULP Pemerintah Kabupaten Jombang melalui Apilkasi SPSE pada website LPSE Kabupaten Jombangb.

ANALISIS PERBEDAAN KINERJA KEUANGAN, TINGKAT KEMAHALAN HARGA SAHAM, RETURN SAHAM, DAN LIKUIDITAS SAHAM PERUSAHAAN YANG MELAKUKAN STOCK SPLIT DAN YANG TIDAK PADA PERUSAHAAN

4.1. Capaian pembelajaran mata kuliah ini meliputi: 1) mahasiswa mampu menjelaskan perkembangan busana tradisional Indonesia, perkembangan busana kuno