• Tidak ada hasil yang ditemukan

RINGKASAN EKSEKUTIF DINAS LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN BANTUL TAHUN 2021 DOKUMEN INFORMASI KINERJA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DAERAH (DIKPLHD)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "RINGKASAN EKSEKUTIF DINAS LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN BANTUL TAHUN 2021 DOKUMEN INFORMASI KINERJA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DAERAH (DIKPLHD)"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

DOKUMEN INFORMASI KINERJA PENGELOLAAN

LINGKUNGAN HIDUP DAERAH (DIKPLHD)

KABUPATEN BANTUL

TAHUN 2020

DINAS LINGKUNGAN HIDUP

KABUPATEN BANTUL

(2)

2

DOKUMEN INFORMASI KINERJA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DAERAH KABUPATEN BANTUL TAHUN 2020

Ringkasan Eksekutif (Executive Summary)

I. Pendahuluan

Kualitas lingkungan hidup yang baik dan sehat merupakan hak asasi dan hak konstitusional bagi seluruh masyarakat di negara Indonesia. Oleh karena itu, pelaksana dan pemangku kebijakan berkewajiban untuk melakukan perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup untuk mewujudkan pembangunan yang berkelanjutan. Oleh karena itu dalam Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup yang mengamanatkan kepada pemerintah, swasta dan masyarakat agar lebih memperhatikan aspek pengelolaan dan perlindungan lingkungan. Peningkatan aspek tersebut ditunjukkan dengan lebih memperketat peraturan dan perijinan lingkungan, pengawasan lingkungan dan penilaian laporan dokumen informasi kinerja pengelolaan lingkungan hidup daerah menjadi perangkat penting bagi pemerintah dalam mengevaluasi kondisi lingkungan dan pengambilan keputusan yang menyangkut perencanaan pembangunan suatu daerah.

Salah satu faktor kunci untuk memenuhi hak dan kewajiban dalam perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup adalah tersedianya data dan lnformasi lingkungan bagi seluruh pihak. Hal ini sesuai dengan Undang-undang No. 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan informasi publik. Berdasarkan surat Kementerian Negara Lingkungan Hidup (KNLH) Tahun 2020 tentang pelaporan Status Lingkungan Hidup Daerah (SLHD). Penyusunan DIKPLHD Kabupaten Bantul Tahun 2020 dimaksudkan untuk memberikan data dan informasi mengenai kondisi lingkungan hidup dan berbagai upaya yang telah dilakukan dalam perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup. Dokumen ini dapat menjadi rujukan bagi para pemangku kepentingan untuk mewujudkan pembangunan berkelanjutan,

(3)

3 serta diharapkan dapat mendorong peningkatan partisipasi masyarakat untuk meningkatkan kualitas lingkungan hidup.

Dengan latar belakang berbagai uraian tersebut, Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Bantul menyusun Dokumen Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah (DIKPLHD) dengan mengacu kepada pedoman umum penyusunan yang dikeluarkan oleh Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK). Dokumen DIKPLHD Kabupaten Bantul Tahun 2020 ini disusun sebagai langkah dalam memenuhi kewajiban Pemerintah Kabupaten Bantul tentang penyediaan informasi lingkungan hidup.

II. ANALISIS DRIVING FORCE, PRESSURE, STATE, IMPACT, DAN RESPONSE ISU LINGKUNGAN HIDUP DAERAH

A. TATA GUNA LAHAN

Driving Force

a. Kondisi pertumbuhan penduduk yang tidak dikendalikan dapat menjadi pemicu berbagai permasalahan lingkungan hidup terutama penyediaan lahan untuk rumah dan kegiatan ekonomi. Jumlah penduduk Kabupaten Bantul pada semester 2 tahun 2020 tercatat sebanyak 954.706 dengan rincian 475.871 jiwa laki-laki dan 478.835 jiwa perempuan, meningkat sebesar 0,57% dibandingkan jumlah penduduk pada tahun 2019 sebanyak 949.325 jiwa.

b. Perubahan lahan pertanian menjadi lahan non pertanian tidak dapat dihindari seiring dengan meningkatnya pertumbuhan penduduk. c. Sumber daya alam tambang galian industri khususnya batuan

jumlahnya berlimpah di beberapa wilayah kecamatan seperti seperti Kretek, Pundong, Sewon, Piyungan, Banguntapan, Sedayu dan lain-lain. Kegiatan penambangan umumnya dilakukan oleh kelompok, perorangan, maupun pihak swasta.

(4)

4 d. Penyebaran penduduk di wilayah Kabupaten Bantul tidak merata, daerah yang memiliki morfologi berbukit seperti di Kecamatan Dlingo kepadatan penduduknya akan lebih rendah akibat adanya akses dan jangkauan terhadap fasilitas umum.

Pressure

a. Dinamika perubahan lahan pertanian menjadi lahan non pertanian tercatat di tahun 2020 luas perubahan penggunaan lahan adalah 156.302 Ha, sementara dari tahun 2017 sampai dengan tahun 2019 terjadi perubahan sebesar 52004,3 Ha.

b. Pembangunan infrastruktur pendukung seperti gedung tinggi, maupun sarana prasarana umum lainnya juga mempengaruhi perubahan tata guna lahan yang ada. Wilayah Kabupaten Bantul secara geologis di lewati oleh sesar aktif dan terdapat topografi terjal yang meningkatkan resiko bencana.

c. Pembukaan lahan untuk tambang (WPR) juga semakin menekan keadaan lingkungan hidup.

State

a. Tata Air (Kualitas & Kuantitas) b. Hilangnya Sumberdaya Genetik c. Pangan

d. Bencana Alam

Impact

a. Penurunan kualitas lahan Luas lahan kritis di kawasan hutan di Kabupaten Bantul pada tahun 2020 mencapai 113,62 ha.

b. Perubahan mata pencaharian, penurunan kualitas lahan dan menurunnya jumlah flora dan fauna.

c. Pencemaran sungai dan laut yang termasuk tercemar sedang indeks pencemarannya.

(5)

5 d. ketahanan sumberdaya pangan, pencemaran udara atau kebisingan,

pencemaran kualitas air dan kerusakan jalan

e. Tingkat risiko bencana meningkat terutama banjir dan longsor (pembangunan yang tidak sesuai Rencana Tata Ruang Wilayah) serta adanya kebakaran.

f. Pemanfaatan lahan yang melebihi daya dukung dan daya tampung.

Response

a. Adanya kebijakan rasio kenaikan pajak ketika mengalami perubahan fungsi lahan yang cukup drastic untuk memberikan efek jera. b. Upaya penangan lahan kritis dengan perbaikan kualitas tanah melalui

pemupukan dan penanaman penambahan luasan tutupan vegetasi di kawasan lindung (sempadan pantai, mata air dan lahan kritis). c. Upaya penanganan kerusakan lahan akibat kegiatan pertambangan

tidak berizin oleh masyarakat yang dilakukan dengan pendekatan kepada warga melalui pembinaan-pembinaan.

d. Pengelolaan jasa ekosistem lintas kabupaten yang berkelanjutan. e. Pengembangan sosial, ekonomi, budaya, dan pendidikan untuk

meningkatkan kapasitas masyarakat dalam menghadapi bencana.

B. KUALITAS AIR & SANITASI MASYARAKAT

Driving Force

a. Populasi dan sebaran (konsentrasi) kepadatan penduduk yang tidak merata sehingga kebutuhan ruang meningkat yang akan mempengaruhi kualitas air yang dapat dilihat pada jumlah pelanggan PDAM yang cukup tinggi yakni sebanyak 24532 rumah tangga dengan kebutuhan volume air mencapai 4489910 m3.

b. Bertambahnya volume sampah di TPA Piyungan yang sudah melebihi kapasitasnya, menyebabkan penurnan kualitas air akibat dari proses pelindian sampah terutama saat musim penghujan.

(6)

6 c. Kebutuhan ekonomi yang semakin mendesak menyebabkan masyarakat melakukan tindakan yang dilarang seperti membuang sampah sembarangan dan menebang pohon.

d. Perilaku masyarakat dalam mengelola lingkungan.

Pressure

a. Aktivitas pertanian dan non pertanian yang menyebabkan laju erosi semakin mengalami peningkatan. Luasan lahan kritis di kawasan hutan di Kabupaten Bantul pada tahun 2020 mencapai 113,62 ha. b. Aktivitas pengelolaan dan mobilisasi sampah di TPA Piyungan

menghasilkan air lindi yang dapat mencemari air tanah dan sungai. c. Kurangnya pemanfaatan embung dan semakin tingginya angka pemanfaatan airtanah sebagai sumber air baku dalam pemenuhan kebutuhan air sehari-hari.

d. Aktivitas perubahan penggunaan lahan yang semakin dinamis. Tercatat di tahun 2020 luas perubahan penggunaan lahan adalah 156.302 Ha, untuk kegiatan pembangunan infrastruktur permukiman 18664 Ha dan perkebunan sebesar 1341.21 Ha.

Gambar 1. Luas Perubahan Penggunaan lahan Kabupaten Bantul.

State

a. Kualitas air irigasi untuk kebutuhan pertanian dari sungai buruk. Hasil pemantauan pada tahun 2020 diketahui bahwa 20% titik pantau mengalami pencemaran ringan, 60% mengalami pencemaran

(7)

7 sedang dan 20% mengalami pencemaran berat dibandingkan baku mutu klas II.

b. Meningkatnya rata rata tren indeks kualitas air sungai yang mencapai nilai 51,8 atau capaian naik 103,6% dari target RPJMD pada tahun 2020 dibandingkan tahun 2019 sebesar 39,63.

c. Pencemaran yang dominan di sebabkan oleh bakteri E-Coli.

Impact

a. Meningkatkan kecepatan terjadinya reaksi kimia dan menurunkan kualitas air sungai

b. Hilangnya spesies flora dan fauna di ekosistem sungai dan pesisir c. Menurunkan kualitas kesehatan masyarakat, peningkatan beban

pencemar sungai dan menyebabkan biota air tercemar d. Terganggunya kesuburan tanah yang diairi dari air sungai e. menurunkan jumlah oksigen terlarut (DO)

f. Keseimbangan lingkungan terganggu

Response

a. Monitoring kualitas air secara berkala dan berkesinambungan

b. Monitoring kualitas air secara berkala melalui sumur pantau dan mengelola air lindi di TPA Piyungan

c. Meningkatkan kegiatan penghijauan untuk mengurangi erosi d. Penerapan ijin lingkungan bagi pelaku usaha dan/atau kegiatan

terutama industri

e. Peningkatan peran serta masyarakat dalam pengendalian lingkungan dan peningkatan potensi air permukaan untuk dapat dikelola dan dimanfaatkan menjadi sumber air baku.

C. KUALITAS UDARA Driving Force

(8)

8 a. Sumber emisi bergerak seperti kendaraan bermotor. Penggunaan energi pada sektor transportasi tahun 2020 berjumlah 589.271 unit mengalami kenaikan dari tahun 2019 sebesar 450.392 unit. b. Sumber tidak bergerak seperti pembakaran sampah atau bekas

tanaman padi yang dilakukan oleh masyarakat maupun industri. c. Posisi geografis Indonesia terletak di daerah tropis, diantara

Benua Asia dan Australia, diantara Samudera Pasifik dan Samudera Hindia, serta dilalui garis katulistiwa, menyebabkan wilayah Indonesia rentan terhadap perubahan cuaca/iklim.

Pressure

a. Semakin meningkatnya aktivitas transportasi disebabkan oleh volume kendaraan yang terus meningkat. Panjang jaringan jalan beraspal kategori jalan kabupaten tahun 2020 dengan kondisi baik dan sedang mencapai 624,47 km atau 93,85%.

b. Pencemaran udara akibat dari kegiatan industri.

c. Pencemaran udara oleh aktivitas manusia dan bencana kebakaran lahan atau hutan sebagai dampak dari perubahan iklim.

State

a. Hasil pengukuran kualitas udara ambeien di Kabupaten Bantul masih relatif baik dengan 8 parameter sesuai bakumutu. Indeks Kualitas Udara (IKU) Tahun 2020 turun yakni menjadi 85,18, dari Tahun 2019 yang mencapai nilai sebesar 90,90.

(9)

9 b. Hujan asam yang tidak terlalu terjadi

c. Cuaca ekstrim akibat dari fenomena global dari sistem interaksi lautan atmosfer yang ditandai dengan adanya anomali suhu permukaan laut di wilayah Ekuator Pasifik Tengah.

Impact

a. Penurunan kesehatan masyarakat terutama pernapasan akibat dari bencana kebakaran.

b. Perubahan suhu yang cukup drastis sehingga berdampak pada ketidakseimbangan ekosistem.

Response

a. Pengawasan dan pengendalian pencemaran udara dari sumber tidak bergerak dengan cara monitoring pada sejumlah titik-titik pantai yang telah ditentukan.

b. Peningkatan RTH dan memperbanyak pohon penghijauan di kanan kiri jalan serta hutan kota

c. Pengukuran emisi kendaraan bermotor dikarenakan polutan seperti gas CO2 (karbon dioksida) merupakan salah satu dari polutan penyebab efek gas rumah kaca (GRK).

d. Pengembangan ruang terbuka hijau publik dan hutan kota

D. RESIKO BENCANA Driving Force

a. Pemanfaatan lahan yang tidak sesuai daya dukung dan daya tampung lingkungan. Pemukiman yang berada di sekitar faktor pengontrol longsor, dan alih fungsi pada daerah imbuhan.

b. Semakin padatnya kondisi permukiman yang distribusinya tidak merata.

c. Alih fungsi lahan pada daerah imbuhan dan tingginya aktivitas masyarakat kompleks

(10)

10

Pressure

a. Dari tahun ke tahun pengajuan izin perubahan penggunaan lahan terus meningkat. Tercatat di tahun 2020 luas perubahan penggunaan lahan adalah 156.302 Ha.

b. Semakin meningkatnya aktivitas transportasi disebabkan oleh volume kendaraan yang terus meningkat.

c. Perubahan lahan yang terbesar untuk kegiatan pembangunan infrastruktur permukiman 18664 Ha dan perkebunan sebesar 1341.21 Ha.

State

a. Wilayah Kabupaten Bantul secara geologis di lewati oleh sesar aktif dan terdapat topografi terjal yang meningkatkan resiko bencana.

b. Penggunaan alat listrik yang tidak aman dan pembukaan lahan dengan cara dibakar

c. kondisi permukiman tidak tahan gempa

Impact

a. Kerugian bencana kebakaran tanah longsor di Kabupaten Bantul mencapai 54,3 juta rupiah tanpa adanya kerugian jiwa

b. Adanya jumlah kejadian kebakaran yakni 227, hal ini dipicu oleh adanya pembukaan lahan dengan cara dibakar sedangkan musim kemarau pada tahun 2020 cukup Panjang.

Response

a. Analisis daya dukung dan daya tampung lingkungan b. Penerapan RTRW berbasis bencana

c. Pendidikan bencana usia dini hingga SLTA

d. Pembuatan dan sosialisasi kebijakan Pencegahan dan Penanganan Kebakaran

(11)

11 e. Meningkatkan partisipasi aktif dalam pemadaman awal

kebakaran di daerahnya

E. PERKOTAAN Driving Force

a. Semakin banyak penduduk, maka semakin banyak juga timbulan sampah yang di hasilkan yang mencapai 2060,68 m3/hari pada tahun 2020 Kabupaten Bantul.

b. Kebutuhan ekomoni yang tidak didukung layanan sanitasi dan sampah. Angka total BABS (Buang Air Besar Sembarangan) Kabupaten Bantul tahun 2020 adalah sebanyak 7.577 KK, dengan jumlah tertinggi terdapat di Kecamatan Pajangan

c. Sikap dan perilaku masyarakat

Pressure

a. Jumlah timbulan sampah yang semakin banyak seiring dengan pertumbuhan penduduk, dari Tahun 2017 hingga Tahun 2020 selalu mengalami peningkatan kurang lebih 100.000 m3/tahun.

b. Kebutuhan masyarakat meningkat

c. Luas TPA terbatas dan digunakan untuk regional Kabupaten Sleman dan Kota Yogyakarta

State

a. Kualitas lingkungan yang mengalami penurunan diakibatkan oleh (bau, air lindi) dari TPS dan titik-titik keramaian.

b. Kondisi TPA Piyungan kapasitas maksimal 2700000 M3 mengalami over kapasitas di tahun 2020 telah mencapai 3857990 M3.

c. Ceceran Sampah Akibat Penutupan Sementara TPA Piyungan

Impact

(12)

12 b. Pembuangan sampah di sungai

c. Penurunan kesehatan masyarakat

Response

a. Sosialisasi dan Pembinaan Pengelolaan Sampah dengan prinsip 3R pada setiap lingkup masyarakat mulai dari RT/RW hingga tingkat kecamatan

b. Intensifikasi dan ektensifikasi area TPA

c. Pengefektifan bank sampah dan kebijakan pembatasan plastik di masyarakat

III. PENENTUAN ISU PRIORITAS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH Hasil dari Focus Group Disscussion (FGD) dan diskusi intensif yang dilakukan, menghasilkan ketetapan isu lingkungan prioritas di Kabupaten Bantul sebagai berikut :

1. Tata Kelola TPST Piyungan Melebihi Kapasitas (Overload) 2. Penurunan Kuantitas Sumber Air

3. Penurunan Kualitas Air

Selanjutnya isu prioritas lingkungan di Kabupaen Bantul yang telah ditetapkan akan menjadi landasan utama dalam pembahasan inovasi pemerintah daerah dalam pengelolaan lingkungan hidup.

IV. INOVASI DAERAH DALAMPENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DI KABUPATEN BANTUL

Upaya inovasi yang dilakukan oleh Pemerintah Kab. Bantul meliputi kegiatan atau program yg terkait dengan isu-isu perubahan iklim, perbaikan kualitas lingkungan, perbaikan kualitas sumberdaya alam, dan perbaikan tata kelola lingkungan.

A. Pembuatan Rencana Detail Tata Ruang Wilayah (RDTR)

Pembuatan Peta Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) di Kabupaten Bantul meliputi, Kawasan Pantai Selatan, Kabupaten Bantul, Peta Pola

(13)

13 Ruang Kawasan Pedesaan, Kabupaten Bantul, Peta Pola Ruang Kawasan Perkotaan, Kabupaten Bantul, Kecamatan Kasihan, Kabupaten Bantul, dan

Kecamatan Kasihan, Kabupaten Bantul.

B. Program Persampahan (Komposter, Gropyok Sampah, Kampung KB Hijau, Sosialisasi, dan Patroli Persampahan)

1. Pengadaan Komposter, Truck Amroll, dan Gerobak Sampah 2. Kegiatan Kerjasama Pengelolaan Sampah dan Launching

3. Patroli Lingkungan Operasi Tangkap Tangan (OTT) Sampah dan Penanganan COVID-19

4. Kegiatan Gropyok Sampah dan Kajian Persampahan 5. Pelatihan dan Workshop Pengelolaan Sampah 6. Kegiatan Evaluasi, monitoring, dan Pelaporan

C. Info Lingkungan SUDOKU (Susun Dokumen Lingkungan)

Program Peningkatan Kualitas Dan Akses Informasi Sumberdaya Alam Dan Lingkungan Hidup info lingkungan SUDOKU (Susun Dokumen Lingkungan). Rencana usaha/ kegiatan yang tidak wajib AMDAL harus menyusun dokumen UKL-UPL/DPL atau SPPL.

D. Program pengelolaan ruang terbuka hijau (RTH)

GreenPOTS merupakan kegiatan edukasi kepada masyarakat untuk menciptakan, mempertahankan, dan memanfaatkan RTH privat yang ada disekitarnya. Masyarakat diberikan pengetahuan dan penyadaran bahwa dengan melakukan kegiatan penghijauan dalam skala kecil baik di rumah maupun komunitas akan berkontribusi langsung dalam mendukung pencapaian target RTH, serta telah dilaksanakan pembugaran sebanyak 16 RTH di Kabupaten Bantul.

E. Reboisasi dan penghijauan lingkungan

Kegiatan reboisasi dilaksanakan di dalam kawasan hutan (hutan negara), sedangkan kegiatan penghijauan dilakukan di luar areal kawasan hutan (hutan negara) atau di lahan milik masyarakat/petani (hutan rakyat). Reklamasi lahan bekas penambangan pasir

(14)

14 dilaksanakan di Dusun Lanteng dan Siluk Desa Selopamioro Kabupaten Bantul sejumlah pohon 3.200 batang, dengan jenis tanaman mahoni, munggur, jati, sengon dan petai.

F. Penyelamatan flora fauna dan konservasi kawasan lindung

Pelaksanan progam konservasi pada tahun 2020 yang terlaksana meliputi, penambahan luasan tutupan vegetasi di kawasan lindung (sempadan pantai, mata air dan lahan kritis), penanaman bibit tanaman penghijauan lingkungan srandakan sebanyak 10.000 batang, penanaman bibit tanaman penghijauan lingkungan sanden sebanyak 4.000 batang, penanaman bibit tanaman sempadan sungai sebanyak 4.000 batang, penanaman bibit tanaman sempadan mata air sebanyak 2.500 batang, penanaman bibit mangrove sebanyak 10.000 batang, penanaman mangrove sebanyak 10.000 batang.

G. Pelestarian Kearifan Lokal Labuhan dan Merti Dusun.

upaya manusia di dunia untuk hidup selalu berdekatan dengan Alam. Masyarakat di Kabupaten Bantul terutama di daerah pesisir Parangtritis dan Pandansimo mengadakan upacara Labuhan. Upacara Labuhan menurut masyarakat setempat dimaknai sebagai pendekatan diri kepada Tuhan yang telah menganugerahkan hidup dan alam yang terus dimanfaatkan oleh manusia

H. Inovasi Produk Hukum Pengelolaan Lingkunga Hidup

Peraturan-peraturan sebagai landasan dalam mewujudkan lingkungan yang baik sesuai amanat didalam UU no. 32 tahun 2009 sangatlah diperlukan. Sampai dengan tahun 2020, pemerintah Kabupaten telah mengeluarkan sebanyak 20 produk hukum yang berkaitan dalam bidang lingkungan hidup.

Gambar

Gambar 1. Luas Perubahan Penggunaan lahan Kabupaten Bantul.

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan penelitian ini adalah untuk menemukan makna dari simbol nonverbal serta citra yang terbentuk dari orang yang paling berpengaruh di Indonesia saat ini, dimana

Beberapa program kerja yang direncanakan dalam kegitan PPL 1 adalah Program pengembangan media profil PPPPTK Seni dan Budaya, Pengembangan naskah website, pengolahan

Temuan penelitian ini dipertegas dengan pendapat Dekawati (2011) yang menyebutkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja guru diantaranya tingkat

Kondisi keluarga yang harmonis ditandai dengan adanya suatu bentuk komunikasi yang baik antara orang tua dengan anak, bapak dengan ibu, dan antara anak dengan saudaranya,

Adapun beberapa tahapan proses dari Sistem temu kembali informasi dalam menemukan dokumen yang relevan terhadap query pengguna adalah sebagai

Tetapi kita harus bisa menata pola tidur kita yang baik supaya tidur bisa tepat waktu dan juga kan menyehatkan tubuh kita.. Sebenarnya pola hidup yang benar tidaklah susah akan

Selain program LGC, Pemerintah Kabupaten Lamongan juga memprogramkan kegiatan yang bersifat inovatif yaitu pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Sampah (PLTSa),

Dengan kondisi tersebut diatas, inovasi daerah dalam perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup yang dilakukan oleh Kabupaten Dharmasraya berupa beberapa program prioritas