• Tidak ada hasil yang ditemukan

3 METODOLOGI. 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "3 METODOLOGI. 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan melalui tahapan persiapan, pengumpulan data, pengolahan data, dan analisis data. Tahap persiapan dan pengumpulan data dilakukan selama empat bulan, mulai Juli 2011 sampai dengan Nopember 2011. Pengolahan dan analisis data dilakukan selama sepuluh bulan, mulai Nopember 2011 sampai dengan September 2012.

Kegiatan persiapan, pengolahan, dan analisis data dilaksanakan di Jakarta, sedangkan pengumpulan data dilakukan di lokasi penelitian yaitu Desa Kenanga Blok Dukuh, Kecamatan Sindang, Kabupaten Indramayu, Provinsi Jawa Barat. Fokus penelitian yang ditinjau adalah 34 unit pengolahan ikan (UPI) UKM sentra industri pengolahan kerupuk ikan dan udang di Desa Kenanga, yang terdiri dari 26 UPI skala usaha kecil dan 8 UPI skala usaha menengah.

3.2 Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan soft system methodology (SSM), dimana inti proses pendekatan metode SSM adalah membandingkan antara kondisi nyata yang ada dengan kondisi model yang seharusnya terjadi, sehingga menghasilkan pemahaman lebih baik atas kondisi yang dijadikan objek penelitian. Implikasinya adalah dihasilkan beberapa ide untuk menghasilkan perbaikan melalui sejumlah aksi.

Menurut Jeppensen (2009), SSM dapat dibedakan dengan beberapa metodologi yang berkembang dalam khazanah riset sosial, baik yang secara langsung berlabel metodologi serba sistem (system methodology) maupun yang tidak secara langsung berlabel metodologi serba sistem. Tiga ciri utama SSM adalah 1) pemahaman dan analisis situasi masalah; 2) analisis relasi dan peran para pihak terkait; dan 3) analisis relasi dan peran politik serta sosial para pihak terkait.

Secara singkat, suatu metodologi penelitian dapat dibedakan menjadi metodologi berpikir serba sistem keras (hard system thinking) dan berpikir serba

(2)

sistem lunak (soft system thinking). Perbedaan umum dua kategori berpikir serba sistem menurut Maani dan Cavana (2004) dapat dilihat pada Tabel 9.

Tabel 9 Perbedaan umum dua kategori berpikir serba sistem

Hard System Thinking Soft System Thinking Fakta lapangan Well structured (strukturnya berbentuk) Ill structured (strukturnya

tidak berbentuk)

Fakta lapangan Simply complexity (kompleksitas sederhana) Complexity (kompleksitas) Orientasi riset Bersifat eksternal Bersifat internal

Contoh metodologi System dynamics Soft system methodology Sumber: Maani dan Cavana (2004)

Kerangka kerja teori atau theoretical framework (F) dan metode (M) yang digunakan untuk memformulasikan dan memandu intervensi penelitian, serta menciptakan perasaan akumulasi pengalaman dalam intervensi penelitian tersebut (Checkland 1991). Refleksi terhadap F, M, dan A atau tema penelitian dilakukan agar penemuan hasil penelitian tercapai.

Dalam konteks penelitian ini, peneliti menggunakan SSM baik untuk keperluan riset (research interest) maupun keperluan pemecahan masalah (problem solving interest). Pada akhirnya, desain siklus riset tindakan, akan melahirkan pengetahuan baru, memodifikasi pertanyaan yang telah ada, atau mendapatkan pertanyaan baru untuk dihasilkan (generated) pada A dan atau F. Peneliti melakukan perbaikan atas situasi permasalahan (problematical situation) dalam pengembangan UKM sentra industri pengolahan kerupuk ikan dan udang di Indramayu (Tabel 10).

Menurut Checkland dan Poulter (2006), metode SSM dilaksanakan melalui tujuh tahapan yaitu 1) identifikasi permasalahan tidak terstruktur; 2) strukturisasi permasalahan; 3) perumusan root definitions; 4) perumusan model konseptual; 5) perbandingan model konseptual dengan fakta lapangan; 6) penentuan perubahan yang secara sistem diinginkan; dan 7) pelaksanaan langkah tindakan untuk perbaikan. Siklus ini akan berulang apabila ditemukan hal-hal yang dipandang perlu diperbaiki ataupun ditingkatkan kualitasnya.

(3)

Tabel 10 Framework penelitian pada UKM sentra industri pengolahan kerupuk ikan dan udang di Indramayu

PENJELASAN Kerangka teoritis

(F)

Kerangka kelembagaan (institutional framework) yang dibangun dari tiga tingkat kerangka kelembagaan: makro, meso dan mikro (the new institusionalisms in economics and sociology/NIES) digunakan dalam rangka pengembangan UKM sentra industri pengolahan kerupuk ikan dan udang di Indramayu

Metodologi untuk keperluan riset

(MR)

Metodologi action research - Soft systems methodology

Situasi problematis fakta lapangan

(P)

Kerangka kelembagaan dalam bentuk aturan formal dan informal sebagai hasil dinamika di antara aktor pada tataran makro, meso dan mikro dalam rangka pengembangan UKM sentra industri

pengolahan kerupuk ikan dan udang di Indramayu Metodologi untuk

keperluan pemecahan masalah

(MPS)

Soft systems methodology

Area spesifik yang akan diteliti

(A)

1) Merumuskan permasalahan utama yang terjadi pada UKM sentra industri pengolahan kerupuk ikan dan udang di Indramayu

2) Memformulasikan kerangka kelembagaan pada UKM sentra industri pengolahan kerupuk ikan dan udang di Indramayu 3) Menyusun strategi pengembangan UKM sentra industri

pengolahan kerupuk ikan dan udang di Indramayu Sumber: diadaptasi dari McKay dan Marshall (2001)

Siklus pembelajaran ini bermula dari mencari tahu tentang situasi problematis dalam mendefinisikan/mengambil tindakan untuk memperbaikinya. Pembelajaran yang terjadi adalah pembelajaran sosial kelompok dalam melakukan penelitian. Meskipun pembelajaran setiap individu untuk sebagian besar atau lebih kecil karena batas personal, maka setiap orang memberikan pengalaman yang berbeda dan pandangan dunia yang berbeda (the different worldviews) yang membawa mereka pada penelitian.

Checkland menggunakan konsep sistem, sebagai basis teoretis bagi pembuatan model. Ketika garis pemisah tujuh tahapan SSM dirasakan sebagai kesulitan ontologi yang perlu penjelasan lebih lanjut, fungsi epistemologi sangatlah penting dan jelas. Epistemologi memisahkan produk konseptual pada basis sistem teori yang eksplisit (systems thinking world) dari kesan dan

(4)

interpretasi yang mungkin sama dengan “konseptual”, namun tidak memiliki fondasi teoritis (real world).

Mengambil tindakan sebagai hasil penelitian tentu saja akan mengubah situasi awal ke situasi baru, sehingga pada prinsipnya siklus bisa mulai lagi (sebuah sistem yang relevan kemudian menjadi sebuah sistem untuk membuat perubahan). SSM bukan hanya sebuah metodologi untuk studi set-up khusus atau proyek, melainkan lebih umum cara mengelola kegiatan fakta lapangan yang bertujuan (real-world purposeful activity) dalam arti yang sedang berlangsung.

3.3 Pengumpulan data

Penelitian dilaksanakan sesuai dengan tahap-tahap yang telah ditentukan dalam metode SSM di atas, sehingga metode pengumpulan data yang dilakukan di lapangan bersifat formal maupun informal yaitu melalui teknik pengumpulan data primer dan sekunder. Data primer adalah data yang dikumpulkan langsung oleh peneliti dari para responden, dan bukan berasal dari pengumpulan data yang pernah dilakukan sebelumnya. Data sekunder adalah data yang diperoleh peneliti dari sumber yang sudah ada.

Teknik pengumpulan data primer dilakukan melalui observasi lapangan, wawancara, dan merancang kelompok diskusi atau focus group discussion (FGD), sedangkan data sekunder diperoleh melalui studi dokumentasi, buku-buku, surat kabar, makalah, arsip dan dokumen-dokumen lainnya yang berhubungan dengan pengembangan UKM sentra industri pengolahan kerupuk ikan dan udang di Indramayu.

Tahapan pengumpulan data diuraikan sebagai berikut: 1) Studi pustaka

Studi pustaka digunakan untuk menelusuri konteks penelitian, studi terdahulu yang relevan dengan konteks penelitian, dan pengkajian hasil penelitian sebelumnya mengenai pengembangan UKM sentra industri pengolahan kerupuk ikan dan udang di Indramayu, Jawa Barat.

2) Observasi lapangan

Fokus observasi dilaksanakan pada bagaimana karakteristik dynamic capabilities anggota organisasi dalam proses perumusan suatu kebijakan. Data

(5)

penting penelitian dari pengamatan mencakup identifikasi tugas masing-masing aktor, identifikasi tools yang dilaksanakan dalam tugas tersebut, membangun interaksi antara aktor dan sistem, menggambarkan kehidupan sehari-hari di lapangan, membangun struktur permasalahan, mengumpulkan tools yang digunakan menghasilkan informasi, dan mengobservasi kinerja partisipan. Semasa observasi, sekaligus dikumpulkan data sekunder yang dibutuhkan.

3) Wawancara mendalam

Wawancara mendalam secara formal dan informal, dilakukan melalui tatap muka dan tanya jawab langsung terhadap narasumber atau sumber data dan melalui telepon. Teknik wawancara yang diterapkan sebagai teknik pengumpulan data melalui wawancara tidak terstruktur atau wawancara bebas, yaitu peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang berisi pertanyaan yang akan diajukan secara spesifik, dan hanya memuat poin-poin penting masalah yang ingin digali dari responden.

Wawancara mendalam dilakukan untuk menangkap abstraksi pemikiran, persepsi, dan refleksi stakeholder yang terkait dalam konteks pengembangan UKM sentra industri pengolahan kerupuk ikan dan udang di Indramayu, Jawa Barat. Wawancara mendalam melibatkan berbagai elemen pemangku kepentingan, mulai dari pelaku usaha/UKM, koperasi dan asosiasi, pemerintah pusat (Kementerian Kelautan dan Perikanan) dan pemerintah daerah (Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi Jawa Barat; Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Indramayu).

4) Kelompok diskusi

Kelompok diskusi atau FGD (focus group discussion) bersama dengan primary maupun secondary stakeholders (pelaku usaha/UKM, koperasi dan asosiasi, pemerintah pusat dan daerah) pada konteks UKM sentra industri pengolahan kerupuk ikan dan udang di Indramayu, Jawa Barat. Kelompok diskusi atau FGD ini bertujuan agar dapat menangkap interpretasi dan abstraksi pemikiran para stakeholders dengan lebih mendalam dan komprehensif.

(6)

3.4 Narasumber penelitian

Pemilihan narasumber/responden dalam analisis ini, dilakukan secara sengaja (purposive sampling) artinya bahwa penentuan sampel mempertimbangkan kriteria-kriteria tertentu yang telah dibuat terhadap obyek yang sesuai dengan tujuan penelitian. Narasumber penelitian yang dipilih yaitu berdasarkan tingkat kepentingan dalam konteks situasi permasalahan, pengalaman, dan pengetahuan narasumber.

Narasumber diharapkan dapat membantu dalam menelusuri dan memahami situasi permasalahan yang terjadi dalam mengembangkan UKM dan meningkatkan daya saing UKM sentra industri pengolahan kerupuk ikan dan udang di Indramayu, Jawa Barat. Penelitian menggunakan kerangka Nee (2005) yaitu pengembangan UKM sentra industri pengolahan kerupuk ikan dan udang di Indramayu pada tataran makro, meso, dan mikro. Narasumber yang terlibat, sebagai berikut:

1) Pada tataran makro, terdiri dari:

- Pemerintah pusat: Kementerian Kelautan dan Perikanan

- Pemerintah daerah: Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi Jawa Barat, dan Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Indramayu

2) Pada tataran meso, terdiri dari:

- Koperasi Kerupuk Mitra Industri (KKMI) Indramayu - Asosiasi Pengusaha Kerupuk Indramayu (APKI)

3) Pada tataran mikro, terdiri dari: - Pelaku/pemilik usaha

- Pekerja pada UKM sentra industri pengolahan kerupuk ikan dan udang di Indramayu

3.5 Tahapan Penelitian

Mengacu pada research interest dan pemecahan masalah pada penelitian (problem solving interest) dalam SSM, maka peneliti melakukan beberapa tahapan analisis data (Tabel 11) melalui proses pemulihan (recoverability), bukan pengulangan (repeatability) seperti pada pendekatan kuantitatif (Checkland dan Poulter 2006). Tahapan penelitian yang dilakukan terdiri dari enam tahapan.

(7)

Mulai dari identifikasi permasalahan tidak terstruktur (unstructured problems) sampai pada penentuan perubahan yang secara sistem diinginkan (systemically desirable) dan secara budaya dapat dikerjakan (culturally feasible).

Tabel 11 Tahapan penelitian dengan pendekatan SSM

Tahap SSM Deskripsi Teknik

Pengumpulan Data

Identifikasi permasalahan tidak terstruktur

Mengumpulkan data primer dan sekunder melalui berbagai macam informasi yang berkaitan dengan situasi permasalahan. Hasil pengumpulan data dan interpretasi informasi akan memberikan gambaran mengenai situasi permasalahan pada konteks penelitian

Studi pustaka, observasi lapangan, dan

wawancara mendalam

Strukturisasi permasalahan

Menyusun gagasan-gagasan mengenai situasi permasalahan secara sistematis berdasarkan informasi yang diperoleh sehingga menjadi strukturisasi permasalahan

Studi pustaka, observasi lapangan, dan

wawancara mendalam

Perumusan root definitions (RDs)

Menyusun metafora “akar” dari permasalahan yang dapat menyampaikan dan menggambarkan sistem dalam konteks penelitian. RDs menggambarkan apa, bagaimana, dan mengapa dalam sistem yang dilakukan, dan selanjutnya RDs digunakan untuk memperkaya pertanyaan mengenai situasi permasalahan

Studi pustaka dan wawancara mendalam

Perumusan model konseptual

Membuat model berdasarkan panduan RDs, analisis PQR, CATWOE, dan kriteria 3 E (efficacy,

efficiency, dan effectiveness)

Studi pustaka,

wawancara mendalam, dan kelompok diskusi Perbandingan

model konseptual dengan fakta lapangan

Membandingkan hasil penelitian dengan realita fakta lapangan, melalui tabel untuk memudahkan proses perbandingan. Hasil komparasi tersebut akan menjadi panduan dalam merancang perubahan-perubahan yang akan meningkatkan situasi permasalahan Kelompok diskusi Penentuan perubahan yang secara sistem diinginkan

Menganalisa dan menginterpretasikan situasi permasalahan berdasarkan komparasi yang telah dilakukan sebelumnya. Hasil analisis tersebut dapat menjadi dasar dalam menentukan perubahan-perubahan bagi situasi permasalahan

Kelompok diskusi

Selanjutnya untuk tahap ketujuh yaitu tindakan untuk memperbaiki, menyempurnakan, atau mengubah situasi permasalahan. Dasar dari langkah tindakan ini adalah rumusan saran langkah tindakan sebagaimana telah dibuat pada tahap keenam. Sesuai acuan aplikasi pada action research (McKay & Marshall 2001), peneliti menggunakan dua proses siklus ganda (dual cycle

(8)

process) yaitu minat pemecahan masalah (problem solving interest) dan minat penelitian (research interest) dapat dilihat pada Gambar 13.

Peneliti tidak perlu melakukan tindakan secara nyata di lapangan untuk meningkatkan situasi problematik. Sesuai dengan problem solving interest dan research interest, tindakan hanya sampai pada tahap rekomendasi, sedangkan tahap pelaksanaan rekomendasi dilakukan oleh problem owner dalam masalah ini tataran makro (pemerintah pusat dan daerah), tataran meso (koperasi dan asosiasi), dan tataran mikro (pelaku usaha/UKM).

3.6 Analisis Data

Analisis data adalah proses mencari dan mengatur wawancara dan catatan yang diperoleh di lapangan serta bahan-bahan lain yang telah dihimpun sehingga dapat merumuskan hasil dari apa yang telah ditemukan. Teknik Analisis data dilakukan dengan menggunakan teknik analisis data kualitatif, dengan melakukan analisis secara intensif terhadap data yang telah diperoleh di lapangan berupa kata-kata yang selanjutnya dianalisis menggunakan soft system methodology (SSM).

Langkah yang digunakan dalam menganalisis data, sesuai dengan pendapat yang dikembangkan oleh Sugiyono (2005). Analisis dilakukan melalui prosedur dan tahapan-tahapan sebagai berikut:

1) Pengumpulan data

Dalam penelitian kualitatif, proses pengumpulan data bergerak dari lapangan/ ranah empiris dalam upaya membangun teori dari data. Proses pengumpulan data ini diawali dengan memasuki lokasi penelitian. Dalam hal ini peneliti mendatangi tempat penelitian, yaitu UKM sentra industri pengolahan kerupuk ikan dan udang di Indramayu, Jawa Barat. Kemudian dilanjutkan dengan menemui orang-orang yang ditarget sebagai informan penelitian. Pada proses selanjutnya, baru dilakukan pengumpulan data dengan teknik wawancara dan studi dokumentasi untuk memperoleh informasi yang dibutuhkan dengan lengkap yang diperoleh di lapangan.

(9)

2) Reduksi data

Reduksi data merupakan pemilihan data dan pemusatan perhatian kepada data yang betul-betul dibutuhkan sebagai data utama, dan juga data yang sifatnya hanya pelengkap saja. Data yang diperoleh dari lokasi penelitian atau data lapangan, dituangkan dalam uaraian atau laporan yang lengkap dan terinci. Laporan lapangan direduksi, dirangkum, dipilih hal-hal yang pokok, difokuskan pada hal-hal yang penting.

3) Klasifikasi data

Data yang telah terkumpul selama penelitian, kemudian dikelompokkan sesuai dengan tujuan penelitian. Kelompok data mana yang masuk kepada bentuk-bentuk pembinaan, hambatan-hambatan, dan juga upaya-upaya yang dilakukan untuk mengatasi hambatan dalam pengembangan UKM sentra industri pengolahan kerupuk ikan dan udang di Indramayu, Jawa Barat.

4) Penyajian data

Penyajian data dimaksudkan agar memudahkan bagi peneliti untuk melihat gambaran secara keseluruhan atau bagian-bagian tertentu dari penelitian.

5) Penarikan kesimpulan

Setelah melakukan penyajian data, maka kesimpulan awal dapat dilakukan. Penarikan kesimpulan ini juga dilakukan selama penelitian berlangsung. Sejak awal ke lapangan serta dalam proses pengumpulan data, peneliti berusaha melakukan analisis dan mencari makna dari yang telah terkumpulkan.

Menurut Checkland dan Poulter (2006), analisis data dalam SSM dapat dilakukan melalui beberapa tahapan hingga akhirnya tahapan tersebut dapat divalidasi keakuratan informasinya. Analisis data yang dilakukan pada penelitian ini yaitu:

1) Analisis situasi permasalahan

Checkland dan Poulter (2006) mendefinisikan kehidupan sehari-hari (everyday life) sebagai relasi perubahan terus menerus yang kompleks sepanjang waktu. Berdasarkan kehidupan sehari-hari tersebut, Checkland dan Poulter memandang bahwa adanya suatu kebutuhan untuk meningkatkan atau menyelesaikan suatu situasi masalah dalam kehidupan sehari-hari.

(10)

SSM merupakan cara yang terorganisasi untuk menangkap (tackling) situasi problematik yang dirasakan. SSM sangat berorientasi tindakan, lebih lanjut lagi SSM mengorganisasikan pikiran mengenai situasi sehingga tindakan yang diselidiki atau dikaji dapat diambil dan membawa peningkatan pada situasi masalah tersebut.

Selanjutnya Checkland dan Poulter (2006) memaparkan bahwa terdapat tiga analisis yang dilakukan dalam memandang situasi masalah, yaitu (1) analisis satu (intervensi); (2) analisis dua (sistem sosial); dan (3) analisis tiga (politik).

(1) Analisis intervensi

Analisis intervensi adalah proses identifikasi aktor-aktor yang ada dalam fakta lapangan (real world) yang akan menjadi rujukan, serta peran mereka dalam fakta lapangan. Dalam analisis intervensi sudah harus ditentukan siapa yang akan menjadi client (C), problem solver (PS), dan problem owner (PO).

- Client (C) adalah aktor yang menyebabkan terjadinya intervensi

- Problem solver (PS) adalah orang/peneliti yang melakukan investigasi terkait dengan research interest.

- Problem owners (PO) aktor yang concerned dan merasakan situasi yang ada dan perubahan yang akan dirasakan nantinya terkait dengan isu yang menjadi research interest peneliti.

(2) Analisis sistem sosial

Analisis sistem sosial mencakup peran, norma, dan nilai. Secara bersamaan, ketiga elemen tersebut membantu penciptaan pola sosial dari situasi manusia (Checkland & Poulter 2006).

- Peran merupakan posisi sosial dimana menandai perbedaan antara anggota kelompok atau organisasi. Peran dapat disadari secara formal, namun dalam budaya lokal peran dapat disadari secara informal.

- Norma merupakan perilaku yang diharapkan dimana norma berasosiasi dengan peran dan membantu pendefinisian peran.

- Nilai merupakan standar atau kriteria dimana perilaku suatu peran dinilai dan “dihakimi”.

(11)

Ketiga hal tersebut (peran, norma, dan nilai), merupakan sesuatu hal yang akan sekaligus berubah dan bertahan sepanjang waktu (Checkland dan Poulter 2006).

(3) Analisis politik

Analisis politik memberikan gambaran mengenai kekuatan yang powerful dalam memutuskan terjadi atau tidaknya sesuatu hal. Analisis politik berfokus pada dua hal yaitu untuk menemukan pengaturan atau penyusunan kekuasaan, dan proses untuk mengisi kekuasaan tersebut.

2) Analisis gambaran situasi permasalahan (rich picture)

Gambaran yang detail dan kaya (rich picture) dibuat melalui diagram, gambar atau model yang mampu menjelaskan hubungan struktur dan proses organisasi dikaitkan kondisi lingkungan (environment) organisasi. Struktur mencakup denah fisik, hierarki, struktur pelaporan, dan pola komunikasi baik formal maupun informal.

Proses mencakup aktivitas dasar organisasi, seperti alokasi sumberdaya, pelaksanaan monitor dan kontrol. Hubungan antara struktur dan proses kemudian diwujudkan dalam bentuk masalah, tugas-tugas dan elemen-elemen lingkungan yang dapat dimengerti dengan mudah.

Penyusunan rich picture memerlukan tiga peran yang menjadi rujukan saat menyusun gambar (Checkland & Poulter 2006). Pertama, seseorang atau sekelompok orang yang menyebabkan terjadinya investigasi dan dilaksanakannya intervensi (client). Kedua, seseorang atau sekelompok orang yang melakukan investigasi. Ketiga, pemilik isu. Pemilik isu memegang peran penting karena merepresentasikan investigasi penelitian dan paling bekepentingan terhadap hasil investigasi penelitian.

3) Analisis root definitions (RDs) dengan PQR, CATWOE dan kriteria 3E (efficacy, effectiveness, dan efficiency)

Analisis PQR, dengan formula yaitu 1) mengerjakan P dengan Q untuk mewujudkan R; dan 2) dimana PQR menjawab pertanyaan apa, bagaimana, dan mengapa. Selanjutnya, supaya RDs yang disusun benar-benar dapat digunakan sebagai dasar pembuatan model konseptual, maka RDs tersebut pelu diuji dan

(12)

disempurnakan dengan alat bantu analisis CATWOE (customers, actors, transformation, weltanschauung atau worldview, owners, dan environmental constraints).

Alat bantu CATWOE ini merupakan alat bantu pengingat (mnemotic) supaya RDs yang dibuat benar-benar menggambarkan sebuah sistem aktivitas manusia yang relevan yang kita pilih. Kemudian perlu dilanjutkan dengan pertanyaan kriteria pengukuran kinerja bekerjanya sistem aktivitas yang punya maksud tersebut, umumnya digunakan tiga criteria E (Efficacy, Effectiveness, dan Efficiency).

Berdasarkan analisis CATWOE dan kriteria 3E (efficacy, effectiveness, dan efficiency), didapatkan RDs dalam menggambarkan sistem. Daftar atau checklist CATWOE dan tiga kriteria (Tabel 12) adalah bagaimana proses transformasi ini sebaiknya dilaksanakan.

Tabel 12 CATWOE dan 3E

C (customer) Orang atau sekelompok orang yang langsung atau hampir langsung menjadi korban atau yang akan diuntungkan oleh proses transformasi di dalam sebuah organisasi

A (actors) Orang atau sekelompok orang yang melakukan kegiatan dalam rangka pelaksanaan proses transformasi

T (transformation

process)

Proses pengubahan input menjadi output, baik yang bersifat konkret maupun abstrak

W (weltanschauung/ worldview)

Sudut pandang, kerangka pikir, atau citra yang menjadikan root

definitions atau transformasi memiliki makna yang berarti di

dalam konteks

O (owner) Orang atau sekelompok orang yang berkuasa atas sistem dan mempunyai kewenangan untuk menghentikan atau mengubah proses transformasi

E (environmental

constraints)

Lingkungan atau hambatan yang menjadi kendala berlangsungnya proses transformasi

Efikasi Kriteria apakah proses transformasi dari sistem aktivitas yang punya maksud tersebut benar-benar dapat berlangsung atau mewujudkan hasil yang diinginkan

Efisiensi Kriteria apakah transformasi yang berlangsung dilaksanakan dengan penggunaan sumber daya yang minimal

Efektif Kriteria apakah transformasi dari sistem aktivitas yang punya maksud tersebut membantu pencapaian tujuan yang lebih tinggi tingkatnya atau yang lebih panjang jangkanya

(13)

4) Penyusunan model konseptual

Model konseptual dibangun dari gagasan peneliti sendiri dan disesuaikan dengan aturan formal yang berlaku, sehingga gagasan system thinking menjadi penting. Bagi Checkland dan Poulter (2006), system thinking didasari atas dua pasang gagasan yaitu emergency properties berpasangan dengan hierarchy (disebut juga layer structure dalam Checkland dan Poulter 2006), dan communication berpasangan dengan control (Checkland & Scholes 1990). Dua pasang gagasan ini membutuhkan sistem untuk keberlangsungan hidup sistem tersebut.

Menurut Checkland dan Scholes (1990), model konseptual adalah model yang menggambarkan kegiatan sistem dimana elemen-elemen adalah kata kerja. Kegiatan tersebut dibuat berdasarkan root definition dan struktur kata kerja mengacu pada logic base.

5) Perbandingan model konseptual dengan fakta lapangan

Model konseptual yang sudah ditentukan, dibandingkan dengan fakta lapangan guna menghasilkan perdebatan tentang persepsi dan perubahan yang dianggap akan menguntungkan. Checkland dan Poulter (2006) menggambarkan empat cara untuk membandingkan model dengan fakta lapangan yaitu diskusi informal, dengan pertanyaan formal, membuat skenario berdasarkan pengoperasian model, mencoba model pada fakta lapangan yang sama strukturnya dengan model konseptual.

Apabila model konseptual tidak menggambarkan fakta lapangan, maka bisa dilakukan dua hal yaitu (1) Apa yang tidak ditemukan pada realitas bisa menjadi rekomendasi bagi perubahan; dan (2) Apa yang tidak ditemukan pada realitas, dan peneliti merasa kurang puas karena tidak menjawab pertanyaan penelitian, maka peneliti bisa kembali ke tahap dua untuk kembali proses pengumpulan data, serta melakukan tahapan berikutnya, rich picture, root definition, membuat daftar kegiatan, serta membuat model konseptual.

6) Perubahan yang diinginkan

Perumusan saran tindak/perubahan yang diinginkan pada dasarnya diperoleh dari diskusi yang terkelola dan akomodasi atas pandangan orang-orang dengan beragam sudut pandang dan pendapat, yang diharapkan akan muncul saran tindak.

(14)

Melalui analisis ini yaitu tahap perumusan saran tindak untuk perbaikan, penyempurnaan, dan perubahan situasi fakta lapangan.

Perubahan yang dilakukan dapat berupa rekomendasi sehingga (1) argumennya dapat diterima, dan (2) secara budaya dapat dimungkinkan. Checkland dan Poulter (2006) menyarankan tiga aspek yang mesti dipertimbangkan dalam melakukan perbaikan, penyempurnaan, atau perubahan yaitu (1) perubahan yang berkaitan dengan struktur, (2) perubahan yang berkaitan dengan proses atau prosedur, dan (3) perubahan yang berkaitan dengan sikap.

7) Langkah tindakan untuk perubahan

Analisis terakhir dari penelitian SSM ini adalah langkah tindakan untuk memperbaiki, menyempurnakan, atau mengubah situasi problematik. SSM merupakan proses mencari tahu sosial yang sifatnya pembelajaran berkelanjutan, maka tidak berarti bahwa tidak ada tahap lagi setelah ini. SSM yang baru dapat dimulai lagi, baik untuk mengatasi situasi problematik yang baru atau untuk memperdalam dan melanjutkan proses SSM sebelumnya.

Dasar dari analisis langkah tindakan untuk perubahan ini adalah rumusan saran langkah tindakan sebagaimana telah dihasilkan/dibuat pada analisis perubahan yang diinginkan. Pengambilan langkah tindakan berikutnya terpulang pada organisasi/perusahaan dimana situasi fakta lapangan menjadi perhatian dari SSM.

Gambar

Tabel 9  Perbedaan umum dua kategori berpikir serba sistem
Tabel 10   Framework penelitian pada UKM sentra industri pengolahan kerupuk  ikan dan udang di Indramayu
Tabel 11  Tahapan penelitian dengan pendekatan SSM

Referensi

Dokumen terkait

Aplikasi yang dirancang akan diimplementasikan dengan konfigurasi cloud computing menggunakan proxmox ve 2.1 dan berjalan pada sistem operasi linux Ubuntu 10.10, untuk

Dari tabel 1.2 di atas dapat dilihat bahwa pelaksanaan koordinasi penanggulangan, penertiban dan pembinaan terhadap penyandang masalah gelandangan dan pengemis di

Grafik perbandingan antara data hasil pengukuran temperatur dengan data hasil polynomial curve fitting untuk stasiun GeoB10055-2 ditampilkan pada Gambar 3.21.

Untuk itu ketika isi dokumen dengan bukti fisik tidak sesuai, maka penahanan barang di Balai Besar karantina Pertanian akan dilakukan.dalam hal tertahannya barang

Menjelaskan makna (arti) Asmaul Husna 2. Menjelaskan arti Asmaul Husna lengkap dengan artinya 3. Menuliskan beberapa perilaku yang mencerminkan sikap memahami Asmaul Husna

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang telah diuraikan di atas maka didapat simpulan tidak ada hubungan assosiatif antara gaya belajar dengan hasil

16 Tahun 2005 tentang Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum Bahwa Pengembangan SPAM adalah kegiatan yang bertujuan membangun, memperluas dan/atau

Pada proses penyortiran di kapal purse seiner, metode penyortiran yang dilakukan adalah dengan memisahkan ikan yang bermutu baik (tujuan pabrik) dan ikan yang bermutu